Anda di halaman 1dari 11

KARYA ILMIAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS


MELALUI KEGIATAN MERONCE PADA ANAK
KELOMPOK A TK BUDI LUHUR SURABAYA

DISUSUN OLEH :

Siti Latifah
NIM : 858690051

PROGRAM STUDI S1 PGPAUD


UPBJJ-UT SURABAYA UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS


MELALUI KEGIATAN MERONCE PADA ANAK KELOMPOK A
TK BUDI LUHUR SURABAYA
Siti Latifah
Program Studi S1 Pendidikan Guru Anak Usia Dini (S1-PGPAUD)
FKIP UPBJJ-UT Surabaya

Meronce adalah penyusun berbagai bahan pada sehelai benang merupakan


permainan edukatif yang menyenangkan yang bisa digunakan untuk mengembangkan
kemampuan motorik halus anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah kegiatan meroncce dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada siswa.
Untuk memfokuskan penelitian penulis hanya melakukan penelitian khusus pada
kelas TK A di TK Budi Luhur Surabaya, yang merupakan akhir dari penuntasan
sebagai salah satu standart kualitas (Quality). Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah tehnik observasi dan dokumentasi serta tanya jawab. Observasi
merupakan cara mengumpulkan bahan bahan keterangan yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistimatis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Prosentasenya meningkat
menjadi 65% dari siklus I yang hanya 40%. Berdasarkan amatan yang telah dilakukan
pada siklus II skoring dan diperoleh hasil observasi kemampuan motorik halus
melalui kegiatan meronce sudah menunjukkan peningkatan yaitu siklus I rata-rata
prosentase satu kelas sebesar 40% pada siklus II ini mencapai 65%. Namun belum
mencapai indikator keberhasilan yang peneliti harapkan.
Kata Kunci : Kemampuan Motorik Halus, Kegiatan Meronce,
Permainan edukatif.
A. PENDAHULUAN

Dewasa Ini masa keemasan anak adalah masa paling penting pada anak
karena pada masa itu kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat
tinggi. Usia tersebut merupakan waktu yang ideal bagi anak untuk
mengembangkan berbagai macam keterampilan, membentuk kebiasaan-kebiasaan
yang akan berpengaruh pada masa kehidupan selanjutnya, dan memperoleh
konsep-konsep dasar untuk memahami diri dan lingkungan sekitar. Setiap anak
mampu mencapai tahap perkembangan yang optimal apabila mendapatkan
stimulasi tepat.

Disetiap tahap-tahap perkembangan, anak membutuhkan rangsangan untuk


mengembangkan kemampuan mental dan motoriknya dalam kemampuan motorik
anak berbeda-beda seperti dalam hal kemampuan motorik halus anak. Perbedaan
ini juga di pengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang di dapatkannya.
Lingkungan (orang tua) dan sekolah mempunyai pengaruh yang besar dalam
kecerdasan motorik anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan
taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.

Dalam Pembelajaran di PAUD aspek motorik terbagi menjadi 2, yaitu


motorik halus dan motorik kasar. Hurlock (1978) menyatakan bahwa
perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan
pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat gerak. Gerak ini secara jelas
dibedakan menjadi gerak kasar dan halus. Motorik halus yang berhubungan
dengan otot tangan dan syaraf tangan. Ada pula hal-hal yang merangsang
perkembangan motorik halus pada anak, misalnya meremas kertas, menyobek,
menekan, melipat kertas. dan sedangkan motorik kasar yang berhubungan dengan
otot kaki dan syaraf kaki ataupun keseluruhan fisik anak misalnya berjinjit,
berjalan, menendang, berlari, berayun, bergelantungan, berdiri, menarik,
mendorong, merangkak, meranyap, memanjat, melompat.

Motorik halus merujuk pada perkembangan gerakan otot kecil pada


tangannya untuk saling berkoordinasi guna memungkinkan terjadinya fungsi-
fungsi seperti memegang benda-benda kecil, menulis, ataupun memegang
sendok untuk makan. Kemampuan ini sangat di butuhkan dalam aktivitas mereka
disekolah nanti, dan dalam life skills secara umum. Bila motorik halusnya lemah,

3
anak akan keseulitan makan sendiri. Jadi motorik halus sangat dibutuhkan untuk
menulis.

Dalam Pembelajaran di PAUD menemukan satu permasalahan tentang


motorik halus anak dikelompok A TK Budi Luhur Kecamatan Asemrowo yaitu
dalam hal memegang pensil belum benar atau kurang terampil memegang pensil
sehingga dampaknya bagi anak dalam hasil karya seperti menulis, mewarnai,
menggambar tidak rapi, hal tesebut disebabkan oleh kemampuan motorik halus
mereka masih rendah.

Terdapat dua dimensi dalam perkembangan atau kemampuan motorik


halusanak yang di uraikan oleh gesel (1971), yaitu : kemampuan memegang dan
memanifulasi benda-benda dan kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan.
Meronce salah satu kegiatan yang sering digunakan anak dalam pembelajaran di
kelas, selain menyenangkan meronce juga berguna untuk mengembangkan
ketrampilan motorik halus anak. Kegiatan meronce termasuk kegiatan yang
menarik bagi anak, karena kegiatan tersebut berkaitan dengan menyusun atau
memasukan roncean sesuka anak.

Menurut Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi (2010), meronce adalah


penyusun berbagai bahan pada sehelai benang. Bahan yang digunakan untuk
meronce terdiri dari berbagai bentuk kertas, manik-manik, merjan, sedotan,dll.
Kegiatan meronce tersebut dapat melatih anak dalam mengembangkan motorik
halus, konsentrasi dan mengembangkan kreativitas.

Dari hasil penelitian menemukan bahwa penerapan teknik meronce dalam


meningkatkan motorik halus anak kelompok A TK Budi Luhur Kecamatan
Asemrowo dapat memecahkan permasalahan pengembangan motorik halus anak.
Subjek penelitian dengan jumlah murid 20 orang yang terdiri dari 11 orang
perempuan dan 9 orang laki-laki.

Untuk Mengatasi Permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengkaji dan


melakukan penelitian dengan judul upaya meningkatkan keterampilan motorik
halus anak melalui kegiatan meronce di Kelompok A TK Budi Luhur Kecamatan
Asemrowo.

4
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh
kelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan pembelajaran, berdasarkan
refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Prosedur penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan dua
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu: perencanaan
(planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. untuk
mengetahui permasalahan yang menyebabkan kurang optimalnya hasil belajar
siswa TK Budi Luhur Surabaya dengan melakukan observasi dan tes tanya jawab
terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tehnik observasi dan
dokumentasi serta tanya jawab. Observasi merupakan cara mengumpulkan bahan
bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung dan
pencatatan secara sistimatis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek
pengamatan. Observasi dalam penelitian ini mengamati apakah melalui kegiatan
meronce dapat meningkatkan motorik halus anak. Sedangkan dokumentasi adalah
cara memperoleh suatu data dengan mengadakan pencatatan terhadap data yang
tersedia dan memberikan gambaran mengenai yang terdapat pada subjek dan
objek tertentu yang berupa foto dalam kegiatan pembelajaran dan lembar
observasi. Adapun kegiatan yang akan diamati yaitu meronce dengan manik-
manik yang berukuran besar dengan mengacu pada tahap meronce merangkai
berdasarkan warna. Serta kegiatan pembelajaran pembukaan, Inti hingga penutup
selama pembelajaran.
Instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.
Data-data yang diperoleh dari penelitian dari observasi kemudian diolah dengan
analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan ketercapaian
indikator tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran.
Data keberhasilan anak dalam pelaksanaan pembelajaran berupa penilaian
terhadap kemampuan anak didasarkan pada aspek dan indikator seperti penjelasan

5
sebelumnya dan pemberian nilai/skornya menggunakan bintang dari bintang 1
sampai bintang 3. Kemudian ketuntasan individu setiap anak dalam proses belajar
mengajar dikatakan tuntas apabila memperoleh skor bintang minimal bintang 2.
Dan untuk ketuntasan klasikal yaitu ketuntasan hasil belajar secara klasikal
dicapai apabla minimal 75% dari jumlah anak memperoleh skor bintang 3.
Adapun yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
adalah pencapaian prestasi anak dengan ketentuan sebagai berikut: Keberhasilan
penelitian ini dilihat dari presentasi belajar mencapai ketuntasan klasikal yaitu
jika ≥75% anak mendapat skor 3.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Pra Siklus
Kemampuan motorik halus anak didik sebelum tindakan, penulis
melakukan pembelajaran di kelas mulai hari Senin, 9 Oktober 2023 guna
mengetahui sejauh mana kemampuan motorik halus anak sebelum pelaksanaan
tindakan siklus I. Penulis memulai dengan mengajak anak untuk meronce
manik-manik berukuran besar dengan mengacu pada tahapan meronce
berdasarkan warna. Guru menjelaskan manik-manik yang akan digunakan
dalam meronce yaitu warna yang akan dironce adalah bebas. Dari kegiatan
tersebut didapatkan hasil bahwa hanya 5-6 anak yang bisa meronce serta anak
kurang merespon atau lebih memilih kegiatan yang lain daripada kegiatan
meronce. Hal ini diperkirakan peneliti karena kurang menariknya metode serta
variasi dari media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan mengasah motorik halus anak kurang menarik.
Pada proses observasi pra siklus ini peneliti melakukan pengamatan
dengan mengisi lembar observasi anak untuk mengukur tingkat keberhasilan
anak dalam hal belajar meronce manik-manik untuk motorik halus. Lembar
observasi guru dan media untuk melihat tingkat keberhasilan dan kelemahan
dalam proses belajar mengajar. Hasil dari pengamatan pada pra siklus
ditemukan 10 anak dengan penilaian 1 (kurang) atau tidak tuntas, lalu 9 anak
dengan penilaian 2 (cukup) , dan hanya 1 anak dengan penilaian 3 (baik)

6
Grafik 1
Hasil Penilaian Kegiatan Meronce Pra Siklus

Dengan melihat grafik di atas kita bisa mengetahui kemampuan motorik


halus anak melalui kegiatan meeronce masih perlu diperbaiki.

2. Siklus I

Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan siklus I


dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu pada hari Rabu - Kamis, 11-12
Oktober 2023 di kelas kelompok A TK Budi Luhur. Pertemuan tersebut
berlangsung selama 90 menit yaitu dari pukul 09.00 – 10.30 WIB. Observasi
dilakukan pada saat kegiatan meronce berlangsung. Observasi digunakan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak.

Peneliti dalam pelaksanaan siklus I yaitu meronce menggunakan manik-


manik berukuran sedang yang dikombinasikan dengan batang daun papaya.
Guru mengenalkan manik-manik berukuran sedang dan batang daun papaya
sebagai bahan yang akan disusun roncean. Selanjutnya guru menjelaskan
perintah dalam kegiata meronce seperti cara dan tahapannya. Perintah yang
diberikan berupa anak harus menyusun manik-manik berukuran sedang tersebut
yang mempunyai lubang besar yang akan dimasuki benang terlebih dahulu.
perintah selanjutnya warna yang akan disusun dalam roncean tersebut bebas.
Perintah ketiga menyusun manik-manik yang berukuran sedang tersebut

7
dikombinasikan dengan batang daun papaya dan semua harus satu-satu tidak
boleh rangkap.

Setelah melaksanakan siklus I diketahui hasil observasi tentang aktivitas anak


melalui catatan guru yakni ada keberhasilan dan ada kegagalan. kegagalan
terjadi dikarenakan ada anak yang bertengkar yang menimbulkan suasana kelas
ramai sehingga banyak anak yang kurang memperhatikan. Dan keberhasilan
terjadi dikarenakan proses pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan
harapan, dan berikut data hasil observasi kegiatan anak, dapat dilihat pada grafik
dibawah ini:

Grafik 2
Hasil Penilaian Kegiatan Belajar Siklus I

Dengan melihat grafik diatas kita bisa mengetahui bahwa perkembangan


semangat belajar anak dalam kegiatan meronce menunjukkan adanya
peningkatan yang semula anak yang mendapatkan bintang 3 sebanyak 1 anak
meningkat menjadi 8, bintang 2 sebanyak 7 anak, dan bintang 1 menurun
menjadi 5 anak dari 10 anak, untuk itu masih perlu diadakannya perbaikan pada
siklus ke II.

3. Siklus II
Siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan, dimulai tanggal 16-17 Oktober
2023, berlangsung selama ± 90 menit di ruang kelas kelompok usia 5-6 tahun.
Kegiatan observasi dilakukan pada saat kegiatan berlangsung, peneliti tetap
bekerjasama dalam mengamati kegiatan yang dilakukan anak. Pada siklus II,

8
anak terlihat sangat semangat dan termotivasi untuk melakukan kegiatan
dengan sungguh-sungguh. Kegiatan selanjutnya meronce menggunakan manik
manik yang berukuran sedang dengan mengkombinasikan dengan sedotan.
Meronce pada pertemuan ke 2 ini mengacu pada tahapan meronce berdasarkan
bentuk dan ukuran. Guru menjelaskan bahan yang digunakan untuk meronce,
seperti benang,manik-manik, dan sedotan. Guru sekaligus peneliti menjelaskan
tahapan dalam meronce secara perlahan agar mudah dipahami oleh anak.
Pertama anak-anak harus mengambil benang kemudian mengambil manik-
manik sesuai dengan perintah yang diberikan guru. Selanjutnya,roncean
tersebut tidak hanya manik-manik saja tetapi dikombinasikan dengan sedotan.
Pola yang diperintahkan oleh guru yaitu manik-manik, sedotan,manik-manik,
sedotan sampai benang tersebut penuh dengan roncean

Setelah melaksanakan kegiatan pada siklus ke dua maka kita bisa mengetahui
hasil observasi belajar anak melalui catatan guru yakni dengan memperlihatkan
hasil roncean anak, anak mersa senang dan anak selalu ingin tau hasil roncean
berikutnya yang akan diperlihatkan lagi tetapi guru tidak akan memperlihatkan
lagi karena biasa membuat anak-anak menjadi bosan.

Grafik 3
Hasil Penilaian Kegiatan Belajar Siklus II

Dengan melihat grafik diatas kita bisa mengetahui bahwa perkembangan


semangat belajar anak dalam kegiatan meronce menunjukkan adanya
peningkatan pada siklus II ini anak yang mendapatkan bintang 3 sebanyak 8
anak pada siklus I meningkat menjadi 13 anak, bintang 2 sebanyak 7 anak pada

9
siklus I menurun menjadi 4 anak, dan bintang 1 menurun menjadi 3 anak dari 5
anak pada siklus I.
Prosentasenya meningkat menjadi 65% dari siklus I yang hanya 40%.
Berdasarkan amatan yang telah dilakukan pada siklus II skoring dan diperoleh
hasil observasi kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan meronce
sudah menunjukkan peningkatan yaitu siklus I rata-rata prosentase satu kelas
sebesar 40% pada siklus II ini mencapai 65%. Hasil observasi kemampuan
motorik halus anak juga menunjukkan bahwa adanya peningkatan sebesar 25%.
Hasil observasi diperoleh rata-rata prosentase perkembangan kemampuan
motorik halus anak satu kelas 65%. Prosentase tersebut belum mencapai
indikator keberhasilan yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus II.
Peningkatan Perkembangan kemampuan motorik halus Per Siklus Aspek Siklus
I Siklus II Rata-rata prosentase perkembanagan kognitif satu kelas 40% 65%
SIMPULAN Berdasarkan pengamatan kondisi awal anak kelompok usia 5-6
tahun. Dan dapat ditunjukan pada grafik di bawah ini:

Grafik 4
Hasil Penilaian Kegiatan Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Dengan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan meronce
dapat meningkatkan perkembangan kemampuan motorik halus pada anak kelompok
usia 5-6 TK Budi Luhur Surabaya meskipun belom mencapai indikator keberhasilan

10
yang peneliti harapkan, namun menunjukan peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan beberapa saran :
1. Bagi guru agar lebih sering melakukan kegiatan seperti meronce sesuai tema
pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
2. Lebih bervariasi dan kreatif lagi dalam membuat kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3. Bagi peneliti lain yang berminat agar melakukan penelitian meningkatkan
kemampuan motorik halus anak yang lebih bervariasi dan gaya mengajar yang
sesuai dengan kreteria dan minat anak.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Hariyanto. 2009. Membuat Anak Anda Cepat Pintar Membaca. Yogyakarta:
Diva Press.
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya
Depdiknas, 2008. Strategi dan Pemilihannya. Jakarta : Depdiknas
Dhany, dkk. 2006. Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Formal. Jakarta: Direktorat
TK/SD Departemen Pendidikan Nasional.
Dhieni, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia Elexmedia. 2009.
Flash Card, (Online), (http://www.elexmedia.co.id
/forum/index.php?topic=15303.0, diakses tanggal 19 Maret 2016)
Hendry Kurniawan. 2008. Penggunaan Media Kartu Terhadap Peningkatan
Kemampuan Anak dalam Berhitung. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Karli. 2010. Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Penabur
- No.15/Tahun ke-9/Desember 2010.
Kaskus. 2010. Flash Card Baby, (Online),
(http://www.kaskus.us /showthread.php?t=7213981, diakses tanggal 16 Maret 2016)
Moeslichatoen. 2010. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka
Cipta.
Maimunah Hasan. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press.
Mudayanti, 2006. Upaya Guru Dan Orang Tua Dalam Menumbuhkan Minat Baca
Sejak Dini. Bandung: Tugas Akhir D2 PGTK UPI Bandung

11

Anda mungkin juga menyukai