EUCALYPTUS
Oleh :
NIM : 1974201101
FAKULTAS HUKUM
2022
KAJIAN YURIDIS TINDAK PIDANA PENGRUSAKAN TANAMAN
EUCALYPTUS
A. Latar Belakang
hukum dapat dijumpai dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 setelah
Negara hukum tidak secara ekplisit dicantumkan dalam batang tubuh. Jika
dicermari dalam UUD 1945, bahwa kalimat mengenai “hukum” dapat dibaca
dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945yang berbunyi “Segala warga negara
Berbicara mengenai hukum, maka tidak lepas dari paham rule of law yang
1. supremace of law, yaitu segala tindakan negara dan warga negara harus
1
hukum tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang justru
acara itu mengabdi kepada hukum materiil, maka dengan sendirinya setiap
sesuaihukum acaranya.
Secara umum, istilah ini diartikan sebagai ketentuan hukum yang mengatur
(adjective low).Hukum acara dibuat untuk menjamin adanya sebuah proses hukum
yang semestinya dalam menegakkan hukum. Jadi rangkaian aturan yang mengatur
tata cara mengajukan suatu perkara ke suatu badan peradilan (pengadilan), serta
Djamali, 2010).
acara pidana dan perdata. Masing-masing negara yang memiliki yurisdiksi dan
2
unsur yang serupa, meski memiliki aturan yang berbeda-beda. Hukum acara
Hukum acara dikenal juga sebagai hukum prosedur atau peraturan keadilan.
Ini merupakan serangkaian aturan yang mengikat dan mengatur tata cara
hukum formil atau hukum acara. Namun bagaimana jika Dalam beberapa perkara
pidana yang sedang berjalan, ternyata ada perkara perdata juga yang sedang
Pada dasarnya sudah ada peraturan yang mengatur mengenai perkara yang
Jalan Pengadilan Mahkamah Agung Indonesia (UU NO.1/1950) pada Pasal 131
disebutkan bahwa: “Jika dalam jalan-pengadilan ada soal yang tidak diatur dalam
bagaimana soal itu harus diselesaikan.” Didasari hal tersebut, Mahkamah Agung
pemeriksaan perkara pidana harus diputuskan hal adanya suatu hal perdata atas
suatu barang atau tentang suatu hubungan hukum antara dua pihak tertentu, maka
3
putusan Pengadilan dalam pemeriksaan perkara perdata tentang adanya atau tidak
adanya hak perdata itu.” Sehingga seharusnya sudah menjadi jelas bahwa dalam
terjadinya perkara perdata dan pidana, dapat dilakukan pemutusan terlebih dahulu
perkara perdata, pada saat terjadinya tindak pidana diatas objek perkara proses
perdata masih berlangsung, terhadap kasus ini terdakwa di proses secara pidana
terlebih dahulu, yang mana dapat di ketahui bahwa kasus terdakwa harus
diselesaikan secara Perdata atas pengrusakan lahan, yang mana pada nyatanya
nyatanya tanah di wilayah itu dan batas dengan PT BBSI dengan tanah
masyarakat tidak memiliki tapal batas hanya memakai titik koordinat saja. Harus
nya pada perkara pidana ini harus di berhentikan atau ditunda hingga perkara
Sedangkan dalam Pasal 406 (l) ditetapkan bahwa: "Barang siapa dengan sengaja
dan dengan melawan hak membinasakan, merusak, membuat hingga tidak dapat
di pakai lagi atau menghilangkan sesuatu barang yang sama sekali atau
4
tahun 8 ( delapan) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.4500,- ( empat ribu
Dapat diketahui bahwa Hal ini karena berdasarkan tahapan pembuktian inilah
terjadi suatu proses atau perbuatan membuktikan untuk menunjukkan benar atau
salahnya si terdakwa atas suatu perkara pidana di dalam sidang pengadilan. Untuk
kesalahannya harus dapat dibuktikan paling sedikit dengan dua jenis alat bukti
seperti yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 183
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
Dalam hukum acara pidana pembuktian merupakan hal yang penting saat
menunjukkan benar atau salahnya si terdakwa atas suatu perkara pidana di dalam
sidang pengadilan.
B. Rumusan Masalah
5
1. Bagaimana kewenangan pengadilan dalam memutuskan perkara tindak
Nomor:257/Pid.B/2021/PN.RGT ?
Nomor:257/Pid.B/2021/PN.RGT ?
C. Tujuan Penelitian
Nomor:257/Pid.B/2021/PN.RGT
Nomor:257/Pid.B/2021/PN.RGT.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis:
6
2) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
a. Manfaat praktis
E. Kerangka Teori
1. Teori Kewenangan
Kata kewenangan berasal dari kata dasar wewenang yang diartikan sebagai
hal berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu.
hukum(Indrohato, 1994,65)
Dalam literatur ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan ilmu hukum sering
7
disamakan begitu saja dengan kewenangan, dan kekuasaan sering dipertukarkan
dalam arti bahwa “ada satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang
diperintah” (the rule and the ruled).( Miriam Budiardjo, 1998, 35-36).
spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa (subyek hukum) yang diberikan
ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi.
mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk
8
Penegakan hukum menurut pendapat Soerjono Soekanto adalah kegiatan
baik yang berfungsi suruhan (gebot, command) atau berfungsi lain seperti
mengatakan bahwa dalam suatu negara berdasarkan atas hukum materiil atau
dapat dicegah.
umum dan individual. Handhaving meliputi fase law enforcement yang berarti
penegakan hukum secara represif dan fase compliance yang berarti preventif.
tertentu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Pandangan-pandangan
9
tersebut senantiasa terwujud di dalam pasangan-pasangan tertentu, misalnya ada
hukum, yang mungkin berisi suruhan larangan atau kebolehan. Kaidah tersebut
menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau sikap tindak yang dianggap
pemikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut
tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang
10
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau
( Dellyana,Shant.1988,32)
seperti polisi, jaksa, hakim maupun pengacara. Para penegak hukum ini
bertugas untuk menjaga hukum agar tetap dipatuhi oleh masyarakat. Penegakan
untuk menuju masyarakat yang lebih baik lagi. Negara Indonesia berdasarkan
atas hukum tidak berdasarkan atas kekuasaan. Hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan bagian dari negara hukum yang menjunjung tinggi hukum
pelanggaran-pelanggaran hukum.
adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi
11
aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku
( Dwika)
yuridis.
2. Asas keadilan hukum (gerectigheit), Asas ini meninjau dari sudut filosofis,
pengadilan.
sekiranya dapat dikemukakan bahwa “summum ius, summa injuria, summa lex,
summa crux” yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali
12
Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama,
adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi
bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau
melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut
pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini,
tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum.
Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya
membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan
E. Kerangka Konseptual
2. Tindak Pidana
13
Tindak Pidana adalah suatu perbuatan yang melawan hukum yang
3. Pengrusakan Tanaman
Pada dasarnya, merusak tanaman milik orang lain berarti merusak barang
milik orang lain. Mengenai pengrusakkan barang milik orang lain, hal tersebut
diatur dalam Pasal 406 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh lebih dari satu orang, maka
berdasarkan Pasal 412 KUHP hukuman dalam Pasal 406 ayat (1) KUHP (2 tahun
Akan tetapi, ini hanya berlaku apabila kerugian yang diderita oleh korban
lebih dari Rp. 250,- (dua ratus lima puluh rupiah), yang berdasarkan Pasal 1
Penyesuaian Batas Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP,
14
jumlah tersebut telah dikonversi menjadi Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu
tidak lebih dari Rp. 2.500.000,-, maka pasal yang akan digunakan adalah Pasal
407 ayat (1) KUHP dan atas perusakan yang dilakukan bersama-sama tersebut
4. Eucalyptus
pohonnya tinggi dan lurus. Sifatnya yang tidak tahan terhadap cuaca dingin
tropis. Kebakaran hutan dapat terjadi akibat daun Eucalyptus yang mudah
terbakar.
G. Metode Penelitian
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.( Soerjono Soekanto & Sri
maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. ( Peter
15
hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
2006,118)
Sifat penelitian dalam proposal tesis ini adalah bersifat deskriptif analitis.
hukum.( Soerjono Soekanto, Dalam hal ini, penelitian ini akan menggambarkan
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang utama, sebagai bahan
16
Bahan hukum primer yang terdiri atas peraturan perundang-undangan,
(traktat). Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoritatif
17
3. Metode Dan Alat Pengumpulan Bahan Hukum
pengumpulan data yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau
observasi, dan wawancara atau interview. Ketiga alat tersebut dapat digunakan
Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa kajian atau
telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang telah
kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang diperoleh dianalisis
18
H. Sistematika Penulisan
nantinya, penulis menguraikan secara singkat Bab demi Bab terkait, yaitu
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PEMBAHASAN
Nomor:257/Pid.B/2021/PN.RGT
19
5.2 Pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana
Nomor:257/Pid.B/2021/PN.RGT
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
20
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Djamali, Abdoel, 2010., Pengantar Hukum Indonesia, PT. Raja Grafindo Presda,
Jakarta.
Makarao, Moh. Taufik dan Suharsil, 2010Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan
Praktek (Bogor: Ghalia Indonesia,)
Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif : Suatu
Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
21
________________,1983,Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakkan
Hukum. Raja Grafindo. Jakarta.
Syahrani, Riduan, 1999, Rangkuman intisari ilmu hukum, penerbit Citra Aditya
Bakti, Bandung,
B. Undang-Undang
https://brainly.co.id/
perkara nomor:257/Pid.B/2021/PN.RGT
22