Anda di halaman 1dari 21

Dosen Pengampu: 1. Dr. Muh Daud, M. Si.

2. Tri Sugiarti, S. Psi., M. Pd.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

“Jenis-jenis Rancangan pembelajaran AUD (Montesori, Reggio Emilia, Bank


Street, High Scoope, BCCT)”

OLEH: KELOMPOK I
Anugrana Nurhizza Lologau (1671042060)
Aufar Nasyrah Rahmatullah (1671042058)
Muh Nurfaizi Ismail (1671042050)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2020
A. Proses pembelajaran pada PAUD
Pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan
kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah
pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini
berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus di kuasainya dalam
rangka pencapaian kompetensi yang di miliki oleh anak. Adapun proses
pembelajaran terdiri atas beberapa hal diantaranya:
1. Merancang suasana pembelajaran
a. Ruangan dan halaman di atur guna menumbuhkan atau
membangkitkan minat bereksplorasi anak dengan cara meletakkan
media pembelajaran secara menarik.
b. Metode pembelajaran yang dipilih hendaknya merangsang anak untuk
bereksplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-
benda di sekitarnya
2. Menjalankan atau melaksanakan pembelajaran
a. Proses pembelajaran tidak perlu diatur dalam tata urutan yang ketat.
Anak hendaknya di beri kesempatan untuk memilih acara kegiatan
pembelajarannya
b. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, sebaiknya di mulai
dengan kegiatan yang dapat merangasang minat anak
c. Kegiatan yang dijalankan anak dalam satu hari hendaknya bervariasai
anatara kegiatan yang bersifat ramai dan kegiatan yang melatih
konsentrasi anak
3. Pengaturan
Pengaturan proses pembelajaran lebih lanjut di atur dalam pedoman
pengelolaan proses pembelajaran.

B. Tujuan dan fungsi program pembelajaran


Menurut catron dan allen (1999:23) tujuan program pembelajaran adalah
untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh serta
terjadinyakomunikasi interaktif.
Menurut pendapat lain Tujuan program pembelajaran adalah membantu
meletakkan dasar ke arah perkembanganan sikap pengetahuan, ketrampilan
dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada
tahapan berikutnya.
Adapun fungsi program pembelajaran diantaranya:
a. Untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak sesuai
dengan tahap perkembangannya
b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
c. Mengembangkan sosialisasi anak
d. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
e. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa
bermainnya

C. Jenis-jenis Rancangan pembelajaran AUD (montesori, Regio Emilia, Bank


street, High Scoope, BCCT)
1. Model Pembelajaran Montessori
Model pembelajaran Montessori dibuat oleh seorang dokter wanita
pertama di Italia, yang bernama Mari Montessori. Montessori lahir di
Chiaravalle, sebuah provinsi kecil di Ancona, Italia pada tahun 1870. Dia
bekerja di sebuah klinik psikiatri Universitas Roma yang menyebabkan
dia sering berinteraksi langsung dengan cacat mental. Ia tertarik untuk
mencari solusi pendidikan untuk masalah-masalah seperti ketulian,
kelumpuhan keterlambatan mental. Pemikiran Montessori yang berkaitan
dengan anak cacat mental akhirnya ditindaklanjuti dengan pendirian
Casai dei Bambini atau Children’s House di daerah-daerah kumuh di
Roma tahun 1907. Maria Montessori meyakini bahwa dalam tahun-tahun
awal seorang anak mempunyai “sensitive periode” (masa peka). Potensi
ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan
kesempatan untuk berkembang, tepat pada waktunya. Montessori
memberikan panduan periode sensitif atau masa peka ini dalam sembilan
tahapan pada tabel berikut:

