PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (UU Nomor 20 Tahun 2003). Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling fundamental
karena stimulasi maupun rangsangan yang diberikan sejak usia dini akan mempengaruhi
perkembangan di masa selanjutnya.
Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di jalur
pendidikan formal. dapat mengembangkan potensi dan enam aspek yang mereka miliki, yaitu
aspek Nilai moral dan Agama, aspek kognitif, aspek fisikmotorik, aspek bahasa, dan aspek
sosial-emosional dan seni. Seiring dengan tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak, maka taman kanak-kanak
diharapkan sebagai tempat anak untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan,
dan daya cipta yang dapat dijadikan modal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada
kehidupan selanjutnya salah satunya yaitu melalui kegiatan pengembangan fisik motorik
halus melalui kegiatan meronce.
Standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun meliputi menggambar
sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eskplorasi dengan berbagai media dan
kegiatan, menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar, menggunting sesuai dengan
pola, menempel gambar dengan tepat, mengeksplorasikan diri melalui gerakan menggambar
secara rinci.
Selain itu menurut Saputra dan Rudyanto (2005) fungsi pengembangan motorik halus
adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan
mata, dan sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. Melihat dari tahapan kemampuan
motorik halus tersebut ada salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan
motorik halus yaitu meronce.
Meronce merupakan cara pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan
dengan menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi memakai
bantuan benang, tali dan sejenisnya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak
bisa berkembang dengan optimal dan dapat mengerjakan tugas-tugas dengan lancar tanpa ada
gangguan dalam gerak otot-otot. Oleh sebab itu diharapkan seorang pendidik yang kreatif
agar anak merasa senang, aman, nyaman dan tidak merasa bosan dalam proses belajar
mengajar sehingga anak dapat berkembang secara maksimal
Kondisi diatas disebabkan media guru yang digunakan terlalu kecil, guru kurang
kreatif dalam menyampaikan pembelajaran, guru terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga
anak sulit menerima penjelasandari guru. Berdasarkan masalah di atas dilakukan penelitian
dengan judul Meningkatan Ketrampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce
dengan manik – manik pada anak Kelompok B TK Nurul Hadi Desa karangmangu
Kecamatan Kroya agar dapat membantu guru dalam meningkatkan ketrampilan motorik halus
anak.
c. Bagi Sekolah
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan motorik halus.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Konsep yang Relevan
Motorik halus adalah merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada
jari dan tangan,gerakan ini merupakan keterampilan bergerak (Moelichatoen, 2004).
Motorik halus adalah kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang
melibatkan bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang
cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga (Nursalam, 2005).
Perkembangan motorik halus pada anak Usia 5-6 tahun umumnya meliputi kegiatan
sehari-hari seperti mengikat tali sepatu, memasukan surat ke dalam amplop, membentuk
berbagai objek dengan tanah liat, mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju,
dan memasukan benang ke dalam lubang jarum.
Umumnya perkembangan motorik anak Pada saat anak usia 3 tahun ,kemampuan
gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi. Pada usia 4
tahun,koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan
gerakanya sudah lebih cepat,bahkan cenderung sempurna. Pada usia 5 tahun,koordinasi
motorik anak sudah lebih sempurna lagi,tangan,lengan,dan tubuh bergerak di bawah
koordinasi mata. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun belajar bagaimana menggunakan
jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil (Walkay, 2007).
Perkembangan motorik pada anak umumnya bergantung pada jangka waktu sendiri
dalam menguasai suatu keterampilan. Aktivitas fisik anak yang bervariasi yaitu aktivitas fisik
untuk bernain dan bergembira sambil menggerakan anggota tubuh. Aktifitas fisik anak dapat
mencapai kemampuan yang di harapkan sesuai dengan perkembangan.
Fungsi dari keterampilan motorik halus pada anak umumnya adalah agar anak dapat
menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang, beranjak dari kondisi helpessnees
(tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupanya, dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah (Mujito, 2007).
2.1.2 Meronce
Meronce merupakan cara pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan
dengan menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi memakai
bantuan benang, tali dan sejenisnya. Meronce merupakan salah satu contoh kegiatan
pengembangan motorik halus di TK, kegiatan menguntai dengan membuat untaian dari
bahan-bahan yang berlubang, disatukan dengan tali atau benang (Sumanto, 2005). Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa meronce merupakan cara pembuatan benda hias
atau benda pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian bahan yang berlubang yang
disatukan dengan tali atau benang.
Mengacu pada penelitian di atas, maka peneliti menekankan pada peningkatan ketrampilan
motorik halus anak melalui meronce. Kegiatan pembelajaran motorik halus ditekankan pada
peningkatan kemampuan mengambil benda dengan jari, memindahkan benda dari tangan
yang satu ke tangan yang lain, memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah. Penelitian
yang relevan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lolita Indraswari
(2012) yang berjudul “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa melalui kegiatan mozaik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Kemampuan
yang dicapai yaitu anak mampu menempel kepingan mozaik, anak mampu menyusun
kepingan mozaik dan anak mampu menempel dengan teknik mozaik.
Pembelajaran dengan
Tindakan melaksanakan kegiatan Pembelajaran
meronce dengan manik -
manik
METODE PENELITIAN
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
Data yang diperoleh pada lembar observasi dianalisis, kemudian dilakukan refleksi.
Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara peneliti dan guru kelompok B. Diskusi
bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan yaitu dengan cara
melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul dan segala hal
yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Setelah itu mencari jalan keluar terhadap
masalah-masalah yang mungkin timbul sehingga dapat menentukan upaya perbaikan pada
setiap siklus berikutnya.
4. Refleksi
Refleksi mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Jika aterdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan
proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya.
1. Observasi
2. Dokumentasi
Selain berupa foto, metode dokumentasi yang digunakan berupa kumpulan hasil kerja
anak yang dapat menggambarkan sejauh mana keterampilan anak berkembang. Dokumentasi
tersebut berupa hasil karya yang dikumpulkan setelah anak mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Dengan hasil karya ini, maka kemampuan anak dalam mengembangkan
motorik halus melalui kegiatan meronce dapat diketahui dan dapat dijadikan sebagai bukti
otentik sekaligus bahan evaluasi terhadap perkembangan kemampuan anak dalam
menggunakan mata dan tangannya dalam mengembangkan ketrampilan motorik halus.
Keterangan :
NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R : Skor mentah yang diperoleh anak
SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 : Bilangan tetap
Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterpretasikan ke dalam
empat kriteria yang diabil dari kriteria Acep Yoni (2010 : 175-176) yang kemudian
dimodifikasi oleh peneliti. Adapun kriteria interpretasinya adalah sebagai berikut :
BB (Belum Berkembang) : 0 – 25 %
MB (Mulai Berkembang) : 26 % - 50 %
BSH (Berkembang Sesuai Harapan) : 51 % - 75 %
BSB (Berkembang Sangat Baik) : 76 % - 100 %
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran