Anda di halaman 1dari 14

Laporan Strategi Pembelajaran AUD

Perbedaan Antara Pendekatan, Strategi, dan Metode dan


Model Pendekatan

Dosen :

Eka Sapti C, MM. M.Pd

STRATEGI PEMBELAJARAN AUD

Disusun oleh :

1. Vera Indah K
2. Indiah Wahyu Liasari
3. Noerizka Putri Fajrin
4. Zulfa Fauzia
5. Dwinita Ratna Putri

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


2015
Pengertian:

1. PENDEKATAN

Dapat kami simpulkan bahwa pengertian pendekatan pembelajaran adalah


sudut pandang/fokus kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Ada dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) yaitu guru harus dapat membedakan sifat masing- masing
peserta didik. Guru melihat kebutuhan peserta didik dam hanya memfasilitasi
mereka. (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach) yaitu guru hanya menjelaskan saja kepada peserta
didik dan mereka hanya memperhatikan saja.

Secara khusus pendekatan yang dilakukan dalam PAUD biasanya


menggunakan :
a. Pendekatan High Scope

Pendekatan High/Scope dikembangkan oleh David Weikart. High Scope


mulai digunakan tahun 1962 dari usia 0-40 tahun. Studi ini menyebutkan bahwa
anak memiliki hubungan sosial dan emosional yang baik. Program ini melibatkan
anak sebagai pembelajar aktif yang memberikan kesempatan pada anak untuk
memilih sendiri aktivitas bermainnya.

High/Scope memiliki komponen penting, yaitu:

1) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di


dalam learning center yang beragam.

2) Merencanakan-melakukan- mengulang (plan-do-rewind)

Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari,
melaksanakan rencana mereka dan mengulang kembali yang telah mereka
pelajari.

3) Pengalaman kunci (key experience)

Pengalaman-pengalaman penting anak dipakai untuk pembelajaran.

4) Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak.

Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran aktif


anak, yaitu benda-benda yang dapat dieksplor anak, manipulasi benda-benda oleh
anak, pilihan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan anak, bahasa anak,
dukungan dari dan oleh orang dewasa.

b. Pendekatan Beyond Centre and Circle Time/BCCT

Dalam bahasa Indonesia arti dari BCCT adalah Lebih Jauh Tentang Sentra
dan Saat Lingkaran Kegiatan, yaitu bermain sambil belajar pada sentra-sentra
(sentra persiapan, peran makro, mikro, balok, imtaq, seni, dan sentra bahan alam),
dalam rangka mengembangkan seluruh potensi kecerdasanan anak. Anak dituntut
aktif dan kreatif dalam kegiatan sentra-sentra dan pendidik berperan sebagai
motivator dan fasilitator memberi pijakan-pijakan (scaffolding). Pijakan yang
diberikan sebelum dan sesudah anak yang bermain dalam setting duduk melingkar
sehingga dikenal sebagai saat lingkaran. Pijakan lainnya adalah pijakan
lingkungan (penataan lingkungan), dan pijakan pada setiap anak dilakukan selama
anak bermain (Ditjen Dikluspa, 2005).

c. Pendekatan Reggio Emilia Approach/REA

Pada dasarnya REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten


sehingga model kurikulum yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu
sendiri. Kurikulum memiliki catatan proses dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi
tidak memiliki batasan cakupan maupun urutan tertentu. Guru mengikuti minat
anak-anak dan tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan konvensional.
REA sangat percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman,
orang tua, guru serta interaksi dengan lingkungan tempat belajarnya.

d. Pendekatan Montessori

Tujuan pendidikan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh


kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Guru perlu membuat
perencanaan secara rinci dan mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang
tenang dan teratur agar anak merasa nyaman untuk belajar. Kelas yang terdiri dari
bermacam usia membuat anak dapat belajar dari kawan yang usianya lebih tua di
samping dari gurunya sendiri. Walaupun anak belajar secara individual, tetapi ia
tetap dilatih agar bisa mandiri. Lingkungan dipersiapkan dengan materi yang telah
terstruktur, misalnya:

a. Materi sensorial

Materi yang digunakan adalah alat-alat yang mengandung konsep tentang ukuran,
bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat ringan, dll untuk persepsi sensorinya.

b. Materi konseptual

Materi ini menggunakan bahan-bahan konkret/nyata untuk melatih anak


membaca, menulis, matematika dan pengetahuan sosial.
c. Materi kehidupan praktis

Materi pembelajaran yang diberikan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-


hari, misalnya menyapu lantai, mencuci piring, menyiram tanaman,
mengancingkan baju, dll. Menurut kami, di dalam pendekatan ini anak tidak
dapat bermain secara bebas, tetapi sangat terstruktur sehingga imajinasinya tidak
berkembangang. Pengaruh guru untuk memberikan mainan yang sudah terpola
dan berurutan secara ketat membatasi kreatifitas anak dalam mengeksplorasi
mainannya. Dengan anak belajar secara mandiri, maka kesempatan anak untuk
berinteraksi dengan teman sangat terbatas.

e. Pendekatan Bank Street

Pendekatan Bank Street dikembangkan oleh Lucy Sprague Mitchell,


Caroline Pratt, Harriet Johnson pada tahun 1878-1967. Berawal dari “Nursery
School”, bagia dari Biro Eksperimen Pendidikan. Pendekatan Bank Street ini
dipengaruhi oleh kajian John Dewey yang meyakini bahwa kekuatan pendidikan
untuk mempengaruhi dan meningkatkan massyarakat.
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENDEKATAN BANK STREET
Pendidikan dari pendekatan Bank Street mendorong perkembangan anak
secara keseluruhan untuk bertanggungjawab dengan dirinya sendiri, keluarga, dan
masyarakat; mengembangkan kompetensi dan motivasi untuk mengembangkan
kemampuan, mengembangkan rasa berkomunikasi sosial dan kepedulian dengan
lingkungan, mendorong kreativitas.
1. Perkembangan berawal dari simple ke kompleks
2. Sifat individual terjadi secara kontinyu
3. Peningkatan perkembangan memerlukan waktu yang lama dan hal-hal baru
yang dipelajari
4. Anak mempunyai motivasi dalam dirinya untuk secara aktif terlibat dengan
lingkungan
5. Percaya diri anak terbentuk dari pengalaman dengan orang lain dan objek dalam
berinteraksi
6. Pertumbuhan dan perkembangan melibatkan konflik antara individu dan orang
lain
KURIKULUM DAN KEGIATAN PENDEKATAN BANK STREET
Secara eksplisit atau implisit, teori atau filosofi pendidikan apa pun pasti
mengandung pandangan pembelajar, pertimbangan hubungan antara pembelajaran
dan pengajaran, dan pernyataan tentang pengetahuan apa yang dianggap paling
pantas untuk diketahui.
Untuk belajar dari pengalaman, anak-anak harus terlibat secara langsung
dan aktif dengan lingkungan sosial dan fisik dan ditawari beragam kesempatan
untuk melihat, menyimak, menyentuh, mencium dan merasakan dunia mereka.
1. Terfokus pada tema yang paling menarik bagi anak
2. Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan
3. Seni dan ilmu sentra pengalaman dan aktivitas yang membantu anak
menemukan makna di dunia sekitar
4. Bermain dengan material yang bersifat buka-tutup
5. Balok, air, kayu, kertas, materi-materi seni dan tanah liat
6. Bebas memilih permainan yang diinginkan
7. Didorong untuk belajar dengan cara mereka sendiri
8. Bermain merupakan jantung dari pendekatan interaksi perkembangan

f. Pendekatan Kurikulum Kreatif

Dodge dan Colker ( 2000: 5-10) menegaskan bahwa kurikulum bermain


kreatif haruslah didasarkan pada bagaimanaanak membangunkemampuansosial dan
emosional; bagaimana anakbelajaruntukberpikir; dan bagaimana anak dapat
mengembangkankemampuanfisik; serta ditambahkan oleh (Sujiono dan Sujiono, 2010:
67) bahwa bagaimana anak dapat berkembang karakternya melalui budaya dimana
mereka hidup.

Setelah kita mampu memaknai kurikulum bermain kreatif, pertanyaan


selanjutnya yang lebih penting bagi seorang guru adalah bagaimanakah cara
mengembangkan kurikulum bermain kreatif tersebut ?. Pada dasarnya kurikulum ada
yang bersifat kerangka makro dan kerangka mikro.

Kurikulum dalam kerangka makro ketika kita memaknai kurikulum sebagai suatu
jawaban terhadap: (1) How children learn – philosophy; (2) What children learn –
Goals & Objectives; (3) The physical environment; (4) The teacher’s role; serta (5)
The parent’ role(Dodge dan Colker, 2000).

Secara singkat dapat dimaknai bahwa mengembangkan kurikulum


haruslah didasarkan pada bagaimana cara anak belajar, apa yang akan dipelajarinya,
bagaimana lingkungan fisik yang mendukung perkembangannya, apa dan bagaimana
peran guru serta peran orangtua. Pada kajian kali ini, kita hanya akan membahas
tentang kurikulum dalam kerangka mikro dari sebuah kurikulum, yaitu yang terkait
langsung dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Kurikulum
bermain kreatif yang akan dipaparkan sangatlah sederhana dan mudah dipraktekkan
oleh guru di TK, Kelompok Bermain dan atau lembaga PAUD lainnya, asalkan
mereka mau berubah dan mengikuti alur perubahan tersebut ? Dengan semangat “ Yes
I Can”.

Secara garis besar prosesnya sama, seperti urutan kegiatan belajar yang
selama ini dilakukan, yaitu: Pada saat Pembukaan: guru memulai dengan bercerita
/Story Telling (sesuaitema), lalu guru bersama anak membuataturansentradan
menjelaskanalatpermainan yang disediakan. Pada saat KegiatanInti: anak main di
sentra, beres-beres dan toileting. Pada saat Penutupan: kembalikekelasbesar dan
berkumpul untuk melakukan reviewkegiatan awal sampai akhir

g. Pendekatan Project Based

Pendekatan Proyek dikembangkan pertama kali oleh Lilian Katz. Kegaiatan


pembelajaran melalui pendekatan proyek melibatkan proses kesatuan hati (heart) dan
pikiran (minds) diantara anggota kelompok. Dengan demikian, hasil pengamatan yang
bervariasi dapat disatukan dalam proses penyelidikan yang akhirnya menghasilkan
suatu karya yang berarti.

Prinsip Pendekatan Proyek antara lain:

a. Pengetahuan (knowledge) Fakta-fakta, informasi, cerita, konsep, dan banyak


unsur dari pikiran

b. Ketrampilan (skills) Ketrampilan berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan


harus dapat menjadi suatu ketrampilan

c. Disposisi (disposition) Kebiasaan berpikir yang digabungan dengan hati


Kemampuan prososial, motivasi, peduli, dan empati kepada anak lain Berkembang
dengan baik melalui mengamati (observing) dan meniru (modelling) – Bawaan dari
lahir untuk memaknai pengalaman, bertanya, mencari jawaban, dll – Tidak bisa
diajarkan melalui instruksi – harus diwujudkan dalam tingkah laku, diekspresikan dan
digunakan – disposisi yang hilang, tidak akan bisa kembali lagi

d. Perasaan (feelings) – Dipelajari melalui pengalaman – Tidak dapat dipelajari


melalui instruksi, paksaan, atau doktrinasi – Memberi kesempatan untuk terlibat aktif,
menentukan pilihan, dan mengambil keputusan.

Pelaksanaan pendekatan Proyek disesuaikan dengan tujuan akademik dimana guru


mengajarkan pengetahuan, konsep, informasi dan ketrampilan dan sesuai dengan
tujuan intelektual yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak dalam
mengeksperikan ide serta pemikirannya mencakup kegiatan menganalisa, mensintesa,
menghipotesa, hubungan sebab akibat, meramalkan serta menginvestigas i

2. STRATEGI

Menurut kami, strategi pembelajaran adalah suatu pola umum yang dapat
menggambarkan kegiatan guru dan peserta didik dalam pembelajaran yang masih
bersifat lebih ke dalam proses perencanaan dari usaha guru sebagai suatu cara
untuk mencapai tujuan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Ada bermacam- macam strategi pembelajaran yang dapat dipilih


oleh guru TK dan pemilihan strategi pembelajaran hendaknya
mempertimbangkan beberapa faktor penting yaitu karkteristik tujuan
pembelajaran, karakteristik anak dan cara belajarnya, tempat belajar,
tema dan pola kegiatan (Masitoh dkk, 2004).

Strategi pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan


indra, (2) mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding,
(5) praktik terbimbing, (6) undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan,
(8) refleksi kata-kata, (9) contoh atau modelling, (10) penghargaan efektif), (11)
menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13) tantangan,
(14) pertanyaan, dan (15) kesenyapan. Strategi-strategi pembelajaran tersebut
dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan proses pembelajaran,
sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
Strategi pembelajaran khusus adalah:

1. kegiatan eksplatori (explatory activities) yaitu anak dapat menemukan


suatu informasi secara tiba- tiba dan tidak terbimbing dari kegiatan yang
dilakukannya sendiri.

2. penemuan terbimbing (guided discovery) yaitu anak dapat menemukan


suatu informasi dengan cara dibimbing oleh gurunya.
3. pemecahan masalah (problem solving) yaitu dengan memberikan masalah
sederhana anak dapat memikirkan cara untuk menyelesaikannya,
contohnya saat bermain puzzle.
4. diskusi (discussion) yaitu dengan tanya jawab yang terbimbing.
5. belajar kooperatif (cooperative learning) yaitu belajar bersama temannya.
6. demonstrasi (demonstration) yaitu dengan cara guru mengajarkan dan
siswa praktek.
7. pengajaran langsung (direct instruction).

3. METODE

Menurut kami, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang


digunakan untuk mewujudkan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1. Metode Global (Ganze Method) Anak belajar membuat suatu kesimpulan
dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, anak menceritakan
kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh
dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama dan terlatih berpikir kreatif.
2. Metode Percobaan (Experimental method) Metode pengajaran yang mendorong
dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak
belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang
pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang.
Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret.
3. Metode Resitasi (Recitation Method) Berdasarkan pengamatan sendiri, minta
anak membuat resume. Mengapa begini dan begitu?.Misalnya anak bertanya,
Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses
pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.

4. Metode Latihan Keterampilan (Drill Method) Sekolah Learning Vision


menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses ketika
membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih
kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan
menggunakan alat-alat. Anda juga dapat mengajarkan anak berhitung secara
konkret.

5. Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method)Berikan soal-soal yang


tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Lalu ajak anak
mencari solusinya bersama-sama.

6. Metode Perancangan (Project Method) Kegiatan yang mengajak anak


merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salahsatu
sekolah yang menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak
menjadi lebih berkembang dalam memecahkan suatu masalah serta
membiasakannya menerapkan pengetahuan,sikap, dan keterampilan yang dimiliki.

7. Metode Bagian (Teileren Method) Metode pengajaran ini mengaitkan sebagian-


sebagian petunjuk yang mengarah pada sesuatu,seperti potongan puzzle yang
digabungkan satu persatu.

4. MODEL PEMBELAJARAN

Menurut kami, model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan


yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan
atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen model pembelajaran
meliputi : konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/procedure,
metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi. Jadi, semua uraian materi di atas
masuk ke dalam model pembelajaran, dan merupakan bagian dari model
pembelajaran.

Ada beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di Pendidikan Anak


Usia Dini, diantaranya adalah Model Pembelajaran Klasikal, Model
Pembelajaran Kelompok dengan kegiatan pengaman, Model Pembelajaran
Berdasarkan Sudut-sudut Kegiatan, Model Pembelajaran Area, dan Model
Pembelajaran Berdasarkan Sentra. Model-model pembelajaran tersebut pada
umumnya menggunakan langkah-langkah yang relative sama dalam sehari, yaitu :
kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir atau penutup.

Kegiatan pendahuluan adalah kegiatan awal dalam pembelajaran yang


ditujukan untuk memfokuskan perhatian, membangkitkan motivasi sehingga
peserta didik siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti,
merupakan proses untuk mencapai kemampuan dasar yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan partisipatif. Kegiatan inti
dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi, dan konfirmasi.
Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran. Bentuk kegiatanya berupa menyimpulkan, umpan balik dan tundak
lanjut.

a). Model Pembelajaran Klasikal


Model pembelajaran klasikal adalah pola pembelajaran dimana dalam
waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas
(secara klasikal). Model pembelajaran ini merupakan model yang paling awal
digunakan dipendidikan pra sekolah, dengan sarana pembelajaran yang pada
umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan minat individu
anak. Seiring dengan perkembangan teori dan pengembangan model
pembelajaran, model ini sudah banyak ditinggalkan.

