Anda di halaman 1dari 16

ILMU QASAM AL-QUR’AN

Dosen Pengampu:

Furqan, Lc., M.A.

Diajukan Oleh:

Nailil Muna (210303068)

Rifda Seknun (210303089)

Rizka Ayu Zulfianti (210303097)

Mahasiwa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM - BANDA ACEH

2022 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang mana atas berkat
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah
mengenai Ilmu Qasam Al-Qur’an. Salawat beserta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. keluarganya, sahabatnya, dan umatnya. Terima kasih pula kami ucapkan
kepada Bapak Furqan, Lc., M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Ulum Al-Qur’an.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik segi materi
pembahasan, penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritikan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami adalah semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu petunjuk,
acuan, pedoman, sehingga membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Banda Aceh, 30 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sighat Qasam ............................................................................................. 3


B. Macam-macam Qasam ....................................................................................................... 4
C. Unsur-unsur Qasam dan Lafadznya ................................................................................... 6
D. Hal Ihwal Muqsam ‘Alaih .................................................................................................. 8
E. Hikmah Penggunaan Qasam dalam Al-Qur’an .................................................................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 12
B. Saran .................................................................................................................................. 12

DAFRTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam banyaknya permasalahan yang kita hadapi dari berbagai kasus permasalahan
kehidupan sehari-hari, segala yang kita butuhkan untuk penyelesaian dari berbagai masalah ini
telah di tentukan. Solusi dari problema apapun telah Allah tetapkan dengan di turunkannya Al-
Qur-an yang berfungsi sebagai pedoman, petunjuk, pengatur, dan pengarah kehidupan bagi
umat manusia.

Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada masa kenabian, Al-Qur’an


merupakan hubungan gaib yang tersembunyi dan bersifat khusus antara Allah dan Rasul-Nya
dengan melalui perantara malaikat Jibril.

Salah satu bagian dalam Al-Qur’an adalah sumpah. Ini selaras dengan fakta bahwa Al-
Qur’an itu turun dengan bahasa Arab. Di antara kebiasaan-kebiasaan mereka adalah bersumpah
untuk membuat penegasan suatu urusan. Bangsa Arab dengan segala keberagamannya
memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menerima berita yang disampaikan didalam Al-
Qur’an. Disinilah qasam Al-Qur’an berperan dalam menyikapi hal tersebut.

Abul Qasim al-Qusyairi menjelaskan bahwa Allah SWT. menyebutkan sumpah untuk
menyempurnakan hujjah dan menegaskannya. Karena suatu hukum itu akan jelas dengan dua
hal, yaitu dengan kesaksian atau dengan sumpah. Maka, Allah SWT. menyebutkan dua hal itu
sehingga mereka tidak memiliki alasan untuk menolaknya.

Sumpah hanya terjadi dengan sesuatu yang diagungkan maka Allah SWT. telah bersumpah
atas diri-Nya sendiri didalam Al-Qur’an dan sumpah dengan makhluk-makhluk-Nya. Sumpah
dengan nama makhluk dan bukan selain nama Allah jelas dilarang karena sumpah hanya boleh
dilakukan dengan nama Allah SWT. kecuali bagi Allah SWT. itu sendiri. Dan setiap sesuatu

1
apapun yang Allah SWT. sumpahkan tidak keluar dari dua hal, boleh jadi karena keutamaan
atau karena maanfaatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan qasam didalam Al-Qur’an?
2. Apa saja macam-macam qasam?
3. Apa saja unsur-unsur dari qasam dan lafadznya?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Muqsam ‘Alaih?
5. Apa hikmah penggunaan qasam didalam Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu qasam.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam qasam
3. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur qasam dan lafadz qasam.
4. Untuk mengetahui apa itu Muqsam ‘Alaih.
5. Untuk memahami hikmah adanya penggunaan qasam didalam Al-Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sighat Qasam

Aqsaam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-half dan al-yamiin yang bermakna
sumpah. Sighat asli dari qasam adalah fi’il atau kata kerja dari aqsama atau ahlafa yang
dimuta’addi1 (ditransitifkan) dangan ba untuk menjadi muqsam bih yaitu sesuatu yang
digunakan untuk bersumpah, lalu disusul dengan muqsam ‘alaih yaitu sesuatu yang karenanya
sumpah diucapkan.

Secara makna, kata qasam dan half memiliki arti yang sama yaitu sumpah. Namun, kata
half cenderung digunakan sebagai ungkapan yang mengisyaratkan adanya kebohongan sang
pengucap atau sumpah itu berpotensi untuk dibatalkan dengan membayar kaffarat atau sanksi.

Kata yamiin sendiri secara umum memiliki makna kanan dan penggunaan kata ini yang
diartikan sebagai sumpah dikarenakan kebiasaan bangsa Arab ketika bersumpah saling
memegang tangan kanannya masing-masing.

Fakta bahwa Al-Qur’an turun dengan bahasa Arab dan ditengah bangsa Arab menjadikan
qasam salah satu bagian dari Al-Qur’an. Tidak mengherankan karena diantara kebiasaan-
kebiasaan mereka adalah kebiasaan bersumpah untuk membuat penegasan suatu urusan.
Bangsa Arab dengan segala keberagamannya memiliki sikap yang berbeda-beda dalam
menerima berita yang disampaikan didalam Al-Qur’an dan disinilah qasam Al-Qur’an
berperan dalam menyikapi hal tersebut.

Secara etimologi, qasam artinya membagi, memberikan, mempertimbangkan, budi pekerti,


sumpah dan sebagainya. Dan dalam ilmu ulumul Qur’an, qasam bermakna sebagai pernyataan
tegas dan kesungguhan pembicara.

Sedangkan secara terminologi, qasam adalah kalimat untuk menegaskan dan menguatkan
suatu pesan atau pernyataan dengan menyebut nama Allah SWT. atau ciptaan-Nya sebagai
muqsam bih. Dengan demikian, qasam Al-Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang arti,

1
Fi’il muta’addi adalah fi’il yang membutuhkan satu atau lebih objek untuk menyepurnakan maknanya.

3
maksud, rahasia, dan hikmah dari sumpah-sumpah Allah SWT. yang terdapat didalam Al-
Qur’an.

Ibn Qayyim al-Jauziyyah2 seorang ulama yang cukup terkenal akan pemikirannya
terhadap pembahasaan mengenai qasam ini dalam kitabnya at-Tibyan fi Aqsaam al-Qur’an,
menulis tentang tujuan dari sumpah adalah untuk menegaskan dan menguatkan suatu berita.

Adakalanya Allah bersumpah dengan zat-Nya sendiri dan terkadang menggunakan


beberapa ciptaan-Nya seperti, matahari, bulan, bintang, buah-buahan, dan lain sebagainya.
Sumpah hanya terjadi dengan sesuatu yang diagungkan maka ketika Allah SWT. bersumpah
dengan makhluk-makhluk-Nya didalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa makhluk tersebut
termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya yang penting dan agung. Boleh jadi karena keutamaan
atau karena maanfaatnya.

B. Macam-macam Qasam

Didalam Al-Qur’an terdapat dua macam qasam. Sebagaimana pendapat Manna’ Al-Qattan
dalam Mabahits fi Ulum Al-Quran yang menyatakan bahwa macam-macam qasam dalam Al-
Quran dibagi menjadi dua, yaitu zhahir dan mudhmar.3 Pembagian ini didasarkan pada
jenisnya yang terkadang jelas menyertakan kalimat qasam dan adakalanya hanya dengan
menggunakan huruf tertentu sebagai sebuah simbolik qasam.

1. Qasam zhahir

Qasam zhahir ini merupakan sumpah yang di dalamnya disebutkan fi῾il qasam dan muqsam
bih dengan jelas terlihat. Dan di antaranya ada yang dihilangkan fi῾il qasamnya, sebagaimana
pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf berupa waw, ta dan ba. Juga dalam beberapa
tempat, terdapat fi’il qasam yang didahului la nafiyah (‫)ال‬. Contonya seperti firman Allah
SWT:

ٓ ‫ال ا ُ ْق ِس ُم ِب اي ْو ِم ْال ِق ٰي ام ِِۙة او ا‬


‫ال ا ُ ْق ِس ُم ِبالنَّ ْف ِس اللَّ َّوا ام ِة‬ ٓ‫ا‬

2
Namanya adalah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub yang dikenal dengan Ibnul Qayyim al-
Jauziyah al-Hambali, seorang murid Ibnu Taimiyah dan salah seorang ahli tafsir, hadits dan ushuluddin pada
masanya. Memiliki beberapa karya ilmiah pada masing-masingnya dan pada yang lainnya. Wafat pada tahun 751.
3
Manna al-Qattan, Mabahist fi Ulum Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), hal. 287.

4
Artinya: “Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri).” (QS. Al-Qiyamah: 1-2).

Sebagian pendapat mengatakan, bahwa la pada dua ayat tersebut memiliki makna yang
menafikan sesuatu, bukan la untuk qasam, tetapi la nafiyah yang menafikan sesuatu yang
mengandung arti tidak. Ada juga yang menyatakan bahwa la disini adalah la zaidah
(tambahan).

Manna al-Qattan memilih mengembalikan makna la kepada makna asalnya yaitu


menafikan makna yang datang sesudahnya. Pada ayat ini, ia menganggap ada kalimat yang
dihilangkan setelah huruf la sesuai dengan maqam yang ada, sehingga jika ditampakkan maka
akan berbunyi, “la sihhah lima taz’umun annahu la hisab wala ’iqab”. Jadi, la nafiyah tersebut
meniadakan kalimat yang dihilangkan sesudahnya, yang artinya; “tidak benar dugaan kalian
bahwa tidak ada balasan dan siksa”

Pendapat Manna’ al-Qattan di atas dipertegas oleh Quraish Shihab dalam Tafsir Al-
Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, bahkan ia menganggap di samping
menafikan sesuatu yang datang sesudahnya, kata la juga dapat menafikan sesuatu sebelumnya,
atau yang tersirat dalam benak pengucapnya, yaitu tidak seperti orang-orang kafir Quraisy
yang menganggap bahwa kebangkitan tidak akan terjadi.

Sedangkan dalam pendapat yang lain berkata bahwa la tersebut untuk menafikan qasam,
seakan-akan dalam artinya mengatakan, “Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan
nafsu itu”. Tetapi aku bertanya kepadamu tanpa sumpah, apakah kamu mengira bahwa kami
tidak akan mengumpulkan tulang belulang setelah hancur berantakan setelah kematian?
Masalah sudah amat jelas, sehingga tidak lagi memerlukan sumpah.

Bisa juga kata la dipahami sebagai fungsi menguatkan sumpah dan dengan demikian ayat-
ayat seperti ini diterjemahkan dengan “Aku benar-benar bersumpah”. Adapun jawab qasam
dalam ayat tersebut ditunjukan oleh ayat berikutnya, yaitu:

‫سانُ االَّ ْن نَّجْ ام اع ِع ا‬


ۗ ٗ‫ظا امه‬ ِْ ‫ب‬
‫اال ْن ا‬ ‫ااياحْ ا‬
ُ ‫س‬
Artinya: “Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya?” (QS. Al-Qiyamah: 3).

Dengan demikian, pada dasarnya muqsam ‘alaih yang terkandung adalah pasti kamu akan
dibangkitkan, dan pasti kamu akan dihisab. Ungkapan pertanyaan dalam ayat ketiga tersebut
menjelaskan dan menguatkan kepastian adanya hari kembangkitan dan pembalasan atau hisab
yang mereka para kafir Quraisy anggap bahwa semua itu tidak akan pernah terjadi setelah
adanya kematian.

5
2. Qasam mudhmar

Qasam mudhmar adalah bentuk qasam yang di dalamnya tidak dijelaskan dan disebutkan
fi῾il qasam dan muqsam bihnya, tetapi keberadaan qasam ini ditunjukkan oleh lam taukid yaitu
lam yang berfungsi untuk menguatkan isi pembicaraan, yang masuk dalam muqsam ‘alaih,
seperti firman Allah berikut:

‫ي اا ْم اوا ِل ُك ْم اواا ْنفُ ِس ُك ۗ ْم اولاتا ْس امعُ َّن ِمنا الَّ ِذيْنا ا ُ ْوتُوا ْال ِك ٰت ا‬
ۗ ‫ب ِم ْن قا ْب ِل ُك ْم او ِمنا الَّ ِذيْنا اا ْش ار ُك ْٓوا ااذًى اكثِي ًْرا‬ ْٓ ِ‫۞ لات ُ ْبلا ُو َّن ف‬
‫ع ْز ِم ْاالُ ُم ْو ِر‬‫ص ِب ُر ْوا اوتاتَّقُ ْوا فاا َِّن ٰذلِكا ِم ْن ا‬ْ ‫اوا ِْن تا‬
Artinya: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu dan (juga) kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari
orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.
Jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan. (Al-Imran: 186).

Selanjutnya, apabila qasam berfungsi untuk memperkuat Muqsam ‘alaih, maka beberapa
fi῾il dapat difungsikan sebagai qasam jika konteks kalimatnya menunjukkan makna qasam.
Contohnya seperti firman Allah SWT:

‫ّٰللاُ ِم ْيثااقا الَّ ِذيْنا ا ُ ْوتُوا ْال ِك ٰت ا‬


‫ب لات ُبا ِينُ َّنهٗ ِللنَّ ا‬
‫اس‬ ‫اواِ ْذ اا اخذا ه‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab
(yaitu): Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia….” Q.S. Ali Imran: 75).

ِ َّ‫ الت ُ اب ِينُ َّنهٗ لِلن‬adalah “lam qasam”, dan kalimat sesudahnya
Huruf lam pada ayat: ‫اس‬
adalah muqsam ‘alaih, sebab “akhadzallahu mitsaaq” bermakna “istihlaf” (mengambil
sumpah).

C. Unsur-Unsur Qasam Dan Lafadznya


Unsur-unsur qasam adalah unsur-unsur yang terkandang dalam kata qasam itu
sendiri.Struktur qasam terdiri dari tiga unsur, yaitu sighat qasam, muqsam bih dan muqsam
‘alaih.

1. Sighat qasam adalah sighat yang digunakan untuk menunjukkan qasam/sumpah, baik
dalam bentuk fi῾il maupun huruf seperti ba, ta, dan waw sebagai pengganti fi῾il qasam
karena sumpah sering digunakan dalam keseharian. Contoh qasam dengan memakai kata
kerja (fi῾il), misalnya dalam Q.S. An-Nahl [16]: 38,

‫ّٰللاُ ام ْن يَّ ُم ْو ۗتُ اب ٰلى او ْعدًا ا‬


ِ َّ‫علا ْي ِه احقًّا َّو ٰل ِك َّن اا ْكثا ار الن‬
‫اس اال اي ْعلا ُم ْو ِۙنا‬ ‫ث ه‬ ُ ‫اّٰلل اج ْهدا اا ْي امانِ ِه ِۙ ْم اال اي ْب اع‬ ‫اواا ْق ا‬
ِ ‫س ُم ْوا ِب ه‬

6
Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh, “Allah
tidak akan membangkitkan orang yang mati.” Tidak demikian (pasti Allah akan
membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari-Nya, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui, (Q.S. An-Nahl [16]: 38).

2. Muqsam bih yaitu sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah swt. Sumpah dalam Al-Quran
ada kalanya dengan memakai nama Allah swt dan adakalanya menggunakan nama-nama
ciptaan-Nya.Qasam yang menggunakan nama Allah swt dalam Al-Quran hanya terdapat
dalam tujuh tempat, yaitu Surah An-Nisa ayat 65, Surah Yunus ayat 53, Surah Al-Hijr ayat
92, Surah Maryam ayat 68, Surah Saba’ ayat 3, Surah At-Taghabun ayat 7, Surah Al-
Ma’arif ayat 40. Salah satu contohnya adalah,

‫ي اِنَّه لا اح ٌّق ۗ او اما ٓ اا ْنت ُ ْم بِ ُم ْع ِج ِزيْنا‬ ْ ‫اويا ْستا ْۢ ْنبِـُٔ ْوناكا اا اح ٌّق ه اُو ۗ قُ ْل ا‬
ْٓ ِ‫ِي او ارب‬
Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad), “Benarkah (azab yang dijanjikan) itu?”
Katakanlah, “Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya (azab) itu pasti benar dan kamu sekali-kali
tidak dapat menghindar.” (Q.S. Yunus [10]: 53.

Selain pada tujuh tempat di atas, Allah memakai qasam dengan nama-nama ciptaanNya,
seperti dalam Q.S. al-Waqiah.[56]: 75.

‫َل ا ُ ْق ِس ُم ِب ام ٰو ِق ِع النُّ ُج ْو ِم‬


ٓ ‫فا ا‬
Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. (Q.S. al-Waqiah [56]: 75).

Allah mempunya hak prerogatif untuk bersumpah dengan apa yang dikehendaki-Nya.
Berbeda lagi dengan manusia, ia dilarang bersumpah atas sesuatu apapun selain Allah swt.
Maka, qasam Allah sepenuhnya berhak menggunakan sesuatu apapun. Tatkala Allah swt
bersumpah dengan (nama) makhluk-Nya bahwasannya itu mengindikasikan keutamaan dan
kemanfaatan ciptaan-Nya, agar manusia mengambil hikmah daripadanya. Di samping itu,
Allah tunjukkan bahwa setiap makhluk memiliki pencipta, yaitu Allah swt.

3. Muqsam ‘alaih kadang juga disebut jawab qasam. Muqsam ‘alaih merupakan suatu
pernyataan yang datang mengiringi qasam, berfungsi sebagai jawaban dari qasam. Dengan
kata lain, pernyataan yang karenanya qasam diucapkan. Dalam Al-Quran terdapat dua
muqsam ‘alaih, yaitu yang disebutkan secara tegas dan yang dihilangkan.
Jenis yang pertama terdapat dalam ayat-ayat sebagai berikut:

ِ ‫صاد ِِۙق َّوا َِّن‬


‫الديْنا لا اواقِ ۗع‬ ‫ت اا ْم ًر ِۙا اِنَّ اما ت ُ ْو ا‬
‫عد ُْونا لا ا‬ ِ ٰ‫ت يُس ًْر ِۙا فا ْال ُمقاسِم‬ ِ ‫ت ذا ْر ًو ِۙا فا ْالحٰ ِم ٰل‬
ِ ‫ت ِو ْق ًر ِۙا فا ْالجٰ ِر ٰي‬ ِ ‫اوالذه ِر ٰي‬
Demi (angin) yang menerbangkan debu, dan awan yang mengandung (hujan), dan (kapal-
kapal) yang berlayar dengan mudah, dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan,

7
sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan sungguh, (hari) pembalasan pasti
terjadi. (Q.S. Az-Zariyat [51]: 1-6).

Jenis kedua muqsam ‘alaih atau jawab qasam dihilangkan atau dibuang karena alasan
sebagai berikut:

1) Dalam muqsam bih nya sudah terkandung makna muqsam ‘alaih,


2) Qasam tidak memerlukan jawaban karena sudah dapat dipahami dari redaksi ayat.

Salah satu contoh muqsam ‘alaih yang dihilangkan,

‫ِي ِحجْ ۗ ٍر االا ْم ت اار اكي ا‬


‫ْف فاعا ال‬ ‫ش ْف ِع او ْال اوتْ ِۙ ِر اوالَّ ْي ِل اِذاا ياس ِۚ ِْر ه ْال فِ ْي ٰذلِكا قا ا‬
ْ ‫سم ِلذ‬ ‫او ْالفاجْ ِۙ ِر اولاياا ٍل ا‬
َّ ‫ع ْش ِۙ ٍر َّوال‬
ۖ‫اربُّكا بِعاا ٍد‬
Demi fajar, demi malam yang sepuluh, demi yang genap dan yang ganjil, demi malam apabila
berlalu. Adakah pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) bagi orang-
orang yang berakal? Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu
berbuat terhadap (kaum) ‘Ad? (Q.S. al-Fajr [89]: 1-6).

Keberadaan qasam dalam ayat di atas ialah waktu yang mengandung amal-amal baik,
karena itu muqsam ‘alaih tidak disebutkan. Allah swt hendak mengingatkan dan menegaskan
kepada manusia bahwa dalam waktu-waktu yang disebutkan dalam ayat di atas terdapat
banyak keutamaan. Seakan mengajak manusia untuk banyak beribadah dan beramal baik pada
waktu-waktu tersebut.

Kesempurnaan kalimat itu juga mengantarkan pada pemahaman kandungan yang


dimaksud dalam qasam (sumpah), sehingga maksud dan tujuan qasam (sumpah) mudah
dipahami tanpa menyebutkan muqsam ‘alaih-nya.

D. Hal Ihwal Muqsam ‘Alaih

1. Tujuan qasam adalah untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam 'alaih (jawab qasam).
Karena itu muqsam 'alaih haruslah berupa hal-hal yang layak didatangkan qasam baginya,
seperti hal-hal gaib dan tersembunyi jika qasam itu dimaksudkan untuk menetapkan
keberadaannya.

2. Jawab qasam itu pada umumnya disebutkan. Namun terkadang ada juga yang dihilangkan,
sebagaimana jawab "" (jika), maka muqsam 'alaih sering dibuang. Seperti firman Allah:

‫كَل لو تعلمون علم اليقين‬

8
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.(QS.At-takasur:5).

Penghilang seperti ini merupakan salah satu uslub paling baik sebab menunjukkan
kebesaran dan keagungan. Dan taqdir ayat ini adalah seandainya kamu mengetahui apa yang
akan kamu hadapi secara yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tidak telukiskan
banyaknya.

Muqsam alaih atau jawab qasam dihilangkan atau tidak disebutkan karena sudah
ditunjukkan oleh kalimat yang disebutkan sesudahnya, seperti dalam surah al-qiyamah ayat 1-
2:

‫ال أقسم بيوم القيامة() وال أقسم بالنفس اللوامة‬


Aku bersumpah dengan hari kiamat dan aku bersumpah dengan jiwa yang banyak mencela.
(QS.AL-Qiyamah:3).

Jawab qasam disini dihilangkan karena sudah ditunjukkan oleh firman Allah sesudahnya
yaitu:

‫أيحسب اإلنسان ألن تجمع عظامه‬


Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya?(QS.AL-Qiyamah:3).

Taqdirnya ialah sungguh kamu akan dibangkitkan dan dihisab.

3. Fi'il madi musbat mutasarrif yang tidak didahului ma'mulnya apabila menjadi jawab qasam,
harus disertai dengan lam dan qad. Dan salah satu keduanya ini tidak boleh dihilangkan
kecuali jika kalimat terlalu panjang, seperti:

‫والشمس وضحاها() والقمر إذا تَلها() والنهار إذا جَلها() والليل إذا يغشاها() والسماء وما‬
‫)(بناها() واألرض وما طحاها() ونفس وما سواها() فألهمها فجورها وتقواها() قد أفلح من زكاها‬
Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang
apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya,
dan bumi serta pengharapannya, dan jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu.(QS. Asy-Syam: 1-9).

Jawab qasammya ialah pada ayat sembilan ( ‫)قد أفلح من زكاها‬. lam pada ayat ini dihilangkan
karena terlalu panjang. Atas dasar itu para ulama berpendapat tentang firman Allah :

‫والسماء ذات البروج() واليوم الموعود() وشاهد ومشهود() قتل أصحاب األخدود‬

9
Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang
menyaksikan dan yang disaksikan. Telah dibinasakan orang-orang yang membuat parit.(QS.
Al-Buruj:1-4).

Yang paling baik qasam disini tidak memerlukan jawab, sebab maksudnya adalah
mengingatkan akan muqsam bih karena ia termasuk ayat ayat Allah yang besar. Ada yang
berpendapat, jawab qasam tersebut dihilangkan dan ditunjukkan oleh ayat ke empat.
Maksudnya mereka itu yakin orang kafir makkah terkutuk sebagaimana ashabul ukhdud
terkutuk. Juga ada yang mengatakan, yang dihilangkan itu hanyalah permulaannya saja dan
taqdirnya ialah (‫)لقد قتل‬, sebab fi'il madi jadi menjadi jawab qasam harus disertai lam dan qad,
dan tidak boleh dihilangkan salah satunya kecuali jika kalam terlalu panjang sebagaimana telah
dikemukakan di atas, berkenaan dengan firmanNya surah as-syams ayat 1-9.

4. Allah bersumpah untuk menetapkan pokok-pokok keimanan yang wajib diketahui


makhluk. Dalam hal ini terkadang ia bersumpah untuk menjelaskan tauhid, seperti
firmanNya:
‫والصافات صفا() فالزاجرات زجزا() فالثاليات ذكر () إن إلهكم لواحد‬
Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang
melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi
(rombongan) yang membacakan pelajaran, Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. (QS.
As-Saffat:1-4).

Kalimat ( ‫ ) ا َِّن اِلا ُه ُك ْم لا اواحِ د‬pada ayat keempat adalah jawab qasam yang berisi penegasan
tentang keesaan Allah. Jadi jelas itu merupakan pokok keimanan.

Terkadang untuk menegaskan bahwa al-Qur'an itu hak, seperti firmanNya:

‫فَل أقسم بمواقع النجوم() وإنه لقسم لو تعلمون عظيم () إنه لقران كريم‬
Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu
adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, sesungguhnya al Qur'an ini adalah
bacaan yang sangat mulia.(QS.Al-Waqi’ah:75-77).

Penegasan Allah.( ‫ ) اِنه ُ القُ ْرآن ك ِاريْم‬dapat menjadi landasan yang kuat untuk meyakini bahwa
al-Qur'an betul-brtul sebuah kitab yang maha mulia dan hak(benar).

5. Qasam itu adakalanya atas jumlah khabriyah dan inilah yang paling banyak, seperti
firmanNya:
)٣٢(‫فورب السماء واألرض إنه لحق مثل ما أنكم تنطقون‬

10
Maka demi Allah langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar akan
terjadi.(QS. Az-Zariyat:23). Dan adakalanya dengan jumlah talabiyah secara maknawi, seperti:

)۹٣(‫) عما كانوا يعملون‬۹٢(‫فوربك لنسألتهم أجمعين‬


Maka demi tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka
kerjakan dahulu."(QS.Al-Hijr:92-93).

Yang dimaksud ayat ini ialah ancaman dan peringatan.

E. Hikmah Penggunaan Qasam dalam Al-Qur’an


Sebagaimana kita ketahui bahwa Qasam dalam Al-Quran bermuatan rahasia untuk
menguatkan pesan-pesan Al-Quran yang sampai kepada manusia terutama untuk orang yang
masih ragu-ragu, menolak bahkan mengingkari kebenaran ajaran-ajaran al-Quran. Menurut
Hasan, ada tiga macam pola penggunaan kalimat berita dalam al-Quran,4 yaitu:

1. Ibtida’ (berita tanpa penguat), yaitu untuk orang yang netral dan wajar-wajar saja dalam
menerima suatu berita, tidak ragu-ragu dan tidak mengingkarinya.
2. Thalabi, yaitu untuk orang-orang yang ragu terhadap kebenaran suatu berita, sehingga
berita yang disampaikan kepadanya perlu diberikan sedikit penguat yang disebut dengan
kalimat thalabi atau taukid untuk meyakinkan dan menghilangkan keraguannya.
3. Inkari, yaitu untuk orang-orang yang bersifat ingkar dan selalu menyangkal suatu berita,
untuk kondisi seperti ini beritanya harus disertai dengan kalam inkari (diperkuat sesuai
dengan kadar keingkarannya)

Oleh karena itu, Allah menggunakan kalimat sumpah dalam al-Quran untuk
menghilangkan keraguan, menegakkan hujjah dan menguatkan berita terhadap orang-orang
yang seperti ini.

4
Hasan dan Radiatul Hasnah Zaini, Ulum Al-Quran (Batu Sangkar: STAIN Batu Sangkar Press, 2011). hlm. 162

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Allah SWT. menyebutkan sumpah untuk menyempurnakan hujjah dan menegaskannya.


Karena suatu hukum itu akan jelas dengan dua hal, yaitu dengan kesaksian atau dengan
sumpah. Maka, Allah SWT. menyebutkan dua hal itu sehingga mereka tidak memiliki alasan
untuk menolaknya. Adakalanya Allah bersumpah dengan zat-Nya sendiri dan terkadang
menggunakan beberapa ciptaan-Nya seperti, matahari, bulan, bintang, buah-buahan, dan lain
sebagainya. Sumpah hanya terjadi dengan sesuatu yang diagungkan maka ketika Allah SWT.
bersumpah dengan makhluk-makhluk-Nya didalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa makhluk
tersebut termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya yang penting dan agung. Boleh jadi karena
keutamaan atau karena maanfaatnya.

B. Saran

Demikianlah makalah ini disusun. Sebagai penyusun makalah, kami sangat menyadari
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik itu dari
segi pengetikan maupun isi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Qattan, Manna Khalil. Mabahist fi Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009.

Suyuthi, Jalaluddin. Al-Itqan fi Ulumil Qur’an.Surakarta: Indiva Pustaka, 2009.

Jailani, Ani dan Hasbiyallah. “Kajian Amtsal dan Qasam dalam Al-Qur’an” dalam, Jurnal
Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman. Nomor 02, (2019): 16-26.

13

Anda mungkin juga menyukai