TAHAP USIA PERKEMBANGAN


1 Lahir-3 tahun Absorbed mind, perkenalan dan pengalaman
sensoris
2 1,5-3 tahun Perkembangan bahasa
3 1,5-4 tahun Perkembangan dan koordinasi anatara mata dan
otot-ototnya serta perhatian pada benda-benda
kecil
4 2-4 tahun Perkembangan dan penyempurnaan gerakan,
perhatian besar pada hal-hal yang nyata, dan mulai
menyadari urutan waktu dan ruang
5 2,5-6 tahun Penyempurnaan penggunaan panca indera
6 3-6 tahun Peka terhadap pengaruh orang dewasa
7 3,5-4,5 tahun Mulai mencorat coret
8 4-4,5 tahun Indera peraba mulai berkembang
9 4,5-5,5 tahun Mulai tumbuh minat baca

Anita Yus (2011) mengemukakan bahwa model pembelajaran


montessori menggunakan bahan-bahan yang dapat dimainkan anak,
namun di dalam pendekatan ini tidak memberikan anak di bawah 6 tahun
untuk berfantasi. Padahal jika seorang anak bermain, maka salah satu
unsur bermain adalah berfantasi (berpura-pura). Dengan demikian di
dalam pendekatan ini anak tidak bisa bermain secara bebas, tetapi sangat
terstruktur sehingga imajinasinya tidak berkembang. Pengaruh guru
untuk memberikan mainan yang sudah terpola dan berurutan secara ketat
membatasi kreativitas anak dalam mengeksplorasi mainannya. Dengan
anak belajar secara mandiri, maka kesempatan anak untuk berinteraksi
dengan teman sangat terbatas.
Langkah-langkah pembelajaran dalam metode ini terdiri dari tiga
langkah, yaitu:
1) Langkah menunjukkan. Seorang guru menunjukkan kertas berwarna
merah sambil mengatakan ini merah.
2) Langkah mengenal. Guru meletakkan beberapa kertas berwarna dan
meminta anak untuk mengambil warna merah.
3) Langkah mengingat. Guru mengambil salah satu kertas dari beberapa
kertas yang telah diacak dan bertanya kepada mereka “ini warna
apa?”.
Montessori menyatakan,”penting bagi guru untuk memandu anak
tanpa membuat anak terlalu merasakan kehadirannya, sehingga guru
selalu siap memberikan bantuan yang diinginkan, tetapi tidak menjadi
penghalang antara anak dan pengalamannya”. Berikut adalah peranan
guru dalam program Montessori:
a. Menghormati anak dan pembelajarannya.
b. Membuat anak sebagai pusat pembelajaran.
c. Mendorong pembelajaran anak.
d. Mengamati anak.
e. Mempersiapkan lingkungan pembelajaran.
f. Memperkenalkan materi pembelajaran dan mendemonstrasikan
pelajaran
Dalam lingkungan yang siap, materi dan aktivitas tertentu mendukung
tiga area dasar keterlibatan anak, yaitu: kehidupan praktis atau
pendidikan motorik, materi sensorik untuk pelatihan indera, dan materi
akademik untuk pengajaran menulis, membaca dan matematika.
a. Kehidupan praktis
Lingkungan yang siap menekankan aktivitas motorik dasar sehari
hari misalnya melepas dan memakai sepatu sendiri. Aktivitas seperti
ini membuat anak tidak tergantung pada orang dewasa dan
mengembangkan konsentrasi. Penganut Montessori yakin bahwa
semakin anak tenggelam dalam aktivitas, mereka secara bertahap
memperpanjang rentang konsentrasi. Seiring mereka mengikuti
rangkaian tindakan yang teratur, mereka belajar memperhatikan hal-
hal yng detail. Pengajaran verbal guru diupayakan seminimal
mungkin. Penekanan pada proses pengajaran adalah pada
menunjukkan cara – memberi contoh dan memperhatikan. Aktivitas
kehidupan praktis diajarkan melalui empat tipe latihan yang berbeda,
yaitu kepedulian orang melibatkan beberapa aktivitas, kepedulian
lingkungan, hubungan sosial, serta analisis dan kontrol gerakan.

