LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori
(TK/RA) yaitu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk
1
Novan Ardy Wijayani,Format PAUD konsep....., hal.16
2
Ibid., hal. 14-17
10
11
peserta didik dapat dicapai dan apa yang perlu dilakukan untuk memfasilitasi
kematangan tersebut.
lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan belajar. Peserta didik belajar melalui
didik akan memperoleh pengetahuannya. Peserta didik belajar dengan gaya yang
berbeda. Anak belajar melalui bermain. Melalui bermain peserta didik dapat
aktivitas peserta didik belajar. Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi
3
Ibid., hal. 13-89
12
tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak. Kelima, karekteristik
kreatif. Semua kriteria ini memberikan implikasi bagi guru untuk memilih
Dini (PAUD).
Kegiatan bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak-anak. Ketika
bermain anak-anak merasa gembira ,tidak ada beban apa pun dalam
pikiran. Suasana hati senantiasa ceria. Dalam keceriaan inilah , guru bisa
4
Sitti Aisyah, dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. (Jakarta :
Universitas Terbuka) 2007. Hlm. 23
13
dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.5
dimotivasi dari dalam diri anak bukan adanya tuntutan atau paksaan,
sambil lalu, artinya bermain bagi anak merupakan kegiatan yang utama
dan lebih bersifat pura –pura, cara/tujuan ,artinya cara bermain lebih
5
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2011, hlm. 108
6
Ibid., hal. 121-123
14
Ada banyak motode pembelajaran yang cocok untuk anak usia dini
seperti bercerita yang diambil oleh peneliti dalam skripsi ini. Jadi
cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus
menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada peserta
7
Nurbiana Dhieni dkk, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008) hal.
66
15
hal. Pertama, isi cerita terkait dengan dunia kehidupan anak. Kedua,
lain guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari
jari-jari tangan.
mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak PAUD, yaitu : Bagi anak TK,
tertarik pada Salah satu metode pembelajaran anak usia dini salah
Wujud kreatifitas itu diukur melalui kertas origami. Kertas origami yang
alam lain.
8
Tadkiroatun Musfiroh, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Depdiknas, 2005, hlm. 44
17
2. Pengertian bercerita
sampai sekarang. Hampir setiap siswa yang telah menikmati suatu cerita akan
berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai
siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan unsur apa yang diceritakan.
kepada orang lain dengan alat atautanpa alat tentang apa yang harus
disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang
9
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra, Yogjakarta: BPFE,
2001, hlm. 289
10
Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Bandung: Penerbit Angkasa,
1981, hlm. 35
18
untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena itu orang yang
terstruktur adalah:12
lain:13
11
Dhieni Nurbiana, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, 2008), hlm. 63
12
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011) hlm.
107
13
Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak, (Bandung:
Penerbit Angkasa, 1991) hlm. 22
19
dan keagamaan.
berlatih mendengarkan.
kepada masyarakat.
8) Melatih daya serap anak, artinya anak usia dini dapat dirangsang,
untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara
keseluruhan
20
9) Melatih daya pikir anak, artinya anak dapat terlatih untuk memahami
secara langsung maupun tidak langsung. Ada beberapa yang sering kita
jumpai:14
3) Menceritakan dongeng
14
Judarwanto Widodo, Perkembangan bicara dan Bahasa : Perkembangan Bahasa Anak
Pra Sekolah., 2008 (on line) Vol.1 No. 3 (http/www.children clinic.com/: Diakses 15 April 2009.
21
dari 5 langkah.15
terdiri dari:
d) Mengembangkan cerita,
15
Masitoh, Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Depdiknas, 2005,
hlm. 106
22
dipilih, sepanjang bisa menggambarkan isi cerita dengan baik. Bahan dan
anak-anak.
2) Jenis cerita
menjadi tiga, yakni cerita untuk program inti, cerita untuk program
pembuka, dan cerita untuk tujuan rekreasi pada akhir program. Cerita
16
Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung :
Angkasa, 1991, hlm. 26
23
untuk program inti, digunakan dalam kegiatan inti cerita ini disampaikan
kegiatan inti dan penutup yang menyampaikan adalah anak, seorang guru
tujuan rekreasi pada akhir program, cerita ini disampaikan oleh anak
setelah liburan sekolah. Untuk jenis cerita anak yang banyak disukai
peliharaan.
pembimbingan siswa”.
17
Ibid.., hlm. 29
24
a) Pengorganisasian siswa
b) Penugasan kelas
penceritaan berlangsung.
c) Disiplin kelas
d) Pembimbingan siswa
akan diikutinya.
dengan banyak hal. Keterkaitan itu adalah interaksi guru dan siswa,
b) Posisi media
dilakukan adalah peraturan akan murid, guru dan media dengan baik.
kenyamanan.
pada prinsipnya belajar di TK itu belajar sambil bermain. Oleh karena itu
kreatif.”
a) Strategi Storytelling
19
Ibid..., hlm. 18
28
Semesta
efisien.
20
Tim Penyusun, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman
Kanak-kanak. Jakarta : Depdikbud, 2007, hlm. 37
29
3. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih
tidak menarik.
1. Pengertian Kreativitas
penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti
oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ,
tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor
memecahkan masalah.
terhadap tugas yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet bekerja
21
Nissa Tarnoto dan Alfi Purnamasari, Perbedaan Kreativitas Siswa SMP N. 2 Moyudan ditinjau
dari Tingkat Pendidikan Ibu. Jurnal Humanitas, Vol. 2009
22
S.C. MunandarUtami,Kreativitas dan Keberbakatan, Jakarta: Gramedia. Pustaka Utama, 1999,
hlm. 61
32
menawan.23
Bahkan, perlu kita sadari bahwa majunya peradaban manusia saat ini
23
E. J. Ayan, Ways to Free Your Creative Spirit and Find Your Great Ideas. Terj. Ibnu
Setiawaan. Bandung: Kaifa, 2002, hlm. 101
24
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm. 86
25
Inti dari Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 adalah “khususnya Pelita
Keenam Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Sidang Umumnya yang berlangsung dari
tanggal 1 s.d. 11 Maret 1993 telah mengeluarkan beberapa ketetapan dan keputusan. Salah satu
Ketetapan MPR tersebut adalah TAP MPR Nomor II/MPR/1993 mengenai Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN). GBHN merupakan haluan negara tentang pembangunan nasional dalam
garis-garis besar dengan maksud memberikan arah bagi perjuangan bangsa Indonesia selama 5
tahun maupun jangka panjang 25 tahun. Dengan menerbitkan buku kecil ini yang isinya khusus
mengenai GBHN 1993, kami berharap dapat membantu menyebarluaskan Ketetapan MPR
tersebut ke segenap lapisan masyarakat. Dengan membaca dan memahami isi GBHN ini seluruh
lapisan masyarakat dapat berpartisipasi mengisi pembangunan bangsa Indonesia dalam era
tinggal landas ini untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.”
26
Ahmadi dan Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hlm. 50
33
dalam proses kreatif bermanfaat bagi masyarakat dan juga bagi anak
Usia dini atau disebut juga sebagai usia prasekolah adalah suatu
itu, pada rentang usia dini adalah saat yang tepat untuk mengembangkan
pengembangan kreativitas anak secara benar dan terarah, bisa jadi akan
27
Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal
Anak, Yogyakarta : Amara Books, 2005, hlm.19
28
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. 69
34
yang merangsang, hubungan orang tua dan anak yang tidak posesif, cara
bebas, kurang mendapat perhatian, begitu juga dengan rasa ingin tahu,
mendapat tanggapan.30
satu pertanyaan.
29
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011)
hlm.116
30
Widiarmi Wijayana, dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka, 2006. hlm. 21
35
guru dari data awal yang bisa 4 anak dengan meningkat menjadi 8 anak pada
siklus I dan menjadi 13 anak pada siklus II. Pada aspek ketangkasan melipat
kertas menjadi bentuk origami dari data awal yang bisa 4 anak meningkat
menjadi 8 anak pada siklus I dan menjadi 14 anak pada siklus II. Sedangkan
pada aspek kerapihan setiap lipatan dari data awal yang bisa 4 anak
meningkat menjadi 8 anak pada siklus I dan menjadi 14 anak pada siklus II.
dampak yang cukup baik secara nyata dalam perkembangan otak seorang
anak. Nasrus & Chiar32 telah melakukan penelitian kepada siswa kelas 5 SDN
31
E.W. Winarni, Inovasi dalam pembelajaran IPA. Bengkulu: FKIP Press, 2006, hlm. 39
32
Dalam Agus Suprijono , Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi Pakem,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 92
33
Aprilia Dyah Kusumaningrum, Efektifitas Penggunaan Kertas Lipat (Origami) dalam
Meningkatkan Kreativitas pada Anak, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta: Fakultas Psikologi,
2011, hlm. 20
36
B. Penelitian Terdahulu
34
Kaufman & Sternberg (psychologymania.com,diakses tanggal 19 April 2018).
37
C. Kerangka Konseptual
Harapan: Kenyataan:
Dampak
Solusi
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis :