PENDAHULUAN
1
2
seperti masih belum sempura berlari kadang masih terjatuh, masih belum
mapu mengayuh sepeda roda tiga, atau masih belum sempurna dalam
melompat.
Berdasarkan hasil penelitian Mariya (2014) Hidayanti di Desa Sangga
Winayah kabupaten Majalengka selama satu minggu yaitu pada tanggal 1-6
September 2014 menunjukkan bahwa dari 12 anak yang memiliki motorik
kasar rendah sebanyak 9 anak, yaitu sebesar 75%. Keterampilan motorik
tersebut meliputi adanya anak yang belum dapat melakukan kegiatan seperti
melompat satu kaki tanpa terjatuh, melompat satu kaki secara bergantian
(kanan kiri), berlari lurus dengan membawa benda (misalnya batu, bola,
botol), meniti papan tanpa terjatuh serta melempar dan menangkap bola.
Partisipasi dan keaktifan anak dalam kegiatan masih kurang,selalu duduk di
kursi atau duduk di karpet.
Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan
semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka kemampuan
motorik kasar anak akan menjadi lebih aktif sehingga perkembangan motorik
kasar anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang
banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia kurang
dari 4 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan
otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang
menyebabkan perkembangan motorik kasar anak menjadi terhambat (Prasetya
lestari, 2016)
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar. Dalam
melakukan stimulasi perkembangan motorik kasar anak, ada beberapa prinsip
dasar yang perlu diperhatikan, yaitu stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa
cinta dan kasih sayang, selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena
anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya Berikan
stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak. Lakukan stimulasi dengan cara
mengajak anak bermain, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan, dan tidak
ada hukuman. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan atau maturitas. Perkembangan
menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan
sistem morgan yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan kognitif,
bahasa, motorik, emosi, serta perkembangan perilaku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Berbeda dengan pertumbuhan, pengertian perkembangan
(deveoment) didefinisikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (skill)
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan atau maturitas.
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh,
organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan
kognitif, bahasa, motorik, emosi, serta perkembangan perilaku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Dalam tumbuh kembang anak terdapat suatu peristiwa yang di
alaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan. Percepatan dan
perlambatan tersebut merupakan sesuatu kejadian yang berbeda dalam
setiap organ tumbuh akan tetapi masih saling berhubungan satu dengan
yang lain. Peristiwa tumbuh pada anak dapat terjadi perubahan tentang
besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu,
sedangkan peristiwa kembang pada anak dapat terjadi pada perubahan
bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional
dan intelektual. Tumbuh dan kembang pada anak terjadi mulai dari
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun
emosional. Peristiwa tumbuh dan kembang secara fisik dapat terjadi dalam
besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ
tubuh, tumbuh dan kembang secara intelektual anak dapat dilihat dari
kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain,
12
lagi. Hal ini bukanlah yang tidak biasa bahwa demi untuk meyakinkan
dirinya sendiri anak-anak usia 5 tahun meyakinkan diri untuk melakukan
pertunjukan yang mengejutkan pada hampir setiap objek panjatan. Mereka
berlari kencang dan berlomba satu sama lain dan dengan orangtua mereka.
Coughlin (2009) menjabarkan bahwa anak usia 3 tahun mulai
berkembang dalam kekuatan fisik, tetapi memiliki rentang konsentrasi
yang masih pendek, dan cenderung berpindah-pindah dari satu kegiatan ke
kegiatan lain. Meskipun memiliki rentang konsentrasi yang relatif pendek,
mereka mulai ahli dalam memecahkan masalah dan dapat memusatkan
perhatian untuk suatu periode yang cukup lama, jika topik yang diajarkan
menarik bagi mereka. Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan
motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Energi
mereka seolah-olah tidak ada habisnya. Pada usia 5 tahun, rentang
konsentrasi anak meningkat. Kemampuan mereka untuk berpikir dan
memecahkan masalah juga semakin berkembang. Anak dapat memusatkan
diri pada tugas-tugas dan berusaha untuk memenuhi standar mereka
sendiri. Secara fisik, pada usia ini fisik anak sangat lentur dan tertarik pada
senam dan olah raga yang teratur. Mereka mengembangkan kemampuan
motorik yang lebih baik. Secara terperinci, deskripsi hal-hal yang
dikembangkan dalam motorik kasar anak prasekolah (usia 3 tahun)
menurut Bracken (2009) dalam bukunya, adalah sebagai berikut.
1. Berlari
Secara umum pola berlari awalnya menyerupai berjalan cepat.
Dukungan dasar lebih banyak seperti kaki selebar bahu dan lengan
digunakan sedikit atau tidak digunakan. Ujung jari kaki cenderung
keluar dan anak menerima berat tubuh pada kaki yang menapak
(kontrol kaki sedikit). Sebagai kontrol dan koordinasi dari
perkembangan, dukungan dasar menyempit (kaki ditempatkan satu di
depan yang lain), irama lengan dan kaki berlawanan diintegrasikan ke
dalam berlari, dan berat badan diterima di bagian tumit lalu ke ujung
kaki (berlari lambat). Secara kuantitatif, panjang langkah terus
meningkat seperti halnya kecepatan dan fleksibilitas dari pola berlari.
21
4. Melompati (Skipping).
Awal dari skipping adalah langkah mengacak. Langkah
mengacak diikuti dengan satu sisi melewatkan; langkah terakhir
ditingkatkan langkah dan hopping pada sisi alternatif dari tubuh
(loncatan benar). Pola skipping awal ditandai oleh kurangnya
penggunaan lengan, ujung kaki keluar, dan kurangnya kemampuan
untuk mempertahankan urutan skipping terus-menerus. Terampil
dalam skipping meliputi pergantian lengan dan kaki secara halus dan
konsisten (Bracken, 2009).
5. Melempar
Awal dari pola melempar hanya pelepasan objek dari tangan.
Pola melempar awal sebagian besar terdiri dari lengkungan dan
ekstensi pada batang tubuh dan lengan (siku). Ada sedikit atau tidak
ada perpindahan berat atau rotasi badan. Secara bertahap perpindahan
berat dan rotasi badan muncul dan membantu untuk meningkatkan
kekuatan atau kecepatan lemparan. Perpindahan berat badan pertama
kali terlihat sebagai perpindahan berat ke depan ke kaki pada sisi yang
sama dengan lengan yang melempar; kemudian ketika anak mulai
terampil, kaki berlawanan dengan lengan yang melempar. Rotasi badan
pertama terjadi dalam bentuk blok (badan bawah dan atas, misalnya,
panggul dan tulang belakang) memutar sebagai satu kesatuan. Rotasi
badan kemudian dibedakan (badan bawah atau panggul berputar
terlebih dahulu, ini diikuti oleh badan bagian atas atau rotasi tulang
belakang). Secara kuantitatif, perubahan perkembangan yang terlihat
terutama pada peningkatan jarak dan kecepatan lemparan (Bracken,
2009).
6. Menangkap
Pola penangkapan dini dan/atau belum mahir ditandai dengan
kurangnya penggunaan terampil pada lengan, tangan, dan jari.
Awalnya 9 lengan dan tangan kaku berada di depan tubuh dengan siku
diperpanjang. Bola sering memantul lepas dari tangan terentang.
Kemudian lengan berada di sisinya dengan tangan rileks dan
23
8. Keseimbangan
Pengembangan keseimbangan awal diwujudkannya
kemampuan anak untuk mempertahankan kesetimbangan dalam
berbagai posisi (misalnya, dengan kaki, dengan lutut, dalam performa
sebuah posisi). Ini diikuti dengan upaya untuk berdiri, berjalan, dan
untuk menavigasi benda di sekitar. Setelah beberapa keberhasilan yang
dicapai dalam perilaku ini, anak akan berusaha untuk berjalan pada
objek yang sempit (misalnya, titian, rel, baris) dan menunjukkan
beberapa kemampuan awal untuk menjaga keseimbangan pada satu
kaki. (Bracken, 2009).
2.3.4 Faktor-faktor yang Berdampak pada Kemampuan Motorik Kasar
Anak-anak bervariasi dalam kecakapan, tergantung pada
sumbangan genetik mereka dan kesempatan mereka untuk belajar dan
berlatih keterampilan motorik. Hanya 20 persen dari anak usia 4 tahun
dapat melempar bola dengan baik, dan hanya 30 persen dapat menangkap
dengan baik (Papalia, 2009). Perkembangan fisik mengalami
perkembangan terbaik dalam kegiatan aktif, bermain bebas tidak
terstruktur (Papalia, 2007). Sedangkan menurut penelitian Wang (2008)
keterampilan motorik kasar dapat dipengaruhi oleh suatu program gerakan
yang sudah di desain. Untuk anak yang sedang belajar kemampuan
motorik, program berkualitas menggunakan instruksi harus disediakan
(Graham, Holt/Hale &Parker, 2009).
25
BAB 3
METODE PENELITIAN
8. Pengumpulan KTI
`1. Kriteria partisipan primer adalah 2 orang tua yang memiliki anak usia 3
tahun , orang tua sering berada di rumah , orang tua yang bekerja, dan
orang tua yang memiliki pendidikan minimal jenjang SMP.
2. Kriteria partisipan sekunder adalah 2 keluarga terdekat dan tenaga kese-
htan yang sering kontak dengan partisipan primer
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan
nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling (Aziz A,
2007).
3.5.2 Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode
observasi. Menurut Jonathan, S (2006) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam
suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini, observasi diperlukan untuk dapat memahami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap
subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan
peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan
data tambahan terhadap hasil wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti tentang judul Karya Tulis Ilmiah
(Study Kasus) yaitu Gambaran stimulasi orang tua pada perkembangan
motorik kasar anak usia 3 tahun, di Desa Kotaanyar hal yang paling
banyak di alami di daerah tersebut masyarakatnya tingkat pengetahuannya
masih rendah dalam pemberian stimulasi pada anak.
3.5.3 Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara,
agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa
harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subyek. Dalam
pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah
mendapat Ijin dari subyek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat
wawancara berlangsung. Alat perekam yang digunakan dalam penelitian
adalah handphone Vivo Y21.
3.9 Keterbatasan
Keterbatasan merupakan bagian dari riset keperawatan yang
menjelaskan keterbatasan dalam penulisan riset, dalam suatu penelitian pasti
mempunyai kelemahan-kelemahan yang ada, kelemahan tersebut ditulis
dalam keterbatasan (Sugiyono, 2014).
Adapun keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, antara lain :
1. Terbatasnya kemampuan peneliti untuk menjabarkan permasalahan
sehingga kedalaman isi penelitian masih kurang sempurna dan masih
menjadi peneliti pemula.
2. Waktu dan tenaga yang tersedia untuk melaksanakan dan menyelesaikan
penelitian ini terbatas, sehingga hasilnya kurang sempurna dan kurang
memuaskan.
36
DAFTAR PUSTAKA
(http:/ ejournal.almaata.ac.id/index.php/JKNI/article/download/227/221
(29 Desember 2017)
Kemenkes RI, 2011, Stimulasi Tumbuh Kembang Balita Dan Anak Prasekolah,
Jakarta
2013(https://media.neliti.com/media/publications/117598-ID-peningkatan-
kemampuan-motorik-kasar-anak.pdf 07 Januari 2017)
Magfuroh, Lilis, Impartina, Atiul 2014, Peran Stimuasi Orang Tua Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak Pada Usia Tolder Di Desa Mayangkawis
Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro (http://stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads/jurnalsurya/NoXX/58-64%20lilis%20M%20dedember
%202014.pd (24 Desember 2017)
S, H Ronald, 2011, Pedoman & Perawatan Balita Agar Tumbuh Sehat Dan
Cedas, Bandung, CV Nuansa Aulia
Yin, R., 2008, Studi Kasus : Desain Dan Metode, Jakarta : Rajawali Pers