Anda di halaman 1dari 32

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Metode Pembelajaran Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik ,kecerdasan daya cipta,kecerdasan emosi, kecerdasan

jamak,dan kecerdasan spiritual.Dalam undang –undang tentang sistem pendidikan

nasional , dinyatakan bahwa:

Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan


kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Sisdiknas 2003
pasal 1: 14) .1

Perkembangan anak dapat berkembang melalui pendidikan anak usia dini

dalam pendidikan formal berbentuk Taman Kanak –kanak /Raudatul Athfal

(TK/RA) yaitu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

dengan usia 6 tahun yang dilakukan melaui pengasuhan, pembimbingan dan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.2Tujuan program kegiatan

belajar anak Taman Kanak-kanak adalah untuk membantu meletakkan dasar ke

arah perkembangan sikap ,pengetahuan, ketrampilan,dan daya cipta yang

diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk

1
Novan Ardy Wijayani,Format PAUD konsep....., hal.16
2
Ibid., hal. 14-17

10
11

pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.Substansi program kegiatan di

Taman Kanak-kanak meliputi bidang pengembangan kebiasaan yaitu

perkembangan moral dan nilai – nilai agama,perkembangan sosial,emosional dan

kemandirian, serta bidang pengembangan kemampuan dasar terdiri dari bidang

pengembangan bahasa, kognitif (daya berfikir), kemampuan fisik motorik, dan

kemampuan seni.3Dengan adanya pendidikan proses belajar peserta didik

dipengaruhi oleh kematangan. Guru harus memahami bagaimana kematangan

peserta didik dapat dicapai dan apa yang perlu dilakukan untuk memfasilitasi

kematangan tersebut.

Proses belajar anak dipengaruhi oleh lingkungan. Tidak hanya

lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan belajar. Peserta didik belajar melalui

kombinasi lingkungan fisik, sosial, refleksi. Dengan pengalaman tersebut, peserta

didik akan memperoleh pengetahuannya. Peserta didik belajar dengan gaya yang

berbeda. Anak belajar melalui bermain. Melalui bermain peserta didik dapat

memahami, menciptakan, meniru dan mentransformasi objek- objek tersebut.

a. Pengertian Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan peserta

didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran

adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran

dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, metode

pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan

aktivitas peserta didik belajar. Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi

3
Ibid., hal. 13-89
12

pertimbangan guru dalam memilih metode pembelajaran, yaitu karekteristik

tujuan pembelajaran. Indikatornya apakah untuk pengembangan aspek

kognitif, aspek afektif, atau psikomotor pembelajaran itu bertujuan untuk

mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa dan

estetika.4Pertama, karekteristik anak sebagai peserta didik juga merupakan

salah satu bagian. Kedua, ditinjau baik usianya maupun kemampuannya.

Ketiga,karekteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan

pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan. Keempat, karekteristik

tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak. Kelima, karekteristik

pola kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung,

kreatif. Semua kriteria ini memberikan implikasi bagi guru untuk memilih

metode pembelajaran yang paling tepat digunakan di Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD).

b. Jenis -jenis Metode pembelajaran PAUD

1) Metode Pembelajaran Bermain

Kegiatan bermain dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran.

Kegiatan bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak-anak. Ketika

bermain anak-anak merasa gembira ,tidak ada beban apa pun dalam

pikiran. Suasana hati senantiasa ceria. Dalam keceriaan inilah , guru bisa

dengan mudah menyelipkan ajaran –ajarannya.

4
Sitti Aisyah, dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. (Jakarta :
Universitas Terbuka) 2007. Hlm. 23
13

Menurut Hurlock, arti bermain yang tepat adalah setiap kegiatan

yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa

mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan bermain dilakukan sukarela

dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.5

Sementara Dworetzky mengatakan “Bahwa setidaknya ada lima

kriteria dalam bermain, yaitu motivasi instrinsik,artinya kegiatan bermain

dimotivasi dari dalam diri anak bukan adanya tuntutan atau paksaan,

pengaruh positif, artinya kegiatan bermain peran merupakan tingkah

laku yang menyenangkan atau menggembirakan, bukan dikerjakan

sambil lalu, artinya bermain bagi anak merupakan kegiatan yang utama

dan lebih bersifat pura –pura, cara/tujuan ,artinya cara bermain lebih

diutamakan dari pada tujuannya, kelenturan, artinya kelenturan

ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku

dalam setiap situasi”.6

Menurut Harlock, melalui bermain inilah ,seluruh potensi

kecerdasan yang dimiliki oleh anak dapat dikembangkan ,kegiatan

bermain bagi anak sangat mempengaruhi perkembangan nya, setidaknya

ada sebelas pengaruh bermain bagi perkembangan anak, yaitu

perkembangan fisik, dorongan berkomunikasi, penyaluran bagi energi

emosional yang terpendam, penyaluran bagi keinginan dan kebutuhan ,

sumber belajar, rangsangan bagi kreativitas, perkembangan wawasan diri

5
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2011, hlm. 108
6
Ibid., hal. 121-123
14

belajar bermasyarakat ,standar moral, belajar bermain sesuai jenis

kelamin , perkembangan cirri kepribadian yang diinginkan.

Ada banyak motode pembelajaran yang cocok untuk anak usia dini

seperti bercerita yang diambil oleh peneliti dalam skripsi ini. Jadi

disimpulkan dalam pendidikan anak usia dini , metode bercerita akan

diberikan kepada anak ,hendaknya dikemas dalam kegiatan bermain yang

menyenangkan dan mengasyikan.

2) Metode Pembelajaran Melalui Bercerita

Metode bercerita sama dengan berceramah. Metode bercerita

merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di PAUD.

Metode bercerita merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat

memberikan pengalaman belajar bagi anak PAUD dengan membawakan

cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus

menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan

pendidikan bagi anak PAUD.

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi

pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada peserta

didik di Taman kanak-kanak. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran

di Taman Kanak-kanak metode bercerita dilaksanakan dalam upaya

memperkenalkan,memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal

baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat

mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak.7

7
Nurbiana Dhieni dkk, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008) hal.
66
15

Penggunaan metode bercerita sebagai salah satu metode

pembelajaran di Taman Kanak- kanak haruslah memperhatikan beberapa

hal. Pertama, isi cerita terkait dengan dunia kehidupan anak. Kedua,

kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira ,lucu,

dan mengasyikan sesui dengan dunia kehidupan anak. Ketiga, kegiatan

bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi peserta didik yang

bersifat unik dan menarik.

Beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan, antara

lain guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari

buku gambar, menggunakan papan flanel, menggunakan boneka,

bermain peran dalam suatu cerita atau bercerita dengan menggunakan

jari-jari tangan.

Pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditempuh

dengan metode pembelajaran melalui bercerita. Menurut Masitoh,

mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak PAUD, yaitu : Bagi anak TK,

mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya

merupakan kegiatan yang mengasyikan. Selain itu Guru dapat

memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif

pada anak. Keunggulan lain dalam kegiatan bercerita juga memberikan

sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan.

Pembelajaran dengan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk

mendengarkan. Dengan mendengarkan cerita, anak sangat

dimungkinkan untuk mengembangkan kemampuan kognitif ,afektif dan


16

psikomotoriknya. Terlebih membantu anak untuk membangun

bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak.

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau

mendongeng antara lain dapat mengembangkan imajinasi anak. Dapat

pula menambah pengalaman. Hal yang menjadi konsentrasi banyak

peneliti adalah bercerita dapat melatih daya konsentrasi, menambah

perbendaharaan kata dan menciptakan suasana akrab. Dalam literatur

lain8 juga menyebutkan bahwa bercerita dapat melatih daya tangkap

,mengembangkan perasaan sosial, mengembangkan emosi anak, berlatih

mendengarkan serta mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif,

Berdasarkan jenis-jenis metode pembelajaran diatas, maka peneliti

tertarik pada Salah satu metode pembelajaran anak usia dini salah

satunya untuk menumbuhkan kreativitas anak adalah dengan bercerita.

Pemilihan metode bercerita ini dikembangkan dengan metode bercerita

dongeng-dongeng. Karena peneliti mengganggap metode bercerita

dongeng-dongeng cocok untuk anak-anak usia taman kanak-kanak untuk

meningkatkan imajinasinya. Supaya anak lebih imajinatif dan kreatif.

Wujud kreatifitas itu diukur melalui kertas origami. Kertas origami yang

dapat dibentuk apapun seperti, bulan, bintang, matahari dan benda-benda

alam lain.

8
Tadkiroatun Musfiroh, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Depdiknas, 2005, hlm. 44
17

2. Pengertian bercerita

Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak dahulu

sampai sekarang. Hampir setiap siswa yang telah menikmati suatu cerita akan

selalu siap untuk menceritakannya kembali, terutama jika cerita tersebut

mengesankan bagi siswa. Sedangkan, menurut salah satu bentuk tugas

kemampuan berbicara yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan

berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai

siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan unsur apa yang diceritakan.

Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata, kefasihan dan kelancaran,

menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik.9

Menyatakan bahwa bercerita merupakan salah satu ketarmpilan

berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain.

Dikatakan demikian karena berbicara termasuk dalam situasi informatif yang

ingin membuat pengertian-pengertian atau makna-makna menjadi jelas.

Dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita,

ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan,

dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan

pengalaman yang diperolehnya.10

Bercerita ialah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan

kepada orang lain dengan alat atautanpa alat tentang apa yang harus

disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang

9
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra, Yogjakarta: BPFE,
2001, hlm. 289
10
Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Bandung: Penerbit Angkasa,
1981, hlm. 35
18

untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena itu orang yang

menyajikkan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik.11

a. Tujuan Metode Bercerita

Metode Pembelajaran Berbasis cerita sangat membantu anak

mengimajinasikan apa yang kita sampaikan. Adapun tujuan yang lebih

terstruktur adalah:12

1) Menanamkan nilai-nilai atau pesan-pesan moral, sosial, agama,

yang terkandung dalam sebuah cerita.

2) Menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan

lingkungan alam yang perlu diketahui oleh anak.

3) Merangsang kreatifitas anak-anak dalam mengimajinasikan

tentang semesta alam.

4) Merangsang sensoriknya dan motoriknya untuk sigap dalam

mengaktualisasikan imajinasi anak-anak.

b. Manfaat Metode Bercerita

Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran di TK mempunyai

beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan TK antara

lain:13

11
Dhieni Nurbiana, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, 2008), hlm. 63
12
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011) hlm.
107
13
Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak, (Bandung:
Penerbit Angkasa, 1991) hlm. 22
19

1) Untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan,

ketulusan dan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan

lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.

2) Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral,

dan keagamaan.

3) Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar untuk

berlatih mendengarkan.

4) Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik

dan menarik, serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan

semangat dan dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka kegiatan

bercerita memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan anak.

5) Untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan

orang yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan.

6) Dapat membantu anak membangun bermacam yang mungkin dipilih

anak dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak

kepada masyarakat.

7) Kegiatan bercerita dalam kaitan kehidupan sosial anak dapat

dipergunakan guru untuk menuturkan bermacam pekerjaan yang ada

dalam masyarakat yang beraneka ragam yang dapat menimbulkan

sikap pada diri anak menghargai bermacam-macam pekerjaan.

8) Melatih daya serap anak, artinya anak usia dini dapat dirangsang,

untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara

keseluruhan
20

9) Melatih daya pikir anak, artinya anak dapat terlatih untuk memahami

proses cerita, mempelajari hubungan sebab akibatnya termasuk

hubungan-hubungan dalam cerita

10) Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya

kepada keseluruhan cerita

c. Bentuk-Bentuk Metode Bercerita

Dalam pembelajaran yang menggunakan metode bercerita terdapat

berbagai model dalam penyampaiannya. Bentuk-bentuk metode bercerita

secara langsung maupun tidak langsung. Ada beberapa yang sering kita

jumpai:14

1) Membaca langsung dari buku cerita

2) Bercerita degan menggunakan ilustrasi gambar dari buku

3) Menceritakan dongeng

4) Bercerita dengan menggunakan papan flannel

5) Bercerita dengan menggunakan media boneka

6) Dramatisasi suatu cerita

7) Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan

d. Langkah –langkah Metode Bercerita

Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang memiliki manfaat

besar bagi perkembangan anak serta pencapaian tujuan pendidikan.

Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita guru terlebih dahulu harus

14
Judarwanto Widodo, Perkembangan bicara dan Bahasa : Perkembangan Bahasa Anak
Pra Sekolah., 2008 (on line) Vol.1 No. 3 (http/www.children clinic.com/: Diakses 15 April 2009.
21

merancang kegiatan bercerita berupa langkah-langkah yang harus

ditempuh secara sistematis.Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri

dari 5 langkah.15

Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.

2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan

membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar,

menggunakan papan flannel, dst.

3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan

bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.

4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang

terdiri dari:

a) Menyampaikan tujuan dan tema cerita,

b) Mengatur tempat duduk,

c) Melaksanaan kegiatan pembukaan,

d) Mengembangkan cerita,

e) Menetapkan teknik bertutur,

f) Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.

Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita serta tema

yang dipilih oleh guru menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan

lainnya. Guru memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk cerita yang

15
Masitoh, Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Depdiknas, 2005,
hlm. 106
22

dipilih, sepanjang bisa menggambarkan isi cerita dengan baik. Bahan dan

alat yang dipergunakan dalam kegiatan bercerita sangat bergantung

kepada bentuk cerita yang dipilih sebelumnya.

Pengaturan tempat duduk, merupakan hal yang patut mendapat

perhatian karena pengaturan yang baik membuat anak merasa nyaman

dan dapat mengikuti cerita di samping teknik bercerita, dan teknik.

Untuk menyajikan secara menarik, diperlukan beberapa persiapan,

mulai dari memilihjenis cerita, menyiapkan tempat, panyiapan alat

peraga dan sebagainya hingga penyajian cerita. Menurut Tampubolon16

persiapan kegiatan bercerita yaitu: ”(1) Memilih dan memilah materi

cerita, (2) Pengelolaan kelas untuk bercerita, (3) Pengelolaan tempat

untuk bercerita, (4) Strategi penyampaian”.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Memilah dan memilih materi cerita

Diantara berbagai jenis cerita, cerita tentang pengalaman

seseorang dan faktor tradisional merupakan sumber cerita terbaik bagi

anak-anak.

2) Jenis cerita

Dalam program pembelajaran di TK, cerita dapat digolongkan

menjadi tiga, yakni cerita untuk program inti, cerita untuk program

pembuka, dan cerita untuk tujuan rekreasi pada akhir program. Cerita

16
Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung :
Angkasa, 1991, hlm. 26
23

untuk program inti, digunakan dalam kegiatan inti cerita ini disampaikan

oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.

Misalnya cerita tentang Bebek si buruk rupa. Cerita ini

menggambarkan seekor bebek yang buruk rupanya, tetapi hatinya baik,

suka menolong dan sebagainya. Tujuan pembelajaran ini, guru ingin

menanamkan rasa saling tolong menolong, tidak membeda-bedakan

teman. Cerita untuk program pembuka dan penutup, disampaikan pada

kegiatan inti dan penutup yang menyampaikan adalah anak, seorang guru

hanya memberikan stimulasi, misalnya dalam kegiatan berbagi cerita

tentang pengalaman naik sepeda dan sebagainya. Sedangkan cerita untuk

tujuan rekreasi pada akhir program, cerita ini disampaikan oleh anak

setelah liburan sekolah. Untuk jenis cerita anak yang banyak disukai

adalah cerita fable karena anak sedang senang dengan binatang-binatang

peliharaan.

3) Pengelolaan kelas untuk bercerita

Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan

potensi kelaspengelolaan kelas dengan baik seorang guru perlu

memperhatikan aspek-aspek pengelolaan kelas yang terdiri:17

“Pengorganisasian siswa, penugasan kelas, disiplin kelas dan

pembimbingan siswa”.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

17
Ibid.., hlm. 29
24

a) Pengorganisasian siswa

Bentuk pengelompokan anak-anak yang akan dilibatkan atau

diajak berinteraksi dalam penceritaan terlebih dahulu guna

mengetahui hubungan sosial antar anak dalam kelas.

b) Penugasan kelas

Dalam kegiatan bercerita, penugasan kelas dapat dilakukan

dengan meminta anak-anak untuk mencari tokoh utama dalam cerita

mengingatnya dan menyebutkan kembali sifat-sifatnya. Tentunya

tugas tersebut dikomunikasikan terlebih dahulu sebelum

penceritaan berlangsung.

c) Disiplin kelas

Dalam kegiatan bercerita di TK, bentuk-bentuk disiplin kelas

tentu harus disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini. Dalam

melakukan peceritaannya seorang guru tetap perlu menenangkan

muridnya untuk mendengarkan pesan melalui ceritanya. Proses

menenangkan murid perlu dilakukan dengan cara mendidik, tidak

disertai dengan ancaman dilakuan dengan mengikat perhatian

mereka melalui cerita yang disajikan dengan menarik sehingga tidak

membuat anak sibuk sendiri.

d) Pembimbingan siswa

Dalam kegiatan bercerita, bimbingan yang diperlukan dapat

berbentuk pemberian informasi sejelas-jelasnya tentang proses dan

tujuan cerita yang akan disampaikan serta kemungkinan


25

permasalahan yang muncul dalam memahami pembelajaran yang

akan diikutinya.

4) Pengelolaan tempat untuk bercerita

Banyak cara pengelolaan tempat untuk bercerita yang terdiri

dari:18“penataan tempat untuk bercerita, posisi media, penataan ruang

cerita dan strategi penyampaian cerita untuk anak”.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a) Penataan tempat untuk bercerita

Tempat duduk sisa dalam kegiatan bercerita perlu

mendapatkan perhatian yang serius. Sebab tempat duduk berkaitan

dengan banyak hal. Keterkaitan itu adalah interaksi guru dan siswa,

karakteristik materi penceritaan, media pembelajaran yang

digunakan dalam penceritaan.Oleh karena, itu tempat duduk siswa

sangat berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan bercerita.

Aktifitas bercerita tidak harus dilakukan didalam kelas,

kegiatan bercerita dapat dilakukan dimanapun asal memenuhi

kriteria kebersihan, keamanan dan kenyamanan. Jika jumlah anak

sedikit, bercerita dapat dilakukan diberbagai tempat seperti di teras,

di bawah pohon, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya yang penting

tempat tersebut dapat menampung semua anak, teduh, bersih dan

aman. Apabila jumlah anak relatif banyak sebaiknya dipilih tempat

yang lebih luas. Ruang kelas merupakan tempat yang paling


18
Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung :
Angkasa, 1991, hlm. 17
26

representative (memenuhi persyaratan) yang lebih baik lagi apabila

cerita yang disampaikan ditempat yang berkaitan.

b) Posisi media

Penempatan dalam ruangan perlu memperhatikan beberapa

aspek. Keterjangkauan menjadi prioritas bahwa semua media yang

akan dipakai mudah dijangkau oleh guru sehingga tidak

mengganggu proses penceritaan. Aspek lain yang perlu diperhatikan

adalah keselamatan media terhadap kemungkinan gangguan yang

muncul berasal dari murid-murid sendiri. Untuk itu yang perlu

dilakukan adalah peraturan akan murid, guru dan media dengan baik.

c) Penataan Ruang Cerita

Kegiatan bercerita di TK dapat dilakukan dimana saja.

Pelaksanaanya dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas. Jika

penceritaan dilakukan di dalam kelas, maka kelas perlu dtata untuk

memberikan dukungan penceritaan. Penataan tersebut meliputi

ventilasi, tata cahaya dan tata warna. Sedangkan penataan yang

dilakukan di luar kelas membutuhkan beberapa hal yang perlu

diperhatikan seperti kesesuaian tuntutan cerita, keamanan dan

kenyamanan.

5) Strategi Penyampain cerita untuk anak

Kegiatan bercerita di sekolah dapat dilakukan dengan baik,

apabila sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu, tidak hanya itu saja

peran seorang guru disini juga sangat berperan penting, untuk


27

memberikan suasana yang menyenangkan agar anak dalam

mendengarkan cerita atau bercerita dengan hati yang senang. Karena

pada prinsipnya belajar di TK itu belajar sambil bermain. Oleh karena itu

seorang guru harus mempunyai metode yang tepat dalam menyampaikan

kegiatan bercerita, strategi tersebut yang terdiri dari:19

”strategistorytelling, strategi reproduksi cerita dan strategi simulasi

kreatif.”

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a) Strategi Storytelling

Straregi Storytelling merupakan penceritaan cerita yang

dilakukan secara terencana dengan menggunakan boneka, atau

benda-benda visual, metode ini bertujuan untuk menghasilkan

kemampuan berbahasa anak. Penggunaan metode ini dibutuhkan

untuk melatih dan membentuk ketrampilan berbicara,

pengembangkan daya nalar, dan pengembanangkan imajinasi anak.

Metode ini contohnya seperti metode sandiwara boneka, metode

bermain peran, metode bercakap-cakap dan metode tanya jawab.

b) Strategi Reproduksi Cerita

Strategi reproduksi cerita adalah kegiatan belajar mengajar

bercerita kembali cerita yang didengar. Tujuan kegiatan ini sama

dengan tujuan straregi Storytelling. Strategi ini dimulai setelah guru

19
Ibid..., hlm. 18
28

bercerita,kemudian anak diminta menceritakan cerita itu sesuai

dengan daya tangkap anak.

c) Strategi Simulasi Kreatif

Strategi simulasi kreatif dilaksanakan untuk memanipulasi

kegiatan belajar sambil bermain dari penggalan dialog cerita atau

bermain peran membawakan tokoh-tokoh dalam cerita.

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita tentang Alam

Semesta

Dalam metode bercerita ada banyak kekurangan dan kelebihan

tentaunya. Kelebihannya antara lain:20

1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak.

2. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan

efisien.

3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.

4. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.

5. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.

Kekurangannya antara lain:

1. Anak didik pasif karena lebih banyak mendengarkan atau

menerima penjelasan dari guru.

20
Tim Penyusun, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman
Kanak-kanak. Jakarta : Depdikbud, 2007, hlm. 37
29

2. Kurang merangsang perkembangan kreatifitas dan kemampuan

siswa untuk mengutarakan pendapatnya.

3. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih

lemah sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.

4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya

tidak menarik.

3. Kreativitas Anak Usia Dini dalam Melipat Origami

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku inteligen karena

kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif.

Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak

selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan

bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear

dengan inteligensi, tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai

penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti

oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ,

tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor

IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti.

Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan

antara IQ dengan tingkat kreativitas.Berkenaan dengan hasil penelitian

dari Renzulli, dkk tentang keberbakatan dan anak berbakat dapat

disimpulkan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang pada

hakikatnya dapat dikelompokkan dalam 3 ciri- ciri, yaitu : kemampuan di


30

atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri (tanggung jawab terhadap

tugas). Seseorang yang berbakat adalah seseorang yang memiliki ketiga

ciri tersebut. Masing-masing ciri mempunyai peran yang sama-sama

menentukan. Seseorang dapat dikatakan mempunyai bakat

Intelektual, apabila ia mempunyai inteligensi tinggi atau

kemampuan di atasrata-rata dalam bidang intelektual yang antara lain

mempunyai daya abstraksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan

memecahkan masalah.

Akan tetapi, kecerdasan yang cukup tinggi belum menjamin

keberbakatan seseorang. Kreativitas sebagai kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan

gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah

atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara

unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya.

Demikian juga, hal yang sama berlaku bagi pengikatan diri

terhadap tugas yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet bekerja

meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan,

melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung

jawabnya, karena ia telah mengikatkan dirinya terhadap tugas tersebut

atas kehendaknya sendiri.

2. Kemampuan Kreativitas Anak Usia Dini

Semua anak mempunyai bakatnya masing-masing. Sebagian

berhasil mengembangkannya, sedangkan yang lain tidak menyadari bakat


31

yang mereka miliki. Ada yang pandai bernyanyi, memasak, melukis,

menulis. Setiap potensi membutuhkan tempat untuk

mengekspresikannya. Sedangkan masa kanak-kanak adalah masa yang

tepat untuk memunculkan bakat-bakat itu. Jika didukung sejalan dengan

kecenderungan alaminya, dia akan mengembangkan bakatnya itu dan

menjadi orang yang berhasil.

Kreativitas menjadikan ilmu pengetahuan, imajinasi,

logika, intuisi, kejadian aksidental dan evaluasi konstruktif menemukan

hubungan baru antara ide dan objek.21

Kreativitas dapat membuat individu mewujudkan diri dalam

menggapai sukses yang diangan-angankan dan mampu melihat

bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

Selain itu, kreativitas juga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan

menyertakan ide-ide baru, penemuan baru dan teknologi.22

Saat ini, semakin banyak orang menyadari bahwa kreativitas

memainkan peran teramat penting dalam meraih kebahagiaan pribadi dan

keunggulan professional. Orang kreatif adalah mereka yang unggul

dalam pekerjaan, mendirikan usaha baru, menemukan berbagai produk,

memproduksi film dan musik, melukis serta menghasilkan berbagai

karya keindahan. Manusia kreatif memiliki kehidupan sosial yang baik,

21
Nissa Tarnoto dan Alfi Purnamasari, Perbedaan Kreativitas Siswa SMP N. 2 Moyudan ditinjau
dari Tingkat Pendidikan Ibu. Jurnal Humanitas, Vol. 2009
22
S.C. MunandarUtami,Kreativitas dan Keberbakatan, Jakarta: Gramedia. Pustaka Utama, 1999,
hlm. 61
32

berinteraksi dengan banyak orang, serta menjelajahi tempat-tempat

menawan.23

Kreativitas disamping bermakna penting bagi individu, juga

penting bagi kesejahteraan masyarakat. Orang-orang yang kreatif melalui

karya-karyanya telah memberikan sumbangan besar bagi masyarakat.

Bahkan, perlu kita sadari bahwa majunya peradaban manusia saat ini

dengan segala kemudahan dalam kehidupan adalah sumbangan besar dari

sedikit orang-orang kreatif.24

Sebagaimana yang dinyatakan dalam GBHN 199325 bahwa

pengembangan kreativitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini,

yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan

dalam pendidikan pra sekolah. Kreativitas perlu dipupuk,

dikembangkan dan ditingkatkan, disamping mengembangkan kecerdasan

dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.26

23
E. J. Ayan, Ways to Free Your Creative Spirit and Find Your Great Ideas. Terj. Ibnu
Setiawaan. Bandung: Kaifa, 2002, hlm. 101
24
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm. 86
25
Inti dari Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 adalah “khususnya Pelita
Keenam Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Sidang Umumnya yang berlangsung dari
tanggal 1 s.d. 11 Maret 1993 telah mengeluarkan beberapa ketetapan dan keputusan. Salah satu
Ketetapan MPR tersebut adalah TAP MPR Nomor II/MPR/1993 mengenai Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN). GBHN merupakan haluan negara tentang pembangunan nasional dalam
garis-garis besar dengan maksud memberikan arah bagi perjuangan bangsa Indonesia selama 5
tahun maupun jangka panjang 25 tahun. Dengan menerbitkan buku kecil ini yang isinya khusus
mengenai GBHN 1993, kami berharap dapat membantu menyebarluaskan Ketetapan MPR
tersebut ke segenap lapisan masyarakat. Dengan membaca dan memahami isi GBHN ini seluruh
lapisan masyarakat dapat berpartisipasi mengisi pembangunan bangsa Indonesia dalam era
tinggal landas ini untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.”
26
Ahmadi dan Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hlm. 50
33

Menurut Safaria ada beberapa alasan mengapa kreativitas perlu

dipupuk sejak dini.27 Pertama, proses kreatif merupakan perwujudan dari

aktualisasi diri. Kedua, kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan

cara-cara baru dalam memecahkan masalah. Ketiga, menyibukkan diri

dalam proses kreatif bermanfaat bagi masyarakat dan juga bagi anak

karena dari kegiatan kreatif anak akanmendapatkan kepuasan yang

tinggi, sehingga hal ini akan meningkatkan makna dan kebahagiaan

hidup anak. Keempat, kreativitas menjadikan peradaban manusia

berkembang dengan pesat.

Usia dini atau disebut juga sebagai usia prasekolah adalah suatu

masa ketika anak-anak belum memasuki pendidikan formal. Oleh sebab

itu, pada rentang usia dini adalah saat yang tepat untuk mengembangkan

kreativitas anak. Pengembangan kreativitas anak secara terarah pada

rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupannya di masa depan.

Tapi sebaliknya, jika orangtua tidak dapat memperhatikan

pengembangan kreativitas anak secara benar dan terarah, bisa jadi akan

berakibat fatal terhadap kreativitas anak yang sebenarnya.28

Faktor lingkungan seperti keluarga dan sekolah dapat berfungsi

sebagai pendorong dalam mengembangkan kreativitas anak sehingga

peran orangtua dan pendidik sangat penting dalam memberikan dorongan

dan tuntutan bagi anak. Kreativitas dapat didorong perkembangannya

27
Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal
Anak, Yogyakarta : Amara Books, 2005, hlm.19
28
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. 69
34

dengan menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak.

Menurut Hurlock29 kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak

adalah waktu, kesempatan menyendiri, dorongan, sarana, lingkungan

yang merangsang, hubungan orang tua dan anak yang tidak posesif, cara

mendidik anak, serta kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.

Pada masa sekolah, anak-anak memiliki ciri-ciri kepribadian

kreatif yang besar. Namun, begitu masuk sekolah, kreativitasnya

menurun, sebab pikiran dan ungkapannya yang spontan, terbuka, dan

bebas, kurang mendapat perhatian, begitu juga dengan rasa ingin tahu,

rasa takjub, daya imajinasi dan kesenangannya bertanya di sekolah tidak

mendapat tanggapan.30

Hal tersebut sangat disayangkan, karena justru pada usia sekolah

inilah anak memiliki kesempatan yang sangat besar untuk

mengembangkan dan mengungkapkan kreativitasnya. Penurunan

kreativitas tersebut terjadi karena disekolah anak tidakterlatih untuk

berpikir kreatif, yaitu cara berpikir mendorong mereka untuk

mengemukakan macam-macam jawaban. Muatan kurikulum hanya

menuntut siswa untuk berpikir konvergen dengan satu jawaban untuk

satu pertanyaan.

29
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011)
hlm.116
30
Widiarmi Wijayana, dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka, 2006. hlm. 21
35

3. Kreativitas Anak Usia Dini Melipat Kertas Origami

Seni melipat kertas atau origami, merupakan kegiatan yang sangat

baik untuk merangsang kreatifitas serta membangun daya pikir terstruktur

pada anak. Winarni31 dalam penelitiannya menemukan bahwa kegiatan

melipat kertas origami berpengaruh kepada peningkatan motorik halus pada

anak dimana hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motorik halus

anak melalui origami dimana kemampuan melipat dan mengikuti petunjuk

guru dari data awal yang bisa 4 anak dengan meningkat menjadi 8 anak pada

siklus I dan menjadi 13 anak pada siklus II. Pada aspek ketangkasan melipat

kertas menjadi bentuk origami dari data awal yang bisa 4 anak meningkat

menjadi 8 anak pada siklus I dan menjadi 14 anak pada siklus II. Sedangkan

pada aspek kerapihan setiap lipatan dari data awal yang bisa 4 anak

meningkat menjadi 8 anak pada siklus I dan menjadi 14 anak pada siklus II.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa origami ternyata memiliki

dampak yang cukup baik secara nyata dalam perkembangan otak seorang

anak. Nasrus & Chiar32 telah melakukan penelitian kepada siswa kelas 5 SDN

24 Pontianak. Dalam penelitian ini mendapatkan hasil empiris bahwa media

origami secara signifikan meningkatkan motivasi belajar matematika pada

anak khususnya pada materi menentukan luas layang-layang. Dari segi

efektifitas penggunaan origami menurut Kusumaningrum33 yang telah

31
E.W. Winarni, Inovasi dalam pembelajaran IPA. Bengkulu: FKIP Press, 2006, hlm. 39
32
Dalam Agus Suprijono , Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi Pakem,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 92
33
Aprilia Dyah Kusumaningrum, Efektifitas Penggunaan Kertas Lipat (Origami) dalam
Meningkatkan Kreativitas pada Anak, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta: Fakultas Psikologi,
2011, hlm. 20
36

melakukan penelitian secara empiris dengan menggunakan metode

eksperimen ditemukan bahwa secara signifikan penggunaan media origami

berpengaruh pada kreatifitas anak.

Kreatifitas menurut beberapa ahli sangat erat hubungannya dengan

kognisi atau proses berfikir karena melibatkan kemampuan menghasilkan

banyak gagasan, kemampuanmenggunakan berbagai macam cara untuk

mengatasi masalah, kemampuan mencetuskan gagasan asli yang

unik,kemampuan melakukan hal detail, memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi, imajinatif, berani mengambil resiko serta menghargai hasil.34

B. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi pijakan untuk peneliti melakukan

penelitian sebagai berikut:

Nama Judul Fokus Metode Hasil Perbedaan


No.
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
1 Laelun “Pengaruh Tingkat Menggunakan Hasil Tingkat
Hartati Bermain kreativitas penelitian penelitian kreativitas
Herlina Play Dough anak-anak kuantitatif, berpengaruh diukur
Siwi Terhadap TK Purbayan dengan metode positif dan menggukanak
Widiana Kreativitas Kotagede tes kreativitas signifikan bermain play
Anak Yogyakarta figural dough
Taman- sedangkan
Taman penelitian yang
Kanak-kanak akan digunakan
Purbayan menggunakan
Kotagede metode bercerita
Yogyakarta
Pada Tahun
2011”
2 Lia “Pengaruh Menganalisis Penggunakan Terdapat Perbedaannya
Noviana Bercerita kemampuan penelitian pengaruh berada pada
Terhadap menyimak kuantitatif, signifikan variabel kedua,
Kemampuan anak-anak dengan antara dimana peneliti
Menyimak pada menggunakan kemampuan mempunyai

34
Kaufman & Sternberg (psychologymania.com,diakses tanggal 19 April 2018).
37

Pada Anak kelompok metode menyimak fokus pada


Kelompok bermain bercerita. anak sebelum tingkat
Bermain Tunas Penelitian dan sesudah kreativitas
Tuna Bangsa Bangsa eksperimental penerapan bukan pada
di Ds. menggunakan metode konsentrasi
Wotansari, pre test dan bercerita pada menyimak pada
Kec. post test kemampuan anak
Balongpangg perlakuan. menyimak
ang, Kab. anak
Gresik pada
tahun 2013”
3. Nurhamid “Pengaruh Fokus Metode yang Terdapat hasil Terdapat
ah Metode penelitian digunakan yang perbedaan
Bercerita pada dalam signifikan dalam variabel
Terhadap pengaruh penelitian ini metode kedua tentang
Keterampilan metode menggunakan bercerita fokus penelitian
Sosial Pada bercerita one group pre- terhadap pada skala
Anak Usia terhadap test dan post- ketrampilan ketrampilan
Prasekolah di ketrampilan test desaign sosial anak pra sosial anak-
TK Siaga sosial pada sekolah anak.
Tunas anak. dengan hasil Sedangkan,
Kelapa wilcoxon yang akan
Ngalangan signed-rank diambil peneliti
Sardonoharjo test (p=0,001) adalah fokus
Nggaglik yang berarti pada tingkat
Sleman diterima dan kreatifitas anak
Tahun 2013” positif. dalam melipat
origami
4. Luh Putu “Pengaruh Fokus pada Penelitian Hasil Perbedaan
Pandan Strategi tingkat ini penelitian terlihat dari
Sari Permainan pengaruh menggunaka ini metode yang
Imajinatif strategi n jenis menunjukka digunakan
Terhadap permainan penelitian n significan yakni
Kreativitas imajinatif quasi proccess permainan
Anak terhadap eksperimen dengan hasil imajinatif.
Kelompok B kreatifitas dengan 41,33 lebih
Gugus III anak-anak rancangan tinggi
Kecamatan pada post test dibandingka
Buleleng kelompok only control n dengan
pada Tahun bermain. group strategi
2017” design pembelajara
n ekspositori
18,88.
5. Abdul “Pengaruh Pengaruh Metode Terdapat Perbedaan
Rahmat Metode metode penelitian pengaruh terlihat jelas
dan Bercerita bercerita menggunakan signifikan pada fokus
Ertiwi Terhadap terhadap jenis penelitian pengaruh penelitian
Mamanto Kemampuan kemampuan eksperimen. bercerita variabel nya
pada Bercerita menyimak Desain terhadap adalah
Terhadap anak usia 4-5 eksperimen menyimak menyimak anak.
38

Kemampuan tahun. one grup pre anak


Menyimak test-post test. kelompok B
Anak Usia 4-
5 tahun di
TK Negeri
Pembina Ki
Hajar
Dewantoro
Kota Selatan
Gorontalo
tahun 2016”
6. Lucky “Pengaruh Metode Metode Hasil yang Perbedaan
Putri Metode bercerita penelitian ditunjukkan mendasarnya
Hariyanti Bercerita terhadap menggunaka sangat pada fokus
Terhadap kemampuan n jenis signifikan penelitian
Kemampuan sosial penelitian dengan hasil tentang
Sosial emosiaonal eksperimen. post test kemampuan
Emosional anak Desain sebesar 197 sosial
Anak kelompok B eksperimen emosional
kelompok B one grup pre anak.
Di TK Cut test-post
Nyak Dien test.
Kota
Mojokerto
tahun 2016
39

C. Kerangka Konseptual

Harapan: Kenyataan:

Pembelajaran pada anak usia


Pada kenyataannya
merupakan masa dimana
bermain adalah dunianya. proses belajar
Dunianya sangat imajinatif dan membosankan dan
kreatif. Guru diharapkan Kesenjangan
membuat anak-anak
menggunakan metode yang
menyenangkan untuk hanya terpaku pada apa
meningkatkan kreativitas yang disampikan
bermainnya. Termasuk dalam gurunya.
melipat kertas origami.

Dampak

Hal ini mengakibatkan anak usia dini menjadi


belum memunculkan kreativitas dan
imajinasinya.

Solusi

Dengan menggunakan metode bercerita ini


anak akan lebih mudah mengembangkan
kreativitas dan imajinasinya.
40

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis :

1. Hipotesis Kerja (Ha)

a. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara metode bercerita

tentang alam semesta terhadap kreativitas anak-anak di RA

Tarbiyatussibyan Kelompok B di desa Tanjung, Kecamatan

Kalidawir, Kabupaten Tulungagung

b. Adanya penerapan metode bercerita tentang alam semesta yaitu (X)

dapat meningkatkan kreativitas melipat kertas origami yaitu (Y) anak

RA Tarbiyatussibyan Kelompok B di desa Tanjung, Kecamatan

Kalidawir, Kabupaten Tulungagung

2. Hipotesis Nihil (H0)

a. Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara metode

bercerita tentang alam semesta terhadap kreativitas anak RA

Tarbiyatussibyan Kelompok B di desa Tanjung, Kecamatan

Kalidawir, Kabupaten Tulungagung

b. Tidak Adanya penerapan metode bercerita tentang alam semesta yaitu

(X) terhadap Kreativitas melipat kertas origami yaitu (Y) anak RA

Tarbiyatussibyan Kelompok B di desa Tanjung, Kecamatan

Kalidawir, Kabupaten Tulungagung

c. H0 = Metode Bercerita tentang alam semesta berpengaruh signifikan

positif terhadap kreativitas melipat kertas origami pada anak.


41

Ha = Metode Bercerita berpengaruh signifikan positif terhadap

tingkat Kreatifitas anak.

Anda mungkin juga menyukai