Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata Semester
Ganjil , Tahun Akademik 2022/2023
Disusun oleh :
Si Hyeok ( 11000121140832 )
PENDAHULUAN
Terkait dengan hal tersebut untuk proses penegakan akan hak maka diperlukan adanya
sebuah instansi atau lembaga peradilan yang menjamin akan hal tersebut yang kini disebut
dengan pengadilan negeri berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agaung. Pengadilan negri
tidak hanya mengurus hukum pidana saja tetapi juga masalah di bidang hukum
keperdataan.
Dengan adanya suatu pelangaran terhadap ketentuan hukum perdata, contohnya dalam
segi materiil maka seseorang atau subyek hukum yang merasa dirugikan oleh pihak lain
maka oleh peraturan perundang-undangan diberi hak untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri. Adapun prosedur atau tata cara pengajuan gugatan ke pengadilan negeri
ini adalah dilakukan sebagaimana yang telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang ada.
Sedang yang dimaksud dengan Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang
mengatur tentang cara-cara bagaimana orang harus bertindak di muka pengadilan dan cara-
cara pengadilan/hakim menerima, memeriksa, dan memutus perkara yang diajukan
kepadanya dalam usaha untuk menjalankan atau menegakkan Hukum Perdata Materiil.
Adapun yang dimaksud dengan dengan Hukum Perdata Materiil, adalah suatu peraturan
hukum yang isinya memberikan adanya hak dan membebani dengan kewajiban. Suatu
ketentuan Hukum Perdata Materiil dikatakan telah dilanggar yaitu apabila:
1. Ada orang atau subyek hukum tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana telah
diperjanjikan, yang dalam hal ini dikatakan telah terjadi wanpresentasi terhadap
perjanjian yang ada.
2. Ada orang atau subyek hukum yang melanggar hak orang lain atau ada orang atau
subyek hukum yang memperkosa kepentingan orang lain, yang dalam hal ini
dikatakan telah terjadi perbuatan melawan hukum.
Dengan diajukannya gugatan ke pengadilan negeri maka akan ditindak lanjuti dengan
proses pemeriksaan perkara perdata tersebut. Secara keseluruhan proses penyelesaian
perkara perdata di pengadilan negeri dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Tahap pendahuluan.
2. Tahap penentuan.
3. Tahap pelaksanaan.
Dari ketiga tahap di atas merupakan satu kesatuan proses penyelesaian perkara perdata,
dimana tahap satu dan tahap yang lainnya saling berkaitan. Tahap yang pertama-tama
adalah.tahap pendahuluan yaitu tahap yang mendahului sebelum dilakukan pemeriksaan
perkara.
Tahap pendahuluan ini diawali dari masuknya gugatan ke pengadilan negeri sampai dengan
proses akan disidangkannya sengketa oleh pengadilan untuk pertama kali. Selanjutnya
adalah tahap penentuan, yaitu tahap dilakukanya pemeriksaan perkara oleh pengadilan
negeri. Dalam tahap penentuan ini kegiatannya dimulai dari disidangkannya perkara
perdata untuk pertama kali, dilanjutkan dengan pembacaan gugatan, jawab menjawab
diantara para pihak yang berperkara, pembuktian diantara para pihak, diajukannya
kesimpulan akhir dari masing-masing pihak yang berperkara sampai dengan dijatuhkannya
putusan oleh hakim.
Tahap yang terakhir dalam penyelesaian perkara perdata di pengadilan negeri adalah
tahap pelaksanaan atau dikenal dengan tahap eksekusi. Tahap pelaksanaan atau tahap
eksekusi adalah pelaksanaan terhadap putusan hakim yang telah dijatuhkan oleh
pengadilan. Tahap pelaksanaan atau tahap eksekusi ini dilakukan yaitu setelah putusan
hakim pengadilan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang tetap/pasti (in kracht van
gewijsde).
PEMBAHASAN
Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam
setiap perikatan yaitu Asas kebebasan berkontrak, Asas Konsesualisme, Asas Kepercayaan,
Asas Kekuatan Mengikat, Asas Persamaan hukum, Asas Keseimbangan, Asas Kepastian
Hukum, Asas Moral, Asas Kepatutan. Terdapat beberapa peraturan-peraturan yang berlaku
dan diatur diluar KUHPerdata, contoh nya dalam bidang pertanahan yaitu UU No. 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria yang dikenal dengan nama Undang-undang
Pokok Agraria (UUPA, Hukum Perkawinan yang dikenal dengan UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan,Hukum Hak Tanggungan.
Tujuan Hukum Acara Perdata adalah untuk memperoleh perlindungan hukum yang
diberikan oleh lembaga peradilan untuk mencegah pemaksaan kehendak pihak lain atau
main hakim sendiri (Eigenrichting), atau mempertahankan Hukum Perdata materill dengan
perantara hakim (Peradilan) atau peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya
menjamin pelaksanaan hukum perdata materill, yaitu mengatur cara bagaimana
mengajukan tuntutan hak, memeriksa dan menuntut perkara serta pelaksanaan putusan
tersebut.
Dalam hukum acara perdata, inisiatif yaitu ada atau tidaknya sesuatu perkara harus
diambil oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa bahwa haknya atau hak mereka
dilanggar.
Ini berbeda dengan sifat hukum acara pidana yang pada umumnya tidak
menggantungkan adanya perkara dari insiatif orang yang dirugikan. Misalnya apabila
terjadi suatu tubrukan tanpa adanya suatu pengaduan, pihak yang berwajib terus bertindak,
polisi datang, pemeriksaaan dilakukan, terdakwa dihadapkan di muka sidang.
Oleh karena dalam hukum acara perdata inisiatif ada pada penggugat, maka penggugat
mempunyai pengaruh yang besar terhadap jalannya perkara, setelah perkara diajukan, ia
dalam batas-batas tertentu dapat merubah atau mencabut kembali gugatannya. Adapun
fungsi hukum acara perdata adalah rangkaian cara-cara memelihara dan mempertahankan
hukum perdata materiil.
1. Herziene Indonesisch Reglement (HIR) HIR ini dibagi dua yaitu bagian hukum
acara pidana dan acara perdata, yang diperuntukkan bagi golongan Bumiputra dan
Timur Asing di Jawa dan Madura untuk berperkara di muka Landraad. Bagian acara
pidana dari Pasal 1 sampai dengan 114 dan Pasal 246 sampai dengan Pasal 371.
Bagian acara perdata dari Pasal 115 sampai dengan 245. Sedangkan titel ke 15 yang
merupakan peraturan rupa-rupa (Pasal 372 s.d 394) meliputi acara pidana dan acara
perdata.
2. Reglement Voor de Buitengewesten (RBg) Rbg yang ditetapkan dalam Pasal 2
Ordonansi 11 Mei 1927 adalah pengganti berbagai peraturan yang berupa reglemen
yang tersebar dan berlaku hanya dalam suatu daerah tertentu saja. RBg berlaku
untuk di luar Jawa dan Madura.
3. Reglement op de Burgelijke Rechtvordering (RV) Adalah reglemen yang berisi
ketentuan-ketentuan hukum acara perdata yang berlaku khusus untuk golongan
Eropa dan yang dipersamakan dengan mereka untuk berperkara di muka Raad Van
Justitie dan Residentie Gerecht.
4. Adat Kebiasaan
5. Doktrin
6. Instruksi dan Surat Edaran Mahkamah Agung
7. Yurisprudensi
8. Undang-Undang No 14 Tahun 1970 yang diubah dengan UU No 4 Tahun 2004
Tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang memuat juga beberapa
hukum acara.
9. Di Tingkat banding berlaku UU No 20 Tahun 1947 untuk Jawa dan Madura
10. Undang-Undang No 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung
DAFTAR REFERENSI
Apul, Yan. Kuliah Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Unika Atma Jaya), 1976.
Goesniadhie, Kusna.Tata Hukum Indonesia, (Surabaya : Nasa Media), 2010.
Muhammad, Abdulkadir.Hukum acara perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya bakti,
2005.
Sarwono, HUKUM ACARA PERDATA Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2011
Taufik, Moh.Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Laila M, Modul Pengantar Hukum Acara Perdata,Sulawesi: UnimalPress, 2015.
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:
RajaGrafindo, 1995