Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stimulasi atau rangsangan sangat dibutuhkan guna memaksimalkan
seluruh potensi yang dimiliki oleh anak sejak masih dalam kandungan (Fida &
Maya, 2012). Ketika anak lahir rangsangan harus dilakukan terus-menerus,
bervariasi, serta dengan suasana bermain dan kasih sayang sebab, rangsangan
yang diberikan oleh orang tua dengan banyak cara dapat menstimulasi seluruh
potensi yang dimiliki oleh anak (Fida & Maya, 2012). Anak diberikan
stimulasi dengan tidak terburu-buru ataupun memaksakan kehendak pengasuh
orang tua (Septiari, 2012). Ketika orang tua berusaha untuk memberikan
stimulasi secara optimal, penting bagi orang tua untuk mengetahui kapan dan
bagaimana cara memberikan stimulasi kepada anak (Fida & Maya, 2012).
Perkembangan motorik kasar anak merupakan perkembangan yang
melipiti, berjalan dengan satu tangan di pegang. Berjalan nak tangga degan
satu tangan berbegangan. Naik dan turun tangga sendiri dengan dua kaki pada
setiap langkah. Melompat dengan kedua kaki, berdiri pada satu kaki untuk
beberapa detik dan meloncat pada satu kaki (wong, 2007)
Menurut Maria & Adriani (2009) dalam UNICEF (2005) mengatakan
didunia kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia 3-
5 tahun masih tinggi khususnya gangguan perkembangan motorik kasar.
Gangguan perkembangan motorik kasar didapat 27,5% per 5 juta anak
mengalami gangguan tumbuh kembang khususnya gangguan motorik kasar.
Sekitar 16% dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami
keterlambatan gerak mulai ringan sampai berat, setiap dua dari 1.000 balita
mengalami gangguan perkembangan motorik kasar.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 06 januari 2018 di
Desa Kotaanyar Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo diperoleh data
pada tahun 2017 anak usia tahun yang berjumlah 130 anak. 127 anak yang
sesuai dengan perkembangan motorik kasarnya pada usia 3 tahun. 3 anak
dengan perkembangan motorik kasarnya belum sesuai dengan usia 3 tahun,

1
2

seperti masih belum sempura berlari kadang masih terjatuh, masih belum
mapu mengayuh sepeda roda tiga, atau masih belum sempurna dalam
melompat.
Berdasarkan hasil penelitian Mariya (2014) Hidayanti di Desa Sangga
Winayah kabupaten Majalengka selama satu minggu yaitu pada tanggal 1-6
September 2014 menunjukkan bahwa dari 12 anak yang memiliki motorik
kasar rendah sebanyak 9 anak, yaitu sebesar 75%. Keterampilan motorik
tersebut meliputi adanya anak yang belum dapat melakukan kegiatan seperti
melompat satu kaki tanpa terjatuh, melompat satu kaki secara bergantian
(kanan kiri), berlari lurus dengan membawa benda (misalnya batu, bola,
botol), meniti papan tanpa terjatuh serta melempar dan menangkap bola.
Partisipasi dan keaktifan anak dalam kegiatan masih kurang,selalu duduk di
kursi atau duduk di karpet.
Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan
semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka kemampuan
motorik kasar anak akan menjadi lebih aktif sehingga perkembangan motorik
kasar anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang
banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia kurang
dari 4 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan
otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang
menyebabkan perkembangan motorik kasar anak menjadi terhambat (Prasetya
lestari, 2016)
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar. Dalam
melakukan stimulasi perkembangan motorik kasar anak, ada beberapa prinsip
dasar yang perlu diperhatikan, yaitu stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa
cinta dan kasih sayang, selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena
anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya Berikan
stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak. Lakukan stimulasi dengan cara
mengajak anak bermain, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan, dan tidak
ada hukuman. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai
3

umur anak, terhadap 4 aspek kemampuan dasar anak. Gunakan alat


bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak. Berikan
kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan. Anak selalu diberi
pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya (Kemenkes, 2011).
Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah ini yaitu melalui program
Bina Keluarga dan Balita (BKB). Program Bina Keluarga dan Balita adalah
program pembinaan kesehatan usia dini pada keluarga dan balita. Keluarga
yang mempunyai anak berusia bawah lima tahun diberi pengetahuan mengenai
tumbuh kembang anak, cara mendeteksinya dan bagaimana caranya agar
tumbuh kembang anak normal. Sehingga program Bina Keluarga dan Balita
(BKB) ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran ibu serta anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang
balitanya (BKKBN, 2013).
Atas dasar pemikiran diatas maka peneliti mersa tertarik untuk
melakukan penelitian penelitian di Desa Kotaanyar Kecamatan Kotaanyar
Kabupaten Probolinggo, dengan judul Gambaran Stimulasi Orang Tua Pada
Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3 Tahun.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahannya
sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Stimulasi Orang Tua Pada
Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3 Tahun”

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan peneliti untuk mengeksplorasi tentang gambaran
stimulasi orang tua pada perkembangan motorik kasar anak usia 3 tahun.
4

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan dan literatur
mahasiswa tentang gambaran stimulasi orang tua pada perkembangan
motorik kasar anak usia 3 tahun di Desa Kotaanyar, Kecamatan Kotaanyar
Kabupaten Probolinggo.
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan Peneliti ini memberikan masukan bagi profesi dalam
memberikan informasi pendidikan terkait dengan upaya pengembangan
stimulasi orang tua di Desa Kotaanyar, Kecamatan Kotaanyar Kabupaten
Probolinggo.
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian di harapkan dapat digunakan untuk menjadi
pengetahuan buat para orang tua mengenai tingkat pemahaman dan pelak-
sanaan stimulasi pada perkembangan motorik kasar anak usia 3 tahun di
Desa Kotaanyar Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.
1.4.4 Bagi Subjek
Sebagai tambahan informasi Bagi orang tua tentang gambaran
stimulasi pada perkembangan motorik kasar anak usia 3 tahun di Desa
Kotaanyar, Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilan dalam hal penelitian dan dapat digunakan data dasar
dalam melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan gambaran
stimulasi orang tua pada motorik kasar anak usia 3 tahun di Desa
Kotaanyar, Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gambaran Pemberian Stimulasi


2.1.1 Pengertian Gambaran Pemberian Stimulasi
Stimulasi secara bahasa adalah “dorongan” atau “rangsangan”
(KBBI, 2011). Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Stimulasi dari lingkungan merupakan hal penting dalam perkembangan
anak yang akan mengoptimalkan potensi genetiknya (Soetjiningsih, 2014).
Stimulasi berarti rangsangan yang datang dari lingkungan luar anak dapat
berupa latihan atau bermain. Memberikan stimulasi secara berulang dan
terus menerus pada setiap aspek perkembangan anak berarti telah
memberikan kesempatan anak untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal (Nursalam, 2014).
Stimulasi merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak
pada umur 0-6 tahun agar anak dapat mencapai tumbuh dan kembang
secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin, sedini
mungkin, dan terus menerus pada setiap kesempatan. Kemampuan dasar
anak yang perlu dirangsang dengan stimulasi terarah yaitu kemampuan
gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi
dan kemandirian (Depkes, 2014).
2.1.2 Fungsi Stimulasi pada Anak
Fungsi stimulasi pada anak meliputi:
1. Perkembangan sensori motor Perkembangan sensori motor didukung
oleh stimulasi visual, pendengaran, sentuhan, dan kinetik. Stimulasi
visual akan membuat anak meningkatkan perhatiannya pada
lingkungan sekitar melalui penglihatannya. Stimulasi pendengaran
(auditif) sangat penting untuk perkembangan bahasa anak. Stimulasi
sentuhan (taktil) akan menimbulkan rasa percaya diri sehingga anak
lebih responsif dan berkembang. Stimulasi kinetic akan membantu
anak mengenali lingkungan yang berbeda (Wong, 2011).
6

2. Perkembangan kognitif (intelektual) Stimulasi membantu


perkembangan keterampilan dan mengenal dunia nyata atau fantasi.
Pemberian stimulasi anak membuat anak belajar mengenal warna,
bentuk, tekstur, angka, dan benda (Nursalam, 2014).
3. Sosialisasi Pemberian stimulasi membuat anak mengembangkan dan
memperluas sosialisasi, Pelajar mengatasi persoalan, mengenal nilai,
norma, dan etika, belajar mengenai apa yang salah dan benar, serta
bertanggung jawab terhadap sesuatu yang diperbuatnya (Wong, 2011).
4. Kreativitas Stimulasi akan membuat anak lebih bereksperimen dan
mencoba ide-idenya. Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu
yang baru dan berbeda, ia akan memindahkan kreasinya ke situasi
yang lain (Nursalam, 2014).
2.1.3 Prinsip Dasar Stimulasi.
Prinsip dasar stimulasi meliputi
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang dari
orang-orang terdekatnya.
2. Tunjukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang terdekatnya.
3. Berikan stimulasi secara bertahap sesuai kelompok usia anak.
4. Stimulasi dilakukan dengan cara bervariasi, menyenangkan bagi anak,
tanpa paksaan, dan tanpa hukuman.
5. Gunakanlah alat bantu yang sederahana, aman, ada di sekitar anak, dan
memiliki unsur edukatif.
6. Berikan kesempatan stimulasi yang sama pada anak laki-laki maupun
perempuan.
7. Selalu berikan pujian, bila perlu diberikan hadiah atas keberhasilannya
(Depkes, 2014)
7

2.1.4 Stimulasi Pada anak Usia 3-5 Tahun


Stimulasi Anak Usia 3-5 Tahun Sebagai Berikut:
1. Kemampuan gerak kasar/motorik kasar:
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan: mendorong anak berlari,
melompat, berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain bola,
mengendarai sepeda roda tiga.
b. Menangkap bola: ajari anak menangkap bola, gunakan bola sebesar
bola tenis.
c. Berjalan mengikuti garis lurus: tunjukkan pada anak cara berjalan
di atas papan/garis lurus dengan merentangkan kedua lengan untuk
menjaga keseimbangan.
d. Melompat: tunjukkan pada anak cara melompat dengan satu kaki.
Bila anak sudah bisa melompat dengan satu kaki, tunjukkan cara
melompat melintasi ruangan, mulamula dengan sau kaki, kemudian
bergantian dengan kaki lainnya.
e. Melempar benda-benda kecil ke atas: ajari anak melempar benda-
benda kecil ke atas atau menjatuhkan kerikil ke dalam kaleng.
Gunakan benda-benda yang tidak berbahaya.
f. Menirukan binatang berjalan: tunjukkan pada anak cara berjalan,
misalkan anjing berjalan dengan kedua kaki dan tangan.
g. Lampu hijau-merah: minta anak berdiri di hadapan anda. Ketika
anda mengatakan “lampu hijau” minta anak berjalan jinjit ke arah
anda dan berhenti ketika anda mengatakan “lampu merah”, secara
bergantian sampai anak tiba di tempat anda.
2. Kemampuan gerak halus/motorik halus
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan: bermain puzzle yang lebih sulit,
menyusun balok-balok, menggambar gambar yang lebih sulit,
bermain mencocokkan gambar dengan benda yang sesungguhnya
dan mengelompokkan benda menurut jenisnya.
b. Memotong: beri anak gunting, tunjukkan cara menggunting. Beri
gambar besar untuk latihan menggunting.
8

c. Membuat buku cerita gambar tempel: ajari anak membuat buku


cerita gambar tempel. Gunting gambar dari majalah tua/brosur,
tunjukkan pada anak cara menyusun guntingan gambar tersebut
sehingga menjadi suatu cerita menarik.
d. Menempel gambar: bantu anak menemukan gambar/ foto menarik
dari majalah, potongan kertas dan sebagainya. Minta anak
menempel gambar tersebut pada karton/kertas tebal.
e. Menjahit: gunting sebuah gambar dari majalah, tempel pada
sebuah gambar di karton. Buat lubang-lubang di sekeliling gambar
tersebut. Ambil tali rafia dan simpulkan salah satu ujungnya.
Kemudian ajari anak cara menjahit sekeliling gambar.
f. Menggambar/menulis: ajari anak menggambar garis lurus, bulatan,
segi empat serta menulis huruf dan angka. Kemudian buat pagar,
rumah, matahari, bulan, huruf, angka dan sebagainya. Ajari juga
anak menulis namanya dan menghitung : ajari anak menghitung
kacang dan letakkan kacang tersebut di tempat lainnya. Mula-mula
anak belum bisa menghitung lebih dari dua atau tiga. Bantu anak
menghitung jika anak mengalami kesulitan.
g. Menggambar dengan jari: ajari anak menggambar dengan cat
memakai jari-jarinya di selembar kertas besar.
h. Cat air: beri anak cat air, kuas dan selembar kertas. Ceritakan
bagaimana warna-warna bercampur ketika anak mulai
menggunakan cat air itu. Mencampur warna: campur air ke warna
merah, biru dan kuning dari cat air. Beri anak potongan sedotan,
ajari anak untuk meneteskan warna itu pada selembar kertas.
Ceritakan bagaimana warna-warna bercampur membentuk warna
lain.
i. Membuat gambar tempel: gunting kertas menjadi segitiga, segi
empat, lingkaran. Jelaskan mengenai perbedaan-perbedaan
tersebut. Minta anak membuat gambar dengan cara menempelkan
potongan berbagai bentuk di selembar kertas.
9

3. Kemampuan Bicara dan Bahasa


a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
1) Bacakan buku cerita pada anak:buat anak agar melihat anda
membaca.
2) Nyanyikan lagu dan bacakan sajak-sajak untuk anak.
3) Buat anak agar mau menyebut nama lengkap, menyatakan
perasaannya, menjelaskan sesuatu dan mengerti waktu.
4) Bantu anak dalam memilih acara TV, maksimal 2 jam sehari.
Dampingi anak menonton TV dan jelaskan kejadian yang baik
dan buruk. Ingat, bahwa acara dan berita di TV dapat
berpengaruh buruk pada anak.
b. Berbicara dengan anak: buat anak agar mau mengajukan berbagai
pertanyaan. Jawab pertanyaan tersebut dengan kata-kata sederhana,
gunakan lebih dari satu kata.
c. Bercerita mengenai dirinya: buat agar anak mau bercerita
mengenai dirinya, hobinya atau mengenai anda.
d. Album fotoku: tempelkan foto anak di buku anak. Minta anak
menceritakan apa yang terjadi di dalam fotonya.
e. Mengenal huruf: gunting huruf besar menurut alfabet dari
majalah/koran, tempel pada karton. Anda dapat pula menulis huruf
besar tersebut dengan spidol.
4. Sosialisasi dan Kemandirian
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
1) Bujuk dan tenangkan ketika anak kecewa, dengan cara
memeluk dan berbicara kepadanya.
2) Dorong agar anak mau mengutarakan perasaannya.
3) Ajak anak anda makan malam bersama keluarga.
4) Sering-sering ajak anak pergi ke taman, kebun binatang,
perpustakaan dan lain-lain.
5) Bermain dengan anak, ajak anak agar mau membantu
melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan.
10

b. Mengancingkan kancing tarik:bila anak sudah bisa mengancingkan


kancing besar, coba dengan kancing yang lebih kecil. Ajari anak
menutup dan membuka kancing tarik di bajunya
c. Makan pakai sendok garpu:bantu anak makan dengan sendok dan
garpu dengan baik.
d. Memasak:biarkan anak membantu memasak seperti mengukur dan
menimbang menggunakan timbangan masak, membubuhkan
sesuatu, mengaduk, memotong kue 8 dan sebagainya. Bicara pada
anak apa yang diperbuat kalian berdua.
e. Mencuci tangan dan kaki: tunjukkan pada anak cara memakai
sabun dan membasuh dengan air ketika mencuci kaki dan
tangannya. Setelah itu dapat dilakukannya, ajari anak untuk mandi
sendiri.
f. Menentukan batasan: Bantu anak anda dalam menentukan
keputusan dengan cara anda menentukan batasannya dan
menawarkan pilihan. Misalnya “Kau bisa memilih antara dua hal:
dibacakan cerita atau bermain sebelum tidur, kau tidak boleh
memilih keduanya.”

2.2 Konsep tumbuh dan kembang Anak


2.2.1 Pengertian Tumbuh Dan Kembang Anak
Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, namun saling berkaitan dan sulit dipisahkan,yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) merupakan perubahan yang
bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada
tingkat sel, organ, maupun individu. Pertumbuhan fisik dapat dinilai
dengan ukuran berat (gram, pound, serta kilogram), ukuran panjang (cm
dan meter), umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder (Soetjiningsih,
2012).
Pengertian perkembangan (development) didefinisikan sebagai
perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan
merupakan bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh
11

yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan atau maturitas. Perkembangan
menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan
sistem morgan yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan kognitif,
bahasa, motorik, emosi, serta perkembangan perilaku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Berbeda dengan pertumbuhan, pengertian perkembangan
(deveoment) didefinisikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (skill)
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan atau maturitas.
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh,
organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan
kognitif, bahasa, motorik, emosi, serta perkembangan perilaku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Dalam tumbuh kembang anak terdapat suatu peristiwa yang di
alaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan. Percepatan dan
perlambatan tersebut merupakan sesuatu kejadian yang berbeda dalam
setiap organ tumbuh akan tetapi masih saling berhubungan satu dengan
yang lain. Peristiwa tumbuh pada anak dapat terjadi perubahan tentang
besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu,
sedangkan peristiwa kembang pada anak dapat terjadi pada perubahan
bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional
dan intelektual. Tumbuh dan kembang pada anak terjadi mulai dari
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun
emosional. Peristiwa tumbuh dan kembang secara fisik dapat terjadi dalam
besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ
tubuh, tumbuh dan kembang secara intelektual anak dapat dilihat dari
kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain,
12

berhitung, membaca dan lain lain, sedangkan secara perkembangan secara


emosional anak dapat di lihat dari prilaku sosial di lingkungan anak.
2.2.2 Pola pertumbuhan fisik
Anak usia prasekolah rata-rata akan tumbuh 6,5 sampai 7,8 cm
pertahun. Rata-rata anak berusia 3 tahun memiliki 96,2 cm, Rata-rata anak
usia 4 tahun memiliki tinggi 103,7 cm, dan rata-rata anak usia 5 tahun
memiliki tinggi 118,5 cm. Pertambuhan berat rata-rata selama periode ini
adalah sekitar 2,3 kg pertahun (Feigelman, 2007). Rata-rata berat anak usia
3 tahun adalah 14,5 kg, meningkat menjadi rata-rata 18,6 kg pada anak
usia 5 tahun. Kehilangan lemak pada anak dan pertumbuhan otak selama
masa prasekolah memberikan tampilan anak yang lebih kuat dan matang.
Panjang tengkorak juga sedikit meningkat, dengan rahang bawah menjadi
lebih menonjol. Rahang atas menjadi lebih melebar pada masa prasekolah.
2.2.3 Maturasi Sistem Organ
Sebagian besar organ tubuh telah matang pada masa prasekolah.
Melinasi medulla spinalis memungkinkan control usus dan kandung kemih
untuk sempurna pada sebagian besar anak usia 3 tahun. Ukuran struktur
sistem pernafasan terus tumbuh, dan jumlah alveoli terus meningkat. Tuba
eustachius tetap relatif pendek dan lurus. Anak prasekolah harus sudah
memiliki 20 gigi suka.
Panjang usus halus terus tumbuh. Anak usia 4 tahun umumnya
memiliki kontrol defeksi yang adekuat. Uretra tetap pendek pada anak laki
laki dan anak prempuan. Tulang terus tumbuh panjangnya otot terus
menguat dan matang. Tetapi sistem muskulus kletal masih belum matang.
2.2.4 Perkembangan Psikologis
Menurut Erikson, tugas psikososial masa prasekolah adalah
membina rasa inisiatif Versus bersalah (erikson, 2009)Anak prasekolah
adalah anak yang ingin tahu, sangat antusias untuk mempelajari hal-hal
baru. Anak prasekolah merasa sensasi pencapaiannya ketika berhasil
dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dan perasaan bangga dalam
pencapaian seseorang membantu untuk anak menggunakan inisiatifnya.
Akan tetapi ketika anak memperluas dirinya lebih lanjut dari
13

kemampuannya saat ini, ia dapat merasakan bersalah. Ini adalah suatu


perkembangan moral (benar dan salah).
2.2.5 Perkembangan Kognitif
Anak prasekolah terus lanjut dalam tahap praoperasional.
Pemikiran praoperasional mendominasi selama tahap ini dan berdasarkan
pada pemahaman dunia yang berpusat kepada diri sendiri. Pada fase
prakonseptual dari pemikiran praoperasional anak bersifat egosentrik dan
mampu mendeteksi masalah hanya dari satu sudut pandang. Anak
prasekolah mudah memahami konsep perhintungan dan mulai terlibat
dalam konsep fantasi (Papalia & Felman 2011).
Pemikiran magis Adalah bagian normal dalam perkembangan anak
prasekolah. Anak prasekolah yakin bahwa pemikirannya memiliki
kekuatan hebat. Fantasi yang dialami melalui pemikiran magis
Memungkinkan anak prasekolah membuat ruangan dalam dunianya untuk
yang aktual maupun nyata (Papalia & Felman, 2011).
Anak yang berada dalam fase intuitif dapat menghitung 10 objek
atau lebih, secara benar menyebutkan 4 minimal warna dan lebih mampu
memahami tentang waktu dan ia tahu tentang hal-hal yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti peralatan, uang dan makanan. Anak
prasekolah memberikan tranduksi ketika memberikan alasan : ia dapat
meramalkan dari sebuah situasi tertentu dan ke situasi lain, meskipun
kejadian tersebut tidak memiliki keterkaitan. Anak prsekolah juga
memberikan sifat kualitas seperti hidup pada benda mati (Papalia &
Felman, 2011).
2.2.6 Perkembangan Moral Dan Spiritual
Anak prasekolah dapat memahami dengan benar dan salah dengan
mengembangkan kesadaran. Suara dari diri yang memberikan peringatan
atau ancaman berkembang di masa prasekolah. Anak prasekolah melihat
moralitas sebagai suatu yang berada dari luar diri mereka sendiri, mereka
menyerahkan kepada kekuasaan (Kekuasaan orang dewasa). Standar moral
mereka adalah standar moral orang tua mereka dan orang dewasa yang
mempengaruhi mereka, tidak selalu menjadi standar moral mereka. Anak
14

prasekolah mematuhi standar tersebut untuk mendapatkan penghargaan


atau menghindari dari hukuman. Karena anak prasekolah memahami tugas
beroda psikososial versus bersalah, anak umumnya merasa bersalah ketika
sesuatu berjalan secara tidak sesuai. Anak memiliki keyakinan yang kuat
bahwa jika seseorang sakit atau meninggal, ia mungkin bersalah dan sakit
atau kematian merupakan hukumannya (Ford, 2007).
2.2.7 Keterampilan motorik kasar
Anak prasekolah tangkas ketika berdiri, berjalan, berlari, dan
melompat. Ia dapat turut naik tangga serta berjalan ke depan ke belakang
dengan mudah. Berdiri menggunakan satu kaki tetap memerlukan
konsentrasi yang ekstra. Anak prasekolah tampak berada dalam gerakan
konstan. Ia juga menggunakan tubuh untuk memahami konsep yang baru.
(seperti menggunakan lengan dalam gerakan “menegak” ketika
mendeskripsikan roda kereta yang sedang berjalan ( Wong, 2007).
2.2.8 Keterampilan Motorik Halus
Anak usia 3 tahun dapat menggerakkan setiap jari tangannya secara
bebas dan mampu memegang sendok dan garpu dank rayon seperti anak
dewasa., dengan ibu jari pada satu sisi dan jari lain di sisi lain. Ia juga
dapat menulis dengan bebas, menyalin sebuah lingkaran, menjiplak sebuah
kotak, dan mampu makan sendiri tanpa menumpahkannya. Keterampilan
ini menjadi halus dalam 2 tahun berikutnya, anak yang dapat menulis
angka, memotong dengan gunting secara lebih akurat, serta mampu
mengikat tali sepatu (Papalia & Felman 2011).
2.2.9 Perkembangan Sensori
Pendengaran untuk lahir dan harus utuh selama masa prasekolah .
Indra pencium dan peraba terus berkembang selama usia anak usia 3-5
tahun . Anak mungkin kurang mampu mendiskriminasikan indra pengecap
di banding anak yang lebih besar. Menempatkan pada resiko menelan zat
yang berbahaya. Ketajaman secara visual terus berkembang dan harus
sama secara bilateral. Anak usia 5 tahun biasa memiliki kemampuan
ketajaman 40/50 atau 20/30.
15

2.2.10 Perkembangan Komunikasi Dan Bahasa


Pencapaian bahasa mungkin anak prasekolah mampu
mengekspresikan pikiran dan kreativitas. Masa prasekolah merupakan
mada penghalusan Keterampilan bahasa. Usia 3 tahun memperhatikan
bicara telegratif, menggunakan kalimat singkat yang hanya mengandung
kalimat esensial. Kosakata anak 3 tahun terdiri dari sekitar 900 kata. Anak
prasekolah mampu mencapai kata baru sebanyak 10 sampai 20 kata
perhari dan usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata sekitar 2100 kata
(Taylor, 2008).
Komunikasi anak prasekolah bersifat kongkret, Karena mereka
belum mampu berfikir secara abstrack, meskipun sifatnya konkret,
komunikasi pada anak prasekolah dapat cukup fantasi. Selain
mendapatkan kosakata dan mempelajari penggunaan tata bahasa yang
benar, keterampilan bahasa reseptif anak prasekolah juga menjadi lebih
halus. Pada anak yang kemungkinan bicara bilingual, saat usia 4 tahun
anak akan berhenti menggunakan campuran bahasa seperti masa tollder
dan mereka harus mampu menggunakan setiap bahasa sebagai sistem yang
terpisah (Abell & Ey, 2007).
2.2.11 Perkembangan Emosional Dan Sosial
Pada saat anak memasuki taman kanak-kanak, ia harus
mengembangkan serangkaian keterampilan sosial yang bermanfaat akan
membantu memiliki pengalaman sukses keterampilan ini terdiri dari kerja
sama, berbagi (benda dan perasaan), kebaikan, menunjukkan afeksi,
percakapan membantu orang lain dan berteman.
Anak prasekolah cenderung memiliki emosi yang sangat kuat,
mereka dapat senang , bahagia, dan di waktu kemudian ia merasa kecewa.
Anak prasekolah memiliki imajinasi yang hidup , dan ketakutan sangat
nyata bagi anak prasekolah. Sebagian anak telah belajar di usia ini
mengendalikan prilaku mereka. Mereka harus mampu memperagakan
perasaan yang mereka alami saat ini.
Pada usia ini, anak dapat mulai mampu menunjukkan keterampilan
seksual dasar (Palpila & Felmen 2011). Anak prasekolah mungkin ingin
16

mengetahui mengapa berbeda tubuh laki-laki dan perempuan, bagaimana


fungsi organ reproduktif dan berasal dari mana bayi. Orang tua harus
menjawab pertanyaan anak dengan jujur dan langsung menggunakan
anatomi yang benar. Berikan penjelasan yang sederhana yang sekiranya
anak mengerti. Rasa ingin tahu merupakan fungsi normal di masa
prasekolah, rasa ingin tahu juga mengakibatkan bermain dengan genetalia.
2.2.12 Pertemanan
Anak prasekolah juga perlu mempunyai interaksi dengan
temannya. Memperbelajari bagaimana berteman dan mempertahankan
seorang teman merupakan aspek penting dalam perkembangan anak. Anak
prasekolah suka bernyanyi, menari dan bermain pura-pura, serta akan
menikmati aktivitas ini bersama teman-temannya.
2.2.13 Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) merupakan tes
pemeriksaan perkembangan anak dengan menggunakan kuesioner (Depkes
RI, 2010).
1. Usia 36 bulan
a. Dapatkan anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu diatas kubus
yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang di gunakan
ukuran 2.5 – 5 cm.
b. Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau dada dari
jarak 1,5 meter?
c. Letakkan garis di lantai apakah anak dapat melompati kertas
tersebut dengan mengangkat kedua kaki secara bersamaan tanpa di
dahului lari?
d. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3
meter?
e. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam 2 detik atau lebih?
17

2.3 Konsep Motorik Kasar


2.3.1 Pengertian Motorik Kasar
Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan
otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar
diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga
dan sebagainya (Musfiroh & Tadkiroatun 2012). Perkembangan motorik
kasar anak lebih dulu dari pada motorik halus, misalnya anak akan lebih
dulu memegang benda-benda yang ukuran besar dari pada ukuran yang
kecil. Karena anak belum mampu mengontrol gerakan jari-jari tangannya
untuk kemampuan motorik halusnya, seperti meronce, menggunting dan
lain-lain (Sujiono, 2007) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah
kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh
anak. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti
otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak.
Menurut Musfiroh (2008) bahwa aktivitas yang menggunakan otot-
otot besar di antaranya gerakan keterampilan non lokomotor, gerakan
lokomotor, dan gerakan manipulatif. Gerakan non lokomotor adalah
aktivitas gerak tanpa memindahkan tubuh ke tempat lain. Contoh:
mendorong, melipat, menarik dan membungkuk. Gerakan lokomotor
adalah aktivitas gerak yang memindahkan tubuh satu ke tempat lain.
Contohnya: berlari, melompat, jalan dan sebagainya, sedangkan gerakan
yang manipulatif adalah aktivitas gerak manipulasi benda. Contohnya:
melempar, menggiring, menangkap, dan menendang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa kegiatan
motorik kasar adalah menggerakkan berbagai bagian tubuh atas perintah
otak dan mengatur gerakan badan terhadap macam-macam pengaruh dari
luar dan dalam. Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh seseorang
karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa mempunyai gerak yang
bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari, melompat,
mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya,
kegiatan itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh
18

seseorang. Dengan demikian yang dimaksud motorik kasar dalam


penelitian ini adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi bagian
tubuh anak seperti, tangan dan aktivitas otot kaki, dalam menyeimbangkan
badan dan kekuatan kaki pada saat melempar bola.
2.3.2 Unsur-unsur Keterampilan Motorik Kasar
Keterampilan motorik setiap orang pada dasarnya berbeda-beda
tergantung pada banyaknya gerakan yang dikuasainya. Memperhatikan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik kasar
unsur-unsurnya identik dengan unsur yang dikembangkan dalam
kebugaran jasmani pada umumnya. Hal ini sesuai pendapat Depdiknas
(2009) bahwa perkembangan motorik merupakan perkembangan unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada hubungan yang saling
mempengaruhi antara kebugaran tubuh, keterampilan, dan kontrol
motorik. Musfiroh (2011) menyatakan bahwa kebugaran jasmani dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Kebugaran statistic.
2. Kebugaran dinamis.
3. Kebugaran motoris.
Sujiono (2007) mengemukakan bahwa unsur-unsur kesegaran
jasmani meliputi kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelenturan,
koordinasi, ketepatan dan keseimbangan. Lebih lanjut Sujiono (2007)
menyatakan bahwa gerakan yang timbul dan terjadi pada motorik kasar
merupakan gerakan yang terjadi dan melibatkan otot-otot besar dari bagian
tubuh, dan memerlukan tenaga yang cukup besar. Sujiono dkk (2009)
menyatakan bahwa unsur-unsur keterampilan motorik terdiri atas:
kekuatan, kecepatan, power, ketahanan, kelincahan, keseimbangan,
fleksibilitas, dan koordinasi. Hal senada juga dijelaskan oleh Mutohir
dalam Sujiono (2009) bahwa unsur-unsur keterampilan motorik di
antaranya: kekuatan, koordinasi, kecepatan, keseimbangan, dan
kelincahan. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
mengembangkan motorik kasar anak usia dini melalui permainan
melempar dan menangkap bola aspek yang harus diamati yaitu :
19

keseimbangan, kekuatan, kelincahan,koordinasi, fleksibel, kecepatan,


ketepatan, dan kerja sama.
2.3.3 Perkembangan Motorik kasar
Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan
berkembangnya keterampilan motorik (Jahja,2011).Perkembangan motorik
merupakan perolehan secara bertahap untuk mengontrol penggunaan otot-
otot besar dan kecil dari tubuh (Bracken, 2009). Perkembangan motorik
telah dianggap sebagai bagian penting dari perkembangan anak dan
merupakan sarana yang secara universal diakui untuk menilai tingkat
keseluruhan dan tingkat perkembangan anak selama bulan-bulan dan
tahun-tahun awal setelah kelahiran (Bracken, 2009).
Anak pra-sekolah membuat kemajuan besar dalam keterampilan
motorik kasar, seperti berlari dan melompat, yang melibatkan otot besar.
Pengembangan daerah sensorik dan motorik dari korteks serebral
memungkinkan koordinasi yang lebih baik antara apa yang anak ingin
lakukan dan apa yang bisa mereka lakukan. Karena tulang dan otot lebih
kuat dan kapasitas paru-paru mereka lebih besar, mereka dapat berjalan,
melompat, dan memanjat lebih jauh dan lebih cepat (Papalia,2007).
Santrock (2011) mengatakan anak-anak anak pra-sekolah tidak lagi
memerlukan upaya untuk berdiri tegak dan untuk bergerak ke sekitar.
Ketika anak-anak sengaja bergerak, bergerak dalam lingkungan menjadi
lebih otomatis. Pada usia 3 tahun, anak-anak menikmati pergerakan
sederhana, seperti melompat dan berjalan bolak-balik, hanya untuk
kesenangan semata dari melakukan kegiatan ini. Mereka sangat bangga
dalam menunjukkan bagaimana mereka dapat berjalan ke seluruh ruangan
dan melompat sejauh 6 inci. Pada usia 4 tahun, anak-anak masih
menikmati kegiatan-kegiatan yang sama, tetapi mereka menginginkan
yang lebih menantang. Mereka berebut permainan gelantungan untuk
menampilkan kecakapan atletik mereka. Meskipun mereka telah mampu
menaiki tangga dengan dengan kaki bergantian untuk beberapa waktu,
mereka baru saja mulai untuk dapat turun tangga dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak menginginkan hal-hal yang lebih menantang
20

lagi. Hal ini bukanlah yang tidak biasa bahwa demi untuk meyakinkan
dirinya sendiri anak-anak usia 5 tahun meyakinkan diri untuk melakukan
pertunjukan yang mengejutkan pada hampir setiap objek panjatan. Mereka
berlari kencang dan berlomba satu sama lain dan dengan orangtua mereka.
Coughlin (2009) menjabarkan bahwa anak usia 3 tahun mulai
berkembang dalam kekuatan fisik, tetapi memiliki rentang konsentrasi
yang masih pendek, dan cenderung berpindah-pindah dari satu kegiatan ke
kegiatan lain. Meskipun memiliki rentang konsentrasi yang relatif pendek,
mereka mulai ahli dalam memecahkan masalah dan dapat memusatkan
perhatian untuk suatu periode yang cukup lama, jika topik yang diajarkan
menarik bagi mereka. Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan
motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Energi
mereka seolah-olah tidak ada habisnya. Pada usia 5 tahun, rentang
konsentrasi anak meningkat. Kemampuan mereka untuk berpikir dan
memecahkan masalah juga semakin berkembang. Anak dapat memusatkan
diri pada tugas-tugas dan berusaha untuk memenuhi standar mereka
sendiri. Secara fisik, pada usia ini fisik anak sangat lentur dan tertarik pada
senam dan olah raga yang teratur. Mereka mengembangkan kemampuan
motorik yang lebih baik. Secara terperinci, deskripsi hal-hal yang
dikembangkan dalam motorik kasar anak prasekolah (usia 3 tahun)
menurut Bracken (2009) dalam bukunya, adalah sebagai berikut.
1. Berlari
Secara umum pola berlari awalnya menyerupai berjalan cepat.
Dukungan dasar lebih banyak seperti kaki selebar bahu dan lengan
digunakan sedikit atau tidak digunakan. Ujung jari kaki cenderung
keluar dan anak menerima berat tubuh pada kaki yang menapak
(kontrol kaki sedikit). Sebagai kontrol dan koordinasi dari
perkembangan, dukungan dasar menyempit (kaki ditempatkan satu di
depan yang lain), irama lengan dan kaki berlawanan diintegrasikan ke
dalam berlari, dan berat badan diterima di bagian tumit lalu ke ujung
kaki (berlari lambat). Secara kuantitatif, panjang langkah terus
meningkat seperti halnya kecepatan dan fleksibilitas dari pola berlari.
21

Pola berlari meliputi memulai berlari, berhenti, berbalik, dan berjalan


pada berbagai kecepatan dan berbagai arah (Bracken, 2009).
2. Jumping atau Melompat Maju
Proses melompat berkembang dari satu langkah kaki turun dari
objek rendah untuk menjadi terampil melompat jarak panjang yang
mencakup jarak sekitar 44 inci. Pada awalnya, lengan sangat sedikit
digunakan dan ketika mereka digunakan, digunakan secara tidak
efektif (lengan dipindahkan tetapi tidak bersamaan dengan kaki).
Mahir melompat dimunculkan paling jelas dalam koordinasi
kelancaran lengan dan gerakan kaki. Dalam pola melompat awal
gerakan kaki ditandai dengan lengkungan dan perpanjangan yang tidak
lengkap. Artinya, anak yang baru belajar atau belum berpengalaman
melompat gagal untuk mengambil posisi tekukan kaki sebelum
melompat dan ketika melompat gagal untuk sepenuhnya
memperpanjang tubuh (Bracken, 2009).
3. Melompat ke Atas (Hopping)
Pola hopping awalnya ditandai dengan sedikit atau tidak ada
pengangkatan tubuh (jarak lompatan anak dengan tanah tidak tinggi),
sedikit atau tidak sama sekali menggunakan lengan dan penggunaan
terbatas dalam penggunaan kaki. Secara bertahap pada lengan dan kaki
digunakan untuk menambah kekuatan, serta untuk pengangkatan
tubuh, kaki memompa untuk menegangkan dan memperpanjang cepat)
untuk membantu dalam momentum selanjutnya dari tindakan hopping.
Lompatan menjadi lebih halus dengan latihan dan kemajuan anak dari
yang tidak bisa menjalankan hop, untuk melompat di tempat, untuk
melakukan serangkaian singkat gerakan melompat terkoordinasi, untuk
melakukan hopping sejauh 25 kaki dalam waktu 5 detik. Fleksibilitas
dari pola hopping juga meningkat. Anak dapat melompat ke belakang
dan ke samping dan dapat melompat bergantian antara kaki kanan dan
kiri (Bracken, 2009).
22

4. Melompati (Skipping).
Awal dari skipping adalah langkah mengacak. Langkah
mengacak diikuti dengan satu sisi melewatkan; langkah terakhir
ditingkatkan langkah dan hopping pada sisi alternatif dari tubuh
(loncatan benar). Pola skipping awal ditandai oleh kurangnya
penggunaan lengan, ujung kaki keluar, dan kurangnya kemampuan
untuk mempertahankan urutan skipping terus-menerus. Terampil
dalam skipping meliputi pergantian lengan dan kaki secara halus dan
konsisten (Bracken, 2009).
5. Melempar
Awal dari pola melempar hanya pelepasan objek dari tangan.
Pola melempar awal sebagian besar terdiri dari lengkungan dan
ekstensi pada batang tubuh dan lengan (siku). Ada sedikit atau tidak
ada perpindahan berat atau rotasi badan. Secara bertahap perpindahan
berat dan rotasi badan muncul dan membantu untuk meningkatkan
kekuatan atau kecepatan lemparan. Perpindahan berat badan pertama
kali terlihat sebagai perpindahan berat ke depan ke kaki pada sisi yang
sama dengan lengan yang melempar; kemudian ketika anak mulai
terampil, kaki berlawanan dengan lengan yang melempar. Rotasi badan
pertama terjadi dalam bentuk blok (badan bawah dan atas, misalnya,
panggul dan tulang belakang) memutar sebagai satu kesatuan. Rotasi
badan kemudian dibedakan (badan bawah atau panggul berputar
terlebih dahulu, ini diikuti oleh badan bagian atas atau rotasi tulang
belakang). Secara kuantitatif, perubahan perkembangan yang terlihat
terutama pada peningkatan jarak dan kecepatan lemparan (Bracken,
2009).
6. Menangkap
Pola penangkapan dini dan/atau belum mahir ditandai dengan
kurangnya penggunaan terampil pada lengan, tangan, dan jari.
Awalnya 9 lengan dan tangan kaku berada di depan tubuh dengan siku
diperpanjang. Bola sering memantul lepas dari tangan terentang.
Kemudian lengan berada di sisinya dengan tangan rileks dan
23

menangkup. Lengan, tangan, dan jari lebih dapat mencapai


penangkapan jika diposisikan sesuai dengan arah dari objek yang
mendekat. Karakteristik utama dari penangkap sangat mahir adalah
kemampuannya untuk menyesuaikan gerakan tubuh secara total untuk
menerima bola memantul atau dilempar dengan kecepatan yang
berbeda dan dari jarak dan arah yang bervariasi. Penangkap amatir
tidak dapat melakukan hal ini. Perubahan dalam keterampilan
menangkap belum masuk hitungan kesebagian besar pada anak-anak
usia pra-sekolah (Bracken, 2009).
7. Striking atau Memukul
Pengembangan keterampilan striking adalah bagian awal yang
penting dari mengembangkan motorik kasar. Meskipun tidak terlalu
normatif atau menyediakan pada perubahan perkembangan dalam
keterampilan striking pada anak-anak, hanya sedikit yang dapat
menunjukkan bahwa pola-pola striking melanjutkan dari satu lengan
upaya menghubungkan benda diam untuk terampil pola striking dua
lengan yang membuat upaya untuk menghubungkan benda bergerak
dengan kecepatan yang berbeda dan arah yang berbeda. Awalnya,
gerakan striking adalah gerakan memotong vertikal; kemudian
melakukan gerakan lengan samping pada bidang horizontal (ayunan
datar). Pada awal pengembangan pola striking (seperti dalam
melempar), badan berputar sebagai kesatuan; kemudian, dibedakan
atau dua bagian rotasi badan. Perubahan lain dari perkembangan
penting dalam perilaku striking adalah munculnya perpindahan berat
ke kaki (berlawanan) ke depan sebelum memulai dari ayunan lengan.
Anak juga akan secara bertahap berubah dalam asumsi posisi
menghadap ke arah berlawanan dengan bola di mana sisi tubuh
ditempatkan ke arah bola. Secara kuantitatif, dengan meningkatkan
perkembangan, alat pemukul diayunkan dengan kekuatan yang lebih
besar (rentang dan waktu pergerakan tubuh ditingkatkan) dan bola
diproyeksikan dengan kecepatan yang semakin besar (Bracken, 2009).
24

8. Keseimbangan
Pengembangan keseimbangan awal diwujudkannya
kemampuan anak untuk mempertahankan kesetimbangan dalam
berbagai posisi (misalnya, dengan kaki, dengan lutut, dalam performa
sebuah posisi). Ini diikuti dengan upaya untuk berdiri, berjalan, dan
untuk menavigasi benda di sekitar. Setelah beberapa keberhasilan yang
dicapai dalam perilaku ini, anak akan berusaha untuk berjalan pada
objek yang sempit (misalnya, titian, rel, baris) dan menunjukkan
beberapa kemampuan awal untuk menjaga keseimbangan pada satu
kaki. (Bracken, 2009).
2.3.4 Faktor-faktor yang Berdampak pada Kemampuan Motorik Kasar
Anak-anak bervariasi dalam kecakapan, tergantung pada
sumbangan genetik mereka dan kesempatan mereka untuk belajar dan
berlatih keterampilan motorik. Hanya 20 persen dari anak usia 4 tahun
dapat melempar bola dengan baik, dan hanya 30 persen dapat menangkap
dengan baik (Papalia, 2009). Perkembangan fisik mengalami
perkembangan terbaik dalam kegiatan aktif, bermain bebas tidak
terstruktur (Papalia, 2007). Sedangkan menurut penelitian Wang (2008)
keterampilan motorik kasar dapat dipengaruhi oleh suatu program gerakan
yang sudah di desain. Untuk anak yang sedang belajar kemampuan
motorik, program berkualitas menggunakan instruksi harus disediakan
(Graham, Holt/Hale &Parker, 2009).
25

2.4 Kerangka Pikir

Hasil yang di harapkan


Awal Proses

Tipe stimulasi Perkembangan


Perkembangan
1. Mendorong anak untuk motorik kasar anak
motorik kasar
berlari 1. mampu melempar
anak usia 3
2. Menunjukkan cara binatang 2. Mampu
tahun
berjalan menangkap
3. Mengajari anak untuk 3. Mampu menjaga
Faktor yang melempar benda kecil keseimbangan
mempengaruhi 4. mengajarkan anak untuk
perkembangan motorik melompat
kasar 5. Mengajari anak Dampak dilakukan
1. Faktor genetik menghindari sepeda roda stimulasi
2. Perkembangan fisik tiga 1. Perkembangan
3. Program yang di motorik kasar
rencanakan Orang tua yang memi- yang optimal
liki anak usia 3 tahun 2. motorik kasar
yang tidak optimal
3. Gangguan
keterlambatan
motorik kasar
26

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan
yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian
bisa diterapkan, dipergunakan sebagai petunjuk dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2013).
Desain penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian
kualitatif dengan strategi penelitian case study research.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi (Sugiyono, 2014).
Menurut Sugiono (2014) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Kotaanyar Kecamatan Kotaanyar
Kabupaten Probolinggo.
27

3.2.2 Waktu Penelitian


Tabel 3.1 Jadwal Penyusunan KTI
Bulan
No. Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mart April Mei Juni Jul
2017 2017 2017 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
1. Pembuatan Prposal
2. Study Pendahuluan
3. Ujian Proposal KTI
4. Pelaksanaan Penelitian
5. Penyusunan laporan
6. Ujian Hasil Penelitian
7. Perbaikan KTI

8. Pengumpulan KTI

Waktu penelitian dilaksanakan 28 - 30 Juni 2018

3.3 Setting Penelitian


Setting dalam penelitian ini adalah Di mana letak Desa Kotaanyar
Utara Berada dibatas Desa Sumberjo, Selatan Di mana letak Desa Kotaanyar
Utara berada dibatas Desa Sumberjo, Selatan berada di batas Desa Sukerojo,
Barat berada dibatas Desa Talkangdang dan Timur berada dibatas Desa
Bhinor. Dengan luas daerah 381.000 m. Jumlah penduduk 4.148 orang, yang
terdiri dari 1.408 Kepala Keluarga. Daerah cakupan datar persawahan dan
pekarangan. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani dan
sebagian pedagang atau wiraswasta. Tempat tersebut belum pernah di lakukan
penelitian tentang “Gambaran stimulasi orang tua pada perkembangan
motorik kasar anak usia 3 tahun” Peniliti tertarik untuk melakukan penelitian
tersebut.

3.4 Subjek Penelitian Atau Partisipan


Metode ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi
pendekatan Case Study Research atau studi kasus maka ditetapkan subyek
didalam penelitian ini yang berjudul “Gambaran stimulasi orang tua pada
perkembangan motorik kasar anak usia 3 tahun” dengan menggunakan
gambaran stimulasi orang tua. Kriteria partisipan penelitian ini yaitu:
28

`1. Kriteria partisipan primer adalah 2 orang tua yang memiliki anak usia 3
tahun , orang tua sering berada di rumah , orang tua yang bekerja, dan
orang tua yang memiliki pendidikan minimal jenjang SMP.
2. Kriteria partisipan sekunder adalah 2 keluarga terdekat dan tenaga kese-
htan yang sering kontak dengan partisipan primer
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan
nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling (Aziz A,
2007).

3.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 teknik pengumpulan
data, yaitu :
3.5.1 Wawancara
1. Tahap Persiapan Wawancara Penelitian ( persiapan pedoman waawan-
cara dan kontrak waktu).
Menurut Sugiyono (2014) wawancara adalah metode
pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang
responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan
interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga
menjadi daftar pengecek (check list) yang dimaksud check list adalah
suatu daftar pertanyaan yang akan di ajukan kepada interview. apakah
aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan
pedoman demikian interviewer harus memikirkan bagaimana
pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat
Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat
wawancara berlangsung .
Dalam hal ini pelaksanaan wawancara akan menggunakan
pedoman wawancara tak terstruktur.
29

2. Tahap pelaksanaan penelitian


Dalam penelitian terdapat dua tahap wawancara, yaitu:
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi subyek, Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-
pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam
wawancara. Pedoman wawancara yang disusun, ditunjukkan kepada
yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing, peneliti membuat
perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri
untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah
peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil
observasi terhadap perilaku subyek selama wawancara dan observasi
terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya
terhadap perilaku subyek dan pencatatan langsung yang dilakukan
pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak
memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah
wawancara.
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu
dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang
dibuat. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahkan hasil
rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk verbatim tertulis.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data
sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode
analisis data diakhir bab ini. Setelah itu, peneliti membuat dinamika
psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan saran-
saran untuk penelitian selanjutnya.
Berdasarkan urain diatas peneliti membutuhkan waktu kurang
lebih 40 menit dalam 3 hari untuk pengambilan data. Responden yang
akan di butuhkan adalah keluarga, tetangga terdekat dan tenaga
kesehatan setempat.
30

3.5.2 Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode
observasi. Menurut Jonathan, S (2006) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam
suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini, observasi diperlukan untuk dapat memahami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap
subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan
peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan
data tambahan terhadap hasil wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti tentang judul Karya Tulis Ilmiah
(Study Kasus) yaitu Gambaran stimulasi orang tua pada perkembangan
motorik kasar anak usia 3 tahun, di Desa Kotaanyar hal yang paling
banyak di alami di daerah tersebut masyarakatnya tingkat pengetahuannya
masih rendah dalam pemberian stimulasi pada anak.
3.5.3 Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara,
agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa
harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subyek. Dalam
pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah
mendapat Ijin dari subyek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat
wawancara berlangsung. Alat perekam yang digunakan dalam penelitian
adalah handphone Vivo Y21.

3.6 Metode Keabsahan Data


Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Yin
(2007) mengajukan empat kriteria keabsahan dan keejaan yang diperlukan
dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah
sebagai berikut :
31

3.6.1 Triangulasi Pengamat


Adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil
pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus
bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan
masukan terhadap hasil pengumpulan data. Triagulasi dalam penelitian ini
tetangga, perkembangan motorik anak, dan tenaga kesehatan terdekat dari
subyek penelitian.
3.6.2 Tringulasi Metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti
metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan metode wawancara kepada responden orang tua yang ditunjang
dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.
3.6.3 Keabsahan Eksternal (Eksternal Validity)
Keabsahan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian
dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian
kualitatif memiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitian
kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan eksternal terhadap
kasus-kasus ini selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.
3.6.4 Keajekan (Rabilitas)
Keajekan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang
penelitian yang sama, sekali lagi.
Dalam penelitian ini, keajekan mengacu pada kemungkinan
penelitian selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian
dilakukan sekali lagi dengan subyek yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa konsep kegiatan keajekan penelitian kualitatif selain menekankan
pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan
data.
32

3.7 Metode Analisa Data


Marshall dan Rosman mengajukan tekhnik analisa data kualitatif
untuk proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian
kualitatif terdapat beberapa tahapan–tahapan yang perlu dilakukan (Jonathan
Sarwono, 2006), diantaranya :
3.7.1 Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape
recorder dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkripnya
dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk
tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang
agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan.
1. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap
data, perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang
muncul diluar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan
pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal
analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding.
Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkrip
wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang
relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode
dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau dikategorikan
berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus
yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan
pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang
telah dikelompokkan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami
secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya.
33

Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan


dinamika yang terjadi pada subjek.

2. Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data


Setelah kategori pola dan tergambar dengan jelas, peneliti
menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam
penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui
analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah
dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokkan apakah ada
kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai.
Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari
landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara
konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.
3. Mencari alternatif penjelasan bagi data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi
terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penjelasan. Dan berdasarkan
kesimpulan yang telah di dapat dari kaitannya tersebut, penulis merasa
perlu mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang
telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada
alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan
terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir
sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain
melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat
berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
4. Menulis hasil penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan
merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa
kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam
penelitian ini, penulis yang dipakai adalah presentase data yang
didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan
wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan signifikan
other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan
34

significant other, dibaca berulang kali sehingga penulis mengerti


benar permasalahannya, kemudian dianalisis, sehingga didapat
gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek.
Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana
didalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

3.8 Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian, setelah mendapat rekomendasi dari
Akper Hafshawaty Zainul Hasan Genggong, kemudian dilanjutkan dengan
mengajukan permohonan ijin kepada Kepala Puskesmas Kotaanyar, untuk
mendapat persetujuan pengambilan kasus penelitian tugas akhir, dan
tembusan yang di tujukan kepada kepala desa selanjutnya peneliti akan
mengadakan pendekatan kepada subjek untuk koordinasi. Setelah disetujui
kuesioner dikirim ke subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah
etika yang meliputi :
3.8.1 Lembar Persetujuan Responden
Informed Consent atau lembar persetujuan diberikan kepada
responden yang akan diteliti dengan tujuan agar responden mengetahui
maksud dan tujuan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data, jika responden bersedia untuk diteliti maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden menolak maka
peneliti tidak akan memaksakan dan peneliti menghormati hak-hak klien.
3.8.2 Anonymity (tanpa nama)
Tanpa nama (Anonymity) untuk menjaga kerahasiaan responden,
peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner yang
telah diisi, peneliti hanya mencantumkan kode, inisial dan jenis kelamin
pada lembar kuesioner tersebut.
3.8.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan, pada penelitian ini hasil yang didapatkan dari
responden tentang kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya data
tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
35

3.9 Keterbatasan
Keterbatasan merupakan bagian dari riset keperawatan yang
menjelaskan keterbatasan dalam penulisan riset, dalam suatu penelitian pasti
mempunyai kelemahan-kelemahan yang ada, kelemahan tersebut ditulis
dalam keterbatasan (Sugiyono, 2014).
Adapun keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, antara lain :
1. Terbatasnya kemampuan peneliti untuk menjabarkan permasalahan
sehingga kedalaman isi penelitian masih kurang sempurna dan masih
menjadi peneliti pemula.
2. Waktu dan tenaga yang tersedia untuk melaksanakan dan menyelesaikan
penelitian ini terbatas, sehingga hasilnya kurang sempurna dan kurang
memuaskan.
36

DAFTAR PUSTAKA

Fida & Maya, 2012, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Jogjakarta:-Medika

Lestari, prasetya, Pengaruh Pemberian Stimulasi Pada Perkembangan Anak Usia


12-36 Bulan Di Kecamatan Sedayu, Bantul, Prasetya Lestari, 2016, JKNI
Vol.4, No. 1, Tahun 2016, 44-48

(http:/ ejournal.almaata.ac.id/index.php/JKNI/article/download/227/221
(29 Desember 2017)

Andriyani, Marlina, Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangkan


Anak Usia 3-5 Tahun. Marlia Andriani Di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpati Kecamatan simpati Kabupaten Pasaman. Marlina Andriani.
Afifah Vol. 3 No 1,Bulan Januari 2016.
(http://ejournal.stikesyarsi.ac.id/index.php/JAV1N1/article/download/
72/173 ( 29 Desember 2017)

Aryanto, Hasbi, 2017, Gambran Stimulasi Tumbuh Kembang Pada Anak


Prasekolah Di Paud Permata Hati RW 04 Krajan Nyatnyono Unggaran
Barat ( http://www.google.com/url. (07 Januari 2017)

Kemenkes RI, 2011, Stimulasi Tumbuh Kembang Balita Dan Anak Prasekolah,
Jakarta

BKKBBN, 2013, Keluarga berencana Dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta:


BKKBN

Aziz , A,2007,Metode penelitian Keperawatan Dan YeknikAnalisis Data, Jakarta


Salemba Medika.

Betsy Konsegran, Helmy, Babakal, Abraham, Hubungan Tingkat Pengetahuan


Orang Tua Tentang Stimulasi Dini Dengan Perkembangan Anak Usia 4-5
Tahun Di Desa Ranuketan Atas, Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1.
Nomor 1. Agustus
2013(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2187(24
Desmber 2017)

Hidayati, Maria, Peningkatan Kemampuan Motorik Ksar Anak Melalui


Permaianan bakiak, Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 7, Edisi 1 April
37

2013(https://media.neliti.com/media/publications/117598-ID-peningkatan-
kemampuan-motorik-kasar-anak.pdf 07 Januari 2017)

Jhonatan, S., 2006, Metode Penekitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakara,


Graha Ilmu.

Kyle, Terry, 2014, Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2, Jakarta:ECG

Magfuroh, Lilis, Impartina, Atiul 2014, Peran Stimuasi Orang Tua Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak Pada Usia Tolder Di Desa Mayangkawis
Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro (http://stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads/jurnalsurya/NoXX/58-64%20lilis%20M%20dedember
%202014.pd (24 Desember 2017)

Muscari, Marry E, 2009, Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Edisi ,


Jakarta:ECG

Nursalam, 2013, Konsep penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperwatan,Salemba


Medika, Jakarta

Nursalalam, 2008, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Salemba Medika

Buku Ajar Keprawatan Anak, Yokyakarta:Pustaka Belajar, Yokjakarta: Pustaka


Belajar (Depkes RI 2010 Dalam Ridha, H Nabil, 2011)

S, H Ronald, 2011, Pedoman & Perawatan Balita Agar Tumbuh Sehat Dan
Cedas, Bandung, CV Nuansa Aulia

Sugiono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixea


Methods), Alfabeta, Bandung

Yin, R., 2008, Studi Kasus : Desain Dan Metode, Jakarta : Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai