Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (UU Nomor 20 Tahun 2003). Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling fundamental
karena stimulasi maupun rangsangan yang diberikan sejak usia dini akan mempengaruhi
perkembangan di masa selanjutnya.

Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di jalur
pendidikan formal. dapat mengembangkan potensi dan enam aspek yang mereka miliki, yaitu
aspek Nilai moral dan Agama, aspek kognitif, aspek fisikmotorik, aspek bahasa, dan aspek
sosial-emosional dan seni. Seiring dengan tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak, maka taman kanak-kanak
diharapkan sebagai tempat anak untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan,
dan daya cipta yang dapat dijadikan modal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada
kehidupan selanjutnya salah satunya yaitu melalui kegiatan pengembangan fisik motorik
halus melalui kegiatan meronce.

Standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun meliputi menggambar
sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eskplorasi dengan berbagai media dan
kegiatan, menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar, menggunting sesuai dengan
pola, menempel gambar dengan tepat, mengeksplorasikan diri melalui gerakan menggambar
secara rinci.

Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan dan


pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf
dan otot. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh anggota
tubunya yang di pengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri adalah Menurut Widodo (2008)
perkembangan motorik adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang
berkoordinasi dengan otak dalam melakukan kegiatan.Motorik halus adalah gerakan yang
menggunakan otot-otot halus atau sebagian tubuh tertentu yang di pengaruhi oleh kesempatan
dan berlatih.

Selain itu menurut Saputra dan Rudyanto (2005) fungsi pengembangan motorik halus
adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan
mata, dan sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. Melihat dari tahapan kemampuan
motorik halus tersebut ada salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan
motorik halus yaitu meronce.

Meronce merupakan cara pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan
dengan menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi memakai
bantuan benang, tali dan sejenisnya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak
bisa berkembang dengan optimal dan dapat mengerjakan tugas-tugas dengan lancar tanpa ada
gangguan dalam gerak otot-otot. Oleh sebab itu diharapkan seorang pendidik yang kreatif
agar anak merasa senang, aman, nyaman dan tidak merasa bosan dalam proses belajar
mengajar sehingga anak dapat berkembang secara maksimal

Berdasarkan hasil pengamatan di TK Nurul Hadi perkembangan motorik anak masih


ada yang mengalami keterlambatan. Kemampuan motorik yang masih rendah di TK
Nurul Hadi adalah kemampuan motorik halus. Anak-anak dalam menggunakan kemampuan
motorik halus masih ada yang mengeluh dalam hal menyelesaikan kegiatan. Anak masih
memerlukan bantuan dan arahan dalam menggunakan motorik halus, siswa TK Nurul Hadi
dalam satu kelasnya berjumlah 15 anak dengan kriteria sesuai harapan baru mencapai 30 %
dari jumlah 15 anak di kelas B hanya 4 anak yang mampu meronce sesuai dengan harapan.
Dari keempat anak tersebut dalam menggunakan kemampuan motorik halus masih perlu
adanya stimulasi yang dapat meningkatkan. Hal ini ditandai dengan anak dalam
menggunakan jari-jemari untuk mengambil benda maupun memegang benda masih ada yang
memerlukan pendampingan.

Kondisi diatas disebabkan media guru yang digunakan terlalu kecil, guru kurang
kreatif dalam menyampaikan pembelajaran, guru terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga
anak sulit menerima penjelasandari guru. Berdasarkan masalah di atas dilakukan penelitian
dengan judul Meningkatan Ketrampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce
dengan manik – manik pada anak Kelompok B TK Nurul Hadi Desa karangmangu
Kecamatan Kroya agar dapat membantu guru dalam meningkatkan ketrampilan motorik halus
anak.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi masalahmasalah sebagai berikut:


1.2.1 Anak masih perlu pendampingan dalam penggunaan jari-jemari untuk mengambil
benda.
1.2.2 Anak masih kesulitan untuk memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan
lain.
1.2.3 Media yang digunakan dalam pembelajaran terlalu kecil.
1.2.4 Guru kurang kreatif dalam menyampaikan pembelajaran.
1.2.5 Guru terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga anak sulit menerima penjelasan.
1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, dengan melihat kondisi serta


permasalahan yang kompleks maka peneliti perlu membatasi masalah yang ada pada
nomor 1, 2, dan 3. Hal ini dikarenakan sangat perlu untuk perbaikan. Dalam hal ini
peneliti akan dibatasi pada meningkatkan ketrampilan motorik halus melalui kegiatan
meronce menggunakan manik – manik pada anak kelompok B TK Nurul Hadi Desa
Karangmangu.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini


adalah:

Bagaimana meningkatkan ketrampilan motorik halus melalui kegiatan meronce dengan


manik-manik pada anak TK Pertiwi Dharmawanita Desa Gandrungmangu kabupaten
cilacap ? .

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk


meningkatkan ketrampilan motorik halus anak melalui kegiatan meronce dengan manik –
manik pada anak TK Nurul Hadi Desa Karangmangu kabupaten cilacap.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat.
Manfaat secara praktis bagi semua pihak yang terkait antara lain :

a. Bagi Peserta Didik


Meningkatkan ketrampilan motorik halus anak dalam meronce dengan manik-manik
dalam menggunakan tangan untuk memindahkan benda dari tangan yang satu ke
tangan lain serta memberikan pengalaman belajar yang bervariasi pada peserta didik.
b. Bagi pendidik

Menjadi masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka


meningkatkan kemampuan motorik halus.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang


diperlukannya anggaran untuk pengadaan media dalam pembelajaran, khususnya
kegiatan meronce dengan manik-manik.

d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan motorik halus.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Konsep yang Relevan

2.1.1 Keterampilan Motorik Halus Pada Anak


Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh
tubuh,sedangkan gerakan motorik dapat di sebut sebagai perekembangan dari unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh.perkembangan ini erat hubunganya dengan pusat
motorik otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan
otak.Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian yaitu gerakan motorik kasar
dan gerakan motorik halus.

Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian


besar bagian tubuh anak seperti meloncat, melompat, memanjat, berlari, berdiri dengan satu
kaki dan sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukanoleh otot-otot kecil seperti keterampilan
menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.Gerakan ini
membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.

Motorik halus adalah merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada
jari dan tangan,gerakan ini merupakan keterampilan bergerak (Moelichatoen, 2004).
Motorik halus adalah kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang
melibatkan bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang
cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga (Nursalam, 2005).

Perkembangan motorik halus pada anak Usia 5-6 tahun umumnya meliputi kegiatan
sehari-hari seperti mengikat tali sepatu, memasukan surat ke dalam amplop, membentuk
berbagai objek dengan tanah liat, mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju,
dan memasukan benang ke dalam lubang jarum.

Umumnya perkembangan motorik anak Pada saat anak usia 3 tahun ,kemampuan
gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi. Pada usia 4
tahun,koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan
gerakanya sudah lebih cepat,bahkan cenderung sempurna. Pada usia 5 tahun,koordinasi
motorik anak sudah lebih sempurna lagi,tangan,lengan,dan tubuh bergerak di bawah
koordinasi mata. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun belajar bagaimana menggunakan
jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil (Walkay, 2007).

Perkembangan motorik pada anak umumnya bergantung pada jangka waktu sendiri
dalam menguasai suatu keterampilan. Aktivitas fisik anak yang bervariasi yaitu aktivitas fisik
untuk bernain dan bergembira sambil menggerakan anggota tubuh. Aktifitas fisik anak dapat
mencapai kemampuan yang di harapkan sesuai dengan perkembangan.

Fungsi dari keterampilan motorik halus pada anak umumnya adalah agar anak dapat
menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang, beranjak dari kondisi helpessnees
(tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupanya, dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah (Mujito, 2007).

Pengembangan motorik pada anak PAUD adalah merupakan proses memperoleh


keterampilan dan pola gerakan yang dapat di lakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan
motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar
menggunakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi seperti
menggunting kertas ,menyatukan dua lembar kertas ,menganyam kertas tapi tidak semua
anak memiliki kematangan untuk menguasai pada tahap yang sama.

2.1.2 Meronce
Meronce merupakan cara pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan
dengan menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi memakai
bantuan benang, tali dan sejenisnya. Meronce merupakan salah satu contoh kegiatan
pengembangan motorik halus di TK, kegiatan menguntai dengan membuat untaian dari
bahan-bahan yang berlubang, disatukan dengan tali atau benang (Sumanto, 2005). Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa meronce merupakan cara pembuatan benda hias
atau benda pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian bahan yang berlubang yang
disatukan dengan tali atau benang.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran di TK bahwa meronce adalah kegiatan


berlatih berkarya senirupa yang dilakukan dengan cara menyusun bagian-bagian bahan
yang dapat dibuat benda hias atau benda pakai dengan memakai banttuan alat rangkai
sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Dalam kenyataannya anak-anak TK atau anak
usia dini meronce dengan menggunakan manik-manik, sedotan maupun dengan kertas.
Meronce ini juga termasuk salah satu stimulasi untuk mengasah kemampuan motorik
halus anak. Inti dari kegiatan meronce ini anak bisa memasukkan tali ke dalam manik-
manik, anak mampu menyebutkan warna manik-manik, anak bisa menyusun manik-
manik yang berwarna-warni, anak dapat belajar berhitung dan anak dapat menemukan
nama benda hasil dari roncean.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh ika
Setya Endayanti (2013) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Meronce Pada Anak Kelompok Bermain Masjid Shuhada”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa melalui kegiatan meronce dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus. Kemampuan yang dicapai yaitu bahwa dengan kegiatan meronce yang dilakukan
menggunakan manik-manik berukuran besar, sedang dan kecil dengan dua jari yang
dilakukan berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus meningkat hingga
82%.

Mengacu pada penelitian di atas, maka peneliti menekankan pada peningkatan ketrampilan
motorik halus anak melalui meronce. Kegiatan pembelajaran motorik halus ditekankan pada
peningkatan kemampuan mengambil benda dengan jari, memindahkan benda dari tangan
yang satu ke tangan yang lain, memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah. Penelitian
yang relevan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lolita Indraswari
(2012) yang berjudul “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa melalui kegiatan mozaik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Kemampuan
yang dicapai yaitu anak mampu menempel kepingan mozaik, anak mampu menyusun
kepingan mozaik dan anak mampu menempel dengan teknik mozaik.

Mengacu pada penelitian di atas, maka peneliti menekankan pada peningkatan


kemampuan motorik halus anak melalui meronce. Kegiatan pembelajaran motorik halus
ditekankan pada peningkatan kemampuan mengambil benda dengan jari, memindahkan
benda dari tangan yang satu ke tangan yang lain, memasukkan dan mengeluarkan benda dari
wadah.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran tanpa Anak belum


Kondisi Awal
melaksanakan kegiatan optimal dalam
meronce pengembangan
motorik halus

Pembelajaran dengan
Tindakan melaksanakan kegiatan Pembelajaran
meronce dengan manik -
manik

Kondisi Akhir Anak menjadi lebih


lancar dalam meronce
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di TK Nurul Hadi Desa Karangmangu Kecamatan Kroya
Kabupaten Cilacap provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada

3.2 Subjek dan Objek Penelitian


3.2.1 Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah semua anak Kelompok B dengan rentang usia 5-6 tahun di
TK Nurul Hadi Desa Karangmangu Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. yang berjumlah
15 anak dengan rincian laki-laki 8 anak dan perempuan 7 anak.

3.2.2 Objek Penelitian


Obyek penelitian yang digunakan adalah kemampuan motorik halus melalui kegiatan
meronce menggunakan media manik-manik pada kelompok B di TK Pertiwi Dharmawanita
Desa Gandrungmangu Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten Cilacap.

3.3 Desain Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan model spiral yang dikembangkan oleh Stephen
Kemmis dan Robin Mc Taggart (Suwarsih Madya, 1994:53). Dalam penelitian ini
rencananya akan menggunakan 1 siklus terlebih dahulu dengan empat komponen tindakan,
yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi dan refleksi dalam
satu spiral yang saling terkait. Langkahlangkah tersebut disebut satu siklus kegiatan. Apabila
dalam satu siklus kegiatan belum berhasil untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
anak maka kegiatan penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus kegiatan berikutnya
sampai dengan tercapainya tujuan kegiatan.
Keterangan :
1. Plan (perencanaan)
2. Act & Observe
(pelaksanaan dan observasi
)
3. Reflect (Refleksi)
4. Revised Plan (Revisi
perencanaan)

Dalam penelitian ini langkah-langkah yang akan dilakukan adalah :

1. Perencanaan

Peneliti dan guru berdiskusi dalam membuat RPPH (Rencana Program


Pembelajaran Harian) mengenai materi yang akan dilaksanakan. RPPH ini berguna
sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai partisipasi anak.
Mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan untuk kegiatan meronce.

2. Pelaksanaan

Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah


dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-
perubahan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru memberikan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan RPPH yang dibuat.

3. Observasi

Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran dikelas berlangsung dengan


menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk melihat
proses kegiatan belajar mengajar secara langsung bagaimana partisipasi siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung dan bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan RPPH yang dibuat.

Data yang diperoleh pada lembar observasi dianalisis, kemudian dilakukan refleksi.
Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara peneliti dan guru kelompok B. Diskusi
bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan yaitu dengan cara
melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul dan segala hal
yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Setelah itu mencari jalan keluar terhadap
masalah-masalah yang mungkin timbul sehingga dapat menentukan upaya perbaikan pada
setiap siklus berikutnya.

4. Refleksi

Refleksi mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Jika aterdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan
proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara,
angket, dokumentasi, tes dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan
data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Arikunto (2006: 156), observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian


terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Jadi observasi dapat dilakukan
melalui penglihatan, penciuman, pendengaran peraba dan pengecap. Metode observasi ini
dipilih dengan alasan observasi merupakan metode yang efektif apabila digunakan dalam
penelitian tindakan kelas terutama dalam lingkup TK. Dalam observasi ini menggunakan
sebuah lembar observasi tentang ketrampilan motorik halus melalui kegiatan meronce.
Pengamatan yang dilakukan adalah tentang seberapa besar ketrampilan motorik anak melalui
kegiatan meronce menggunakan manik – manik.

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006: 158), di dalam dokumentasi peneliti menyelidiki benda-


benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan harian dan sebagainya termasuk
foto. Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengambil
gambar pada saat anak melakukan proses pembelajaran. Gambar ini berupa foto yang dapat
menggambarkan secara nyata ketika anak beraktifitas pada pembelajaran meronce
menggunakan manik- manik. Foto-foto yang diperoleh dapat menjadi pelengkap data guna
menyempurnakan penelitian yang dilakukan.

Selain berupa foto, metode dokumentasi yang digunakan berupa kumpulan hasil kerja
anak yang dapat menggambarkan sejauh mana keterampilan anak berkembang. Dokumentasi
tersebut berupa hasil karya yang dikumpulkan setelah anak mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Dengan hasil karya ini, maka kemampuan anak dalam mengembangkan
motorik halus melalui kegiatan meronce dapat diketahui dan dapat dijadikan sebagai bukti
otentik sekaligus bahan evaluasi terhadap perkembangan kemampuan anak dalam
menggunakan mata dan tangannya dalam mengembangkan ketrampilan motorik halus.

3.5 Teknik Analisis Data


Menurut Spradley (Sugiyono, 2011:244), analisis dalam penelitian jenis apapun
merupakan cara berpikir sehingga berkaitan dengan pengujian sistematis terhadap sesuatu
untuk menentukan bagian maupun keterkaitan hingga menyeluruh. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif
dengan persentase.
Tujuan analisis data kualitatif yaitu untuk mengolah data dengan cara
mendeskripsikan agar lebih jelas dan bermakna dalam menggambarkan data dari hasil
penelitian. Perhitungan dalam analisis data menghasilkan persentase pencapaian. Selanjutnya
data yang diperoleh dinyatakan dalam sebuah predikat. Dalam penelitian ini digunakan
predikat Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB), Berkembang Sesuai Harapan
(BSH), Berkembang Sangat Baik (BSB).
Teknik analisis data kuantitatif (persentase) diperoleh melalui hasil pengamatan
kemampuan berbahasa ekspresif anak dalam kegiatan bercerita dengan menggunakan media
buku cerita bergambar, kemudia dianalisis. Analisis data yang telah diperoleh mendapatkan
skor berupa deskripsi penilaian untuk tiap aspek yang akan dikumulatifkan dalam bentuk
tabel dan dipresentasikan dalam bentuk diagram. Rumus penilaian menurut Ngalim Purwanto
(2006:102) adalah sebagai berikut :

Keterangan :
NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R : Skor mentah yang diperoleh anak
SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 : Bilangan tetap
Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterpretasikan ke dalam
empat kriteria yang diabil dari kriteria Acep Yoni (2010 : 175-176) yang kemudian
dimodifikasi oleh peneliti. Adapun kriteria interpretasinya adalah sebagai berikut :
BB (Belum Berkembang) : 0 – 25 %
MB (Mulai Berkembang) : 26 % - 50 %
BSH (Berkembang Sesuai Harapan) : 51 % - 75 %
BSB (Berkembang Sangat Baik) : 76 % - 100 %

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.2 Pembahasan

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai