Anda di halaman 1dari 26

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

PADA KEGIATAN MEMBENTUK DENGAN MEDIA


PLAYDOUGH MELALUI METODE PRAKTEK
LANGSUNG DI TK ISLAM AZZUROFAH
KOTA TEGAL TAHUN 2021/2022

Nama Mahasiswa : Ratnasari


NIM : (836594007)
Alamat Email : Sari08764@gmail.com

ABSTRAK

Dalam perbuatan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PKP
program S1 PG PAUD Universitas Terbuka dan untuk meningkatkan Motorik Halus
anak pada kelompok A TK Islam Azzurofah melalui kegiatan membentuk dengan
menggunakan playdough. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan secara
bertahap sesuai dengan prosedur umum dan dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap
siklus dibuat 5 RPPH. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memperbaiki kegiatan
belajar anak, meningkatkan kenerja, kreatifitas dan pemahaman guru, meningkatkan
mutu pembelajaran disekolah. Hasil dari peningkatan kemampuan anak adal
perkembangan Motorik Halus dari siklus I diperoleh nilai BSB 1 anak (10%), BSH 2
anak (20%), MB 4 anak (40%) dan BB 3 anak (30%), dan Siklus II diperoleh nilai BSB 4
anak (40%), BSH 5 anak (50%), MB 1 anak (10%) dan tidak ada yang nilai BB.
Kesimpulan dari penelitian II adalah bahwa melalui kegiatan membentk dengan
menggunakan playdough dapat kesempatan kepada anak untuk kreatifitas dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Dengan kegiatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan
Motorik Halus anak melalui dengan menggunakan playdough dapat memberikan
inspirasi dan mewujudkan model pembelajaran yang kreatif.

Kata kunci: keterampilan motorik halus, anak 4-5 tahun, kegiatan membentuk dengan
playdough

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini adalah upaya yang dilakukan untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan mengasah
kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan sarana
yang memberikan pengalaman bagi anak untuk belajar berinteraksi dengan
lingkungan sekitar atau lingkungan sosialnya. Didalam pendidikan anak usia dini
berfokus pada pengembangan fisik-motorik, kognitif, sosial, dan emosional, dan
bahasa anak. Tentunya fokus pada pemberian stimulasi untuk anak usia dini haruslah
disesuaikan dengan usia dan tahapan perkembangana anak. Pada dasarnya pendidkan
anak usia dini itu adalah upaya yang dilakukan oleh orangtua dan guru dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk anak dapat mengeksplorasi segala
sesuatu yang bertujuan untuk perkembangan aspek- aspek perkembangannya.
Selain kesempatan dan lingkungan yang kondusif dalam pendidikan anak usia
dini, media pembelajaran juga menjadi hal yang sangat mendasar bagi pendidikan
anak usia dini. Dalam kamus besar bahasa indonesia, media diartikan sebagai alat
perantara maupun penghubung. Pengertian ini memang benar, sebab media berperan
sebagai alat perantara maupun penghubung antara satu orang dengan yang lain.
Dalam pendidikan anak usia dini sangat penting menggunakan media untuk
menyampaikan bahan pengajaran dan tema untuk anak, media pembelajaran anak
usia dini haruslah media pembelajaran yang edukatif dan kreatif, media pembelajaran
kreatif dan edukatif maksutnya adalah media atau alat yang digunakan oleh pendidik
untuk menyamapaikan tema pembelajaran kepada anak harus bisa menarik minat
anak untuk mengikuti proses pembelajaran dan media tersebut juga harus bernilai
edukasi yang dapat mendidik dan menambah kemampuan perkembangan pada anak.
Salah satu media pembelajaran kreatif dan edukasi yang bisa digunakan dalam
pembelajaran anak usia dini adalah media pembelajaran playdough, dengan media
pembelajaran playdough anak dapat berkreasi untuk membuat dan menciptakan
sesuatu bentuk sesuai dengan imajinasi dan keinginannya. Playdough merupakan
salah satu alat permainan edukatif yang aman untuk anak dan dapat mengembangkan
seluruh aspek perkembangan anak usia dini. Anak-anak dapat menggunakan tangan
dan peralatan untuk membentuk adonan melalui pengalaman tersebut, anak-anak
mengembangkan penggunaan koordinasi mata dengan tangan, kelenturan telapak dan
jari-jari tangan, penguatan penggunaan telapak dan jari-jari tangan dan melakukan
eksplorasi dengan media dan kegiatan yang dapat menstimulasi perkembangan
motorik halus anak untuk menulis dan menggambar. Perkembangan anak usia dini
khususnya anak yang berusia pada rentan usia 3- 4 tahun sedang dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan pada aspek motoriknya.
Beberapa pengaruh pentingnya motorik terhadap perkembangan individu
yang dikemukakan oleh Hurlock sebagai berikut:
a. Dengan keterampilan motorik, anak bisa menghibur dirinya sendiri dan akan
mendapatkan perasaan bahagia. Misalnya anak merasa senang dengan memiliki
keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola, atau memainkan
alat-alat mainan lainnya.
b. Dengan keterampilan motorik anak bisa beranjak dari keadaan tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang lebih mandiri.
c. melalui perkembangan motorik, anak dapat menyelesaikan dirinya dengan
lingkungan disekitarnya salah satunya yaitu lingkungan sekolah.
d. melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak bisa bermain
ataupun bersosialisasi dengan temen sebayanya, sedangkan perkembangan motorik
yang tidak normal atau mengalami permasalahan akan menghambat anak untuk dapat
bergaul dengan teman sebayanya, bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak
yang terpinggirkan (fringer).
Berdasarkan hasil pengamatan di TK ISLAM AZZUROFAH TEGAL, bahwa
90% terhadap 10 anak usia 4-5 tahun di Kelompok A memiliki kemampuan
keterampilan motorik halus yang masih rendah. Hasil 90% tersebut dapat dibuktikan
dengan kesulitan anak mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus,
misalnya anak menggenggam dan menekan dengan telapak tangan saat kegiatan
menjumput, memelintir, memilin, dan meremas. Dalam kegiatan membentuk dengan
playdough, anak masih selalu bertanya ketika melakukan kegiatan. Anak masih sulit
menuangkan ide ke dalam bentuk suatu benda, sehingga anak masih dibantu oleh
guru. Kegiatan dengan media playdough masih jarang digunakan guru dalam kegiatan
membentuk. Terkait dengan berbagai masalah tersebut, perlu adanya perbaikan di
dalam metode pembelajaran yang diharapkan mampu megoptimalkan perkembangan
motorik halus anak, khususnya dalam kegiatan membentuk. Untuk itu peneliti
memilih metode melalui kegiatan membentuk dengan playdough sebagai sarana
untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak.

Dari kegiatan ini, peneliti menawarkan solusi terkait permasalahan yang ada
di TK ISLAM AZZUROFAH TEGAL. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan pengetahuan tentang metode atau pendekatan yang
lebih baik dalam menstimulasi keterampilan motorik halus pada anak usia 4-5
tahun.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, peneliti mencoba
melakukan penelitian lebih dalam masalah ini dengan judul penelitian:

“MENINGKATKAN KAMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA KEGIATAN


MEMBENTUK DENGAN MEDIA PLAYDOUGH MELALUI METODE
PRAKTEK LANGSUNG DI TK ISLAM AZZUROFAH”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah keterampilan motorik halus melalui
kegiatan membentuk dengan playdough anak belum berkembang dengan optimal.
Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
”Bagaimanakah meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan
membentuk dengan media playdough pada anak usia 4-5 tahun di TK ISLAM
AZZUROFAH TEGAL?”
C. Tujuan Pebaikan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus
melalui kegiatan membentuk dengan media playdough metode praktek langsung
pada anak usia 4-5 tahun di TK ISLAM AZZUROFAH TEGAL?
D. Manfaat Perbaikan
1. Manfaat Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan guru untuk
pengembangan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan media
yang kreativ dan edukatif.
2. Manfaat Bagi Anak
Pemberian kegiatan membentuk menggunakan playdough dapat melatih
keterampilan motorik halus anak.
3. Manfaat Bagi Orang Tua

Dengan penelitian ini diharapkan orang tua memperhatikan belajar


anak-anak agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal, pada penelitian
dalam aspek perkembangan motorik halus anak.

KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Motorik Halus
1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus
Motorik halus adalah keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot jari,
koordinasi mata, tangan (pergelangan tangan, pangkal lengan atas) dan bagian sendi
di bahu. Motorik halus dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan
stimulasi secara rutin yaitu bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke
dalam lubang sesuai bentuknya dan sebagainya.
Menurut Moelichatoen, motorik adalah kegiatan yang menggunakan otot-
otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak. Sedangkan
menurut Nur Salam, perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan otot-otot kecil, untuk itu tidak memerlukan banyak tenaga.
2. Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan
kematangan saraf dan otot. Oleh karena itu, setiap gerakan yang dilakukan anak,
sesederhana apapun sebenarnya merupakan hasil pola interaksi kompleks dari
berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Menurut Mudjito,
memberi beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu:
a. Keterampilan motorik, anak dapat menghibur diri dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan
boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat main lainnya.
b. Keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpness (tidak berdaya)
pada bulan – bulan pertama kehidupannya, ke kondisi yang independence (bebas,
tidak bergantung). Kondisi ini akan menunjang rasa percaya diri.
c. Keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan l ingkungan
sekolah. Pada usia pra sekolah TK (taman kanak-kanak) atau usia kelas awal
sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menggambar, melukis, baris berbaris, dan
persiapan menulis.
3. Karakteristik Perkembangan Motorik
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:6) karakteristik
perkembangan yang berhubungan dengan motorik halus adalah:
a) Dapat mengoles mentega pada roti.
b) Dapat membentuk dengan menggunakan tanah liat atau plastisin.
c) Memegang kertas dengan satu tangan dan mengguntingnya.
d) Meniru melipat kertas satu-dua kali lipatan.
e) Mewarnai gambar sesukanya.
f) Memegang krayon atau pensil dengan diameter sesukanya”.
Berikut ini akan diuraikan tingkat pencapaian perkembangan anak yang dapat
dicapai anak usia 4-5 tahun dalam perkembangan motorik halusnya. Menurut
Permendikbud Nomor 137 tahun 2014 tingkat pencapaian perkembangan motorik
halus anak usia 4-5 tahun adalah:
a) Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit.
b) Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media.
c) Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan
menggunakan berbagai media.
d) Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan
lingkaran.
e) Mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus (menjumput, mengelus,
mencolek, mengepal, memelintir, memilin, memeras).
f) Menjiplak bentuk.
Dari uraian di atas peneliti hanya meneliti kontrol gerakan tangan yang
menggunakan otot halus serta mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai
media, melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan
menggunakan berbagai media, menkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan
gerakan yang rumit, serta membuat garis.
4. Tujuan Motorik Halus
Menurut Sujiono dalam Marliza, (2012) berpendapat bahwa “tujuan dari
motorik halus adalah untuk membuat anak bisa berkreasi seperti menggunting,
menggambar, mewarnai, dan menganyam atau menjahit”. Menurut Madiarti, (2013)
tujuan pengembangan motorik halus anak 4-6 tahun adalah :
a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan
keterampilan gerak kedua tangan.
b. Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dangan gerak jari jemari:
separti persiapan menulis dan menggambar.
c. Mampu mengkoordinasikan indra mata dan tangan.
d. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktifitas motorik halus.
Jadi tujuan dari motorik halus adalah kemampuan dalam menggerakkan
anggota tubuhnya yang meliputi terjadinya koordinasi mata dan tangan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
B. Kegiatan Membentuk
1. Pengertian Membentuk

Sumanto (2005: 139) membentuk adalah proses kerja senirupa dengan


maksud untuk menghasilkan karya tiga dimensi (tri matra) yang memiliki volume dan
ruang dengan media tanah liat, dalam tatanan unsur rupa yang indah dan artistik.
Membentuk merupakan kegiatan seni sebagai perwujudan suatu ide, gagasan bentuk
yang sudah ada atau kreasi ciptaan baru (murni). Hajar Pamadhi (2008: 8.5)
membentuk adalah membuat bentuk, baik bentuk terapan yang dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari maupun bentuk-bentuk yang kreatif sebagai karya seni
murni. Membentuk dalam kegiatan seni rupa adalah terjemahan dalam bahasa
Belanda “boestseren” atau bahasa Inggris “modelling”. Umumnya bahan yang
digunakan untuk membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, playdough,
plastisin dan sejenisnya (Cindelaras Art Education) Dari uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kegiatan membentuk merupakan kegiatan seni rupa yang
menghasilkan karya tiga dimensi yang bisa dimanfaatkan sebagai karya seni murni.

2. Tujuan Membentuk

Tiga tujuan yang hendak dicapai melalui mata pelajaran seni. Pertama, anak
akan dilibatkan dalam pengalaman menggambar, mencat, menyanyi dan memakai
bahan seperti tanah liat/playdough tidak untuk menjadikan seorang seniman
melainkan untuk mengungkapkan perasaannya. Kedua, pengalaman menggambar
atau membuat sesuatu dari playdough, cenderung menimbulkan perasaan senang
dalam diri anak. Ketiga, anak tidak hanya membuat sesuatu, tetapi mereka juga
diperkenalkan pada karya seni sebagai hasil yang khas manusia. Sumanto (2005:141)
memaparkan tujuan membentuk, yaitu:

a. Sebagai media hias, suatu upaya dalam mendapatkan rasa keindahan (esthetis)
yang dapat memberikan kepuasan, pesona, sentuhan rasa indah, rasa seni bagi
pengamatnya, kesenangan, kenikmatan untuk menghias melalui tampilan karya seni
patung.

b. Sebagai media ritual, menghadirkan bentuk patung antara lain dimaksudkan


sebagai sebagai perwujudan nilai-nilai kepercayaan, kesucian, kebenaran dari
penganut ajaran.

c. Sebagai media ekspresi, perwujudan ungkapan perasaan (ekspresi) dari


penciptanya yang bersifat bebas, spontanitas, dan individual. Karya seni patung dapat
menghasilkan bentuk-bentuk yang orisinil/ asli sebagai karya ekspresi murni, atau
yang bersifat hasil karya penggubahan/ duplikasi dari bentuk yang sudah ada.
d. Sebagai tanda peringatan/ monumen, perwujudan umtuk melestarikan,
mengabadikan, mengenang peristiwa sejarah yang bernilai strategis dan simbolis bagi
suatu bangsa dan daerah.

Dari kajian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan membentuk adalah
pernyataan perasaan atau jiwa seseorang dalam bidang karya tiga dimensi, yang
bersifat bebas, spontanitas, dan individual.

3. Peralatan Kegiatan Membentuk

Sumanto (2005: 143) peralatan yang digunakan untuk membentuk


disesuaikan dengan jenis bahan yang dipilih dan tehnik pembuatannya. Membentuk
dengan menggunakan jenis bahan yang sifatnya lunak dikerjakan secara langsung
dengan tangan dan diperlukan peralatan yaitu sudip atau alat butsir, alat pemutar
seperti pembuatan keramik atau gerabah. Mary Ellis (2002: 12) menjelaskan
pemanfaatan barang-barang rumahan yang dapat dipergunakan untuk membentuk
dengan playdough yaitu, penggilas adonan, timbangan adonan, garpu, cuka,
mangkuk, spon, stik es krim, penggaris, kartu bekas, botol spray, hair dryer, kertas
koran dan sebagainya.

Dari kajian diatas, maka dapat disimpulkan peralatan yang dapat digunakan
dalam kegiatan membentuk bisa dengan tangan, sudip, butsir, alat pemutar dan
barang-barang rumahan.

4. Prosedur Kegiatan Membentuk

Dalam kegiatan membentuk dengan playdough, terdapat langkah kerja.


Menurut Sumanto (2005:154) terdapat beberapa langkah kerja dalam melakukan
kegiatan membentuk dengan playdough, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan bahan playdough yang sudah berupa balok-balok atau bulatan
sedang untuk dibagikan kepada setiap anak dan kertas koran untuk alas meja atau
tempat meletakkan tanah liat.

b. Guru memandu langkah kerja membentuk dengan memberikan peragaan


membentuk dari bahan playdough dengan ukuran cukup besar untuk mempermudah
anak dalam mengamati bentuk. Guru dapat melengkapi peraga dengan gambar
langkah-langkah membentuk mainan model berbagai bentuk yang ditempelkan
dipapan tulis dan contoh hasil membentuk mainan yang sudah jadi dengan baik.

c. Guru mengingatkan pada anak agar dalam melakukan kegiatan membentuk


dilakukan dengan tenang dan setelah selesai merapikan/ membersihkan tempat
belajarnya dan mencuci tangan.

d. Setiap tahapan membentuk benda yang sudah dibuat oleh anak, diberikan
penguatan dan motivasi oleh guru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa langkah kerja
dalam kegiatan membentuk yaitu menyiapkan bahan, memandu dengan memberikan
peragaan membentuk, membereskan tempat belajar serta memberi penguatan dan
motivasi.

C. Playdough
1. Pengertian Playdough
Pengertian Playdough Bermain atau Play dalam bahasa inggris, merupakan
kegiatan yang selalu dilakukan oleh anak sejak kecil sampai dewasa bahkan
sepanjang hidupnya. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk metode
bagaimana mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan
kebutuhan anak. Menurut Mayesty bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan
sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan.
Playdough merupakan media yang mudah didapat, tidak mahal, dan aman
bagi anak. Playdough juga dapat dibuat oleh guru yang digunakan sebagai media
pembelajaran. Selain itu playdough jenis permainan yang sangat menyenangkan bagi
anak. Menurut Diyu, playdough adalah alat bantu pembelajaran berupa adonan
mainan yang terbuat dari tepung yang mudah dibentuk oleh anak berguna untuk
melatih kegiatan koordinasi jari jemari tangan dengan mata.
Anik Pamilu menyatakan dengan menggunakan permainan jenis tanah liat
atau campuran dari tepung terigu, anak dapat membuat berbagai macam bentuk
benda. Dengan membuat aneka bentuk yang anak sukai, anak tidak hanya
mengekspresikan perasaannya saja, melainkan mengembangkan motorik halus nya
juga.
Salah satu kegiatan bermain yang di asumsikan dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus anak adalah permainan dengan menggunakan dough
(adonan) atau sering di kenal dengan sebutan Playdough. Kegiatan yang
menggunakan media playdough dapat memberikan kesenangan pada anak terutama.
Playdough (play-doh) adalah adonan mainan (play=bermain, dough=adonan) atau
plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat
(lempung).membentuk kombinasi yang baru dengan alat permainannya. Kegiatan
yang menggunakan media playdough juga tidak membuat anak menjadi malas,
karena anak akan terus menerus menggunakan daya imajinasinya untuk membuat
bentuk-bentuk baru dan unik, selain itu kegiatan bermain menggunakan media
playdough ini memerlukan kelenturan dan keterkaitan motorik halus anak dalam
pelaksanaannya. Kegiatan bermain menggunakan media playdough ini sangat
sederhana dan tidak mahal, karena media ini dapat di buat sendiri dari bahan
sederhana, ekonomis, dan mudah di dapat.
2. Kelebihan dan Kelemahan Playdough
Rachmawati, menyatakan bahwa bermain Playdough memiliki kelebihan-
kelebihan yaitu sangat menyenangkan bagi anak dan anak dapat membentuk berbagai
bentuk sesuai dengan keinginan anak dan tema yang sedang diterapkan. Seperti,
memudahkan anak membentuk sebuah benda yang ia sukai. Membuat tangan anak
menjadi bergerak bebas. Akan tetapi Playdough memiliki kekurangan dimana
seseorang tidak dapat membentuk bentuk dengan objek yang sangat besar karena
membutuhkan ruang besar dan perawatannya rumit.
3. Manfaat Playdough
Manfaat yang didapatkan ketika menerapkan playdough, yakni:
a. Mengembangkan Kemampuan Fisik Motorik Halus Anak
b. Memudahkan anak dalam membentuk benda yang di inginkan.
c. Meluweskan jari-jemari anak.
d. Membuat otot-otot ringan bekerja dengan baik.
4. Langkah-langkah Penerapan Playdough
Rachmawati dan Kurniati menyatakan bahwa, langkah-langkah menggunakan
media playdough dijelaskan ke dalam dua bagian yaitu pada saat persiapan sebelum
pembelajaran dan pada saat pembelajaran. Pertama, persiapan sebelum pembelajaran
diantaranya menetapkan tujuan pembelajaran, menyiapkan playdough. Kedua, pada
saat pembelajaran diantaranya guru membagi anak dalam beberapa kelompok kecil,
memperkenalkan media playdough, membagikan media playdough untuk setiap anak,
dan anak diperkenankan membentuk benda-benda yang diinginkan.
D. Metode Praktek Langsung

1. Pengertian Metode Praktik Langsung


Praktik langsung, atau hands –on learning, adalah istilah yang umum dalam
pembelajaran sains. Praktik langsung merupakan pengalaman pendidikan yang
melibatkan anak secara aktif dalam manipulasi objek untuk menambah pengetahuan
atau pengalaman Haury Rillero, 1994. Meinhard Haury Rillero, 1994 mengemukakan
bahwa kegiatan praktik langsung adalah kegiatan menggunakan objek, berupa
makhluk hidup maupun benda mati, yang tersedia secara langsung untuk penelitian.
Flick Haury Rillero, 1994 mengemukakan dua pandangan umum tentang praktik
langsung, yaitu pengertian secara luas dan sempit. Pertama, praktik langsung secara
luas dimaknai sebagai sebuah filosofi tentang cara dan waktu penggunaan berbagai
macam stategi pengajaran yang diperlukan untuk mengatur keberagaman kelas.
Kedua, praktik langsung secara sempit dimaknai sebagai strategi instruksi spesifik,
yaitu saat anak terlibat aktif dalam memanipulasi material Haury Rillero, 1994.
Sedangkan menurut Fatthurrahman 2007: 64 praktik langsung merupakan suatu
metode dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau 24 benda,
seperti diperagakan dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus
dapat mempraktikkan materi yang dimaksud. Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran praktik langsung adalah metode dimana
anak dapat terlibat secara langsung dalam sebuah pembelajaran melalui pemberian
materi kemudian diperagakan menggunakan suatu alat atau benda.

2. Manfaat Metode Praktik Langsung


Manfaat penggunaan metode praktik langsung menurut Niffa 2014 adalah
sebagai berikut:
a. Anak akan lebih mengaplikasikan materi yang disampaikan oleh guru.
b. Anak mampu membuktikan dan mempercayai sebuah teori setelah ia melakukan
praktik.
c. Anak menjadi tidak bingung dengan teori yang disampaikan.
d. Anak langsung dihadapkan dengan permasalahan yang nyata.
e. Keterampilan anak meningkat
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Praktik Langsung
a. Kelebihan
1. Pembelajaran lebih bermakna sebab anak secara langsung dapat mempelajari
dan memecahkan masalah secara langsung.
2. Metode ini sangat sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme yang
sedang dikembangkan dalam pembelajaran saat ini, yaitu merangsang anak
untuk berfikir dalam memecahkan masalah.
3. Siswa lebih mudah mengerti dan memahami.
4. Siswa bisa langsung memperaktikkan setelah mendapatkan teori.
b. Kelemahan
1. Kadang membutuhkan biaya yang cukup besar, khususnya dalam praktek
langsung terhadap alat-alat tertentu.
2. Tanpa bimbingan secara baik, biasanya ada anak-anak yang mengalami
kesulitan dan tidak mendapatkan bimbingan dengan benar dari gurunya.
3. Ketidak sediaan alat peraga atau prasarana yang mendukung.
4. Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Metode Praktek Langsung
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipraktekkan.
b. Guru mempraktekkan di depan anak-anak secara langsung.
c. Jika tidak berbahaya bagi anak, anak dapat mencoba mempraktekkan apa yang
telah dipraktekkan oleh guru dengan dibimbing oleh guru.
Melalui kegiatan praktik langsung diharapkan anak mendapatkan
pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek. Contoh : Guru menuangkan
pasir dalam ember. Guru menekankan kata pada kosa kata yang hendak
diperkenalkan pada anak.
5. Manfaat Metode Praktik Langsung
Metode praktik langsung memiliki beberapa manfaat, yakni:
a. Memacu kemampuan dasar anak
b. Memacu kebiasaan dan mental agar yang dipelajari anak dapat lebih mengena atau
berarti, tepat, dan berguna. Hal-hal tersebut di atas dapat berhasil apabila anak juga
mengerti konteks keseluruhan dari akibat drill and practice atau kegunaan bagi
dirinya.

RENCANA PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
1. Lokasi
Penelitian tersebut di lakukan di TK ISLAM AZZUROFAH yang
beralamat lengkap di JL. Salak no.115 Kelurahan Pekauman Kecamatan
Tegal Barat Kota Teagal. Semester 2 Tahun Pelajaran 2021/2022.
2. Waktu Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan 2 siklus, setiap
siklusnya dilakukan 5 kali pertemuan, yaitu :
a. Pra Siklus : Senin, 11 April 2022
b. Siklus 1 : Selasa-Sabtu, 19-23 April 2022
c. Siklus 2 : Senin-Jumat, 9-13 Mei 2022
3. Tema
Dalam pelaksanaan Penelitian tindakan Kelas ini penelitian mengambil
Tema :
Siklus 1 Tema Pekerjaan (Petani)
Siklus 2 Tema Lebaran
4. Kelompok
Dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian adalah anak Kelompok
A TK ISLAM AZZUROFAH Kota Tegal jumlah 10 anak yang terdiri dari 6
anak laki-laki dan 4 anak perumpuan.

Jenis Kelamin
No Nama Laki-
Perempuan
laki
1 Ahmad abdullah Al Haadii V
2 Alby Azka Rabbani V
3 Amanda Rafania Shakira V
4 Arun daya islam V
5 Fachrie Ramadhan V
6 Hanesa Untari Alfarizqi V
7 Muhamad Dio V
Muhammad Rasyiqul
8 V
Habibi
9 Nabila Nisa Faraithurohman V
10 Raras Ali Farzan V

5. Karakteristik anak
Karakteristik TK ISLAM AZZUROFAH Kota Tegal Kelompok TK A
antara lain : anak aktif dan energik, sangat unik karna masing-masing anak
memilii minat, karakter bawaan, dan anak memiliki kemampuan keterampilan
motorik halus yang masih rendah. Hasil 90% tersebut dapat dibuktikan
dengan kesulitan anak mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot
halus, misalnya anak menggenggam dan menekan dengan telapak tangan saat
kegiatan menjumput, memelintir, memilin, dan meremas. Dalam kegiatan
membentuk dengan playdough anak masih kesulitan menuangkan ide ke
dalam bentuk suatu benda, sehingga anak masih dibantu oleh guru.

B. Deskripsi Rencana Tiap Siklus


1. Rencana Pelaksanaan
a. Pra Siklus
1) Perencanaan
Dalam rencana kegiatan bermain playdough untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak kelompok TK A TK Islam
Azzuroffah masih belum optimal, terutama dalam peningkatan aspek
motorik halus
a) Penyususnan Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran berdasarkan matrik semester 2, Rencana
Kegiatan Minggu (RKM), Rencana Pelaksanaan Pembelajarn
Hasil (RPPH), dan Evaluasi atau Penilaian
b) Mempersiapkan bahan ajar atau Materi Pengembangan
c) Materi yang diambil pada penelitian ini berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada lingkup perkembangan
Motorik Halus. Dalam hal ini penelitian menpunyai keinginan
meningkatkan kemampuan Motorik Halus anak melalui bermain
Playdough
d) Menyiapan alat dan bahan berupa playdough
e) Menyiapan instrumen penelitian untuk melihat tingkat
keberhasilan anak didik
2) Pelaksanaan
a) Indikator yang dicapai
Perkemampuan Motorik Halus dalam hal ini peneliti mempunyai
keinginan meningkatkan Motorik Halus anak dalam kegiatan
membentuk menggunakan media playdough.
b) Alat dan bahan
Alat yng digunakan berupa adonan playdough
c) Metode
Pelaksanaan penelitian dengan media playdough melalui metode
praktek langsung
d) Langkah-langkah pembelajaran
I. Kegiatan AwalPembelajaran (30 menit)
Penelitian menyiapkan alat dan bahan ajar yang akan
dilaksanakan
 Anak berbaris di depan kelas, melakukan fidik motorik
kasar, kemudian masuk dan duduk melingkar
 Melakukan sapaan dan salam terhadap anak
 Berdo’a sebelum melakukan kegiatan
 Menjelaskan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
II. Kegiatan Inti (60 menit)
 Anak duduk menghadap ke depan papan tulis dengan
posisi anak yang lebih kecil berada di barisan terdepan,
sedang guru duduk di depan menghadap anak-anak
 Peneliti memperlihatkan alat yang akan digunakan untuk
kegiatan
 Peneliti menjelaskan cara menggunakan playdough dan
memberi kesempatan kepada anak untuk mencoba
 Peneliti memberikan arahan dan motivasi kepada anak
yang belum bisa
 Peneliti mendokumentarikan saat anak sedang
melakukan kegiatan
III. Kegiatan Penutup (30 menit)
 Peneliti kegiatan yang telah dilakukan
 Selesai kegiatan, berdo’a sebelum pulang, salam dan
penutup
3) Pengamatan
Sebelum diadakan penelitian masih terdapat beberapa anak
yang kesulitan mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot
halus, misalnya anak menggenggam dan menekan dengan telapak
tangan saat kegiatan bermain playdough.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa guru belum berhasil dalam melalukan
pembelajaran, maka penelitian mengambil keputusan untuk
mengajakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

b. Deskripsi Siklus I
1) Perencanaan Tindakan
a) Penyusunan rencana pembelajaran
Pembuatan RPPH berdasarkan Program semester, RPPH
mengacu pada Kurikulum TK yang ada.
b) Menyiapkan bahan ajar yang diambil dari kurikulum bidang
pengembangan
c) Menyiapkan alat dan bahan
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan didalam siklus I dengan langkah-langkah
KBM sebagai berikut :
a) Indikator yang dicapai
Anak mampu meniru bentuk (playdough)
b) Alat dan bahan
Alat yang digunakan berupa tepung terigu, minyak, pewarna, air,
dan baskom
c) Metode
Pelaksanaan pembelajaran menggunkan metode praktek
langsung.
d) Langkah-langkah
I. Kegiatan Awal (30 menit)
 Anak berbaris di depan kelas, melakukan fisik motorik
kasar, kemudian masuk dan duduk melingkar
 Melakukan sapaan dan salam terhadap anak
 Berdo’a sebelum melakukan kegiatan
 Menjelaskan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
II. Kegiatan Inti (60 menit)
 Anak duduk menghadap ke depan papan tulis dengan
posisi anak yang lebih kecil berada di barisan terdepan,
sedang guru duduk di depan menghadap anak-anak
 Peneliti memperlihatkan alat yang akan digunakan untuk
kegiatan
 Peneliti menjelaskan cara membuat adoanan playduogh
dan memperagakannya
 Peneliti memberi kesempatan kepada anak untuk
mencoba
 Peneliti memberikan arahan dan motivasi kepada anak
yang belum bisa
 Peneliti memberikan reward bagi anak yang berhasil
dengan bintang
III. Kegiatan Akhir (30 menit)
 Peneliti mengulas kegiatan yang telah dilakukan dengan
tanya jawab
 Peneliti melakukan Tepuk “Pekerjaan” dan anak
mengikutinya
 Selesai kegiatan, berdo’a sebelum pulang, salam dan
penutup
3) Pengamatan Tindakan
Dalam kegiatan membuat adonan playdough anak-anak sudah
mulai terlihat menyukai kegiatan tersebut.
Anak-anak terlihat aktif dan antusias mengikuti kegiatan,
sehingga pembelajaran bisa tercapai dengan hasil yang baik
dibantingkan sebelum diadakannya penelitian.
4) Refleksi
Dalam hal ini peneliti merasa hasil pembelajaran pencapaian
kemampuan Motorik Halus dengan cara membuat adonan playdough
yang dilakukan oleh anak-anak masih belum mendapatkan hasil
yang sesuai dengan harapan peneliti, maka dari itu peneliti
melakukan siklus II.
c. Diskripsi Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
a) Penyusunan RPPH sama dengan Siklus I
b) Menyiapkan bahan ajar yang diambil dari kurikulum bidang
pengembangkan kelompok A
c) Menyiapkan alat dan bahan
d) Menyiapkan alat evaluasi untuk mengetahui hasil peningkatan
keberhasilan pembelajaran
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Indikator yang dicapai
Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
b) Alat dan bahan
Alat yng digunakan berupa adonan playdough
c) Metode
Pelaksanaan pembelajaran menggunkan metode praktek
langsung.
d) Langkah-langkah
I. Kegiatan Awal (30 menit)
 Anak berbaris di depan kelas, melakukan fisik motorik
kasar, kemudian masuk dan duduk melingkar
 Melakukan sapaan dan salam terhadap anak
 Berdo’a sebelum melakukan kegiatan
 Menjelaskan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
II. Kegiatan Inti (60 menit)
 Anak duduk menghadap ke depan papan tulis dengan
posisi anak yang lebih kecil berada di barisan terdepan,
sedang guru duduk di depan menghadap anak-anak
 Peneliti memperlihatkan alat yang akan digunakan
untuk kegiatan
 Peniliti meminta anak untuk membentuk makanan
menggunakan playdough
 Peneliti memberi kesempatan pada setiap anak untuk
melakukan kegiatan secara mandiri
 Peneliti memberikan kesempatan pada anak untuk
menceritakan hasil temuannya dalam kegiatannya
III. Kegiatan penutup (30 menit)
 Peneliti mengulas kegiatan yang telah dilakukan dan
membahas hasil dengan anak
 Peneliti memberi arahan dn motivasi kepada anak
 Selesai kegiatan, berdo’a sebelum pulang, salam dan
penutup
3) Pengamatan Tindakan
Berdasarkan hasil penelitian penguasaan anak dalam
membentuk dengan menggunakan playdough sangat menyenangkan
bagi anak kelompok A TK Islam Azzuroffah Kota Tegal. Hasil
prestasi belajar anak juga meningkat. Anak sangat antusias dalam
mengikuti kegiatan membentuk menggunakan playdough.
4) Refleksi
Dalam hal ini peneliti merasakan hasil kegiatan pembelajaran
membentuk dengan menggunakan playdough yang dilakukan pada
Siklus II sudah dengan harapan, maka dari itu peneliti memutuskan
untuk mengakhiri penelitian di Siklus II.
2. Prosedur Pelaksanaan PTK
Dalam pelaksanaan PTK ini yang menjadi Supervisor dan penilai
adalah Ibu Zakiah Zahra, S.Pd. Tugasnya adalah membimbing, saran, dan
menilai kinerja guru dalam perencanaan, pelaksanaan, refleksi, dan
perbaikan.
3. Pencana Pengamatan dan Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaiyu:
1) Sumber data dari anak sebagai subjek penelitian
2) Hasil pengamatan dari penelitian yang bertindak sebagai pengamat
dan data dari guru atau teman sejawat
b. Teknik dan Alat Pengukuran Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
pengamatan selama pelaksanaan tindakan, metode yang dilakukan dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
1) Observasi
2) Unjuk kerja
c. Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian.
Dalam kegiatan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
memberikan kegiatan kepada anak harus menggunakan merode yang
variatif dan menyenangkan, guna membangun kreatifitas anak.
Langkah terakhir saat pengumpulan data adalah menganalisis
data, ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam
kegiatn penilaian. Pada Penelitian Tindakan Kelas ini digunakan analisis
deskripsi kuaitatif, yaitu suatu metode penelitian yang menggabarkan
kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh dan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilkan belajar yang dicapai anak, dan
juga untuk mengetahui respon anak terhadap kegiatan pembelajran serta
aktivitas anak selama pembelajaran berlangsung.
d. Indikator Kinerja
Keberhasilan pembelajaran pada peningkatan kemampuan Motorik Halus
melalui membentuk menggunakan playdough dengan metode praktek
langsung didasarkan pada kemampuan tiap anak. Kegiatan membentuk
menggunakan playdough melalui praktek langsung dapat meningkatkan
Motorik Halus anak Kelompok A TK Islam Azzurofah Kota Tegal, hal
tersebut dikatakan hasil apabila :
1) Terjadi perubahan sikap dan perilaku dalam proses pembelajaran
menggunakan metode praktek langsung dalam kegiatan membentuk
dengan menggunakan playdogh.
2) Peneliti mengelola proses pembelajaran dengn kegiatan yang ditandai
dengan keantusiasian anak dalam membentuk dengan menggunakan
playdogh.
4. Rencana Refleksi
a. Refleksi dilakukan oleh penulis setiap melaksanakan kegiatan perbaikan
pembelajarn sesuai dengan RPPH yang dimulai dari kegiatan Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus 2.
b. Cara melakukan refleksi dengan melihat hasil pelaksanaan pembelajaran,
dengan melihat teliti bagaimana reaksi anak ketika melakukan
pembelajaran kemudian peneliti dapat menemukan penyebab kegagalan
dan keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti.
c. Refleksi dilakukan untuk menemukan penyebab kegagalan dan
kesuksesan dalam kegiatan pembelajaran, kelemahan dan kelebihan.
Setelah itu penulis mencoba untuk memperbaiki dan menyempurnakan
kegiatan pembelajaran yang dianggap sudah baik dan berusaha
meningkatka kualitas kegiatan pengembangan Motorik Halus anak maluli
kegiatan mambentuk dengan menggunakan playdough.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Perbaikan Perbaikan Pembelajaran/kegiatan pembahasan
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri
dari 5 RKH yang dilaksanakan selama 10 hari. Sebelum perbaikan pembelajaran
dilaksanakan , penulis terlebih dahulu mengumpulkan data tentang hasil belajar anak
didik dalam pembelajaran konsep sains sederhana. Berikut data hasil belajar pra
siklus, siklus I, dan siklus II pada perbaikan pembelajaran ini.Rekapitulasi hasil
belajar anak dari Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II diperoleh tabel sebagai berikut :
Rekapitulasi Hasil Belajar Anak Tiap Siklus

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dengan Membentuk Menggunakan Playdough


NO NAMA PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
1 Ahmad abdullah Al Haadii  V V V
2 Alby Azka Rabbani V V V
3 Amanda Rafania Shakira V V V
4 Arun daya islam V V V
5 Fachrie Ramadhan V V V
6 Hanesa Untari Alfarizqi  V V V
7 Muhamad Dio  V V V
Muhammad Rasyiqul
8 V V  V
Habibi
9 Nabila Nisa Faraithurohman V V V
10 Raras Ali Farzan  V V V
Jumlah 8 2 0 0 3 4 2 1 0 1 5 4
Prosentase 80% 20% 0% 0% 30% 40% 20% 10% 0% 10% 50% 40%
ket :
BB : Belum Berkembang BSH : Berkembang Sesuai Harapan
MB : Mulai Berkembang BSB : Berkembang Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan Motorik Halus
anak dalam memahami konsep membentuk menggunakan Playdough di kelompok A
TK Islam Azzurofah pada perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II terus
mengalami peningkatan yang signifikan dan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
terlihat dari semakin banyaknya anak-anak yang mendapat nilai keberhasilan baik dan
mencapai ketuntasan belajar pada siklus I dan Siklus II..
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan Motorik Halus dalam
memahami konsep membentuk dengan media Playdough menggunakan metode
praktek langsung pada Siklus II sudah sesuai dengan yang diharapkan guru selaku
penelit.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran/ kegiatan


pengembangan
1. Prasiklus
Dari kegiatan pengamatan sebelum perbaikan pembelajar, hasil perkembangan
Motorik Halus pada kegiatan membentuk dengan media playdough melalui metode
praktek langsung masih sangat rendah, terlihat pada hasil prosentase dari 10 anak
(100%) masih belum ada yang tertarik untuk melakukan kegiatan membentuk dengan
media playdough. Dari pengalaman kegiatan pembelajaran Prasiklus, guru perlu
melakukan kegiatan perbaikan yaitu Siklus I dan Siklus II.
2. Siklus 1
Berdasarkan data penelitian pada kondisi awal yang masih sangat rendah,
dengan begitu penulis memutuskan untuk mengadakan kegaiatan perbaikan
pembelajaran pada kegiatan membentuk dengan media playdough. Pada kegiatan
perbaikan pembelajaran Siklus I menggunakan media yang menarik dan mudah
didapatkan untuk membantu pemahaman anak. Dari hasil pengamatan pada beberapa
beberapa tahap pelaksanan perbaikan pembelajarn dalam kegiatan membentuk
dengan media playdough diperoleh prosentase nilai BSB 1 anak (10%), BSH 2 anak
(20%), MB 4 anak (40%) dan BB 3 anak (30%).
Pada kegiatan Siklus I ternyata mengalami perubahan perkembangn yang lebih
baik karna penggunaan media yang mampu menarik perhatian anak dan memotivasi
anak untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Dari hasil peningkatan pada Siklus I
ternayata masih belum sesuai dengan harapan guru, maka dari itu penulis
memutuskan untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada Siklus II.
3. Siklus II
Berdasarkan data penelitian pada Siklus II hasil perkembangan pada kegiatan
membentuk dengan media playdough ternyata kreativitas anak lebih meningkat.
Dalam melakukan kegiatan perbaikan, guru selalu memberi semangat dan motivasi
kepada anak sehingga selama kegiatan pembelajaran anak mempunyai rasa percaya
diri yang sangat tinggi untuk bisa melakukan dan melaksanakan kegiatan perbaikan
pembelajaran dengan baik. Dalam pelaksanaan kegiatan perbaik pembelajaran pada
Siklus II, guru menyiapkan media lebih dari satu agar anak dapat langsung mencoba
mempraktekan bersama temannya. Dengan begitu anak lebih senang dan dapat
meningkatkan kreativitas dan perekembangan pada kegiatan membentuk dengan
media playdough memalui praktek langsung.
Pada Siklus II terlihat adanya peningkatkan perkembangan anak yang melebihi
Siklus I. Anak terlihat sangat antusias dalam melakukan kegiatan perbaikan
pembelajaran pada Siklus II. Perilaku anak terlihat lebih kratif dari sebelumnya dan
tingkat ketertarikannya terhadap pada kegiatan membentuk dengan media playdough.
Pada kegiatan perbaikan pembelajaran Siklus II hasil penelitian mengalami
peningkatan, terlihat dari data yang memperoleh nilai BSB 4 anak (40%), BSH 5
anak (50%), MB 1 anak (10%) dan tidak ada yang nilai BB.
Maka secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajran dari
keseluruhan hasil sesuai dengan harapan guru dengan hasil pembelajaran yang
optimal.
Grafik Penilaian Kemampuan Anak Tiap Siklus

80%

70%

60%

50%

40% BB
MB
30% BSH
BSB
20%

10%

0%
PRA SIKLUS
SIKLUS I
SIKLUS II
Berdasarkan grafik diatas terlihat pada rekapitulasi hasil belajar anak
menunjukkan peningkatan perbaikan pembelajaran pada kegiatan membentuk dengan
media playdough melalui metode praktek langsung pada kelompok A TK Islam
Azzurofah Kota Tegal sudah dengan harapan guru.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan membentuk dengan playdough dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus anak pada usia 4-5 tahun di TK Islam
Azzurofah Kota Tegal. Penerapan teknik membentuk dalam meningkatkan
keterampilan motorik halus melalui kegiatan membentuk dengan playdough pada
anak usia 4-5 tahun di TK Islam Azzurofah Kota Tegal diterapkan dengan langkah
langkah pembelajaran, di antaranya 1) pemberian aktivitas membentuk dengan
playdough, 2) memberikan stimulasi ide-ide terampil, 3) peneliti serta guru
memberikan dorongan, 4) motivasi, 5) reward, dan 6) dengan diberikannya kegiatan
membentuk dengan playdough secara bertahap dan berlanjut maka keterampilan anak
dapat berkembang optimal.

B. SARAN
Berdasarkan dari hasil paparan kesimpulan tersebut, maka untuk memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran membentuk di TK Islam Azzurofah Tegal dalam upaya
meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak, diberikan saran diantaranya
adalah:
1. Bagi Guru
a. Dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
pada anak, sebaiknya disiapkan dengan matang agar pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan baik, sehingga keterampilan motorik halus anak dapat berkembang dengan
secara optimal.
b. Dalam peningkatan keterampilan motorik halus anak diperlukan jam pembelajaran
yang berpusat pada kegiatan tersebut agar anak dapat fokus dan tidak mudah lelah
saat mengikuti kegiatan membentuk dengan playdough, sehingga peningkatan
keterampilan motorik halus anak dalam membentuk dengan playdough terlaksana
dengan kondusif.
2. Bagi Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya memberi arahan dan memberi motivasi kepada guru
untuk bisa memberikan pembelajaran membentuk dengan playdough yang dilakukan
anak disekolah, mengingat keterampilan motorik halus merupakan faktor penting bagi
kehidupan anak.
b. Kepala sekolah hendaknya mendukung upaya guru dalam menggunakan kegiatan
yang tepat untuk mengembangkan kegiatan membentuk dengan playdough.

DAFTAR PUSTAKA
Tatminingsih, Sri. (2021). Panduan Pemantapan Kemampuan
Profesionalm(PAUD4501). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Nuazizah, Ajeng. (2015). Jurnal Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Umar dan Susilowati. (2015). Mengembangkan Motorik Halus Anak
Saputra, Eka. (2016). Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 Tahun. Madiun:
Cendekia Kids School
Nanda, Wahyu. Saputra, Eka dan Setianingrum, Indah. (2016). Jurnal Care Volume
03 Nomor 2. Madiun: PG PAUD IKIP PGRI Madiun
Ariesta, Riany. (2011). Alat Permainan Edukatif Lingkungan Sekitar Untuk Anak
Usia 0-1 Tahun. Bandung: PT. Sandiatra Sukses
https://text-id.123dok.com/document/nq7ew4jkz-fungsi-dan-manfaat-keterampilan-
motorik-halus.html (20 Mei 2022)
https://text-id.123dok.com/document/wq233gnrz-kegiatan-membentuk-kajian-
teori.html (20 Mei 2022)
Erliansyah. (2017). Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegaiatan
Membentuk Dengan Playdough Anak Usia 4-5 Tahun.(On-Line), Tersedia di:
http://journal.student.uny.ac.id
Sudiasih, Ni Wayan Yuni, et al. (2014). Penerapan Metode Pemberian Tugas
Berbantuan Media Playdough Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Tersedia di:
https://ejournal.undiksha.ac.id/
https://text-id.123dok.com/document/1y9r97lry-pengertian-metode-praktik-langsung-
manfaat-metode-praktik-langsung.html ( 20 Mei 2022 )

Anda mungkin juga menyukai