PENDAHULUAN
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan
keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (Roisah,
2013:5).
Children (NAEYC) adalah anak yang berada pada rentang usia lahir sampai usia 8
tahun. Anak usia dini memiliki potensi genetik dan siap untuk dikembangkan
selanjutnya dari seorang anak sangat ditentukan pada masa - masa awal
perkembangan anak.
1
2
belajar anak lebih meningkat. Dengan adanya media pembelajaran, hal tersebut
dengan media yang bermacam-macam itu dapat lebih memudahkan anak dalam
Media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan
sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
Dalam proses pembelajaran seluruh kecerdasan yang ada pada anak akan
terstimulus, baik yang bersifat akademik ataupun bukan. Anak-anak tidak hanya
intrapersonal juga harus dikembangkan. Percuma saja ketika anak pandai berhitung,
membaca, menulis tetapi mereka tidak mempunyai rasa percaya diri dan malu untuk
tampil. Sebagai contoh, anak disuruh untuk maju ke depan bernyanyi, atau bercerita
tetapi tidak mau, karena anak-anak merasa tidak berani, anak-anak merasa tidak
percaya diri.
percaya diri memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan tugas-tugas yang
harus dikerjakan dan menyelesaikan dengan cara yang kreatif dan sikap positif
terhadap kemampuan yang ada pada dirinya. Apabila kita memberi stimulasi yang
baik, secara menyeluruh, kecerdasan anak akan berkembang secara optimal. Anak
pandai dalam hal akademik, tetapi dari sisi kecerdasan sosial emosional anak juga
3
berkembang, anak berani untuk melakukan sesuatu, melaksanakan tugas dan merasa
percaya diri.
melatih agar anak berani dan percaya diri. Guru memberikan kegiatan kepada anak
(2014) seperti memberikan kesempatan kepada anak untuk bercerita di depan kelas,
mengajak anak untuk melakukan koordinasi gerakan kaki, tangan, kepala dalam
menirukan tarian atau senam. Melalui hal tersebut guru melatih anak untuk tampil,
agar anak merasa percaya diri, tapi orang tua tidak meneruskan stimulasi yang
dilakukan oleh pendidik di sekolah dan hanya putus begitu saja. Anak hanya
melakukan di sekolah saja, sehingga rasa percaya diri anak tidak tumbuh.
memanjat, ke kamar mandi sendiri, melakukan sesuatu sendiri. Tetapi orang tua
memanjakan anak-anak. Hal ini sama saja, ketika pendidik sudah memberikan
stimulasi agar keberanian, percaya diri anak tumbuh, tetapi di rumah tidak
diteruskan oleh orang tua. Alangkah baiknya apabila ada komunikasi dan kerjasama
antara pendidik dan orang tua, agar stimulasi, kegiatan yang mereka berikan
berkesinambungan dan tidak sia-sia. Dilihat dari sisi anak, mungkin kurangnya
oleh pendidik, anak memilih diam dan tidak mau melakukan, sehingga keberanian
dan percaya diri belum dapat berkembang, karena anak-anak merasa takut dan
kurang motivasi.
4
Dini (PAUD) pada tingkat pencapaian perkembangan usia 5–6 tahun untuk aspek
sosial emosional anak dituntut untuk: a) menunjukkan sikap mandiri dalam memilih
rasa percaya diri. Anak yang kurang memiliki rasa percaya diri sangat berpengaruh
pada proses pembelajaran, seperti kurang berani dalam melakukan aktivitas, selalu
tergantung kepada orang tua maupun guru, kurang kreatif, tidak mandiri.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu metode dalam pembelajaran anak usia
dini adalah melalui permainan. Permainan yang dimaksud adalah bermain peran
dengan menggunakan boneka jari sebagai media untuk menumbuhkan rasa percaya
Banda Aceh, ditemukan bahwa anak kurang berani untuk bertanya dan
cenderung pasif dan diam saja saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut
materi pembelajaran dan media yang digunakanpun masih terbatas. Dalam kegiatan
yang menarik bagi anak, padahal media pembelajaran memegang peran yang sangat
sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar dari guru kepada anak.
jauh apa penyebab rasa percaya diri yang belum optimal pada anak. Untuk
5
memecahkan masalah tersebut diperlukan salah satu metode serta media yang
tepat agar nantinya anak usia dini dapat mningkatkan rasa percaya diri anak tentunya
tidak melupakan unsur kegembiraan sehingga konsep bermain sambil belajar dapat
berjalan dengan baik. Salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini
sangat penting, karena media boneka dapat mendorong anak- anak untuk aktif,
2014/2015.
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Sari (2015:11) dari hasil
pembelajaran.
adanya suatu rumusan masalah yang akan memberikan arah penelitian. Adapun
rumusan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah
permainan media boneka jari dapat meningkatkan rasa percaya diri anak usia 5-6
Untuk mengetahui permainan media boneka jari dalam meningkatkan rasa percaya
diri anak usia 5-6 tahun di PAUD Cinta Ananda Banda Aceh.
boneka jari
7
suasana kelas yang tidak pasif karna adanya media boneka jari
proses pembelajaran
Penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul, agar
yang terbuat dari kain fanel yang dibentuk pola menyerupai bentuk manusia,
binatang, buah dan lain sebagainya yang dimasukan ka jari-jari tangan manusia
8
boneka jari yang dimaksudkan dalam penelitian ini ialah memerankan tokoh
pahlawan Aceh yang pada umumnya dikenali oleh anak seperti Teuku Umar,
Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, dan lain sebagainya. Tujuannya untuk
memperkenalkan tokoh dan sejarah Aceh secara singkat pada anak sekaligus
2. Peningkatan
oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan
peningkatan rasa percaya diri anak umur 5-6 tahun, peningkatan tersebut dilihat
Rasa percaya diri adalah suatu sikap positif yang dimiliki seorang anak