b). Model Pembelajaran Kelompok


Model pembelajaran berdasarkan kelompok masih banyak digunakan
RA di Indonesia, namun perkembangan model pembelajaran selalu berkembang.
Kini sudah banyak RA yang menggunakan model pembelajaran yang lebih
variatif.
Dalam model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan
pengaman, adalah pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa
kelompok, biasanya anak dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, dan masing-masing
kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dalam satu kali pertemuan,
anak harus menyelesaikan 2-3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian.
Apabila dalam pergantian kelompok, terdapat anak-anak yang sudah
menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada temannya, maka anak tersebut dapat
meneruskan kegiatan lain sejauh di kelompok lain tersedia tempat. Namun apabila
tidak tersedia tempat, maka anak tersebut dapat bermain pada tempat tertentu
didalam kelas yang telah disediakan guru yang disebut dengan kegiatan
pengaman. Pada kegiatan pengaman sebaiknya disediakan alat-alat yang lebih
bervariasi dan sering diganti disesuaikan dengan tema atau sub tema yang
dibahas.

c). Model Pembelajaran Sudut


Kegiatan belajar mengajar dengan sudut model pembelajaran
berdasarkan sudut-sudut kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran
hampir sama dengan model pembelajaran area, hanya sudut-sudut kegiatan
merupakan pusat kegiatan berdasarkan minat anak. Alat-alat yang disediakan pada
sudut-sudut kegiatan selayaknya lebih bervariasi dan sering diganti, disesuaikan
dengan tema atau sub tema yang dibahas.

d). Model Pembelajaran Area


Model pembelajaran berdasarkan Area lebih memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan
minatnya. Pembelanjarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya dan menekankan peda
pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan kegiatan dan pusat-pusat
kegiatan serta peran serta keluarga dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran area menggunakan sepuluh area, yaitu : area ibadah/imtak,
balok, bahasa, drama, matematika, IPA, music, seni/motorik halus, pasir dan air,
membaca dan menulis.

Area belajar pada pembelajaran berdasarkan minat antara lain :


Area Ibadah/Imtak
Maket masjid, gambar tata cara shalat, ambar tata cara berwudu,
sajadah, mukena, paci, kain sarung, kerudung, buku iqra, kartu huruf hijaiyah,
tasbuh, juz ‘amma, Alquran, dan sebagainya yang meliputi alat-alat permainan
lima aspek rukun Islam dari syahadah sampai dengan haji.
Area Balok
Balok-balok berbagai ukuran dan warna, logo, lotto sejenis, lotto
berpasangan, kepingan geometri dan triplek berbagai ukuran dan warna, kotak
geometri, kendaraan tiruan (laut, udara dan darat), rambu-rambu lalu lintas, kubus
berpola, tusuk gigi, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, lidi, tusuk es
krim, bola berbagai ukuran dan warna, dus-dus bekas, dan sebagainya.
Area Berhitung/Matematika
Lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang,
puzzle, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran
panjang pendek, ukuran tebal tipis, tutup botol, pensil, manik-manik, gambar
buah-buahan, pnggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa (angka), kalender,
gambar bilangan, papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan, lembar
kerja, dan sebagainya.
Area IPA
Macam-macam gambar binatang, gambar-gambar perkembangbiakan
binatang, gambar-gambar proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung,
kacang tanah, kacang hiaju, beras), kerang, batu/kerikil, pasir, bunga karang,
magnit, mikroskop, kaca pembesar, pipet, tabung ukur, timbangan kue, timbangan
sebenarnya, gelas ukuram, gelas pencampur warna, nuansa warna, meteran,
penggaris, benda-benda kasar halus (batu, batu-bata, amplas, besi, kayu, kapas,
dll), benda-benda pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi, asam, cuka,
garam, sirup, cabe, dll), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih,
lada, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun salam, jahe, kunyit, jinten, dll).
Area Musik
Seruling, kastanyet, meracas, organ kecil, tamburin, kerincingan, triangle,
gitar kecil, wood block, kulintang, angklung, biola, piano, harmonica, gendang,
rebana, dan sebagainya.
Area Bahasa
Buku-buku cerita, gambar seni, kartu kategori kata, nama-nama hari,
boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama-nama- hari, kartu
nama-nama bulan, majalah peserta didik, Koran, macam-macam gambar sesuai
tema, dan sebagainya.
Area Membaca dan Menulis
Buku-buku perpustakaan, buku tulis, pensil warna, pensil 2B, kartu
huruf, kartu kata, kartu gambar, dan sebagainya.

Area Drama
Tempat tidur peserta didik dan boneka, lemari kecil, meja-kursi kecil,
meja tamu, boneka-boneka, tempat jemuran, tempat gosokan, setrikaan, baju-baju
besar, handuk, bekas make-up, minyak wangi, sisir, kompor-komporan,
penggorengan, dandang tiruan, piring, sendok, garpu, gelas, cangkir, teko,
keranjang belanja, pisau mainan, ulekan (cobek), mangkok-mangkok, tas-tas,
sepatu/sandal, rak sepatu, cermin, mixer, blender, sikat gigi, odol, telepon-
teleponan, baju tentara dan polisi, baju dokter-dokteran, dan sebagainya.
Area Pasir/Air
Bak pasir/bak air, akuarium kecil, ember kecil, gayung, garpu garuk,
botol-botol, plastic, tabung air, cangkir plastic, literan air, corong, sekop kecil,
saringan pasir, serokan, cetakan-cetakan pasir/cetakan-cetakan ager berbagai
bentuk, penyiram tanaman, dan sebagainya.
Area Seni dan Motorik
Meja gambar, meja-kursi peserta duduk, krayon, pensil berwarna, pensil
2B, kapur tulis, arang, buku gambar, kertas lipat, kertas Koran, lem, gunting,
kertas warna, kertas kado, kertas bekas, bahan sisa, dan sebagainya.
e). Model Pembelajaran Berdasarkan Sentra
Model pembelajaran sentra adalah pendekatan pembelajaran yang dalam
proses pembelajarannya dilakukan di dalam ‘lingkaran” (circle times) dan sentra
bermain. Lingkaran adalah saat dimana guru duduk bersama anak dengan posisi
melingkar untuk memberikan pijakan sbelum dan sesudah bermain.
Sentra bermain adalah zona atau area dengan seperangakat sebagai
pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar
anak didik dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang, serba seimbang.
Sentra yang dibuka setiap harinya disesuaikan dengan jumlah kelompok di setiap
RA.
Pembelajaran yang berpusat pada sentra dilakukan secara tuntas mulai
awal kegiatan sampai akhir dan focus oleh satu kelompok usia RA dalam satu
sentra kegiatan. Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis
bermainyaitu bermain sensorimonitor atau fungsional, bermain peran dan bermain
konstruktif (membangun pemikiran anak).
Bermain sensorimonitor adalah menangkap rangsangan melalui
penginderaan dan menghasilkan sebagai gerakan sebagai reaksinya. Anak RA
belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan
mereka. Misalnya menakar air, meremas kertas bekas, menggunting dan lain-
lain. Bermain peran terdiri dari bermain makro (besar) bermain peran mikro/kecil
(bermain simbolik), pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Anak
bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang telah
dimilikinya.
Bermain konstruktif menunjukkan kemampuan anak untuk
mewujudkan pikiran, ide, dan gagasannya menjadi sebuah karya nyata. Ada dua
jenis bermain konstrusi, yaitu bermain konstruksi sifat cair (air, pasir, spidol, dll)
dan bermain konstruksi terstruktur (balok-balok, lego, dll).

Sentra bermain terdiri dari :


1). Sentra Bahan Alam dan Sains
Bahan-bahan yang diperlukan di sentra ini adalah daun, ranting, kayu,
pasir, air, bata, biji-bijian, dan lain-lain. Alat yang digunakan diantaranya sekop,
saringan, corong, ember, dan lain-lain. Sentra ini memfasilitasi anak untuk
mengembangkan dan memperluas pengalaman bermain sensorimotor dengan
memberikan banyak kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi bahan-bahan
alami dalam mengembangkan kematangan motorik halus yang diperlukan dalam
proses kesiapan menulis, keterampilan berolahtangan dan menstimulasi system
kerja otak anak.
2). Sentra Block
Sentra block berisi berbagai macam block dalam berbagai bentuk,
ukuran, warna, dan tekstur. Disini anak belajar banyak hal dengan cara
menyusun/menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika
matematika/berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.
3). Sentra Seni
Bahan-bahan yang diperlukan di sentra ini adalah kertas, cat air,
krayon, spidol, gunting, kapur, tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, potong-potongan
bahan/gambar. Sentra seni memfasilitasi anak untuk memperluas pengalaman
dalam mewujudkan ide, gagasan dan pengalaman yang dimiliki anak ke dalam
karya nyata (hasil karya) melalui metode proyek.
4). Sentra Bermain Peran
Sentra bermain peran terdiri dari : sentra bermain peran makro dapat
menggunakan anak sebagai model. Sentra bermain peran mikro misalnya
menggunakan boneka, maket meja-kursi, rumah-rumahan dan sebagainya. Sentra
bermain peran merupakan wujud dari kehidupan nyata yang dimainkan anak,
membantu anak memahami dunia mereka dengan memainkan berbagai macam
peran. Pemilihan berbagai macam benda untuk bermain peran tergantung dari
minat anak pada saat itu. Misal, Tema “Keluarga” dengan alat-alat yang
dibutuhkan peralatan dapur dan lain-lain.

5). Sentra Persiapan


Bahan yang ada pada sentra ini adalah buku-buku, kartu kata, kartu
huruf, kartu angka dan bahan-bahan untuk kegiatan menyimak, bercakapan
persiapan menulis serta beehitung. Kegiatan yang dilaksanakan adalah persiapan
membaca permulaan, menulis permulaan serta berhitung permulaan. Mendorong
kemampuan intelektual anak, gerakan otot halus, koordinasi mata-tangan, belajar
ketrampilan social (berbagi, bernegosiasi dan memecahkan masalah).
6). Sentra Agama
Bahan-bahan yang dipersiapkan adalah berbagai maket tempat ibadah,
perlengkapan ibadah, gambar-gambar, buku-buku cerita keagamaan, dan
sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah menanamkan nilai-nilai
kehidupan beragama, keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Agama merupakan suatu konsep yang abstrak yang perlu diterjemahkan menjadi
aktivitas yang konkrit bagi anak.
7). Sentra Musik
Bahan yang dibutuhkan pada sentra musik, misalnya botol beling/kaca,
tempurung kelapa, rebana, tutup botol, triangle, dan lain-lain. Sentra music
memfasilitasi anak untuk memperluas pengalamannya dalam menggunakan
gagasan mereka melalui olah tubuh, bermain musik dan lagu yang dapat
memperluas pengalaman dan pengetahuan anak tentang irama, birama(ketukan),
dan mengenal berbagai bunyi-bunyian dengan menggunakan alat-alat musik yang
mendukung, misalnya pianika, piano, rebana, dan lain-lain.
Dalam mengoptimalkan perkembangan anak disentra yang perlu
diperhatikan adalah densitas dan intensitas. Densitas berkaitan dengan keragaman
kegiatan yang disediakan, sedangkan intensitas berkaitan dengan waktu yang
diperlukan.
Untuk membangun konsep dan memberikan gagasan pada peserta
didik dalam model pembelajaran sentra, guru memberikan 4 pijakan. Pijakan
(scaffolding process) adalah dukungan yang berubah-ubah yang disesuaikan
dengan perkembangan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.
Ada empat jenis pijakan yaitu pijakan lingkungan bermain, pijakan
sebelum bermain, pijakan selama bermain, dan pijakan setelah bermain.
1. Pijakan lingkungan bermain dilakukan dengan menata alat dan bahan bermain
yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun
untuk memberikan gagasan kepada anak agar dapat mengembangkan semua
potensinya secara optimal.
2. Pijakan sebelum bermain merupakan kegiatan awal dimana guru memberikan
gagasan sebelum anak melakukan kegiatan bermain di sentra.
3. Pijakan selama bermain adalah dukungan yang diberikan guru secara individual
kepada anak sesuai kebutuhan dan tahap perkembangan, untuk meningkatkan
pada tahap perkembangan selanjutnya.
4. Pijakan pengalaman setelah bermain merupakan kegiatan dimana guru
memperkuat konsep yang telah dipeoleh anak selama bermain.

Kesimpulan

Jadi dapat kami simpulkan bahwa pendekatan, strategi, dan metode


merupakan bagian dari model pembelajaran. Bahwasannya pendekatan lebih
menjurus pada pandangan guru secara umum terhadap suatu proses
pembelajaran/masalah yang akan merujuk pada suatu teori tertentu. Dan strategi
lebih menjurus pada bagaimana cara guru dalam proses perencanan sebagai usaha
guru untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Lalu metode lah
sebagai cara kongkret/ usaha nyata yang diberikan guru kepada peserta didik
untuk mewujudkan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang semuanya itu terkandung
dalam model pembelajaran yang akan diterapkan pada peserta didik.
Daftar Pustaka

(http://www.academia.edu/5585114/METODE_BELAJAR_BAGI_ANAK_USIA_DI
NI)
(http://syahrudin14.blogspot.com/p/blog-page_1255.html)
(http://yebefo.com/wp-content/uploads/2013/04/KURIKULUM-BERMAIN-
KREATIF.pdf)

Anda mungkin juga menyukai