Anda di halaman 1dari 19

PEMBELAJARAN FUN LEARNING MELALUI KEGIATAN

MERONCE UNTUK MELATIH MOTORIK HALUS PADA ANAK


USIA 4-6 TAHUN DI TK NURYA BIL ILMA JEMBER

FUN LEARNING THROUGH MERONCE ACTIVITIES TO


TRAIN FINE MOTORCYCLE AT 4-6 YEARS AGE AT TK
NURYA BIL ILMA JEMBER

Nurul Sofiyah1, Asri Widiatsih2, Kustiyowati3

Program Studi S2 Teknologi Pembelajaran


IKIP PGRI Jember

nurulsofiyah@gmail.com

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan


Pembelajaran Fun Learning Melalui Kegiatan Meronce Untuk Melatih Motorik
Halus Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di TK Nurya Bil Ilma Jember. Penelitian ini
menggunakan pendekatan studi kasus, sumber data yang diambil dari data
primer dan sekunder, untuk informan penelitian ini menggunakan tehnik
purpossive sampling dan. SedangkanfTeknik pengumpulan data menggunakan
system wawancara mendalam (indepthwawancara), observasi, dan
dokumentasi, Analisa data menggunakan model interaktifbMilles dan A. Michael
Huberman, sedangkan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.
Penelitianini telah menghasilkan temuanse bagai berikut :Pertama, pada
perencanaanyang dilakukan diantaranya, (1). Mengkroscek perencanaan kerja
pada hari sebelumnya, (2). Membuat konsep untuk menindak lanjuti hasil
belajar sebelumnya,(3).Menentukan permainan untuk menghidupkan
Pembelajaran, dan (4). Menentukan media Pembelajaran. Keseluruhan
langkah-langkah tersebut dilaksanakan dalam forum permusyawarahan antar
guru TK.
Guru juga mempertimbangkan efektifitas penggunaan media, efektifitas waktu
serta menfungsikan orang tua dalam pembelajaran skill tertentu. Ketiga, untuk
mengevaluasi Pembelajaran terdiri dari beberapa bagian diantaranya, (1).
Kontrol secara internal, yaitu melalui pengawasan kinerja pada guru-guru, (2).
Kontrol sisi eksternal, yaitu melalui tingkat kepuasan orang tua siswa. Bentuk
instrument evaluasi berpedoman pada kurikulum yang berlaku, sedangkan
evaluasi yang dilakukan orang tua dengan cara mereview anak.
Kata Kunci: Fun Learning, Motorik Halus.

Abstract: The purpose of this study was to describe the Fun Learning through
Meronce Activities to Train Fine Motorics in Children aged 4-6 Years at Nurya
Bil Ilma Kindergarten, Jember. This study uses a case study approach, data
sources are taken from primary and secondary data, for the informants of this
study using purposive sampling technique and. While the data collection
techniques used in-depth interviews (independent interviews), observation,
and documentation. Data analysis used the interactive model of Milles and A.
Michael Huberman, while the validity of the data used triangulation of sources.
This research has resulted in the following findings: First, the planning carried
out includes, (1). Cross-check work planning on the previous day, (2). Creating
concepts to follow up on previous learning outcomes, (3) Determining games
to bring learning to life, and (4). Determine the Learning media. All of these
steps are carried out in a deliberation forum between kindergarten teachers.

51
The teacher also considers the effectiveness of using media, the effectiveness
of time and the functioning of parents in learning certain skills. Third, to
evaluate learning consists of several parts, (1). Internal control, namely
through monitoring the performance of teachers, (2). External side control,
namely through the level of satisfaction of the parents of students. The form of
evaluation instrument is based on the applicable curriculum, while the
evaluation is carried out by parents by reviewing children.
Keywords: Fun Learning, Fine Motoric.

PENDAHULUAN 2007: 210-219). Keterampilan motorik


Pendidikan Anak Usia Dini menurut anak padagusia 4-5 tahun lebih banyak
UUvNomor 20 Tahunv2003 Bab I Pasal 1 berkembang pada motorik kasar, setelah
Ayat 14 adalah suatu upaya pembinaan usia 5 tahun baru terjadi perkembangan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir padagmotorik halus.
sampai dengan usia enam tahun yang Penguasaangketerampilan pada
dilakukan melalui pemberian stimulus motorik juga dapat memacu anak untuk
pendidikan untuk membantu pertumbuhan menekuni bidang tertentu sejak dini seperti
dan perkembangan jasmani dan rohani bermain musik, melukis, membuat
supaya anak memilikifkesiapan dalam kerajinan, membuat gambar desain, dan
memasuki pendidikan lebih lanjut. lain sebagainya. Banyak sekali anak usia
Pendapat lain tentang anak usia dini muda yang menonjolgbakatnya karena
menurut NAEYC (National Association for kemampuan motorikghalus yang baik.
The of Education Young Children) anak usia Berdasar hasil observasi pada
dini adalah anak yang baru dilahirkan kemampuan awal anak yang sudah cukup
sampai usia 8 tahun (Sumantri, 2005). baik.Kegiatan pembelajaran TK Nurya Bil
Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini Ilma Jember didesain oleh guru dengan
menurut Hibbana S. Rahman (2002: 4) menggunakan berbagai pendekatan,
yaitu: Pusat kepribadian anak (child media dan sarana prasarana pembelajaran
development centre) yaituBmemberikan lainnya. Guru menjadi kunci dalam
kesempatan kepada anak untuk memenuhi pembelajaran baik dari awal perencanaan,
kebutuhan jasmani dan rohani serta pelaksanaan, dan evaluasinya. Kegiatan
mengembangkan bakatnya secara optimal. tersebut berada dalam rangkaian
Pusat kesejahteraan anak (child welfare kurikulum, dengan demikian guru harus
centre) maksudnya taman kanak-kanak mampu melakukan pengembangan-
memberikan kesejahteraan yang pengembangan kurikulum anak usia dini
diperlukan anak pada dalam masa dengan memperhatikan: Pertama,
mudanya. Sebagai usaha untuk kurikulum berfokus pada keseluruhan
memajukan masyarakat dengan membina perkembanganganak dan dibuat secara
anak sedini mungkin secara terencana terprogram dengan mengintegrasikan
mantap dan tanggung jawab. pada semua bidang pengembangan.
Pembelajaran yang disampaikan guru Kedua, tenaga pengajar sebagai
melalui bermain menjadi lebih bermakna pengembang kurikulum setidaknya
dan mudah dipahami oleh anak. Anak lahir memiliki pemahaman yang memadai teori
dengan membawa berbagai potensi dan perkembangan dan belajar. Ketiga, anak
kecerdasan yang ada pada dirinya. adalah peserta didik aktifbsehingga
Pendidik perlu menggali potensi anak pendekatan yangBpaling tepat dalam
dengan memfasilitasi supaya pembelajaran anak usia dini dengan
perkembangan anak dapat berjalan sesuai kegiatan bermain dan keempat, kurikulum
dengan tahapan serta berkembang dengan haruslahamerefleksikan peranakonteks
optimal. Menurut Hurlock (Lismadiana, sosial dan budaya sesuai dengan tahapan
2013: 105) perkembangangmotorik perkembangan anak(Yuliani dan Bambang,
merupakan perkembangan pengendalian 2010: 17).
gerak jasmani denga kegiatan pusat Peneliti akan mengeksplorasi
syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi. keterampilan motorik halus melalui
Aspek perkembangan motorik terdapat dua kegiatan meronce. Anak dapat mengetahui
unsur yaitu keterampilan motorik kasar proses pembuatan media sebelum
dan keterampilan motorik halus (Santrock, digunakan untuk bermain. Pendidik juga

52
dapat melibatkan anak secara langsung dapat meningkatkan prestasi belajar
dalam proses pembelajaran seperti peserta didik (Darmasyah, 2011,45).
mengenalkan bahan dan alat yang akan
digunakan disinilah akan menghasilkan 2. Cara Menciptakan Strategi Fun
model. Anak akan lebih tertarik dan Learning
antusias karena penggunakan media Strategi fun learning adalah bentuk
pembelajaran yang berbeda. kegiatan meraih ilmu dengan cara sangat
Alasan yang lain, anak dapat menyenangkan tanpa ada unsur paksaan,
bereksplorasi membuat bentuk yang sesuai sehingga proses belajar dilakukan
keinginan sendiri, anak akan merasa “bermain sambil belajar”. Kegiatan ini
senang dengan media belajar yang dirancang dengan memperhatikan
berbeda. Kegiatan meronce ditujukan psikologi perkembangan anak, sehingga
untuk melatih koordinasi mata dan tangan dapat menghilangkan kejemuan anak
anak agar dapat berkembang. Terkadang dalam menjalankan rutinitas belajarnya
anak juga kurang antusias dalam kegiatan sehari-hari. Penyajian fun learning
meronce tersebut karena dalam kegiatan disesuaikan dengan kemampuan daya
tersebut dibutuhkan konsentrasi dan nalar anak. Fun learning memiliki dua
kesabaran dalam memasukkan benda macam kegiatan, yaitu:1) Permainan
maupun dalam memegang benda-benda ketangkasan fisik dan mental; 2)
yang kecil. Selain itu koordinasi mata dan Permainan kecerdasan dan pengetahuan.
tangan untuk menyelesaikan kegiatan Penyatuan pembelajaran dengan
meronce tersebut sangat berfungsi sekali, bermain merupakan sebuah sistem yang
tetapi dalam kenyataannya anak masih ada mengintegarasikan komponen
yang belum sabar untuk menyelesaikan pembelajaran dengan permainan.
kegiatan tersebut. Komponen pembelajaran terdiri dari
Dari masalah di atas merupakan tujuan, materi, metode, media, kurikulum
suatu ide bagi kami untuk mengambil dan evaluasi. Begitupun dengan permainan
sebuah judul dalam penelitian agar dapat jika dikontekskan pada komponen
membantu guru dalam meningkatkan pemmbelajaran, yakni terdiri tujuan
kemampuan motorik halus anak yaitu permainan dalam pembelajaran, materi
dengan kegiatan meronce. Penelitian pemainan, metode permainan, alat
dengan judul Pembelajaran Fun Learning permaian dan evaluasinya. Jika
Melalui Kegiatan Meronce Untuk Melatih dihubungkan dengan input dan outputnya
Motorik Halus Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di maka sebagaimana di bawah ini;
TK Nurya Bil Ilma Jember.
Tujuan
permainan
KAJIAN TEORI Inp Materi Out
1. Fun Learning ut pemainan put
Fun learning atau belajar ceria
merupakan sebuah program yang Metode
menyeimbangkan fungsi otak kanan dan permainan
otak kiri. Fun learning menjadi salah satu
strategi yang menawarkan sesuatu yang Gambar.2.1 Komponen Pembelajaran
baru dalam proses pembelajaran, yaitu Bermain
dengan cara aktivitas belajar „disulap‟
menjadi sesuatu yang menyenangkan atau 3. Jenis-jenis atau Permainan Dalam
fun. Ketika siswa belajar dalam keadaan pembelajaran
yang menyenangkan hatinya, maka Berbicara terkait learning by playing,
otaknya akan terkondisi untuk menyerap tentu juga bicara tentang jenis permainan
informasi pelajaran dengan optimal yang digunakan dalam pembelajaran.
(Maulani, 2008: 41). Dengan kata lain juga akan membahas
Bobbi De Porter berpendapat bahwa tentang beragam jenis permainan pada
strategi pembelajarangmenyenangkan anak. Terkait hal ini, tentu sangat
(Fun learning) adalah strategi yang bervarian dan banyak jumlahnya sangat
digunakan dalam menciptakan lingkungan banyak untuk dibahas. Dengan demikian
belajar yang efektif, menerapkan perlulah dibuat klasifikasi terlebih dahulu
kurikulum, menyampaikan materi, untuk membahas beragama permainan
memudahkan dalamgproses belajar yang yang dapat juga menjadi ragam jenis
52
permainan yang dapat diadopsi dalam Teori ini berasal dari Karl Gross,
sebuah pembelajaran. seorang bangsa Jerman. Teori ini
dinamakan teori biologis. Anak-anak
4. Teori-Teori Permainan bermain oleh karena anak-anak harus
Ada teori yang menjelaskan arti serta mempersiapkan diri dengan tenaga dan
nilai permainan yaitubsebagaivberikut: pikiran untuk masa depannya. Seperti
1. TeorivRekreasi halnya dengan anak-anak binatang yang
Teori ini berasal dari Scaller dan bermain latihan untuk mencari nafkah,
Lazzarus, keduanya ilmuan bangsa maka anak manusiapun bermain untuk
Jerman, yang berpendapat bahwa melatih organ-organ jasmani dan
permainan merupakan kesibukan untuk rohaninya untuk menghadapi masa
menenangkan pikiran atau beristirahat. depannya. Misalnya: Si Ani, bermain
Orang melakukan kesibukan bila ia tidak boneka, oleh karena ia nanti akan
bekerja. Maksudnya untuk mengganti memelihara anaknya. Si Amin sebagai
kesibukan bekerja dengan kegiatan lain petani bermain mencangkul, membajak
yang dapat memulihkan tenaga kembali. agar sesudah besar ia cakap menggunakan
Misalnya karena payah belajar, maka alat-alat pertanian itu, (Sujianto, 2002:29-
anak-anak harus beristirahat untuk 30).
bermainmain. Tetapi tidak sedikit 5. Teori Psikologi Dalam
permainan yang menguras tenaga Teori ini berasal dari Sigmun Freud
misalkan berlari-larian, maen bola dan dan Adler, kedua tokoh itu membahas
lain-lain. (Zulkifly, 2003:43). permainan dari sudut pandang psikologi
2. Teori Pelepasan dalam. Menurut teori ini, permainan adalah
Teori ini berasal dari Herbert Spencer penampilan dorongan yang tidak disadari
ahli piker bangsa Inggris, yang pada anak-anak dan orangfdewasa. Ada
mengatakan bahwa dalam diri anak dua dorongan yang paling penting pada diri
terdapat kelebihan tenaga. Sewajarnya ia manusia. Menurut Adler adalah dorongan
harus mempergunakan tenaga itu melalui berkuas, Frued juga berpendapat bahwa
kegiatan bermain. Anak mengosongkan dorongan seksual atau libidofseksualis.
tenaga yang berleih di dalam dirinya, yaitu Adler berpendapat bahwa permainan
tenaga yang sudah tidak dipergunakannya memberikan pemuasan kompensasi
lagi. Anak-anak kelebihan tenaga karena terhadap perasaan-perasaan diri yang
mereka tidak mempergunakan tenaganya lebih yang fiktif. Dalam permainan tadi
itu seperti halnya orang dewasa juga bisa disalurkan perasaan yang lemah
membutuhkan banyak tenaga melakukan dan perasaan-perasaan rendah hati.
tugas-tugasnya, kelebihan tenaga itu Sedangkan, menurut Frued, perasaan-
harus dipergunakan, paling tidak harus perasaan dan dorongan-dorongan seksual
dilepaskan dalam kegiatan bermain-main. infantile, yang disebabkan ke dalam
Dengan demikian dapat tercapai ketidak sadaran atau diodorong di alam
keseimbangan di dalam dirinya, (Zulkifly, bawah sadar itu menemukan pemuasan
2003:43). simbolis dalam bentuk maca-macam
3. Teori Atavitis permainan.
Teori ini berasal dari Stanley Hall, ahli 6. Teori Fenomonologi
psikologi bangsa Amerika yang Teori ini berasal dari Kohnstamm ahli
berpendapat bahwa anan-anak itu bermain psikologi bangsa Belanda. Menyatakan
oleh karena ia harus mengulang permainan merupakan suatu fenomena
perkembangan hidup manusia yang atau gejala yang nyata, yang terdapat
berabad-abad ini secara singkat. Karena unsur suasana permainan. Dorongan
didalam perkembangan hidupnya, manusia bermain merupakandorongan untuk
itu melalui beberapa tingkat berburu, menghayati suasana bermain itu. Yakni
tingkat bertani, tingkat berdagang dan tidak khusus bertujuan untuk mencapai
lain-lain. Keberatan teori ini: (1) Anak- prestasi-prestasi tertentu, akan tetapianak
anak di zaman modern, disamping main bermain untuk permainan itu sendiri. Jadi
mobil-mobilan, juga masih bermain tujuan permainan adalahfpermainan itu
panahan. (2) Anak-anak perempuan sendiri. Dalam suasana permainan itu
bermain berdagang, tetapi juga senang terdapat faktor Kebebasan, harapan,
bermain kejar-kejaran. kegembiraan, unsur ikhtiar dan siasat
4. Teori Biologis untuk mengatasi hambatan serta
perlawanan, (Kartini, 1995:120-121).

53
f. Melatih koordinasigmata juga tangan
5. Pengertian Meronce pada dasarnya kegiatan meronce
MenurutfSumanto (2005:4159) manic-manik diharapkan mampu
meronce adalah cara membuat benda hias membantu
atau bendagpakai yanggdilakukan dengan meningkatkangkonsentrasi, kreatifitas
menyusungbagian-bagian bahan dan motorikghalusfanak.
berlubang atau sengaja dilubangi memakai
bantuan benang, tali dangsejenisnya. 7. BahangdangAlatgMeronce
Menurutg(Sumantri, 2005:r151) meronce Bahangdangalat yang
merupakan contoh kegiatan digunakan dalam meronce
pengembanganghmotorik halus di TK, manik sangatfsederhana. Bahan dasar
kegiatan menguntai dengan membuat yang digunakangsecara umum untuk
untaian dari bahan-bahan yang berlubang, meronce meliputi bahan alamfdan bahan
disatukan dengan tali atau benang. Dari buatan. Bahanfalam adalah semua jenis
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahanfyang dapat diperolehgdari
bahwa meronce merupakan cara lingkungan alamfsekitar. Contoh dari
pembuatan benda hias atau benda pakai bahan alam adalah bunga segar, buah-
yang dilakukan dengan menyusun bagian buahan, bunga kering, daun kering, ranting
bahanfyang berlubangfyang disatukan dan biji-bijian.
dengan tali ataupun benang. Dalam
kaitannya dengan pembelajaran di TK 8. Tahap Meronce
bahwa meronce adalah kegiatan berlatih Kegiatan meroncehmempunyai
berkarya senirupa yanggdilakukan dengan beberapa tahapgperkembangan. Anak
cara menyusun bagian bahan yang dapat dapat dikatakan siap diajari membaca bila
dibuat bendafhias atau benda pakai sudahfbisafmeronce
dengan memakaifbantuan alat rangkai dengangmenggunakan pola. Anak sudah
sesuai dengan tingkat kemampuan anak. bisa mulai mengklasifikasikan sesuatu
Dalam kenyataannya anak-anak TK pada tahapan ini. Selain itu dalam
atau anak usia dini meronce dengan pelajaran membacaganak harusgbisa
menggunakan manik-manik, sedotan membedakan bentuk huruf yang berbeda-
maupun dengan kertas. Meronce ini juga beda. Sama halnyafdengan meronce anak
termasuk salah satu stimulasi untuk jugaf bisafmembedakan bentuk manik-
mengasah kemampuan motorik halus manik juga warna yang akan disusun.
anak. Inti dari kegiatan meronce ini anak Tahap meroncegmenurut Dit PADU,
bisa memasukkan tali ke dalam manik- DitjengPLSP, Depdiknas SekolahgAl-Falah
manik, anak mampu menyebutkan warna Jakarta TimutgThe Creative Center for
manik-manik, anak bisa menyusun manik- ChildhoodgResearch andgTraining, Inchdi
manik yang berwarna-warni, anak dapat antaranya:
belajar berhitung dan anak dapat (a) Permainan mengosongkan atau
menemukan nama benda hasil dari mengisi.
roncean. (b) Merangkaigterus-menerus.
(c) Merangkaigberdasarkangwarna.
6. Manfaat meronce (d) Merangkaigberdasarkangbentuk.
Mengisi waktu bersama anak-anak (e) Merangkaigberdasarkan
sekaligusgmelatihgmotoriknya juga pengelompokkanfbentuk, warna.
menyenangkan bagigpendidikgmaupun (f) Merangkai berdasarkan bentuk,
orang tua. Salah satu kegiatan positif bagi ukuran.
motorik anakgyaitugmeronce atau (g) Merangkaifberdasarkan warna,
menyusun manic-manik. Menurut Sumanto bentuk dan ukuran.
(2006:141) manfaat meronce antara lain: (h) Membuatfpola sendiri.
a. Meningkatkangkemampuan motorik (i) Membacagpola kartu dari
halus pada anak bermacam-macamvtingkat
b. Meningkatkangkonsentrasiganak kesulitan.
c. Mengenalganekagwarna
d. Mengenal berbagai bentuk dan tekstur 9. Langkah-langkah Meronce
e. Mengasahgkesabaranfanakguntuk Dalam tahapan meronce
memecahkan masalah dari manik- sudah dijelaskan untuk langkah-
manik menjadi kalu melalui langkah melaksanakannya sampai selesai.
serangkaiangproses Dari tahapan tersebut dapat dijadikan

54
pedoman untuk melaksanakan kegiatan d. Memiliki pemahaman dasarftentang
meronce. Dalam hal ini meronce akan kanan juga kiri tetapgmencampurnya
dilaksanakan dengan menggunakan bahan pada suatu saat
manik-manik, sedotan, manik-manik e. Menyalindberbagai bentuk;
balok. Untukvlangkah-langkah mengkombinasikan 2 bentuk geometri
pembelajaran kegiatan meronce menurut atau lebih dalam gambar dan kontruksi
Sumanto (2006:144) difantaranya: f. Menggambarsorang; mencetak huruf
1) Siapkangpotongan benangfuntuk secara kasardtetapi kebanyakan dapat
dibagikan pada masing-masing anak; dikenal oleh orang dewasa, termasuk
2) Siapkangmanik-manik sesuai dengan konteks ataudpemandangan dalam
yang diharapkan; gambar; mencetakdnama pertama
3) Kondisikanfanakysebelum kegiatan g. Membukafreseliting mantel;
meronce dimulai; memasang kancingddengan baik,
4) Kenalkan anak bahan yang digunakan mengikat sepatuddengan bantuan
untukgmeronce; orang dewasa, berpakaian.
5) memberikan contoh padakanak
tentang kegiatangmeronce; 11. TujuanfPengembangan Motorik
6) Manik dironcegdengan benang satu Halus
persatu sesuaigdengan contoh tenaga Tujuan pengembangan motorik halus
pengajar; menurut Sumantrid (2005: 2146) adalah
7) meronce dapatgdikombinasikan anak:
dengan bahan lainnyafseperti sedotan. a. Mampu mengembangkanfkemampuan
8) Jika selesai ujung benang sementara motorik halus yangfberhubungan
diikatfdengan ujunggbenangfpada dengan keterampilandgerak kedua
pangkal agar tidakglepas. tangan.
b. Mampu menggerakkanfanggota tubuh
10. Motorik Halus yang berhubunganddengan gerak jari
Perkembangan ialah pola perubahan jemari seperti: kesiapan menulis,
yang dimulai sejak pembuahan dan menggambar, juga memanipulasi
berlanjutgsepanjanggrentang hidup benda.
(Santrock, 2007: 7). Motorikbmerupakan c. Mampudmengkoordinasi indera mata
perkembangan pengendalianvgerakan dengan aktivitasdtangan.
tubuh melaluigvkegiatan yang terkoordinir d. Mampudmengendalikan emosi dalam
antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal beraktivitasdmotorikrhalus.
cord. Perkembangan motorik ialah proses Tujuan secaradkhusus
sejalan dengan bertambahnya usia secara pengembangan motorik halus untuk anak
bertahap dan berkesinambungan gerakan usia TK adalah anakedapat menunjukkan
individu meningkat yang keadaan kemampuandmenggerakkan anggota
sederhana, tidak terorganisasi,gdan tidak tubuhnyaddan terutama terjadinya
tidak terampil ke arah penampilan koordinasidmata dan tangan sebagai
keterampilan motorik yang kompleks dan persiapanduntuk mengenal menulis
terorganisasi dengan baik, yang pada (Puskur,dBalitbang Depdiknas,22002).
akhirnya kearah penyesuaian keterampilan
menyertai terjadinya proses menua atau 12. TeoridBelajar Keterampilan
menjadi tua (Sumantrif, 2005). MotorikeHalus
Menurut BredekampgdangCopple Teori yang dipakai peneliti sebagai
(Ramli, 2005: 2191-192), perkembangan landasanrdalamrmelakukan penelitian:
motorik halus anak usia lima tahun adalah TeoridBelajar Behavioristik, Peserta
sebagai berikut: didik akan mengalami peningkatan
a. Memukul denganfkepala palu; kemampuannya jika dalam proes
menggunakanggunting dan obeng pembelajaran anak diajak untuk belajar
tanpa bantuan melakukan hal/kegiatan pembelajaran
b. Membangunfkerangka balok tiga yang akan meningkakan aspek
dimensi;fmengerjakan 10-15 buah kemampuan yang akan ditingkatkan oleh
teka-tekifdengan mudah pendidik. Dalam prosesdbelajar ini,
c. Sukafmelepasvbenda dan menurut teori belajarfbehavioristik
merangkainyadkembali serta menekankan adanya stimulus dan respon.
melepaskan dan memasangkan baju. Menurut TeorifBehavioristik (Asri
Budiningsih, 2004: 20), belajar adalah

55
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari dibandingkan dengan TK swasta lainnya di
adanya interaksi antara stimulus dan wilayah sekitarnya.
respon. Dengan kata lain, belajar Penelitian kualitatif ini menggunakan
merupakan bentukfperubahan yang pendekatan studi kasus, sebab dalam studi
dialami siswa dalamfhal kemampuannya atau penelitian ini memerlukan
untuk bertingkah laku denganDcara yang penghayatan dan interpretasi terhadap
baru sebagai hasil interaksi antara stimulus perilaku guru-guru dan siswa anak usia
dan respon. Teori ini mengutamakan dini. Dari lima rancangan penelitian
pengukuran, apa saja yang diberikan guru tersebut yang dipergunakan peneliti dalam
(stimulus), dan apa saja yanggdihasilkan penelitian ini adalah studi kasus (case
siswa (respons), semuanya harus dapat study) yang menurut Bogdan adalah suatu
diamati dan dapat diukur. strategi penelitian yang mengkaji secara
Faktor lain yang juga dianggap rinci suatu latar atau suatu subyek atau
penting oleh aliranfbehavioristik adalah suatuFtempat penyimpananFdokumen
faktor penguatanf(reinforcement). atauDsuatuVpristiwa tertentu.
Penguatan adalahfapa saja yang dapat Studi ini menggunakan studi kasus
memperkuat timbulnyasrespon. Bila untuk mendiskripsikan penerapan
penguatanqditambahkan (positive keterampilan meronce untuk melatih
renforcement) maka respon akan semakin motorik halus anak usia dini yang
kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi merupakan gejala sosial (social action)
(negatif reiforcement) responpun akan yakni interaksi antara para guru dan
tetap dikuatkan. Salahfsatu tokoh yang peserta didiknya. Sehingga dalam konteks
memperkuat teori inifadalah Skinner. ini peneliti memahami proses tersebut
dengan menggunakan sudut pandang
persepsi emik, yang menurut Moleong
METODE adalah suatu pendekatan yang berusaha
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian memahami suatu fenomena yang
Penelitian ini ialah penelitian berangkat titik dari dalam (internal atau
kualitatif. Dalamdpenelitian kualitatif domestik) (Moleong, 2006: 83).
manusia adalahfsebagai sumber data Sasaran studi ini adalah perilaku atau
utama dan hasil penelitiannya berupa kata- tindakan-tindakan, yang dipergunakan dan
kata atau pernyataan yang sesuai dengan dilakukan oleh guru dalam mengelola
keadaan sebenarnya (alamiah). Hal ini pembelajaran serta siswa selalu objek dan
sesuai dengan pendapat Denzin dan subjek dalam pembelajaran. Berkaitan
Lincoln yang mengatakan bahwa penelitian dengan hal tersebut, maka pendekatan
kualitatif adalah penelitian yang penelitian kualitatif yang sesuai adalah
menggunakan latar alamiah, dengan Studi Kasus.
maksud menafsirkanffenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan 2. Kehadiran Peneliti
melibatkan berbagaifmetode yang ada Peneliti selaku instrumenRutama
(Moleong,E2006:35). masuk ke latar penelitian agarFdapat
PenelitianFini bertujuan berhubungan langsung dengan informan,
mendapatkan gambaran mendalam dapat memahami secara alami kenyataan
tentang penerapan keterampilan meronce yang ada di latar penelitian,Fberusaha
untuk melatih motorik halus anak usia 4-6 mengatasi berbagai persoalan yang terjadi
Tahun di Di TK. Nurya Bil Ilma Jember di lapangan. Peneliti berusahaFmelakukan
dengan pendekatan kualitatif. Data interaksi dengan informanFpenelitian
dikumpulkanGdariFlatar yang alami secara wajar dan menyikapi segala
(natural setting)Fsebagai sumber data perubahan yang terjadi di lapangan,
langsung. berusaha menyesuaikan diri dengan situasi
PenelitianFiniDdiharapkan dapat dan kondisi lokasi penelitian.
menemukan sekaligus mendeskripsikan Hubungan baik yang tercipta antara
data secara menyeluruh dan utuh peneliti dengan informan
mengenai penerapan keterampilan penelitianFselama berada di lapangan
meronce melatih motorik halus anak usia adalah kunci utama keberhasilan
dini.DLembagaDpendidikan Islam yang pengumpulanFdata. Hubungan yangFbaik
menjadi objek penelitian ini adalah Di TK. dapatFmenjaminFkepercayaan danFsaling
NuryaFBil Ilma Jember terlihat pada pengertian.
prestasiDakademiknya yang lebih baik jika

56
3. Lokasi Penelitian ini baru berhenti setelah informasi yang
Lokasi penelitian ini mengambil latar diperoleh di antara informan yang satu
belakang tempat dan masalah didaerah dengan yang lainnya mempunyai
yang jarang menjadi objek kajian kesamaan.
penelitian, peneliti mengambil penelitian di
Penelitian dilakukan di ruang kelas dan 5. Prosedur PengumpulanSData
halaman TK. Nurya Bil Ilma Jember, Peneliti menggunakanFbeberapa
disebabkan beberapaFhal, Walaupun teknik pengumpulan data,syaitu a.
lembaga baru namun mampu bersaing Wawancara mendalams(indepth
dengan lembaga lainyaTdi kecamatan interview), b. Pengamatansperan serta
Patrang, walaupun lembaga swasta kinerja (participantsobservation), dan c.
guru-gurunya bersaing dengan guru dokumentasi.
Negeri. 1. TekniksWawancaradMendalam
(indepth interview)
4. Sumber Data 2. Teknik Pengamatan Peran Serta/
Menurut cara memperolehnya, data Participant Observation
dapat dikelompokkan menjadi dua macam, 3. TeknikdDokumentasi
yaitu data primer dan data sekunder. Data Disamping metodeswawancara dan
primer adalah data dalam bentuk verbal observasi partisipasi,speneliti juga
atau kata-kata yang diucapkan secara menggunakan metodeddokumentasi. Data
lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dokumentasi iniddigunakan untuk
dilakukan subyek yang dapat dipercaya, melengkapi datasyang diperoleh dari
dalam hal ini adalah subyek penelitian wawancara dansobservasi partisipasi. Yang
(informan) yang berkenaan dengan dimaksudsdengan dokumen menurut
variabel yang diteliti (Arikunto, 2006 :22). Bogdansdan Biklen sebagaimana dikutip
Dalam penelitian tentang penerapan olehsRulam Ahmadi disini adalah mengacu
keterampilan melipat, menarik garis dan padasmaterial (bahan) seperti fotografi,
menuang biji dapatFmelatih motorik halus video,_film, memo, surat, diari, rekaman
anak usiaFdini Di TK. Nurya Bil Ilma Jember kasussklinis, dan sejenisnya yang dapat
adalah informasi yang terdiri dari kepala digunakanXsebagai informasi suplemen
TK, para guru, Peserta didik dan Wali sebagai bagian dari kajian kasus yang
Murid. sumber data utamanya adalah obeservasi
Latar belakang ditetapkannya Kepala partisipan atau wawancara.
Sekolah dan para guru sebagai informan
bagi peneliti iniDkarena; pertama, mereka 6. Analisis Data
sebagaiFpelakuDyang terlibat langsung Analisis data, menurutdBogdan dan
dalamDsetiap kegiatan di TK. Nurya Bil Taylor adalah analisis datassebagai proses
IlmaDJember, kedua, mereka mengetahui yang merinci usahassecara formal untuk
secara langsung tentang persoalan yang menemukan temasdan merumuskan
akan dikaji oleh peneliti; Ketiga, mereka hipotesis kerjas(ide) seperti yang
lebih menguasai berbagai informasi secara disarankan olehddata dan sebagai usaha
akurat berkenaan dengan permasalahan untuk memberikansbantuan pada tema
yang terjadi di TK. Nurya Bil Ilma Jember. dan hipotesisskerja itu. Sedangkan
Kemudian,Funtuk memilih dan menurut Pattonsadalah proses mengatur
menentukanDinforman dalam penelitian urutan data,smengorganisasikannya ke
ini, penulisDmenggunakan tehnik dalam suatuspola, kategori dan satuan
purpossiveSSampling yaitu sampel uraian dasar. Sedang Moleong mengatakan
bertujuanSdan tehnik snowball sampling. analisissdata adalah proses
PenggunaanStehnik purpossive sampling menorganisasikansdan mengurutkan data
dimaksudkanSadalah mengadakan cross ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian
chek terhadap berbagai informan yang dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
berbeda, sehingga diharapkan akan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
mendapatkan informasi yang akurat dan yang disarankan oleh data, (Moleong,
dapatSdipertanggung jawabkan 2006: 280).
keabsahannya. Mengingatspenelitian ini
Sementara itu, penggunaan snowball menggunakansrancangan studi kasus,
sampling ini diibaratkan sebagai bola salju maka dalamsmenganalisis data Analisis
yang menggelinding, semakin lama data kasussindividu (individual case).
semakin besar. Sehingga proses penelitian Analisis dataskasus individu dilakukan di

57
TK. NuryasBil Ilma Jember, peneliti perizinan penelitian kepada subyek
melakukan interpretasi terhadap data yang penelitian
berupa kata-kata, sehingga diperoleh 3. TahapSkegiatan lapangan, tahap ini
makna (meaning). Karena itu analisis meliputiSpengumpulan data-data
dilakukansbersama-sama dengan proses yangSterkait dengan focus penelitian.
pengumpulan data, serta setelah data 4. Tahap analisis data, tahap ini meliputi
terkumpul. kegiatan mengolah dan mengorganisir
Proses3analisis data dimulai dengan data yang diperolehSmelalui
menelaahwseluruh data yang tersedia dari observasi, wawancara mendalam dan
berbagaiwsumber, yaitu dari wawancara, dokumentasi, setelah ituSdilakukan
pengamatan yang sudah dituliskan dalam penafsiran data sesuai dengan konteks
catatanslapangan, dokumen pribadi, permasalahan yang diteliti.
dokumensresmi, gambar, foto, dan Selanjutnya dilakukan pengecekan
sebagainya. Setelah di pelajari dan keabsahan data dengan cara mengecek
ditelaah,slangkah berikutnya ialah sumber data dan metode yang digunakan
mengadakansreduksi data yang dilakukan untuk memperoleh data sebagai data yang
dengansjalansmelakaukan abstraksi. benar-benar valid, akuntabel sebagai
dasar dan bahan untuk pemberian makna
7. PengecekaneKeabsahanSData atau penafsiran data yang merupakan
Pengecekan keabsahanEdata proses penentuan dalam memahami
dibutuhkan untuk membuktikanSbahwa konteks penelitian yang sedang diteliti.
data yangSdiperolehSdapat Tahap penulisanDlaporan, tahap ini
dipertanggungjawabkanSkebenarannya meliputi kegiatan penyusunan hasil
melalui verifikasi data. Moleong penelitian dari semua rangkaian kegiatan
menyebutkan ada empat kriteria yaitu pengumpulan data sampai pemberian
kepercayaan (credibility), keteralihan makna data.
(transferability) ketergantungan
(dependability) dan kepastian
(conformability). (Moleong, 2006: 324). HASIL
DalamSpenelitian ini peneliti ObservasiSyang dilakukan pertama
menggunakanSkriteria kredibilitas. Kriteria kali oleh penelitiSpada bulanSAgustus
kredibilitasSdata digunakan untuk 20192digunakan sebagai dataSpenunjang
menjaminSbahwa data yang dikumpulkan dari2penelitian yang sebenarnya. Dari data
penelitiSmengandung nilai kebenaran, baik tersebut peneliti dapat melihat kebanyakan
bagiSpembaca pada umumnya maupun anak-anak dalam menggunakan
subjekApenelitian. Untuk menjamin kemampuan motorik halus masih ada yang
kesahihanSdata, ada tujuh teknik mengeluh9dan beberapa kendala dalam
pencapaianSkredibilitas data, hal9menyelesaikan9kegiatan. Anak
perpanjanganSkeikutsertaan, ketekunan memerlukan bantuan dan arahan dalam
pengamatan, trianggulasi, pemeriksaan menggunakan9motorik halus, seharusnya
sejawatSmelalui diskusi, kecukupan anak pada usia tersebut sudah bisa
referensial,Skajian kasus negatif dan menggunakan9motorik halus untuk
pengecekanSanggota. melaksanakan9berbagai kegiatan. Maka
dari itu subjek yang diambil dalam
8. TahapanS– Tahapan PenelitianS penelitian9ini sesuai dengan karakter
MenurutSMoleong ada tiga tahapan permasalahan dalam penelitian.
pokok dalam penelitianSkualitatif yaitu: Metode9yang9digunakan untuk
1. TahapSpraSlapangan, yaitu orientasi mengetahui9kondisi awal kemampuan
yangSmeliputi kegiatan penentuan anak9yaitu menggunakan metode
fokus,Spenyesuaian paradigma observasi. Penelitian9mulai dilaksanakan
denganSteori dan disiplin ilmu, dengan komunikasi antara peneliti dengan
penjajakan dengan konteks penelitian guru Kegiatan awal penelitian adalah
mencakup observasi awal kelapangan melakukan observasi terhadap proses
dalam hal ini adalah di TK. Nurya Bil pembelajaran khususnya terhadap
Ilma Jember. pembelajaran yang mengembangkan
2. Penyusunan usulan penelitian dan kemampuan berkreasi yang terkait dengan
seminar proposal penelitian, kemudian kemampuan motorik halus anak.
dilanjutkan dengan dengan mengurus Memasuki kegiatan yang terakhir
guru juga memberikan pijakan sebelum

58
pulang sambil bercakap-cakap, bernyanyi melalui proses perencanaan yang matang.
dan do’a mau pulang. Adapun pemaparan Kesemuanya dilakukan untuk
temuan penelitian secara detail seperti mendapatkan gambaran awal atas segala
berikut: kemungkinan yang akan terjadi,
1. Perencanaan skill meronce dalam mensiasati kemungkinan munculnya
melatih motorik halus anak usia dini Di problem dalam proses pelaksanaan serta
TK. Nurya Bil Ilma Jember solusi yang diharapkan untuk mampu
2. Evaluasi meronce dalam melatih menjawab atas problem yang muncul. Hal
motorik halus anak usia 5-6 Tahun di ini menjadi kewajiban setiap lembaga
TK. Nurya Bil Ilma Jember penyelenggara pendidikan untuk memiliki
Keseluruhan pembelajaran dalam kesiapan dan persiapan yang matang
melatih skill untuk melatih motorik anak- dalam membimbing peserta didik sesuai
anak di TK ini mempunyai karakteristik dan dengan tujuan utama pendidikan, yakni
keunggulan tersendiri. Melihat dari cara- memanusiakan manusia.
cara guru dalam memberikan materi Dalam temuan awal yang disajikan
kepada anak-anak, model evaluasi, pada BAB sebelumnya sangat terlihat,
penggunaan media dan lain-lain. Karena kepala sekolah memiliki peranan besar
memang perbedaan dan karakteristik dalam berlangsungnya perencanaan
masing-masing lembaga yang berbeda bisa pembelajaran, sebagaimana pada
disebabkan karena kondisi lingkungan umumnya, tugas utama kepala sekolah
sekitar, faktor kemampuan guru atau dalam dunia pendidikan adalah sebagai
pengajar serta peran orang tua, semua manager, superviser dan controling.
elemen struktural maupun non struktural Kuatnya atmosfer kekeluargaan antar
sama-sama sebagai Tri Pusat Pendidikan guru-guru di TK. Nurya Bil Ilma Jember
yang saling memberikan pengaruh membuat tugas-tugas struktural dan
tersendiri terhadap pendidikan anak-anak. fungsional dilaksanakan dengan kolektif
Berikut digambarkan perencanaan, (kebersamaan). Namun meskipun
pelaksanaan dan evaluasi meronce perencanaan dilaksanakan secara kolektif,
tersebut secara singkat melaui siklus di tupoksi masing-masing guru tetap berjalan
bawah ini; sebagaimana mestinya.
Tujuan secara9khusus
pengembangan motorik halus9untuk anak
PERENCANAAN usia TK adalah anak dapat9menunjukkan
kemampuan9menggerakkan anggota
tubuhnya9dan terutama terjadinya
koordinasi9mata dan tangan sebagai
PELAKSANAAN
persiapan9untuk mengenal menulis
(Puskur, 9Balitbang Depdiknas, 2002).
Berdasar paparan di atas, dapat diketahui
tujuan dari pengembangan motorik halus
EVALUASI
adalah9mampu mengembangkan
keterampilan motorik yang berhubungan
dengan gerak kedua tangan serta jari
jemarinya, mampu9mengkoordinasi antara
Gambar 1. Siklus Proses Pembelajaran mata dan9tangan, serta dapat
mengendalikan 9mosi melalui aktivitas
motorik halus. 9Tentunya tujuan tersebut
PEMBAHASAN harus diimbangi dengan perencanaan
Selanjutnya peneliti uraikan secara pembelajaran yang matang yang
mendalam mengenai pembahasan sesuai diantaranya adalah pemilihan media
fokus penelitian berikut ini: belajar. Begitu banyak media belajar yang
1. Perencanaan meronce dalam bisa digunakan, namun tidak kesemuanya
melatih motorik halus anak usia mampu menyesuaikan dengan kebutuhan
dini di TK. Nurya Bil Ilma Jember anak.
Dalam menjalankan sebuah progam Dalam pemaparan data yang
pembelajaran di dunia pendidikan, didapatkan oleh peneliti bahwa, pada usia
perencanaan menjadi kebutuhan pertama 2-4 tahun anak-anak masuk dalam
yang harus dilakukan. Tidak mungkin kelompok bermain, usia 4-5 tahun anak-
mengharapkan hasil yang maksimal tanpa anak masuk kelompok kelas A, dan anak

59
usia 5-6 tahun masuk dalam kelompok Dengan demikian perlulah dibuat klasifikasi
kelas B, yang merupakan fokus utama terlebih dahulu untuk membahas
penelitian ini. Skill meronce yang diajarkan permainan yang dapat diadopsi dalam
pada anak dikelas A dan B hampir sejalan sebuah pembelajaran.
dengan apa yang menurut Hurlock (1978: Berdasarkan uraian diatas, dapat
158), dia mengatakan bahwa, disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dalam
Perkembangan fisik atau motorik usia 1-3 menyusun keterampilan motorik pada anak
tahun, anak semakin meningkat dari melalui meronce yaitu, mengacu pada hasil
mampu berjalan menjadi anak yang perencaaan sebelumnya untuk melihat
menguasai berbagai keterampilan fisik sejauh mana perkembangan anak,
yang kompleks, seperti melempar, ketepatan dalam pemilihan media,
menangkap, berlari, menjaga pemilihan permainan utuk mencairkan
keseimbangan, dan menendang. suasana serta yang paling penting adalah
Sedangkan perkembangan fisik atau kolektivitas kerja guru untuk terus
motorik usia 4-6 tahun mencakup dua hal berkoordinasi dalam dalam setiap
yaitu transformasi fisik merupakan perannya mensukseskan kegiatan belajar
perubahan fisik yang terjadi pada anak dan di TK Nurya Bil Ilma ini.
perkembangan gerakan yang terjadi Output akhir dari ketiga skill ini
sangat pesat serta semakin baik. adalah munculnya perubahan-perubahan
Estimasi waktu dalam merumuskan pola tingkah laku anak dalam bersikap,
sebuah perencanaan tidak membutuhkan seperti yang di uraikan oleh Sumantri
durasi yang lama, menurut informan yang (2005: 146) adalah anak, (a). 9Mampu
disampaikan kepada peneliti, perencanaan mengembangkan kemampuan motorik
penggunaan media dan metode halus yang berhubungan9dengan
pembelajaran yang mudah dan ramah keterampilan gerak kedua9tangan, (b).
lingkungan tidak membutuhkan waktu Mampu menggerakkan9anggota tubuh
yang lama dalam merumuskannya. Hanya yang berhubungan dengan gerak jari
saja pelaksanaan perencanaan itu biasa jemari seperti: 9kesiapan menulis,
dilaksanakan sebelum jam pelajaran menggambar, dan9memanipulasi benda-
sekolah dimulai atau ketika jam pulang benda, (c). Mampu9mengkoordinasi indera
sekolah telah usai. mata dengan aktivitas tangan, (d). Mampu
Estimasi waktu tidak terlalu menjadi mengendalikan9emosi dalam beraktivitas
hambatan besar untuk bisa menyesuaikan motorik halus.
waktu guru-guru mengajar dan Target capaian belajar pada anak
menyiapkan perlengkapan pembelajaran. memang bergantung sejauh mana
Akan tetapi meskipun waktu perencanaan kematangan akan perencanaan-
bisa dilakukan setiap saat, para guru tetap perencanaan kerja itu dirumuskan,
mampu menjalakan amanah untuk tentunya dengan proses yang matang akan
bersama-sama mensukseskan menghasilkan output yang berkualitas dari
perencanaan belajar yang telah pada peserta didik itu sendiri, perubahan-
dimusyawarahkan sebelumnya secara perubahan sikap itu bisa sangat variatif
bersama. dan bisa saja berubah-ubah (fluktuatif).
Beberapa hal dalam perencanaan Perencanaan pembelajaran fun
yang perlu menjadi perhatian adalah learning juga berbicara penggunaan media
pemilihan game, peneliti belum dan metode. penggunaan media tersebut,
menemukan rangkaian game apa saja pelaksanaanya dikembangkan dengan
untuk menunjang kemampuan motorik metode dan media sendiri yang ada
halus anak. Karena disadari atau tidak, disekitar lingkungan sekolah serta mudah
pengaruh permainan terhadap proses dikenal atau mudah dijangkau oleh anak,
belajar anak adalah untuk menghindari seperti media meronce berbagai macam
kejenuhan pada anak serta menjadikan bentuk, warna dan pola-pola meronce
suasana belajar tetap hidup. Berbicara termasuk media yang dikembangkan
terkait fun learning, tentu juga bicara sendiri oleh sekolah.
tentang jenis permainan yang digunakan Beberapa hal dalam perencanaan
dalam pembelajaran. Dengan kata lain yang perlu menjadi perhatian adalah
juga akan membahas tentang beragam pemilihan game, peneliti belum
jenis permainan pada anak. Terkait hal ini, menemukan rangkaian game apa saja
tentu sangat bervarian dan banyak untuk menunjang kemampuan motorik
jumlahnya sangat banyak untuk dibahas. halus anak. Karena disadari atau tidak,

60
pengaruh permainan terhadap proses dengan harapan pada waktu perencanaan.
belajar anak adalah untuk menghindari Namun dari berbagai faktor-faktor yang
kejenuhan pada anak serta menjadikan mempengaruhi kejadian itu, ada sebuah
suasana belajar tetap hidup dan momentum yang bisa dimanfaatkan oleh
menyenangkan. Berbicara terkait fun guru untuk melihat sejauh mana target dan
learning, tentu juga bicara tentang jenis capaian itu terlaksana, serta menjadi
permainan yang digunakan dalam bahan evaluasi untuk kedepannya.
pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh
Berdasarkan kajian dilapangan, kepala sekolah bahwasanya begitu banyak
dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas
prinsip-prinsip dalam menyusun proses belajar mengajar selama didalam
pembelajaran keterampilan motorik pada kelas. Faktor faktor tersebut muncul
anak melalui meronce yaitu, mengacu pada sebagai reaksi (respon) atas proses yang
hasil perencanaan sebelumnya untuk sedang berlangsung (stimulus). Hubungan
melihat sejauh mana perkembangan anak, antara stimulus dan respon yang
ketepatan dalam pemilihan media, dikemukakan oleh Skinner (C. Asri
pemilihan permainan utuk mencairkan Budiningsih, 2004: 24) bahwa terjadi
suasana serta yang paling penting adalah melalui interaksi dengan lingkungannya,
kolektivitas kerja guru untuk terus yang kemudian akan menimbulkan
berkoordinasi pada setiap perannya dalam perubahan tingkah laku pada individu
mensukseskan kegiatan belajar di TK tersebut.
Nurya Bil Ilma tersebut. Pada dasarnya stimulus-stimulus
Dari deskripsi di atas9maka model yang diberikan kepada seseorang akan
Perencanaan skill meronce dalam melatih saling berinteraksi dan interaksi antara
motorik halus anak9usia9dini dapat dilihat stimulus-stimulus tersebut akan
pada Gambar dibawa9 ini mempengaruhi bentuk respon yang akan
diberikan. Demikian juga dengan respon
yang dimunculkan inipun akan mempunyai
konsekuensi-konsekuensi.
Mengenai stimulus dan respon yang
disampaikan oleh Skinner menunjukkan
bahwa, segala bentuk kejadian yang
bersentuhan angsung dengan anak
menjadi stimulus yang selanjutnya
mempengaruhi respon yang muncul pada
anak. Lingkugan diluar diri anak bisa
meliputi, lingkungan sosial, lingkungan
keluarga ataupun lingkungan kelas yang
didalamnya terdapat teman-teman sebaya
mereka dan seorang guru.
Setelah guru melakukan langkah-
langkah pendekatan terhadap mereka
yang bermasalah dalam merespon
pelajaran, rata-rata mereka kurang
Gambar 2. Model Perencanaan memiliki ketertarikan terhadap ketiga skill
Pembelajaran Skill tersebut. Seperti yang dilakukan oleh wali
kelas B, ditemukan kecenderungan bahwa,
2. Pelaksanaan meronce dalam ketika anak tidak memiliki ketertarikan
melatih motorik halus anak usia 4- terhadap sesuatu, maka dia akan
6 tahun di TK. Nurya Bil Ilma merengek, meminta pulang kepada
Jember bundanya, menggangu teman yang
Pelaksanaan merupakan bentuk lainnya. Setelah dilakukan pendekatan
eksekusi atas perencanaan yang sudah dengan menanyakan yang disukai oleh
matang dirumuskan sebelumnya. anak dan yang menjadi minat atau
Pelaksanaan juga menjadisebuah langkah ketertarikannya, maka secara spontan
praksis atas segala kajian teoritis yang anak merespon dan menyampaikan apa
dilalui dengan berbagai tahapan tertentu. yang menjadi keinginannya.
Meskipun terkadang kejadian-kejadian Sebenarnya anak ketika
dilapangan yang muncul kurang sesuai menunjukkan sikap kemanjaannya mereka

61
atau keusilan mereka selama dikelas, memiliki masalah dalam pelaksanaan
seperti yang disampaikan oleh b Ita guru pembelajaran.
wali kelas B bahwa, mereka sebenarnya Mengenai durasi pelaksanaan belajar,
ingin diperhatikan untuk memenuhi apa dari data yang disampaikan oleh informan
yang menjadi kehendak mereka, keinginan kepada peneliti bahwa, pelaksanaan proses
mereka ada yang menyukai menggambar pebelajaran berjalan sekitar 30 menit atau
saja, ada menyukai menggambar sambil sekitar dua jam, dimana selama waktu itu,
berhitung bahkan ada yang menyukai sudah termasuk serangkaian pemrmainan,
bermain saja selama didalam kelas. Hal ini pembacaan doa-doa harian, pemberian
menunjukkan bahwa tidak semua anak materi, pelatihan skill, hingga waktu
merespon baik terhadap pelatihan skill istirahat. Waktu tersebut menurut hemat
meronce. Karena minat dan bakat bawaan peneliti sudah cukup. Start masuk kelas
dari mereka yang berbeda. Faktor internal yang diterapkan oleh lembaga adalah
dalam diri anak juga menentukan beragam pukul 08.00 pagi, menggunakan waktu
respon atas stimulus yang diberikan oleh pagi agar supaya anak-anak terlatih
guru. kedisplinannya untuk bangun pagi, mereka
Munculnya respon anak yang sangat kadang dipulangkan pukul 10.30 siang
variatif bisa dikarenakan stimulus yang untuk memberikan kesempatan kepada
diberikan guru yang juga bermacam- anak-anak agar lebih banyak waktu
macam. Namun semakin variasi stimulus bersama kelurga dan beristirahat, karena
yang diberikan oleh guru, semakin bagus beberapa dari anak-anak ada yang
untuk memuncukkan respon yang positif melanjutkan mengaji di TPQ sekitar rumah
pada anak, seperti yang dikemukakan oleh mereka pada waktu sekitar pukul 14.00
Siciati dan Prasetyo Irawan (C. Asri atau menjelang sore.
Budiningsih, 2004: 29), 9Memberikan Selanjutnya mengenai efektifitas
stimulus, dapat berupa: 9pertanyaan baik penggunaan media-media pembelajaran,
lisan maupun9tertulis, 9tes atau kuis, bisa dikatakan sangat minim kendala,
latihan, atau9tugas-tugas. Pemberian karena media-media yang digunakan
stimulus sangat mempengaruhi selain ramah lingkungan, juga mudah
peningkatan kemampuan peserta didik. ditemukan disekitar sekolah, seperti
Semakin banyak stimulus semakin besar meronce, para guru menggunakan manik-
kesempatan peserta didik untuk manik alat meronce buatan guru dari
berkembang kemampuannya. kertas yang bisa di dapatkan disekitar
Disini peran ganda seorang guru sekolah. Hampir kesemua media sangat
untuk mendidik anak-anak yang praktis untuk pengadaan maupun
membutuhkan perhatian ekstra selama penggunaannya.
didalam kelas, langkah-langkah yang Keberadaan media-media
dilakukan oleh guru seperti ini disiasati sebenarnya sebagai komponen pendukung
dengan bernyanyi bersama, bermain untuk memudahkan guru dalam mengajar.
game, membaca doa-doa untuk Meskipun pengadaan dan penggunaan
menajamkan ingatan mereka, semuanya media tersebut sangatlah mudah, namun
itu untuk mencairkan suasana kelas dan semuanya bergantung pada kecakapan
menghindarkan kejenuhan anak. Jika ini seorang guru dalam mengoperasikannya.
dikesampingkan tidak menutup Dalam pelaksanaan, sebenarnya
kemungkinan akan akan terus media-media tersebut digunakan di
memunculkan respon yang kurang positif lembaga TK yang objek pembelajarannya
lagi, terakhir anak akan merengek kepada adalah anak-anak dengan usia kurang dari
bundanya dan mengajak pulang. 6 tahun, jadi kendala-kendala tersebut
Hal yang dihindarkan oleh para guru- sangat minim ditemukan. Akan tetapi
guru dalam mengajar anak diusia mereka meskipun tidak memunculkan kendala
adalah metode hukuman (punishment), yang serius, perkembangan apapun yang
dari penuturan kepala sekolah yang muncul dari diri anak atas penggunaan
disampaikan oleh peneliti bahwa, media dan pelatihan skill seperti yang telah
penggunakan hukuman untuk membuat disebut diatas, harus menjadi bahan
jera diusia mereka adalah tindakan yang pertimbangan untuk evaluasi yang lebih
kurang tepat dan bisa fatal akibatnya. baik.
Pihak sekolah sangat mewanti-wanti para Termasuk didalamnya, dalam
guru-guru untuk tidak memberikan mengasah skill meronce, secara umum
hukuman terhadap anak-anak yang efektifitas dalam pelaksanaannya

62
sepenuhnya bertumpu pada kemampuan dilapangan9atas perencanaan yang
guru dalam mengkondisikan kelas, dalam dilakukan9sebelumnya serta dapat
penguasaan materi serta penguasaan dijadikan sebagai bahan pertimbangan
media pembelajarannya, baik dalam dalam mengambil keputusan. Hubungan
pengadaan maupun penggunaan. Peran antara kegiatan belajar mengajar dengan
sentral guru perlu mendapat dukungan dan evaluasi adalah untuk mengetahui tujuan
apresiasi dari pihak lembaga dan wali kegiatan belajar mengajar sudah tercapai
murid, maka para guru dalam kesempatan atau belum dan untuk mengoreksi atau
terakhir kepada peneliti menyampaikan membenarkan setiap sikap dari siswa.
bahwa, perlu adanya dukungan dan Komponen evaluasi sangat penting
tanggung jawab bersama dalam rangka artinya untuk menilai apakah perencanaan
mensukseskan proses belajar di TK Nurya dan proses pembelajaran berjalan secara
Bil Ilma ini. Dengan adanya keterlibatan optimal. Hasil evaluasi dapat memberi
kepala sekolah dalam perencanaan dan petunjuk kepada kita apakah9sasaran
pelaksanaan, tidak lupa juga keterlibatan yang ingin dituju dapat tercapai9atau
orang tua selaku walimurid untuk juga tidak. Dengan demikian dapatlah diperoleh
mengevaluasi sejauh mana perkembangan umpan balik mengenai proses9belajar
anak-anak selama berada diluar kelas mengajar yang dilaksanakan. 9Umpan
ataupun dirumah. Sinergisitas peran yang balik digunakan sebagai dasar perbaikan-
dominan ini bisa sangat membantu perbaikan yang diperlukan. Mengevaluasi
perkembangan positif pada anak. dilakukan terhadap seluruh komponen,
Secara umum efektifitas dalam baik tujuan, materi, metode, maupun
pelaksanaannya sepenuhnya bertumpu proses evaluasi itu sendiri.
pada kemampuan guru dalam Evaluasi itu tentunya didasarkan
mengkondisikan kelas, dalam penguasaan kepada kesesuaian materi pembelajaran
materi serta penguasaan media dengan landasan psikologi baik belajar
pembelajarannya, baik dalam pengadaan maupun perkembangan individu. Materi
maupun penggunaan. Peran sentral guru pembelajaran yang tidak sesuai dengan
perlu mendapat dukungan dan apresiasi tujuan tidak dapat diharapkan memberi
dari pihak lembaga dan wali murid, dalam bekal pengalaman belajar yang berarti
rangka mensukseskan proses belajar di TK sebagaimana diharapkan oleh pihak
Nurya Bil Ilma tersebut. lembaga maupun orang tua siswa. Evaluasi
Dari gambaran singkat tersebut dalam hal ini dilakukan dengan maksud
maka bisa dilihat pada Gambar model mengetahui sampai sejauh mana proses
pelaksanaan skill: dapat memberikan hasil berupa perubahan
perilaku secara optimal.
Mengenai evaluasi itu sendiri, kita
dapat melakukan evaluasi terhadap
prosedur, teknik, serta materi
pembelajaran yang dievaluasi. Karena
ketiga hal itu mewarnai hasil evaluasi yang
diakukan, baik mengenai validitas
(kesahihan), reliabilitas (keterandalan),
signifikansi, maupun obyektifitas. Di
samping itu, oleh karena dampak
pendidikan bukan hanya dirasakan oleh
peserta didik, atau sekolah semata-mata,
maka evaluasi sepatunya bukan hanya
dilakukan oleh sekolah, tetapi juga oleh
Gambar 3. Model Pelaksanaan para guru dan orang tua selaku wai murid
Pembelajaran Skill dirumahnya.
Selajutnya evaluasi terhadap
3. Evaluasi meronce dalam melatih perencanan dan pelaksanaan
motorik halus anak usia 4-6 Tahun pembelajaran meronce di TK Nurya Bil Ilma
di TK. Nurya Bil Ilma Jember menurut beberapa kepala sekolah yang
Evaluasi9merupakan suatu proses disampaikan kepada peneliti terdiri dari
menyediakan9informasi yang dapat beberapa bagian, pertama, Kontrol secara
dijadikan9sebagai pertimbangan untuk internal melalui pengawasan kinerja pada
menentukan sejauh mana capaian target guru-guru yang telah kami berikan

63
wewenang, apakah sudah melaksanakan evaluasi. Karena materi tentang meronce
tugasnya dengan benar dan sesuai dengan juga tercover di dalam kurikulum, yang
job diskription pada perencanaan atau dialamnya juga meliputi strategi, media
tidak. Kedua, dari sisi eksternal, kepuasan yang digunakan, metode, standart
orang tua siswa merupakan keberhasilan kompetensi, indikator, model evaluasi dan
pelaksanaan dan sebaliknya ketidak lain-lain.
puasan orang tua merupakan indikator Sedangkan peranan orang tua dalam
kegagalan sebuah kegiatan. Dari sini bisa keikutsertaannya mengevaluasi
dilihat sentralitas peran kepala sekolah perkembangan buah hati mereka selama
bukan hanya sebagai kontroling, namun berada dikelas adalah dengan cara
sebagai evaluator terhadap kinerja mereview, yaitu semacam teknik
bawahannya. menanyakan pelajaran yang sudah didapat
Proses evaluasi yang dilakukan oleh selama disekolah kepada anak yang
kepala sekolah berjalan berkat adanya dilakukannya ketika sudah pulang kerumah
kultur kekeluargaan di internal guru-guru atau selama berada dirmah. Hal ini
TK yang membuat rasa keterbukaan antara dilakukan untuk melihat dan mengasah
sesama guru ketika dalam daya ingat anak-anak dalam menangkap
permusyawarahan, guru-guru bisa dan memahami pelajaran yang sudah
sepenuhnya mengutarakan gagasan untuk didapatkannya.
menghasilkan rekomendasi baru, bahkan Beberapa wali murid juga
masukan-kritikan tanpa ada kesenjangan. menyediakan fasilitas belajar kepada
Budaya kekeluargaan semacam ini anaknya, seperti media meronce, kertas
tentunya menjadi kelebihan sendiri dalam untuk menggambar dan mencorat coret,
mengevaluasi kinerja di internal guru-guru, alat-alat tulis lengkap dengan pensil
karena dengan demikian guru akan merasa warna, papan kecil dan lain-lain. Adanya
nyaman ketika ada kritikan dan masukan, media-media pendukung belajar anak
sikap keterbukaan ini dari guru mengenai ketika dirumah agar anak mampu
keluh kesah dan kendala yang dihadapinya mengilustrasikan skill yang sudah
selama mengajar anak-anak dapat mudah dipelajarinya selama disekolah dengan
dicari solusinya. bimbingan orang tua.
Keterlibatan sekolah dalam evaluasi Disini letak perbedaan model evaluasi
pembelajaran meskipun terjadi secara yang dilakukan oleh kepala sekolah, para
tidak langsung, tanpa bersentuhan dengan guru dan orang tua siswa. Perbedaan
para siswa seperti halnya para guru, kepala evaluasi tersebut sebenarnya bermuara
sekolah selain menggunakan model pada satu tujuan, yaitu untuk melatih
pendekatan kekeluargaan kepada para motorik halus anak, karena dunia anak
guru, juga menggunakan pedoman yang sarat akan bermain, maka cara
evaluasi yang terdapat pada kurikulum yag belajar yang efektif adalah dengan
sudah ada pada kurikulum, namun dalam memberikan gambaran-gambaran tentang
praktek kesehariannya lebih sering turun lingkungan dengan seluas-luasnya untuk
langusng kebawah menyelesaikan masalah memacu nalar dan kreatifitas yang dapat
sambil mengevaluasi kinerja guru dengan merangsang perkembangan motorik halus
jalan musyawarah. anak.
Sementara bentuk evaluasi yang Disamping itu, pemberian cara
dilakukan oleh para guru lebih sering pembelajaran yang beragam pada anak,
dilakukan secara tekstual, yaitu membuat untuk meminimalisir tingkat kejenuhan
semacam catatan kecil setiap untuk anak. Ada waktu mereka belajar dirumah
mengetahui progres report anak. Catatan bersama keluarga, ada waktu mereka
itulah yang nantinya akan dibawa pada belajar disekolah bersama teman-
forum musyawarah di internal guru untuk temannya dan guru-guru, serta
melahirkan solusi-solusi atas kendala pembelajaran sambil bermain yang
dalam pembelajaran dan mempertahakan edukatif.
perkembangan-perkembangan positif yang Pertimbangan itu juga muncul dari
terjadi pada anak-anak. model evaluasi yang dilakukan, model
Bentuk intrument evaluasi yang evaluasi tulis yang dilaksanakan oleh guru
dilakukan oleh guru maupun kepala dan evaluasi lisan (non tulis) yang
sekolah sama-sama berpedoman pada menfungsikan orang tua, yang hanya
kurikulum yang berlaku sebagai dasar mengevaluasi perkembangan siswa dalam
utama perencanaan, pelaksanaan dan rentan waktu yang pendek atau hitungan

64
hari. orang tua mengevaluasi melalui pada bab sebelumnya, maka kesimpulan
perkembangan fisik serta perubahan- ini diantaranya:
perubahan sikap yang muncul pada diri 1. Perencanaan Pembelajaran Fun
anak tanpa menggunakan intrument Learning Melalui Kegiatan Meronce
pengukuran evaluasi perkembangan anak Dalam Melatih Motorik Halus Pada
sebagaimana yang dilakukan oleh para Anak 4-6 Tahun Di TK. Nurya Bil Ilma
guru-guru. Jember Secara umum perencanaan
Dapat disimpulkan bahwa proses tersebut diantaranya:
evaluasi belajar siswa di TK Nurya Bil Ilma Pertama :
sepenuhnya didukung oleh seluruh pihak, Mempelajari perencanaan
mulai dari unsur kelembagaan sekolah kerja pada hari sebelumnya
yang dilakukan oleh kepala sekolah dan Kedua :
dewan guru, sampai kepada unsur non Membuat konsep untuk
strukural kelembagaan yaitu, para orang menindak lanjuti hasil
tua selaku wali murid. belajar sebelumnya
Disini letak perbedaan model evaluasi Ketiga :
yang dilakukan oleh kepala sekolah, para Menentukan permainan
guru dan orang tua siswa. Perbedaan untuk menghidupkan
evaluasi tersebut sebenarnya bermuara pembelajaran
pada satu tujuan, yaitu untuk melatih Keempat :
motorik halus anak, karena dunia anak Menentukan media
yang sarat akan bermain, maka cara pembelajaran.
belajar yang efektif adalah dengan
memberikan gambaran-gambaran tentang 2. Pelaksanaan Pembelajaran Fun
lingkungan dengan seluas-luasnya untuk Learning Melalui Kegiatan Meronce
memacu nalar dan kreatifitas yang dapat Dalam Melatih Motorik Halus Pada
merangsang perkembangan motorik halus Anak 4-6 Tahun Di TK. Nurya Bil Ilma
anak. kegiatan tersebut bisa dilihat pada Jember
Gambar dibawah ini: Pertama : Menerapkan kultur
keagamaan yang mewarnai
dalam proses pembelajaran
di sekolah mulai dari
mengawali pembelajaran
sampai mengakhiri
pembelajaran, dengan
membaca doa-doa harian
yang harapannya mampu
membentuk kepribadian
anak dengan wawasan
Islam ahlus sunnah
waljamaah sesuai dengan
visi misi pada lembaga TK
Nurya Bil Ilma
Kedua : Memaksimalkan peran
dalam mengajar, seperti
Gambar 4. Model Evaluasi Pembelajaran mengajak anak untuk
Skill menggunakan media-
media yang ada disekitar
lingkungan sekolah,
SIMPULAN DAN SARAN Memberikan stimulus
Simpulan untuk memacu skill dan
Berdasarkan hasil penelitian, kreatifitas anak, dan
pengolahan dan analisa data yang telah melakukan pendekatan
penulis lakukan terkait dengan rumusan kepada anak yang
penelitian Pembelajaran Fun Learning mengalami kesulitan
Melalui Kegiatan Meronce Dalam Melatih belajar.
Motorik Halus Pada Anak 4-6 Tahun Di TK. Ketiga : Menyelingi pembelajaran
Nurya Bil Ilma Jember dan telah terurai sambil bernyanyi dan
bermain. Keempat,

65
memperhatikan efektifitas 2. Bagi guru-guru TK
penggunaan media, a. Meningkatkan semangat dan
efektifitas waktu untuk komitmen untuk mengembangkan
menghindari kejenuhan kemampuan motorik anak.
belajar anak-anak. Kelima, b. Berusaha meningkatkan
menfungsikan orang tua kemampuan manajerial dalam
dalam pembelajaran skill mengembangkan kemampuan
tertentu. motorik anak.
3. Evaluasi Pembelajaran Fun Learning
Melalui Kegiatan Meronce Dalam 3. Bagi orangtuamurid
Melatih Motorik Halus Pada Anak 4-6 a. Meningkatkan peran dan
Tahun Di TK. Nurya Bil Ilma Jember tanggungjawabnya terhadap
Evaluasi terhadap perencanan dan pendidikan anaknya.
pelaksanaan pembelajaran meronce di b. Mampu memfasilitsi belajar anak
TK Nurya Bil Ilma menurut kepala selama di rumah dan membagi
sekolah yang disampaikan kepada waktu kapan untuk dan dan
peneliti terdiri dari beberapa bagian, bermain.
Pertama : Kontrol secara internal c. Meningkatkan pengawasan dan
melalui pengawasan kewaspadaan terhadap
kinerja pada guru-guru perkembangana nak baik didalam
yang telah kami berikan rumah maupun diluar rumah.
wewenang, apakah sudah
melaksanakan tugasnya 4. Bagi pimpinan lembaga Pendidikan
dengan benar dan sesuai Memberikan perhatian dan dukungan
dengan job diskription pada yang besar dalam upaya
perencanaan atau tidak. mengembangkan motorik halus pada
Kedua : Dari sisi eksternal, anak.
kepuasan orangtua siswa
merupakan keberhasilan 5. Bagi9Peneliti9Selanjutnya
pelaksanaan dan Hendaknya dilakukan penelitian lebih
sebaliknya ketidak puasan lanjut yang mampu mengungkapkan
orangtua merupakan lebih9dalam tentang perkembangan
indikator kegagalan sebuah motorik halus pada9anak dengan skill
kegiatan. yang lebih variatif, sehingga apabila
ada aspek-aspek yang belum
Saran tercakup dalam9penelitian ini dapat
Setelah melalui paparan data, disempurnakan oleh peneliti
dilanjutkan dengan analisa dan temuan selanjutnya.
hasil penelitian, maka di anggap penting
untuk memberikan saran sebagai masukan
bagi semua pihak agar tercipta
pembelajaran yang bermutu sesuai dengan
harapan bersama. Saran yang
kemungkinan dapat dijadikan bahan
pertimbangan antara lain:
1. Bagi kepala sekolah TK. Nurya Bil Ilma
Jember
a. Mempertahankan budaya agama
yang telah berkembang dan
berusaha9mengembangkan nilai-
nilai Islam sebagai ruh bagi
kegiatan9pendidikan anak-anak di
sekolah.
b. Meningkatkan kemampuan
manajerial9dalam pengembangan
skill anak9sehingga terjadi Melatih
kualitas9secara berkesinambungan
dan9terus menerus.

66
DAFTAR PUSTAKA

Andang, Ismail. 2006. Education Games (MenjadiCerdasdan Ceria dengan Permainan


Edukatif). Yogyakarta: Pilar Media.
Ahmadi, 2018. JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Peneltian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
RinekaCipta
Asmawati, Luluk, 2014. Perencanaan Pembelajaran PAUD. PT Remaja Bandung:
Rosdakarya
Atri, 2012. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/9706/2/Bab%202%20%2009111247004.
pdf pada Januari 2015 pukul 14.55 WIB
Bredekamp, Sue & Copple, Carol, 1997. Developmentally Appropriate Practice in Early
Childhood Programs. Washington: NAEYC
Bobbi De Potter, Mark Reardon, Sarah Singer – Nouri) Boston: Allyn and Backn
Buzan, Tony & Bary. 2007. The Mind Map Book.
C. Asri Budiningsih, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RinekaCipta.
Darmasyah, 2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor.Jakarta: Bumi
Aksara
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1996. Kamus Inggris Indonesia: An English-
Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia
Eggen, Paul &Kauchak, Don. 2004. Educational Psychology Windows on Classrooms. New
Jersey: Pearson education.
Einon, Dorothy, 2005. Permainan Cerdas Untuk Anak. Alih bahasa: Fita Fitria Agriningrum.
Jakarta: Erlangga.
EstuErtiyaningrum. 2016. Meningkatkan Keterampilan MotorikHalus Anak Melalui Kegiatan
Menggunting Gambar Berpola Pada Kelompok B Di Tk Aba TlogoPrambanan.
Gloria Jean Clark, 2010. The Relationship Between Handwriting, Reading, Fine Motor and
Visual Motor Skills in Kindergarten. Dissertation. Iowa: Iowa State University.
Heny Pratiwi, 2009. Eksperensial Learning. Diaksesdarihttp://henypratiwi.
wordpress.com/2009/07/24/eksperiensial-learning/padatanggal 8 mei 2013, jam
10.45 WIB.
Hibbana S. Rahman, 2002. Konsep DasarPendidikanAnakUsia Dini, Yogyakarta: PGTKI
Press
Hurlock, 1978. Child Development. Sixth Edition. Jakarta: Erlangga.
Maulana, Istadi, 2012. Modul Model-Model Pembelajaran di TK, PLPG PG-PAUD (LPPMP
UNY).
Kamtini & Husni Wardi Tanjung. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu di TK. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan PerguruanTinggi.
Lismadiana, 2013. Peran Perkembangan Motorik pada Anak Usia Dini. Jurnal ISSA.
Maulani, 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dikjen
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan
Ketenagaan PerguruanTinggi
Made dan Panggung. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Permainan Sirkuit
Untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun.
file:///E:/TESIS%20B%20SOFI%20OK/1336-4468-1-PB%20(1).pdf
Matthew B. Milles dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI
Press
Moleong, Lexy J, 2006. Metodologi PenelitianKualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Ramli, 2005. Pendampingan Perkembangan Ana kUsia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Republik Indonesia. (2003) Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan.Nasional.
Rifanto, 2010. Quantum Learning at Home. 3 Menit Membuat Anak Keranjingan
Belajar.Gramedia Pustaka Utama
Rosmala Dewi, 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan PerguruanTinggi
Samsudin, 2008. Pembelajaran Motorik di Taman kanak-Kanak. Jakarta: Litera.

67
Santrock, 2007. Child Development. Eleventh editionAlih Bahasa: Mila Rachmawati& Anna
Kuswanti. Jakarta: Erlangga. https://www.slideshare.net/ismanita/siklus-
pengajaran-dan-pembelajaran
Siti Masriah, 2015. Pengembangan Motorik Halus Melalu iKegiatan Melipat Kertas Pada
Kelompok B TK Dharma Wanita Tawangrejo.Penelitian tidak diterbitkan. Program
studi PG PAUD, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Sofia Hartatim, 2005. Perkembangan Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan PerguruanTinggi.
Sopiawati,2014. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-
KanakMelaluiBermain Tanah Liat di Kelompok B TK PGRI KecamatanLembang-
Bandung Barat.
Sujiono Bambang Yuliani Nurani. 2009. Konsep DasarPendidikanAnakUsia Dini. Jakarta: PT
Indeks
Sumanto, 2005. Pengembangan KreativitasSeni Rupa Anak TK. Jakarta: Departemen
PendidikanNasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Sumantri, 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan PerguruanTinggi.
Sutrisno, 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode dan Teknik
Pendidikan Berbasis Kompetensi, Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Tadkiroatun Musfiroh, 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan PerguruanTinggi.
Upton, Penney, 2013. Psikologi Perkembangan, Penerbit: Erlangga
Wiyudha Alfa Febtiningtyas, Siswandari, dan Elvia Ivada.2014. Penerapan Metode
Pembelajaran Role Paying dan learning community untuk meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar akuntansi siswa SMK Negeri 1 Banyudono. Pendidikan Ekonomi-
BKK Akuntansi, Tesis FKIP Universitas Sebelas Maret.
Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono, 2010. Bermain Kreatif: Berbasis kecerdasan jamak,
Jakarta: PT. Indeks
Zuhairini, 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Zulkifly, L. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.

68

Anda mungkin juga menyukai