Anda di halaman 1dari 23

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK

HALUS MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING


DI KELOMPOK B KB BUNGA TANJUNG TANJUNGKULON
KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Isroatun, 825251169, 131177isroatun@gmail.com

ABSTRAK

Kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting di KB Bunga


Tanjung Tanjungkulon Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan masih sangat rendah.
Tingkat keberhasilannya hanya 20 %. Penulis mengadakan perbaikan pembelajaran
guna meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak
Kelompok B KB Bunga Tanjung melalui kegiatan menggunting. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dan setiap siklusnya dibuat lima pertemuan
dalam rencana kegiatan harian dan skenario perbaikan. Setiap siklus terdiri dari empat
tahap yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan dan 4) refleksi. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan menggunting sesuai gambar atau pola disetiap siklusnya. Pada observasi awal
tingkat keberhasilan hanya 20%, pada siklus I tingkat keberhasilan cukup meningkat
menjadi 56%, dan pada siklus II tingkat keberhasilan meningkat menjadi 83%. Dilihat
dari perolehan tingkat keberhasilan anak dalam kegiatan menggunting dapat ditarik
kesimpulan, bahwa kegiatan menggunting dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak kelompok B KB Bunga Tanjung Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan
Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata kunci : motorik halus, menggunting, anak usia dini.

1
2

Pendahuluan
a. Latar Belakang
1. Identifikasi masalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada bab I pasal 1 Ayat 14 menyebutkan bahwa Pendidikan
Anak Usia Dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Selanjutnya dalam Peraturan
Pemerintah No. 17 tahun 2010 pasal 61 bahwa pendidikan anak usia dini
berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh
potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan
kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki
kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah
aspek pengembangan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian,
moral, dan nilai-nilai agama, serta pengembangan kemampuan dasar
yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif, dan fisik motorik sesuai
pertumbuhan anak (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 4). Pertumbuhan anak
pada masa ini perlu mendapat rangsangan untuk menerima informasi
yang bermanfaat bagi anak, serta mengembangkan sikap sosial
emosional. Seiring dengan pertumbuhan otak, maka pertumbuhan
jasmani penting untuk diperhatikan. Perkembangan pada anak usia dini
mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional
dan bahasa. Pada masa ini anak sudah memiliki keterampilan dan
kemampuan walaupun belum sempurna. Usia anak pada masa ini
merupakan fase fundamental yang akan menentukan kehidupannya
dimasa datang. Untuk itu, kita harus memahami perkembngan anak usia
dini khususnya perkembangan fisik dan motorik.
3

Perkembangan motorik pada anak usia dini merupakan suatu hal


yang sangat penting bagi perkembangan anak. Anak yang memiliki
keterampilan motorik yang baik akan mudah mempelajari hal-hal baru
yang sangat bermanfaat dalam menjalani pendidikan. anak usia dini
mempunyai potensi yang demikian besar untuk mengoptimalkan segala
aspek perkembangannya, termasuk perkembangan motoriknya artinya
perkembangan keterampilan motorik sebagai perkembangan unsur
kematangan dan pengendali gerak tubuh. Anak usia dini yang berusia 2-5
tahun memiliki energi tinggi. Energi yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktivitas yang diperlukan dalam meningkatkan keterampilan
fisik, baik yang berkaitan dengan keterampilan motorik halus, seperti
kegiatan menggunting. (Sumantri, 2005: 145).
Kegiatan menggunting adalah kegiatan yang berhubungan dengan
kemampuan anak menggunakan alat dan kemampuan motorik halus.
Dalam kegiatan ini, diharapkan anak-anak mampu menyelesaikan
kegiatan menggunting sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru.
Kenyataan yang ada di lapangan masih menunjukkan bahwa banyak
ketidakberhasilan anak dalam belajar menggunting yang disebabkan
karena pembelajaran yang kurang menarik bagi anak. Guru juga kurang
mampu untuk memotivasi anak didiknya, sehingga minat dan keaktifan
anak dalam kegiatan meggunting masih sangat rendah. Oleh karena itu
diharapkan guru mampu meningkatkan strategi pembelajaran secara
optimal untuk meningkatkan motorik halus anak serta minat terhadap
kegiatan tersebut.
2. Analisis masalah
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap kegiatan
menggunting di KB Bunga Tanjung Tanjungkulon, ditemukan
kemampuan menggunting masih sangat rendah. Dari jumlah 17 anak
didik hanya 2 anak atau sekitar 12% yang mampu menyelesaikan
kegiatan tersebut. Ketidakberhasilan anak dalam kegiatan tersebut perlu
tindakan khusus.
4

3. Alternatif dan pemecahan masalah


Adapun tindakan yang akan ditempuh oleh penulis untuk memperbaiki
keberhasilan tersebut adalah dengan melakukan tindakan perbaikan
melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “meningkatkan
motorik halus anak melalui kegiatan menggunting di KB Bunga Tanjung
Tanjungkulon Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017”

b. Rumusan masalah
1. Apakah melalui kegiatan menggunting dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di KB Bunga Tanjung Tanjungkulon?
2. Bagaimana langkah-langkah guru untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak melalui kegiatan menggunting di KB Bunga Tanjung
Tanjungkulon?
3. Bagaimana hasil perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus melalui kegiatan menggunting KB Bunga Tanjung Tanjungkulon?

c. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kegiatan menggunting dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di Kelompok B KB Bunga Tanjung Tanjungkulon.
2. Mendeskripsikan langkah-langkah guru untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak melalui kegiatan menggunting di Kelompok B KB
Bunga Tanjung Tanjungkulon.
3. Mengetahui hasil perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus melalui kegiatan menggunting Kelompok B KB Bunga Tanjung
Tanjungkulon.

d. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi guru, memperoleh pengalaman profesional dalam memberikan
motivasi kepada anak, dalam penggunaan metode dan media
pembelajaran/alat peraga.
5

2. Bagi anak didik, memberikan motivasi sehingga anak lebih tertarik untuk
mengikuti kegiatan menggunting.
3. Bagi sekolah, memajukan sekolah sehingga mendorong guru-guru
mengembangkan wawasan profesionalismenya, membuka wawasan
kependidikan bagi guru sehingga tergerak mengadakan perbaikan melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan proses pembelajaran lebih efektif.
4. Bagi orang tua, dapat mengetahui tentang kemampuan motorik halus
anak melalui kegiatan menggunting sesuai gambar atau pola.
6

Kajian Pustaka
a. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang
fundamental dalam kehidupan seorang anak dan pendidikan pada masa ini
sangat menentukan keberlangsungan anak itu sendiri juga bagi suatu bangsa.
Oleh karena itu usia dini merupakan aset dan investasi masa depan bagi suatu
bangsa (Luluk Asmawati, 2015: 2.23).
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melaui pemberi rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rokhani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidika lebih lanjut.
Widarmi D Wijana dalam bukunya “Kurikulum Pendidikan Anak Usia
Dini” mengatakan bahwa PAUD adalah program pendidikan anak usia dini
(0-6 tahun) secara holistik yang dapat dipergunakan dalam memberikan
layanan kegiatan pengembangan dan pendidikan pada semua jenis program
yang ditunjuk bagi anak usia dini yang memiliki peran penting bagi
perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
pengertian PAUD adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya
pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial
emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi, sesuai
dengan keunikan, dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini.
b. Motorik Halus Anak
1. Pengertian Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otot-
otot kecil, misalnya otot-otot jari tangan, otot muka, dan lain-lain. Gerakan
7

motorik halus, terutama yang melibatkan otot tangan dan jari biasanya
membutuhkan kecermatan tinggi, ketekunan dan koordinasi antara mata
dan otot kecil. Beberapa gerakan yang termasuk dalam gerakan motorik
halus, misalnya menggunting, merobek, menggambar, menulis, melipat,
meronce, menjahit, meremas, menggenggam, menyusun balok, meringis,
melotot, tertawa dan sebagainya (Bambang Sujiono, 2015: 12).
Motorik halus merupakan gerakan anak untuk melakukan kegiatan
yang melibatkan koordinasi antara mata, tangan, dan otot-otot kecil pada
jari-jari, pergelangan tangan, lengan yang digunakan untuk aktivitas seni,
seperti menggunting, melukis, dan mewarnai ( Winda Gunarti, dkk, 2015:
2.17).
Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-
otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan
kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang
mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan obyek yang
kecil atau pengontrolan mesin, misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.
(Sumantri, 2005: 143).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan banwa motorik halus
adalah kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat dan tekun dalam melakukan aktivitas
seni. Khusus di TK, pengembangan kegiatan motorik halus lebih banyak
diarahkan pada latihan otot tangan dan jari. Keterampilan ini digunakan
untuk makan, berpakaian, menulis, menggunting, dan menggunakan
bermain konstruksi kecil.
2. Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Fungsi perkembangan motorik halus yaitu:
a) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang.
b) Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi
helpessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
8

c) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya


dengan lingkungan sekolah.
c. Kegiatan Menggunting
1. Pengertian Menggunting
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengertian dari Menggunting
adalah memotong (memangkas dan sebagainya) dengan memakai gunting.
Menggunting adalah keterampilan yang sering digunakan anak-anak pada
aktivitas seni. Sebelum anak-anak dapat menggunakan gunting sebagai
alat, meraeka dapat memulainya dengan belajar merobek kertas. Ketika
anak-anak belajar menggunting, kegiatan penting yang dilakukan adalah
pada menggunting itu sendiri, bukan untuk tujuan yang lain. Anak-anak
membuat potongan-potongan dengan cara menggunting untuk merubah
tampilan bentuk kertas.
Agar anak-anak belajar menggunting dengan baik sebaiknya
didampingi oleh guru atau pendidik yang duduk disampingnya dan
mengajarkan menggunting sesuai dengan tingkatan menggunting mereka.
Sebaiknya gunting yang disediakan untuk anak-anak adalah gunting yang
tumpul ujungnya dengan mata pisau yang tajam, sehingga mereka dapat
memotong kertas dengan mudah, namun aman bagi mereka.
Gunting berguna untuk melatih anak agar mampu menggunakan alat,
dan melatih keterampilan memotong objek gambar. Hal ini akan
membantu perkembangan motorik anak, karena dengan kegiatan
menggunting yang tepat, memilih dimana yang harus digunting merupakan
latihan keterampilan bagi anak.
2. Tujuan Menggunting
Tujuan mengunting adalah untuk mempersiapkan anak usia dini menuju
pendidikan tahap selanjutnya khususnya kemampuan untuk menulis
karena dalam menulis dibutuhkan kekuatan otot jari-jari dan koordinasi
mata dengan tangan yang dapat dilatih melalui mengunting.
3. Manfaat Menggunting
a) Melatih motorik halus.
9

Menggerak-gerakkan gunting, mengikuti alur guntingan kertas


merupakan kegiatan yang efektif untuk mengasah kemampuan motorik
halus anak. Begitu juga dengan kegiatan menempel. Membuka perekat
lalu menempelkan ditempat yang sudah ditentukan membuat jari jemari
anak jadi lebih terlatih.
b) Melatih koordinasi tangan-mata, dan konsentrasi.
Semua ini bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan otak yang lebih
maksimal mengingat di usia ini merupakan masa pertumbuhan otak
yang sangat pesat.
c) Meningkatkan kepercayaan diri
Ketika anak berhasil menggunting dan menempel, dia akan melihat
hasilnya. Hal ini merupakan suatu reward positif yang akan
meningkatkan kepercaya dirinya untuk melakukan kegiatan itu kembali.
d) Lancar menulis.
Gerakan-gerakan halus yang dilakukan saat latihan menggunting dan
menempel kelak akan membantu anak lebih mudah belajar menulis.
Anak-anak SD yang sangat kaku memegang pensil dan yang tulisannya
tidak beraturan, bisa jadi akibat kemampuan motorik halusnya tidak
dilatih dengan baik sewaktu kecil.
e) Ungkapan ekspresi
Menggunting dan menempel dapat menjadi sarana untuk
mengungkapkan ekspresi dan kreativitas anak.
f) Mengasah kognitif.
Koordinasi mata dan tangan pada kegiatan menggunting dan menempel
akan menstimulus kerja otak sehingga kemampuan kognitif anak pun
akan makin terasah.
4. Tahap Kecakapan Menggunting
* Usia 3-4 Tahun : anak sudah bisa dilatih memegang gunting dan dapat
menggunting dengan cara yang benar.
* Usia 4-5 Tahun : sanggup menggunting dengan mengikuti garis lurus
atau melengkung.
10

* Usia 5-6 Tahun : bisa menggunting bentuk lingkaran, segi tiga, atau segi
empat.
Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pengembangan
a. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Subjek penelitian kelompok B KB Bunga Tanjung Tanjungkulon dengan
jumlah anak didik 18 anak terdiri dari 7 perempuan dan 11 laki-laki.
Penelitian ini dilaksanakan di KB Bunga Tanjung Kecamatan Kajen
Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, mulai
dari pertengahan April sampai akhir April. Siklus I dilaksanakan peneliti pada
tanggal 10-15 April 2017 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 25-29 April
2017. Bidang yang diteliti adalah kemampuan pengembangan fisik motorik
halus melalui kegiatan menggunting di KB Bunga Tanjung Tanjungkulon.
b. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Langkah-langkah perbaikan tersebut akan dilaksanakan 5 hari (5 RKH)
berturut-turut. Penulis merencanakan dua siklus yang terdiri dari empat tahap,
seperti rencana pelaksanaan, prosedur pelaksanaan PTK, recana pengamatan
dan pengumpulan data, dan rencana refleksi.
a. Rencana Tindakan Siklus I
1) Perencanaan
a) Menyiapkan rencana siklus I yang terdiri dari 5 RKH
b) Menyiapkan skenario kegiatan perbaikan siklus I
c) Mendiskusikan desain pembelajaran kegiatan perbaikan dengan
teman sejawat dan supervisor 2
d) Menyiapkan lembar observasi bagi anak didik dan guru
e) Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran
2) Pelaksanaan
a) Kegiatan Awal
Setelah anak dikondisikan dengan baik, guru memberikan
apersepsi mengenai sub tema yang akan dibahas dengan anak
didik. Kegiatan ini dilaksanakan secara klasikal.
11

b) Kegiata Inti
(1) Guru menyiapkan bahan dan alat untuk kegiatan
menggunting sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
(2) Guru mendemonstrasikan cara menggunting sesuai dengan
sub tema yang dibahas.
(3) Guru mempersilahkan anak untuk menggunting secara
individual.
(4) Guru memberi bimbingan dan motivasi bagi anak yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan kegiatan tersebut.
(5) Guru melakukan pengamatan selama kegiatan perbaikan
pembelajaran
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kegiatan yang
telah dilaksanakan dan melakukan tanya jawab pada anak didik
untuk mencari tahu anak didik yang belum mampu
mengerjakan kegiatan perbaikan tersebut.
Rencana Kegiatan Siklus I
RKH 1 : Pembukaan: BCC Tentang macam-macam peralatan
mandi, inti: PT. Menggunting gambar sabun mandi,
penutup: DM/PT. Bernyanyi “Bangun Tidur”
RKH 2 : Pembukaan: Bercerita tentang kegiatan sebelum ke
sekolah (mandi, sarapan), inti: PT. Menggunting
gambar handuk, penutup: TJ Tentang kegiatan sehari
RKH 3 : Pembukaan: PL. Bercerita tentang kegiatan sebelum ke
sekolah (sarapan pagi), inti: PT. Menggunting gambar
kotak makan, penutup: PL. Menceritakan pengalaman
sendiri
RKH 4 : Pembukaan: BCC Tentang makanan 4 sehat 5
sempurna, inti: PT. Menggunting gambar gelas,
penutup: PL. Bercerita tentang membuang sampah pada
tempatnya.
12

RKH 5 : Pembukaan: BCC Tentang cara minta tolong yang baik,


inti: PT. Menggunting gambar tempat sampah,
penutup: DM. TJ Tentang Bertanggung pada jawab
tugas yang dilakukan
3) Pengamatan
Pada tahap pengamatan, penulis dibantu oleh teman sejawat untuk
melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi.
4) Refleksi
Setelah melaksanakan pengamatan dan tindakan pembelajaran
perbaikan, maka penulis dan teman sejawat memeriksa catatan dan
hasil kegiatan pembelajaran perbaikan yang dilaksanakan belum
sesuai dengan hasil yang diharapkan, maka akan dilanjutkan
dengan siklus II.
b. Rencana Tindakan Silkus II
1) Perencanaan
a) Menyiapkan rencana siklus II yang terdiri dari 5 RKH
b) Menyiapkan skenario kegiatan perbaikan siklus II
c) Mendiskusikan desain pembelajaran kegiatan perbaikan dengan
teman sejawat dan supervisor 2
d) Menyiapkan lembar observasi bagi anak didik dan guru
e) Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran
2) Pelaksanaan
a) Kegiatan Awal
Setelah anak dikondisikan dengan baik, guru memberikan
apersepsi mengenai sub tema yang akan dibahas dengan anak
didik. Kegiatan ini dilaksanakan secara klasikal.
b) Kegiata Inti
(1) Guru menyiapkan bahan dan alat untuk kegiatan
menggunting sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
13

(2) Guru mendemonstrasikan cara menggunting sesuai dengan


sub tema yang dibahas.
(3) Guru mempersilahkan anak untuk menggunting secara
individual.
(4) Guru memberi bimbingan dan motivasi bagi anak yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan kegiatan tersebut.
(5) Guru melakukan pengamatan selama kegiatan perbaikan
pembelajaran
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kegiatan yang
telah dilaksanakan dan melakukan tanya jawab pada anak didik
untuk mencari tahu anak didik yang belum mampu
mengerjakan kegiatan perbaikan tersebut.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan, penulis dibantu oleh teman sejawat untuk
melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan pengamatan dan tindakan pembelajaran
perbaikan, maka penulis dan teman sejawat memeriksa catatan dan
hasil kegiatan pembelajaran perbaikan yang dilaksanakan belum
sesuai dengan hasil yang diharapkan, maka akan dilanjutkan
dengan siklus III.
Rencana Kegiatan Siklus II
RKH 1 : Pembukaan: PT. Menyebutkan macam-macam
tanaman, inti: PT. Menggunting gambar buah apel,
penutup: DM/PT. Bersyair “buah apel”
RKH 2 : Pembukaan: BCC. Tentang cara merawat tanaman, inti:
PT. Menggunting gambar bunga, penutup: PT.
Mendengarkan cerita “Bunga Bangkai”
14

RKH 3 : Pembukaan: BCC. Tentang fungsi tanaman, inti: PT.


Menggunting gambar buah strawberry, penutup: PT.
PT. Bernyanyi “nama-nama buah”
RKH 4 : Pembukaan: BCC. Tentang adab terhadap tanaman,
inti: PT. Menggunting gambar terong, penutup: PT.
Bertepuk dengan 2 pola
RKH 5 : Pembukaan: BCC. Tentang kegiatan anak di waktu
pagi, inti: PT. Menggunting gambar daun, penutup:
DM. Bernyanyi “Lihat Kebunku”
c. Teknik analisis data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif untuk mengolah data nilai
yang berupa kemampuan menggunting yang dianalisis dengan pencapaian
prosentase. Analisis kualitatif dengan metode alur yaitu data dianalisis sejak
tindakan pembelajaran dilakukan, dikembangkan selam proses pembelajaran.
Hasil dan Pembahasan
a. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan
1. Observasi Awal
Hasil pembelajaran kegiatan menggunting sesuai gambar atau pola
kondisi awal menunjukkan bahwa dari 18 anak hanya 2 atau sebesar 11%
anak yang sudah mampu, 6 anak atau sebesar 33% anak yang mulai
mampu dan 6 anak atau sebesar 56% anak yang belum mampu atau
masih butuh bantuan dalam menggunting. Hal ini menunjukkan kegiatan
pembelajaran belum berhasil, karena tingkat keberhasilannya hanya 11%
saja, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus I.
2. Siklus I
Kegiatan perbaikan siklus I mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi kegiatan pembelajaran perbaikan. Siklus I
dilaksanakan tanggal 10 – 15 April 2017 dengan tema kebutuhanku.
Berikut rancangan satu siklus I.
Tujuan Perbaikan :
15

Meningkatkan kemampuan fisik motorik anak melalui kegiatan


menggunting di KB Bunga Tanjung Tanjungkulon.
Identifikasi Masalah :
1. Kegiatan menggunting menunjukkan hasil yang tidak sesuai
harapan.
2. Kurangnya antusiasme anak dalam kegiatan menggunting.
3. Pada saat kegiatan menggunting hasilnya kurang rapih, terjadi sobek
pada kertas yang digunting anak
Analisis Masalah :
Dari ke tiga masalah yang teridentifikasi, masalah yang akan dipecahkan
adalah kurangnya kemampuan anak dalam melakukan kegiatan
menggunting sesuai gambar. Adapun penyebab masalah tersebut adalah
karena metode dan media pembelajaran yang digunakan guru dalam
mengajar kurang menarik, variatif dan kreatif.
Rumusan Masalah :
Bagaimanakah meningkatkan kemampuan matorik halus anak melalui
kegiatan menggunting sesuai gambar di kelompok B KB Bunga Tanjung
Tanjungkulon Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan?
Hasil perbaikan pembelajaran Siklus I menunjukkan bahwa dari
jumlah 18 anak, 10 anak (56%) yang sudah mampu, 4 anak (22%) mulai
mampu dan 4 anak (22%) yang belum mampu. Dari data tersebut dapat
diketahui tingkat keberhasilan anak dalam kegiatan menggunting
mengalami sedikit peningkatan. Penulis merasa tujuan perbaikan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak
dalam kegiatan menggunting belum berhasil dan kurang optimal, untuk
itu penulis mengadakan perbaikan pada siklus II.
3. Siklus II
Kegiatan siklus II mulai dari perencanaan pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi kegiatan perbaikan. Siklus II dilaksanakan tanggal 25-29 April
2017 dengan tema tanaman.
16

Berikut rancangan satu siklus II:


Tujuan Perbaikan :
Meningkatkan kemampuan fisik motorik anak melalui kegiatan
menggunting di Kelompok B KB Bunga Tanjung Tanjungkulon.
Identifikasi Masalah :
1. Pada saat kegiatan menggunting menunjukkan hasil yang tidak
sesuai harapan.
2. Kurangnya konsentrasi anak pada saat pembelajaran yang
mengakibatkan anak salah dalam menggunting.
3. Pada saat kegiatan menggunting hasilnya kurang rapih, terjadi sobek
pada kertas yang digunting anak
Analisis Masalah :
Dari ketiga masalah yang teridentifikasi, masalah yang akan di pecahkan
adalah kurangnya kemampuan anak dalam bidang pengembangan
motorik halus terutama ketika menggunting. Penyebab masalah tersebut
adalah karena media yang digunakan kurang menarik. Upaya perbaikan
pembelajaran yang diakukan untuk meningkatkan kemampuan anak
dalam bidang pengembangan motorik halus terutama ketika kegiatan
menggunting sesuai gambar atau pola dapat diatasi dengan menggunakan
metode yang tepat serta media yang menarik untuk anak, sehingga anak
tidak cepat bosan.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan menggunting?
2. Bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh penulis untuk
meningkatkan kemampuan menggunting?
3. Bagaimana hasil yang diperoleh penulis setelah melakukan
penelitian dari kedua siklus?
Hasil perbaikan siklus II menunjukkan bahwa dari jumlah 18 anak,
15 anak (83%) yang sudah mampu, 2 anak (11%) mulai mampu dan 1
anak (6%) yang belum mampu dan masih butuh bantuan guru. Hal ini
menunjukkan bahwa pada siklus II sudah dapat dikatakan berhasil dalam
17

meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan


menggunting.
b. Pembahasan Penelitian
Hasil pembelajaran menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran
menggunting, karena dari jumlah 18 anak yang sudah bisa menggunting
hanya 2 anak, atau tingkat keberhasilan pada kegiatan ini hanya 11%, 6 anak
atau sebesar 33% anak yang mulai mampu dan 6 anak atau sebesar 56% anak
yang belum mampu atau masih butuh bantuan dalam menggunting.
Setelah melakukan raefleksi dari kegiatan pembelajaran pra siklus dapat
diketahui kelemahan-kelemahan yang dapat menyebabkan tujuan atau hasil
belajar anak belum berhasil, yaitu: 1) kurangnya konsentrasi anak dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, 2) kurangnya pemahaman anak terhadap
penjelasan guru, 3) kurangnya keterampilan tangan anak dalam menggunting,
4) kurangnya kemandirian anak dalam mengerjakan tugas, 5) kurangnya
pengelolaan dan pengorganisasian kelas dan anak, dan 6) metode
pembelajaran yang dipakai kurang bervariasi.
Untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pra siklus, maka perlu
diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam menggunting.
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi pada kegiatan pembelajaran
pra siklus, akan menjadi acuan dalam perbaikan pemebelajaran pada siklus I.
Penulis mencoba memperbaiki metode pembelajarn dengan menggunakan
media ataupun bahan yang akan digunting lebih menarik lagi, sehingga anak
dapat tertarik.
Hasil perbaikan pembelajaran Siklus I, kemampuan anak dalam
kegiatan menggunting adalah dari 18 anak, 10 anak (56%) yang sudah
mampu, 4 anak (22%) mulai mampu dan 4 anak (22%) yang belum mampu
dan butuh bantuan guru. Tingkat keberhasilan mencapai 56%. Hasil tersebut
sudah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak
dalam menggunting, tetapi belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini
disebabkan pada waktu pelaksanaan kegiatan perbaikan pada siklus I
18

ditemukan masalah-masalah sebagai berikut: 1) kurangnya pemahaman anak


tentang urutan langkah-langkah menggunting, 2) kurangnya kemandirian
anak dalam mengerjakan tugas, dan 3) keterampilan motorik halus anak
dalam menggunting belum optimal. Untuk mengatasi permasalahan di atas,
maka diperlukan perbaikan pembelajaran lebih lanjut yang dilaksanakan pada
siklus II.
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi pada kegiatan pembelajaran
siklus I akan menjadi acuan dalam perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Penulis mencoba memperbaiki metode pembelajaran dengan menggunakan
media yang lebih menarik dan lebih bervariatif lagi. Ini dimaksudkan agar
dalam pembelajaran anak lebih semangat dan termotivasi. Sehingga anak
mampu mengerjakan kegiatan tersebut sesuai dengan harapan guru. Dengan
menggunakan media yang menarik tersebut penulis berharap agar benar-
benar anak semangat dan tidak cepat bosan dalam melakukan kegiatan sesuai
langkah-langkah yang dipratekkan guru dalam kegiatan menggunting.
Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II,
diperoleh hasil kegiatan pembelajaran bahwa dari 18 anak, 15 anak (83%)
yang sudah mampu, 2 anak (11%) mulai mampu dan 1 anak (6%) yang belum
mampu dan masih butuh bantuan guru. Keberhasilan mencapai 83%. Dari
data tersebut sudah menunjukkan adanya peningkatan keterampilan motorik
halus anak dalam menggunting secara signifikan. Berdasarkan data tersebut
maka kegiatan perbaikan berdasarkan data tersebut maka kegiatan perbaikan
pembelajaran pada siklus II sesuai dengan harapan dan dinyatakan berhasil.
Hasil belajar kegiatan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus anak menggunting yang diawali dengan pra
siklus/observasi awal, siklus I dan siklus II terlihat adanya peningkatan hasil
belajar secara signifikan.

Pra Siklus Siklus I Siklus II


19

Kriteria Tingkat Tingkat Tingkat


Jumlah Jumlah Jumlah
Keberha Keberha Keberha
Anak Anak Anak
silan silan Silan

Anak
Sudah 2 11% 10 56% 15 83%
Mampu

Anak
Mulai 6 33% 4 22% 2 11%
Mampu

Anak
Belum 10 56% 4 22% 1 6%
mampu

Jumlah 18 100% 18 100% 18 100%

Dari data di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran


menggunting pada pra siklus dari jumlah 18 anak hanya 2 anak (11%) yang
sudah mampu, 6 anak (33%) anak yang mulai mampu, dan 10 anak (56%)
anak yang belum mampu. Pada siklus I, diperoleh hasil belajar yaitu dari 18
anak, 10 anak (56%) yang sudah mampu, 4 anak (22%) mulai mampu dan 4
anak (22 %) yang belum mampu dan butuh bantuan guru. Sedangkan pada
siklus II diperoleh data hasil belajar yaitu, dari 18 anak, 15 anak (83%) yang
sudah mampu, 2 anak (11%) mulai mampu dan 1 anak (6%) yang belum
mampu dan masih butuh bantuan guru.
Data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pada
kegiatan menggunting mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada
pra siklus tingkat keberhasilan hanya 11%, sedang pada sikus I mengalami
sedikit peningkatan menjadi 56%, dan pada siklus II tingkat keberhasilan
mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 83%.
20

Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1. Kegiatan menggunting dapat meningkatkan keterampilan motorik halus
anak. Hal ini dapat dibuktikan dari data hasil belajar setelah diadakan
penelitian tindakan kelas dan melakukan perbaikan pembelajaran pada
kegiatan menggunting mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada
pra siklus dari jumlah 18 anak hanya 2 anak (11%) yang sudah mampu, 6
anak (33%) anak yang mulai mampu, dan 56 anak (56%) anak yang belum
mampu. Pada siklus I, diperoleh hasil belajar yaitu dari 18 anak, 10 anak
(56%) yang sudah mampu, 4 anak (22%) mulai mampu dan 4 anak (22%)
yang belum mampu dan butuh bantuan guru. Sedangkan pada siklus II
diperoleh data hasil belajar yaitu, 15 anak (83%) yang sudah mampu, 2
anak (11%) mulai mampu dan 1 anak (6%) yang belum mampu dan masih
butuh bantuan guru.
2. Langkah-langkah guru untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
anak melalui kegiatan menggunting, yaitu menggunakan metode
pembelajaran yang tepat yaitu demonstrasi (memperagakan, melakukan,
menjelaskan), menggunakan media yang menarik, memberi contoh dan
penjelasan yang mudah dipahami anak, memberi bimbingan dan motivasi
kepada anak dengan baik.
3. Hasil perbaikan untuk meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan
menggunting sesuai gambar atau pola mengalami tingkat keberhasilan
yang bagus. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar anak setelah melakukan
perbaikan pebakukan perbaikan pembelajaran melalui kegiatan
menggunting sesuai gambar atau pola mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Pada observasi awal tingkat keberhasilan anak dalam
menggunting yaitu 11% anak yang sudah mampu, pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 56% anak yang sudah mampu, dan pada siklus II
mengalami peningkatan lagi 83%.
21

b. Saran
1. Bagi anak didik
a. Anak hendaknya lebih berkonsentrasi pada kegiatan pembelajaran,
sehingga dapat memahami setiap penjelasan yang diberikan oleh guru
dengan baik.
b. Anak hendaknya tetap bersemangat untuk belajar, sehingga dapat
mengembangkan seluruh potensi diri dan meningkatkan kemampuan
dalam kegiatan belajar.
2. Bagi guru
a. Guru hendaknya berupaya untuk memberi kegiatan pembelajaran yang
menarik, menantang, kreatif dan inovatif agar dapat bereksplorasi
seluruh potensi yang dimiliki anak sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, dan karakteristik anak.
b. Guru hendaknya memberikan penjelasan pembelajaran dengan jelas
dan disertai dengan metode pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Guru hendaknya memberikan bimbingan, pengawasan, dan moativasi
kepada anak dengan baik.
d. Guru TK diharapkan terus mengikuti perkembangan tentang dunia
pendidikan anak usia dini, sehingga dapat meningkatkan kualitas
kegiatan pengembangannya.
3. Bagi lembaga pendidikan (sekolah)
a. Sekolah hendaknya untuk melengkapi sarana dan prasarana
pembelajaran yang memadai, sehingga dapat mendukung kelacaran
proses kegiatan pembelajaran.
b. Sekolah hendaknya memberi dukungan dan kesempatan kepada guru
untuk meningkatkan kompetensinya, sehingga dapat menjadi seorang
guru yang profesional.
c. Sekolah hendaknya menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan
pendidikannya.
22

4. Bagi orang tua


a. Orang tua hendaknya mendukung program sekolah yang telah
direncanakan dan telah menjadi visi dan misi.
b. Orang tua hendaknya memberi dukungan dan motivasi kepada anaknya
agar jangan mudah putus asa dalam belajar.
23

Daftar Pustaka
Aisyah, Siti, dkk. 2009. Perkembangan dan Konsep Dasar pemgembangan Anak
Usia Dini.Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi aksara
Aisyah, Siti, dkk. 2009. Perkembangan dan Konsep Dasar pemgembangan Anak
Usia Dini.Jakarta: Universitas Terbuka.
Asmawati, Luluk, dkk. 2015. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak usia
Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Gunarti, Winda, dkk. 2015. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan
Dasar Anak Usia Dini. Jakart: Universitas Terbuka.
------Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Balai Pustaka Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Hildayani, Rini, dkk. 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Pamadhi, Hajar dan sukardi. Evan. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Pekerti, Widia, dkk. 2015. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta; Universitas
Terbuka.
Sujiono, Nuraini, Y, dkk. 2014. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sujono, Bambang, dkk. 2015. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wijana, Widarmi, D, dkk. 2010. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai