Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang
sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa
keemasan (the golden age) sekaligus priode yang sangat kritis yang
menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.1
Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan terhadap
tumbuh dan kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh,
yang mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan ransangan bagi
perkembangan jasmani, dan rohani (moral-spiritual), motorik, akal pikiran,
emosional dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal.2
Menurut Bredekamp dan Copple mengemukakan bahwa pendidikan
anak usia dini mencakup berbagai program yang melayani anak dari lahir
sampai dengan usia delapan tahun yang dirancang untuk meningkatkan
perkembangan intelekual, sosial, emosi, bahasa dan fisik anak.3
Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan nasional menyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini merupakan masa peka atau masa penting
bagi kehidupan anak, dimana pada masa tersebut masa terbukanya jiwa anak
sehinga segala segala pengalaman yang diterima anak pada masa usia
dibawah tujug tahun akan menjadi dasar jiwa yang menetap, sehinga
pentingnya pendidikan di dalam masa peka bertujuan menambah isi jiwa
bukan dasar jiwa.4

1
Suyadi, Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), hlm.1.
2
Nirva Diana, Mesiono, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Medan: Perdana
Publishing, 2016), hlm.6.
3
Suyadi, Maulidya Ulfah, op. Cit., hlm.18.
4
Mutiara Megta, “ Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara Pada Anak Usia Dini”, Jurnal
Pendidikan Usia Dini, No 2, Vol 7 (November, 2013), hlm.222
2

Kognitif atau intelektual yaitu suatu proses berfikir berupa


kemampuan atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan pristiwa
lainnya serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu
yang diamati dari dunia sekitar.5
Maslihah mengemukakan bahwa kognitif sendiri dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk mengerti sesuatu. Artinya mengerti menunjukkan
kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu
serta mempunyai gambaran yang jelas terhadap hal tersebut. Perkembangan
kognitif itu sendiri mengacu kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak
untuk memahami sesuatu.6
Menurut Berk perkembangan kognitif yaitu perubahan-perubahan
yang terjadi pada kemampuan intelektual, termasuk didalamnya atensi
(attention), memori (memomry), pengetahuan akademis dan pengetahuan
sehari-hari ( academic and everyday knowledge), pemecahan masalah
(problem solving), imajinasi (imagination), kreativitas (creativity), dan
bahasa (language).7 Jen Piaget berpendapat bahwa tahap perkembangan
kognitif seorang anak akan terus berkembang sampai menyamai proses
berfikirnya orang dewasa.8
Perkembangan kognitif pada anak-anak terjadi melalui urutan yang
berbeda. Tahapan ini membantu menerangkan cara anak berfikir, menyimpan
informasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Media yang digunakan
dalam pengembangnan kognitif anak TK pada dasarnya merupakan media
yang tidak berbahaya dan menyenangkan.9 Pada saat bermain anak tidak
belajar sesuatu yang baru, tetapi sedang mengonsilidasikan dan

5
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2016),
hlm. 32.
6
Ibid, hlm. 31.
7
Icam Sutisna, Sri Wahyuningsi Laiya, Metode Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini,
(Gorontalo: UNG Press Gorontalo, 2020,) hlm. 4.
8
Fatma Gustina, Khadijah, “Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 4-5 Tahun Di TK
Islam Ibnu Quyyim Medan Selayang”, Jurnal Pendidikan Anak, No 1, Vol 6 (Maret
2020), hlm. 37
9
Muhammad Busyro Karim, Siti Herlinah Wifroh, “Meningkatkan Perkembangan
Kognitif Pada Anak Usia Dini Melalui Alat Permaian Edukatif”, Jurnal PG-PAUD
Trunojoyo No 2, Vol 1 (Oktober 2014), hlm. 104.
3

memperaktekkan keterampilan yang baru yang mereka temukan.10 Aspek


perkembangan kognitif pada anak usia dini telah ditentukan indikatornya
melalui Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) yang
tercantum dalam Permendikbud 137 tahun 2014 sesuai dengan tingkat usia.11
Aktivitas bermain dilakukan anak dengan cara mendengar dan
mengamati. Aktivitas mendengar dilakukan anak dengan cara menyimak
bunyi, nada, suara. Aktivitas mengamati dilakukan anak dengan melihat
warna, bentuk dan ukuran. Kemudian anak menyelesaikan masalah
berdasarkan pengetahuannya tentang bentuk, warna, dan ukuran tersebut.12
Kemampuan mengenal warna merupakan bagian dari suatu
kemampuan kognitif. Kemampuan ini sangat penting bagi perkembangan
otak anak usia dini. Hal ini disebabkan karena warna dapat merangsang
indera penglihatan otak. Warna juga dapat menstimulus kepekaan penglihatan
terutama pada saat warna benda terkena matahari langsung maupun tidak
langsung.13
Menurut Nina et al, dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan
metode ekperimen, siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan tentang suatu permasalahan yang
terkait materi yang diberikan. Jadi metode ekperimen sangat tepat untuk
diterapkan kepada anak usia dini untuk mengenalkan warna.14
Berdasarkan hasil Observasi awal saat proses pembelajaran pada
kelompok A TK Tarbiyatul Islam NWDI, pada saat pembelajaran metode
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik masih monoton, belum optimal

10
Fatma Gustina, Khadijah, loc. cit, hlm.
11
Moh Fauziddin, Mufarizuddin, “Useful of Clap Hand Games for Optimalize Cogtivite
Aspects in Early Childhood Education”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 2,
(2018), hlm. 163.
12
Fatma Gustina, Khadijah, op. Cit., hlm. 38.
13
Sri Hidayati, Robingatin, & Wildan Saugi, “Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Warna Melalui Kegiatan Mencampur Warna Di TK Kehidupan Elfhaluy Tengerong”,
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, No 1, Vol 4, (Mei 2020), hlm. 24.
14
Alfiani Defi Nofitasari, Ika Maryani, “Efektifitas Metode Ekperimen Terhadap
Kemampuan Mengenal Warna Dikelas A TK ABA Tobayan Sleman”, Jurnal
Pendidikan : Early Childhood, No 1 Vol 2 (Mei 2018), hlm. 2.
4

dan kurang menariknya media yang digunakan guru dalam meningkatkan


kognitif anak. Dalam proses pembelajaran guru lebih cendrung menggunakan
majalah dan metode ceramah. Dengan kurangnya variasi metode
pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran mengakibatkan perkembangan
kognitif anak kurang terlatih, anak hanya menerima infomasi dan kurangnya
pemberian pengalaman langsung melakukan percobaan.
Kegiatan mencampur warna dengan metode ekperimen mampu
memberikan pengalaman yang nyata kepada peserta didik dengan melakukan
percobaan secara lansung serta dapat mengamati lansung hasil percobaannya.
Dalam meggunakan ekperimen, dibutuhkan berbagai jenis kegiatan dan
media yang bervariasi sehingga anak akan mendapatkan pengetahuan yang
baru melalui kegiatan tersebut.
Maka dari itu kemampuan kognitif anak perlu dikembangkan dengan
cara memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan percobaan
sederhana guna mengenalkan warna kepada anak sehingga kemampuan
kognitifnya meningkat. Sehubungan dengan hal itu sangat perlu untuk
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Mencampur Warna
Dengan Metode Ekperimen Pada Kelompok A TK Tarbiyatul Islam
NWDI Wanasaba Tahun 2022”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Media yang digunakan guru dalam meningkatkan kognitif anak cendrung
kurang menarik dan monoton.
2. Metode yang digunakan masih belum optimal dalam meningkatkan
kognitif anak.
3. Metode ekperimen belum dilakukan untuk meningkatkan kognitif anak
melalui kemampuan mengenal warna anak di TK Tarbiyatul Islam NWDI
Wanasaba.
5

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kegiatan mencampur warna dengan metode ekperimen dapat
meningkatkan kognitif anak pada kelompok A TK Tarbiyatul Islam
NWDI Wanasaba?
2. Bagaimana meningkatkan kognitif anak melalui kegiatan mencampur
warna dengan metode ekperimen ?
D. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan rumusan masalah diatas, maka
perlu adalanya batasan masalah. Maka dalam hal ini peneliti membatasi
pada : upaya meningkatkan kognitif anak melalui kegiatan mencampur warna
dengan metode ekperimen kelompok A TK Tarbiyatul Islam Wanasaba.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kegiatan mencampur warna dengan metode ekperimen
dapat meningkatkan kognitif anak.
2. Untuk meingkatkan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan
mencampur warna dengan metode ekperimen pada kelompok A TK
Tarbiyatul Islam NWDI Wanasaba.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif yang
dapat dipilih dalam meningkatkan kemampuan kognitif melalui kegiatan
mencampur warna dengan metode ekperimen serta dapat menambah
wawasan bagi guru agar memiliki inovasi-inovasi baru dalam
memberikan metode pembelajaran
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih kemampuan
kognitif anak melalui kegiatan mencampur warna dengan metode
ekperimen.
6

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan


dalam meningkatkan kualitas pembelajaran terkait kemampuan
kognitif anak serta memperoleh wawasan dalam membantu
perkembangan anak secara optimal.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian in diharapkan sebagai bahan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah terutama dalam
meningkatkan kemampuan kognitif anak.

Anda mungkin juga menyukai