Anda di halaman 1dari 25

PENERAPAN PERMAINAN PAPAN TITIAN

UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK KASAR ANAK


STUDI KASUS: KELOMPOK A TK DHARMA WANITA
PERSATUAN BALONGMOJO KECAMATAN BENJENG
KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2013 - 2014

Anis Wati (NIM. 819223378)1


Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) sebanyak dua kali putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu:
perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan, refleksi. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan motorik anak kelompok A TK Dharma Wanita
Persatuan Balongmojo melalui permainan papan titian. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan yang berjumlah 16 anak, yang terdiri 8
anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Berdasarkan pengamatan peningkatan motorik
kasar anak pada siklus II sebagian besar anak mendapatkan skor 4 atau mampu
melakukan tanpa bantuan pada indikator berjalan di atas papan titian (56,25%), dan
sebagian anak mendapat skor 3 pada indikator berjalan di atas papan titian dengan
merentangkan tangan (62,5%), berjalan di atas papan titian dengan membawa beban
(68,75%), berjalan di atas papan titian dengan satu kaki bergantian (75%), dan sebagian
besar anak kelompok A di TK Dharma Wanita Balongmojo mendapat skor 4 atau dapat
melakukan kegiatan dengan sangat baik. Dengan kata lain melalui permainan papan
titian dapat meningkatkan motorik kasar anak. Kegiatan untuk melatih motorik kasar
anak harus dilakukan secara bertahap dan rutin sehingga kegiatan saling
berkesinambungan antara kegiatan yang satu dengan yang lain. Dari siklus I sampai
siklus II, peneliti menemukan beberapa faktor dan keberhasilan sehingga kemampuan
motorik kasar anak meningkat.

Kata Kunci: Permainan papan titian, motorik kasar, siklus

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di
antaranya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan
untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikannya dipandang perlu
dikhususkan. Karena menurut ilmu tersebut pengembangan kapasitas manusia akan
lebih mudah dilakukan sejak usia dini.
1
Mahasiswa Program S-1 PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Terbuka. Email:

1
Di Indonesia perkembangan anak usia dini tengah mendapatkan perhatian serius
terutama dari pemerintah. Hal ini disadari benar bahwa anak-anak usia dini saat ini
yang akan menjadi generasi penerus untuk masa mendatang. Untuk mewujudkan
generasi penerus yang tangguh dan mampu berkompetensi diperlukan upaya
pengembangan anak yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan berkembangannya.
Pada hakikatnya belajar harus sepanjang hayat. Hal ini diperntukkan
menciptakan generasi yang berkualitas. Hal itu bisa dilakukan dengan pendidikan
harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini
yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak
dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi
maka fenomena, pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat
penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk
pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering
disebut the golden age (usia emas).
Pembalajaran anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan
bernyanyi. Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan, menggembirakan, dan
demokratis agar menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Anak tidak hanya duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, tetapi mereka aktif
berinteraksi dengan berbagai benda dan orang di lingkungannya, baik secara fisik
maupun mental.
Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada semua bidang
perkembangan, baik perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial,
maupun emosional. Setiap lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hendaknya
memiliki halaman bermain yang didesain sesuai kebutuhan anak-anak sehingga anak-
anak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui bermain. Akan tetapi,
penataan alat bermain harus ditata dengan saksama dan mengedepankan keselamatan
dan kenyamanan sehingga tidak membahayakan mereka ketika bermain. Melalui
permainan di luar kelas secara tidak langsung aspek motorik kasar anak dapat
berkembang.
Masa lima tahun pertama adalah masa pesatnya perkembangan motorik anak.
Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di
otak. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot.
Oleh sebab itu, setiap gerakan 16 yang dilakukan anak sesederhana apapun,

2
sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan
sistem dalam tubuh yang dikontrol otak.
Perkembangan motorik anak usia dini sering diabaikan atau bahkan dilupakan
oleh orang tua, pembimbing, atau bahkan guru sendiri. Hal ini lebih dikarenakan
belum pahamnya bahwa perkembangan motorik menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan anak. Untuk itu, perlu dibuatkan sebuah model
pengembangan motorik pada anak, agar semua pihak yang berkepentingan
memahami dan mampu menerapkan pada anak didiknya.
Jika anak banyak bergerak, maka akan semakin banyak manfaat yang dapat
diperoleh ketika anak makin terampil menguasai gerakan motoriknya. Selain kondisi
badan juga semakin sehat karena anak banyak bergerak, anak juga manjadi lebih
percaya diri dan mandiri. Anak menjadi semakin yakin dalam mengerjakan segala
kegiatan karena anak tahu akan kemampuan fisiknya. Anak yang baik perkembangan
motoriknya biasanya juga mempunyai keterampilan sosial positif. Mereka akan
senang bermain bersama teman-temannya dan dapat mengimbangi gerak teman
sebayanya. Dengan semakin meningkatnya rasa percaya diri anak maka anak juga
akan bangga jika anak dapat melakukan beberapa kegiatan.
Anak usia Taman Kanak-kanak pada umumnya sangat aktif, mereka memiliki
penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
Oleh karena itu orang tua atau guru perlu menyediakan ruang dan waktu bagi anak
untuk melakukan kegiatan yang dapat melatih otot kasar anak serta menyediakan
barang-barang dan peralatan bagi anak yang bisa melatih motorik kasar anak.
Melihat kenyataan bahwa demikian kompleknya permasalahan tentang
pengembangan motorik kasar pada anak usia dini, seharusnya PAUD memaksimalkan
perannya untuk turut mengembangkan beragam kebutukan anak didik dalam proses
peningkatan motorik kasar. Pada kenyataanya tidak sesederhana apa yang tertuang
dalam berbagai teori. Banyak sebab yang menjadikan upaya pengembangan motorik
kasar pada anak kurang optimal.
Berbagai kendala dan hambatan sebagaimana yang dimaksud adalah seperti
yang peneliti temukan pada kegiatan pembelajaran di TK Dharma Wanita Persatuan
Balongmojo, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik khususnya kelompok A yang
menjadi subjek penelitian. Kemampuan motorik kasar anak masih terbatas, dan upaya
pemberiannya kurang terprogram. Di samping itu kurangnya kesadaran akan

3
pentingnya pengembangan motorik kasar pada diri anak, sehingga anak didik
menjalankannya kurang sunguh-sungguh.
Kenyataan yang ada di TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo, Kecamatan
Benjeng, Kabupaten Gresik, bahwasanya pengembangan motorik kasar pada anak
kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo, Kecamatan Benjeng,
Kabupaten Gresik masih rendah. Hal ini diketahui pada tingkat motivasi anak saat ini,
masih banyak yang malas untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam upaya
mengembangkan kemampuan motoriknya, terutama kegiatan bermain papan titian.
Dalam kegiatan bermain bola di TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo,
Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena
guru kurang inovatif dan kurang terprogram dalam bermain papan titian
kenyataannya masih banyak yang belum berani dan tidak dapat menguasai
keseimbangannya, bahkan ada yang belum pernah bermain papan titian. Hal ini juga
dikarenakan kurangnya alat peraga papan titian yang dimiliki, pemanfaatan papan
titian yang belum maksimal, dan selain itu motivasi guru ke anak masih kurang dalam
meniti papan titian. Akibatnya anak-anak untuk melakukan kegiatan bermain di atas
papan titian banyak yang masih ragu untuk bermain dan merasa takut saat meniti
papan titian.
Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang
penerapan permainan Papan Titian dalam meningkatkan morik kasar anak kelompok
A di TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo Kecamatan Benjeng Kabupaten
Gresik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, dapat
diambil rumusan masalah yaitu:
“Adakah pengaruh permainan Papan Titian dalam meningkatkan motorik kasar anak
kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo, Kecamatan Benjeng,
Kabupaten Gresik?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.

4
1) Untuk mengetahui penerapan permainan Papan Titian dalam meningkatkan
motorik kasar anak kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo,
Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik.
2) Untuk mengetahui hasil penerapan permainan Papan Titian dalam meningkatkan
motorik kasar anak kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo,
Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian
Secara praktis penelitian ini berguna untuk:
a. Bagi Guru
1) Sebagai pengalaman untuk mengetahui dan meningkatkan mutu proses
pembelajaran di TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo, Kecamatan
Benjeng, Kabupaten Gresik khususnya motorik kasar anak.
2) Sebagai salah satu syarat untuk menyandang gelar sarjana Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Strata satu (S1) di Universitas Terbuka UBJJ
Surabaya.
3) Menambah kreativitas guru dalam melakukan pembelajaran khususnya kegiatan
di luar ruangan.

b. Bagi Anak
1) Sebagai wahana pengetahuan tentang alat bermain yang dapat digunakan untuk
meningkatkan motorik kasar
2) Anak memiliki inisiatif untuk mencari kegiatan yang sesuai dengan
keinginannya.

c. Bagi Orang Tua


1) Menambah wawasan bagaimana memfasilitasi kemampuan motorik kasar anak
dengan penerapan bermain papan titian.
2) Menambah wawasan orang tua untuk menstimulasi kemampuan motorik kasar
anak dengan berbagai media permainan.
3) Sebagai alat bantu untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

II. Kajian Pustaka

5
A. Kajian Tentang Permainan
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia Terbaru permainan adalah barang
atau sesuatu yang digunakan untuk bermain. Pengunaan alat permainan seharusnya
sesuai dengan usia dan kebutuhan anak serta diharapkan dapat meningkatkan semua
aspek perkembangan anak.
Melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar.
Berbagai cara dan teknik yang dapat dipergunakan dalam kegiatan ini seperti
merayap, merangkak, berjalan, berdiri, meloncat, melompat, melempar dan
sebagainya. Dari beberapa cara dan teknik di atas, peneliti menggunakan alat
permainan papan titian dengan teknik berjalan guna untuk meningkatkan motorik
kasar anak kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo.
1. Teknik Bermain
a. Susan Insaacs, percaya bermain mempertinggi semua aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak. Susan Insaacs membela hak-hak anak untuk bermain
dan mengajak para orang tua untuk mendukung kegiatan bermain anak
sebagai sumber belajar alami yang penting bagi anak.
b. Dewey, percaya bahwa anak belajar tentang dirinnya sendiri dunianya melalui
bermain. Melalui pengalaman-pengalaman awal bermain yang bermakna
menggunakan benda-benda konkret, anak mengembangkan kemampuan dan
pengertian dalam memecahkan masalah, sedangkan perkembangan sosialnya
meningkat melalui interaksi dengan teman sebaya dalam bermain.
c. Athey dan Hendrick, bermain memberi anak kesempatan untuk menguji
tubuhnya, dengan melihat seberapa baik tubuhnya berfugsi. Bermain
membantu mereka merasa percaya diri secara fisik, merasa aman dan
mempunyai keyakinan diri
Dari beberapa pendapat di atas, bahwa bermain merupakan kegiatan yang
paling disenangi oleh anak, karena dengan bermain anak dapat eksplorasi,
bereksperimen, meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan fisik motoriknya,
dan secara tidak langsung anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Fungsi Alat Permainan


Di Taman Kanak-Kanak (TK) segala Aktivitas dilakukan melalui bermain
sambil belajar. Oleh karana itu, alat permainan yang dipersiapkan di TK hendaknya

6
berfungsi mendidik, memberi pemahaman dan melatih keterampilan serta
pembiasaan.
Makin lengkap alat permainan yang tersedia, maka kegiatan akan semakin
menarik dan merangsang anak untuk melakukan variasi Aktivitas yang
mengasyikkan. Alat permainan itu, misalnya:
a. Mainan untuk melatih otot besar dan kecil
b. Mainan untuk mengembangkan fantasi
c. Mainan untuk melatih keterampilan
d. Mainan untuk mengembangkan daya pikir
e. Mainan untuk mengembangkan perasaan sosial emosional anak
f. Mainan untuk mengembangkan kreativitas

B. Konsep Papan Titian


1. Media Pembelajaran
Menurut Heinich, Molenda, dan Russell media merupakan saluran komunikasi.
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan ( a resource ) dengan
penerima pesan ( a receiver ).
Media menurut Gagne dalam Karti Soeharto menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Briggs menyatakan bahwa media
adalah alat bantu untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya proses belajar
terjadi. Sedangkan menurut Anderson media pembelajaran adalah media yang sangat
memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang
mata pelajaran dengan para siswa.
Jadi dapat dikatakan bahwa media adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan. Apabila media itu membawa pesan-
pesan atau informasi yang mengandung maksud pengajaran adalah alat yang
digunakan untuk mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Peran media dalam komunikasi pembelajaran di TK semakin penting karena
mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa konkret yang artinya
bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata agar pesan atau

7
informasi dapat diterima dengan baik, dan diharapkan terjadi perubahan perilaku
berupa kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tak terpisahkan dari
proses belajar mengajar demi terciptanya tujuan pembelajaran.

2. Permainan Papan Titian


Papan titian adalah permainan untuk melatih keseimbangan anak, terbuat dari
kayu ringan dan kuat, sehingga dapat dipindahkan di area sekolah. Papan titian
dibuat dengan ukuran 15x120x20 cm dan dapat dicat dengan berbagai macam warna
yang menarik. Papan titian berguna untuk menstimulasi sistem vestibular anak.
Menurut Ika PH bermain papan titian termasuk dalam kegiatan bermain aktif.
Kegiatan bermain aktif merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan
kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri, biasanya
melibatkan banyak Aktivitas tubuh atau gerakan tubuh.
Sedang menurut Montolalu, bahwa bermain papan titian tidak hanya
mengembangkan kemampuan motorik kasar saja tetapi juga mampu mengembangkan
kemampuan lain seperti:
1) Jenis permainan ini menitikberatkan pada keterampilan dalam mengkoordinasikan
gerakan motorik, baik motorik kasar dan halus.
2) Sejalan dengan perkembangan kognitif, anak juga mengoperasikan kemampuan
kognitifnya untuk memikirkan agar tidak jatuh.
3) Aktivitas permainan ini bertujuan mengembangkan, menumbuhkan, mengasah
kepekaan, kepedulian anak untuk menunjang moral dan nilai-nilai yang berlaku
universal. Contohnya diharapkan terjadi pertumbuhan sikap antri, sabar menunggu
giliran dan mau menerima keputusan.
Dari uraian di atas bahwa kegiatan berjalan di atas papan titian ini tidak hanya
melatih motorik kasar anak, akan tetapi masih banyak manfaat lain yang dapat
diperoleh anak dalam kegiatan bermain papan titian, seperti untuk melatih
keseimbangan, keberanian, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan secara tidak
langsung kemampuan kognitif dan sosialnya juga berkembang. Kegiatan permainan
papan titian yang dilakukan pada penelitian ini adalah berjalan lurus ke depan dan
berjalan lurus dengan satu kaki bergantian.

8
C. Kajian Tentang Motorik Kasar
1. Motorik Anak usia Dini
Motorik anak adalah semua gerakan yang mungkin dapat digerakkan oleh
seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai
perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan diri. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang
membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh dengan
menggunakan sebagian atau seluruh anggota tubuh.
Menurut Schmidt, pembalajaran motorik adalah serangkaian proses
pembalajaran yang berhubungan dengan praktik atau pengalaman yang mengarah
kepada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan menanggapi sesuatu.
Sedangakan, Cecco dan Crawford mendefinisikan pembelajaran motorik sebagai
suatu respons motorik berangkai yang melibatkan koordinasi gerakan agar menjadi
pola respons yang lenih kompleks.
Pembelajaran dan perkembangan motorik kasar pada anak usia sekolah
memiliki rangkaian tahapan yang berurutan. Dengan kata lain, setiap siswa harus
melalui tahapan-tahapan khusus dan menguasai secara sempurna sebelum memasuki
tahapan selanjutnya. Tidak semua siswa di sekolah dapat menguasai suatu
keterampilan pada usia yang sama, meskipun mereka berada di dalam suatu kelas
dan satu bimbingan. Sebab, perkembangan motorik seorang siswa di sekolah
bersifat individual.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bermain memungkinkan anak
bergerak secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan
motoriknya (Piaget dan Curtis). Pada saat bermain anak berlatih menyesuaikan antara
pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan. Menurut Piaget anak terlahir
dengan kemampuan reflek, kemudian belajar menggabungkan 2 atau lebih gerak
reflek, dan pada akhirnya mampu mengntrol gerakannya. Melalui bermain anak
belajar mengontrol gerakannya menjadi gerak terkoordinasi.

2. Prinsip Perkembangan Motorik

9
Prinsip perkembangan motorik adalah suatu perubahan baik fisik maupun
psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Ada lima prinsip perkembangan motorik
anak yang dirinci sebagai berikut.
a. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf.
b. Belajar keterampilan motorik tidak akan terjadi sebelum anak matang.
c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan.
d. Perkembangan motorik dimungkinkan untuk dapat ditentukan.
e. Perbedaan individu dalam laju pertumbuhan motorik.
Dari beberapa prinsip perkembangan motorik di atas, menunjukkan bahwa
keterampilan motorik tidak akan berkembang jika anak belum matang atau bahkan
setiap anak atau setiap individu mempunyai perbedaan dalam perkembangan
motoriknya, akan tetapi perkembangan motorik mungkin dapat ditentukan yaitu
dengan berbagai macam latihan atau kegiatan yang dapat melatih kemampuan
motoriknya. Untuk itu peneliti berinisiatif untuk melukukan penerapan permainan
papan titian untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

3. Keterampilan Motorik
a. Yang harus dipelajari dalam mempelajari motorik anak, antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Kesiapan belajar
Anak yang telah memiliki kesiapan belajar suatu keterampilan motorik akan
lebih unggul bila dibandingkan dengan anak yang belum memiliki kesiapan
untuk mempelajari keterampilan tersebut.
2) Kesempatan belajar
Pendidik sebaiknya memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk
mempelajari berbagai keterampilan motorik dengan cara menyediakan sarana
dan prasarana yang aman, nyaman, dan memberi dorongan bahwa setiap anak
pasti akan dapat melakukannya.
3) Kesempatan praktik
Untuk mempelajari suatu keterampilan motorik seorang anak harus memiliki
kesempatan untuk mencoba melakukannya (berpraktik) sesuai dengan
kebutuhannya. Seorang anak yang tidak diberikan kesempatan untuk mencoba
maka anak tidak akan pernah bias melakukannya.

10
4) Model yang baik
Meniru merupakan hal yang sangat penting, maka agar anak memiliki suatu
keterampilan motorik yang baik seorang anak memerlukan model yang baik pula.
Apabila model memberikan contoh dengan cara yang salah maka kemungkinan
besar anak akan melakukan keterampilan tersebut dengan cara yang salah pula.
5) Bimbingan
Agar dapat meniru suatu model dengan benar, anak memerlukan bimbingan
selain itu bimbingan juga dapat membantu anak memperbaiki suatu kesalahan
sehingga kesalahan tersebut tidak terlanjur dipelajari yang akan membuatnya
menjadi lebih sulit untuk diperbaiki.
6) Motivasi
Motivasi belajar sangat penting untuk mempertahankan minat anak untuk
mempelajari keterampilan motorik. Sumber motivasi umumnya adalah kepuasan
pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemadirian dan gengsi yang
diperoleh dari kelompok teman sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan
kurang mampu dalam bidang lain.
7) Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu
Setiap keterampilan memiliki perbedaan dan karakteristik tertentu sehingga
keterampilan tersebut harus dipelajari secara individu.
8) Keterampilan sebaiknya dipelajari satu per satu
Apabila anak mempelajari keterampilan motorik secara serempak, khususnya bila
menggunakan kumpulan otot yang sama maka akan membuatnya menjadi
bingung dan keterampilan yang diperoleh anak akan tidak sesuai dengan yang
diharapkan serta akan terjadi pemborosan waktu dan tenaga. Jadi pendidik harus
memberi latihan secara bertahap dan satu per satu.
Dalam mempelajari keterampilan motorik siswa TK Dharma Wanita Persatuan
Balongmojo sangat membutuhkan kesempatan untuk belajar melatih motoriknya
terutama motorik kasarnya. Akan tetapi guru harus tetap memperhatikan setiap
perbedaan kesiapan belajar dari setiap siswanya dengan demikian, guru hendaknya
memberikan contoh dan bimbingan yang baik dalam melatih motorik kasar anak.
Kegiatan untuk melatih motorik kasar anak dilakukan secara bertahap dan secara
rutin, serta dengan memberikan motivasi agar anak-anak lebih bersemangat dalam
melakukan kegiatan yang dapat melatih motorik kasarnya.

11
4. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Motorik
Prinsip pelaksanaan kegiatan fisik motorik di Taman Kanak-kanak, meliputi
hal-hal sebagai berikut.
a. Kegiatan dalam bentuk permainan
b. Menciptakan suasana yang gembira dan menyenangkan
c. Gerakan hendaknya bervariasi dan jangan monoton
d. Hendaknya dilakukan tiap hari, baik secara formal maupun diselipkan diantara
kegiatan yang direncanakan
e. Berencana dan bertahap
f. Suasana di Taman Kanak-kanak diatur sesuai dengan kebutuhan anak untuk
bermain dan bergerak
g. Berikut adalah faktor-faktor pendukung yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
tercapai:
1) sarana dan prasarana memadai;
2) situasi lingkungan belajar yang aman, atraktif dan menyenangkan;
3) peran serta orang tua dan masyarakat;
4) tenaga guru yang memiliki kemampuan atau kompetensi membimbing anak
usia dini.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
memperhatikan beberapa prinsip di atas yaitu salah satunya kegiatan dilaksanakan
dalam bentuk permainan dan dilakukan secara berencana dan bertahap, agar tujuan
dalam penelitian ini mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

D. Penerapan Papan Titian dalam Meningkatkan Motorik Kasar


Dalam pengembangan motorik kasar anak, dapat dilakukan dengan berbagai
kegiatan salah satunya dengan cara bermain. Kegiatan bermain dapat dilakukan
secara individu maupun secara berkelompok, dan kegiatan bermain dapat dilakukan
dengan mengunakan berbagai alat permainan yang disenangi oleh anak.
Untuk merangsang motorik kasar anak dapat dilakukan dengan melatih anak
untuk bermain dengan cara dan teknik yang dapat dipergunakan dalam kegiatan ini
seperti marayap, merangkak, berjalan, berdiri, meloncat, melompat, menendang,
melempar dan lain sebagainya.

12
Dari berbagai macam kegiatan untuk melatih motorik kasar anak, peneliti
menggunakan alat permainan di luar kelas yaitu papan titian sebagai alat permainan
yang diharapkan dapat meningkatkan motorik kasar anak di kelompok A TK
Dharma Wanita Persatuan Balongmojo dengan tetap dalam suasanan yang
menyenangkan.
Permainan papan titian yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
motorik kasar anak, khususnya bagi anak kelompok A di TK Dharma Wanita
Persatuan Balongmojo dengan melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
kegiatan yang sudah dibuat dengan memperhatikan kondisi, situasi dan perlengkapan
yang diperlukan.
Kegiatan bermain harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
anak. Agar kegiatan pengembangan motorik kasar anak dapat terlaksana dengan baik,
maka anak dituntut memiliki perhatian dan daya tahan yang baik pula, seperti
disiplin, kerjasama, kecepatan bereaksi, berkonsentrasi sesuai kemampuan anak.
Dengan harapan bisa meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui permainan
papan titian.

III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


A. Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
TK Dharma Wanita Persatuan Balongmojo yaitu bertempat di Desa
Balongmojo Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik

2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu. Tiap siklus dilakukan observasi
selama 5 kali pertemuan sehingga dalam 2 siklus dilakukan pengamatan
sebanyak 10 kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan tanggal 1 s.d. 5 Oktober
2013, sedangkan Siklus II dilaksanakan tanggal 8 s.d. 12 Oktober 2013.
Pengamatan ini dilakukan untuk melihat peningkatan motorik kasar anak
dengan menggunakan permainan papan titian.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran/Kegiatan Pengembangan

13
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model Kemmis dan
Mc. Taggart seperti terlihat pada gambar berikut.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Menyimpulkan
Hasil Penelitian

C. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektifan suatu permainan Papan Titian dalam
meningkatkan motorik kasar, peneliti menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif
yaitu dengan cara menghitung untuk mencari hasil prosentase kenaikan
perkembangan motorik kasar anak kemudian dideskripsikan untuk memperjelas hasil
yang diperoleh, yaitu dengan cara membandingkan hasil antara pra siklus, siklus 1
dan siklus 2 dengan menggunakan prosentase untuk mengetahui peningkatan motorik
kasar.

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Penerapan Permainan Papan Titian dalam Meningkatkan Motorik Kasar
Anak.
Penerapan permainan papan titian sebagai sarana atau alat yang diharapkan
dapat meningkatkan motorik kasar anak. Papan titian merupakan permainan yang
terbuat dari kayu untuk melatih keseimbangan. Peningkatan motorik kasar anak

14
dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan menggunakan papan titian dan
dengan dibantu alat atau perlengkapan lain sebagai penunjang dalam kegiatan.
Di TK Dharma Wanita Balongmojo dalam proses pembelajaran menggunakan
model kelompok klasikal. Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok A, dengan
jumlah siswa sebanyak 16 anak. Pada kelompok A terdapat berbagai karakteristik,
sifat dan sikap anak yang berbeda-beda. Dan ada beberapa anak yang kurang aktif
dan kurang berminat dalam kegiatan yang melibatkan motorik kasarnya.
1. Pemaparan Prasiklus
Dari masalah yang terjadi, peneliti berharap dengan menggunakan permainan
papan titian dapat meningkatkan motorik kasar anak kelompok A. Kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan data tentang hasil perolehan prasiklus adalah sesuai
dengan indikator penilaian yang dicapai yaitu:
1) berjalan di atas papan titian
2) berjalan di atas papan titian dengan merentangkan tangan
3) berjalan di atas papan titian dengan membawa benda
4) berjalan lurus di atas papan titian dengan satu kaki bergantian
Kegiatan prasiklus dilakukan pada tanggal 23 September 2013. Berikut ini data
perolehan prasiklus.

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Motorik Kasar Pra Siklus


Indikator penilaian (*)
NO NAMA JK
1 2 3 4
1 Zahwa P 2 2 2 2
2 Tutus P 2 2 2 3
3 Reffan L 1 2 2 2
4 Silfi P 2 3 3 3
5 Ni’am L 1 1 2 1
6 Fadil L 2 2 2 2
7 Wawa P 3 3 3 2
8 Via P 1 1 2 3
9 Alif L 3 3 3 3
10 Tirta L 2 2 2 2
11 Risna P 3 2 2 3
12 Davin L 2 3 2 2
13 Lina P 1 1 1 2
14 Rifa P 2 3 2 2

15
15 Satria L 2 2 3 3
16 Fergi L 3 2 2 2
Keterangan:
- Nilai 1‫٭‬, tidak mau melakukan kegiatan
- Nilai 2‫٭‬, mampu melakukan dengan bantuan
- Nilai 3‫٭‬, mampu melakukan tanpa bantuan
- Nilai 4‫٭‬, mampu melakukan dengan sangat baik

Tabel 4.2 Hasil Prosentase Motorik Kasar Prasiklus

Skor Hasil
No Indikator penilaian Penghitungan
terbanyak prosentase

1 Berjalan di atas papan titian 2 8 ÷ 16 x 100% 50%

Berjalan di atas papan titian dengan


2 2 8 ÷ 16 x 100% 50%
merentangkan tangan
Berjalan di atas papan titian dengan
3 2 11 ÷ 16 x 100% 68,75%
membawa beban
Berjalan di atas papan titian dengan
4 2 9 ÷ 16 x 100% 56,25%
satu kaki bergantian

Dari hasil prasiklus rata-rata anak mendapat skor 2. Dari tabel di atas
menunjukkan bahwa semua indikator cenderung mendapatkan skor 2 yaitu berjalan di
atas papan titian (50%), berjalan di atas papan titian dengan merentangkan tangan
(50%), berjalan di atas papan titian dengan merentangkan tangan (68,75%), berjalan
di atas papan titian dengan satu kaki bergantian (56,25%). Kesimpulannya hampir di
atas 50 % anak masih perlu bantuan dari guru. Sehingga perlu dilakukan tindakan
untuk mendapatkan peningkatan terhadap motorik kasar anak melalui permainan
papan titian.

2. Pemaparan Tindakan
a. Siklus 1
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti membuat rancangan kegiatan yang meliputi
hal-hal berikut.

16
a) Membuat rencana kegiatan harian (RKH) sesuai dengan tema,
b) Mempersiapkan materi kegiatan dan menyiapkan papan titian,
c) Membuat pedoman penilaian motorik kasar.
Kegiatan pembalajaran di TK Dharma wanita Balongmojo dilaksanakan pada
pukul 07.00-09.30. Penerapan permainan papan titian dilakukan pada kegiatan awal
selama ±20 menit yaitu pukul 07.10-07.30.
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Permainan Papan Titian pada Siklus 1

No. Jadwal Pelaksanaan


Selasa,
1 Pra Siklus
1 Oktober 2013
Rabu,
2 Berjalan lurus di atas papan titian
2 Oktober 2013
Kamis, Berjalan lurus di atas papan titian dengan
3
3 Oktober 2013 merentangkan tangan
Jumat, Berjalan di atas papan titian dengan membawa
4
4 Oktober 2013 benda
Sabtu, Berjalan di atas papan titian dengan satu kaki
5
5 Oktober 2013 bergantian

2) Pelaksanaan Tindakan
Dalam meningkatkan motorik kasar anak melalui permainan papan titian, guru
dan juga sebagai peneliti melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang sudah dibuat.
Kegiatan bermain papan titian dilakukan pada saat kegiatan awal, dengan langkah –
langkah sebagai berikut.
a) Guru menjelaskan kegiatan dan tujuan pembelajaran.
b) Guru dan siswa pergi ke luar kelas menuju area bermain.
c) Guru memberikan contoh kepada anak bagaimana cara bermain.
d) Kegiatan bermain papan titian dilakukan sesuai dengan jadwal dan kegiatan
yang sudah direncanakan.
e) Setelah kegiatan selesai, anak diajak duduk melingkar dan guru menanyakan
kegiatan yang sudah dilakukan.

3) Observasi
Observasi dilakukan pada saat kegiatan bermain papan titian dengan dibantu
oleh guru pendamping. Aspek penilaian di fokuskan untuk meningkatkan motorik
kasar anak. Berikut ini hasil pengamatan pada siklus I.

17
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Motorik Kasar pada Siklus I
Indikator penilaian (*)
NO NAMA JK
1 2 3 4
1 Zahwa P 2 3 2 2
2 Tutus P 3 2 3 2
3 Reffan L 2 2 2 2
4 Silfi P 3 3 3 3
5 Ni’am L 1 3 2 2
6 Fadil L 3 2 2 2
7 Wawa P 3 4 3 3
8 Via P 3 3 3 2
9 Alif L 4 3 3 3
10 Tirta L 3 2 2 2
11 Risna P 3 3 2 3
12 Davin L 2 2 3 3
13 Lina P 1 2 2 2
14 Rifa P 2 3 3 2
15 Satria L 3 2 3 2
16 Fergi L 2 2 2 2

Keterangan:
- Nilai 1‫٭‬, tidak mau melakukan kegiatan
- Nilai 2‫٭‬, mampu melakukan dengan bantuan
- Nilai 3‫٭‬, mampu melakukan tanpa bantuan
- Nilai 4‫٭‬, mampu melakukan dengan sangat baik

Tabel 4.5 Hasil Prosentase Peningkatan Motorik Kasar Siklus I

Skor Hasil
No Indikator penilaian Penghitungan
terbanyak prosentase

1 Berjalan di atas papan titian 3 8 ÷ 16 x 100% 50%

Berjalan di atas papan titian


2 3 7 ÷ 16 x 100% 56,25%
dengan merentangkan tangan
Berjalan di atas papan titian
3 2,3 8 ÷ 16 x 100% 50%
dengan membawa beban

18
Berjalan di atas papan titian
4 2 11 ÷ 16 x 100% 68,75%
dengan satu kaki bergantian

Dari hasil pengamatan pada tabel 4.5 pada kegiatan bermain papan titian, anak-
anak sangat antusias dalam bermain, meskipun pada awalnya masih ada rasa takut
untuk bermain papan titian. Pada siklus I rata-rata anak mendapat skor 2 dan 3. Dari
hasil observasi pada siklus I, nilai terendah merupakan kelemahan yang terjadi pada
siklus I, yaitu anak-anak lebih banyak yang mendapatkan skor 3 pada indikator
berjalan di atas papan titian (50%), berjalan di atas papan titian dengan merentangkan
tangan (56,25%). Kemudian aspek tersebut akan dijadikan sebagai tolak ukur untuk
mengadakan tahap refleksi dan revisi pada siklus II. Merujuk pada hasil observasi
tingkat capaian perkembangan motorik kasar pada anak kelompok A TK Dharma
Wanita Balongmojo, maka di sepakati untuk melakukan perbaikan proses
pembelajaran pada siklus II.

4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I sebagian besar anak mendapat skor 3
atau mampu melakukan tanpa bantuan yaitu pada indikator Berjalan di atas papan
titian dengan membawa beban (50%), dan Berjalan di atas papan titian dengan satu
kaki bergantian (68,75%). Akan tetapi pada indikator berjalan di atas papan titian
dengan satu kaki anak-anak cenderung mendapatkan skor 2 atau mampu melakukan
dengan bantuan, jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik anak belum
meningkat. Hal ini disebabkan karena kegiatan dalam bermain papan titian kurang
bervariasi, dan anak kurang percaya diri atau masih ragu dalam melakukan
kegiatan tersebut sehingga perlu diberikan motivasi agar dapat meningkatkan
kemampuan motorik kasarnya melalui permainan papan titian. Berdasarkan hasil
refleksi tersebut, maka peneliti dan kolaborator memutuskan serta merencanakan
untuk melakukan perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II.

b. Siklus II
1) Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka peneliti dan kolaborator merencanakan
tahap perencanaan pada siklus II, rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut.

19
a) Membuat rencana kegiatan harian (RKH) sesuai dengan tema,
b) Membuat materi kegiatan dan langkah-langkah pembelajaran yang lebih
bervariasi,
c) Menyiapkan papan titian,
d) Membuat pedoman penilaian motorik kasar,
Untuk menunjang agar motorik kasar anak dapat meningkat, pemberian
motivasi kepada peserta didik sangat penting, agar siswa lebih percaya diri dalam
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan motorik kasarnya. Pada siklus II ini,
peneliti melakukan perubahan yaitu dengan melakukan kegiatan yang lebih
bervariasi dan pemberian motivasi. Peneliti membuat jadwal pelaksanaan bermain
papan titian pada siklus II seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Jadwal Pelaksanaan Permainan Papan Titian pada Siklus II

No. Jadwal Pelaksanaan


Selasa,
1 Berjalan lurus di atas papan titian
8 Oktober 2013
Rabu, Berjalan lurus di atas papan titian dengan
2
9 Oktober 2013 merentangkan tangan
Kamis, Berjalan di atas papan titian dengan
3
10 Oktober 2013 membawa benda
Jum’at, Berjalan di atas papan titian dengan satu kaki
4
11 Oktober 2013 bergantian
Sabtu, Berjalan di atas papan titian dengan
5
12 Oktober 2013 membawa benda di kepala

2) Pelaksanaan
Kegiatan bermain papan titian pada siklus II dilakukan pada saat kegiatan awal,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru menjelaskan kegiatan dan tujuan perbaikan pembelajaran,
b) Guru dan siswa membuat aturan permainan saat bermain papan titian,
c) Guru mengajak anak untuk mencari kelompoknya sesuai dengan keinginan anak,
d) Guru dan siswa pergi ke luar kelas menuju area bermain,
e) Guru memberikan contoh kepada anak bagaimana cara bermain,
f) Kegiatan bermain papan titian dilakukan sesuai dengan jadwal dan kegiatan yang
sudah direncanakan,

20
g) Guru tetap menjaga situasi agar suasana tetap menyenangkan dan tetap terjaga
(tidak kacau),
h) Setelah kegiatan selesai, anak diajak duduk melingkar dan guru menanyakan
kegiatan yang sudah dilakukan,
i) Guru memberikan hadiah berupa pujian kepada anak.

3) Observasi
Pada tahap observasi ini guru kelompok A melakukan pengamatan sesuai
dengan format yang telah dibuat. Hal ini ditujukan untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran mengenai perkembangan proses pembelajaran yang terjadi.
Adapun hasil observasi pada siklus II diperoleh data seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. 7 Hasil Pengamatan Motorik Kasar pada Siklus II


Indikator penilaian (*)
NO NAMA JK
1 2 3 4
1 Zahwa P 4 3 3 3
2 Tutus P 4 4 3 3
3 Reffan L 3 3 3 3
4 Silfi P 4 4 4 3
5 Ni’am L 3 3 3 3
6 Fadil L 3 3 3 4
7 Wawa P 4 4 4 4
8 Via P 4 3 4 3
9 Alif L 4 4 4 4
10 Tirta L 4 3 3 3
11 Risna P 3 4 3 3
12 Davin L 3 4 3 3
13 Lina P 3 3 3 3
14 Rifa P 4 3 4 4
15 Satria L 4 3 3 3
16 Fergi L 3 3 3 3

Keterangan:
- Nilai 1‫٭‬, tidak mau melakukan kegiatan
- Nilai 2‫٭‬, mampu melakukan dengan bantuan

21
- Nilai 3‫٭‬, mampu melakukan tanpa bantuan
- Nilai 4‫٭‬, mampu melakukan dengan sangat baik

Tabel 4.8 Hasil Prosentase Motorik Kasar Siklu s II

Skor Hasil
No Indikator penilaian Penghitungan
terbanyak prosentase

1 Berjalan di atas papan titian 4 9 ÷ 16 x 100% 56,25%

Berjalan di atas papan titian


2 3 10 ÷ 16 x 100% 62,5%
dengan merentangkan tangan
Berjalan di atas papan titian
3 3 11 ÷ 16 x 100% 68,75%
dengan membawa beban
Berjalan di atas papan titian
4 3 12 ÷ 16 x 100% 75%
dengan satu kaki bergantian

4) Refleksi
Berdasarkan pengamatan peningkatan motorik kasar anak pada siklus II
sebagian besar anak mendapatkan skor 4 atau mampu melakukan tanpa bantuan pada
indikator berjalan di atas papan titian (56,25%), dan sebagian anak mendapat skor 3
pada indikator berjalan di atas papan titian dengan merentangkan tangan (62,5%),
berjalan di atas papan titian dengan membawa beban (68,75%), berjalan di atas papan
titian dengan satu kaki bergantian (75%), dan sebagian besar anak kelompok A di
TK Dharma Wanita Balongmojo mendapat skor 4 atau dapat melakukan kegiatan
dengan sangat baik. Dengan kata lain melalui permainan papan titian dapat
meningkatkan motorik kasar anak. Kegiatan untuk melatih motorik kasar anak harus
dilakukan secara bertahap dan rutin sehingga kegiatan saling berkesinambungan
antara kegiatan yang satu dengan yang lain. Dari siklus I sampai siklus II, peneliti
menemukan beberapa faktor dan keberhasilan sehingga kemampuan motorik kasar
anak meningkat.

22
B. Hasil Penerapan Permainan Papan Titian dalam Meningkatkan Motorik
Kasar Anak
Sebelum pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan permainan papan titian,
dilakukan prasiklus untuk mengetahui kemampuan motorik kasar anak. Terdapat
beberapa anak yang masih merasa takut saat kegiatan berlangsung, sehingga masih
perlu pendampingan dan motivasi. Setelah siklus I dan siklus II sudah dilaksanakan
mengalami peningkatan, anak sudah merasa percaya diri dan lebih bersemangat
dalam kegiatan yang dapat melatih motorik kasarnya. Dari hasil penerapan
permainan papan titian yang dilakukan menunjukkan bahwa motorik kasar anak
kelompok A pada siklus II menunjukkan bahwa semua indikator tercapai dengan skor
3 dan 4. Indikator yang mencapai skor skor 4 atau mampu melakukan tanpa bantuan
pada indikator berjalan di atas papan titian (56,25%), dan sebagian anak mendapat
skor 3 pada indikator berjalan di atas papan titian dengan merentangkan tangan
(62,5%), dan berjalan di atas papan titian dengan membawa beban (68,75%).
Hal ini membuktikan adanya peningkatan motorik kasar anak setelah dilakukan
kegiatan dengan menggunakan permainan papan titian. Bermain papan titian tidak
hanya mengembangkan kemampuan motorik kasar saja tetapi juga mampu
mengembangkan kemampuan lain seperti perkembangan kognitif, dan sosial
emosional anak. Dengan permainan papan titian anak menjadi bebas begerak untuk
membuang ekstra energi dan dapat melatih konsentrasi dan kontrol diri anak. Dari
data yang diperoleh, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan
permainan papan titian dapat meningkatkan motorik kasar anak khususnya pada anak
kelompok A TK Dharma Wanita Balongmojo.

V. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut


A. Kesimpulan
Penerapan permainan papan titian dalam meningkatkan motorik kasar anak
dilakukan secara bertahap dan rutin sehingga kegiatan saling berkesinambungan
antara kegiatan yang satu dengan yang lain. Untuk mendukung kegiatan tersebut
sangat diperlukan motivasi dan kegiatan yang lebih bervariasi sehingga pada saat
kegiatan bermain papan titian anak menjadi lebih tertarik dan semangat dalam
bermain papan titian guna meningkatkan motorik kasarnya.

23
Penelitian ini menggunakan tiga tahap pengamatan yaitu pra siklus, siklus I dan
siklus II. Pada siklus I anak-anak cenderung mendapatkan skor 2 atau mampu
melakukan dengan bantuan yaitu indikator berjalan di atas papan titian (50%),
berjalan di atas papan titian dengan merentangkan tangan (56,25%). Setelah
dilakukan siklus II, motorik kasar anak mengalami peningkatan yaitu mencapai skor 3
pada indikator berjalan di atas papan titian (56,25%), indikator berjalan di atas papan
titian dengan merentangkan tangan (62,5%). Dan indikator yang mencapai skor 4
yaitu berjalan di atas papan titian dengan membawa beban (68,75%), berjalan di atas
papan titian dengan satu kaki bergantian (75%). Maka membuktikan bahwa
permainan papan titian dapat meningkatkan motorik kasar anak kelompok A TK
Dharma Wanita Persatuan Balongmojo Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik.

B. Saran
Dari hasil penelitian ini, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran
diantaranya sebagai beikut.
1. Sebelum kegiatan belajar mengajar, sebaiknya guru menjelaskan aturan saat
main. Agar anak bisa belajar untuk mengikuti aturan-aturan yang ada.
2. Dalam proses pembelajaran, kegiatan yang di lakukan hendaknya bervariasi agar
anak tidak merasa bosan dan dapat menarik perhatian anak dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
3. Guru juga harus sering memberikan pujian kepada anak, agar anak lebih
termotivasi dalam proses pembelajaran berlangsung.
4. Penting sekali bagi seorang guru mengajak anak bermain khususnya untuk
melatih motorik kasar anak, karena kemampuan motorik kasar anak sangat
berperan penting bagi kehidupannya dimasa yang akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini
Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Anwar, Dessy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, Surabaya: Amelia,
2003
Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Universitas Terbuka,2008.
Bea Septiari, Bety. Mencetak Balita Cerdas, Yogyakarta: Nuha Madika, 2012.
Decaprio, Richard. Aplikasi Pembelajaran Motorik Di Sekolah, Jogjakata: Diva
Press, 2013.
Departemen Pendidikan Nasional. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak
Usia Dini, 2007.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 1978.
Kementrian Pendidikan Nasional. Pedoman Pengembangan program Pembelajaran Di
Taman Kanak-Kanak, 2010
Masitoh. Strategi Pembelajaran TK, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007
Musfiqon. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2012.
Muslich, Masnur. Melaksanakan PTK itu Mudah Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Samsudin. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Prenada
Media Group, 2008.
Sofiah, Nuning. Upaya Mengembangkan Motorik Kasar Melalui Bermain Papan
Titian Pada Anak Kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2012
Sujiono, Bambang, dkk. Metode Pengembangan Fisik, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008.
Sukrisno. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, Jakarta: Erlangga, 2009
Suyanto, Slamet. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat,
2005.
Zaman, Badru. Media dan Sumber Belajar TK, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Zulfah. Melalui Bermain Papan Titian Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik
Kasar Anak Kelompok A TK AL FITROH Surabaya, Universitas Negeri
Surabaya

25

Anda mungkin juga menyukai