Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PRINSIP PEMBELAJARAN ANAK

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

1. Bella (2212041)

2. Indah Puspasari (2212034)

Kelas 1 B Prodi PIAUD

Fakultas Tarbiyah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PIAUD (Pendidikan islam anak usia dini) merupakan jenjang pendidikan sebelum

dilaksanakan Pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

penyelanggaraan pendidkan yang bertujuan mengomptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya

cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), dan social emosional (sikap dan

perilaku serta agama).

Dengan terbitnya Undang-undang NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas), keberadaan Pendidikan usia dini diakui secara sah. Hal itu

terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, dimana pendidikan pra-sekolah yaitu

0-6 tahun.

Berdasarkan data dari Direktorat pembinaan TK dan SD pada tahun 2007

sebagian besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarkan oleh masyarakat

(Swasta). Sedangkan masalah utamanya adalah angka partisipasi kasar (APK) dan

masalah yang timbul dalam penyelenggaraan PAUD adalah “ekspetasi“ masyarakyat

yang terlalu tinggi terhadap aspek kemampuan kognitif siswa, padahal paud adalah

pendidikan yang berusaha mengembangkan aspek perkembangkan anak usia dini,

sehingga dia siap melaksanakan pendidikan dijenjang yang formal. Hal itu menunjukan

bahwa pengembangan PAUD harus lebih ditingkatkan agar tujuan pendidikan secara

umum dapat dicapai.


Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong mengkaji ini karena memang masih

banyak masyarakat yang tidak tahu konsep dasar PAUD.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini, masalah yang dikaji akan dirumuskan dalam

beberapa pertanyaan sebagai berikut ini :

1. Apa saja prinsip permainan anak usia dini?

2. Bagaimana pendekatan pembelajaran anak usia dini?

3. Apa saja teori belajar anak usia dini?

4. Bagaimana lingkungan belajar anak usia dini?

5. Apa saja Model-model pmbelajaran anak usia dini?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisaan ini di aantaranya :

1. Memberikan kesempatan pada anak untuk ikut serta dalam proses belajar

mengajar

2. Untuk mengetahui pembelajaran tentang konsep dasar anak paud

3. Agar anak-anak usia dini memiliki kesiapan pada pendidikan selanjutnya.

4. Untuk mengembangkan kemampuan sikap toleransi anak melalui metode belajar

bermain peran.

5. Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bahasa, fisik motorik, social

dan emosinal anak, dll.

6. Untuk mengurangi angka buta huruf


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini

Prinsip-prinsip ini menjadi dasar rancangan pelaksanaan pembelajaraan untuk

anak. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran PAUD tersebut adalah.

1. Bermain sambil berlajar

 Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati anak. Saat bermain anak

melatih otot besar dan kecil,melatih keterampilan berbahasa, menambah

pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelolah emosi, bisa

bersosialisai, mengenal matematika, sain. Belajar sambil belajar dapat

menciptakan bermain yang bermakna. Bermain juga merupakan sarana bagi

anak guna menyalurkan energinya yang besar dan menemukan hal-hal baru

yang sebelumnya belum di ketahuinya dengan cara yang menyenangkan. 1

 Bermain bagi anak juga pelepasan energi dan rekreasi dan emosi. Dalam

keadaan yang nyaman semua syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga

memudahkan menyerapkan berbagai pengetahuan dan membangun

pengalaman positif. Dan anak juga bermain karena mereka berinteraksi guna

mengkreasikan pengetahuannya.2

 Bermain adalah sarana penting untuk menyampaikan pelajaran dan

pembentukan karakter anak usia dini.3 Kegiatan pembelajaran melalui

1
Fitri Wahyuni, Suci Midsyahri Azizah, Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagaman, 2020, hlm 159
2
Aris Priyanto, Jurnal Ilmiah Guru Caraka Olah Pikir Edukatif, 2014
3
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak usia dini, Kancana, 2015, hlm 2
bermain mempersiapkan otak dan menjadi anak yang senang belajar. Bermain

merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara berulang-ulang demi

kesenangan tanpa adanya tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.4

2. Berorientasi pada kebutuhan anak

Anak sebagai pusat pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang di

rencanakan dan di laksanakan untuk menggembangkan potensi anak. Dilakukan

dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan ini dilaksanakan

dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan cara berpikir anak dan

perkembangan kognitif anak. Pembelajaran di PAUD bukan berorientasi pada

Lembaga/guru/keinginan orang tua anak. Anak belajar melalui pengalaman

langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati,

terlibat langsung dalam perbuatan, dan tanggung jawab terhadap hasilnya. Anak

usia dini sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai

optimalisasi semua aspek perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual,

bahasa, motorik, dan sosial emosional.5

3. Stimulasi Terpadu

Anak memiliki enam aspek yaitu NAM,Sosial dan Emosional, Fisik,

Bahasa dan Kognitif. Tapi kebutuhan anak pun mencakup kesehatan,

kenyamanan, pengasuh, pendidikan, pelindungan dan gizi. Maka karena itu

program PAUD dilakukan secara menyeluruh dan terpadu.

4
Feny Nida Fitriyani, Vol 2, As-Sibyan: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, hlm 125
5
Alvin Maviyah, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini dan Karakteristik Anak Usia Dini, 2018, hlm 12
4. Berorientasi pada Perkembangan Anak

Setiap anak memiliki kecepatan dan irama perkembangan yang berbeda,

namun demikian pada umumnya memiliki tahapan yang sama. Oleh karena itu

perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan

memberikan dukungan perkembangan masing-masing anak walaupun

kegiatannya dilakukan di dalam kelompok. Dengan demikian berbagai jenis

kegiatan pembelajaran hendaknya dilalukan melalui analisis kebutuhan yang

disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-

masing anak.6

5. Lingkungan Kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan

menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat

mendukung kegiatan belajar melalui bermain. 7

 Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Banyak hal dari lingkungan

atau ruangan bermain yang tertata dengan baik, bersih, nyaman, terang,

aman dan ramah untuk anak, sehingga mendapatkan lebih banyak

informasi bermakna untuk membangun pengetahuan sikap dan

keterampilan.

 Likungan pembelajaran harus di buat sedemikian menarik dan

menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam

lingkungan sekolah baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

6
Udin S. Sa’ud, Ph. D, Model-model Pembelajaran Anak Usia dini, hlm 8
7
Alvin Muviyah, Lock.cit. hlm 15
 Penataan raung belajar harus disesuaikan dengan raung gerak anak dalam

bermain sehingga anak dapat berintraksi dengan mudah dan baik dengan

teman pendidik ataupun teman kelasnya.

 Lingkungan belajar hendaknya tidak terlepas dari nilai-nilai budayanya,

yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di

sekolah ataupun di lingkungan sekitarnya.

7. Menggunakan Pendekatan Tematik

Salah satu prinsip pembelajaran anak usia dini adalah penggunaan tama.

Tema yang baik tentunya merupakan tama yang bisa menarik perhatian anak-anak

dalam proses belajar di kelas. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep

untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitar. Pendekatan tematik dalam

pembelajaran di anggap perlu sebab ia memiliki korelansi yang sangat tinggi

sebab dalam dunia nyata, menunjukkan adanya keterpaduan dan bahwa peserta

didik lebih baik bila belajar menghubung-hubungkan berbagai fakta yang ada. 8

8. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)

Media yang digunakan haruslah nyata dan tidak bersifat abstrak agar anak

lebih memahami dan tidak sekedar membayangkan saja. Inilah yang

menyebabkan pemilihan media pembelajaran anak usia dini yang aktif, kreatif,

inovatif, efektif dan kongkrit sangat penting untuk dilakukan. Dapat dilakukan

melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan

rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-

8
Muslihin, S.Pd.I, M. Pd.I, Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran, (Sulawesi Selatan: Anonymous: 2020), hlm
126
hal baru. Pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan siswa, mengembangkan

kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.9

9. Menggunakan Berbagai Media dan Bersumber Belajar

Penggunaan media dan sumber yang ada di lingkungan ini yang bertujuan

agar pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna, lebih dekat drngan kehidupan

anak. Karena itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan,

tetapi juga segala bahan yang ada di sekitar anak , misalnya daun,tanah,batu-

batuan, tanaman, dan sebagainya. Penggunaan media dan sumber belajar

dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan

sekitarnya. Media disesuaikan dengan tema yang mudah digunakan dan memiliki

manfaat untuk aspek perkembangan anak. 10

2.2. Pendekatan Pembelajaran Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah

perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya yang diperlukan oleh anak

didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan pertumbuhan serta

perkembangan selanjutnya. Pendekatan yang dirancang secara kreatif akan

menghasilkan pembelajaran yang aktif. Anak-anak akan terbiasa belajar dan

mempelajari berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui

berbagai aktifitas seperti mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan dan

menyimpulkan sendiri berbagai hal yang ditemukan pada lingkungan sekitarnya.

9
Ibid.
10
Siti Zumaroh, S.Pd, Pendekatan Pembelajaran AUD, 2019 (Dr. Yuliani Nurani, 2019)
Pembelajaran Anak Usia Dini dapat dikelompokkan menjadi 3 pendekatan belajar

yaitu di antara nya sebagai berikut ini :

a)Pembelajaran Bebas

Pembelajaran Bebas ini merupakan suatu startegi pembelajaran yang memberikan

anak kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendapatkan pengalaman belajar yang

bermakna kepada anak. Keunggulan dari metode ini adalah membantu anak untuk

menggembangkan kemampuan berfikir, dan kelemahannya adalah anak harus memiliki

kesiapan dan kematangan mental11. Startegi ini menguntungkan anak memiliki kekuatan

untuk mandiri dan kreatifitas yang dimilik anak pun berkembang.

 karakterstik atau Ciri-ciri Pembelajaran Bebas

1. Kegiatan pembelajaran berpusat pada anak

2. Memberikan pengalaman langsung pada anak

3. Startegi pembelajaran bersifat fleksibel, hanya kurang berstruktur.

4. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat anak dan kebutuhan

anak.

5. Kebebasan bermain tidak di batasi.

 Prosedur Pembelajaran Bebas

1. Pendidik harus pelajari kompetensi dasar pada kelompok dan semester yang sama

dari setiap kemampuan yang berkembang.

11
Atik Wartini, M. Khoirul Hadi al-asy’ari, Asyruni Multahada, Menggagas Model Pembelajaran Discovery- Inquiry
pada Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, hlm 163
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran bebas pendidik perlu mempertimbangkan antara

lain letak lokasi, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di

lingkungan.

3. Pendidik persiapkan alat-alat bermain anak yang bervariasi untuk menunjang

kegiatan yang sesuai dengan kompetensi yang diharapakan.

b) Pembelajaran Terpimpin

Pembelajaran Terpimpin berbeda dengan Pembelajaran Bebas, jika membelajaran

Bebas lebih cenderung memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak sedangkan

pembelajaran terpimpin sepenuhnya dikendalikan oleh guru. Guru lebih banyak berbicara

dan anak mendengarkan, mengikuti contoh dan perintah guru. Anak yang tidak

menangkap contoh dari guru, dipisahkan dan akan dibetulkan oleh guru. Anak merasa

berhasil kalau ia dapat menjalankan apa kehendak guru. Suasana pembelajaran diwarnai

oleh banyaknya perilaku yang tidak dibenarkan guru sehingga banyak anak

membutuhkan peringatan guru terus-menerus untuk menyelesaikan tugasnya.12

 Karakteristik atau Ciri-ciri Pembelajaran Terpimpin

1. Bepusat pada perilaku mengajar guru

2. Kreativitas anak kurang berkembang

3. Menyajikan konsep dan berbagai materi dalam suatu proses pembelajaran anak

untuk dikuasai

4. Menekankan displin, keteraturan pada prosedur, dan menghargai senioritas.

5. Hasil belajar di tentukan oleh kegiatan-kegiatan guru dalam mengajar.

 Prosedur Pembelajaran Terpimpin

12
Udin S. Sa’ud, Ph.D, Op.cit, hlm 27
1. Guru menyusun rencana pembelajaran (silabi) berdasarkan kompentensi dasar

yang akan dikembangkan.

2. Guru menyiapkan alat-alat peraga/bermain sesuai dengan kompetensi yang telah

direncanakan.

3. Dalam proses pelaksanaan, anak dikondisikan untuk mentaati instruksi, perintah

dan larangan guru.

4. Penilaian hasil belajar berdasarkan pada penguasaan anak sesuai dengan apa yang

diperintahkan guru.

c) Pembelaajaran Kondusif (Supportive climate)

Pembelajaran kondusif merupakan kombinasi antara suasana pembelajaran bebas

dan terpimpin. Guru dan anak berbagi pengetahuan dan pengalaman. Guru berusaha

menyimbangkan secara efektif antara kebebasan aktif bereksporasi dan mengbatasi agar

merasa aman ketika belajar dan guru menciptakan lingkungan pembelajaran dengan

penuh pilihan minat, keteraturan dalam rutinitas. Meskipun tugas telah dirancangkan oleh

guru, anak tetap berkesempatan untuk mengambil keputusan pilihan materi dan bahan

agar anak tetap bisa mengekspresikan diri dan keinginannya. Sepanjang haru guru

bersiafat seperti partner yang menaruh minat pada apa yang dilakukan anak.13

Keterlibatan anak untuk dalam pembelajaran ini bisa membuat anak bertanggung jawab

atas solusi atau hasil pemecahan masalahnya sendiri dan menciptakan suasana supportive

mendukung kebutuhan anak.

 Karateristik utama pembelajaran kondusif antara lain :

1. Pengalaman dan kegiatan belajar relavan dengan tingkat perkembangan dan

kebutuhan anak.
13
Ibit.
2. Menyenangkan karena bertolak, minat dan kebutuhan anak

3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna

4. Mengmbangkan keterampilan berpikir akan dengan permasalahkan yang

dihadapi.

5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam berkerja sama, toleransi, komunikasi,

dan tangap terhadap gagasan orang lain.

 Prosedur Pembelajaran Kondusif

1. Pembelajaran kondusif yang dimaksud agar pelaksanaan kegiatan belajar menjadi

bermakna dan utuh.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran kondusif perlu mempertimbangkan antara lain

alokasi waktu, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di

lingkungan.

3. Pilihlah tema yang terdekat dengan anak

4. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.

2.3. Teori Belajar Anak Usia Dini

Anak-anak pada tahap ini memiliki intelegensi yang berpotensi luar biasa karena

memiliki berjuta-juta saraf otak yang berkembang dan memiliki daya ingatan yang kuat.

Oleh karena itu, pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur kemanusiaan

(pengembangan intelegensi, karakter, kreativitas, moral, dan kasih saying) sangatlah

perlu diberikan untuk anak usia dini. Waktu untuk belajar sebaiknya memberikan

stimulasi yang tepat pada waktu yang tepat. Teori pembelajaran adalah preskriptif dan

teori belajar adalah deskriptif. Di katakan preskriptif karena adanya tujuan utama teori

pembelajaran adalah menetapkan menetapakan metode pembelajaran yang optimal,


sedangkan deskriptif karena tujuan teori belajar yaitu menjelaskan proses belajar14. Teori

belajar dan pembelajaran merupakan dua teori yang berbeda namun saling berkaitan

antara satu sama lain. Berikut teori belajar anak usia dini.

1. Aliran behavioristik

Pembelajaran ini dapat dikenal dengan sebagai teori stimulus-respon

dimana dalam teori pembelajaran ini yang hakikat nya yaitu dari pembentukan

asosiasi terhadap kesan yang di tangkap oleh panca indera dengan kecenderungan

bisa melakukan atau berhubungan dengan stimulus-respon sebanyak mungkin.

Teori belajar yang satu ini dapat di kategorikan ke dalam aliran behavioristik

karena adanya koneksionisme atau lebih di kenal dengan kata thorndike, classical

conditioning atau biasa dikenal dengan pavlop, dan terakhir ada operant

conditioning atau dikenal skinner. Aliran ini menekankan pada terbentuknya

perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Respon atau perilaku tertentu dengan

menggunakan medote pelatihan dan pembiasaan biasa.15

Prinsip-prinsip dalam aliran behavioristik:

1. Obyek psikologi adalah tingkah laku

2. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan ke reflek

3. Mementingkan pembentukan kebiasaan

4. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri

5. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus di

hendari.

2. Aliran Kognitif

14
Evelin Siregar dan Nara Hartini, Teori Belajar dan Pembelajaran, 2014 (Bogor: Gralia indonesia) hlm, 23
15
Dr. Gusnarib Wahab, M. Pd, Rosnawati, S. Pd., M. Pd, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, 2020, hlm 21
Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik

memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan

dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan

pengetahuan yang telah ada16. Pembelajaran ini lebih menekankan kepada proses

belajarnya yang dapat dilakukan secara individu. Belajar yang adanya perubahan

persepsi dan pemahaman yang tidak terlalu bisa terlihat sebagai tingkah laku

secara nyata. Teori belajar ini juga bisa di bilang sebagai suatu proses internal

yang membahas tentang ingantan, retensi, penglolahan informasi dan aspek

kejiwaan lainnya. Teori belajar dari aliaran kognitif adalah kegiatan yang

melibatkan ke dalam proses berpikir secara kompleks.

Karakterstik aliran belajar kognitif :

1. Siswa sebagai penyalur

2. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan idukatif.

3. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan

4. Guru memfasilitas terjadi prosesnya insight.

3. Aliran Humanistik

Pembelajaran ini lebih memandang ke proses pembelajaran yang harus

berhulu dan bermuara kepada manusia itu sendiri. Adanya tujuan pembelajaran

ini yaitu untuk memanusiakan manusia. Dari proses pembelajaran yang dianggap

berhasil jika anak tersebut telah memahami lingkungannya dengan diri sendiri.

Penguasaan ilmu efektif yang berasal dari sikap yang dikembangkan, berikut

contoh penerapan teorinya yaitu :

16
Op. cit. hlm 25
 Guru berkesempatan memberikan reward kepada siswa yang berhasil

mengerjakan tugas atau pertanyaan.

 Siswa mampu untuk menghindari sebuah tekanan yang ada di lingkungan

hidup sehingga menimbulkan rasa untuk belajar

 Memberikan kesempatan untuk siswa agar bisa menembangkan

kemampuannya supaya memperoleh pengalaman belajar

 Seorang guru dapat memberikan fasilitas lebih sebagai sumber belajar

siswa.

4. Aliran Sibernetik

Teori tersebut memberikan olahan informasi penting untuk siswa. Kehadiran

sebuah persepsi lain pun menjadi bukti bahwa proses belajar bisa di pengaruhi

oleh berbagai situasi yang tepat untuk siswa. Penyebabnya dikarenakan cara

belajar yang di tetapkan oleh sebuah sistem berbeda. Contoh dari penerapan teori

yang satu ini dalam belajar antara lain yaitu :

 Melakukan tindakan yang menarik minat siswa

 Merangsang minat siswa untuk belajar

 Membimbing siswa untuk bisa aktif dalam jam pelajaran

 Meneguhka sikap dan sifat yang baik untuk dicontoh oleh siswa

 Menunjukkan adanya umpan balik pada perubahan perilaku.

 Menyampaikan terkait isi pembahasan sesuai tema materi pembelajaran.

 Memberikan informasi kepada siswa terkait tujuan pembelajaran.

5. Konstruktivistik
Ini adalah teori terakhir belajar daro anak usia dini yang merupakan

metode belajar dengan penekanan proses dibandingkan hasil. Sebuah upaya yang

dilakukan untuk memberikan pengalaman sehingga siswa bisa menemukan

sendiri jati dirinya. Adanya proses belajar tersebut bisa memberikan peluang

untuk siswa supaya bisa mendapatkan pengalaman belajar menyenangkan serta

berpikir terbuka dan terbentuknya sebuah pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.

Pembentukan sebuah pengetahuan dapat timbul atau terwujud dari adanya

struktur kognitif. Timbulnya struktur inilah yang menghadirkan subjek yang

Menyusun realitanya, sehingga interaksi menjadi lebih dalam. Kurang aktifnya

siswa dalam membangun pengetahuan tentu bisa menghambat proses belajar serta

pemahaman siswa pada suatu materi. Oleh sebab itu suatu pengetahuan akan

dianggap berguna jika proses dan hasil yang di dapatkan bisa diterapkan siswa.

Teori ini ysng memerlukan proses penyesuaian dengan tujuannya :

 Supaya bisa mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki

untuk dapat memberikan pertanyaan dan menjawabnya.

 Mengarahkan dan membantu siswa untuk paham akan konsep

materi

 Memotivasi siswa untuk sadar akan tanggung jawabnya.

 Mampu untik berpikir secara mandiri.

2.4. Lingkungan belajar Anak Usia Dini


Lingkungan sebagai sumber belajar dapat diartikan sebagai kesatuan ruang

dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup (termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya serta makhluk hidup lainnya), sehingga memungkinkan anak usia dini untuk

belajar tentang informasi, orang, bahan, dan alat. Lingkungan itu terdiri daari unsur-

unsur makhluk hidup, benda mati dan budaya manusia. Lingkungan merupakan hal yang

penting bagi perkembangan anak usia dini karena dapat mempengaruhi perkembangan

anak melalui perasaan yang terbentuk, kenyamanan yang dirasakan, kesempatan untuk

berinteraksi yang di berikan lingkungan yang di rancang sedemikian rupa. Berbagai

komponen yang terdapat pada lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan anak,

mulai dari ukuran ruangan atau tempat atau tempat yang tersedia, ketersediaan arena

bermain di luar, warna dinding yang digunakan, dapat mempengaruhi proses belajar

anak.

Unsur-unsur lingkungan sebagai sumber belajar :

b) Unsur makhluk hidup

 Manusia : Jumlah, jenisnya, bagian badan dan cara melakukan sesuatu (cara kerja

dan fungsi) dan sebagainya.

 Bintang : Sarangga, unggas, binatang ternak, binatang buas ( tentunya tidak secara

langsung) dan sebagainya.

 Tumbuhan : Jenis, bagian dan manfaat pohon serta tanaman, dan sebagainya.

c) Unsur Benda mati

 Batu-batuan : Bentuk/tekstur, jumlah, ukuran, dan berbagai jenis batu-batuan serta

kegunaannya.

 Tanah : Warna, jenis dan manfaatnya


 Air : Sifat, jenis dan manfaatnya

 Udara : Sifat dan bagaimana mengenalinya.

d) Budaya manusia

Kehidupan manusia diberbagai belahan dunia, yang terdiri dari berbagai suku,

agama, adat kebiasan, dan budaya, membuat keragaman yang di pelajari sejak dini

dan dipahami perbedaannya, akan membuat kita semakin bijaksana.

A. Jenis-jenis Lingkungan Belajar Anak Usia Dini

Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat

dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan anak usia dini. Diantaranya

sebagai berikut :

1. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga adalah pilar utama untuk membentuk baik buruknya pribadi

manusia agar berkembang dengan baik dalam beretika, moral, dan akhlaknya. Peran

keluarga dapat membentuk pola sikap dan pribadi anak, juga dapat menentukan

proses pendidikan yang diperoleh anak. Peran Lingkungan keluarga dalam

perkembangan anak ini sangat penting untuk membentuk perilaku serta membangun

kepercayaan anak terhadap orang lain. Hal ini dapat membantu perkembangan sosial,

emosional, dan kognitif pada anak.

Ada 6 peran keluarga dalam mendidik anak usia dini:

b) Peran keluarga dalam perkembangan karakter anak


Efektivitas peran keluarga dalam perkembangan karakter anak dapat

menjadi modal anak dalam pembentukan karakter anak agar dapat

berinteraksi, berkomunikasi, dan berprilaku yang baik pada yang lainnya.

c) Peran keluarga dalam perkembangan kognitif anak

Perkembangan kognitif anak dapat diberikan oleh keluarga dalam

pembentukan benda-benda dan gambar-gambar. Ketika anak mulai

mengkritisi dan bertanya tentang suasana dan keadaan ataupun apa yang

dilihatnya.

d) Peran keluarga dalam perkembangan sosial anak

Peran kekuarga dapat memberikan tingkat kepercayaan diri anak adalah

dalam memberikan ruang gerak kepada anaknya untuk dapat beraktualisasi

dengan teman sebayanya dan juga dengan orang lain.

e) Peran keluarga dalam perkembangan moral anak

Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi moral anak

untuk perkembangan kepribadian. Keluarga yang gagal membentuk

kepribdaian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik atau tidak

bahagia.

f) Peran keluarga dalam perkembangan mendidik anak

Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal

pertama, dimana mereka hidup, tumbuh berkembang dan matang. Di dalam

sebuah keluarga, seorang anak pertama kali di ajarkan pada pendidikannya.

Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman,


kebiasaan, keterampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu

pengetahuan.

g) Peran keluarga dalam perkembangan kreativitas anak

Peran keluarga dalam kreativitas anak mempengaruhi keterampilan

berpikir anak yakni melalui proses penalaran untuk mengetahui bakat yang di

miliki oleh anak.

2. Lingkungan Sekolah (PAUD)

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga.

Bagaimanapun, lingkungan sekolah akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan

karakter anak. Lingkungan disini hendaknya yang menyenangkan bagi anak dan juga

memberikan kesempatan bagi perkembangan pontensi anak masing-masing induvidu.

Pendidikan dengan demikian adalah sebuah proses kolaborasi dengan watak sang

anak dan tahap-tahap perkembangannya. Interaksi tersebut dan informasi atau

pengetahuan yang meraka peroleh kemudian masuk ke dalam dan menjadi bagian

dari diri. Kebebasan aktivitas itu akan mengungkap petunjuk-petujuk tentang

perkembangan anak kepada pendidik, mengantar kepada penemuan-penemuan yang

memungkinkan untuk merancang sebuah metode pengajaran.

Dalam penyelenggaran PAUD sebaiknya lingkungan diarahkan kepada bentuk

yang berkualitas. Sebab, ia merupakan bagian dari sarana dan prasarana yang

disignifikan. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini telah dituangkan

bahwa sarana dan prasarana hendaknya memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

 Aman, nyaman, terang dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak.


 Sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan

 Memanfaatkan potensi dan sumber daya anak yang ada di lingkungan sekitar,

termasuk bahan limbah atau bekas layak pakai

3. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat adalah suatu kawasan tempat sekelompok manusia yang

relatif mandiri, hidup bersama-sama, memiliki kebudayaan yang sama, dan

melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut. Masyarakat pun

memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalm upaya pembentukan karakter anak

bangsa. Pemanfaatan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar dalam kegiatan

pendidikan untuk anak usia dini sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terkecil atau

paling dekat dengan anak.

Hal-hal yang bisa dipelajari anak usia dini dalam kaitannya dengan pemanfaatan

lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar ini, misalnya:

- Mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak usia dini

tinggal

- Mengenal organisasi-organisasi masyarakat yang ada di sekitaran tempat tinggal

- Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal

- Mengenal susunan pemerintahan setempat seperti RT, RW, desa atau kelurahan dan

kecamatan.

Dan adapun contoh-contoh perilaku yang dpat di terapkan oleh anak dari

lingkungan masyarakat, contoh nya sebagai berikut :


- Membiasakan gotong royong, misalnya membersihkan halaman rumah masing-

masing, membersihkan saluran air, menanami perkarangan rumah.

- Membiasakan anak untuk tidak membuang sampah dan meludah di jalan,

merusak atau mencoret-coret fasilitas umum.

- Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik

Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan

penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter. Situasi

kemasyarakatan dengan nilai yang di anutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang

masyarakat secara keseluruhan. Peran serta masyarakat dalam pendidikan memang

sangat erat sekali berkait dengan pengubahan cara pandang masyarakat terhadap

pendidikan.

e) Lingkungan Alam

Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya

alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-

tumbuhan, dan hewan, sungai, iklim, suhu, dan sebagainya. Lingkungan alam bersifat

relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan

dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak usia dini dapat mengamati

perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk

juga proses terjadinya. Dengan mempelajari lingkungan alam ini, diharpakan anak

usia dini akan memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-

hari, selain itu diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk
mencintai alam, dan mungkin juga anak usia dini bisa turut berpartisipasi untuk

menjaga dan memelihara lingkungan alam.

2.5. Model-model Pembelajaran Anak Usia Dini

Modul Pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan

proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi

dalam pelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak.

Model pembelajaran di bagi menjadi beberapa yaitu :

a) Pembelajaran Eksploratif

Startegi ini merupakan startegi pembelajaran yang berpusat pada anak, sehingga

guru harus mendesain tugas yang memungkinkan anak bergerak bebas sesuai dengan

keinginan anak. Hal ini memberi peluang kepada anak untuk berlatih kemandirian

dan menumbuhkan rasa percaya diri anak.

b) Pembelajaran Reciprocal

Startegi ini menekankan pada umpan balik yang diberikan teman sebayanya.

Dalam startegi ini guru harus mempersiapkan lempar umpan balik yang menjelaskan

tugas yang harus dilakukan anak. Guru harus selalu berada diantara anak-anak untuk

memberikan bantuan apabila diperlukan.

c) Pembelajaran Guide Discovery

Tujuan pembelajaran dalam startegi ini yaitu mengaitkan dan mengembangkan

konsep melalui interaksi dengan orang dan obyek. Dalam aktivitas ini, peran anak

adalah mengkonstruksi pengetahuan, membuat pilihan dan mengambil keputusan,

melakukan eksperiman dan pengalaman, memunculkan pertanyaan dan menemukan


jawabannya sendiri. Pelaksanaan model ini akan sangat mudah dilakukan dengan

bermain.

d) Pembelajaran Problem Solving

Pemebelajaran ini merupakan aktivitas pemecahan masalah adalah variasi dari

pengalaman “ guide discovery”. Masalah terbaik bagi anak adalah berpikir tentang

keterlibatannya dengan berbagai cara dengan menggabungkan berbagai informasi dan

memiliki lebih dari satu cara penyelesaian.

Tahapan dalam startegi ini adalah :

 Menyadari adanya masalah dengan mengidentifikasi

 Mengumpulkan informasi

 Merancang solusi

 Menguji coba simulasi

 Mengambil kesimpulan

 Menyampaikan hasil

e) Model pembelajaran klasik

Adalah pola pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan yang

dilakukan oleh seluruh anak sama satu kelas (secara klasikal). Model pembelajaran

ini merupakan model yang paling awal digunakan di PAUD, dengan sarana

pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan

minat individu anak. Seiring dengan perkembangan teori dan pengembangan model

pembelajaran, model pembelajaran klasik sudah banyak ditinggalkan.

Pemahaman lebih mendalam tentang model pembelajaran PAUD berikut ini:

 Model Pembelajaran Kelompok


Model pembelajaran berdasarkan kelompok masih banyak digunakan TK-

TK di Indonesia, namun perkembangan model pembelajaran selalu berkembang.

Dalam model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengamanan,

adalah pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok,

biasanya anak dibagi menjadi 3 kelompok, dan masing-masing kelompok

melakukan kegiatan yang berbeda.

 Model Pembelajaran Sudut

Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-

sudut kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan

model pembelajaran area, hanya sudut-sudut kegiatan selayaknya lebih bervariasi

dan sering di ganti, disesuaikan dengan tema dan sub tema yang di bahas.

 Model Pembelajaran Area

Model pembelajaran berdasarkan Area lebih memberikan kesempatan

kepada anak didik untuk memilih/melakukan kegiatannya sendiri sesuai dengan

minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya dan menekankan pada

pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan kegiatan dan pusat-pusat

kegiatan serta peran keluarga dalam proses pembelajaran.

 Model Pembelajaran Sentra

Model pembelajaran ini yang memiliki ciri utama yaitu pemberian pijakan

(scaffolding) untuk membangun konsep aturan, ide, dan pengetahuan anak serta
konsep densitas dan intensitas bermain. Model pembelajaran ini adalh pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya

terpusat di sentra bermain dan pada saat anak dalam lingkungan perkembangan

anak, pijakkan setelah bermain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemahaman tentang pembelajaran anak usia dini dengan bermain saat ini

diharapkan sudah lebih dipahami para pengelola, pendidik atau pemerhati. Anak usia dini

adalah kelompok anak yang berada dalam suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi

motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan, emosi, dan

kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan

komunikasi yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.

Dan tidak ada lagi ekspetasi yang tinggi lagi dari masyarakat tentang prinsip dan

model pembelajaran anak di PAUD terhadap kemampuan kognitif anak. Dan pada

dasarnya PAUD adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan aspek perkembangan


anak sehingga siap ke jenjang selanjutnya, dengan metode atau model-model

pembelajaran yang menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak.

DAFTAR PUSTAKA

Dra. JM Tedjawatin K., L. S. (2017). Model Pendidikan Anak Usia Dini Satu Tahun Sebelum Sekolah Dasar.
Jakarta.

Dendy Andrianto, S. K. (2011). Memanfaatkan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar Anak Usia
Dini. Jakarta.

Dr. Pupung Puspa Ardini, M. P. (2018). Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Jawa Timur.

Udin S. Sa'ud, P. D. (2007). Konsep Dasar PAUD. Jakarta.

Hartini, E. S. (2014). Teori Bermain dan Pembelajaran. Konsep Dasar PAUD, hlm 23

Atik Wartini, M. K. (2017). Menggagas Pembelajaran Disvoeru-Inquiry pada Pendidikan Anak Usia Dini.
Pendidikan Anak Usia Dini, hlm 163.

Mutiah, D. (2015). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group.
Fitriyani, F. N. (2017). Pendidikan Anak Usia Dini. As-sibyan, hlm. 125

Zumaroh, S. (2019). Pendidikan Pembelajaran Anak Usia Dini. Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

Dr. Yuliani Nurani, M. P. (2019). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini . Jakarta Barat: CV.
CAMPUSTAKA.

Dr. Gusnarib Wahab, M. P. (2020). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran . Jawa Barat: CV. Adanu
Abimata.

Anda mungkin juga menyukai