Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AQSAM AL-QURAN
Dosen Pengampu: H. Iman Setya Budi, SHI., MEI

Disusun Oleh:
Mairi Bidayanti (2005020145)
Mujamil Imaniah (2005020019)

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD


ARSYAD AL BANJARI BANJARMASIN
FAKULTAS STUDI ISLAM
EKONOMI SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata'ala, karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Aqsam Al-quran. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Quran.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya bagi para pembaca
guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang.

Banjarmasin, April 2021

TIM PENULIS

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….……i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….…….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aqsam Al-qur’an………………………………………………….2
2.2 Unsur-unsur Qasam………………………………….……….……….………2
2.3 Jenis-jenis Aqsam Al-Qur’an…………………………………………………5
2.4 Manfaat Adanya Aqsam Al-Qur’an………………………………….……….6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………….…….….………7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alquran diturunkan untuk seluruh manusia sebagai petunjuk bagi kehidupan di dunia.
Adapun dalam memandang Alquran itu sendiri ada bermacam-macam, diantaranya ada yang
menerima, meragukan bahkan mengingkarinya. Untuk menghadapi hal tersebut, Alquran
menggunakan istilah qasam. Dengan kata lain, qasam merupakan suatu istilah yang digunakan
untuk memperjelas kalimat yang sifatnya abstrak di dalam Alquran. Masyarakat Arab adalah
orang-orang yang banyak menggunakan bahasa qasam demi menjaga kehormatannya,
sehingga pada sebagian ayat-ayat Alquran turun menggunakan bahasa qasam.
Qasam perlu dikaji karena untuk menegaskan dan menjelasan bahwa berita itu benar
adanya, maka dari itu sebuah berita menggunakan qasam sebagai pengiringnya. Alquran
dengan qasamnya itu tidak ada keraguan dalam penyampaiannya, karena Maha Benar Allah
tempat Alquran berasal. Setiap keraguan manusia akan dijawab oleh qasam ini. Manusia juga
menggunakan bahasa qasam atau sumpah sebagai ungkapan yang lazim ketika pendapatnya
kurang dipercaya orang lain. Berbeda dengan Allah Swt., karena kekurangan dan keterbatasan
yang membuat sulit lepas dari kesalahan sehingga banyak menggunakan bahasa qasam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan paparan di atas muncul pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud dengan aqsām al-Qur`an?
2. Apa saja yang menjadi unsur-unsur sebuah qasam dalam al-Qur`an?
3. Jenis-jenis qasam apa saja yang terdapat dalam al-Qur`an?
4. Mengapa qasam itu mesti ada dalam al- Qur'an?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aqsam Al-Quran
Menurut Bahasa, Aqsam merupakan bentuk dari jamak dari kata Qasam. Kata qasam sama
artinya dengan kata Halaf, Yamin dan Aliyah yang berarti sumpah. Keempat kata tersebut
digunakan dalam al- Qur'an. Kata half disebut sebanyak 13 kali, kata qasam disebut sebanyak
33 kali, kata yamīn disebut sebanyak 71 kali, dan kata aliyah disebut sebanyak dua kali. Sumpah
dinamakan dengan yamîn karena orang arab kalau bersumpah saling memegang tangan kanan
masing-masing. Sumpah itu sendiri berbentuk kalimat bukan kata tunggal, yang berfungsi
sebagai penegas dan penentu terhadap isi kalimat yang lain.
Adapun qasam menurut istilah adalah mengaitkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu
perbuatan, atau untuk mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi
orang yang bersumpah, baik secara nyata atau secara keyakinan saja. Menurut Kāzhim Fatḫī al
Rāwī, qasam berarti sesuatu yang dikemukakan untuk menguatkan sesuatu yang dikehendaki
oleh yang bersumpah, baik untuk memastikan atau mengingkari sesuatu. Ibnu al Qayyim
mengemukakan bahwa qasam merupakan ungkapan yang diberikan untuk penegasan dan
penguatan berita jika berita-berita itu disertai dengan kesaksian (syahādah).
Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan aqsām al-Qur`ān yaitu sesuatu yang
disampaikan untuk menguatkan sebuah berita yang terdapat di dalam al- Qur'an disertai dengan
unsur-unsur qasam untuk menghilangkan keraguan dan meyakinkannya tentang kebenaran
akan isi kandungan al- Qur'an.

2.2 Unsur-unsur Qasam


Lahirnya suatu sumpah mengharuskan adanya unsur-unsur yang mendukungnya, yaitu hal-
hal yang dengannya terbentuk sumpah Allah. Tanpa adanya unsur-unsur dimaksud maka tidak
dapat disebut dengan sumpah Allah. Menurut Ahmad Syadzali sedikitnya terdapat tiga unsur
yang harus dipenuhi jika dikehendaki suatu ucapan menjadi sebuah sumpah, yaitu fi’il yang
dimuta’addikan atau ditransitifkan dengan “ba”, muqsam bih dan muqsam ‘alaih.
1. Fi‟il ‫أقسم‬ yang dimuta’addikan atau disertai dengan huruf bā'sebagai sighah asli
qasam yang mesti diiringi oleh fi'il. Contohnya surat al- Taubah ayat 62 yang
berbunyi:
ُ ‫س ْولُ ٓٗه ا َ َح ُّق ا َ ْن ي ُّْر‬
َ‫ض ْوهُ ا ِْن َكانُ ْوا ُمؤْ ِم ِنيْن‬ ُ ‫ّٰللا َو َر‬ ُ ‫اّٰلل لَ ُك ْم ِلي ُْر‬
ُ ‫ض ْو ُك ْم َو ه‬ ِ ‫َيحْ ِلفُ ْونَ ِب ه‬
Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk menyenangkan kamu, padahal
Allah dan Rasul-Nya lebih pantas mereka mencari keridaan-Nya jika mereka orang mukmin.

Adakalanya fi`il qasam didahului oleh lā al nahiyah. Ā'isyah binti al Syāthi' menyatakan
bahwa ungkapan ‫ ال أقسم‬yang mendapat tambahan lā dalam al- Qur'an hanya berlaku untuk
muqsam bihnya Allah I. Bentuk sumpah yang ditambah huruf lā di depan fi‟il qasamnya,
seperti surat al-Ma‟ārij ayat 40 yang berbunyi:
ِ ‫ق َو ۡال َم ٰغ ِر‬
َ‫ب اِ َّنا لَ ٰقد ُِر ۡون‬ ِ ‫ب ۡال َم ٰش ِر‬
ِ ‫فَ َ َۤل ا ُ ۡق ِس ُم ِب َر‬
2
Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya
(matahari, bulan dan bintang), sungguh, Kami pasti mampu.
Kebanyakan bentuk fi`il ini dibuang, karena banyak dipergunakan dalam
pembicaraan. Bentuknya dipersingkat dan cukup dengan bā' saja dan bā' nya diganti
dengan huruf qasam ‫القسم‬ ‫ أداة‬lainnya berupa huruf waw pada isim zhāhir (kata benda yang
nyata atau bersifat indrawi). Umumnya ia terdapat pada awal surat al- Qur'an. Maksud tidak
digunakan huruf waw berbaringan dengan fi`il qasam agar tujuannya itu tidak batal ketika
digantikannya dengan huruf bā. Penggunaan huruf waw lebih ringan dibandingkan dengan
huruf bā'setelah fi`ilnya dibuang.
Huruf qasam lainnya yaitu huruf tā (‫ )التاء‬yang khusus digunakan pada lafadh jalālah (‫)هللا‬.
Penggunaan huruf tā` ini sebagai ganti huruf waw yang sudah biasa digunakan di kalangan
bangsa Arab. Mereka itu beralih dari huruf waw ke huruf lainnya apabila terletak di awal kata.
Ia dianggap di antara huruf-huruf qasam yang paling lemah dan tidak disertai bersamanya fi`il
qasam sebagaimana huruf bā'. Ia tidak masuk pada kata-kata ‫ الرمحن‬،‫ الرب‬،‫هللا‬, dan jika ada
selain ini maka itu suatu yang aneh dan cacat. Al Mukhtār al Salāmī berpendapat bahwa huruf
tā' bukanlah huruf asli dalam qasam tapi ia adalah ganti dari huruf waw karena keduanya
berdekatan dalam makhrajnya misalnya “‫ ”تراث‬asal katanya‫وراث‬. Contohnya surat al-
Anbiyā` ayat 57 yang berbunyi:
َ‫َاّٰلل ََلَ ِك ۡي َد َّن اَصۡ نَا َم ُك ۡم َبعۡ َد ا َ ۡن ت ُ َولُّ ۡوا ُم ۡد ِب ِر ۡين‬
ِ ‫َو ت ه‬
Dan demi Allah, sungguh, aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah
kamu pergi meninggalkannya.
Jadi dalam penggunaannya waw dan tā` al-qasam mesti dibuang fi'ilnya. Ja'far al Subḫānī
menyebutkan untuk unsur yang pertama ini dengan istilah lain yaitu al- Qāsim (‫ )القاسم‬atau

al- Hālif (‫)احلالف‬. Perbedaan yang digunakan untuk unsur yang pertama hanyalah perbedaan
istilah saja, namun tujuannya sama semua.

2. Muqsam bih ialah lafadz yang terletak sesudah adat qasam yang dijadikan sebagai sandaran
dalam bersumpah yang juga disebut sebagai syarat sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah
dalam al-qur’an ada kalanya dengan memakai nama yang Agung (Allah), dan ada kalanya
dengan menggunakan nama-nama ciptaanNya. Qasam dengan menggunakan nama Allah dalam
al-qur’an hanya terdapat dalam tujuh tempat yaitu:
1. Qs. Adz-dzariyat ayat 43
2. Qs. Maryam ayat 68
3. Qs. Yunus ayat 53
4. Qs. Al-Hijr ayat 92
5. Qs. At-taghabun ayat 17
6. Qs. An-nisa ayat 65
7. Qs. Al-Ma’arij ayat 40
Selan pada tujuh tempat diatas, Allah memakai qasam dengan nama-nama ciptaannya
seperti dalam firman Allah SWT:

3
ً‫َّو ُك ۡنـت ُ ۡم ا َ ۡز َوا ًجا ثَ ٰلـثَـة‬
Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. (Qs. Al-Waqia’ah:7)

3. Muqsam ‘Alaih kadang juga disebut jawab qasam. Muqsam’alaih merupakan suatu
pernyataan yang dating mengiringi qasam, berfungsi sebagai jawaban dari qasam. Posisi
muqsam ‘alaih terkadang bisa menjadi taukid, sebaai jawaban qasam. Karena yang
dikehendaki dengan qasam adalah untuk mentaukidimuqsam ‘alaih dan mentahkikannya.
Jawab qasam itu pada umumnya disebutkan atau dizahirkan, misalnya firman Allah:
ِ ‫) فَ ْال ُمقَ ِس َما‬3( ‫ت ُيس ًْرا‬
)4( ‫ت أ َ ْم ًرا‬ ِ ‫) فَ ْال َج‬2( ‫ت ِو ْق ًرا‬
ِ ‫ار َيا‬ ِ ‫امَل‬ ِ ‫) فَ ْال َح‬1( ‫ت ذَ ْر ًوا‬
ِ ‫َوالذَّ ِار َيا‬
‫) َو ِإ َّن ال ِدينَ لَ َواقِع‬5( ‫صادِق‬ َ َ‫عدُونَ ل‬ َ ‫ِإ َّن َما تُو‬
Demi (angin) yang menerbangkan debu, dan awan yang mengandung (hujan), dan (kapal-
kapal) yang berlayar dengan mudah, dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan,
sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan sungguh, (hari) pembalasan pasti
terjadi. (Qs. Adz-Dzariyat: 1-6)
Namun terkadang ada juga yang dihilangkan, sebagaimana jawab “lau” (jika) sering
dibuang seperti firman Allah:
“janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.” (Qs. At-
Takasur:5)
Penghilangan seperti ini merupakan bentuk/uslub penghilangan yang paling baik, sebab
menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. Dan takdir ayat ini adalah “Seandainya kamu
mengetahui apa yang akan kamu hadapi secara yakin, tentulah kamu akan melakukan
kebaikan yang tidak terlukiskan banyaknya”. Alasan lain, muqsam ‘alaih atau qasam
dihilangkan / dibuang karena sebagai berikut.
Pertama: di dalam muqsam bih nya sudah terkandung makna muqsam ‘alaih. Contoh jenis
ini dapat dilihat misalnya dalam ayat yang berbunyi:
“Tidak aku bersumpah dengan hari kiamat dan tidak aku bersumpah dengan jiwa yang
banyak mencela” (Qs. Al-Qiyamah:1-2)
Kedua: qasam tidak memerlukan jawaban karena sudah dapat dipahami dari redaksi ayat
dalam surat yang terdapat dalam al-quran. Contoh jenis ini dapat dilihat misalnya dalam ayat
yang berbunyi:
“Demi waktu mataharisepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap).”
(Qs. Ad-Dhuha:1-2)
Untuk fi’il madly yang muttasharif yang tidak didahului ma’mul, maka jawab qasamnya
sering kali menggunakan “lam” atau “qad”

‫َاب َم ۡن َد ه‬
‫سٮ َها‬ َ ‫َوقَ ۡد خ‬

4
“Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengototrinya”. (Qs. As-Syam:10)
2.3 Jenis-jenis Aqsam Al-quran
Qasam al-Qur‟ān ada dua jenis bila dilihat dari segi fi‟il qasamnya yaitu:
1. Qasam zhāhir Atau Qasam Sharīḫ
Qasam zhāhir atau qasam sharīḫ, yaitu qasam yang fi`il qasamnya disebutkan bersama
dengan muqsam bihnya. Fādhil al Sāmirānī menjelaskan bahwa qasam zhāhir yaitu qasam yang
di dalamnya itu terdapat salah satu dari huruf qasam atau salah satu dari lafadh qasam.
Qasam zhāhir atau qasam sharīḫ ini terbagi dua:
a. Isti`thāfīy yaitu sumpah yang jawab al qasamnya itu jumlah insyāiyyah (kalimat yang
mengandung harapan), dan huruf qasam yang digunakan adalah bā' dan hanya sedikit dalam
uslub qasam.
b. Ghairu isti`thāfīy yaitu sumpah yang jawab al qasamnya itu jumlah khabariyyah (kalimat
berita), yang jenis ini banyak beredar di kalangan orang Arab dan juga dalam al- Qur'an.
2. Qasam mudhmar
Qasam mudhmar (qasam tersembunyi) atau ghairu sharīḫ yaitu qasam yang fi‟il qasam
dan muqsam bihnya tidak disebutkan, karena kalimat sebelumnya terlalu panjang. Namun
ditunjukkan oleh lām taukīd yang terdapat pada muqsam alaih atau jawāb qasam. Ibnu Hisyām
seperti dikutip oleh Al Mukhtār al Salāmī berpendapat bahwa fi‟il qasam dan muqsam bih yang
dikenal dengan sebutan jumlah al qasam boleh dibuang di tiga tempat yaitu:
a. Apabila berkumpulnya lām dan nūn al taukīd yang bertasydid.
Contohnya surat An-Naml ayat 21 yang berbunyi:
ُ ‫ش ِد ْيدًا ا َ ْو ََلَ ۟ا ْذ َب َح َّن ٓٗه ا َ ْو لَ َيأْ ِت َي ِن ْي ِب‬
‫س ْل ٰط ٍن ُّم ِبي ٍْن‬ َ ‫عذَابًا‬ َ ُ‫ََل‬
َ ‫ع ِذ َب َّنه‬
Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia
datang kepadaku dengan alasan yang jelas.
b. Apabila lām masuk pada "‫قد‬ " fi`il.
Contoh surat al Taubah ayat 25 yang berbunyi:
‫اطنَ َك ِث ۡي َرة‬
ِ ‫ّٰللاُ فِ ۡى َم َو‬ َ ‫لَـقَ ۡد َن‬
‫ص َر ُك ُم ه‬
Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang.
c. Apabila lām masuk pada " ‫ن‬ ‫ " إ‬fi`il. Contoh surat al Ḫasyr ayat 12 yang berbunyi:
َ ‫ار ثُ َّم ََل ي ُۡن‬
َ‫ص ُر ۡون‬ َ ۡ ‫ص ُر ۡوه ُۡم لَي َُولُّ َّن‬
َ َ‫اَل ۡدب‬ ُ ‫لَ ِٕٮ ۡن اُ ۡخ ِر ُج ۡوا ََل يَ ۡخ ُر ُج ۡونَ َم َع ُه ۡ ۚم َولَ ِٕٮ ۡن قُ ۡو ِتلُ ۡوا ََل َي ۡن‬
َ َّ‫ص ُر ۡونَ ُه ۡ ۚم َو َل ِٕٮ ۡن ن‬
Sungguh, jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka,
dan jika mereka di-perangi; mereka (juga) tidak akan menolongnya; dan kalau pun mereka
menolongnya pastilah mereka akan berpaling lari ke belakang, kemudian mereka tidak
akan mendapat pertolongan.
Qasam model ini terbagi dua:
a. Qasam yang di dalamnya itu ada huruf lām baik ia diiringi oleh adāt al syarth ( ‫أداة‬
‫)الشرط‬
b. Qasam yang arti atau lafadh-lafadhnya itu berjalan sesuai dengan uslub qasam.

5
2.4 Manfaat Adanya Aqsam Al-Quran
Dalam substansinya sumpah dilakukan untuk memperkuat pembicaraan agar dapat
diterima atau dipercaya oleh lawan bicara. Sedang sikap lawan bicara sesudah mendengar
qasam akan berbeda keadaannya yang dalam ilmu Ma`āni dikenal dengan ‫أضرب اخلرب الثالثة‬
atau tiga macam pola penggunaan kalimat berita yaitu:
1. Mukhāthab atau lawan bicara itu kadang kala pikirannya kosong dari hukum, ia netral,
tidak ragu dan tidak pula mengingkari berita yang disampaikan. Mukhāthab di sini tidak ada
asumsi apa-apa terhadap mutakallim. Maka pembicaraan yang disampaikan kepadanya itu tidak
perlu kepada penguat. Kalam seperti dikenal dengan istilah ibtidā`iy (‫)ابتدائي‬.
2. Mukhāthab atau lawan bicara itu ragu-ragu antara ada atau tidaknya berita yang
disampaikan. Maka alangkah baiknya pembicaraan yang disampaikan kepadanya itu disertai
dengan penguat untuk menghilangkan keraguan. Kalam seperti ini dikenal dengan istilah
thalabiy ‫ طليب‬Contoh surat al- Ḫadīd ayat 8 yang berbunyi:

َ‫ع ْو ُك ْم ِلتُؤْ ِمنُ ْوا ِب َر ِب ُك ْم َوقَ ْد ا َ َخذَ ِم ْيثَاقَ ُك ْم ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ ِم ِنيْن‬
ُ ‫س ْو ُل َي ْد‬
ُ ‫الر‬ ِ ‫َو َما لَ ُك ْم ََل تُؤْ ِمنُ ْونَ ِب ه‬
َّ ‫اّٰلل َۚو‬
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kamu beriman
kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji (setia)mu, jika kamu orang-orang mukmin.
Penguat di ayat ini menggunakan satu lafadh taukid yaitu ‫قد‬.
3. Mukhāthab atau lawan bicara itu mengingkari berita yang didengar. Oleh karena itu berita
yang disampaikannya harus disertai dengan penguat sesuai kadar keingkarannya)31. Bila kadar
keingkarannya sedikit, cukup dengan satu taukid saja. Kalam seperti ini dikenal dengan istilah
inkāriy ‫ إنكاري‬Contoh surat an-Nisā’ayat 40 yang berbunyi:

‫ت ِم ۡن لَّد ُۡنهُ ا َ ۡج ًرا َع ِظ ۡي ًما‬


ِ ‫ُّض ِع ۡف َها َوي ُۡؤ‬ َ ‫ّٰللا ََل َي ۡظ ِل ُم ِم ۡثقَا َل ذَ َّر ٍة ۚ َوا ِۡن تَكُ َح‬
ٰ ‫س َنةً ي‬ َ ‫ا َِّن ه‬
Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada
kebajikan (sekecil dzarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala
yang besar dari sisi-Nya.
Adapun tujuan dari qasam itu sendiri dalam al- Qur`an di antaranya memantapkan dan
memperkuat berita yang disampaikan. Juga sumpah bertujuan untuk mengajak lawan bicara
mempercayai dan mendengarkan berita yang disampaikan, atau mengalihkan pandangan
kepada pentingnya muqsam bih dan rahasia-rahasia serta symbol-symbol yang ada padanya
atau untuk menjelaskan kesucian dan kemuliaannya.
Uslub Qasam digunakan dalam al- Qur'an untuk menghilangkan keraguan, melenyapkan
kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan berita, dan menetapkan hukum dengan cara-
cara yang paling sempurna serta untuk menampakkan kebenaran isi kandungan al- Qur'an itu
sendiri.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Qasam merupakan ungkapan untuk mengaitkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu
perbuatan, atau untuk mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi
orang yang bersumpah, baik secara nyata atau secara keyakinan saja. Unsur- unsur yang harus
terpenuhi dalam qasam yaitu ada fi‟il qasam, muqsam bih, dan muqsam alaih.
Secara garis besar, aqsām al- Qur‟ān terbagi menjadi dua jenis: pertama, qasam zhāhir atau
sharīḫ, yaitu qasam yang fi‟il qasamnya disebutkan bersama dengan muqsam bihnya. Kedua,
qasam mudhmar (qasam tersembunyi) atau ghairu sharīḫ yaitu qasam yang fi‟il qasam dan
muqsam bihnya tidak disebutkan.
Qasam itu sendiri bertujuan untuk mempertegas dan memperkuat berita yang sampai kepada
pendengar agar keraguan, kesalahpahaman bias hilang, dan tegaklah hujjah yang disampaikan.
Ini semua memberikan nilai kepuasan kepada pembawa berita yang telah menggunakan qasam,
dan mengagungkan sifat dan kekuasaan Allah untuk menampakkan kebenaran isi kandungan al-
Qur'an itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai