Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ULUMUL QURAN

“Ilmu Amtsalil Quran”

Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Faisal Hamdani M. Ag

Disusun Oleh:
Sarah Lisfiza (0203222051)
Tikwan (0203222063)

PROGRAM STUDI S-1 HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN, 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah swt. Yang maha esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada bapak dosen yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ilmu Amtsalil Quran. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Medan, 3 September 2023

Kelompok 9

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. I

DAFTAR ISI .......................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan masalah......................................................................................... 2

C. Tujuan........................................................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Pengertian Amtsalil Qur’an.......................................................................... 3

B. Unsur- unsur Amtsalil Qur’an ..................................................................... 5

C. Macam- macam Amtsalil Qur’an ................................................................. 6

D. Sighat Amtsalil Qur’an ...............................................................................11

5. Kegunaan Amtsalil Qur’an ........................................................................ 14

PENUTUP ............................................................................................................ 15

Kesimpulan ........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al Qur’an merupakan firman Allah SWT (kalamullah) yang diwahyukan


kepada nabi Muhammad SAW melalui ruhul Amin, malaikat Jibril untuk dijadikan
pedoman hidup (way of life) bagi makhluknya di setiap ruang dan waktu. Al Qur’an
juga berfungsi sebagai Hudan li al Nas yang akan mengantarkan dan mengarahkan
manusia ke jalan yang lurus.

Untuk memahami itu semua maka ulama’ tafsir menganggap perlu adanya
ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam al-Qur’an agar manusia
mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan perumpamaan tersebut, karena
itulah penulis menuliskan tentang ilmu tersebut, yaitu Ilmu Amtsal al-Qur’an.

Hakikat hakikat yang tinggi makna dan tujuannya akan lebih menarik jika
dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik dan mendekatkan kepada
pemahaman. Amtsal (pemisalan, perumpamaan) merupakan penyerupaan sesuatu
yang ghaib dengan sesuatu yang hadir, sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang
kongkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu hal yang serupa.

Rasulullah saw. Pernah bersabda tentang kedudukan amtsal dalam al-


Qur’an. Rasulullah saw. Bersabda : “Sesungguhnya Al Qur’an turun dengan
menggunakan lima sisi : halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal.
Kerjakanlah kehalalannya, tinggalkanlah keharamannya, ikutilah muhkamnya,
imanilah mutasyabihnya dan ambillah pelajaran dari amtsalnya.

Dengan demikian, dalam memahami al Qur’an sangatlah dibutuhkan ilmu


tersendiri, yang dikenal dengan ulumul Qur’an. Dimana dalam ilmu ini salah satu
disiplinnya adalah ilmu amtsalul Qur’an. Dari sinilah, dalam makalah ini penulis
bermaksud mengeksplor amtsal al Qur’an untuk lebih memperdalam upaya
pemahaman al Qur’an.

1
B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian Amtsalil Qur’an?


2. Apa saja unsur- unsur Amstsalil Qur’an?
3. Apa saja macam- macam Amtsalil Qur’an?
4. Apa saja sighat Amtsalil Qur’an?
5. Apa kegunaan amtsalil Qur’an?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Amtsalil Qur’aan.


2. Untuk memahami unsur- unsur Amstsalil Qur’an.
3. Untuk mengetahui macam- macam Amtsalil Qur’an.
4. Untuk mengetahui sighat Amtsalil Qur’an.
5. Untuk memahami kegunaan amtsalil Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Amtsalil Qur’an

Amtsal adalah bentuk jamak dari masal, misl dan masil adalah sama dengan
syabah, syibh dan syabih, baik lafaz maupun maknanya.1 Penyerupaan merupakan
kerangka yang dapat menimbulkan makna- makna dalam bentuk yang hidup di
dalam pikiran dengan cara menyerupakan sesuatu yang ghaib dan yang hadir.
Diantara ulama yang ulama yang memberikan perhatian besar membahas Amsalul
(Perumpamaan) dalam Al-Qur' an adalah Abdul Hasan Al-Mawardi, As-Suyuthi
dan Ibnul Qayyim.

Ibnu Qayyim mendefinisikan Amtsal Al-Qur'an dengan menyerupakan


sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukumnya dan mendekatkan sesuatu yang
abstrak dengan yang indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan
yang lain dan menganggap salah satunya itu sebagai yang lain.2

Menurut bahasa, arti lafal amtsal ada tiga macam yaitu:

1. Bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan.


2. Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing dan aneh.
3. Bisa juga berarti sifat, atau keadaan, atau tingkah laku yang mengherankan.3

Amtsil menurut istilah ada beberapa pendapat, yaitu:

1. Menurut istilah ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak
menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
2. Menurut ulama ahli Bayan, amtsal adalah ungkapan mazas yang disamakan
dengan asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut
tasybih.

1
Manna' Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur an (Jakarta: Pustaka Litera Nusantara, 2001) hlm.
401- 402
2
Juhana Nasrudin, M. Kom. I, Kaidah Ilmu Tafsir Al-Qur 'an Praktis (Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA, 2017) hlm. 360
3
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur'an (Jakarta: Amzah, 2009) hlm. 106

3
3. Menurut ulama ahli tafsir amtsal adalah menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat, dan menarik, yang mengena
dalam jiwa, baik dalah bentuk tasybih maupun mazas mursal.4

Misal itu dihubungkan kepada hal- hal dan keadaan kisah yang
menakjubkan. Dengan pengertian ini orang menafsirkan lafadz, Misal itu kepada
hal- hal yang banyak terdapat dalam ayat. Seperti firman Allah yang
berbunyi: (QS. Muhammad: 15)

َ ‫غي ِّْر ٰا ِّسن َواَ ْنهٰ ر ِّم ْن لَّ َبن لَّ ْم َيتَغَي َّْر‬
‫ط ْع ُمه‬ َ ‫َمثَ ُل ْال َجنَّ ِّة الَّتِّ ْي ُو ِّعدَ ْال ُمتَّقُ ْونَ ۗفِّ ْي َها اَ ْنهٰ ر ِّم ْن َّم ۤاء‬
ِّ ‫صفًّى ۗ َولَ ُه ْم فِّ ْي َها ِّم ْن ُك ِّل الث َّ َم ٰر‬
ۗ‫ت‬ َ ‫سل ُّم‬ َ ‫ع‬َ ‫ش ِّر ِّبيْنَ ە َواَ ْنهٰ ر ِّم ْن‬ ّٰ ‫َواَ ْنهٰ ر ِّم ْن خ َْمر لَّذَّة ِّلل‬
‫ط َع اَ ْم َع ۤا َء ُه ْم‬
َّ َ‫سقُ ْوا َم ۤا ًء َح ِّم ْي ًما فَق‬ ِّ َّ‫َو َم ْغ ِّف َرة ِّم ْن َّر ِّب ِّه ْم ۗ َك َم ْن ه َُو خَا ِّلد فِّى الن‬
ُ ‫ار َو‬

Artinya: “Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang


yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-
sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur
yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai
madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan
dan ampunan dari Tuhan mereka. Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam
neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga ususnya
terpotong-potong?”

Sedangkan amtsal menurut pengertian istilah (terminologi) dirumuskan


oleh para ulama yaitu:

1. Menurut Rasyid Ridha

Amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk member kesan dan


menggerakkan hati nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akan menyentuh lubuk
hati yang paling dalam

4
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hlm. 35

4
2. Menurut Ibn Al-Qayyim

Mendefiniskan amtsal Qur’an dengan “Menyerupakan sesuatu dengan


sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak
(ma'qul) dengan sesuatu yang konkret, atau salah satu dari keduanya dengan yang
lainnya.”

3. Menurut Muhammad Bakar Isma'il

Amtsal Al-Qur'an adalah pengumpamakan sesuatu dengan sesuitu yang lain, baik
dengan jalan isti’arah, kinayah atau tasybih.5

B. Unsur- unsur Amtsalil Qur’an

Adapun unsur-unsur yang menurut balaghah adalah sebagai berikut:

1. Harus ada musyabbah (yang diserupakan) yaitu, sesuatu yang akan


diserupakan atau diumpamakan
ُ َ‫َمث‬
Contoh: kalimat berwarna merah dalam ayat ‫ل‬
2. Harus ada musyabbah bih (asal penyerupaan) yaitu, sesuatu yang dijadikan
sebagai tempat untuk menyerupakan.
Contoh: kalimat berwarna hijau dalam ayat ‫ّللا‬ َ ‫الَّ ِّذيْنَ يُ ْن ِّفقُ ْونَ اَ ْم َوالَ ُه ْم فِّ ْي‬
ِّ ّٰ ‫سبِّ ْي ِّل‬
3. Harus ada wajhu asy-Syabah (segi persamaan) yaitu, satu arah persamaan
antara kedua hal yang diserupakan tersebut.
Contoh: Ayat berwarna orange dalam ayat ‫َك َمثَ ِّل‬
4. Harus ada adat at-tasybih (kata yang digunakan untuk menyerupakan)
missal huruf kaf.6
Contoh: kalimat berwarna biru dalam ayat ‫س ْۢ ْنبُلَة‬
ُ ‫سنَابِّ َل فِّ ْي ُك ِّل‬
َ ‫س ْب َع‬ ْ ‫َحبَّة اَ ْۢ ْنبَت‬
َ ‫َت‬
‫ِّمائَةُ َحبَّة‬

5
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2000) hlm. 93
6
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab, Kajian atas Amtsal Al-Qur'an
(Yogyakatra: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 57

5
Contohnya: QS. Al- Baqarah: 261

‫س ْۢ ْنبُلَة ِّمائَةُ َحبَّة‬


ُ ‫سنَا ِّب َل فِّ ْي ُك ِّل‬
َ ‫س ْب َع‬ ْ ‫ّللا َك َمثَ ِّل َحبَّة اَ ْۢ ْن َبت‬
َ ‫َت‬ َ ‫َمثَ ُل الَّ ِّذيْنَ يُ ْن ِّفقُ ْونَ اَ ْم َوالَ ُه ْم فِّ ْي‬
ِّ ّٰ ‫س ِّب ْي ِّل‬
ۗ ‫ع ِّليْم‬ َ ‫ّللاُ َوا ِّسع‬ ّٰ ‫ف ِّل َم ْن يَّش َۤا ُء ۗ َو‬ ُ ‫ّللاُ يُضٰ ِّع‬ ّٰ ‫َو‬

Artinya: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan


Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai
ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan
Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

C. Macam- macam Amtsalil Qur’an

Di kalangan para ulama terdapat perbedaan tentang macam-macam amtsal


Al-Quran, adanya perbedaan tersebut disebabkan banyak dan beragamnya amtsal
dalam Al-Qur'an. Manna' Khalil al-Qattan membagi amtsal Al-Qur'an menjadi
tiga macam, yaitu Amtsal Musharrahah, Amtsal Kaminah dan Amtsal Mursalah.7

1. Amtsal Musharrahah

Amtsal Musharrahah adalah adalah amtsal yang jelas, yakni yang jelas
menggunakan kata kata perumpamaan tau kata yang menunjukkan penyerupaan
(tasybih).8

Contohnya:

‫علَ ْي ِّه‬ َّ ‫ت اَ ْو ِّديَة ْۢۗ ِّبقَدَ ِّرهَا فَاحْ تَ َم َل ال‬


َ َ‫س ْي ُل زَ بَدًا َّرا ِّبيًا ۗ َو ِّم َّما ي ُْوقِّد ُْون‬ َ َ‫س َم ۤا ِّء َم ۤا ًء ف‬
ْ َ‫سال‬ َّ ‫اَ ْنزَ َل ِّمنَ ال‬
ُ ‫الزبَدُ فَيَ ْذه‬
‫َب‬ َّ ‫اط َل ە فَا َ َّما‬ ِّ َ‫ّللاُ ْال َح َّق َو ْالب‬
ّٰ ‫ب‬ ُ ‫ار ا ْبتِّغ َۤا َء ِّح ْليَة اَ ْو َمتَاع زَ بَد ِّمثْلُه ۗ ك َٰذلِّكَ يَض ِّْر‬ ِّ َّ‫فِّى الن‬
‫ّللاُ ْاْلَ ْمثَا َل‬
ّٰ ‫ب‬ ْ ‫ض ك َٰذلِّكَ َي‬
ُ ‫ض ِّر‬ ِّ ‫ث فِّى ْاْلَ ْر‬ َ َّ‫ۗ ُجف َۤا ًء ۗ َواَ َّما َما َي ْنفَ ُع الن‬
ُ ‫اس فَ َي ْم ُك‬

Artinya: “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah dari
lembah lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang
mengambang. Dan dari apa (Logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat

7
Ibid., hlm. 58
8
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2000) hlm. 93

6
perhiasan atau alat alat, ada pula buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu akan
sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada
manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan.” (QS. Ar-Ra’d:17)

Wahyu yang diturunkan untuk menghidupkan hati diumpamakan dengan air


yang turun untuk menghidupkan bumi. Hati diumpamakan sebagai bumi,
sedangkan kehidupan diumpamakan sebagai tumbuh tumbuhan di bumi. Air yang
mengalir di lembah lembah selalu menimbulkan buih. Begitulah petunjuk dan
cahaya apabila melewati hati yang dicemari oleh syahwat. Inilah perumpamaan air.
Adapun perumpamaan api terlihat pada wa mimma yaqidun. Apabila logam
dipanaskan, kulitnya akan terkelupas sehingga terlihatlah permata yang diakibatkan
oleh pemanasan. Demikian pulalah hati seorang mukmin yang akan membuang
jauh jauh dari dorongan syahwat.9

Allah menyerupakan wahyu yang dia turunkan dari langit untuk kehidupan
hati seperti air hujan yang dia turunkan untuk kehidupan bumi dengan
menumbuhkan tanaman, dan menyerupakan hati dengan lembah.

Manakala aliran air mengalir di lembah-lembah, maka aliran air itu


membawa buih. Demikian juga halnya petunjuk dan ilmu manakala mengalir di
dalam hati, pasti menggerakkan segala syahwat yang ada di dalamnya sehingga
syahwat-syahwat tersebut hilang karenanya. Inilah adalah perumpamaan air yang
disebut dalam firman Allah: “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit”
Seperti itulah Allah membuat perumpamaan kebenaran dan kebatilan.

Setelah itu Allah menyebut perumpamaan api dalam firman-Nya, “Yang


mereka lebur dalam api…”. Barang-barang tambang seperti emas, perak,
perunggu, ataupun besi ketika ditempa, maka api mengeluarkan dan memisahkan
karat (kotoran) yang melekat dari elemennya yang bermanfaat, sehingga karat

9
Ibid., hlm. 95

7
tersebut lenyap. Seperti itu juga syahwat yang dilenyapkan dari hati seorang
mukmin, seperti aliran air dan api yang melenyapkan buih (kotoran).10

Perumpamaan dengan kategori musharrahah ini juga terdapat di dalam surah al-
Baqarah ayat ke 17-20, yaitu:

Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka
setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat.
(17) Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang
benar). (18) Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit
disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak
jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi
orang-orang yang kafir. (19) Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan
mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu,
dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau menghendaki, niscaya
Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
maha kuasa atas segala sesuatu.” (20). (QS. Al -Baqarah 17-20)

Perumpamaan yang terkandung di dalam ayat di atas dapat dengan jelas dilihat
karena ada kata masalnya, tamsilan yang dikandungnya membicarakan tentang
orang-orang yang munafik yang diumpamakan dengan dua kata benda yang sering
kita lihat dan temui dalam kehidupan kita yaitu api dan air. Manna Khalil al Qathan
menyebutkan bahwa di dalam api terdapat unsur cahaya sebagaimana petunjuk
Allah yang merupakan Nur yang dapat memberikan penerangan dalam hati. Namun
karena kemunafikan mereka, Allah menghilangkan unsur cahaya di dalam api
sehingga yang tinggal hanyalah unsur panas yang membakar tetapi tidak lagi bisa
menerangi kehidupan mereka.11

Begitu juga dengan perumpamaan air, di dalam air juga terdapat kehidupan
namun air yang diturunkan kepada mereka dalam bentuk hujan yang lebat di iringi
dengan guntur dan petir tidak lagi bermanfaat bagi mereka. isyarat yang sangat
mendalam tentang air dan api, dua benda ini adalah hal yang sangat utama dalam

10
Manna’ Al-Qattan, Dasar-Dasar Ilmu AL-Qur’an, Op. Cit, hlm. 448
11
Manna’ Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Op. Cit, hlm. 405

8
kehidupan dan dapat diambil manfaat yang utama namun karena kemunafikan
mereka tidak mendapatkan apa-apa. Sementara Quraish Shihab berkenaan dengan
Surat Al Baqarah ayat 17-18 menjelaskan bahwa ayat di atas menceritakan apa yang
sebenarnya menimpa kaum munafik atas kemunafikan mereka dengan suatu gaya
bahasa persamaan yang disebut masal. Dijelaskan bahwa masal mempersamakan
sesuatu dengan beberapa hal yang saling berkait. Digunakan untuk tujuan
memperjelas sesuatu abstrak (yang menakjubkan atau mengherankan) dengan
menampilkan gabungan sekian banyak hal konkrit dan dapat dijangkau oleh panca
indra.12

2. Amtsal Kaminah

Yang dimaksud dengan amtsal kaminah adalah amtsal yang tidak


menyebutkan dengan jelas kata kata yang menujukkan perumpamaan, tetapi
kalimat yang menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam pendapatan
reaksinya yang mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang
serupa dengannya.

Contoh Amtsal Kaminah diantaranya:

Ayat ayat yang senada dengan perkataan: yang artinya sebaik baik urusan adalah
pertengahannya.

a) Firmannya mengenai sapi betina:

“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan diantara itu…” (QS. Al-
Baqarah:68)

b) Firmannya tentang salat:

“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula
merendahkannya, dan carilah jalan tengah diantara kedua itu.” (QS. Al -Isra’:110)

c) Firmannya mengenai infaq:

12
Chirzin Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,
2003) hlm. 131

9
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu jangan (pula)
terlalu mengulurkannya.” (QS. Al -Isra’:29)

d) Firmannya tentang nafkah:

“Dan mereka yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih


lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelajaran itu) seimbang.” (Al-
Furqan:67)

Masih banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang mengandung tamsilan


kaminah seperti untuk ayat-ayat yang sebanding dengan perkataan: laisal khabaru
kal mughayanah (kabar itu tidak sama dengan menyaksikan sendiri, kama tadinu
tudana (sebagaimana kamu telah menghutangkan maka kamu akan dibayar), dan
ayat yang senada dengan pernyataan la yuldaghu min juhrin marathain (orang
mukmin tidak akan disengat dua kali dari lubang yang sama).

3. Amtsal Mursalah

Yang di maksud Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak


menggunakan lafaz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat kalimatnya berlaku sebagai
masal.

Contoh Amtsal Mursalah diantaranya:

a. “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.” (QS. Yusuf:51)


b. “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain dari Allah.”
(QS. An-Najm:58)
c. “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya
(kepadaku).” (QS. Yusuf: 41)
d. “Dan rencana yang jahatn itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri.” (QS. Fatir: 43)
e. “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka terpecah belah.” (QS.
Al-Hasyr:14).13

13
Manna’ Khalil al-Qattan, Op.cit, hal 407

10
D. Sighat AmtsalilQur’an

Dapat diketahui bahwa sighat amtsalil Qur’an itu ada bentuknya, sebagai
berikut:

1. Sighat Tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih)

Yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang jelas, didalamnya terungkap


kata kata matsal. Contohnya seperti pada (QS. Yunus: 24):

ُ َّ‫ض ِّم َّما يَأ ْ ُك ُل الن‬


‫اس‬ ِّ ‫ط بِّه نَبَاتُ ْاْلَ ْر‬ ْ َ‫س َم ۤا ِّء ف‬
َ َ‫اختَل‬ َّ ‫اِّنَّ َما َمثَ ُل ْال َح ٰيوةِّ الدُّ ْنيَا َك َم ۤاء اَ ْنزَ ْل ٰنهُ ِّمنَ ال‬
َ َ‫ظ َّن اَ ْهلُ َها اَنَّ ُه ْم ٰقد ُِّر ْون‬
‫علَ ْي َها اَ ٰتى َها‬ َ ‫َت َو‬ َّ ‫ض ُز ْخ ُرفَ َها َو‬
ْ ‫ازيَّن‬ ُ ‫ت ْاْلَ ْر‬ ِّ َ‫َو ْاْلَ ْنعَا ُم َحت ّٰى اِّذَا اَ َخذ‬
َ‫ت ِّلقَ ْوم يَّتَفَ َّك ُر ْون‬
ِّ ‫اْل ٰي‬ ِّ ‫ص ْيدًا َكا َ ْن لَّ ْم تَ ْغنَ بِّ ْاْلَ ْم ِّس ك َٰذلِّكَ نُف‬
ٰ ْ ‫َص ُل‬ ِّ ‫ارا فَ َجعَ ْل ٰن َها َح‬
ً ‫اَ ْم ُرنَا لَي ًْل اَ ْو نَ َه‬

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanya seperti air


(hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi
dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan
pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya),
datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah
tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami)
kepada orang yang berpikir.”

2. Sighat tasybih yang terselubung (tasybih adh-dhimni)

Yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang terselubung atau tersembunyi,


di dalam perumpamaan itu tidak terdapat kaa al-amtsal, tetapi perumpamaan itu
diketahui dari segi artinya. Contoh QS. Al Hujarat ayat 12:

ْ‫س ْوا َو َْل َي ْغتَب‬ َّ ‫الظ ِّن اِّثْم َّو َْل تَ َج‬
ُ ‫س‬ َّ ‫ض‬ َ ‫الظ ِّن ا َِّّن َب ْع‬ َّ َ‫ٰياَيُّ َها الَّ ِّذيْنَ ٰا َمنُوا اجْ تَنِّب ُْوا َكثِّي ًْرا ِّمن‬
ّٰ ‫ّللاَ ۗا َِّّن‬
‫ّللاَ ت ََّواب‬ َ َ‫ضا اَي ُِّحبُّ اَ َحدُ ُك ْم اَ ْن يَّأ ْ ُك َل ل‬
ّٰ ‫حْم اَ ِّخ ْي ِّه َم ْيتًا فَك َِّر ْهت ُ ُم ْوهُ َواتَّقُوا‬ ً ‫ض ُك ْم َب ْع‬
ُ ‫بَّ ْع‬
‫َّر ِّحيْم‬

11
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”

Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata kata al-matsal (perumpamaan),


tetapi arti itu jelas menerangkan perumpamaan menggunjing orang lain yang
disamakan dengan makan daging bangkai teman sendiri.

3. Sighat majaz mursal

Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan
asal ceritanya. Contohnya seperti dalam ayat 73 Surat Al-hajj:

‫ّللا لَ ْن ي َّْخلُقُ ْوا ذُ َبابًا َّو َل ِّو‬ ُ ‫ب َمثَل فَا ْست َِّمعُ ْوا لَه ۗا َِّّن ا َّل ِّذيْنَ تَ ْد‬
ِّ ّٰ ‫ع ْونَ ِّم ْن د ُْو ِّن‬ َ ‫ض ِّر‬ ُ ‫اس‬ُ َّ‫ٰياَيُّ َها الن‬
‫ب‬ ُ ‫طلُ ْو‬ْ ‫ب َو ْال َم‬ َّ ‫ف‬
ُ ‫الطا ِّل‬ َ ُ‫ضع‬َ ُ‫شيْـًٔا َّْل َي ْستَ ْن ِّقذُ ْوهُ ِّم ْنه‬ ُ ‫اجْ تَ َمعُ ْوا لَه ۗ َوا ِّْن يَّ ْسلُ ْب ُه ُم الذُّ َب‬
َ ‫اب‬

Artinya: “Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka


dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya.
Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat
merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang
disembah.”

4. Sighat Majaz Murakkab

Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaannya


diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitannya adalah perserupaan yang
telah biasa digunakan dalam ucapan sehari- hari yang berasal dari isti’arah
tamtsiliyah. Contoh pada ayat 5 surah Al- Jumu’ah:

‫س َمثَ ُل ْالقَ ْو ِّم‬


َ ْ‫َارا ِّبئ‬ ِّ ‫َمثَ ُل ا َّل ِّذيْنَ ُح ِّملُوا الت َّ ْو ٰرىةَ ث ُ َّم لَ ْم َيحْ ِّملُ ْوهَا َك َمثَ ِّل ْال ِّح َم‬
ً ‫ار َيحْ ِّم ُل اَ ْسف‬
ّٰ ‫ّللاُ َْل َي ْهدِّى ْالقَ ْو َم ال‬
َ‫ظ ِّل ِّميْن‬ ّٰ ‫ّللا ۗ َو‬
ِّ ّٰ ‫ت‬ ِّ ‫الَّ ِّذيْنَ َكذَّب ُْوا ِّب ٰا ٰي‬

12
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat,
kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti
keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum
yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.”

5. Sighat isyti’arah tamtsiliyyah

Dengan bentuk perumpamaan sampiran atau, lirik bentuk ini hampir sama
dengan majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya sebelum
memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya dalam al-qur’an
seperti dalam ayat 24 QS. Yunus:

‫ض ِّم َّما يَأ ْ ُك ُل‬ ِّ ‫ط ِّبه نَبَاتُ ْاْلَ ْر‬ ْ َ‫س َم ۤا ِّء ف‬
َ َ‫اختَل‬ َّ ‫اِّنَّ َما َمثَ ُل ْال َح ٰيوةِّ الدُّ ْنيَا َك َم ۤاء اَ ْنزَ ْل ٰنهُ ِّمنَ ال‬
َ‫ظ َّن اَ ْهلُ َها اَنَّ ُه ْم ٰقد ُِّر ْون‬
َ ‫َت َو‬ َّ ‫ض ُز ْخ ُرفَ َها َو‬
ْ ‫ازيَّن‬ ُ ‫ت ْاْلَ ْر‬ ِّ َ‫اس َو ْاْلَ ْن َعا ُم ۗ َحت ّٰى اِّذَا اَ َخذ‬ ُ َّ‫الن‬
ِّ ‫اْل ٰي‬
‫ت‬ ِّ ‫ص ْيدًا َكا َ ْن لَّ ْم تَ ْغنَ ِّب ْاْلَ ْم ِّس ك َٰذلِّكَ نُف‬
ٰ ْ ‫َص ُل‬ ِّ ‫ارا فَ َج َع ْل ٰن َها َح‬
ً ‫علَ ْي َها اَ ٰتى َها اَ ْم ُرنَا لَي ًْل اَ ْو نَ َه‬
َ
َ‫ِّلقَ ْوم يَّتَفَ َّك ُر ْون‬

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanya seperti air


(hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi
dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan
pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya),
datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah
tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami)
kepada orang yang berpikir.”

13
5. Kegunaan Amtsalil Qur’an

Adanya berbagai bentuk amtsal didalam Al-Qur’an membawa kegunaan


yang banyak, antara lain sebagai berikut:

1) Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang


dapat ditangkap dengan indera manusia.
2) Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkongkritkan hal yang abstrak.
3) Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik, dalam ungkapan yang
singkat dan padat.
4) Mendorong giat beramal, melakukan hal hal yang menarik dalam Akel-
Qur ’an
5) Menghindarkan dari perbuatan yang tercela.14

14
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hlm. 44

14
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian tersebut diatas, mengenai Amtsalil qur’an dapat ditarik


kesimpulan bahwa Amtsalil Qur’an merupakan kerangka yang dapat menampilkan
makna- makna dalam bentuk yang hidup dan mantap dalam pikiran, dengan cara
menyerupakan sesuatu yang ghaib dengan yang nyata, yang abstrak dengan yang
konkrit dan dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. betapa banyak
maknanya yang baik dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona oleh tamtsil.
karena itulah maka tamtsil lebih dapat mendorong jiwa untuk menerima makna
yang dimaksudkan dan membuat akal merasa puas dengannya. dan Tamtsil adalah
salah satu uslub Al-Qur’an dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dan segi-
segi kemukjizatan.

Disamping itu Tamtsil/ Amtsal Al- Qur’an banyak mengandung pelajaran


dan hikmah yang dapat kita petik sebagai bahan perenungan dalam menghayati arti
hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tentang definisi Amtsal Al- quran,
para ulama berbda pendapat dalam memberikan pengertian serta membaginya
dalam tiga macam seperti yang telah dipaparkan diatas

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syadali, A. R. (1997). Ulumul Qur'an. Bandung: Pustaka Setia.


al-Qattan, M. K. (2001). Studi Ilmu-Ilmu Qur an. Jakarta: Pustaka Litera
Nusantara.
Anwar, R. (2000). Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia.
Masduki, M. (n.d.). Tafsir Al-Mishhah M. Quraish Shihab, Kajian atas Amtsal Al-
Qur'an.
Muhammad, C. (2003). Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa.
Nasrudin, K. J. (2017). Kaidah Ilmu Tafsir Al-Qur 'an Praktis. Yogyakarta: Grub
Penerbitan CV BUDI UTAMA.
Yusuf, K. M. (2009). Studi Al-Qur'an. Jakarta: Amzah.

16

Anda mungkin juga menyukai