Disusun Oleh:
Sarah Lisfiza (0203222051)
Tikwan (0203222063)
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah swt. Yang maha esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada bapak dosen yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ilmu Amtsalil Quran. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Kelompok 9
I
DAFTAR ISI
B. Rumusan masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2
PENUTUP ............................................................................................................ 15
Kesimpulan ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16
II
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk memahami itu semua maka ulama’ tafsir menganggap perlu adanya
ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam al-Qur’an agar manusia
mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan perumpamaan tersebut, karena
itulah penulis menuliskan tentang ilmu tersebut, yaitu Ilmu Amtsal al-Qur’an.
Hakikat hakikat yang tinggi makna dan tujuannya akan lebih menarik jika
dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik dan mendekatkan kepada
pemahaman. Amtsal (pemisalan, perumpamaan) merupakan penyerupaan sesuatu
yang ghaib dengan sesuatu yang hadir, sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang
kongkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu hal yang serupa.
1
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Amtsal adalah bentuk jamak dari masal, misl dan masil adalah sama dengan
syabah, syibh dan syabih, baik lafaz maupun maknanya.1 Penyerupaan merupakan
kerangka yang dapat menimbulkan makna- makna dalam bentuk yang hidup di
dalam pikiran dengan cara menyerupakan sesuatu yang ghaib dan yang hadir.
Diantara ulama yang ulama yang memberikan perhatian besar membahas Amsalul
(Perumpamaan) dalam Al-Qur' an adalah Abdul Hasan Al-Mawardi, As-Suyuthi
dan Ibnul Qayyim.
1. Menurut istilah ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak
menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
2. Menurut ulama ahli Bayan, amtsal adalah ungkapan mazas yang disamakan
dengan asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut
tasybih.
1
Manna' Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur an (Jakarta: Pustaka Litera Nusantara, 2001) hlm.
401- 402
2
Juhana Nasrudin, M. Kom. I, Kaidah Ilmu Tafsir Al-Qur 'an Praktis (Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA, 2017) hlm. 360
3
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur'an (Jakarta: Amzah, 2009) hlm. 106
3
3. Menurut ulama ahli tafsir amtsal adalah menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat, dan menarik, yang mengena
dalam jiwa, baik dalah bentuk tasybih maupun mazas mursal.4
Misal itu dihubungkan kepada hal- hal dan keadaan kisah yang
menakjubkan. Dengan pengertian ini orang menafsirkan lafadz, Misal itu kepada
hal- hal yang banyak terdapat dalam ayat. Seperti firman Allah yang
berbunyi: (QS. Muhammad: 15)
َ غي ِّْر ٰا ِّسن َواَ ْنهٰ ر ِّم ْن لَّ َبن لَّ ْم َيتَغَي َّْر
ط ْع ُمه َ َمثَ ُل ْال َجنَّ ِّة الَّتِّ ْي ُو ِّعدَ ْال ُمتَّقُ ْونَ ۗفِّ ْي َها اَ ْنهٰ ر ِّم ْن َّم ۤاء
ِّ صفًّى ۗ َولَ ُه ْم فِّ ْي َها ِّم ْن ُك ِّل الث َّ َم ٰر
ۗت َ سل ُّم َ عَ ش ِّر ِّبيْنَ ە َواَ ْنهٰ ر ِّم ْن ّٰ َواَ ْنهٰ ر ِّم ْن خ َْمر لَّذَّة ِّلل
ط َع اَ ْم َع ۤا َء ُه ْم
َّ َسقُ ْوا َم ۤا ًء َح ِّم ْي ًما فَق ِّ ََّو َم ْغ ِّف َرة ِّم ْن َّر ِّب ِّه ْم ۗ َك َم ْن ه َُو خَا ِّلد فِّى الن
ُ ار َو
4
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hlm. 35
4
2. Menurut Ibn Al-Qayyim
Amtsal Al-Qur'an adalah pengumpamakan sesuatu dengan sesuitu yang lain, baik
dengan jalan isti’arah, kinayah atau tasybih.5
5
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2000) hlm. 93
6
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab, Kajian atas Amtsal Al-Qur'an
(Yogyakatra: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 57
5
Contohnya: QS. Al- Baqarah: 261
1. Amtsal Musharrahah
Amtsal Musharrahah adalah adalah amtsal yang jelas, yakni yang jelas
menggunakan kata kata perumpamaan tau kata yang menunjukkan penyerupaan
(tasybih).8
Contohnya:
Artinya: “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah dari
lembah lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang
mengambang. Dan dari apa (Logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat
7
Ibid., hlm. 58
8
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2000) hlm. 93
6
perhiasan atau alat alat, ada pula buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu akan
sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada
manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan.” (QS. Ar-Ra’d:17)
Allah menyerupakan wahyu yang dia turunkan dari langit untuk kehidupan
hati seperti air hujan yang dia turunkan untuk kehidupan bumi dengan
menumbuhkan tanaman, dan menyerupakan hati dengan lembah.
9
Ibid., hlm. 95
7
tersebut lenyap. Seperti itu juga syahwat yang dilenyapkan dari hati seorang
mukmin, seperti aliran air dan api yang melenyapkan buih (kotoran).10
Perumpamaan dengan kategori musharrahah ini juga terdapat di dalam surah al-
Baqarah ayat ke 17-20, yaitu:
Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka
setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat.
(17) Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang
benar). (18) Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit
disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak
jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi
orang-orang yang kafir. (19) Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan
mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu,
dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau menghendaki, niscaya
Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
maha kuasa atas segala sesuatu.” (20). (QS. Al -Baqarah 17-20)
Perumpamaan yang terkandung di dalam ayat di atas dapat dengan jelas dilihat
karena ada kata masalnya, tamsilan yang dikandungnya membicarakan tentang
orang-orang yang munafik yang diumpamakan dengan dua kata benda yang sering
kita lihat dan temui dalam kehidupan kita yaitu api dan air. Manna Khalil al Qathan
menyebutkan bahwa di dalam api terdapat unsur cahaya sebagaimana petunjuk
Allah yang merupakan Nur yang dapat memberikan penerangan dalam hati. Namun
karena kemunafikan mereka, Allah menghilangkan unsur cahaya di dalam api
sehingga yang tinggal hanyalah unsur panas yang membakar tetapi tidak lagi bisa
menerangi kehidupan mereka.11
Begitu juga dengan perumpamaan air, di dalam air juga terdapat kehidupan
namun air yang diturunkan kepada mereka dalam bentuk hujan yang lebat di iringi
dengan guntur dan petir tidak lagi bermanfaat bagi mereka. isyarat yang sangat
mendalam tentang air dan api, dua benda ini adalah hal yang sangat utama dalam
10
Manna’ Al-Qattan, Dasar-Dasar Ilmu AL-Qur’an, Op. Cit, hlm. 448
11
Manna’ Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Op. Cit, hlm. 405
8
kehidupan dan dapat diambil manfaat yang utama namun karena kemunafikan
mereka tidak mendapatkan apa-apa. Sementara Quraish Shihab berkenaan dengan
Surat Al Baqarah ayat 17-18 menjelaskan bahwa ayat di atas menceritakan apa yang
sebenarnya menimpa kaum munafik atas kemunafikan mereka dengan suatu gaya
bahasa persamaan yang disebut masal. Dijelaskan bahwa masal mempersamakan
sesuatu dengan beberapa hal yang saling berkait. Digunakan untuk tujuan
memperjelas sesuatu abstrak (yang menakjubkan atau mengherankan) dengan
menampilkan gabungan sekian banyak hal konkrit dan dapat dijangkau oleh panca
indra.12
2. Amtsal Kaminah
Ayat ayat yang senada dengan perkataan: yang artinya sebaik baik urusan adalah
pertengahannya.
“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan diantara itu…” (QS. Al-
Baqarah:68)
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula
merendahkannya, dan carilah jalan tengah diantara kedua itu.” (QS. Al -Isra’:110)
12
Chirzin Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,
2003) hlm. 131
9
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu jangan (pula)
terlalu mengulurkannya.” (QS. Al -Isra’:29)
3. Amtsal Mursalah
13
Manna’ Khalil al-Qattan, Op.cit, hal 407
10
D. Sighat AmtsalilQur’an
Dapat diketahui bahwa sighat amtsalil Qur’an itu ada bentuknya, sebagai
berikut:
ْس ْوا َو َْل َي ْغتَب َّ الظ ِّن اِّثْم َّو َْل تَ َج
ُ س َّ ض َ الظ ِّن ا َِّّن َب ْع َّ َٰياَيُّ َها الَّ ِّذيْنَ ٰا َمنُوا اجْ تَنِّب ُْوا َكثِّي ًْرا ِّمن
ّٰ ّللاَ ۗا َِّّن
ّللاَ ت ََّواب َ َضا اَي ُِّحبُّ اَ َحدُ ُك ْم اَ ْن يَّأ ْ ُك َل ل
ّٰ حْم اَ ِّخ ْي ِّه َم ْيتًا فَك َِّر ْهت ُ ُم ْوهُ َواتَّقُوا ً ض ُك ْم َب ْع
ُ بَّ ْع
َّر ِّحيْم
11
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan
asal ceritanya. Contohnya seperti dalam ayat 73 Surat Al-hajj:
ّللا لَ ْن ي َّْخلُقُ ْوا ذُ َبابًا َّو َل ِّو ُ ب َمثَل فَا ْست َِّمعُ ْوا لَه ۗا َِّّن ا َّل ِّذيْنَ تَ ْد
ِّ ّٰ ع ْونَ ِّم ْن د ُْو ِّن َ ض ِّر ُ اسُ َّٰياَيُّ َها الن
ب ُ طلُ ْوْ ب َو ْال َم َّ ف
ُ الطا ِّل َ ُضعَ ُشيْـًٔا َّْل َي ْستَ ْن ِّقذُ ْوهُ ِّم ْنه ُ اجْ تَ َمعُ ْوا لَه ۗ َوا ِّْن يَّ ْسلُ ْب ُه ُم الذُّ َب
َ اب
12
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat,
kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti
keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum
yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.”
Dengan bentuk perumpamaan sampiran atau, lirik bentuk ini hampir sama
dengan majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya sebelum
memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya dalam al-qur’an
seperti dalam ayat 24 QS. Yunus:
ض ِّم َّما يَأ ْ ُك ُل ِّ ط ِّبه نَبَاتُ ْاْلَ ْر ْ َس َم ۤا ِّء ف
َ َاختَل َّ اِّنَّ َما َمثَ ُل ْال َح ٰيوةِّ الدُّ ْنيَا َك َم ۤاء اَ ْنزَ ْل ٰنهُ ِّمنَ ال
َظ َّن اَ ْهلُ َها اَنَّ ُه ْم ٰقد ُِّر ْون
َ َت َو َّ ض ُز ْخ ُرفَ َها َو
ْ ازيَّن ُ ت ْاْلَ ْر ِّ َاس َو ْاْلَ ْن َعا ُم ۗ َحت ّٰى اِّذَا اَ َخذ ُ َّالن
ِّ اْل ٰي
ت ِّ ص ْيدًا َكا َ ْن لَّ ْم تَ ْغنَ ِّب ْاْلَ ْم ِّس ك َٰذلِّكَ نُف
ٰ ْ َص ُل ِّ ارا فَ َج َع ْل ٰن َها َح
ً علَ ْي َها اَ ٰتى َها اَ ْم ُرنَا لَي ًْل اَ ْو نَ َه
َ
َِّلقَ ْوم يَّتَفَ َّك ُر ْون
13
5. Kegunaan Amtsalil Qur’an
14
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hlm. 44
14
PENUTUP
Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16