Anda di halaman 1dari 5

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN

MOTORIK KASAR ANAK PADA USIA 13-36 BULAN DI POSYANDU


DARUNNUR KELURAHAN PEMATAMG KAPAU PEKANBARU
TAHUN 2022

OLEH:

TIARA OLVI SAFITRI


NIM:2114401035

PRODI Dlll KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKAN BARU
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa toddler yang berada pada usia 12 sampai 36 bulan merupakan masa eksplorasi
lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua
terjadi.meskipun bisa menjadi saat yang sangat menatang bagi orang tua dan anak Karena
masing-masing belajar untuk mengetahui satu sama lain dengan baik,pada masah ini
merupakan periodcapai perkembangan dan pertumbuhan pada anak.
Menurut WHO (2016), diperkirakan 5-10% anak mengalami keterlambatan
perkembangan. Diperkirakan sekitar 1–3% khusus pada anak dibawah usia 5 tahun di
Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan umum yang meliputi perkembangan
motorik, bahasa, sosio– emosional, dan kognitif (Kemenkes,2017). Prevalensi anak yang
mengalami gangguan perkembangan di seluruh dunia menurut data masih tinggi diantaranya
ada di negara Amerika Serikat berkisar 12-16%, di negara Thailand sebanyak 24%, di negara
Argentina sebanyak 22% dan di negara Indonesia berkisar 13-18% berdasarkan data dari
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (IDAI, 2018). Pada tahun 2018 dapertemenKesehatan
RI melakukan skrining perkembangan di 30 provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45,12%
bayi mengalami gangguan perkembangan. Selain itu, hampir 30% anak di Jawa Barat
mengalami keterlambatan perkembangan dan sekitar 80% diantaranya disebabkan oleh
kurangnyastimulasi. Berdasarkan laporan khususnya kota Lampung kejadian tumbuh
kembang anak juga menambah dan membuat. kepiluan bagi warga. Hal ini diliat dari data
DinasKesehatan Provinsi Lampung,hasil stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh
kembang(SDIDTK) anak balita pada tahun 2017 didapat gangguan perkembangan motorik
kasar sebesar 20,3% dan gangguan perkembangan motorik halus sebesar 14,7%. Pada tahun
2013 didapat gangguan perkembangan motorik kasar sebesar 20,7% dan gangguan
perkembangan motorik halus sebesar 16,2%. Berdasarkan Data Provinsi Riau,sekitar 5
hingga 10% balita diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka
kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun
diperkirakan sekitar 1- 3% balita di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan
perkembangan umum, balita yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang salah satu
faktor utamanya adalah gizi sebesar 18,83% balita dan stimulasi sebesar 15,78%, sebanyak
5467 anak yang terdeteksi hanya 5435 balita (1%) atau 32 balita (Dinkes Propinsi Riau,
2018). Perkembangan motorik yang dicapai anak usia toddler terbagi menjadi dua meliputi
perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar. Motorik halus adalah aspek
yang berhubungan dengan kemampuan anak mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu,dilakukan otak kecil, dan memerlukan koordinasi
yang cepat, sedangkan motor kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh (Halimsyah, 2018).Keterlambatan perkembangan pada masa toddler akan
berdampak pada perkembangan berikutnya. Menurut Santrock (2019 ) terdapat efek negatif
jangka panjang bagi anak-anak yang gagal mengembangkan ketrampilan motorik dasarnya.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang .terhadap objek
melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya).Dengan sendirinya pada
waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata
(Notoatmodjo, 2021). pengetahuan ibu tentang perkembangan anak sangat diperlukan.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
(penglihatan) dan telinga (pendengaran). Pengetahuan yang harusdiketahui ibu tentang
perkembangan anak meliputi tahap-tahap perkembangan,tugas-tugas perkembangan, cara
stimulasi, karakteristik perkembangan, dan pemantauan perkembangan. Pengetahuan tentang
perkembangan anak dapat diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri dan
pengalaman orang lain,media masa serta lingkungan. Stimulasi berguna untuk merangsang
semua indra (sensorik), gerak (motorik), komunikasi dan perasaan (emosi). Anak yang
mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan
anak yang kurang mendapat stimulasi (Djuwita, 2016).Hasninda (2017), menyatakan motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan sebagian besar atau seluruh anggota tubuh
yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Menurut Sujiono dan Sujiono (2019),
menyatakan motorik kasar adalah aktifitas gerak tubuh yang melibatkan otot besar seperti.
merayap, berguling, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, lari, lompat, dan berbagai aktivitas
menendang serta aktivitas melempar dan menangkap. Penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh Dewi Anggraini,Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil ada pengaruh
antara stimulasi perkembangan dengan pencapaian perkembangan motorik pada anak usia 1-3
tahun di Play Group kelurahan Pandean Kota Madiun. Dari data penelitian stimulasi
perkembangan dapat diketahui dari pengukuran menggunakan kuesioner yang menunjukkan
bahwa sebagian besar anak distimulasi buruk oleh orang tua sebanyak 29 Anak (65,5%)
diantaranya 20 anak (90,9%) mengalami pecapaian perkembangan motorik abnormal.
Sedangkan 9 Anak (40,9%) mengalami pencapaai perkembangan abnormal,sedangka
pencapian perkembngan normal. Dan jumlah anak yang di stimulasi baik sebanyak 15
(34,1%)diantaranya 2 anak (9,1%) mengalami pencapian perkembangan abnormal,
sedangkan 13 anak (59,1%) mengalami perkembangan motorik normal.

1.2 Rumusan Masalah


Ada pun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah gambaran
pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan motorik kasar pada anak usia 13-16
bulan”

1.3 Tujuan Penilitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “gambaran pengetahuan ibu
tentang stimulasi perkembangan motorik kasar pada anak usia 13-36 bulan di Posyandu
Darunnur Kelurahan Pematang Kapau Pekanbaru”

1.4 Manfaat Penelitian


1.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Menambah ilmu pegetahuan tentang stimulasi perkembangan motorik kasar.
Menambah pengetahuan masyarakat tentang perkembangan motorik kasar.
Menambah pengetahuan masyarakat tentang perkembangan motorik kasar.
2. Sebagai acuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai referensi
untuk studi lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan bagi peneliti khususnya dalam meneliti gambaran
pengetahuan ibu-ibu tentang stimulasi perkembangan motorik kasar.
2. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai panduan dalam penelitian selanjutnya agar menjadi
lebih baik, khususnya tentang gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi
perkembangan motorik kasar.
3. Bagi Perserta Posyandu Darunnur
Dapat di jadikan sebagai informasi bagi perserta posyandu darunnur tentang
stimulasi motorik kasar.

Anda mungkin juga menyukai