Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGANTAR TATA HUKUM INDONESIA

DASAR- DASAR HUKUM ACARA

Dosen pengampu : Putri Ismairifa, SH.,M.H

Disusun oleh:

Kelompok 7

Sarah Lisfiza (0203222051)


Subuh Zulham Panjaitan (0203222084)
Syafiq Al- Fiqri (0203222075)
Yannur (0203222076)
Kaka Anugrah (0203222062)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah……………………………………….. 1

C. Tujuan…………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian/ definisi hukum acara……………………….. 2

2. Sumber- sumber hukum acara………………………….. 5

3. Tujuan dan sifat hukum acara beserta fungsinya…………. 9

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan……………………………………………… 15

b. Saran…………………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………. 17

I
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum acara berhubungan erat dengan diadakannya hukum pidana

dan hukum perdata, hukum peradilan agama, hukum peradilan tata usaha

negara, hukum acara mahkamah konstitusi. oleh karena itu, hukum acara

pidana merupakan suatu rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana

badan-badan pemerintah yang berkuasa yaitu kepolisian, kejaksaan dan

pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan negara dengan

mengadakan hukum pidana.1 Hukum acara perdata adalah peraturan Hukum

yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata

materil dengan perantara hakim. Hukum acara peradilan agama dalam

Undang-undang diatur susunan, kekuasaan hukum acara, dan kedudukan

hakim serta segi-segi administrasi pada peradilan agama dan pengadilan

tinggi agama.2Hukum Acara Mahkamah Konstitusi sebagai hukum formal

memiliki fungsi sebagai penegak hukum materiil , yaitu hukum tata negara

materiil.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi/pengertian hukum acara di Indonesia? beserta pembagiannya!

2. Apa saja sumber- sumber hukum acara?

3. Jelaskan tujuan dan sifat hukum acara!

1
Leden Marpaung,Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana ( Jakarta, Sinar Grafika:2005) hal. 2-3
2
Zulkarnanin, Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Agama ( Bandung, Pustaka Setia
:2017) hal. 1

1
C. Tujuan

1. Memahami definisi/ pengertian hukum acara beserta pembagiannya.

2. Memahami sumber- sumber hukum acara.

3. Memahami tujuan dan sifat hukum acara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi/ pengertian hukum acara

Secara umum, istilah ini diartikan sebagai ketentuan hukum yang

mengatur proses beracara di pengadilan mengenai penyelesaian pertikaian

perkara (adjective low). Hukum acara dikenal juga sebagai hukum prosedur atau

peraturan keadilan. Ini merupakan serangkaian aturan yang mengikat dan

mengatur tata cara dijalankannya persidangan pidana, perdata, maupun tata

usaha negara.

Hukum acara Indonesia terbagi atas lima, yaitu :

1. Hukum Acara Pidana

2. Hukum Acara Perdata

3. Hukum Acara Peradilan Agama

4. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

5. Hukum Acara Peradilan Mahkamah Konstitusi

1. Hukum Acara Pidana

Hukum Acara Pidana merupakan pelengkap dari hukum pidana atau

dengan kata lain hukum acara pidana sering disebut sebagai hukum pidana

formil. Beberapa ahli yuris memberikan definisi dari hukum acara pidana

antara lain: Simon adalah Hukum yang mengatur cara-cara Negara dengan

3
alat-alat perlengkapannya mempergunakan haknya untuk menghukum dan

menjatuhkan hukuman.Van Bemmelen, adalah Kumpulan ketentuan-

ketentuan hukum yang mengatur bagaimana cara Negara, bila dihadapkan

suatu kejadian yang terjadi suatu pelanggaran hukum pidana, dengan

perantaraan alat-alatnya mencari kebenaran, menetapkan dimuka hakim.3

2. Hukum Acara Perdata

Hukum Acara Perdata merupakan peraturan hukum yang mengatur

bagaimana cara mempertahankan dan memelihara hukum perdata materiil.

Hukum Acara Perdata juga diartikan sebagai suatu peraturan yang mengatur

bagaimana cara untuk mengajukan suatu perkara perdata ke pengadilan dan

juga mengatur bagaimana cara hakim perdata memberikan putusan terhadap

subjek hukum. Menurut Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata

adalah rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus

bertindak dihadapan pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus

bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan hukum

perdata.4

3. Hukum Acara Peradilan Agama

Adapun hukum acara peradilan agama sering juga disebut sebagai

hukum formal, formal artinya bentuk atau cara sehingga hukum formal

adalah hukum yang mengutamakan pada kebenaran bentuk atau kebenaran

cara. Dengan demikian, beracara di muka pengadilan tidak hanya

3
Febrina Annisa, Yetisma Saini, Hukum Acara Pidana (Padang, LPPM Universitas Bung Hatta:
2022) hal. 1-2
4
Yulia, Hukum Acara Perdata ( Lhokeseuma, Unimal press:2018) hal. 1

4
mengetahui materi hukum, tetapi juga harus mengetahui dan memahami

bentuk atau caranya yang spesifik. Dalam Islam, pengertian hukum acara

peradilan Islam adalah hukum yang mengatur tentang berita pengajuan

perkara perdata Islam dalam kewenangan peradilan Islam.5

4. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara adalah rangkaian

peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak

terhadap dan di muka Pengadilan dan cara bagaimana Pengadilan itu harus

bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan

Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi) Negara). Dengan kata

lain yang dimaksud Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara adalah

hukum yang mengatur tentang cara-cara bersengketa di Peradilan Tata

Usaha Negara, serta mengatur hal dan kewajiban pihak-pihak yang terkait

dalam proses penyelesaian sengketa tersebut.

Untuk Hukum Acara yang berlaku di Peradilan Tata Usana Negara

ini, kita tidak dapat begitu saja menggunakan istilah Hukum Acara Tata

Usaha Negara, seperti halnya Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara

Pidana. Hal ini disebabkan karena di dalam Hukum Tata Usaha Negara

(Hukum Administrasi Negara), istilah Hukum Acara Tata Usaha Negara itu

telah mempunyai arti tersendiri, yaitu peraturan yang mengatur tentang tata

cara pembuatan suatu Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara.6

5
Sudirman, Hukum Acara Peradilan Agama (Sulawesi Selatan, IPN press: 2021) hal. 16
6
Yusrizal, Peradilan Tata Usaha Negara (Lhokseumawe, Unimal Press: 2015) hal. 1

5
5. Hukum Acara Peradilan Mahkamah Konstitusi

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi sebagai hukum formal

(procedural law) memiliki fungsi untuk menegakkan hukum materiil, yaitu

hukum tata negara materiil. Hukum tata negara materiil ini meliputi

berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku secara formal dalam

praktik penyelenggaraan negara yang berpuncak pada konstitusi atau

Undang-Undang Dasar sebagai. Dalam rangka menegakkan hukum

materiil, mengawal dan menegakkan supremasi konstitusi, demokrasi,

keadilan dan hak- hak konstitusional warga negara.7

2. Sumber-sumber hukum acara

1. Sumber Hukum Acara Pidana

Di dalam pelaksanaan hukum acara pidana di Indonesia, maka sumber dan

dasar hukumnya, sebagai berikut:

1. Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945

(1)Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan

badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan

umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,

7
Mohammad Mahfud, hukum acara mahkamah konstitusi (Jakarta secretariat jenderal dan
kepaniteraan mahkamah konstitusi: 2010) hal. 25

6
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi.8

2. Sumber Hukum Acara Perdata

Sumber-sumber hukum acara perdata tersebar dalam berbagai ketentuan

peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi yang dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Undang-Undang

2. Perjanjian (antar negara)

3. Kebiasaan

4. Doktrin

5. Yurisprudensi.9

3. Sumber Hukum Acara Peradilan agama

Berdasarkan pasal tersebut, hukum acara peradilan agama yang sekarang

berlaku bersumber dari dua aturan, yaitu UU No. 7 tahun 1989 dan

peraturan yang berlaku di pengadilan umum. Hal ini dapat dilihat dalam

hukum acara yang berlaku di pengadilan umum. Peraturan perundang-

undangan yang secara khusus berlaku di pengadilan agama, yaitu:

1.UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama;

2.Inpres No. 1 tahun 1991 tentang KHI (Kompilasi Hukum Islam)

3.UU No. 17 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

4.UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf

Di samping itu, ada juga peraturan dari sumber lainnya, seperti:

8
Sofyan, Hukum Acara Pidana (Jakarta, Kencang Prenada Media: 2014) hal.12- 13
9
Bambang Sugeng, Hukum Acara Perdata ( Jakarta, Kencang Prenada Media Grup: 2012) hal.2-3

7
1.Peraturan Mahkamah Agung Rl

2.Surat Edaran Mahkamah Agung Rl

3.Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl

4.Kitab-kitab fiqih

Dengan demikian, peradilan agama dalam hukum acaranya minimal harus

memerhatikan UU No. 7 tahun 1989 ditambah peraturan perundang-

undangan yang telah disebutkan. Selain itu, peradilan agama harus

memerhatikan hukum acara menurut Islam. Semua ini menjadi sumber

hukum acara peradilan agama.

4. Sumber Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Sumber-sumber formal Hukum Administrasi Negara adalah:

1. Undang-undang (Hukum Administrasi Negara tertulis)

2. Praktek Administrasi Negara (Hukum Administrasi Negara yang

merupakan Hukum Kebiasaan)

3. Yurisprudensi,

(d) Anggapan para ahli Hukum Administrasi Negara. Mengenai undang-

undang sebagai Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi Negara)

tertulis berbeda dengan Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Sampai

sekarang Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi Negara) belum

mempunyai suatu kodifikasi, sehingga Hukum Tata Usaha Negara (Hukum

Administrasi Negara) tersebut tersebar dalam berbagai ragam peraturan

perundang-undangan. Menurut Donner kesulitan membuat kodifikasi

Hukum Administrasi Negara tersebut disebabkan oleh:

8
(a) Peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara berubah lebih cepat

dan sering secara mendadak, sedangkan peraturan-peraturan Hukum Privat

dan Hukum Pidana hanya berubah secara berangsur-angsur saja.

(b). Pembuatan peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara tidak

berada dalam satu tangan. Di luar pembuat undang-undang pusat, hampir

semua Departemen dan semua Pemerintah Daerah Swatantra membuat juga

peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara sehingga lapangan

Hukum Administrasi sangat beraneka warna dan tidak bersistem.10

5.Sumber Hukum Acara Peradilan Mahkamah Konstitusi

Untuk mengetahui sumber hukum acara MK tentu juga dapat didekati

dari aspek materiil dan formil. Dari aspek materiil, untuk mengetahui sumber

hukum acara MK harus dilihat dari mana materi ketentuan hukum acara

dimaksud diambil atau hal apa saja yang mempengaruhi materi hukum acara

MK. Dalam konteks hukum nasional, hukum acara MK tentu bersumber pada

nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Selain itu yang menentukan materi hukum acara MK adalah asas-asas hukum

terkait dengan penyelenggaraan peradilan yang disesuaikan dengan

karakteristik hukum acara MK dan dijadikan sebagai asas hukum acara MK.

Asas-asas dan materi hukum acara MK tersebut dalam pembuatannya

dipengaruhi oleh teori atau ajaran hukum, terutama teori konstitusi dan ilmu

hukum tata negara.

10
Rozali Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Jakarta, PT. Raja Grafindo) hal.
6-8

9
Sedangkan sumber hukum formil hukum acara MK adalah ketentuan

hukum positif yang mengatur hukum acara MK atau paling tidak terkait dengan

hukum acara MK. Ketentuan Pasal 24 ayat (6) UUD 1945 menyatakan bahwa

hukum acara merupakan salah satu hal terkait dengan keberadaan MK yang

akan diatur dengan undang-undang. Hukum Acara MK diatur di dalam UU MK,

yaitu pada Bab V mulai dari Pasal 28 hingga Pasal 85.

3. Tujuan Dan Sifat Hukum Acara Beserta Fungsinya.

1. Hukum Acara Pidana

a. Tujuan hukum pidana

• untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

mendekati kebenaran materilnya. Kebenaran materiil adalah

suatu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara

pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana

secara jujur dan tepat.

• untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan

melakukan suatu pelanggaran hukum.

• untuk meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan

menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana

b. Sifat hukum pidana

sifat hukum acara pidana ini adalah harus dipandang dari 2 ( dua ) optik

kepentingan yang fundamental sifatnya.

Pertama, dari optik kepentingan masyarakat itu sendiri dalam artian

bahwa kepentingan masyarakat harus dilindungi yang mana hal ini

10
merupakan sifat hukum acara pidana sebagai bagian dari Hukum Publik

( Public Law ). Karena bertugas melindungi kepentingan masyarakat

maka konsekuensi logisnya haruslah diambil tindakan tegas bagi

seorang yang telah melanggar suatu peraturan hukum pidana sesuai

dengan kadar kesalahannya ( equality of law ) yang mana tindakan tegas

dimaksudkan sebagai sarana guna keamanan, ketentraman dan

kedamaian hidup bermasyarakat.

Kedua, dari aspek kepentingan orang yang dituntut dalam artian hak -

hak dari orang yang dituntut dipenuhi secara wajar sesuai ketentuan

hukum positif dalam konteks negara hukum (rechtsstaat ) maka oleh

karena itu orang tersebut haruslah mendapatkan perlakuan secara adil

sedemikian rupa, sehingga jangan sampai ditemukan seorang yang tidak

melakukan tindak pidana tidak dijatuhi hukuman atau apabila orang

tersebut memang telah melakukan tindak pidana, jangan sampai

mendapat hukuman yang terlalu berat yang tidak seimbang dan sepadan

dengan kadar kesalahannya.

2. Hukum Acara Perdata

a. Tujuan hukum perdata

• Mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum

perdata materil dengan perantaraan hakim atau peraturan hukum

• menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum

perdata materiil

• mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutus dan

pelaksanaan daripada putusan hakim

11
b. Sifat hukum perdata

Dalam hukum acara perdata, inisiatif yaitu ada atau tidaknya sesuatu

perkara harus diambil oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa

bahwa haknya atau hak mereka dilanggar. Ini berbeda dengan sifat hukum

acara pidana yang pada umumnya tidak menggantungkan adanya perkara

dari insiatif orang yang dirugikan. Misalnya apabila terjadi suatu tubrukan

tanpa adanya suatu pengaduan, pihak yang berwajib terus bertindak, polisi

datang, pemeriksaaan dilakukan, terdakwa dihadapkan di muka sidang.

Oleh karena dalam hukum acara perdata inisiatif ada pada penggugat, maka

penggugat mempunyai pengaruh yang besar terhadap jalannya perkara,

setelah perkara diajukan, ia dalam batas-batas tertentu dapat merubah atau

mencabut kembali gugatannya.11

3. Hukum Acara Peradilan Agama

a. Tujuan Hukum Acara Peradilan

• Mengadili (judicial power), yaitu memeriksa dan mengadili

perkara-perkara yang menjadi kewenangan pengadilan agama di

wilayah hukum

• Mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah

laku Hakim, Panitera / Sekretaris, dan seluruh jajarannya.

• Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang

hukum Islam pada instansi pemerintah di wilayah hukumnya.

11
Yulia, Hukum Acara Perdata (Lhokseumawe,Unimal Press: 2018) hal. 4

12
b. Sifat Hukum Acara Peradilan Agama

sifat dari hukum acara peradilan agama itu adalah sebagai berikut:

Pertama, Bila dilihat dari sifat dan asal muasal timbulnya perkara, yang

mana inisiatif timbulnya perkara perdata itu karena adanya gugatan dari

orang (penggugat) yang merasa haknya dirampas orang lain (tergugat),

maka kelangsungan perkara yang bersangkutan tergantung kepada

pihak penggugat apakah akan meneruskan gugatannya, atau akan

melakukan perdamaian, akan mencabut gugatan, mengubah atau

menambah gugatannya. Jadi, sifatnya penggugat yang aktif.

Kedua, karena sifat dari hukum acara perdata itu mempertahankan

eksistensi hukum perdata materiil, maka sifatnya memaksa dan

mengatur.

Ketiga, bersifat sederhana dalam beracara di depan sidang pengadilan.

Sifat sederhana ini mengarah kepada dimensi hukum acara perdata

dengan prosedural yang jelas, transparan serta dapat dipahami oleh

segala lapisan masyarakat tanpa meninggalkan aspek formalitas,

kepastian hukum serta nilai-nilai keadilan bagi para pihak yang

berperkara

4. Hukum Acara Peradilan Tata usaha negara

a. Tujuan hukum acara peradilan tata usaha negara

13
1. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber

dari hak-hak individu.

2. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang

didasarkan kepada kepentingan bersama dari individu yang hidup

dalam masyarakat tersebut.

b. Sifat Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Sifat Peradilan Tata Usaha Negara adalah menegakkan hukum publik,

yaitu berupa hukum administrasi negara atau hukum tata usaha negara.

Sedangkan sasaran dan tujuan dari Peradilan Tata Usaha Negara adalah

melindungi hak hak individu dan hak hak masyarakat.

5. Hukum Acara Peradilan Mahkamah Konstitusi

a. Tujuan Hukum Acara Mahkamah Konstitusi.

• Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar negara

Republik Indonesia.

• Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang

kewenanganya diberikan oleh Undang-undang dasar negara

republik indonesia Tahun 1945.

• Memutus pembubaran partai Politik.

• Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan Umum.

b. Sifat Hukum Acara Peradilan Mahkamah Konstitusi

14
Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya

bersifat final untuk menguji Undang- Undang terhadap Undang-Undang

Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang

kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus

pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan

umum.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

• Hukum acara dikenal juga sebagai hukum prosedur atau

peraturan keadilan. Ini merupakan serangkaian aturan yang

mengikat dan mengatur tata cara dijalankannya persidangan

pidana, perdata, maupun tata usaha negara. Hukum acara

berhubungan erat dengan diadakannya hukum acara pidana dan

hukum acara perdata, hukum acara peradilan agama, hukum

acara peradilan tata usaha negara, hukum acara mahkamah

konstitusi.

• Sumber hukum pidana Kekuasaan kehakiman merupakan

kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan

guna menegakkan hukum dan keadilan. Sumber-sumber hukum

acara perdata tersebar dalam berbagai ketentuan peraturan

perundang-undangan dan yurisprudensi. Hukum Acara

Peradilan Agama berlaku bersumber dari dua aturan, yaitu UU

No. 7 tahun 1989 dan peraturan yang berlaku di pengadilan

umum. Dan hukum acara MK tentu bersumber pada nilai-nilai

yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia, yaitu

Pancasila.

• Setiap hukum acara terdiri dari tujuan dan sifat hukum yang

berbeda dalam bentuk bidanya.

16
B. Saran

• Hukum acara ini menjelaskan bagaimana seseorang harus

bertindak di muka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu

harus bertindak. Sebaiknya pengadilan agar menindak seseorang

dengan asas keadilan. Karena hak setiap manusia adalah

keadilan. Dan setiap seseorang haruslah bertindak di muka

pengadilan sesuai dengan norma hukum yang telah ditetapkan.

• Harapan kami Hukum Acara di Indonesia agar bisa menjalankan

wewenang-nya sesuai dengan kitab-kitab perundangan. Karena

Hukum Acara di Indonesia memiliki tujuan dan sifat

berdasarkan yang telah ditetapkan oleh kitab- kitab

perundangan.

• Mengetahui tujuan dan sifat hukum bagi seseorang yang ingin

menegakkan keadilan sangatlah penting karena dengan inilah

kita bisa menumbuhkan keadilan di mata hukum. Dan kami

berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

ya rabbal A’lamin.

17
DAFTAR PUSTAKA

• Abdullah, Rozali, 1992, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara,

Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada

• Zulkarnain, Mayaningsih Dewi, 2014, Hukum Acara Peradilan Agama

Indonesia, Bandung: Cv. Pustaka Setia

• Sugeng, Bambang, 2012, Pengantar Hukum Acara Perdata, Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup

• Sofyan, Andi, Asis, 2014, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup

• Mahfud, Mohammad, 2010, hukum acara mahkamah konstitusi, Jakarta:

secretariat jenderal dan kepaniteraan mahkamah konstitusi

18

Anda mungkin juga menyukai