Anda di halaman 1dari 37

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DALAM BERFIKIR

SIMBOLIK DI TK DARUL MUKMININ KOTA JAMBI

Oleh
Efrina
Program Studi PG-PAUD Universitas Negeri Jambi

ABSTRAK

Penelitian ini di laksanakan di TK Darul MukmininKota Jambi dengan


variabel penelitian adalah perkembangan kognitif anak usia dini dalam berpikir
simbolik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
Perkembangan Kognitif Anak Dalam Berfikir Simbolik di TK Darul Mukminin?
Tujuan dari penelitianini adalah untuk mendeskripsikan pekembangan
kognitif anak dalam Berfikir Simbolik di TK DarulMukmininKota Jambi.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 4 orang. tehnik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling dan seluruh anggota
populasi dipilih sebagai sampel dalam penelitian. Sehingga jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 4 responden. Tehnik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis data interaktif.
Hasil dari penelitian ini adalah anak sudah bisa menyebutkan labang
bilangan 1-10 dengan baik, anak sudah bisa menggunakan lambang bilangan
untuk berhitung dengan baik, anak sudah bisa mencocokkan bilangan dengan
lambang bilangan dengan baik dan anak sudah bisa mengenal berbagai macam
lambang huruf vokal dan konsonan dengan baik.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah anak-anak di TK Darul Mukminin
sudah memiliki perkembangan kognitif dalam berpikir simbolik yang baik. Hal
ini dapat dilihat dari kemampuan anak yang sudah bisa menyebutkan lambang
bilangan 1-10, berhitung dengan menggunakan lambang bilangan 1-10, anak
sudah bisa mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan serta anak juga
sudah bisa dan hafal mengenai lambang huruf vocal dan konsonan.

Kata Kunci : Perkebangan Kognitif, Berpikir Simbolik

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kurikulum pedoman pengembangan program pembelajaran di Taman Kanak-
kanak (TK), merupakan salah satu bentuk pendidikan formal yang sesuai dengan
UU No.20 Thn 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak
lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.
Usia 4-6 tahun merupakan masa dimana proses pertumbuhan dan perkembangan
dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat, sedemikian
pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut golden age (usia emas).
Perkembangan anak usia dini diberbagai aspek akan berkembang dengan optimal
apabila diberi rangsangan yang tepat. Proses pembelajaran sebagai bentuk
perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang
dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Menurut Sujiono (2013:7) menyebutkan bahwa Pendidikan pada anak usia dini
pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik
dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak
dengan menciptakan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman
yang memberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan memahami.
Mengingat pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, maka anak usia dini yang
pada dasarnya adalah peserta didik harus menjadi prioritas utama dalam proses
pembelajaran yang diselenggarakan. Pendidikan anak usia dini memiliki peran
yang sangat penting untuk menentukan perkembangan awal anak yang akan
menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak
untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-
macam alternative pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan
kemampuan logika matematis dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta
mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokkan, serta
mempersiapkan kemampuan berpikir secara teliti.
Perkembangan kognitif anak usia 5-8 tahun menurut Coopley dan Wortham
(Sriningsih, 2008:32) mulai bergerak dari tahap pra-operasional menuju tahap
operasional konkrit atau disebut juga dengan masa transisi. Proses berpikir pada
anak usia 5-8 tahun merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit menuju
pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai
dikenalkan bentuk lambangnya, oleh karena itu pada usia ini merupakan usia
yang paling tepat untuk menstimulasi berbagai hal, termasuk menstimulasi
perkembangan kemampuan matematika.
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dan disiplin ilmu yang sangat
bermanfaat dalam kehidupan, baik dari materi maupun kegunaannya. Selain
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
bias lepas dari matematika. Oleh karena itu matematika perlu diperkenalkan sejak
dini kepada anak-anak usia taman kanak-kanak agar mereka lebih tampil dalam
memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika untuk anak usia dini sangat berguna bagi
perkembangan logika matematika pada anak. Menurut hasil penelitian Dr.
Howard Gardner, seorang professor pendidikan dari harvard university
(adiningsih, 2008:5), mengungkapkan bahwa kecerdasan logika merupakan salah
satu dari delapan jenis potensi kecerdasan yang dimiliki anak.
Mengenalkan konsep bilangan harus dengan cara menyenangkan, menarik dan
tentunya mudah dipahami anak. Dalam proses pembelajaran guru diharapkan bias
kreatif dan dapat memodifikasi pembelajaran sehingga tidak bersifat monoton.
Selain itu dalam pembelajaran aktif matematika penggunaan beragam media juga
sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan
pada anak.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada bulan februari 2017 di TK
Darul Mukminin Kota Jambi. Yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah peserta 40
orang, peneliti menemukan masih ada anak yang mengalami kesulitan belajar
berkenaan dengan pembelajaran matematika melalui konsep angka yang
diajarkan guru di TK Darul Mukminin Kota Jambi. Hal ini di sebabkan
pemahaman anak masih sebatas menghapal, hal ini terlihat pada saat anak dapat
menyebutkan bilangan 1 – 10 bahkan lebih tepat saat dihadapkan pada benda
konkrit, anak tidak dapat mengasosiasikan antara bilangan yang disebut dengan
jumlah benda yang ditunjukkan. Meskipun setiap hari anak melihat, menunjuk,
dan menyebutkan angka-angka dari 1 – 10 bahkan lebih, tidak membuat anak
menjadi cepat memahami konsep bilangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas belajar anak kurang menarik,
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Dalam Berfikir Simbolik
Di TK Darul Mukminin Kota Jambi.

Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan yang peneliti miliki dan supaya pembahasan lebih
terfokus dan tidak menyimpang dari pokok masalah yang ingin diketahui
kepastiannya maka peneliti perlu membatasi kajian peneliti ini yaitu:
1. Dalam penelitian ini penulis meneliti perkembangan kognitif anak usia
dini .
2. Perkembangan kognitif anak usia dini dilihat dari menyebutkan lambang
bilangan 1-10, menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, mencocokkan
bilangan dengan lambang bilangan, dan mengenal berbagai macam lambang
huruf vocal dan konsonan.
3. Sekolah yang diteliti adalah TK Darul Mukminin Kota Jambi.

RumusanMasalah
Dari uraian latar belakang dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Perkembangan Kognitif Anak Dalam
Berfikir Simbolik di TK Darul Mukminin Kota Jambi?.
A. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan kognitif anak dalam menyebutkan bilangan 1-
10?
2. Bagaimana perkembangan kognitif anak dalam menggunakan lambang
bilangan untuk menghitung?
3. Bagaimana perkembangan kognitif anak dalam mencocokkan bilangan
dengan lambang bilangan?
4. Bagaimana perkembangan kognitif anak dalam mengenal berbagai
macam lambang huruf vokal dan konsonan?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pekembangan
kognitif anak dalam Berfikir Simbolik di TK Darul Mukminin.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang
perkembangan kognitif anak dalam berfikir simbolik
b. Bagi Sekolah
Dapat memberikan pengetahuan dan informasi serta sebagai acuan bagi sekolah
untuk menerapkan pembelajaran tentang berfikir simbolik.

TINJUAN PUSTAKA
Defenisi Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak
untuk berpikir . hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011:48)
bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu individu untuk
menghubungkan kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan suatu
kejadian atau peristiwa.
Husdarta dan Nurlan (2010:169) berpendapat bahwa perkembangan
kognitif adalah suatu proses menerus, namun hasilnya tidak merupakan
sambungan (kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya.
Hasil-hasil tersebut berbeds secara kualitatif antara yang satu dengan yang
lain. Anak akan melewati tahapan-tahapan perkembangan kognitif atau
periode perkembangan, anak berusaha mencari keseimbangan antara
struktur kognitifnya dengan pengalaman-pengalaman baru. Ketidak
seimbangan memerlukan pengakomodasian baru serta merupakan
pengakomodasian baru serta merupakan transformasi keperiode
berikutnya.Daya ingat (memori) berasal dari bahasa inggris, memory.
Menurut Walgito (2010:162) ingatan merupakan alih bahasa dari memory.
Karena itu di samping ada yang menggunakan daya ingat (ingatan) ada pula
yang menggunakan isitah memory. Pada umumnya para ahli memandang
ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Dengan
adanya kemampuan mengingat manusia dapat menerima, menyimpan dan
menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Apa
yang pernah dialami manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan
dalam jiwanya, dan apabila diperlukan hal-hal yang disimpan itu dapat
ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran.

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif


a. Faktor Hereditas Atau Keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat
Schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa
potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Dikatakan pula bahwa, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak
dilahirkan. Para ahli psikologi Lehrin, Lindzey dan Spuhier berpendapat
bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.
b. Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empiris dipelopori oleh Jhon Lock. Lock
berependapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti
kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda sedikit pun.
Teori ini dikenal luas dengan sebutan teori Tabula Rasa. Menurut Jhon
Lock, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya.
Berdasarkan pendapat locke, taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh
pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan
hidupnya.
c. Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
d. Faktor Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang
memengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan
menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak
sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia terbuat inteligen
karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian
diri.
e. Faktor Minat Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat
diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan
mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seorang yang memiliki
bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.
f. Faktor Kebebasan
Kebebasan yaitu keluasan manusia untuk berfikir divergen (menyebar)
yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode-motode tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai
kebutuhannya.

Teori Kognitif

Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang


menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterprestasikan
objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaiman cara anak belajar
mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, unutk memahami penyebab terjadinya perubahan
dalam objek-objek atau peritiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan
tentang objek dan peristiwa tersebut. Piaget percaya bahwa pemikiran anak-
anak berkembang menurut tahapan atau periode yang terus bertambah
kompleks (hughes 2015 : 46)
Menurut Alfred Binet dalam Ahmad Susanto (2011 : 51),
mengemukakan potensi kognitif seseorang tercermin dalam kemampuannya
menyelesaikan tugas-tugas yang menyangkut pemahaman dan penalaran.
Perwujudan potensi kognitif manusia harus dimengerti sebagai suatu aktifitas
atau perilaku kognitif yang pokok, terutama pemahaman penilaian dan
pemahaman baik yang menyangkut berbahasa maupun yang menyangkut
kemampuan motorik.

Cara Mengembangakan Kognitif AUD di TK


Menurut Beaty dalam Wahyudin (2012) berasumsi bahwa
mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bermain
dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut:
a. Memanipulasi (meniru) apa yang terjadi dan dilakukan oleh orang dewasa
atau objek yang ada disekitar anak.
b. Mastery yaitu menguasai suatu aktifitas dengan mengulangi suatu kegiatan
yang tentunya menjadi kesenangan dan memberikan kebermaknaan pada diri
anak.
c. Meaning yaitu memberikan kebermaknaan pada diri anak sehingga
menumbuhkan motivasi bagi anak dalam melakukannya.

Defenisi Media Mind Mapping


Menurut Daryanto (2013:4) Kata media berasal dari bahasa Latin
medius yang berarti perantara atau pengantar. Media sebagai alat dan bahan
kegiatan pembelajaran. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional dalam
Sadiman, Arief S (2014:7) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Menurutnya juga media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi.

Defenisi Berfikir Simbolik


Menurut Danarjati, Dkk(2014:20) berpikir adalah gagasan dan proses
mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk mempresentasikan dunia
sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai
tujauan, rencana, dan keinginan.
Sedangkan menurut Mutiah (2010 : 62)Subtahap fungsi simbolik ialah
subtahap pertama pemikiranpraoperasional. Pada subtahap ini, anak-anak
mengembangkankemampuan untuk membayangkan secara mental suatu
objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolik semacam itu
disebut fungsi simbolik, dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat
dunia mental anak.

Jenis Berpikir
Ada berbagai jenis dan tipe berfikir menurut Morgan Dkk dalam
Wahab(2015:147) yaitu berfikir autistic dan erpikir langsung. Berpikir autistic
suatu proses yang sangat pribadi menggunakan symbol-simbol danbgan makna
yang sangat pribadi, contoh adalah mimpi. Dan berpikir langsung adalah berpikir
untuk memecahkan masalah.

Macam-macam Berpikir
Menurut Danarjati dkk (2014:21-23) Berpikir disebut juga sebagai
proses bekerjanya akal, dapat berpikir karena manusia berakal. akal
merupakan intinya, sebagai sifat hakikat, sedangkan makhluk sebagai
genus yang merupakan dhat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai
makhluk yang berakal. Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia
untuk mencapai kebenaran, di samping rasa untuk mencapai keindahan dan
kehendak untuk mencapai kebaikan.Dengan akal inilah, menusia dapat
berpikir untuk mencari kebenaran hakiki.
a. Berpikir asosiatif
Proses berfikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain,
jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak di tentukan atau
diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Adapun jenis-jenis
berpikir asosiatif adalah:
1) Asosiasi bebas suatu ide akan menimbulkan ide mngenai hal lain,
tanpa ada batasnya.
2) Asosiasi terkontrol suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal
lain dalam batas-batasan tertentu.
3) Melamun yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas,
juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
4) Mimipi yaitu ide-ide tentang berbagai hal, yang timbul secara tidak
disadari pada waktu tidur.
5) Berpikir aristik yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan
pikiran sangat diperngaruhi oleh pendapat dan pandangan diri
pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
b. Berpikir terarah yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan
sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya di arahkan pada
pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah yaitu:
1) Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap
suatu keadaan.
2) Berpikir kreatif yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-
hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru
dari suatu soal, menemukan system baru, menemukan bentuk aristik
baru, dan sebagainya.

Tahapan berfikir simbolik


Menurut Runtukahu dan Selpius Kandou (2014 : 69) “Dalam
tahap simbolik, anak memanipulasi simbol atau lambang objek-
objek tertentu. Siswa mampu menggunakan notasi tanpa tergantung
pada objek nyata.”
Tahap simbolik termasuk dalam tahap belajar mengenai
konsep.Hal tersebut membutuhkan kemampuan dalam merumuskan konsep
yang dikemas dalam bentuk kata-kata maupun kalimat.Konsep dipelajari
agar anak mengenal suatu objek namun tidak bergantung dengan objek
nyata. Konsep juga sangat penting dipelajari untuk menjadi bekal dalam
kehidupan anak di pendidikan serta kehidupan selanjutnya.

Cara menerapkan berpikir simbolik pada anak 2-5 tahun

Menurut Runtukahu dan Selpius Kandou (2014 :75) “ ada beberapa


cara menerapkan berfikir simbolik pada anak usia 2-5 tahun, yaitu:
a) Menggunakan symbol
b) Bermain Khayal
c) Menggelompokan
d) Mengurutkan Sesuatu

Tingkat Pencapaian Berfikir Simbolik Anak Usia 5-6 Tahun

Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak


Perkembangan
Kognitif 1. Menyebutkan lambang bilangan 1-10
A. Berpikir 2. Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung
simbolik 3. Mencocokkan lambang bilangan dengan bilangan
4. Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan
konsonan
5. Mempresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk
gambar atau tulisan (ada benda pensil yang diikuti
tulisan dan gambar pensil)

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Dalam Berfikir Simbolik


Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak
untuk berpikir. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir logis,
kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan
sebab akibat.Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran.
Pikiran adalah bagian dari berfikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu
pemahaman, penalaran, pengetahuan, dan pengertian.
Perkembangan kognitif berhubungan langsung dengan perkembangan
berpikir. Perkembangan berpikir anak yang harus dicapai salah satunya
adalah dalam hal perkembangan berpikir simbolik. Pada perkembangan
berpikir simbolik, yang terjadi adalah anak-anak mulai menggunakan
simbol-simbol ketika mereka menggunakan sebuah objek atau tindakan
untuk mempresentasikan sesuatu yang tidak ada dihadapannya.
Penggunaan mind mapping sebagai media pembelajaran dapat
membantu meragamkan cara menyampaikan materi atau informasi
pembelajaran dari guru kepada anak. Guru tidak harus menyampaikan
informasi yang panjang lebar yang mengakibatkan anak akan cepat merasa
bosan sehingga materi tersebut sulit untuk disimpan dalam otak anak. Mind
Mapping dalam penyajiannya menggunakan gambar, warna, simbol, dan
sedikit kata yang dapat menarik minat dan perhatian anak.
Menurut Kapadia dalam Rahayu (2014:22) berpendapat bahwa lima
indera membantu anak mengalami sesuatu, dan kesan yang ditinggalkan di
benak dapat disebut daya ingat, atau dengan kata lain penggunaan lebih
dari satu alat indera, anak dapat mengingat suatu kesan yang pernah
dialami secara lebih baik. Deporter & Hernacki (2016:152) mengatakan
bahwa otak sering mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol,
suara, bentuk, dan perasaan. Anak usia dini merupakan pembelajaran yang
memerlukan penggunaan komponen-komponen tersebut dalam menangkap
informasi dan menimbulkan kembali daripada menggunakan kata-kata atau
lisan yang panjang.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian deskriptif dengan
jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di TK Darul
MukmininJl.K.H.Hasan Anang RT.08 Kel. Olak Kemang Kec. Danau Teluk
Kota Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester Ganjil tahun ajaran
2017/2018.
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas B di TK Darul
Mukminin Kota Jambi sebanyak 20 orang, yaitu kelas B yang nantinya akan
dijadikan sampel dalam penelitian. Khusus untuk kelas A tidak termasuk
dalam subjek penelitian karena peserta didik di kelas A merupakan kelas
anak yang berumur rata-rata 3-4 tahun.
Tabel 3.1 Jumlah Siswa kelas B2 TK Darul Mukminin T.A 2017/2018

No Kelas Jumlah (Anak)

1 B 4

Jumlah 4
Sumber: Guru TK Darul Mukminin

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang menjadi objek
penelitian yaitu data tentang perkembangan kognitif anak usia dini dalam
pembelajaran matematika di TK Darul Mukminin Kota Jambi.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik di Kelas B2 TK
Darul Mukminin Kota Jambi.Instrument pengumpulan data pada penelitian
ini adalah Observasi, Unjuk kerja, Dokumentasi.

Tabel. 3.2Kisi-Kisi Observasi Anak

Variabel Aspek Indikator Deskriptor Hasil Temuan

Perkembangan Berfikir Menyebutkan 1. Anak mampu


Kognitif Simbolik lambang menyebutkan lambang
bilangan 1-10 bilangan 1-10 sesuai
dengan benda yang
diberi label angka
2. Anak mampu
menunjukkan lambang
bilangan 1-10
3. Anak mampu
menyebutkan urutan
lambang bilangan 1-10
Menggunakan 1. Anak mampu
lambang menggunakan lambang
bilangan untuk bilangan dalam
menghitung menghitung banyak
benda
2. Anak mampu
menggunakan lambang
bilangan dalam
menjumlahkan benda
3. Anak mampu
menggunakan lambang
bilangan dalam
mengurangkan benda
Mencocokkan 1. Anak mampu
bilangan dengan menyebutkan bilangan
lambang sesuai dengan lambang
bilangan bilangan
2. Anak mampu
menunjukkan bilangan
sesuai dengan lambang
bilangan
3. Anak mampu
mencocokkan bilangan
dengan jumlah benda
Mengenal 1. Anak mampu
berbagai macam menyebutkan lambang
lambang huruf huruf vokal dan
vokal dan konsonan
konsonan 2. Anak mampu
menunjukkan lambang
huruf vokal dan
konsonan
3. Anak mampu
mencocokkan lambang
huruf vokal dan
konsonan sesuai
dengan benda

No Pertanyaan HasilTemuan
1 Bagaimanakah kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk
menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10?
2 Bagaimana kemampuan anak ketika guru meminta untuk menunjuk
lambang bilangan 1 sampai 10?
3 Bagaimana kemampuan anak dalam menyebutkan urutan bilangan 1
sampai 10?
4 Bagaimana kemampuan anak dalam menggunakan lambang bilangan
untuk menghitung banyak benda?
5 Bagaimanakah kemampuan anak dalam menggunakan lambing
bilangan untuk menjumlahkan benda?
6 Bagaimanakah kemampuan anak lambing dalam menggunakan
bilangan untuk mengurangkan benda?
7 Bagaimanakah kemampuan anak dalam menyebutkan bilangan yang
sesuai dengan lambing bilangan?
8 Bagaimanakah kemampuan anak dalam menunjuk bilangan yang
sesuai dengan lambing bilangan?
9 Bagaimanakah kemampuan anak dalam mencocokkan bilangan
dengan lambing bilangan?
10 Bagaimanakah kemampuan anak untuk menyebutkan lambing huruf
vocal dan kosonan?
11 Saat anak diminta untuk menunjuk lambing huruf vocal dan
kosonan, bagaimanakah kemampuan yang dimiliki oleh anak
tersebut?
12 Bagaimanakah kemampuan anak untuk mencocokkan lambang
huruf vocal dan konsonan yang sesuai dengan benda?

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah adalah
analisi data interaktif yang disampaikan oleh hubberman dan miles dalam
nugroho (2014:63-64), dimana terdapat tiga hal utama dalam analisis
interaktif yakni, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Kegiatan analisis data dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan, antara lain:
1.Reduksi data
Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tulisan di lapangan, dimana reduksi data berlangsung secara terus menerus
selama penelitian yang berorientasi kualitatif berlangsung.
2.Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
keputusan yang terus berkembang menjadi sebuah siklus dan penyajian data
bisa diloakukan dalam sebuah matrik.
3.Verifikasi/penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari suatu
kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Dimana kesimpulan diverifikasi selama
penelitian berlangsung.

Menurut sugiyono (2015:125-126), triangulasi dalam pengujian


kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan
mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik unutk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dedngan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dilakukan
dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar,
belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih credible.
HASIL PENELITIAN
Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Darul Mukminin Kelurahan Olak
Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Penelitian ini ditujukan
kepada anak-anak peserta didik yang ada di TK tersebut yang berada di
kelas B. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung mengenai
perkembangan kognitif anak usia dini dalam berpikir simbolik di TK Darul
Mukminin. Penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data dengan
cara observasi dan wawancara dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan kognitif anak usia dini dalam berpikir simbolik di TK Darul
Mukminin.
Dalam kegiatan observasi, ada 5 anak yang menjadi sampel dalam
penelitian mengenai perkembangan kognitif anak dalam berpikir simbolik.
Adapun nama-nama anak tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Daftar Nama Peserta Didik
No Kode Jenis Kelamin
P L
1 Aris Arkaini √
2 Asyifa Zaskia √
3 Nasya Azzahra √
4 Muhammad Iqbal √

Selanjutnya, hasil wawancara terhadap kedua orang guru kelas


dipergunakan untuk mengetahui perkembangan kognitif anak dalam
berpikir simbolik.
Tabel 4.2. Daftar Nama yang di Wawancarai
No Nama Jenis Kelamin Keterangan
P L
1 Rohimah, S.Pd √ Guru Kelas B
2 Muthmainnah √ Guru Kelas B
2. Deskripsi Data Hasil Observasi dan Wawancara
Kegiatan observasi pada penelitian ini dilakukan pada Tanggal 01
November 2017. Pada kegiatan observasi ini, ada 4 indikator yang dilihat.
Hasil dari kegiatan observasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Menyebutkan Lambang Bilangan 1 Sampai 10
Indikator pertama dalam kegiatan observasi ini adalah melihat
kemampuan anak untuk menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10.
Pada indikator ini ada beberapa item yang dilihat, diantaranya adalah :
1. Kemampuan anak menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10
sesuai dengan benda yang diberi label angka

Pada kegiatan ini, guru menempelkan label angka pada setiap benda
dengan tujuan agar anak mampu menyebutkan bilangan angka pada benda
tersebut. Selanjutnya, guru meminta kepada lima anak tersebut untuk
menyebutkan lambang bilangan yang ditunjuk oleh guru.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, anak terlihat antusias untuk
menjawab pertanyaan dari guru. Bahkan anak tersebutsudah paham dan bisa
menyebutkan bilangan-bilangan angka yang tertempel pada benda tersebut
dengan benar dan jelas. Akan tetapi, ada juga anak yang terlihat ragu-ragu
untuk menjawab. Hal ini dikarenakan mereka malu untuk menjawab dan takut
salah, sehingga harus dibantu dulu oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi, anak pertama yang bernama Aris Arkaini
terlihat sangat konsentrasi dan memiliki rasa percaya tinggi. Sehingga saat
guru bertanya anak selalu memiliki rasa antusias yang tinggi untuk menjawab
pertanyaan dari guru tersebut. Akan tetapi, tidak semua jawaban yang
diberikan selalu benar, masih ada beberapa jawaban yang salah. Namun,
jumlah jawaban yang benar jauh lebih banyak bila dibanding dengan jawaban
yang salah.
Dari segi konsentrasi dan rasa percaya diri, Aris Arkaini sudah memiliki
kategori yang baik. Akan tetapi dari segi untuk perkembangan kognitif dalam
berpikir simbolik anak ini memiliki kategori kurang baik. Hal ini dapat dilihat
ketika guru meminta untuk menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10, Aris
Arkaini hanya bisa menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 7 saja atau
menyebutkan 1 sampai 10 tetapi tidak berurutan.
Akan tetapi perkembangan kognitif yang kurang baik tersebut dapat
didukung dengan rasa percaya diri dan konsentrasi yang baik. Sehingga Aris
Arkaini terlihat memiliki perkembangan kognitif dalam berpikir simbolik
yang baik meskipun belum optimal.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia, berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti, Asyifa Zaskia terlihat memiliki perkembangan
kognitif dalam berpikir simbolik yang sangat baik. Bahkan ia memiliki
perkembangan yang paling baik bila dibandingkan dengan ketiga temannya.
Hal ini dapat dilihat dari kemampuan menjawab yang dimiliki oleh
Asyifa Zaskia. Saat guru menunjuk ia untuk menyebutkan lambang bilangan 1
sampai 10, anak ini terlihat memiliki cara menjawab yang baik, ia mampu
menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 sesuai dengan label yang
ditempel dibenda, lambang bilangan tersebut juga disebutkan secara berurutan
dan guru juga tidak perlu membantunya dalam menjawab.
Selain itu, Asyifa Zaskia juga terlihat memiliki rasa percaya diri yang
tinggi serta diimbangi dengan konsentrasi yang baik pula. Hal ini dapat dilihat
saat guru memintanya untuk menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10,
anak ini terlihat santai dan tidak ada rasa cemas, takut ataupun ragu.
Sedangkan pada saat guru menjelaskan, anak ini terlihat sangat konsentrasi
dan fokus dengan apa yang ia lihat. Berdasarkan kemampuan menjawab yang
ia miliki, maka anak ini terlihat memiliki perkembangan kognitif dalam
berpikir simbolik yang sangat baik dengan didukung oleh rasa percaya diri dan
konsentrasi yang baik pula.
Selanjutnya, anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra terlihat memiliki
perkembangan kognitif dalam berpikir simbolik yang cukup baik. Akan tetapi,
perkembangan kognitif yang cukup tersebut tidak diimbangi dengan rasa
percaya diri yang cukup pula.
Hal ini dapat dilihat ketika Nasya Azzahra diminta untuk maju kedepan
dan menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10, anak ini terlihat tidak mau
dan terlihat takut. Sehingga harus dibujuk terlebih dahulu oleh guru. Ketika
sudah didepan, anak ini juga menjawab pertanyaan dari gurunya dengan suara
yang lirih dan terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Ketika menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10, Nasya Azzahra
terlihat terbata-bata dan terlihat ragu-ragu untuk menyebutkannya. Padahal
lambang bilangan yang ia sebutkan sudah benar dan sesuai dengan label yang
tertempel pada benda. Padahal ia sudah memiliki perkembangan kognitif yang
cukup hanya saja rasa percaya dirinya yang kurang baik.
Selanjutnya kegiatan observasi pada anak keempat yang bernama
Muhammad Iqbal. Dimana anak tersebut terlihat tidak memiliki konsentrasi
yang baik, terlihat lebih agresif dan memiliki perkembangan kognitif dalam
berpikir simbolik yang tidak baik pula.
Hal tersebut terbukti, saat guru menjelaskan mengenai materi kegiatan
pembelajaran, Muhammad Iqbal justru sibuk bermain dengan teman
sebangkunya. Ia terlihat tidak konsentrasi dengan apa yang dijelaskan oleh
guru. Selain itu, ia juga sering mengganggu teman-teman yang lain sehingga
teman-teman yang lain pun ikut tidak berkonsentrasi dan lebih fokus dengan
apa yang Iqbal lakukan.
Sedangkan, saat guru memintanya untuk menyebutkan lambang bilangan
1 sampai 10, Iqbal terlihat sedikit kesulitan dan cendrung memberikan
jawaban yang salah. Misal, saat guru menunjuk angka 6 yang tertempel pada
benda, Iqbal malah menyebut angka 9 atau bahkan ia hanya diam. Hal tersebut
yang membuat Muhammad Iqbal memiliki perkembangan kognitif dalam
berpikir simbolik yang tidak baik dengan didukung konsentrasi yang rendah
pula.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa Aris Arkini
memiliki kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 yang
kurang baik, Asyifa Zaskia memiliki kemampuan menyebutkan lambang
bilangan 1 sampai 10 yang sangat baik, Nasya Azzahra memiliki kemampuan
menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 yang cukup baik dan Muhammad
Iqbal memiliki kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 yang
tidak baik.
Hasil observasi tersebut didukung dengan hasil wawancara pada tanggal
07 November 2017 dengan Ibu Muthmainnah dan Ibu Rohimah.
Bagaimanakah kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk menyebutkan
lambang bilangan 1 sampai 10?
Ibu Rohimah menjawab “kemampuannya berbeda-berbeda. Misalnya
ada anak yang memiliki konsentrasi sangat baik, tetapi ketika diminta untuk
menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 jawaban yang diberikan masih
ada yang salah. Selanjutnya ada juga anak yang memiliki konsentrasi baik,
memperhatikan dengan baik dan mampu menyebutkan lambang bilangan 1
sampai 10 dengan benar. Ada juga anak yang terlihat kurang percaya diri,
terlihat malu dan ragu-ragu padahal anak tersebut sudah mampu menyebutkan
lambang bilangan 1 sampai 10 dengan benar. Tetapi ada juga anak yang
memang tidak konsentrasi sehingga saat diminta untuk menyebutkan lambang
bilangan 1 sampai 10 anak terlihat bingung dan ujung-ujungnya salah
menyebutkan”.
Sedangkan jawaban ibu Muthmainnah “saat diminta untuk menyebutkan
lambang bilangan 1 sampai 10, kemampuan anak juga berbeda-beda. Ada
anak yang sebenarnya bisa menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 tetapi
anak tersebut kurang percaya diri. Ada juga anak yang memang bagus, artinya
anak tersebut memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan menyebutkan
lambang bilangan dengan benar. Ada anak yang konsentrasinya baik, tetapi
masih salah nyebut dan ada juga anak yang tidak bisa menyebutkan serta
memiliki konsentrasi yang kurang baik.”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa ada anak sudah


bisa menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10, tetapi masih ada juga anak
yang masih salah dalam menyebutkan angka 1 sampai 10.
2. Anak mampu menunjukkan lambang bilangan 1 sampai 10

Pada kegiatan ini guru juga menempel sebuah angka pada benda,
selanjutnya guru menyebutkan sebuah angka yang tertempel pada benda
tersebut dan meminta anak untuk menunjukkan angka yang sesuai dengan
yang disebutkan oleh guru tersebut. Dalam kegiatan ini ada 10 benda yang
diberi label angka 1 sampai 10 dan guru meminta anak untuk menujuk benda
tersebut sesuai dengan lambang bilangan yang diminta oleh guru.
Hasil observasi pada Aris Arkaini yang memiliki rasa percaya diri yang
baik dan konsentrasi yang baik pula terlihat ketika guru meminta anak untuk
menunjuk beberapa angka, anak ini hanya mampu menunjuk beberapa angka
dengan benar. Misalnya, ketika guru menyebut angka 7, Aris malah menunjuk
angka 8. Dari lambang bilanngan 1 sampai 10, Aris hanya mampu menunjuk 6
angka dengan benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa Aris Arkaini memiliki
perkembangan kognitif yang kurang baik.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia. Hasil observasi peneliti pada
Asyifa Zaskia saat guru meminta agar ia menunjuk lambang bilangan 1
sampai 10, anak ini terlihat mampu melakukan hal tersebut dengan benar.
Misal, guru menyebut angka 6 maka ia juga menunjuk angka 6, guru
menyebut angka 8 maka ia juga menunjuk angka 8 dan begitu juga seterusnya.
Berdasarkan kemampuannya tersebut, Asyifa Zaskia memiliki perkembangan
kognitif dalam berpikir simbolik yang sangat baik.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra terlihat mengalami hal yang
sama dengan kegiatan sebelumnya.Ia memiliki rasa takut dan tidak percaya
diri. Sehingga ketika diminta untuk menunjuk lambang bilangan 1 sampai 10,
anak ini terlihat sangat takut salah dan cendrung tidak mau menunjuk dan
harus dibantu oleh guru. Padahal angka yang ia tunjuk sudah benar, tetapi
karna ia kurang percaya diri, ia jadi terlihat memiliki perkembangan kognitif
yang kurang baik.
Selanjutnya anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal, dalam
melakukan kegiatan menunjuk angka anak ini tidak bisa melakukannya
dengan benar dan ia harus dibantu oleh guru supaya bisa menunjuk angka
yang benar. Hal ini diakibatkan anak ini tidak konsentrasi terhadap kegiatan
yang dilakukan.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa Aris Arkaini
memiliki kemampuan menunjuk lambang bilangan 1 sampai 10 yang kurang
baik, Asyifa Zaskia memiliki kemampuan menunjuk lambang bilangan 1
sampai 10 yang sangat baik, Nasya Azzahra memiliki kemampuan menunjuk
lambang bilangan 1 sampai 10 yang kurang baik dan Muhammad Iqbal
memiliki kemampuan menunjuk lambang bilangan 1 sampai 10 yang tidak
baik.
Hasil observasi tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara pada
tanggal 07 November 2017 dengan Ibu Rohimah dan Ibu Muthmainnah.
Bagaimana kemampuan anak ketika guru meminta untuk menunjuk lambang
bilangan 1 sampai 10?
Ibu Rohimah menjawab “kemampuan mereka bermacam-macam.
Artinya anak satu memiliki kemampuan yang berbeda dengan anak lainnya.
Saat diminta untuk menunjuk lambang bilangan 1 sampai 10, ada anak yang
bisa menunjuk dengan benar semua, ada anak yang hanya menunjuk dengan
sebagian aja yang benar dan ada juga anak yang masih tertatih-tatih dalam
menunjuk lambang bilangan 1 sampai 10. Sehingga anak tersebut harus
dibantu dengan kita (guru)”. Sedangkan jawaban ibu Muthmainnah “jelas
sekali kemampuannya berbeda. Ada anak yang mampu melakukan kegiatan
tersebut dengan benar dan penuh percaya diri, ada anak yang melakukan
kegiatan tersebut dengan percaya diri tetapi jawabannya masih ada yang salah,
ada anak yang mampu melakukan kegiatan tersebut dengan benar tetapi tidak
percaya diri, bahkan ada juga anak yang belum bisa melakukan kegiatan ini
dengan benar sehingga harus dibantu dulu”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa anak di TK


Darul Mukminin sudah bisa menunjuk lambang bilangan 1 sampai 10 dengan
benar dan penuh percaya diri. Tetapi ada juga anak yang kurang memiliki rasa
percaya diri sehingga mereka merasa malu-malu dan ragu dalam melakukan
kegiatan menunjukkan lambang bilangan 1 sampai 10 ini.

3. Anak mampu menyebutkan urutan lambang bilangan 1-10

Pada kegiatan ini, guru meminta anak satu-persatu untuk maju kedepan
kelas. Selanjutnya guru meminta anak untuk menyebutkan lambang bilangan 1
sampai 10 secara berurutan. Untuk memacu semangat anak, guru memberikan
reward berupa tanda “LimaBintang” pada nama anak dan menempelkan hasil
penilaian tersebut di dinding kelas apabila anak bisa menyebutkan angka 1
sampai 10 dengan benar dan berurutan. Hal ini yang membuat sebagian anak
sangat berantusias untuk menjawab tugas dari guru mereka, tetapi ada juga
beberapa anak yang menanggapinya dengan biasa.
Berdasarkan hasil observasi, anak pertama yang bernama Aris Arkaini
dengan konsentrasi dan rasa percaya diri yang tingi ia menyebutkan lambang
bilangan 1 sampai 10. Akan tetapi, lambang bilangan yang ia sebutkan tidak
berurutan. Misal, ia menyebutkan 1 sampai 5 dengan urut, sesudah 5 ia
langsung menyebutkan angka 7 sehingga guru harus membantunya agar ia
mampu menyebutkan secara berurutan.
Akan tetapi, kemampuan menyebutkan lambang bilangan yang tidak
berurutan tersebut mampu ia tutupi dengan kemampuan konsentrasi dan rasa
percaya diri yang baik. Walaupun dari segi untuk perkembangan kognitif
untuk menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara berurutan anak ini
memiliki kategori kurang baik.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia, berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti, Asyifa Zaskia terlihat memiliki perkembangan
kognitif dalam berpikir simbolik yang sangat baik. Bahkan ia memiliki
perkembangan yang paling baik bila dibandingkan dengan ketiga temannya.
Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya untuk menyebutkan lambang
bilangan 1 sampai 10 secara berurutan. Ia mampu melakukan hal tersebut
dengan baik dan benar. Lambang bilangan yang ia sebutkan juga erurutan dan
jelas.
Selain itu, Asyifa Zaskia juga terlihat memiliki rasa percaya diri yang
tinggi serta diimbangi dengan konsentrasi yang baik pula. Hal ini dapat dilihat
saat ia diminta untuk menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara
berurutan, anak ini terlihat santai dan tidak ada rasa takut ataupun ragu.
Sedangkan pada saat guru menjelaskan, anak ini terlihat sangat konsentrasi
dan fokus dengan apa yang ia lihat. Berdasarkan kemampuan menjawab yang
ia miliki, maka anak ini terlihat memiliki perkembangan kognitif untuk
menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara berurutan yang sangat
baik dengan didukung oleh rasa percaya diri dan konsentrasi yang baik pula.
Selanjutnya, anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra terlihat memiliki
perkembangan kognitif dalam berpikir simbolik yang cukup baik. Akan tetapi,
perkembangan kognitif yang cukup tersebut tidak didukung dengan rasa
percaya diri yang cukup pula.
Hal ini dapat dilihat ketika Nasya menyebutkan lambang bilangan 1
sampai 10 secara berurtan, anak ini menyebutkan dengan suara yang lirih dan
terlihat ragu-ragu. Ketika menyebutkan, anak ini juga selalu menunggu untuk
dipancing dengan gurunya. Sehingga anak ini dianggap memiliki kemampuan
menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara berurutan yang kurang
baik.
Selanjutnya kegiatan observasi pada anak keempat yang bernama
Muhammad Iqbal. Dimana anak ini terlihat tidak konsentrasi dan lebih agresif.
Hal ini terbukti, saat ia diminta untuk menyebutkan lambang bilangan 1
sampai 10 secara berurutan, ia tidak bisa melakukan hal tersebut dengan
benar.Muhammad Iqbal terlihat sedikit kesulitan dan cendrung memberikan
jawaban yang salah dan menyebutkan lambang bilangan dengan tidak
berurutan.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa Aris Arkaini
memiliki kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara
berurutan yang kurang baik, Asyifa Zaskia memiliki kemampuan
menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara berurutan yang sangat
baik, Nasya Azzahra memiliki kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1
sampai 10 secara berurutan yang kurang baik dan Muhammad Iqbal memiliki
kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara berurutan
yang tidak baik.
Hasil observasi juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan Ibu
Rohimah dan Ibu Muthmainnah pada tanggal 07 November 2017. Bagaimana
kemampuan anak dalam menyebutkan urutan bilangan 1 sampai 10?
Ibu Rohimah menjawab “kemampuannya bervariasi, ada yang sudah
bisa secara benar, urutan dan fasih tetapi ada juga yang belum bisa, ada juga
yang belum berurutan dalam menyebutkan angka 1 sampai 10, dan ada juga
yang kurang semangat ataupun kurang konsentrasi”. Jawaban Ibu
Muthmainnah “sebenarnya anak sudah bisa semua. Tapi masih ada juga yang
memang kurang dalam kegiatan ini, misalnya kurang bersemangat, kurang
aktiv dan kurang merespon pertanyaan dari guru. Padahal mereka bisa dan
mereka paham tentang angka 1 sampai 10”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kemampuan


anak dalam melakukan kegiatan ini sangat bervariasi. Ada beberapa anak yang
sudah bisa dan sangat bersemangat tetapi ada juga anak yang kurang
bersemangat walaupun mereka bisa melakukan kegiatan ini. Namun ada juga
beberapa anak yang belum bisa menyebutkan angka 1 sampai 10 secara
berurutan.
a. Menggunakan Lambang Bilangan Untuk Menghitung
Indikator kedua dalam kegiatan observasi ini adalah melihat
kemampuan anak dalam menggunakan lambang bilangan untuk menghitung.
Pada kegiatan ini ada beberapa item yang dilihat, diantaranya adalah :
1. Anak mampu menggunakan lambang bilangan dalam menghitung
banyak benda

Kegiatan ini dilakukan dengan cara guru menyiapkan beberapa benda


baik itu berupa balok maupun bola-bola kecil. Guru menyiapkan 10 buah
benda berbentuk balok dan menyiapkan 10 buah benda berbentuk bola kecil.
Sehingga dalam kegiatan ini terdapat 20 benda yang akan digunakan oleh anak
untuk berhitung. Selanjutnya guru meminta anak-anak tersebut untuk
menghitung jumlah benda yang ada didepan mereka, baik benda yang
berbentuk balok maupun berbentuk bola.
Hasil observasi pada kegiatan ini, peneliti melihat dari keempat anak
yang dipilih sebagai sampel penelitian memiliki kemampuan yang berbeda
dalam hal menghitung benda. Kemampuan tersebut dilihat dari rasa percaya
diri maupun ketepatan anak dalam menghitung jumlah benda tersebut.
Anak pertama yang bernama Aris Arkaini menunjukkan bahwa ia
memiliki rasa percaya diri yang baik serta konsentrasi yang baik. Anak ini
juga mau melakukan kegiatan menghitung benda tanpa harus dirayu terlebih
dahulu oleh guru mereka. Saat anak mulai menghitung, terlihat anak lancar
menghitung dan mampu menghitung dengan benar hanya pada bilangan 1
sampai 10. Sedangkan untuk bilangan lebih dari 10 atau 11 sampai 20, anak
terlihat sedikit bingung dan terkadang menyebutkan lambang bilangan
tersebut secara terbalik atau tidak berurutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Aris Arkaini mmiliki kemampuan menggunakan lambang bilangan untuk
menghitung yang kurang baik.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia menunjukkan bahwa ia juga
memiliki rasa percaya diri yang baik serta konsentrasi yang tinggi. Pada saat
anak tersebut mulai menghitung jumlah benda yang ada didepannya, terlihat
anak ini tidak mengalami kesulitan sedikit pun sehingga ia tidak memerlukan
bantuan dari guru. Semua jawaban yang ia berikan juga sudah benar dan
berurutan. Artinya, Asyifa sudah bisa menjumlahkan seluruh benda yang ada
dihadapannya dengan sangat baik. Selain itu, anak ini juga terlihat sangat
bersemangat untuk melakukan kegiatan ini dibandingkan dengan teman-
temannya yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa Asyifa memiliki kemampuan
untuk menghitung benda dengan sangat baik.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra menunjukkan bahwa ia
memiliki rasa percaya diri yang kurang baik, artinya anak ini selalu memiliki
rasa ragu dan rasa malu saat melakukan kegiatan yang diberikan oleh guru
mereka. Selain itu, dalam kegiatan menghitung jumlah benda, anak memiliki
kemampuan yang kurang baik. Saat ia menghitung benda yang ada
dihadapannya, anak ini terlihat terbata-bata dan selalu mengarahkan
pandangannya kepada guru. Apabila guru tidak memancing untuk menghitung
maka anak ini juga sedikit ragu dan tidak mau menghitung. Saat guru tidak
membantunya untuk menghitung, maka anak ini akan menghitung dengan
suara lirih dan ragu-ragu. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Nasya
Azzahra untuk menghitung jumlah benda masih kurang baik.
Anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa
anak ini memang memiliki konsentrasi yang kurang baik, meskipun anak ini
memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Setiap kegiatan yang dilakukan, anak
ini kurang memperhatikan dan terkadang sibuk bermain dan bercerita dengan
teman-teman sebangkunya. Sehingga saat melakukan kegiatan menghitung
jumlah benda ini, ia terkadang salah dan tidak berurutan. Hal ini dikarenakan
ia kurang konsentrasi dan kurang memperhatikan, sehingga kemampuan
Muhammad Iqbal dalam menghitung benda masih kurang baik atau bahkan
tidak baik.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa Aris Arkaini
memiliki kemampuan untuk menghitung benda yang kurang baik, Asyifa
Zaskia memiliki kemampuan untuk menghitung benda yang sangat baik,
Nasya Azzahra memiliki kemampuan untuk menghitung benda yang tidak
baik dan Muhammad Iqbal memiliki kemampuan untuk menghitung benda
yang tidak baik.
Hasil observasi dalam kegiatan ini juga diperkuat dengan asil wawancara
pada tanggal 07 November 2017 dengan Ibu Rohimah dan Ibu Muthmainnah.
Bagaimana kemampuan anak dalam menggunakan lambang bilangan untuk
menghitung banyak benda?
Ibu Rohimah menjawab “kemampuannya sebenarnya sudah lumayan
baik bahkan ada juga yang sudah baik. Tetapi lagi-lagi kemampuan anak ini
juga dipengaruhi oleh rasa percaya diri mereka dan konsentrasi mereka setiap
kali melakukan kegiatan. Dikelas ini ada anak yang memang semuanya bagus,
artinya dia memiliki konsentrasi yang bagus dan kemampauan untuk
melakukan kegiatannya juga bagus. Tetapi ada juga yang punya konsentrasi
bagus tapi kemampuanya kurang atau juga sebaliknya. Bahkan ada juga yang
anak ini memang butuh perlakukan khusus, seperti sudah konsentrasinya tidak
baik juga kemampuannya yang kurang. Sehingga jadi tugas buat guru agar
kemampuan anak untuk menghitung jumlah benda tersebut bisa sama dengan
teman-temannya”.
Jawaban Ibu Muthmainnah “dalam kegiatan menghitung ini, memang
rata-rata anak sudah bisa atau mampu. Walaupun ya masih salah, belum
beurutan dan masih ragu-ragu untuk menjawab. Sehingga guru harus
membantu anak tersebut agar bisa menyamakan kemampuan mereka dengan
teman-teman yang lain. Tetapi ada juga anak yang memiliki perkembangan
yang bagus, seperti anak sudah bisa berkonsentrasi, sudah percaya diri dan
sudah mampu untuk menghitung jumlah benda tersebut”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat


anak yang belum bisa menggunakan lambang bilangan untuk menghitung
banyak benda. Hal ini dikarenakan anak tersebut tidak konsentrasi dalam
melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan anak lainnya, ada yang sudah bisa
melakukan kegiatan ini dengan baik dan benar, meskipun belum percaya diri.
2. Anak mampu menggunakan lambang bilangan dalam menjumlahkan
benda

Kegiatan ini dilakukan dengan cara guru menyiapkan 10 benda


berbentuk balok dan 10 benda berbentuk bola-bola kecil. Selanjutnya guru
meminta anak untuk menjumlahkan benda-benda tersebut serta menyebutkan
ada berapa jumlah benda dihadapan mereka.
Hasil observasi dari penelitian ini, peneliti melihat dari 4 orang anak
tersebut memiliki kemampuan yang berbeda-beda serta konsentrasi yang
berbeda pula. Anak-anak tersebut memiliki kemampuan yang sangat baik,
kurang baik atau bahkan tidak baik.
Anak pertama yang bernama Aris Arkaini menunjukkan bahwa ketika ia
melakukan kegiatan menjumlahkan benda, anak ini terlihat kurang
bersemangat. Sehingga guru harus merayu anak ini supaya mau
menjumlahkan benda yang ada didepannya.Saat guru memberikan 1 bola dan
1 balok maka ia dapat menjawab jumlahnya ada 2 benda, lalu guru
memberikan 2 bola dan 2 balok ia menjawab jumlahnya ada 4 benda, tetapi
saat guru terus menambah jumlah benda anak ini terlihat sedikit bingung dan
ragu dalam menjawab. Semakin besar angka penjumlahan maka Aris Arkaini
akan kesulitan untuk menjumlahkan benda tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa Aris Arkaini memiliki kemampuan untuk menjumlahkan benda yang
belum berkembang dengan baik.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia menunjukkan bahwa ia mampu
melakukan kegiatan penjumlahan benda dengan benar. Bukan hanya
penjumlahan dalam jumlah kecil, Asyifa Zaskia juga sudah bisa melakukan
penjumlahan dalam jumlah yang besar seperti bilangan yang lebih dari 10.
Selain itu, anak ini juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan konsentrasi
yang baik pula. Hal ini terlihat dari kemampuan anak yang melakukan
kegiatan penjumlahan ini tanpa ragu dan tidak malu-malu. Selain itu, anak ini
juga terlihat sangat bersemangat dan ceria untuk melakukan kegiatan ini. Hasil
observasi menunjukkan bahwa Asyifa Zaskia memiliki kemampuan untuk
menjumlahkan benda yang sangat baik.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra menunjukkan bahwa ia juga
kurang mampu melakukan kegiatan penjumlahan dengan benar dan tepat.
Anak ini terlihat sedikit bingung meskipun sudah dibantu dengan gurunya.
Ketidak mampuan Nasya untuk menjumlahkan benda yanga da dihadapannya
diduga karena Nasya memiliki rasa percaya diri yang kurang baik. Selain itu,
Nasya Azzahra juga merupakan tipe anak yang pemalu sehingga ia cendrung
diam dan kurang aktif. Hal tersebut menunjukkan bahwa Nasya Azzahra
memiliki kemampuan untuk menjumlahkan benda yang tidak baik.
Anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa ia
memang memiliki konsentrasi yang kurang baik, meskipun ia memiliki rasa
percaya yang tingi. Dari semua kegiatan yang dilakukan, anak ini memang
kurang fokus dan sibuk untuk bermain dengan teman-teman sebangkunya.
Dalam melakukan kegiatan penjumlahan benda, anak ini sudah mampu
melakukan penjumlahan dengan benar, tetapi masih banyak yang salah. Hal
ini dikarenakan anak ini kurang memperhatikan dan kurang konsentrasi ketika
melakukan penjumlahan ini. Sehingga anak ini memiliki kemampuan untuk
menjumlahkan benda yang belum berkembang dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa Aris Arkaini
memiliki kemampuan menjumlahkan benda yang belum berkembang dengan
baik, Asyifa Zaskia memiliki kemampuan menjumlahkan benda yang sudah
berkembang dengan sangat baik, Nasya Azzahra memiliki kemampuan
menjumlahkan benda yang belum berkembang dengan baik dan Muhammad
Iqbal memiliki kemampuan menjumlahkan benda yang belum berkembang
dnegan baik.
Hal ini didukung dengan hasil wawancara pada tanggal 07 November
2017 dengan Ibu Rohimah dan Ibu Muthmainnah. Bagaimanakah kemampuan
anak dalam menggunakan lambang bilangan untuk menjumlahkan benda?
Lalu Ibu Rohimah menjawab “dalam melakukan penjumlahan, anak-
anak tersebut sudah bisa. Mereka sudah mampu menjumlahkan dengan benar.
Tetapi lagi-lagi saya jelaskan bahwa konsentrasi anak ini berbeda-beda. Ada
yang konsentrasinya bagus dan adanya kurang. Tetapi kalo untuk melakukan
penjumlahan anak-anak sudah bisa dan hanya sedikit yang salah”. Sedangkan
jawaban Ibu Muthmainnah “kemampuan anak dalam kegiatan ini berbeda-
beda, ada yang sangat semangat tetapi masih salah, ada yang tidak semangat
padahal mereka bisa, tetapi ada juga yang sempurna seperti semangatnya
tinggi dan jawabannya benar”.

Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan


kegiatan penjumlahan benda anak-anak usia dini di TK Darul Mukminin
sudah bisa melakukan kegiatan tersebut dengan benar. Tetapi ada juga anak
yang kurang konsentrasi dan memiliki rasa percaya diri yang rendah.
3. Anak mampu menggunakan lambang bilangan dalam mengurangkan
benda

Sama seperti kegiatan penjumlahan, dalam kegiatan mengurangkan


benda ini guru juga menyiapkan 10 benda berbentuk balok kecil dan 10 benda
berbentuk bola-bola kecil. Selanjutnya guru meminta anak untuk
mengurangkan benda tersebut.
Kegiatan mengurangkan benda ini dilakukan secara bersamaan dengan
ketika anak melakukan kegiatan penjumlahan benda. Hal ini dilakukan untuk
menghindari agar anak-anak tidak terlalu bosan dan efisiensi waktu.
Anak pertama yang bernama Aris Arkaini menunjukkan bahwa ketika ia
melakukan kegiatan mengurangkan benda, anak ini terlihat kurang
bersemangat. Sehingga guru harus merayu anak ini supaya mau
menjumlahkan benda yang ada didepannya.Saat guru memberikan 5 bola dan
1 balok dan meminta agar ia mengurangkan benda tersebut maka ia dapat
menjawab jumlahnya ada 4 benda, lalu guru memberikan 6 bola dan 2 balok ia
menjawab jumlahnya ada 4 benda, tetapi saat guru terus jumlah lambang
bilangan untuk dikurangkan anak ini terlihat sedikit bingung dan ragu dalam
menjawab. Semakin besar angka untuk pengurangan maka Aris Arkaini akan
kesulitan untuk mengurangkan benda tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
Aris Arkaini memiliki kemampuan untuk mengurangkan benda yang belum
berkembang dengan baik.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia menunjukkan bahwa ia mampu
melakukan kegiatan pengurangan benda dengan benar. Bukan hanya
pengurangan dalam jumlah kecil, Asyifa Zaskia juga sudah bisa melakukan
pengurangan dalam jumlah yang besar seperti bilangan yang lebih dari 10.
Selain itu, anak ini juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan konsentrasi
yang baik pula. Hal ini terlihat dari kemampuan anak yang melakukan
kegiatan pengurangan ini tanpa ragu dan tidak malu-malu. Selain itu, anak ini
juga terlihat sangat bersemangat dan ceria untuk melakukan kegiatan ini. Hasil
observasi menunjukkan bahwa Asyifa Zaskia memiliki kemampuan untuk
mengurangkan benda yang sangat baik.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra menunjukkan bahwa ia juga
kurang mampu melakukan kegiatan pengurangan dengan benar dan tepat.
Anak ini terlihat sedikit bingung meskipun sudah dibantu dengan gurunya.
Ketidak mampuan Nasya untuk mengurangkan benda yanga ada dihadapannya
diduga karena Nasya memiliki rasa percaya diri yang kurang baik. Selain itu,
Nasya Azzahra juga merupakan tipe anak yang pemalu sehingga ia cendrung
diam dan kurang aktif. Hal tersebut menunjukkan bahwa Nasya Azzahra
memiliki kemampuan untuk mengurangkan benda yang tidak baik.
Anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa ia
memang memiliki konsentrasi yang kurang baik, meskipun ia memiliki rasa
percaya yang tingi. Dari semua kegiatan yang dilakukan, anak ini memang
kurang fokus dan sibuk untuk bermain dengan teman-teman sebangkunya.
Dalam melakukan kegiatan pengurangan benda, anak ini terlihat bermain-
main dan kurang fokus dengan kegiatan yang ia lakukan. Hal ini dikarenakan
anak ini kurang memperhatikan dan kurang konsentrasi ketika melakukan
penjumlahan ini. Sehingga anak ini memiliki kemampuan untuk
mengurangkan benda yang belum berkembang dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa Aris Arkaini
memiliki kemampuan mengurangkan benda yang belum berkembang dengan
baik, Asyifa Zaskia memiliki kemampuan mengurangkan benda yang sudah
berkembang dengan sangat baik, Nasya Azzahra memiliki kemampuan
mengurangkan benda yang belum berkembang dengan baik dan Muhammad
Iqbal memiliki kemampuan mengurangkan benda yang belum berkembang
dengan baik.
Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara dengan Ibu Rohimah dan
Ibu Muthmainnah pada tanggal 07 November 2017. Bagaimanakah
kemampuan anak dalam menggunakan lambang bilangan untuk
mengurangkan benda?
Jawaban dari Ibu Rohimah “kemampuan anak dalam mengurangkan
jumlah benda ini tidak jauh berbeda dengan saat anak-anak melakukan
kegiatan penjumlahan tadi. Artinya sudah ada yang memang bisa, ada yang
belum bisa dan ada yang bisa tapi malas atau kurang semangat”. Sedangkan
jawaban Ibu Muthmainnah “hampir sama dengan kegiatan penjumlahan tadi,
Ada yang sangat semangat tetapi masih salah, ada yang tidak semangat
padahal mereka bisa, tetapi ada juga yang sempurna seperti semangatnya
tinggi dan jawabannya benar”.

Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua anak


bisa melakukan kegiatan pengurangan ini. Walaupun jumlah anak yang tidak
bisa hanya sedikit bila dibandingkan dengan jumlah anak yang bisa
melakukan kegiatan ini. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan kognitif
anak dalam berpikir simbolik sudah berkembang.
b. Mencocokkan Bilangan dengan Lambang Bilangan
Indikator yang ketiga dalam kegiatan observasi ini adalah melihat
kemampuan anak untuk mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.
Indikator ini terdiri dari beberapa item, diantaranya:
1. Anak mampu menyebutkan bilangan sesuai dengan lambang bilangan

Kegiatan ini dilakukan dengan cara guru menempel sebuah kertas yang
bertuliskan sebuah lambang bilangan di papan tulis. Selanjutnya guru
menunjuk sebuah lambang bilangan dan meminta anak untuk menyebutkan
bilangan yang sesuai dengan yang ditunjuk oleh guru.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa 4
orang anak yang digunakan sebagai sampel penelitian memiliki kemampuan
yang berbeda-beda serta konsentrasi yang berbeda pula.
Anak pertama yang bernama Aris Arkaini menunjukkan bahwa ia sudah
bisa menyebutkan bilangan yang sesuai dengan lambang bilangan yang
diminta oleh guru. Akan tetapi, anak ini menjawab dengan lambat dan dengan
semangat yang rendah. Sehingga harus dibantu terlebih dahulu oleh guru kelas
mereka. Padahal jawaban yang ia berikan benar dan konsentrasinya juga
sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa Aris Arkaini memiliki kemampuan
untuk menyebutkan bilangan yang sesuai dengan lambang bilangan dengan
kurang baik karena ia masih lambat dalam menyebutkannya dan kurang
bersemangat.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia menunjukkan bahwa ia sudah
bisa menyebutkan bilangan yang sesuai dengan lambang bilangan yang
ditunjuk oleh guru. Anak ini juga memiliki konsentrasi yang baik dan
semangat yang tinggi. Sehingga saat diminta untuk melakukan kegiatan ini,
anak tersebut sangat bersemangat dan ceria sekali. Hal ini menunjukkan
bahwa Asyifa Zaskia memiliki kemampuan untuk menyebutkan bilangan yang
sesuai dengan lambang bilangan dengan sangat baik karena ia mampu
menyebutkan bilangan yang sesuai dan menyebutkannya dengan rasa
semangat dan penuh konsentrasi.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra menunjukkan bahwa ia juga
belum mampu untuk menyebutkan bilangan yang sesuai dengan lambang
bilangan yang ditunjuk oleh guru. Anak ini memang memiliki rasa percaya
diri yang kurang baik. Setiap guru meminta anak ini untuk melakukan
kegiatan, anak ini selalu malu-malu dan ragu untuk menjawab pertanyaan dari
guru. Hal ini menunjukkan bahwa Nasya Azzahra memiliki kemampuan untuk
menyebutkan bilangan yang sesuai dengan lambang bilangan dengan tidak
baik karena ia tidak mampu menyebutkan bilangan yang sesuai dan ia juga
terlihat ragu dan kurang percaya diri.
Anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa ia
kurang mampu menyebutkan bilangan dengan lambang bilangan yang sesuai.
Jawaban yang ia berikan masih banyak yang salah. Anak ini juga memiliki
konsentrasi yang kurang baik, sehingga sering terlihat bingung dan ragu dalam
menjawab. Selain itu, anak ini juga sangat agresif ketika ia sudah merasa lelah
dan bosan tetapi terus dipaksa untuk melakukan suatu kegiatan maka anak ini
akan marah. Hal ini menunjukkan bahwa Muhammad Iqbal memiliki
kemampuan untuk menyebutkan bilangan yang sesuai dengan lambang
bilangan dengan tidak baik karena tidak bisa menyebutkan bilangan yang
sesuai dengan lambang bilangan yang ada.
Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara pada tanggal 07 November
2017. Wawancara ini dilakukan dengan Ibu Rohimah dan Ibu Muthmainnah.
Bagaimanakah kemampuan anak dalam menyebutkan bilangan yang sesuai
dengan lambang bilangan?
Ibu Rohimah menjawab “kemmapuannya cukup baik. Anak-anak sudah
mulai berkembang dengan baik terutama dalam hal mengenal dan
menyebutkan lambang bilangan. Tapi anak-anak kadang kurang konsentrasi
dan tidak semangat jadi terlihat kurang mampu atau juga masih salah”.
Sedangkan Ibu Muthmainnah menjawab “dalam kegiatan ini anak sudah bisa
untuk menyebutkan bilangan yang sesuai dengan lambang bilangan yang
ditunjuk. Tetapi terkadang anak kurang fokus dan perhatiannya terbagi
sehingga anak kadang salah”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa ada anak yang


memang fokus dan bisa menyebutkan bilangan dengan benar dan sesuai
dengan lambang bilangan yang ditunjuk oleh guru, tetapi ada juga anak yang
kurang fokus sehingga mereka salah dan bingung saat ditanya oleh guru.
2. Anak mampu menunjukkan bilangan sesuai lambang bilangan

Pada kegiatan ini media yang digunakan oleh guru masih sama yaitu
dengan cara menempel sebuah kertas yang bertuliskan sebuah lambang
bilangan di papan tulis. Selanjutnya guru menunjuk salah satu bilangan
tersebut dan meminta anak untuk menunjuk lambang bilangan tersebut dengan
sesuai.
Hasil observasi menunjukkan bahwa anak memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Akan tetapi dari keempat anak yang dipilih sebagai sampel
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak tersebut sudah bisa
menunjuk bilangan yang sesuai dengan lambang bilangan yang disebutkan
oleh guru.
Anak pertama yang bernama Aris Arkaini menunjukkan bahwa ia sudah
bisa menjawab dengan benar dan tepat. Tetapi anak ini menjawabnya lambat
dan perlu dibantu oleh guru. Hal ini dikarenakan konsentrasi anak sudah
menurun dan semangatnya juga kurang baik. Jawaban yang ia berikan juga
masih banyak yang salah dan Aris Arkaini juga terlihat kurang konsentrasi
dengan kegiatan yang sedang ia lakukan.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia menunjukkan bahwa ia mampu
menjawab dengan benar, tepat dan cepat. Konsentrasi yang ia miliki juga
masih sangat baik serta anak ini juga memiliki semangat yang tinggi sehingga
ia mampu menjawab dengan cepat dan tanpa ragu.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra menunjukkan bahwa ia juga
kurang mampu menjawab dengan benar dan cepat. Hal ini dikarenakan ia
kurang percaya diri dan ragu untuk menunjuk bilangan yang sesuai dengan
lambang bilangan. Anak ini terlihat takut apabila ia memberikan jawaban yang
salah sehingga guru harus membantunya dan meyakinkan bahwa jawaban
yang ia berikan itu benar.
Anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa ia
kurang bisa melakukan kegiatan ini dengan benar dan cepat. Bilangan yang ia
tunjuk juga amsih banyak yang salah atau kurang tepat. Saat melakukan
kegiatan ini juga anak terlihat kurang konsentrasi dan sering bermain dengan
benda-benda disekitarnya.
Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara pada tanggal 07 November
2017 dengan Ibu Rohimah dan Ibu Muthmainnah. Bagaimanakah kemampuan
anak dalam menunjuk bilangan yang sesuai dengan lambang bilangan?
Ibu Rohimah menjawab “rata-rata anak sudah mampu melakukan
kegiatan ini. Saat saya menyebutkan sebuah lambang bilangan, mereka
langsung menunjuk bilangan yang sesuai dengan benar dan semangat. Akan
tetapi ada anak yang tidak bisa karena mereka tidak konsentrasi”. Jawaban Ibu
Muthmainnah “sebenarnya anak sudah bisa melakukan kegiatan ini. Akan
tetapi semua dipengaruhi oleh konsentrasi masing-masing. Anak-anak yang
punya konsentrasi baik saat ditanya mereka langsung bisa menjawab, tetapi
anak-anak yang kurang konsentrasi saat guru bertanya mereka tidak bisa dan
terlihat bingung”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa anak-anak di TK


Darul Mukminin sudah bisa menunjuk bilangan sesuai dengan lambang
bilangan yang disebutkan oleh guru. Akan tetapi masih ada anak yang terlihat
bingung dengan kegiatan ini dikarenakan mereka kurang konsentrasi.

3. Anak mampu mencocokkan bilangan dengan jumlah benda

Pada kegiatan ini, guru menyusun sebuah benda dengan jumlah tertentu.
Selanjutnya guru meminta anak untuk menghitung jumlah benda tersebut dan
mencocokkan jumlah benda tersebut dengan sebuah bilangan yang tertempel
pada kerta di papan tulis.
Berdasarkan hasil observasi terlihat anak-anak dalam penelitian ini
memiliki perkembangan kognitif dalam berpikir simbolik yang berbeda-beda.
Dalam kegiatan mencocokkan bilangan dengan jumlah benda ada anak yang
memang mampu dan adapula anak yang masih salah dalam melakukan
kegiatan ini.
Anak pertama yang bernama Aris Arkaini menunjukkan bahwa ia
kurang konsentrasi dan kurang bersemangat ketika mencocokkan bilangan
dengan jumlah benda. Akibatnya jawaban yang ia berikan masih banyak salah.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuannya untuk mencocokkan bilangan
yang sesuai dengan jumlah benda belum berkembang dengan baik.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia menunjukkan bahwa anak ini
mampu mencocokkan bilangan dengan jumlah benda dengan benar dan cepat.
Anak ini memiliki konsentrasi yang baik dan semangat yang tinggi.
Perhatiannya juga sangat baim sehingga ia tidak terlihat bingung dalam
melakukan kegiatan ini.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra menunjukkan bahwa ia tidak
mau melakukan kegiatan ini. Hal ini dikarenakan anak ini sudah tidak
konsentrasi dan semangatnya juga menurun. Bahkan ketika guru terus
merayunya, anak ini malah menangis dan ketika guru mencoba membantunya
ia malah tidak menjawab sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa Nasya
Azzahra memiliki kemampuan untuk mencocokkan bilangan dengan jumlah
benda yang tidak baik.
Anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa ia
belum mampu untuk mencocokkan bilangan dengan jumlah benda dengan
benar dan cepat. Anak ini memang terlihat kurang fokus dan lebih asyik
bermain dengan teman-temannya. Sehingga anak ini memiliki kemampuan
mencocokkan bilangan dengan jumlah benda yang tidak baik.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 07
November 2017 dengan Ibu Rohimah dan Ibu Muthmainnah. Bagaimanakah
kemampuan anak dalam mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan?
Ibu Rohimah menjawab “sudah. Anak sudah mampu melakukan
kegiatan ini, tapi ada anak yang belum bisa atau masih salah. Hal ini
diakrenakan anak kurang percaya diri dan tidak fokus”. Sedangkan Ibu
Muthmainnah menjawab “dalam kegiatan ini, anak-anak sudah bisa, tapi ada
juga anak yang belum bisa. Masih ada anak-anak yang salah dalam
mencocokkan bilangan dengan jumlah benda. Bahkan ada juga anak yang ragu
dan tidak konsentrasi”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan


mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan anak-anak di TK Darul
Mukminin sudah bisa melakukannya dengan benar. Ada anak yang sudah bisa
melakukan dengan benar, sedangkan ada pula anak yanng masih salah dalam
mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan tersebut.

c. Mengenal Berbagai Macam Lambang Huruf Vokal dan Konsonan

Indikator yang dilihat pada kegiatan observasi dalam penelitian ini adalah
melihat kemampuan anak untuk mengenal berbagai macam lambang huruf
vokal dan konsonan. Dalam indikator ini, ada beberapa item yang dilihat,
diantaranya adalah :

1. Anak mampu menyebutkan lambang huruf vokal dan konsonan

Pada kegiatan ini, guru juga menempel sebuah kertas yang tertuliskan
lambang huruf dan menempelkan kertas tersebut pada papan tulis. Selanjutnya
guru meminta anak untuk menyebutkan huruf-huruf tersebut.
Hasil observasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa anak sudah
bisa menyebutkan huruf vokal dan konsonan dengan baik, benar dan
jelas.Anak-anak juga bisa menyebutkan lambang huruf yang tertempel pada
papan tulis tersebut dengan benar, kompak dan bersemangat tinggi.
Anak pertama yang bernama Aris Arkaini menunjukkan bahwa ia
memiliki konsentrasi yang baik. Tetapi saat guru meminta anak untuk
menyebutkan lambang huruf bersama dengan teman-temannya yang lain anak
ini terlihat diam dan hanya sesekali menjawab. Hal ini dikarenakan anak tidak
bersemangat. Sehingga kemampuan anak untuk menyebutkan lambang huruf
vocal dan konsonan yang tidak baik.
Anak kedua yang bernama Asyifa Azzahra menunjukkan bahwa ia
memiliki konsentrasi yang baik. Selain itu, anak ini juga memiliki semangat
yang tinggi. Saat guru meminta untuk menyebutkan lambang huruf, anak ini
terlihat sangat antusias dan penuh semangat untuk menyebutkan huruf
tersebut. Huruf yang ia sebutkan juga benar dan tepat. Hal ini menunjukkan
bahwa Asyifa Zaskia memiliki kemampuan untuk menyebutkan lambang
huruf vocal dan konsonan yang sangat baik.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra menunjukkan bahwa ia juga
sudah bisa menyebutkan lambang huruf dengan benar. Tetapi ia terlihat
kurang bersemangat. Hal ini dikarenakan anak ini kurang percaya diri dan
terlihat ragu untuk menyebutkan lambang huruf yang sesuai. Sehingga
kemampuan Nasya Azzahra untuk menyebutkan lambang huruf vocal dan
konsonan yang kurang baik.
Anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa ia
kurang bisa mennyebutkan lambang huruf vocal dan konsonan secara
bersemangat. Hal ini dikarenakan ia terlihat sibuk bermain dan tertawa dengan
teman-teman sebangkunya dan cendrung kurang memperhatikan apa yang
diminta oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa Muhammad Iqbal memiliki
kemampuan untuk menyebutkan lambang huruf vocal dan konsonan yang
kurang baik.
Hal ini didukung dengan hasil wawancara pada tanggal 07 November
2017 dengan Ibu Rohimah dan Ibu Muthaminnah. Bagaimanakah kemampuan
anak untuk menyebutkan lambang huruf vocal dan kosonan?
Ibu Rohimah menjawab “semua anak sudah bisa, mereka sangat
bersemangat, kompak dan powerfull sekali. Bahkan semua anak sudah fasih”.
Sedangkan Ibu Muthmainnah menjawab “kalau kegiatan ini semua anak sudah
bisa menyebutkan lambang huruf vocal dan konsonan. Mereka sudah bisa
menyebutkan dengan benar dan penuh dengan konsentrasi tetapi ada juga
yang tidak konsentrasi”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa anak-anak di TK


Darul Mukminin sudah bisa menyebutkan huruf vocal dan konsonan dengan
benar dan secara bersemangat.

2. Anak mampu menunjukkan lambang huruf vokal dan konsonan

Pada kegiatan ini guru masih menempel kertas yang bertuliskan lambang
huruf dan menempelkan dipapan tulis. Selanjutnya guru menyebutkan bunyi
dari lambang huruf tersebut dan meminta anak untuk menunjukkan lambang
huruf yang sesuai dengan yang disebutkan oleh guru tersebut.
Hasil observasi menunjukkan bawha anak pertama yang bernama Aris
Arkaini tidak mau melakukan kegiatan ini. Sehingga guru harus membujuknya
terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan anak tidak bersemangat lagi untuk
melakukan kegiatan ini dan mereka merasa letih. Sehingga Aris Arkaini
memiliki kemampuan untuk menunjuk lambang huruf vocal dan konsonan
yang tidak baik.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia menunjukkan bahwa ia masih
bersemangat untuk melakukan kegiatan ini. Oleh sebab itu, ketika guru
meminta agar ia menunjukkan huruf vocal dan konsonan yang sesuai, ia
terlihat sangat antusias dan sangat ceria. Jawaban yang diberikan pun benar
dan tepat. Hal ini menunjukkan bahwa Asyifa Zaskia memiliki kemampuan
untuk menunjukkan lambang huruf vocal dan konsonan dengan sangat baik.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra menunjukkan bahwa ia
terlihat masih malu-malu untuk melakukan kegiatan ini. Padahal jawaban
yang ia berikan sudah benar. Hal ini dikarenakan rasa percaya diri pada anak
yang kurang baik. Sehingga Nasya Azzahra kemampuan untuk menunjuk
lambang huruf vocal dan konsonan yang kurang baik.
Anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa ia
juga sudah bisa menunjuk huruf vocal dan konsonan dengan benar. Tetapi ia
tidak bisa fokus dan memeprhatikan dengan baik. Anak ini tetap saja sibuk
dengan hal-hal ayang ada disekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Muhammad Iqbal memiliki kemampuan untuk menunjuk lambang huruf vocal
dan konsonan yang tidak baik.
Hal ini didukung dengan hasil wawancara pada tanggal 07 November
2017 dengan Ibu Rohimah dan Ibu Muthaminnah. Saat anak diminta untuk
menunjuk lambang huruf vocal dan kosonan, bagaimanakah kemampuan yang
dimiliki oleh anak tersebut?
Ibu Rohimah menjawab “kemampuannya bervariasi, ada anak yang
sudah bisa menunjuk dengan benar saat saya minta anak untuk menunjuk
lambang huruf tersebut tetapi ada juga anak yang masih sibuk main dan tidak
bisa menjawab apa yang diminta oleh guru”. Sedangkan Ibu Muthmainnah
menjawab “saat saya menyebutkan sebuah huruf baik vocal maupun konsonan
lalu saya meminta anak untuk menunjukkannya, anak-anak sudah bisa
melakukan kegiatan itu dengan benar dan baik tetapi amsih juga ada yang
malu dan ragu-ragu”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa anak-anak di TK


Darul Mukminin sudah bisa untuk menunjukkan lambang huruf vocal dan
konsonan dengan benar dan secara bersemangat.
3. Anak mampu mencocokkan lambang huruf vokal dan konsonan sesuai
dengan benda

Pada kegaitan ini guru menyiapkan beberapa benda, seperti sapu, buku,
boneka, pensil dan beberapa bena lainnya. Lalu guru meminta supaya anak
menyusun lambang huruf menjadi sebuah bunyi yang sesuai dengan benda
yang ditunjuk oleh guru.
Anak pertama yang bernama Aris Arkaini menunjukkan bahwa ia
memiliki konsentrasi yang baik. Tetapi saat guru meminta anak untuk
mencocokkan lambang huruf yang sesuai dengan nama benda, anak ini masih
salah dalam melakukan kegiatan ini. Hal ini dikarenakan anak tidak
bersemangat.
Anak kedua yang bernama Asyifa Zaskia menunjukkan bahwa ia
memiliki konsentrasi yang baik. Selain itu, anak ini juga memiliki semangat
yang tinggi. Saat guru meminta untuk mencocokkan lambang huruf dengan
nama benda, anak ini terlihat sangat antusias dan penuh semangat untuk
melakukan kegiatan tersebut. Huruf yang ia cocokkan juga benar dan tepat.
Anak ketiga yang bernama Nasya Azzahra menunjukkan bahwa ia juga
sudah bisa mencocokkan lambang huruf dengan benar. Tetapi ia terlihat
kurang bersemangat. Hal ini dikarenakan anak ini kurang percaya diri dan
terlihat ragu untuk menyebutkan lambang huruf yang sesuai.
Anak keempat yang bernama Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa ia
juga sudah bisa mencocokkan lambang huruf secara bersemangat. Akan tetapi
sesekali ia terlihat sibuk bermain dan tertawa dengan teman-teman
sebangkunya.
Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara pada tanggal 07 November
2017 dengan Ibu Rohimah dan Ibu Muthmainnah. Bagaimanakah kemampuan
anak untuk mencocokkan lambang huruf vocal dan konsonan yang sesuai
dengan benda?
Ibu Rohimah menjawab “ada beberapa anak yang sudah bisa, tetapi
banyak juga yang belum bisa. Kebanyakan mereka masih salah dan tidak
konsentrasi”. Sedangkan Ibu Muthmainnah menjawab “ada beberapa anak
yang memang sudah bisa dengan benar, tetapi ada juga beberapa anak yang
belum bisa. Masih salah bahkan ada anak yang tidak mau melakukan kegiatan
ini karena mereka tidak konsentrasi lagi”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa


beberapa anak di TK Darul Mukminin sudah bisa melakukan kegaiatn tersebut
dengan benar. Akan tetapi ada beberapa anak yang tidak mau melakukan
kegiatan ini karena konsentrasi mereka menurun dan beberapa anak lagi masih
salah dalam mencocokkan huruf dengan sebuah benda.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti melalui
kegiatan observasi di TK Darul Mukmin dapat diketahui bahwa
perkembangan kognitif anak merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk
berpikir, terutama dalam berpikir simbolik. Berpikir simbolik merupakan
kemampuan dalam mengenal lambang bilangan 1-10 serta lambang huruf
vokal dan konsonan.
Berdasarkan fenomena yang peneliti temukan dilapangan tentang
perkembangan kognitif anak usia dini di TK Darul Mukmin menunjukkan
bahawa anak sudah memiliki perkembangan kognitif yang baik.
Berdasarkan hasil observasi ada 4 indikator yang dilihat, yaitu :
1. Menyebutkan lambang bilangan 1-10, meliputi :
a. Anak mampu menyebutkan lambang bilangan 1-10 sesuai dengan
benda yang diberi label angka

Pada tahap ini peneliti melihat anak sudah bisa menyebutkan


lambang bilangan 1-10 sesuai dengan label angka yang ditempelkan
disebuah benda oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan kognitif anak dalam berpikir simbolik sudah
berkembang. Berdasarkan deskripsi data hasil observasi ada anak
yang sudah mampu menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10
dengan benar dan tanpa ragu-ragu, ada anak mampu menyebutkan
lambang bilangan 1 sampai 10 tetapi masih ragu dan malu-malu,
sedangkan ada pula anak yang masih ada kesalahan dalam menyebut
lambang bilangan 1 sampai 10 serta memiliki konsentrasi yang
kurang baik.
Anak sudah bisa menghubungkan kemampuan yang dimiliki
untuk mejawab suatu hal. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad
Susanto (2011:48) bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu
individu untuk menghubungkan kemampuan, menilai, dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
b. Anak mampu menunjukkan lambang bilangan 1-10

Peneliti melihat anak-anak sudah bisa menunjukkan angka saat


guru menyebutkan sebuah angka. Selain itu, anak-anak juga antusias
dan berebut untuk menjawab ketika guru menyebutkan sebuah angka
dan meminta anak untuk menunjuk angka tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak sudah baik.
Berdasarkan hasil observasi ada anak yang sudah mampu menunjuk
lambang bilangan 1 sampai 10 dengan benar dan percaya diri,
sedangkan ada pula anak yang kurang percaya diri dan terlihat ragu-
ragu meskipun mereka bias melakukan hal itu.
Salah satu perkembangan kognitif anak dalam berpikir simbolik
juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengenal
lambang bilangan. Proses kognitif meliputi berbagai aspek, seperti
persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah.
c. Anak mampu menyebutkan urutan lambang bilangan 1-10
Selain menunjuk, anak juga sudah bisa menyebut lambang
bilangan 1-10 dengan benar dan secara berurutan. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak dalam berpikir
simbolik sudah berkembang, terbukti dari kemampuan anak yang
sudah bisa menunjukkan dan menyebutkan lambang bilangan 1-10
secara berurutan dan benar. Hasil observasi ada anak yang sudah bisa
menyebutkan lambang bilangan dengan benar dan berurutan, ada
anak lagi bisa melakukan hal tersebut tetapi masih malu-malu dan
ada anak yang kurang bisa menyebutkan lambang bilangan 1 sampai
10 secara berurutan.
Perkembangan kognitif bagi anak sangat penting, dengan tujuan
agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya tentang
apa yang telah ia pelajari. Jika anak sudah bisa mengingat lambang
bilangan dengan urut dan benar maka anak sudah bisa
mengembangkan pemikiran yang ia miliki. Berdasarkan pendapat
Piaget dalam Sujiono (2005: 1.16) pentingnya perkembangan kognitif
pada anak adalah Agar anak memahami berbagai simbol-simbol yang
tersebar di dunia sekitarnya.
2. Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, meliputi :
a. Anak mampu menggunakan lambang bilangan dalam menghitung
banyak benda

Berdasarkan hasil observasi, anak di TK Darul Mukmin sudah


bisa berhitung dengan menggunakan lambang bilangan dengan baik
dan benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak memiliki
perkebangan kognitif yang cukup baik. Hasil observasi menunjukkan
ada anak yang sudah mampu menggunakan lambang bilangan dalam
menghitung banyak benda dengan benar serta ada anak yang belum
bisa menggunakan lambang bilangan dalam menghitung banyak
benda.
Salah satu perkembangan anak usia dini adalah mampu
menghitung dengan lambang bilangan. Perkembangan kognitif anak
usia 5-6 tahun dalam Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
2013 (2015:46) adalah Menggunakan lambang bilangan untuk
menghitung.
b. Anak mampu menggunakan lambang bilangan dalam
menjumlahkan benda

Dalam hal berhitung, anak juga sudah fasih dalam melakukan


penjumlahan. Salah satu perkembangan kognitif anak adalah
kemampuan anak untuk berhitung. Anak-anak di TK Darul Mukmin
sudah bisa melakukan penjumlahan dengan benar. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak sudah berkembang
dengan baik. Dalam kegiatan ini ada anak yang semangat dan benar
dalam menggunakan lambang bilangan dalam menjumlahkan benda
dengan konsentrasi yang baik, ada anak lagi bisa melakukan kegiatan
ini dengan konsentrasi yang kurang baik dan ada anak yang belum
mampu untuk menggunakan lambang bilangan dalam menjumlahkan
benda.
c. Anak mampu menggunakan lambang bilangan dalam
mengurangkan benda

Selain penjumlahan, anak-anak di TK Darul Mukmin juga


sudah bisa melakukan pengurangan dengan benar. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak dalam berpikir
simbolik sudah berkembang dengan baik. Hasil observasi
menunjukkan bahwa ada anak yang bisa melakukan kegiatan ini
dengan semangat dan konsentrasi tinggi serta benar, ada anak
melakukan kegiatan ini dengan konsentrasi yang kurang baik dan ada
anak yang belum bisa melakukan kegiatan pengurangan ini.
Perkembangan kognitif berhubungan langsung dengan
perkembangan berpikir. Perkembangan berpikir anak yang harus
dicapai salah satunya adalah dalam hal perkembangan berpikir
simbolik. Pada perkembangan berpikir simbolik, yang terjadi adalah
anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol ketika mereka
menggunakan sebuah objek atau tindakan untuk mempresentasikan
sesuatu yang tidak ada dihadapannya.
3. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan, meliputi :
a. Anak mampu menyebutkan bilangan sesuai dengan lambang
bilangan

Selain berhitung, anak di TK Darul Mukmin juga sudah bisa


menyebutkan bilangan sesuai dengan lambang bilangan yang
ditunjukkan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
kognitif anak dalam berpikir simbolik di TK Darul Mukmin sudah
berkembang dengan baik. Pada tahap ini ada anak yang sudah bisa
menyebutkan bilangan sesuai dengan lambang bilangan dengan
konsentrasi yang tinggi, sedangkan ada anak lagi bisa menyebutkan
bilangan dengan lambang bilangan yang sesuai tetapi anak tidak
konsentrasi.
Salah satu tanda anak sudah bisa berpikir simbolik adalah
kemampuan anak mengenali sebuah lambang bilangan. menurut
Mutiah (2010 : 62) subtahap fungsi simbolik ialah subtahap pertama
pemikiran praoperasional. Pada subtahap ini, anak-anak
mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental
suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolik
semacam itu disebut fungsi simbolik, dan kemampuan itu
mengembangkan secara cepat dunia mental anak.
b. Anak mampu menunjukkan bilangan sesuai dengan lambang
bilangan

Selain menyebutkan, anak juga sudah bisa menunjukkan


lambang bilangan yang dimaksud. Hal ini menunnukkan bahwa
perkembangan kognitif anak dalam berpikir simbolik sudah baik.
Dalam kegiatan ini ada anak bisa melakukan kegiatan ini serta
memiliki konsentrasi yang baik, adajuga anak yang bisa melakukan
kegiatan ini tetapi konsentrasinya kurang baik serta ada anak yang
bisa melakukan kegiatan ini tetapi masih ada beberapa kesalahan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 137
Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
bahwa “Berpikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal,
menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf,
serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya
dalam bentuk gambar.”

c. Anak mampu mencocokkan bilangan dengan jumlah benda


Berdasarkan hasil observasi, pada saat guru meminta anak
untuk menghitung dan mencocokkan bilangan sesuai dengan jumlah
benda tersebut, anak sudah bisa melakukannya dengan baik benar.
Bahkan anak melakukan hal tersebut tanpa ragu-ragu dan mereka
tidak takut salah. Pada kegiatan ini ada anak yang sudah bisa
mencocokkan bilangan dengan jumlah benda dengan baik dan benar,
juga anak sudah mampu mencocokkan bilangan dengan jumlah
bilangan tetapi juga masih ada beberapa kesalahan.
4. Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan
Indikator yang keempat dalam kegiatan observasi dalam
penelitian ini meliputi kemampuan anak untuk menyebutkan lambang
huruf vokal dan konsonan, menunjukkan lambang huruf vokal dan
konsonan dan mencocokkan lambang huruf vokal dan konsonan
sesuai dengan benda. Anak-anak di TK Darul Mukmin sudah mampu
melakukan kegiatan itu dengan baik dan benar.
Pada kegiatan menyebutkan dan menunjukkan lambang huruf
vocal dan konsonan anak-anak di TK Darul Mukminin sudah bisa
melakukan semua dengan benar, sedangkan pada kegiatan
mencocokkan lambang huruf vocal dan konsonan yang sesuai dengan
nama benda ada anak yang bisa melakukan kegiatan tersebut
denngan benar dan tepat, ada anak lagi bisa melakukan kegiatan
tersebut tetapi amsih ada kesalahan dan ada anak yang bisa
melakukan kegiatan tersebut tetapi anak tidak mau melakukannya
dengan baik.
Perkembangan berpikir simbolik adalah suatu proses perubahan
yang tersusun dalam jangka waktu tertentu yakni yang terjadi pada
tahap praoperasional anak yakni pada usia 2-7 tahun. Pada tahap
berpikir simbolik, anak sudah dapat mengungkapkan konsep yang
ada dalam pikiran dan imajinasinya dan diungkapkan dalam bentuk
kata-kata maupun kalimat. Berpikir simbolik merupakan kemampuan
dalam mengenal lambang bilangan 1-10 serta lambang huruf vokal
dan konsonan. Pada proses mengenal tersebut meliputi kemampuan
anak dalam menyebutkan lambang bilangan 1-10, menggunakan
lambang bilangan dalam menghitung, mencocokkan bilangan dengan
lambang bilangan, mengenal berbagai macam lambang huruf vokal
dan konsonan, serta mempresentasikan berbagai macam benda dalam
bentuk gambar atau tulisan melalui berbagai media.
Hasil Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan mewancarai
dua orang guru kelas yaitu Ibu Muthmainnah dan Ibu Rohimah. Beberapa
pertanyaan yang diberikan mengenai kemampuan anak untuk merespon
pertanyaan dari guru, serta kemampuan anak untuk menghitung lambang
bilangan. Dari jawaban kedua responden, menjelaskan bahwa anak sudah
bisa merespon dengan baik setiap guru bertanya. Selain itu, anak juga
sudah bisa mengingat, menyebut dan melakukan perhitungan lambang
bilangan dengan baik dan benar.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kognitif anak dalam berpikir simbolik sudah berkembang
dengan baik.

PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian yang dilaksanakan di TK Darul Mukminin Kelurahan Olak
Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi tentang perkembangan
kognitif anak usia dini dalam berpikir simbolik terdiri dari empat
indikator, yaitu : kemampuan anak menyebutkan lambang bilangan 1-
10, kemampuan anak menggunakan lambang bilangan untuk
menghitung, kemampuan anak untuk mencocokkan bilangan dengan
lambang bilangan serta kemampuan anak mengenal berbagai macam
lambang huruf vokal dan konsonan.
Dari empat indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa anak-anak di TK
Darul Mukminin sudah memiliki perkembangan kognitif dalam berpikir
simbolik yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak yang
sudah bisa menyebutkan lambang bilangan 1-10, berhitung dengan
menggunakan lambang bilangan 1-10, anak sudah bisa mencocokkan
bilangan dengan lambang bilangan serta anak juga sudah bisa dan hafal
mengenai lambang huruf vokal dan konsonan.
Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah :
1. Kepada guru di TK Darul Mukminin agar selalu memberikan kegiatan-
kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan anak untuk berpikir
secara simbolik agar perkembangan kognitif anak dalam berpikir
simbolik semakin lebih baik lagi.
2. Kepada peserta didik (anak-anak di TK Darul Mukminin) agar terus
meningkatkan pemahamannya mengenai lambang bilangan 1-10 dan
lambang bilangan huruf vokal dan konsonan agar kemampuan
kognitifnya semakin baik lagi
3. Kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan
dengan indikator yang lebih spesifik, guna mengetahui perkembangan
kognitif anak dalam berpikir simbolik yang lebih baik lagi.

DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Kharisma
Utama
Arikunto, Suhartini. 2014. Prosedure Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Depdiknas, 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Depdiknas
Desmita 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Gunarsa, Sindi, D. 2011. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta : Libri
Gunarti, W, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
Kementrian pendidikan dan kebudayaan. 2015. Peraturan menteri pendidikan
kebudayaan republik indonesia nomor 137 tahun 2013 tentang standar
nasional pendidikan anak usia dini
L.N Yusuf Syamsu dkk 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada
Mukhtar Latif, Zukhairina, Rita Zubaidah & Muhammad Afandi. 2013. Orientasi
Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Santrock, Jhon W. 2007. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sujiono, Yuliani Nurani . 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : PT Indeks
Uyu wahyudin, mubiar agustin. 2012. Penilaian Perkembangan AUD. Bandung:
PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai