Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Mufrod, Tasniyah, dan Jama’


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah BMK

Dosen Pengampu :
Hj. Khotimah Suryani., M. Ag.

Disusun oleh :
A. Khoirur Rozikin Yazid (22051027)
M. Fa'ieq firmansyah B (22051031)
M.fahmi fathoni (22051087)
Muhammad Syahrul Habibi (22051014)
Teguh Dwi Romadlon (22051017)

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Darul ‘Ulum Lamongan
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, dan tak lupa
sholawat serta salam kita haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang
telah menjunjung kita ke jalan yang benar yakni Addinul Islam. Ucapan syukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayahnya,
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas. Kami mengucap terima kasih kepada Hj.
Khotimah Suryani., M. Ag. selaku dosen mata kuliah BMK dan seluruh pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami dengan rendah hati dan tangan terbuka siap menerima berbagai masukan
maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan bisa berguna bagi kami
dan para pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Lamongan, 7 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. EUMUSAN MASALAH......................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Pengertian Mufrod, Tasniyah, dan Jama’..........................................................2
B. Bentuk-Bentuk Mufrod, Tasniyah, dan Jama’...................................................3
C. Contoh-Contoh Dari Mufrod, Tasniyah dan Jama’...........................................4
BAB III.............................................................................................................................6
PENUTUP.........................................................................................................................6
A. Kesimpulan...........................................................................................................6
B. Saran.....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al Qur’an diturunkan oleh Allah pada satu waktu tertentu, yaitu
diturunkan pada masa jahiliyah, kurang lebih 14 abad yang lalu. Ia juga
diturunkan kepada masyarakat tertentu, yaitu orang Arab yang mendiami kota
Makkah. Meskipun demikian, isi kandungan Al-Qur’an diperuntukkan bagi
seluruh umat manusia, dari dulu, kini, hingga yang akan datang.
Tentu saja, berbicara tentang Al-Qur’an tak bisa dilepaskan dari ketinggian
bahasanya yang melampaui jaman dan waktu. Karena Al-Qur’an mampu bertahan
dari segala bentuk perkembangan jaman. Bagi kalangan ahli bahasa, al-Qur’an
pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama dengan bahasa Arab secara
khusus dan bahasa-bahasa lainnya. Namun demikian, mereka para ahli bahasa
tidak mampu menandingi kesusastraan al-Qur’an yang tinggi. Disinilah letak
kemukjizatan al-Qur’an yaitu pada kekuatan teks yang sempurna.
Diantaranya adalah banyaknya ragam bentuk jamak, yang menjadi rahasia
tersendiri bagi al-Qur’an. Tentu saja hal itu tidak disebabkan oleh perbedaan
lahjah seperti halnya yang terjadi dalam qiraat. Kalaupun ragam bentuk jamak
disebabkan oleh perbedaan lahjah maka pembahasannya hanya akan sampai pada
asal-usul lafadz tersebut. Dan perlu diingat juga, bahwasannya perbedaan lahjah
tidak berimplikasi pada nilai kesusastraan.
Maka dari itu, dalam makalah ini penulis akan sedikit memaparkan
tentangpenggunaan mufrod dan jamak didalam al-Qur’an. Yang dimana, hal itu
memiliki nilai kesusatraan yang tinggi.

B. EUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Mufrod, Tasniyah, dan Jama’?
2. Apa Bentuk-Bentuk Mufrod, Tasniyah, dan Jama’?
3. Apa Saja Macam-Macam Mufrod, Tasniyah, dan Jama’?
4. Bagaimana Contoh-Contoh Dari Mufrod, Tasniyah dan Jama’?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Mufrod, Tasniyah, dan Jama’
2. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk Mufrod, Tasniyah, dan Jama’
3. Untuk Mengetahui Apa Macam-Macam Mufrod, Tasniyah, dan Jama’
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Contoh Dari Mufrod, Tasniyah dan Jama’

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mufrod, Tasniyah, dan Jama’


Mufrod dalam bahasa Arab berarti tunggal, yang didalam bahasa Inggris
disebut juga dengan istilah single, singular. Mufrod dalam bahasa Arab biasa
digunakan sebagai sebutan untuk isim (kata benda, nomina).
Tasniyah/mutsanna adalah seluruh isim yang menunjukkan suatu jumlah
bilangan ganda (dua), baik itu kepada laki-laki (mudzakar) maupun kepada
perempuan (muannats).
Sedangkan jamak (Inggris: plural) adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut isim yang menunjukkan arti lebih dari dua. Akan tetapi, dalam bahasa
Inggris istilah yang menunjukkan dua orang atau dua benda sudah dapat dikatakan
jamak, sedangkan dalam bahasa Arab hal itu disebut Tasniyah.
Jamak dalam bahasa Arab dibedakan menjadi 3 bagian yaitu
1. Jama’ Mudzakar Salim : bentuk jamak yang menunjukkan pada tiga hal
atau lebih, dengan mengikuti pola yang beraturan yaitu, dengan
menambahkan wawu dan nun pada saat rafa’ atau dengan
menambahkan ya’ dan nun pada saat jar dan nashob. Seperti
lafadz mukminun‫ مؤمنون‬dan mukminin‫مؤمنين‬
2. Jama’ Muannats Salim : bentuk jamak yang menunjukkan pada tiga hal
atau lebih dengan mengikuti pola yang beraturan yaitu, dengan
menambahkan alif dan ta’ dari bentuk mufrodnya. Seperti
lafadz mukminat‫ مؤمنات‬.
3. Jama’ Taksir : bentuk jamak yang menunjukkan pada tiga hal atau lebih
dengan tidak mengikuti pola yang seragam atau tidak tetap dari bentuk
mufrodnya. Jama’ Taksir, pada umumnya dipakai baik untuk yang berakal
maupun yang tidak berakal (benda), muannats ataupun mudzakkar. Seperti
lafadz kitaabun menjadi kutubu, baitun menjadi buyutun,
amirun menjadi umaraun.
Kemudian jamak taksir terbagi menjadi 2 yaitu jama’ al-qillah (jamak yang
digunakan untuk jumlah yang lebih dari dua atau kurang dari sepuluh). Sedang
yang kedua adalah jama’ al-Kastroh (jamak yang menunjukkan lebih dari
sepuluh).
Selanjutnya jama’ al-qillah mempunyai 4 pola atau wazan, yaitu:
1) Mengikuti wazan af’alun, seperti lafadz arjulun (kaki) yang merupakan
bentuk mufrod dari lafadz rijlun (QS. Yasin [36]: 65).

2
2) Mengikuti wazan af’ilatun, seperti lafadz aslihatun (senjata) yang
merupakan bentuk mufrod dari lafadz silahun (QS. al-Nisa’[4]: 42).
3) Mengikuti wazan fi’latun, seperti lafadz fityatun (pemuda) yang
merupakan bentuk mufrod dari lafadz fataa (QS. al-Kahfi [18]: 13).
4) Mengkuti wazan fu’ala’u, seperti lafadz kubaraau (besar) yang
merupakan bentuk jamak dari lafadz kabiiruun.

B. Bentuk-Bentuk Mufrod, Tasniyah, dan Jama’


1. Lafadz al-Ardh dan al-sama’
Dalam al-Qur’an lafadz al-ardh ‫(االرض‬bumi) selalu disebutkan dalam
bentuk mufrod, alasannya adalah apabila lafadz al-Ardh disebutkan dalam
bentuk jamak yaitu Ardhun maka akan terasa berat juga kasar dan merusak
keteraturan susunan kalimat. Namun al-Qur’an tetap memakai lafadz al-
Ardh seperti dalam QS. Al-Thalaq [65]: 12
‫ٱُهَّلل ٱَّلِذ ى َخ َلَق َس ْبَع َس َٰم َٰو ٍت َوِم َن ٱَأْلْر ِض ِم ْثَلُهَّن َيَتَنَّز ُل ٱَأْلْم ُر َبْيَنُهَّن ِلَتْع َلُمٓو ۟ا َأَّن ٱَهَّلل َع َلٰى ُك ِّل َش ْى ٍء‬
‫َقِد يٌر َو َأَّن‬
‫ٱَهَّلل َقْد َأَح اَط ِبُك ِّل َش ْى ٍء ِع ْلًۢم ا‬
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya
benar-bena meliputi segala sesuatu.
Seharusnya lafadz al-Ardh diatas disebutkan dalam bentuk jamak,
yaitu araadhin‫ ارض‚‚‚‚ين‬, karena lafadz tersebut athof kepada lafadz al-
Samawat. Dalam hal ini al-Qur’an tetap memakai bentuk mufrod walaupun
makna yang dikandung adalah jamak dengan alasan yang telah diuraikan
diatas.
Sedangkan lafadz al-sama’ (langit) terkadang memakai bentuk mufrod
dan jamak yang disesuaikan dengan konteks ayat (siyaq al-kalam). Jika
lafadz al-sama’ dalam bentuk mufrod maka yang dimaksudkan adalah untuk
menunjukkan arah (al-jihah). Dan jika lafadz al-sama’ dalam bentuk jamak
maka yang dimaksudkan adalah untuk menunjukkan betapa luasnya
keagungan Allah dan betapa banyak jumlahnya.
2. Lafadz al-riih (angin)

Lafadz al-riih apabila dalam bentuk mufrod maka menunjukkan makna


adzab seperti QS. Ali Imron [3]: 117. Dan apabila dalam bentuk jamak maka
menunjukkan makna rahmat, seperti QS. al-A’raf [7]: 57. Namun kaedah
tersebut tidak berlaku pada QS. Yunus [10]: 22.

3
‫ُهَو ٱَّلِذ ى ُيَس ِّيُر ُك ْم ِفى ٱْلَبِّر َو ٱْلَبْح ِر ۖ َح َّتٰٓى ِإَذ ا ُك نُتْم ِفى ٱْلُفْلِك َو َج َر ْيَن ِبِه م ِبِريٍح َطِّيَبٍة َو َفِر ُحو۟ا ِبَها َج ٓاَء ْتَها ِريٌح‬
‫َعاِص ٌف َو َج ٓاَء ُهُم ٱْلَم ْو ُج ِم ن ُك ِّل َم َك اٍن َو َظُّنٓو ۟ا َأَّنُهْم ُأِح يَط ِبِه ْم ۙ َدَعُو ۟ا ٱَهَّلل ُم ْخ ِلِص يَن َلُه ٱلِّد يَن َلِئْن َأنَج ْيَتَنا ِم ْن َٰه ِذِهۦ‬
‫َلَنُك وَنَّن ِم َن ٱلَّٰش ِكِر يَن‬
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan,
(berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera,
dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di
dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira
karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap
penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung
(bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika
Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan
termasuk orang-orang yang bersyukur".

C. Contoh-Contoh Dari Mufrod, Tasniyah dan Jama’


1. Isim Mufrod
‫ِإْنَس اٌن – َم ْر َأٌة – ِكَتاٌب – َم ْد َرَس ٌة‬
Kata-kata di atas mengandung makna: (seorang) Manusia, (seorang)
Perempuan, (satu) buku, dan (satu) sekolah.
Tanda i’rab untuk isim mufrad adalah fathah ketika rafa’, fathah ketika
nashab dan kasrah ketika khafadh.
2. Isim Tasniyah
( ‫ ِكَتاَبْيِن )ِكَتاٌب‬/ ‫ِكَتاَباِن‬
(‫ َج َّنَتْيِن )َج َّنٌة‬/ ‫َج َّنَتاِن‬
Isim mutsana ditandai dengan alif ketika marfu’ dan ya’ ketika mansub
dan majrur.
Contoh:
‫ ِم َن الَّطاِلَبْيِن‬- ‫َج اَء الَّطاِلَباِن – ِإَّن الَّطاِلَبْيِن‬
3. Isim Jama’
a.) Jama’ Mudzakkar Salim
( ‫ ُم ْس ِلِم ْيِن )ُم ْس ِلٌم‬/ ‫ُم ْس ِلُم ْو َن‬
( ‫َطاِلِبْيَن )َطاِلٌب‬/ ‫َطاِلُبْو َن‬
Jama’ mudzakkar salim ditandai dengan wau ketika marfu’ dan ya’ ketika
mansub dan majrur.
Contoh:
‫ ِم َن الَّطاِلِبْيَن‬- ‫َج اَء الَّطاِلُبْو َن – ِإَّن الَّطاِلِبْيَن‬
b.) Jama’ Muanats Salim
( ‫ُم ْس ِلَم اٌت )ُم ْس ِلٌم‬
( ‫َطاِلَباٌت )َطاِلٌب‬

4
Jama’ muannats salim ditandai dengan dhammah ketika marfu’ dan kasrah
ketika mansub dan majrur.
Contoh:
‫ ِم َن اْلُم ْس ِلَم اِت‬- ‫َج اَءِت اْلُم ْس ِلَم اُت – ِإَّن اْلُم ْس ِلَم اِت‬
Jama’ mudzakar salim dan muanats salim biasanya digunakan untuk
hal yang berkaitan dengan manusia seperti profesi, status, dll dan
biasanya bentuknya isim musytaq.
c.) Jamak Taksir

Mufrad Tarjamah Jamak Tarjamah


‫َرُسْو ٌل‬ = seorang rasul ‫ُرُس ٌل‬ = rasul-rasul
‫َعاِلٌم‬ = seorang alim ‫ُع َلَم اُء‬ = orang-orang alim
‫َرُج ٌل‬ = seorang laki-laki ‫ِرَج اٌل‬ = para laki-laki
= perempuan-
‫ِاْم َر َأٌة‬ = seorang Perempuan ‫ِنَس اٌء‬
perempuan

5
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Mufrod dalam bahasa Arab berarti tunggal, yang didalam bahasa Inggris
disebut juga dengan istilah single, singular. Mufrod dalam bahasa Arab biasa
digunakan sebagai sebutan untuk isim (kata benda, nomina).
Tasniyah/mutsanna adalah seluruh isim yang menunjukkan suatu jumlah
bilangan ganda (dua), baik itu kepada laki-laki (mudzakar) maupun kepada
perempuan (muannats).
Sedangkan jamak (Inggris: plural) adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut isim yang menunjukkan arti lebih dari dua. Akan tetapi, dalam bahasa
Inggris istilah yang menunjukkan dua orang atau dua benda sudah dapat dikatakan
jamak, sedangkan dalam bahasa Arab hal itu disebut Tasniyah.
B. Saran
Mungkin dari materi makalah ini taidak begitu detail dalam menjelaskan
pengertian-pengertian terkait mufrod, tasniyah, dan jamak. Jadi saya sarankan
untuk kalian supaya memahami dengan seksama.

6
7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nahwushorof.com/2022/01/penjelasan-isim-mufrad-isim.html?m=1 (Di
akses pada tanggal 7 November 2023)

Anda mungkin juga menyukai