Disusun Oleh :
Abdillah 2005020091
Ismatul Wardah 2005020039
Mairi Bidayanti 2005020145
Mujiburrahman 2005020016
Noor Annisa 2005020107
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23).............................................3
2.2 Dasar Hukum PPh Pasal 23.....................................................................3
2.3 Pemotong PPh Pasal 23...........................................................................3
2.4 Tarif Pemotongan PPh Pasal 23..............................................................4
2.5 Dikecualikan Pemotongan PPh Pasal 23.................................................6
2.6 Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23........................7
2.7 Mekanisme Penghitungan PPh Pasal 23.................................................8
2.7.1 Contoh Soal Penghitungan PPh Pasal 23.......................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita tahu saat ini pemerintah sedang mewujudkan
pembangunan nasional. Banyak cara yang ditempuh untuk terwujudnya hal
tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan pendapatan dari pajak. Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang
bersifat memaksa dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan
dana tersebut nantinya akan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat
luas (Mardiasmo, 1987).
Di Indonesia pajak dibagi menjadi 2, yaitu pajak pusat dan pajak
daerah. Pajak pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat,
sedangkan pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah
daerah, baik provinsi maupun kabupaten atau kota yang hasilnya
dipergunakan untuk menunjang penerimaan asli daerah.. Semua jenis pajak
yang dipungut memerlukan kepatuhan guna mencapai jumlah penerimaan
pajak yang optimal, salah satu jenis pajak diantaranya adalah Pajak
Penghasilan Pasal 23.
Pajak penghasilan pasal 23 atau disingkat PPh pasal 23 adalah
pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan 21. Adapun pemotongan Pajak Penghasilan pasal 23 ini
menggunakan sistem withholding tax. Untuk lebih memahami secara
mendalam dan komprehensif mengenai pajak penghasilan (pph) pasal 23,
maka yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai PPh pasal 23
dan mekanisme penghitungannya.
1
2
PEMBAHASAN
2.1 Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)
Menurut Mardismo (2013, 255). PPh Pasal 23 mengatur pemotongan
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa,
atau penyelenggara kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 21 yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya.
3
4
24) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media
luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi.
25) Jasa pembasmian hama.
26) Jasa kebersihan atau cleaning service
27) Jasa catering dan tata boga.
Selain jasa tersebut menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik
Nomor 141/PMK.03/2015 ada beberapa jenis jasa tambahan.
Untuk Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan,
tetapi tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), besarnya tarif
pemotongan adalah lebih tinggi 100%. Wajib pajak dapat membuktikan
kepemilikan NPWP dengan cara menunjukkan kartu NPWP.
10
DAFTAR PUSTAKA
Priantara. Diaz. 2012. Perpajak Indonesia Edisi 2 Revisi. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
11