Pd]
I. Deskripsi Materi
hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses
pembelajaran
h. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
a) Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan alat yang digunakannnya saat
bermain. Karena itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga
segala bahan yang ada di sekitar anak; b) Penggunaan berbagai media dan sumber belajar
dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya serta
membuat anak lebih peka terhadap kesadaran untuk memelihara lingkungan.
Pembelajaran yang paling efektif untuk anak usia dini adalah melalui suatu kegiatan yang
berorientasi bermain. Menurut Gagne, Briggs dan Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada anak. Sedangkan David
Weikart (Eliason & Jenkins, 1994) mengemukakan bahwa pembelajaran yang berorientasi
perkembangan mempunyai arti bahwa pendekatan yang digunakan guru untuk melaksanakan
pembelajaran adalah pembelajaran yang berorientasi pada anak itu sendiri. Agar pembelajaran optimal,
berorientasi pada bemain dan berorientasi pada perkembangan maka pendekatan yang paling tepat
dalam pembelajaran di TK adalah pembelajaran yang berpusat pada anak atau active learning. Melalui
pendekatan ini anak dapat menggunakan seluruh inderanya dalam melakukan berbagai kegiatan. Anak
bukan objek akan tetapi subjek yang aktif belajar. Menurut UU RI No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, memberi pengertian tentang pembelajaran dalam pasal 1 butir 20 bahwa pembelajaran
diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan
sebagai upaya sistematik dan sitemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial
menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta
didik. Hakikat pembelajaran anak usia dini dalam KBK (2002) sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran bagi anak usia dini adalah proses interaksi antara anak, sumber belajar dan
pendidik dalam suatu lingkungan belajar tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif melakukan berbagai eksplorasi dalam
kegiatan bermain, maka proses pembelajaran ditekankan pada aktivitas anak dalam bentuk-bentuk
belajar sambil bermain.
3. Belajar sambil bermain ditekankan pada integrasi pengembangan potensi di bidang fisik, intelegensi,
sosial emosional, serta bahasa dan komunikasi sehingga menjadi kemampuan yang secara actual
dimiliki anak.
4. Penyelenggaraan pembelajaran bagi anak usia dini perlu memberikan rasa aman bagi anak
5. Sesuai dengan sifat perkembangan anak usia dini, proses pembelajaran dilaksanakan secara
Pengkayaan Metode & Bahan Ajar AUD 3
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
terpadu
6. Proses pembelajaran pada anak usia dini akan terjadi apabila anak berbuat secara aktif berinteraksi
dengan lingkungan belajar yang diatur pendidik
Program belajar bagi anak usia dini dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem yang dapat
menciptakan kondisi yang menggugah dan memberi kemudahan bagi anak untuk belajar sambil bermain
melalui berbagai aktivitas yang bersifat konkret dan sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangan
serta kehidupan anak.
Karakteristik pembelajaran tema menurut Kostelnik, dkk. (1991) sebagai berikut: a) memberikan
pengalaman langsung tentang objek-objek yang riil bagi anak untuk menilai dan memanipulasinya; b)
menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua pemikiranya; c) membangun kegiatan
sekitar minat-minat anak; d) membantu anak-anak mengembangkan pengetahuan & keterampilan baru
yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan dapat mereka lakukan sebelumnya; e)
menyediakan kegiatan & kebiasaan yang menghubungkan semua aspek perkembangan kognitif, sosial,
emosional & fisik; f) mengakomodasi kebutuhan anak-anak untuk bergerak dan melakukan kegiatan
fisik, interaksi sosial, kemandirian & mengembangkan harga diri yang positif; g) memberikan
kesempatan menggunakan bermain untuk menterjemahkan pengalaman ke dalam suatu pemahaman;
h) menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya dan pengalaman di keluarga yang dibawa
anak-anak ke kelasnya; i) menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak.
Kurikulum dapat dianalogikan sebagai program yang dirancang untuk mencapai tujuan. Jika
tujuannya adalah tingkat pencapaian perkembangan anak, maka kurikulum sebagai program
pengembangan PAUD memuat program pengembangan:
1. Pengembangan nilai agama dan moral mengenalkan nilai-nilai moral dan perilaku baik melalui
kegiatan rutinitas untuk memunculkan pembiasaan-pembiasaan perilaku baik.
2. Pengembangan motorik mencakup stimulasi terencana untuk mengembangkan kekuatan otot kasar,
otot halus. dan perilaku sehat. Pengembangan motorik dilakukan melalui berbagai aktivitas kegiatan
bermain dan pembiasaan.
3. Pengembangan kognitif sebagai program fasilitasi agar anak mengenal dunia dengan cara
eksplorasi dan bermain aktif sehingga anak memiliki pengalaman yang menunjang kematangan
berpikir kritis, analitis, dan problem solving.
4. Pengembangan bahasa merupakan program untuk meningkatkan kemampuan memahami bahasa
yang disampaikan (reseptif), mampu menyampaikan dengan jelas dan runtut (ekspresif), dan
pengenalan keaksaraan awal melalui interaksi akti anak dengan anak, dan anak dengan orang tua.
5. Pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-kembangnya sikap
dan keterampilan sosial dalam konteks bermain.
Pengkayaan Metode & Bahan Ajar AUD 4
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
untuk mempelajari peran orang dewasa; l) merupakan cara dinamis untuk belajar; m) menjernihkan
pertimbangan anak; n) dapat distruktur secara akademis; o) merupakan kekuatan hidup; p)
merupakan sesuatu yang esensial bagi keselarasan hidup. Oleh karena itu, sangat besar nilai
bermain dalam kehidupan anak maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program
kegiatan anak TK merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan.
b. Metode Karyawisata
Anak memperoleh kesempatan mengobservasi, memperoleh informasi, atau mengkaji
segala sesuatu secara langsung. Membawa anak ke objek-objek tertentu sebagai pengayaan
pengajaran, pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas.
Penting untuk membangkitkan minat anak pada suatu hal dan memperluas informasi.
c. Metode Bercakap-cakap
Saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau mewujudkan
kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Karena dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain, keterampilan dalam melakukan kegiatan bersama. Selain itu juga,
meningkatkan keterampilan menyatakan perasaan serta menyatakan gagasan atau pendapat secara
verbal. Mengembangkan aspek sosial, emosi, kognitif dan terutama aspek bahasa.
d. Metode Bercerita
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Menggunakan media untuk menyampaikan nilai yang berlaku di masyarakat.
Keterlibatan anak terhadap dongeng yang diceritakan akan memberikan suasana yang segar dan
menarik dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak. beberapa teknik mendongeng: a) membaca
langsung dari buku cerita; b) menggunakan ilustrasi dari satu buku sambil meneruskan cerita; c)
menceritakan dongeng; d) bercerita dengan menggunakan papan flannel, boneka, permainan peran,
melalui lagu, melalui rekaman audio. Terdapat makna penting saat bercerita: a) mengkomunikasikan
nilai budaya; b) mengkomunikasikan nilai sosial; c) mengkomunikasikan nilai keagamaan; d)
menanamkan etos kerja, waktu dan alam; e) mengembangkan fantasi anak; f) mengembangkan
dimensi/aspek kognitif anak; g) mengembangkan aspek bahasa anak
e. Metode Demonstrasi
Menunjukkan, mengerjakan dan menjelaskan. Dalam demonstrasi ditunjukkan dan
dijelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi: a) memperlihatkan secara konkret
apa yang dilakukan dan dilaksanakan/diperagakan; b) dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep,
prinsip, dengan peragaan; c) membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan
cermat; d) membantu mengembangkan kemampuan melakukan pekerjaan secara teliti, cermat dan
tepat; e) membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan secara tepat.
Pengkayaan Metode & Bahan Ajar AUD 6
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
f. Metode Proyek
Metode ini untuk melatih kemampuan anak memecahkan masalah yang dialami anak
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui metode ini dapat menggerakkan anak melakukan kerjasama
sepenuh hati untuk mencapai tujuan bersama. Metode yang cocok untuk pengembangan aspek
kognitif, sosial, motorik, kreatif dan emosional. Berkaitan dengan kehidupan anak sehari-hari yang
dapat dihubungkan satu dengan yang lain dan dipadukan menjadi suatu hal yang menarik bagi anak
dna juga fleksibel. Dalam kegiatan bersama anak belajar mengatur diri sendiri untuk bekerjasama
dengan teman dalam memecahkan suatu masalah. Pengalaman akan sangat bermakna bagi anak
dan berdampak pada pengembangan etos kerja, waktu dan lingkungan. Melatih anak untuk
berprakarsa dan bertanggung jawab.melatih menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan secara
bebas dan kreatif.
g. Metode Pemberian Tugas
Merupakan pekerjaan tertentu yang dengan sengaja harus dikerjakan oleh anak yang
mendapat tugas. Diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan secara nyata dan
menyelesaikan tugas sampau tuntas. Dapat diberikan secara individu ataupun kelompok. Pemberian
tugas secara lisan akan memberi kesempatan pada anak untuk melatih persepsi pendengaran dan
meningkatkan kemampuan bahasa reseptif. Selain itu juga melatih anak memusatkan perhatian
dalam jangka waktu tertentu dan membangun motivasi anak.
C. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis.
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan atau teks yang diperlukan oleh guru untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan anak untuk belajar.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar
diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai
sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang dan atau buku tidak
ada artinya apa-apa.
Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
D. Pengertian Media atau Alat Permainan Edukatif (APE) dan Sumber Belajar dalam Pembelajaran
Anak Usia Dini
1. Hakikat Media, APE dan Sumber Belajar secara Umum
Sumber belajar adalah alat permainan. Alat permainan adalah alat bantu bermain
sambil belajar yang meliputi alat-alat untuk kegiatan bermain bebas dan kegiatan-kegiatan
di bawah pimpinan guru. Sumber belajar, sering dipahami sebagai buku-buku atau bahan-
bahan tercetak lainnya seperti majalah, bulletin dan lain-lain. Sumber belajar secara
sempit juga diartikan sebagai semua sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan
yang dapat didengar (secara auditif) maupun yang dapat dilihat (secara visual) saja,
misalnya radio, televise dan perangkat k eras (hardware) lainnya.
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan ( a source) dengan
penerima pesan (a receiver). Contohnya, film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed
materials), komputer dan instruktur. Contoh dari media tersebut bisa dipertimbangkan
sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Heinich, Molenda dan Russell (1993), media merupakan saluran
komunikasi.
Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang sengaja dirancang
secara khusus untuk kepentingan pendidikan (Mayke Sugianto, T. 1995).
2. Hakikat Media, APE dan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan anak belajar meliputi
pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Sumber belajar dalam arti luas yang
dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut:
1) Torkleson (1965) mengatakan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dipergunakan untuk kepentingan pelajaran, yaitu segala apa yang ada di sekolah pada
masa lalu, sekarang dan pada masa yang akan datang.
2) Nana Sudjana (1997) mendefinisikan sumber belajar sebagai segala daya yang dapat
dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya.
3) Association for Educational Communication and Technology atau Asosiasi Komunikasi
dan Teknologi Pendidikan (AECT, 1977) memberikan batasan sumber belajar sebagai
segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, material (media software), peralatan
(hardware), teknik (metode) dan lingkungan yang digunakan secara sendiri -sendiri
maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar.
4) Anggani Sudono (1995) mengartikan sumber belajar adalah segala macam baha n yang
Pengkayaan Metode & Bahan Ajar AUD 8
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
memperjelas materi yang disampaikan oleh guru. Sebagai contoh apabila guru ingin
menjelaskan konsep warna-warna dasar seperti merah, biru, hitam, putih, kuning dan lain
sebagainya jika penyampaian kepada anak hanya secara lisan atau diceritakan, anak hanya
sebatas mampu menirukan ucapan guru tentang berbagai warna tanpa tahu secara nyata
bagaimana yang dimaksud warna merah, kuning dan lain sebagainya. Akan sangat berbeda
jika guru memanfaatkan alat permainan edukatif misalnya dengan menggunakan Lotto
Warna. Dengan memanfaatkan alat permainan tersebut anak dapat secara langsung melihat,
mengamati, membandingkan, memasangkan, dan mengenali berbagai warna.
Gambar
Lotto Warna
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa dengan memanfaatkan alat permainan
edukatif selain anak menguasai kemampuan menirukan ucapan guru tentang berbagai warna,
anak juga mampu menguasai kemampuan yang lainnya seperti kemampuan membandingkan
berbagai warna karena warna yang satu dengan yang lain berbeda dan kemampuan-
kemampuan yang lainnya.
2) Memberikan motivasi dan merangsang anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen dalam
mengembangkan berbagai aspek perkembangannya. Motivasi dan minat anak untuk
bereksplorasi dan bereksperimen merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan
belajar anak. Oleh karena itu harus dilakukan berbagai upaya sehingga motivasi dan minat anak
bisa tumbuh dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebut
adalah dengan memanfaatkan alat permainan edukatif. Alat permainan edukatif berupa balok
merupakan alat permainan yang sangat potensial untuk meningkatkan motivasi dan minat
anak untuk bereksperimen. Anak usia dini pada umumnya menyukai alat permaian ini.
Dengan bermain balok anak dapat membentuk bangunan tertentu sesuai dengan imajinasinya,
anak mencoba/bereksperimen untuk menyusun benda tertentu misalnya bangunan rumah
dengan memilih berbagai bentuk balok yang ada, anak menemukan sendiri konsep bahwa jika
menyusun benda yang tinggi dengan fondasi yang kecil dan kurang kokoh akan menyebabkan
bangunan yang telah disusunnya runtuh berantakan. Alat permainan seperti itu akan
5
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat atau pun dirinya sendiri. Contoh, buku, majalah
dan sebagainya.
4) Peralatan (device), sesuatu yang bisa disebut media/hardware yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contoh, radio dan sebagainya.
5) Teknik/metode (technique), sumber belajar yang disebut dengan teknik/metode yaitu prosedur
yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi dan orang yang
menyampaikan pesan. Contoh, guru melakukan simulasi atau bermain peran,
mendemonstrasikan (memberikan contoh) mengenai bagaimana memegang bola tangan yang
tepat.
6) Lingkungan (setting), lingkungan sebagai sumber belajar adalah situasi sekitar di mana pesan
disalurkan atau disampaikan. Contoh, perpustakaan dan sebagainya.
2. Jenis-jenis Media
Jenis dari media pembelajaran sebagai berikut:
1) Media Visual, media yang menyampaikan pesan melalui penglihatan pemirsa atau media yang
hanya dapat dilihat. Media visual terdiri dari media yang dapat diproyeksikan (projected visual)
dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual).
a. Media visual yang diproyeksikan, media yang menggunakan alat proyeksi (proyektor) dimana
gambar atau tulisan akan nampak pada layar (screen). Media proyeksi dapat berbentuk
media proyeksi diam (gambar diam) dan media proyeksi gerak (gambar bergerak). Jenis-jenis
dari alat proyeksi yang biasa digunakan untuk menyampaikan pesan pendidikan untuk anak
usia dini (OHP) dan slaid suara.
b. Media visual yang tidak diproyeksikan, terdiri atas media gambar diam/mati (gambar
manusia, binatang, tempat, objek lain yang ada kaitanya dengan bahan/isi tema yang
diajarkan), media grafis:media pandang 2 dimensi (grafik, bagan, kartun, dan sebagainya),
media model:media 3 dimensi (model padat, model penampang, model susun, model kerja,
mock-up dan diorama) dan media realia:alat bantu visual dalam pendidikan (mata uang,
binatang).
2) Media Audio, media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.
Contoh, kaset audio, program dalam radio dan sebagainya.
3) Media Audio-Visual, kombinasi dari media audio dan media audio-visual atau media pandang-
dengar. Contoh, program televisi pendidikan atau vidio pendidikan, program slide suara.
6
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
3. Jenis-jenis APE
Pada umumnya pengembangan APE berakar pada jenis permainan yang telah
dikembangkan lebih dulu oleh para pakar dari Negara maju. Beberapa jenis APE
merupakan hasil kreasi guru sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
lingkungan setempat. Jenis-jenis APE untuk anak usia dini yang telah dikembangkan
diantarannya berdasarkan alat permainan yang diciptakan oleh para ahli, yaitu Dr. Maria
Montessori, George Cruissenaire, Peabody dan Froebel. APE jenis ini banyak ditemukan
di lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia. Berikut penjelasan secara singkat jenis
alat permainan edukatif yang diciptakan oleh para ahli:
1) APE untuk kemampuan berbahasa Peabody, terdiri atas dua boneka tangan yang
berfungsi sebagai tokoh mediator yaitu tokoh P.Mooney dan Joey. Boneka yang
dilengkapi dengan papan magnet, gambar-gambar, piringan hitam berisi lagu dan tema
cerita serta kantong pintar sebagai pelengkap. APE ini memberikan program
pengetahuan dasar yang mengacu pada aspek pengembangan bahasa, yaitu kosakata
yang dekat dengan anak. APE yang dimainkan dengan tangan ini dikembangkan
menggunakan panggung boneka yang dilengkapi layar yang dapat diganti sesuai cerita
anak-anak TK di Indonesia.
Gambar
Boneka Tangan yang dikembangkan di Indonesia
7
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
kemandirian.
Gambar Gambar
Puzzle Bentuk Geometri Papan Bidang I
Gambar Gambar
Kantong Keterampilan Tangan Papan Bidang II
3) Balok Cruissenaire, menciptakan balok Cruissenaire untuk mengembangkan
kemampuan berhitung pada anak, pengenalan bilangan dan untuk meningkatkan
keterampilan anak dalam bernalar. Balok ini dikembangkan sebagai salah satu jenis
APE untuk anak TK walaupun ukuran dan warna telah dimodifikasi sedemikian rupa.
Keragaman dari APE ini dikelompokkan berdasarkan sudut pandang dan cara masing-
masing. Apakah dari segi kegunaannya atau aspek perkembangan yang dipantau
maupun dampak pemakaian dan berdasarkan penempatannya. Balok ini terdiri dari
balok-balok yang berukuran dan warna yang berbeda-beda:
Gambar
Balok Cruissenaire
8
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
Balok-balok yang terdiri dari ukuran dan warna yang berbeda -beda:
1 x 1 x1 cm dengan warna kayu asli 2 x 1 x1 cm berwarna merah
3 x 1 x 1 cm berwarna hijau muda 4 x 1 x 1 cm berwarna merah muda
5 x 1 x 1 cm berwarna kuning 6 x 1 x 1 cm berwarna hijau tua
7 x 1 x1 cm berwarna hitam 8 x 1 x 1 cm berwarna coklat
9 x 1 x 1 cm berwarna biru tua 10 x 1 x 1 cm berwarna jingga
4) APE ciptaan Froebel, dikenal dengan balok Blocdoss. APE ini berupa balok bangunan,
yaitu suatu kotak besar berukuran 20x20 cm yang terdiri dari balok -balok kecil
berbagai ukuran yang merupakan kelipatannya. Balok ini dikenal dengan istil ah kotak
kubus dalam program pendidikan TK di Indonesia, digunakan untuk melatih motorik
dan daya nalar anak. Berikut beberapa contoh jenis APE untuk anak TK yang
dilengkapi dengan spesifikasi alat dan tujuan pengembangannya.
a. Boneka Jari, terbuat dari kain yang tidak mudah bertiras. Kain dibentuk sesuai
dengan figur cerita, dijahit dengan tusuk feston. Satu narasi cerita dapat
memerlukan 10 boneka. Tujuan yang diharapkan yaitu: untuk mengembangkan
bahasa anak, mempertinggi keterampilan dan kreativitas anak , mengajak anak
belajar bersosialisasi dan bergotong-royong di samping melatih keterampikan jari
jemari tangan.
Gambar
Boneka Jari
b. Puzzle Besar, atau teka-teki ini untuk dimainkan anak usia 5 tahun. Dibuat dari dua
bagian triplek dengan ukuran sama. Satu bagian dibuat lukisan sederhana,
misalnya seekor kupu-kupu atau gambar lainnya, sedangkan bagian lainnya
dijadikan sebagai alas untuk menyusun kepingan gambar yang dibuat. Lukisan
dipotong menjadi 10-12 keping. Tujuan permainan ini adalah agar anak mengenal
bentuk, melatih daya konsentrasi dan pengamatan serta melatih keterampilan jari -
9
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
jari anak.
Gambar
Puzzle Kupu-kupu
c. Kotak Alfabet, kotak ini berisi huruf-huruf alfabet yang dibuat di atas potongan
karton duplek berukuran 5x5 cm, dibuat untuk anak berusia 5 tahun yang sedang
belajar membaca. Tujuan permainan ini adalah agar anak mengenal huruf,
menumbuhkan gairah atau semangat belajar untuk membentuk kata -kata dan
belajar membaca.
Gambar
Kotak Alfabet
d. Kartu Lambang Bilangan, kartu ini bertulisan angka dari 1-50, 1-100 dan
sebagainya. Terbuat dari bahan kertas duplek berukuran 5x5 cm, biasanya
dimainkan oleh anak usia 5-6 tahun. Bertujuan untuk mengenal lambang bilangan
dan belajar menghitung.
10
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
Gambar
Kartu Lambang Bilangan
e. Kartu Pasangan, kartu ini dimainkan anak usia 4-6 tahun. Tujuanya, melatih agar
anak belajar mengelompokkan dengan cara sederhana dan sekaligus mengenal
lambang-lambang benda. Terbuat dari bahan kertas duplek berukuran 10-8 cm.
Setiap kartu diberi gambar secara berpasangan, misalnya:
Ayah-ibu buku-pensil, dan lain-lain
Gambar
Kartu Pasangan
f. Puzzle Jam, puzzle ini terbuat dari bahan tripleks ukuran 30x2 0 cm, sesuai untuk
anak usia 5-6 tahun. Papan terbuat dari bahan yang sama, diberi gambar sebuah
jam lengkap dengan jarum penunjuk. Potongan yang diberi angka dapat dilepas
pasang, bertujuan agar anak dapat mengenal waktu dan lambang bilangan,
mengatur angka-angka membentuk deretan yang sesuai dengan arah jarum jam.
Gambar
Puzzle Jam
g. Lotto Warna, permainan ini untuk anak usia 3-4 tahun terbuat dari duplek atau
triplek. Terdiri dari papan loto berukuran 17,5 x 17,5 cm, 9 kartu loto yang t erdiri
dari 9 macam warna. Papan loto dibagi menjadi 9 bagian, masing -masing diberi
11
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
warna sesuai dengan warna yang ada pada kartu lotonya. Tujuannya agar anak
mengenal warna dan melatih daya pengamatan serta belajar membedakan.
Gambar
Loto Warna
h. Loto Warna dan Bentuk, permainan ini dimainkan secara perorangan atau
kelompok oleh anak usia 4 tahun ke atas. Terbuat dari triplek atau duplek dan
permainan ini terdiri dari papan loto berukuran 17,5 x 17,5 cm, 9 kartu loto. Papan
loto dibuat 9 bagian. Masing-masing bagian ditempeli dengan bentuk dan warna
yang berbeda-beda, tujuannya untuk mengembangkan daya konsentrasi dan
pengamatan anak.
Gambar
Loto Warna dan Bentuk
Guru dapat merancang dan menentukan jenis-jenis APE sesuai dengan kebutuhan
anak dan aspek perkembangan anak, karena pada dasarnya APE bersifat multiguna. Oleh
karena itu, satu jenis APE dapat mengembangkan aspek bahasa juga digunakan untuk
menstimulasi aspek perkembangan yang lain. Berdasarkan kurikulum yang berlaku saat
ini, APE untuk anak TK dikelompokkan berdasarkan pada penempatan alat di dalam dan
di luar ruangan seperti berikut:
1) Kategori APE di luar ruangan adalah APE yang dimainkan anak untuk bermain bebas
sehingga memerlukan tempat yang luas dan lapang. Pada umumnya ditujukan untuk
12
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
13
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
Gambar
Hubungan jumlah pengetahuan dengan jenis rangsangan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran di TK,
diantarannya:
1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi
tersendiri
2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran
3) Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi
pembelajaran
4) Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar
5) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran
6) Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret dalam berpikir.
Tahapan-tahapan penggunaan media pembelajaran untuk anak TK, diantarannya:
Tahap Persiapan
1. Guru mempersiapkan diri dalam penguasaan materi pelajaran
2. Guru menyiapkan media
3. Guru menyiapkan ruangan dan peralatan
4. Guru menyiapkan anak
Tahap Pelaksanaan
Guru memberikan pelajaran atau menyajikan media
Tahap Evaluasi
1. Guru mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar anak selama
proses dan setelah pelajaran selesai
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas
14
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
anak
6) Memberikan bimbingan dan pembinaan sesuai dengan kemampuan dan petunjuk-petunjuk yang
dapat memupuk keberanian dan perkembangan anak
7) Memberikan rasa gembira pada anak
8) Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan bermain menggunakan
APE ini
9) Pada waktu pelaksanaan guru memperoleh kesempatan yang sebaik-baiknya untuk melihat
minat dan bakat anak masing-masing sehingga bimbingan dan pembinaan dapat diberikan
secara individual, tepat guna, sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan anak.
Dalam prakteknya guru harus menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di TK
masing-masing. Berikut salah satu contoh petunjuk penggunaan alat permainan edukatif
untuk anak TK yaitu penggunaan kantong keterampilan tangan:
1) Memperkenalkan alat dan cara menggunakannya
2) Memberi contoh cara membuka dan menutup kantong, yaitu menarik retsleting,
memasang atau menekan kantong tekan, menalikan tali sepatu, mengancingkan
kancing lubang dan seterusnya sampai selesai
3) Memberi kesempatan kepada anak untuk mencoba mengancingkan ka ntong yang telah
dibuka oleh guru
4) Memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan sendiri permainan ini, jika anak
mengalami kesulitan guru membimbing anak dan mendorong untuk melakukan secara
mandiri.
I. Identifikasi Kebutuhan Sumber Belajar TK
1. Langkah-langkah dalam Mengidentifikasi Kebutuhan Sumber Belajar
Perencanaan sumber belajar dimulai dengan mengadakan identifikasi kebutuhan
sumber belajar di suatu lingkungan pendidikan anak TK. Kebutuhan ini dirumuskan
melalui observasi atau pengamatan, wawancara atau d iskusi tentang masalah pendidikan
khususnya berkenaan dengan proses pembelajaran serta penggunaan sumber belajar
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran anak TK. Kebutuhan tersebut dapat
diperoleh guru dari data tentang jenis-jenis sumber belajar yang dibutuhkan dan harus
disesuaikan dengan tema, kemampuan dan tujuan yang diinginkan. Hal ini penting
dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam rencana pengadaan sumber belajar.
Terdapat langkah-langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan sumber belajar di TK,
sebagai berikut:
16
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
17
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
18
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
19
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
dicapai.
Penyimpanan dan pemeliharaan sumber belajar di TK baik yang ada di dalam ruangan
maupun yang ada di luar merupakan hal yang penting dilakukan oleh guru. Dalam pelaksanaan
penyimpanan/pemeliharaan sumber belajar yang menunjang proses pembelajaran di TK hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Perawatan dan penyimpanan yang dapat dilakukan guru untuk alat yang terdapat di ruang kelas:
a. Alat-alat seharusnya disimpan di tempat yang memenuhi syarat, tidak lembab, cukup ventilasi
dan diatur rapi dalam lemari alat atau rak alat.
b. Dalam penyimpanan harus diperhatikan juga jenis-jenis alat tersebut, seperti buku dan
kertas-kertas dalam lemari atau rak, alat peraga lainnya disimpan di tingkat yang sesuai dan
aman
c. Pemeliharaan bahan dari kayu dilakukan secara berkala dengan menyemprotkan obat anti
serangga atau rayap, diberi lapisan meni, cat, pelitur atau pernis
d. Pemeliharaan bahan yang terbuat dari plastik dilakukan dengan melindunginya dari benda
panas, membersihkannya dengan alat pembersih yang lembut
e. Khusus untuk boneka/pakaian dapat dicuci atau diganti apabila sudah kusam atau lusuh
f. Alat yang terbuat dari kain ditempatkan dalam lemari tertutup, diberi kapur barus atau kamper
2) Perawatan dan penyimpanan yang dapat dilakukan guru untuk alat yang terdapat di luar ruangan
kelas:
a. Alat-alat ditempatkan pada tempat yang bebas banjir dan apabila ada kerusakan segera
diperbaiki, umpamanya ada bagian besi yang patah secepatnya dilas, apabila catnya
terkelupas segera diberi lapisan meni/cat dan pemberian pelumas secara rutin
b. Bak pasir hendaknya selalu bersih dari kotoran-kotoran dan ditutup. Pasirnya selalu ditambah
apabila diperlukan.
c. Bak air hendaknya diperhatikan kebersihannya
d. Kereta dorong, otoped dan mobil-mobilan harus ditempatkan pada tempat yang bebas banjir
dan selalu diberi pelumas.
K. Pengembangan Alat Permainan Edukatif di TK
Tahapan pengembangan alat permainan edukatif (APE) setelah merancang atau mendesain
adalah tahap pembuatan yaitu tahap melaksanakan semua hal yang suda dituangkan dalam
rancangan media melalui proses pembuatan tahap demi tahap sehingga APE pun siap digunakan.
Berikut ini penjelasan dari setiap tahapan pengembangan APE:
1. Merancang APE di TK
20
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
21
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
Catatan :
Kelebihan : ………………………………………………………………………………………
Kekurangan : ………………………………………………………………………………………
Rekomendasi : ………………………………………………………………………………………
………………….,……. 2017
Penilai,
(…………………………..)
Langkah guru dalam menggunakan alat atau pedoman evaluasi alat permainan edukatif
tersebut adalah dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom penilaian yang telah disediakan.
Untuk menentukan nilai akhir dari kualitas produk alat permainan edukatif tersebut dapat
menggunakan teknik persentase sederhana yaitu dengan cara menghitung skor actual dibagi skor
ideal dikali 100. Berikut ini rumus sederhananya. Skor aktual x 100
Skor ideal
Dalam menentukan skor ideal terlebih dahulu anda harus menentukan berapa skor untuk
kategori penilaian “Baik”, “Cukup”, dan “Kurang”. Sebagai contoh anda memberikan skor “3” untuk
kategori “Baik”, skor “2” untuk kategori “Cukup” dan skor “1” untuk kategori “Kurang”, maka skor ideal
dari instrumen tersebut adalah 3 x 18 (jumlah indikator/item) = 54.
Jika hasil penelitian menunjukkan semua indikator itu “Baik” maka pengolahannya sebagai
berikut. 54 x 100 = 100
54 23
[Atika Zahra Furi, M.Pd]
Penggunaan rumus tersebut baru sampai pada tahap menentukan skor. Untuk dapat
menentukan kualitas atau nilai akhir produk alat permainan tersebut terlebih dahulu kita tentukan
kriterianya. Misalnya kriteria produk media dianggap “Baik” jika skor yang diperoleh ≥ 80, kriteria
“Sedang” jika skor yang diperoleh ≥ 60. Adapun skor ≤ 59 dianggap kualitasnya “Kurang”.
Untuk memberikan deskripsi kualitas produk alat permainan yang lebih lengkap, anda juga
disarankan untuk mengisi catatan evaluasi alat permainan yang telah disediakan secara naratif
kualitatif. Namun demikian anda dapat memodifikasi contoh evaluasi tersebut sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan di masing-masing lembaga.
24