Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) secara umum

adalah suatu upaya pembinaan yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan kepada anak sejak lahir sampai dengan berusia

enam tahun. PAUD bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia merupakan usahan

pemenuhan tuntunan UUD 1945. Pada Bab XII pasal 31 ayat 1 dinyatakan

bahwa “ setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.

Pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk

mengembangkan pribadi, pengetahuan, keterampilan yang dilandasi

pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan

asas pendidikan dasar sedini mungkin dan seumur hidup.

Tujuan dari pendidikan prasekolah untuk membantu meletakkan

dasar pendidikan kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan,

dan daya cipta yang diperlihatkan oleh oleh anak didik dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta

perkembangan selanjutnya. Taman kanak-kanak sebagai salah satu

1
lembaga pendidikan anak usia diniyang dalam belajar tentang banyak hal.

Bagi anak Tk bermain merupakan cara mereka belajar tentang banayak

hal, misalnya belajar arti bekawan, berkomunikasi dengan orang-orang

sekitar serta berperilaku terkendali sesuai dengan aturan yang berlaku.

Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan

(intelegensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama

sekali ditujukan kepada ideide dan berlajar. Intelegensi ialah kemampuan

kecerdasan. Perkembangan kognitif adalah perkembangan pikiran. Pikiran

adalah bagian dari proses berpikir dan otak. Pikiran yang digunakan untuk

mengenali, memberi alasan rasional, mengatasi dan memahami

kesempatan penging.

Perkembangan kognitif sangat diperlukan untuk pengembangan

kemampuan lainnya bagi anak. Misalnya menggelompokkan, mengenal

bilangan, mengenal bentuk, mengenal ukuran, mengenal konsep ruang,

mengenal konsep waktu, mengenal berbagai pola, dan lain-lainnya yang

bisa diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan kognitif

adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk

menghubungkan dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa

(Sujiono, dkk, 2005). Menurut para ahli kemampuan perkembangan

kognitif antara lain mengelompokkan benda yang memiliki persamaan

warna, bentuk, dan ukuran mencocokkan lingkungan, segitiga, dan

segiempat serta mengenali dan menghitung angka (Departemen

Pendidikan Nasional, 2007:1)Dalam indikator bidang pengembangan

2
aspek kognitif mengenal benda-benda yang ada disekitarnya, seperti

lambang bilangan (satuan dan puluhan)

Menurut Sriyono (2010) menyatakan aktivitas adalah suatu

kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani dan rohani. Aktivitas

siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator

adanya keinginan siswa untuk belajar. Kata belajar bermakna berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Kurnia (2007) bahwa belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

perubahan prilaku dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor

melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Anita

menyatakan bahwa belajar merupakan aktivitas, tetapi tidak semua

aktivitas adalah belajar. Siswa yang mendengarkan penjelasan guru juga

sedang melakukan aktivitas belajar. Namun, jika mental emosionalnya

tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, maka siswa tersebut tidak

ikut belajar. Hal ini memberikan gambaran bahwa aktivitas belajar siswa

terdiri dari aktivitas fisik dan aktivitas mental. Aktivitas fisik tentu bisa

diamati namun aktivitas mental yang merupakan aktivitas internal siswa

tentu tidak mudah diamati.

Aktivitas adalah suatu proses kegiatan belajar siswa untuk

menimbulkan perubahan. Aktivitas merupakan prinsip yang terjadi di

dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas belajar merupakan hal yang

sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bersentuhan dengan objek yang sedang mereka pelajari seluas

3
mungkin. Aktivitas belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya

belajar adalah mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Aktivitas

ini harus dilakukan secara dua arah yaitu guru dan anak. Jika aktivitas

hanya dilakukan dengan satu arah saja maka akan menjadi penghambat

dari proses belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dalam penelitian ini yang

dimaksudkan dengan aktivitas belajar adalah semua kegiatan yang

dilakukan siswa selama mengikuti pembelajaran, baik secara fisik maupun

mental. Apabila proses belajar berlangsung dengan baik, misalnya guru

menjelaskan materi ajar dengan baik yang mudah dipahami dan dilengkapi

dengan media belajar atau alat peraga, siswa juga diberikan kesempatan

untuk bertanya dan diupayakan untuk telibat aktif maka siswa akan

memperoleh kepandaian tersebut (Utama,2018:123).

Aktivitas belajar anak usia dini adalah bermain. Anak usia dini

belajar melalui bermain. Maka dari itu perlunya aktivitas yang menarik

perhatian anak untuk melakukan kegiatan belajar sambil bermain.

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 137 tahun

2014 tantang standar nasional pendidikan anak usia dini ruang lingkup

kognitif tentang simbolik, berdasarkan tingkat capaian perkembangan anak

usia 4-5 tahun anak sudah mampu membilang banyak benda satu sampai

sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan dan

mengenal lambang huruf. Konsep bilangan ini selalu dikaitkan dengan

4
benda-benda maupun lambang bilangan. Menurut Montessori dalam

sudono (19955:26), mengatakan bahwa dengan bermain anak akan

memiliki kemampuan untuk memahami konsep bilangan. Motivasi belajar

merupakan salah satu yang mendorong siswa mau belajar

Dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu motivasi instrinsik (yang

berasal dari diri siswa yang mendorong tindakan belajar) dan motivasi

ekstrinsik (keadaan yang datang dari luar individu siswa untuk melakukan

kegiatan belajar) ada tidaknya akan mempengaruhi keberhasilan siswa

dalam belajar. Sehingga apabila aktivitas belajar dan motivasi belajar

dapat terwujud dengan baik maka akan mendapatkan hasil belajar yang

baik pula.

Berdasarkan informasi yang didapat peneliti dari hasil wawancara

dan juga observasi bahwa terjadi permasalahan dalam aspek kognitif.

Seorang pendidik terkadang kita harus mencoba berbagai cara agar

kelompok A di TK Al Ikhlas sungai lulut mampu aktif untuk mengenal

angka 1 - 10 dengan menggunakan metode demontrasi atau percobaan

disekolah yang dilihatnya, untuk meningkatkan aspek kognitif anak.

Seperti persepsi, ingatan, pikiran, symbol, penalaran dan pemecahan

masalah. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pelaksanaan

pembelajaran di kelompok A di Tk Al Ikhlas sungai lulut, di temukan

masalah kurang aktifnya anak dalam memahami pembelajaran mengetahui

angka 1-10 Hal ini disebabkan karena kurangnya minat belajar anak,

kurangnya peran guru terhadap pembelajaran yang ada, lambatnya

5
kemampuan anak menyerap pelajaran. Dan terakhir cara mengajar guru

yang kurang bervariasi, pada umumnya guru mengajar Oleh karena itu,

diperlukan pembelajaran yang paling efektif untuk anak usia TK sesuai

dengan perkembangan anak. Salah satu prinsip pembelajaran yang sesuai

untuk anak usia dini adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan secara

terpadu. Anak harus mengalami aktivitas mental dan dapat

mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuanberpikir kritis,

kemampuan menganalisis, kemampuan mengucapkan pengetahuannya,

dan lain sebagainya. Anak juga mengembangkan aktivitas jasmaninya

seperti mengerjakan sesuatu, menyusun intisari pelajaran, membuat peta,

dan lain-lain (Slameto, 2003: 92).

Alasan penulis menggunakan model EXPLICIT INSTRUCTION,

karena merupakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa

dalam mempelajari keterampilan dasar. Adapun alasan digunakan model

make a match adalah karena dengan metode ini diharapkan anak akan

memperoleh ketangkasan dan keterampilan latihan terhadap apa yang

dipelajari, karena metode ini diterapkan dengan latihan dan praktek yang

dilakukan berulang kali secara kontinyu untuk mendapatkan keterampilan

dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. Sedangkan

alasan menggunakan media flash card adalah sebuah kartu yang

bergambarkan angka yang memudahkan anak mengenal angka, melainkan

juga dapat mengenal konsep jumlah dan representasi angka dalam

berbagai symbol melalui objek, dengan desain istimewa untuk mendukung

6
proses belajar yang lebih komperhensif. ini sebagai sarana dalam

penyampaian materi dalam proses pembelajaran yang melibatkan

keaktifan dalam partisipasi aktif siswa, untuk mengembangkan motivasi

siswa dan berorientasi pada proses pembelajaran yang menyenangkan.

Sehingga peneliti mengkombinasikan ketiga model tersebut karena

ketiganya memiliki beberapa kelebihan yang dapat berkembangkan

kemampuan aspek kognitif anak mengetahui konsep banyak dan sedikit.

Secara umum, alasan peneliti menggunakan model dan media

tersebut adalah karena model dan media tersebut banyak dipakai dalam

pembelajaran di sekolah khususnya TK/PAUD, sehingga terbukti anak

lebih bergairah selama pembelajaran. Agar pembelajaran lebih menarik

dan anak lebih bergairah, maka peneliti melakukan kombinasi dari model

dan media tersebut. Adapun kombinasi yang dimaksud peneliti adalah

menggabungkan model pembelajaran tersebut dalam sekali pembelajaran.

Cara mengatasinya agar anak mampu mengetahui dan mengikuti

melalui Metode demonstrasi dengan benar, kita sebagai guru dapat

meningkatkan kemampuan Mengajar dengan menggunakan

fasilitasfasilitas yang mendukung. Salah satunya dengan menggunakan

metode pembelajaran yang sesual dengan kemampuan anak.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menentukan Penelitian

Tindakan Kelas pada kelompok A di Tk Al-Ikhlas untuk mengenalkan

angka dasar 1-10 pada Sebagai banan materi penelitian dengan memberi

7
judul “Mengembangkan Kognitif Dalam Aktivitas Belajar Anak

Mengenalkan Angka 1-10 Menggunakan Kombinasi Model Explicit

Instructio, Make A Match Dan Media Flash Card Kelompok Anak A Tk

Al-Ikhlas Sei Lulut Banjarmasin”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana aktivitas guru dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran

mengenalkan angka 1-10 dalam meningkatkan aspek kognitif

kelompok A Menggunakan Kombinasi Model Explicit Instruction,

Make A Match Dan Media Flash Card di TK Al-Iklas sungai lulut ?

2. Bagaimanakah aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran mengenal

angka 1-10 Menggunakan Kombinasi Model Explicit Instruction,

Make A Match Dan Media Flash Card di TK Al-Iklas sungai lulut ?

3. Apakah hasil belajar dalam kegiatan meningkatkan aspek kognitif

Menggunakan Kombinasi Model Explicit Instruction, Make A Match

Dan Media Flash Card di TK Al-Iklas sungai lulut ?

C. Rencana Permasalan Masalah

Masalah dalam penelitian ini sebagai mana telah di paparkan di

latar belakang anak yang belum mampu mengenal angka 1-10 pada

kelompok A Tk Al-Ikhslas Sei Lulut . Oleh karena itu pemecahan masalah

8
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: dengan penerapan

pembelajaran menggunakan Kombinasi Model Explicit Instruction, Make

A Match Dan Media Flash Card pada setiap tindakan kelas dan dilakukan

selama 3 pertemuan di kelompok A Tk Al-Ikhlas Sei Lulut. Hal ini

dilakukan mengingat model pembelajaran ini banyak dikembangkan

dalam pembelajaran di sekolah karena memiliki keunggulan yang dapat

memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan baik.

Model Explicit Intruction merupakan suatu pendekatan atau model

pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang

pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif sehingga agar siswa

dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara

menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran dengan pola selangkah

demi selangkah (Yasa, 2012: 4)

Model Make A Match merupakan model pembelajaran yang

dikembangkan Loma Curran. Ciri utama model make a match adalah

siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau

pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran dan keunggulan lain teknik

ini adalah teknik ini bias digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk

semua tingkatan usia. (68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum

2013:98).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah

gabungan dalam pembelajaran menggunakan model Explicit Intruction

9
dan Make A Match melalui media Flash Card dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas dengan Bahasa

yang mudah dipahamai anak (model Explicit Intruction dan Make A

Match)

2. Guru mempersiapkan anak (model Explicit Intruction dan Make A

Match)

3. Guru mengajukan pertanyaan kepada anak untuk mengungkap

pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya (model Explicit

Intruction dan Make A Match)

4. Guru menjelaskan materi tentang materi yang akan dipelajari

mengenalkan angka 1-10 kepada anak sesuai dengan topik yang telah

disiapkan (model Teams Games Turnamen dan Make A Match)

5. Guru mendemostrasikan materi tentang mengenal angka 1-10 tahap

demi tahap (model Teams Games Turnamen dan Make A Match)

6. Guru memulai latihan dengan hal-hal yang sederhana dulu (model

Teams Games Turnamen dan Make A Match)

7. Guru membimbing dan memeriksa anak dalam melakukan tugasnya

(explicit intruction, pemberian tugas).

8. Guru membuat kesimpulan.

10
D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan tersebut di atas, maka penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui

1. Aktivitas guru dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran

mengenalkan angka 1-10 dalam meningkatkan aspek kognitif

kelompok A melalui metode demonstrasi di TK Al-Ikhlas Sungai

lulut.

2. Aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran memngetahui anka 1-10

melalui metode demonstrasi di TK Al-Ikhlas sungai lulut.

3. Hasil belajar kemampuan meningkatkan aspek kognitif kelompok A

dalam mengenalkan angka 1-10 melalui metode demontrasi di TK Al-

Ikhlas sungai lulut

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk guru Membantu guru dalam proses pembelajaran.

2. Untuk TK Al-Ikhlas sungai lulut selaku sekolah Penelitian bisa

menjadi bahan masukan dalam mengenalkan angka 1-10 dalam

meningkatkan aspek kognitif pada anak menggunakan Kombinasi

Model Explicit Instructio, Make A Match Dan Media Flash Card

3. Bagi Peneliti Berikutnya Agar memiliki pengetahuan yang luas

Menggunakan Kombinasi Model Explicit Instructio, Make A Match

Dan Media Flash Card dan memiliki keterampilan untuk menerapkan

khususnya dalam pembelajaran di TK/PAUD

11
12

Anda mungkin juga menyukai