Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MACAM-MACAM ISTIFHAM DAN QOSRUN

DISUSUN OLEH:
1. Nurwahidah
2. Ayu Febriyanti

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
T.A 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahma dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang
berjudul “macam-macam istifham dan qosrun”.
Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada nabi besar kita
Muhammad SAW, nabi yang telah mengantarkan kita dari jalan kesesatan menuju
jalan yang benar yaitu “Addiinul Islam”.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pada pembaca semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Akhir kata saya ucapkan mohon ma’af apabila dalam penulisan makalah
ini terdapat banyak kesalahan.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusah Masalah ........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2
A. Pengertian istifham dan qosrun ....................................................................2
B. Macam-macam istifham dan qosrun ............................................................3
BAB III PENUTUP .................................................................................................8
KESIMPULAN ........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambing bunyi
yang dihasilkan alat ucap manusia. Yang mana melalui bahasa manusia bisa
saling mengungkapkan, memahami, dan menerima apa yang disampaikan
antara satu orang pada orang lainnya. Dalam berkomunikasi antara manusia
satu dengan yang lainnya juga membutuhkan akan artinya makna pada sa’at
berkomunikasi, diantara cara pengungkapan makna tersebut juga melalui
bahasa. Tentunya dalam menguasai bahasa tersebut harus adanya penguasaan
melalui tata bahasa dan juga ilmu bahasa.
Ilmu bahasa yang perlu diketahui yakni Al ma’ani yang merupakan
cabang dari ilmu balaghah, oleh karena itu pada kesempatan kali ini
dipaparkan mengenai qoshr dengan berbagai perumusan. Ilmu balaghah juga
menempatka pertanyaan atau istifham sebagai salah satu ushlub insha yakni
kebalikan dari thalab. Istifham sangat erat kaitannya dengan ilmu balaghah
yakni kajian yang menitik beratkan pada keindahan bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
 Apasih yang dimaksud dengan istifham?
 Macam-macam istifham
 Apasih yang dimaksud dengan qosrun?
 Macam-macam qosrun
 Bagaimana teknik penyusunan qosrun?

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Al-qosrun
Qosrun menurut bahasa ialah menyingkat atau menahan. Sedangkan
menurut istilah, qoshr ialah mengkhususkan suatu perkara dengan perkara
yang lain dengan cara tertentu Adapun macam-macam qosrun antara lain:
 Qosru hakiki
Dikhususkannya maqshur pada maqshur alaih berdasarkan hakikat dan
kenyataan, dimana maqshur tidak dapat lepas dari maqshur alaih untuk
berpindah ke yang lain. Jadi qosru hakiki ialah penfokusan yang hakiki, yang
sebenarnya dan mutlak.
Contoh: (qs. Al-imran: 189)
Artinya: dan kepunyaan allah lah kerajaan langit dan bumi dan Allah
maha perkasa atas segala sesuatu.
 Qosru idhofi
Dikhususkannya maqshur pada maqshur alaih dengan disandarkan
kepada sesuatu yang tertentu. Yang dimana penfokusan relative, bukan
sebenarnya, bersifat kiasan, karena itu disebut juga dengan qosru majazi.
Contoh: (QS. Al-kafiru: 6)
Artinya: Untukmu agamamu dan untukku agama ku.
Qosru idhof disebut qosru majazi karena penyataan “untukmu
agamamu dan untukku agamaku” maksudnya agama berhala hanya untuk mu
dan agama islam hanya untukku (diri Muhammad sendiri) tidak dalam
pengertian sebenarnya, karena pada hakekatnya agama berhala tidak hanya
dianut oleh mereka yang pada sa’at itu menemui nabi, juga agama islam tidak
hanya diperuntukkan bagi nabi Muhammad saja, melainkan bagi umat
manusia semuanya. Kalimat qosr tersebut diungkap dalam pengertian majazi
(kiasan), yaitu semata-semata untuk menekankan penolakan nabi Muhammad
bahwa tidak mungkinnya mencampur kedua agama tersebut.
Adapun qosru idhofi dibagi menjadi tiga yaitu:

2
 Qosru ifrod yaitu apabila mukhotob berkeyakinan dengan keada’an.
Contoh: “sesungguhnya Allah adalah tuhan yang maha esa”
 Qosru qolab yaitu apabila keyakinan mukhotob berbalik dengan keadaan
yang sebenarnya.
Contoh: tidak ada yang bepergian kecuali Ali, maksudnya seorang
mukhotob salah faham yang bepergian bukan ali akan tetapi ibrohim.
 Qosru ta’yin yaitu apabila mukhotob dalam menentukan keadaan yang
sebenarnya.
Contoh: bumi itu bergerak (berputar) tidak diam.
2. Pengertian istifham
Istifham merupakan bentuk dari kata masdar “istifham” secara leksikal
kata tersebut bermakna meminta pemahaman atau meminta pengertian.
Sedangkan menurut terminology istifham berarti harapan untuk mengetahui
sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dengan menggunakan salah satu
perangkat dari beberapa perangkat istifham.
Istifham diklasifikasikan menjadi dua pola yaitu istifham hakiki yang
dimana pertanyaan seseorang kepada orang lain tentang sesuatu yang memang
benar-benar belum diketahui sebelumnya. Dan istifham majazi ialah
pertanyaan tentang sesuatu yang sebenarnya sudah diketahui. Dalam kondisi
ini, fungsi yang dimiliki oleh kalimat istifham tersebut tidak lagi orisinil
sebagai pertanyaan yang mengharapkan jawaban, namun beralih kepada
fungsi-fungsi lainnya, semisal larangan, perintah, pengingkaran, do’a,
harapan, sangkalan serta tujuan lainnya.
Perangkat istifham yang dimaksud di sini adalah huruf atau kata yang
digunakan untuk membentuk kalimat pertanyaan. Dilihat dari fungsinya,
perangkat istifham dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu Istifham untuk yang
bertujuan untuk menggambarkan sesuatu (al-tashawwur), istifham untuk
membenarkan sesuatu (al-tashdiq), istifham yang berfungsi sebagai al-
tashawwurdi satu sisi dan sebagai al-tashdiq di sisi lain.
Adapun perangkat-perangkat istifham yang biasa digunakan dalam
kaidah bahasa Arab, antara lain:

3
1. Hamzah (‫)أ‬, sebagai sebuah perangkat istifham memiliki dua fungsi asli:
a) Tasawwur, Yaitu gambaran tentang mufrad atau jawaban yang bersifat
mufrad. Dalam hal ini huruf hamzah langsung diiringi dengan sesuatu
yang ditanyakan, dimana pada umumnya sesuatu yang ditanyakan
tersebut mempunyai bandingan (qarinah) yang disebutkan setelah
lafazh. “’am”. Contohnya pada kalimat: ‫؟ على مسافرام خالد‬, Dalam
kalimat tersebut sang penanya memiliki keyakinan bahwa yang
melakukan perjalanan adalah salah satu antara Ali atau Khalid, namun
tidak diketahui kepastiannya. Oleh karena itu, dalam pola istifhamyang
demikian harus dikhususkan jawabannya. Lalu dikatakan “‫“خالد‬
misalnya.
b) Tashdiq Yaitu untuk menunjukkan terjadi atau tidaknya salah satu
diantara dua perkara. Contohnya dalam kalimat: ‫أحضر االمير؟‬, Dalam
kalimat tersebut dibutuhkan penjelasan tentang tetap dan tidaknya
sesuatu. Dan dalam hal ini jawabannya berkisar antara kata “iya” atau
“tidak”. Kalimat istifhamdengan menggunakan huruf hamzahyang
bertujuan tashdiqini, lafaz yang mengimbangi tidak disebutkan,
sebagaimana yang terjadi dalam contoh kalimat istifhamdengan
hamzah yang bertujuan untuk tashawwur. Apabila setelah hamzah
tashdiq tersebut. terdapat lafad “’am” maka harus ditentukan sebagai
“’am.munqati’ah”dan menggunakan makna “bal” (tetapi).
2. Hal (‫ )هل‬Penggunaan huruf “hal” dalam kalimat istifham hanya berfungsi
sebagai tashdiq saja, yang tujuannya untuk mengetahui terjadi atau
tidaknya sesuatu.
3. Man(‫)من‬Kata ini berfungsi untuk menanyakan makhluk yang berakal.
Contoh: ‫؟من هذا‬
4. Ma.(‫ )ما‬Kata ini berfungsi untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal.
Contoh: ‫؟ماالسراف‬.
5. Mata(‫ )متى‬Dalam kaidah bahasa Arab, kata ini berfungsi untuk
menanyakan keterangan waktu, baik yang lalu maupun yang akan datang.
Contoh: ‫؟متى يعود المسافرون‬

4
6. Ayyana(‫)ايان‬Dalam kaidah istifham.haqiqi, kata ayyanaberfungsi untuk
menanyakan keterangan waktu yang akan datang secara khusus, di mana
masa yang dimaksud merupakan masa yang secara spesifik dikategorikan
bersejarah.Contoh: ‫؟يسأل أيان يوم القيامة‬7.Kaifa(‫)كيف‬Kata ini dalam kaidah
istifhamberfungsi untuk menanyakan keterangan keadaan. Contoh: ‫فكيف‬
‫اذاجئنا من كل امة بشهيد‬
7. Ayna(‫ )أين‬Kata ini berfungsiuntuk menayakan keterangan tempat.
Contoh:‫؟أين الطبيب‬
8. Anna(‫ )انى‬Kata Annamemiliki tiga makna sekaligus, yaitu: bagaimana,
darimana, dan kapan. Contoh: ‫؟نى لك هذا‬,‫يا مريم‬
9. Kam(‫ )كم‬Dalam kaidah istifham kata ini berfungsi untuk menanyakan
keterangan jumlah. Contoh: ‫؟كم لبثتم‬
10. Ayyun(‫)أي‬Kata ini berfungsi untuk menanyakan dan menghendaki
perbedaan antara dua hal. Contoh: ‫؟ى الفرقين خير مقاماا‬Beberapa poin yang
sudah disebutkan di atas adalah fungsi original (haqqi) dari perangkat-
perangkat istifham. Namun begitu, pada realitanya dalam ilmu
balaghahkhususnya, pola istifhamtidak hanya berfungsi untuk meminta
penjelasan atau keterangan tentang sesuatu yang tidak diketahui, namun
seringkali memiliki ragam fungsi yang lain. Dalam al-Qur’an misalnya,
fungsi uslu>b.istifhamsudah berevolusi sedemikian jauh dari fungsi
hakikinya dan memunculkan beragam makna, fungsi inilah yang dalam
terma balaghahdisebut sebagai istifham.istifham. Dimana fungsinya bukan
lagi meminta jawaban atau penjelasan namun lebih kepada memberikan
kabar atau pelajaran.
Adapun beberapa fungsi kalimat istifham.majaziyang sering digunakan
dalam ayat Al-Qur’an antara lain:
1. Taqrir (Menetapkan). Dalam hal ini pola kalimat istifhamtidak
memerlukan terhadap jawaban, sebab tujuannya adalah untuk menetapkan
suatu gagasan, bukan pertanyaan. Pola taqrir.ini biasanya menggunakan
hamzahsebagai perangkat istifhamnya yang kemudian diikuti oleh
fiil.nafi..Contoh kalimat istifhamdalam Al-Qur’an yang berfungsi untuk

5
menetapkan (taqrir). apa yang tercantum dalam suratal-
Inshirah.ayat:1Artinya:
“Tidakkah.kami.lapangkan.dadamu.(Muhammad)?"Dalam kasus ini, huruf
hamzahyang kemudian diikuti oleh huruf nafi.tidak bermakna nafi, namun
sebaliknya menetapkan dan memberikan pembenaran surat al-Anbiya’
ayat 62:Artinya:
“Mereka bertanya: "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap
tuhan-tuhan.
2. Ikhbar (Menginformasikan) Ikhbar adalah pemberian informasi tentang
sesuatu. Pola istifham semacam ini bertujuan untuk menguatkan infomasi
atau kabar yang disampaikan dalam suatu kalimat. Kalimat istifhamyang
memiliki fungsi kedua ini biasanya menggunakan huruf “hamzah”atau
kata “hal”. Sebagai perangkatnya,.seperti dalam ayat 12 surat al-Baqarah
Artinya:
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”
3. Al-Taswiyyah (Menyamakan) Pola istifham yang bertujuan untuk
menyamakan atau taswiyyah biasanya menggunakan “hamzah”atau “hal”.
Pola ini bertujuan untuk menunjukkan
4. Ifham (pemberian pemahaman). Contoh untuk istifham yang berfungsi
untuk memberikan pemahaman
5. Tashwiq (Memotivasi) Pola istifham yang berfungsi sebagai tashwiqini
bertujuan untuk menggiring perasaan dan rasio manusia agar condong
kepada gagasan yang dimunculkan dalam kalimat istifhamtersebut.
Contohnya kalimat yang terdapat dalam surat Al-Shaf ayat 10:
6. Al-Amr (perintah) Pada jenis ini, pola istifham memiliki estetika sendiri.
Sebab istifham yang semula berfungsi untuk meminta pemahaman tentang
sesuatu yang belum diketahui, ternyata dapat beralih fungsi sebagai
kalimat perintah. Contoh kalimat istifham yang berfungsi memerintah
salah satunya adalah ayat 75 surat al-Nisa’

6
7. Nafi (meniadakan) Fungsi istifhamuntuk menafikan sudah banyak sekali
diterapkan baik dalam percakapan bahasa Arab, karya pustaka maupun Al-
Qur’an. Contoh dari pada pola istifham yang memiliki tujuan untuk
menafikan adalah surat al-Baqarahayat 210:
8. Nahi (larangan) Dalam kondisi ini kalimat istifham berfungsi untuk
menegaskan tentang pelarangan terhadap sesuatu. Salah satu contoh
kalimat al-Qur’an yang menggunakan pola kalimat ini adalah kalimat yang
tercantum dalam surat al-Taubahayat 13

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qohsr adalah pemfokusan, atau “mengistimewakan sesuatu yang lain
dengan jalan tertentu”. Setiap ungkapan qoshr mesti memiliki empat unsure,
yaitu: Maqshur, Maqshur alaih, Maqshur anhu, Adat qoshr.
Macam-macam qohsr adalah Qoshr hakiki dan Qoshr Idlofi. Qoshr
Idlofi dibagi menjadi tiga yaitu: Qoshr ifrod, Qoshr qolab, Qoshr ta’yin.
Tenik penyusunan Qoshr adalah qohsr bi-attaqdim, qoshr bi dhomir
fasl dan qoshr bi-addawat.
Dari varian-varian istifhamdi atas, sebetulnya apa yang ingin
disampaikan al-Qur’an, ketika iamenggunakan redaksi istifhamuntuk
merespon apa yang dihadapinya? Bisa saja hal itu tidak terjadi,namun
kenyataannya itu ada. Lalu, seberapa besarkah resistensi Al-Qur’an
ketikamenggunakanredaksi istifham, dibandingkan dengan yang tidak?Ada
beberapa halcukupmenguntungkan, ketika Al-Qur’an menggunakan redaksi
seperti itu, pertama, Al-Qur’andengandemikian mengakomodir persoalan-
persoalan mendasar yang itu menjadi ganjalan disebagian besar manusia kala
itu. Kedua, sebuah pembuktian bahwa Al-Qur’an adalah ajaran
Tuhanyangmenyentuh ranah imanensi, sampai-sampai harus menjawab hal-hal
yang—menurut sebagian manusia—adalah remeh. Ketiga, pembuktian
bahwasanya Al-Qur’an adalah ajaran Tuhan yang pedulidengan manusia,
bukan ajaran yang betul-betul lepas. Dengan demikian, melihat dari
pembahasanyang diungkapkan, maka kami dapat disimpulkan bahwa redaksi
istifhamterkadang keluardari makna aslinya kepada makna yang lain yang
dapat diketahui melalui susunan kalimat pembentuknya. Makna itu bisa jadi
nafi (meniadakan), inkar (pengingkaran), aqrir (penegasan), taubikh
(pencelaan), ta’zhim (mengagungkan), tahqir (menghina), istibtha’
(melemahkan), ta’ajjub (keheranan), taswiyyah (penyamaan), tamanni
(harapan yang mustahil tercapai), dan tashwiq (memotivasi).

8
DAFTAR PUSTAKA

Banna’, Haddamu, Al-Balaghoh fi Ilmil Ma’ani Lisoffil Khomis Bikulliyatil


Mu’allimin Al-Islamiyah,Gontor: Darussalam Attoba’ah Wan-Nasr
TTH Hidayat. Al-Balaghoh Al-Jami’ Wassyawahid min Kalamil Badi’ untuk
semua. Jakarta: PT. Toha Karya Putra 2002.
Al- Hashim, Ahmad. t.t. Jawahir Al-Balaghah.
Beirut. Al- Jarim, Ali. 2000. Al-Balaghah.

Anda mungkin juga menyukai