Anda di halaman 1dari 10

Makalah Hukum Acara Perdata

“Fungsi Hukum Acara Perdata Dalam Penyelesaian Perkara Perdata Di Indonesia”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata Semester
Ganjil , Tahun Akademik 2022/2023

Disusun oleh :
Si Hyeok ( 11000121140832 )

Fakultas Hukum Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedarto, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275 (024)
769182
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hukum Acara Perdata adalah hukum yang mengatur bagaimana ditegakkannya


hukum perdata materiil. Dalam hal ini hukum acara perdata mengatur bagaimana cara
berperkara dipengadilan, bagaimana cara mengajukan gugatan dan lain sebagainya di
dalam hukum perdata. Menurut Wirjono Prodjodikoro, Pengertian Hukum Acara Perdata
adalah rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak dihadapan
pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk
melaksanakan berjalannya peraturan hukum perdata. 1 Menurut MH. Tirraamidjaja,
Pengertian Hukum Acara Perdataadalah suatu akibat yang ditimbulkan dari hukum perdata
materil.
Sudikno Mertokusumo mengemukakan pengertian hukum acara perdata, Hukum Acara
Perdata ialah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya
hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim atau peraturan hukum yang menentukan
bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil. Hukum acara perdata
mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, cara memeriksa dan cara
memutusnya, serta bagaimana pelaksanaan daripada putusannya. R. Subekti (Mantan Ketua
Mahkamah Agung) berpendapat : Hukum acara itu mengabdi kepada hukum materiil, setiap
perkembangan dalam hukum materiil itu sebaiknya selalu diikuti dengan penyesuaian
hukum acaranya. Oleh karena itu Hukum Perdata diikuti dengan penyesuaian hukum acara
perdata dan Hukum Pidana diikuti dengan penyesuaian hukum acara pidana. Soepomo
seorang ahli hukum adat mengatakan bahwa dalam peradilan tugas hakim ialah
mempertahankan tata hukum perdata, menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum dalam
suatu perkara.
1
Moh. Taufik, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm: 05.
Persoalan hukum yang menyelimuti masyarakat Indonesia semakin hari makin
beragam dan berkembang seiring dengan kemajuannya iptek dan imtak. Setiap orang
memilik hak yang merupakan unsure normative yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan
yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Masalah akan
mengenai hak lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada
era sebelum reformasi.

Terkait dengan hal tersebut untuk proses penegakan akan hak maka diperlukan adanya
sebuah instansi atau lembaga peradilan yang menjamin akan hal tersebut yang kini disebut
dengan pengadilan negeri berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agaung. Pengadilan negri
tidak hanya mengurus hukum pidana saja tetapi juga masalah di bidang hukum
keperdataan.

Dengan adanya suatu pelangaran terhadap ketentuan hukum perdata, contohnya dalam
segi materiil maka seseorang atau subyek hukum yang merasa dirugikan oleh pihak lain
maka oleh peraturan perundang-undangan diberi hak untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri. Adapun prosedur atau tata cara pengajuan gugatan ke pengadilan negeri
ini adalah dilakukan sebagaimana yang telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang ada.
Sedang yang dimaksud dengan Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang
mengatur tentang cara-cara bagaimana orang harus bertindak di muka pengadilan dan cara-
cara pengadilan/hakim menerima, memeriksa, dan memutus perkara yang diajukan
kepadanya dalam usaha untuk menjalankan atau menegakkan Hukum Perdata Materiil.

Adapun yang dimaksud dengan dengan Hukum Perdata Materiil, adalah suatu peraturan
hukum yang isinya memberikan adanya hak dan membebani dengan kewajiban. Suatu
ketentuan Hukum Perdata Materiil dikatakan telah dilanggar yaitu apabila:
1. Ada orang atau subyek hukum tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana telah
diperjanjikan, yang dalam hal ini dikatakan telah terjadi wanpresentasi terhadap
perjanjian yang ada.
2. Ada orang atau subyek hukum yang melanggar hak orang lain atau ada orang atau
subyek hukum yang memperkosa kepentingan orang lain, yang dalam hal ini
dikatakan telah terjadi perbuatan melawan hukum.

Bilamana ada suatu pelanggaran terhadap ketentuan hukum perdata materiil


sebagaimana disebutkan di atas maka seseorang atau subyek hukum diberi hak untuk
mengajukan gugatan ke pengadilan negeri agar hak atau kepentingannya tersebut dapat
terlindungi. Tujuan seseorang atau subyek hukum menggugat ke pengadilan negeri adalah
agar supaya pengadilan negeri tersebut menyelesaikan sengketa yang diajukan kepadanya
dengan seadil-adilnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

Dengan diajukannya gugatan ke pengadilan negeri maka akan ditindak lanjuti dengan
proses pemeriksaan perkara perdata tersebut. Secara keseluruhan proses penyelesaian
perkara perdata di pengadilan negeri dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Tahap pendahuluan.
2. Tahap penentuan.
3. Tahap pelaksanaan.

Dari ketiga tahap di atas merupakan satu kesatuan proses penyelesaian perkara perdata,
dimana tahap satu dan tahap yang lainnya saling berkaitan. Tahap yang pertama-tama
adalah.tahap pendahuluan yaitu tahap yang mendahului sebelum dilakukan pemeriksaan
perkara.

Tahap pendahuluan ini diawali dari masuknya gugatan ke pengadilan negeri sampai dengan
proses akan disidangkannya sengketa oleh pengadilan untuk pertama kali. Selanjutnya
adalah tahap penentuan, yaitu tahap dilakukanya pemeriksaan perkara oleh pengadilan
negeri. Dalam tahap penentuan ini kegiatannya dimulai dari disidangkannya perkara
perdata untuk pertama kali, dilanjutkan dengan pembacaan gugatan, jawab menjawab
diantara para pihak yang berperkara, pembuktian diantara para pihak, diajukannya
kesimpulan akhir dari masing-masing pihak yang berperkara sampai dengan dijatuhkannya
putusan oleh hakim.

Tahap yang terakhir dalam penyelesaian perkara perdata di pengadilan negeri adalah
tahap pelaksanaan atau dikenal dengan tahap eksekusi. Tahap pelaksanaan atau tahap
eksekusi adalah pelaksanaan terhadap putusan hakim yang telah dijatuhkan oleh
pengadilan. Tahap pelaksanaan atau tahap eksekusi ini dilakukan yaitu setelah putusan
hakim pengadilan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang tetap/pasti (in kracht van
gewijsde).

1.2. Rumusan Masalah

a. Apakah hubungan antara hukum perdata formil dengan materiil ?


b. Jelaskan tujuan dan sifat hukum acara perdata ?
c. Jelaskan sumber-sumber dalam hukum acara perdata ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apakah hubungan antara hukum perdata formiil dengan materiil

Eksistensi hukum acara perdata sebagai hukum formil, mempunyai kedudukan


penting dan strategis dalam upaya menegakkan hukum perdata (materiil) di lembaga
peradilan. Sebagai hukum formil, hukum acara perdata berfungsi untuk menegakkan,
mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum perdata(materiil) di dalam praktek
pengadilan. Oleh karena itu, hukum perdata eksistensinya terkait erat dengan hukum acara
perdata, bahkan keduanya merupakan pasangan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan.
Meskipun demikian, peraturan hukum acara perdata yang ada sekarang ini cukup
memprihatinkan, karena kemerdekaan kita sudah berlangsung selama hampir 74 tahun
namun hingga saat ini Indonesia masih menggunakan hukum acara perdata produk dari

peninggalan pemerintah hindia belanda yaitu HIR dan RBG.

Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam
setiap perikatan yaitu Asas kebebasan berkontrak, Asas Konsesualisme, Asas Kepercayaan,
Asas Kekuatan Mengikat, Asas Persamaan hukum, Asas Keseimbangan, Asas Kepastian

Hukum, Asas Moral, Asas Kepatutan. Terdapat beberapa peraturan-peraturan yang berlaku
dan diatur diluar KUHPerdata, contoh nya dalam bidang pertanahan yaitu UU No. 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria yang dikenal dengan nama Undang-undang
Pokok Agraria (UUPA, Hukum Perkawinan yang dikenal dengan UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan,Hukum Hak Tanggungan.

B. Jelaskan tujuan dan sifat hukum acara perdata ?

Tujuan Hukum Acara Perdata adalah untuk memperoleh perlindungan hukum yang
diberikan oleh lembaga peradilan untuk mencegah pemaksaan kehendak pihak lain atau
main hakim sendiri (Eigenrichting), atau mempertahankan Hukum Perdata materill dengan
perantara hakim (Peradilan) atau peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya
menjamin pelaksanaan hukum perdata materill, yaitu mengatur cara bagaimana
mengajukan tuntutan hak, memeriksa dan menuntut perkara serta pelaksanaan putusan
tersebut.

Dalam hukum acara perdata, inisiatif yaitu ada atau tidaknya sesuatu perkara harus
diambil oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa bahwa haknya atau hak mereka
dilanggar.

Ini berbeda dengan sifat hukum acara pidana yang pada umumnya tidak
menggantungkan adanya perkara dari insiatif orang yang dirugikan. Misalnya apabila
terjadi suatu tubrukan tanpa adanya suatu pengaduan, pihak yang berwajib terus bertindak,
polisi datang, pemeriksaaan dilakukan, terdakwa dihadapkan di muka sidang.

Oleh karena dalam hukum acara perdata inisiatif ada pada penggugat, maka penggugat
mempunyai pengaruh yang besar terhadap jalannya perkara, setelah perkara diajukan, ia
dalam batas-batas tertentu dapat merubah atau mencabut kembali gugatannya. Adapun
fungsi hukum acara perdata adalah rangkaian cara-cara memelihara dan mempertahankan
hukum perdata materiil.

C. Jelaskan sumber-sumber dalam Hukum Acara Perdata

1. Herziene Indonesisch Reglement (HIR) HIR ini dibagi dua yaitu bagian hukum
acara pidana dan acara perdata, yang diperuntukkan bagi golongan Bumiputra dan
Timur Asing di Jawa dan Madura untuk berperkara di muka Landraad. Bagian acara
pidana dari Pasal 1 sampai dengan 114 dan Pasal 246 sampai dengan Pasal 371.
Bagian acara perdata dari Pasal 115 sampai dengan 245. Sedangkan titel ke 15 yang
merupakan peraturan rupa-rupa (Pasal 372 s.d 394) meliputi acara pidana dan acara
perdata.
2. Reglement Voor de Buitengewesten (RBg) Rbg yang ditetapkan dalam Pasal 2
Ordonansi 11 Mei 1927 adalah pengganti berbagai peraturan yang berupa reglemen
yang tersebar dan berlaku hanya dalam suatu daerah tertentu saja. RBg berlaku
untuk di luar Jawa dan Madura.
3. Reglement op de Burgelijke Rechtvordering (RV) Adalah reglemen yang berisi
ketentuan-ketentuan hukum acara perdata yang berlaku khusus untuk golongan
Eropa dan yang dipersamakan dengan mereka untuk berperkara di muka Raad Van
Justitie dan Residentie Gerecht.
4. Adat Kebiasaan
5. Doktrin
6. Instruksi dan Surat Edaran Mahkamah Agung
7. Yurisprudensi
8. Undang-Undang No 14 Tahun 1970 yang diubah dengan UU No 4 Tahun 2004
Tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang memuat juga beberapa
hukum acara.
9. Di Tingkat banding berlaku UU No 20 Tahun 1947 untuk Jawa dan Madura
10. Undang-Undang No 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung

DAFTAR REFERENSI

Apul, Yan. Kuliah Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Unika Atma Jaya), 1976.
Goesniadhie, Kusna.Tata Hukum Indonesia, (Surabaya : Nasa Media), 2010.
Muhammad, Abdulkadir.Hukum acara perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya bakti,
2005.
Sarwono, HUKUM ACARA PERDATA Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2011
Taufik, Moh.Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Laila M, Modul Pengantar Hukum Acara Perdata,Sulawesi: UnimalPress, 2015.
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:
RajaGrafindo, 1995

Anda mungkin juga menyukai