b. Materi sensorik
Inti program Montessori adalah rangkaian khusus materi
pembelajaran yang membantu anak belajar dan yang mendukung
gagasan Montessori mengenai cara terbaik memfasilitasi
pemelajaran anak. Banyak materi ini di rancang untuk melatih dan
menggunakan indera guna mendukung pembelajaran. Fungsi materi
sensorik adalah membantu membuat anak lebih mengenali kapasitas
tubuh untuk meneerima, menafsirkan, dan menggunakan
rangsangan. Kedua, materi sensorik membantu mempertajam
kekuatan anak untuk mengamati dan membedakan secara visual.
Keterampilan ini berfungsi sebagai dasar bagi kesiapan membaca
awal umum. Ketiga, materi sensorik meningkatkan kemampuan anak
untuk berfikir, sebagai proses yang bergantung pada kemampuan
membedakan, mengklasifikasikan, dan mengatur. Anak secara
konstan menghadapi keputusan mengenai materi sensorik. Aktivitas
sensorik bertujuan untuk mempersiapkan anak untuk menyambut
periode sensitif yaitu menulis dan membaca. Materi pelatihan dan
pengembangan indera memiliki karakteristik kontrol kesalahan,
pemisahan kualitas tunggal, keterlibatan aktif serta daya tarik.

c. Materi akademik untuk menulis, membaca dan matematika


Materi montessori adalah akademik yang dirancang khusus untuk
mendorong kemampuan menulis, membaca dan matematika.
Mmontessori berkata bahwa anak ”masuk secara spontan” ke menulis
dan membaca. Ia mengantisipasi paktik saat ini seperti pendekatan
kontemporer keseluruhan bahasa dalam memadukan menulis dan
membaca serta mmpertahankan bahwa melalui menulis anak belajar
membaca. Montessori yakin bahwa banyak anak siap menulis pada usia
4 tahun.
Fitur-fitur lain dari sistem Montessori adalah kelompok usia yang
beragam. Manfaat dari kelompok anak dengan beragam usia adalah anak
dapat belajar dari yang lain dan saling membantu, beragam mater
tersedia untuk semua usia, dan anak-anak yang lebih besar menjadi
contoh dan teman bekerja sama bagi anak-anak yang lebih kecil. Di
kelas Montessori anak-anak bebasbelajar pada tingkat kemampuan dan
prestasi mereka sendiri. Mereka memutuskan untuk ikut serta dalam
kegiatan yang mana dan mengerjakan dengan tingkatan mereka sendiri.

2. Model Pembelajaran Reggio Emilia


Nama Reggio Emilia diambil dari nama sebuah kota kecil dibagian
utara Italia.
a) Tujuan pembelajaran dari Reggio Emilia adalah:
1) Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam
pembelajaran dengan konteks pembelajaran yang aktif,
konstruktif, dan kreatif.
2) Mengomunikasikan kekuatan ide dan hak anak, potensi, dan
sumber-sumber yang sering kali terabaikan.
3) Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran
yang tinggi terhadap nilai-nilai kerja sama dan kebermaknaan
hubungan antara anak dan keluarganya.
b) Peranan guru dalam pendidikan dengan pendekatan Reggio Emilia,
yaitu:
1) Mengatur kelas dan benda-benda yang ada dikelas agar menjadi
tempat yang menyenangkan.
2) Membantu bagi anak dalam pengalaman belajar anak.
3) Mendorong anak agar mengeluarkan ide, cara pemecahan masalah
dan konflik.

c) Pandangan model pembelajaran Reggio Emilia terhadap suatu proyek


pembelajaran yaitu:
1) Proyek dapat diperkenalkan oleh guru melalui hal-hal yang
menjadi minat anak. Misalnya: gedung-gedung tinggi, bentuk
bangunan.
2) Memunculkan ide-ide yang diberikan anak atau dari minat anak.
3) Proyek dapat diprovokasi oleh guru untuk membantu
perkembangan anak.

d) Metode Reggio Emilia


Kepercayaan-kepercayaan tentang anak dan cara anak belajar
1) Hubungan. Berfokus pada setiap anak dan dilandaskan dalam
hubungannya dengan keluarga, anak-anak lain, guru, lingkungan
sekolah, komunitas, dan masyarakat luas.
2) Waktu. Para guru di Reggio Emila menyakini bahwa waktu
tidaklah diatur oleh jam dinding, dan kelangsungan proses belajar
tidak boleh diinterupsi oleh hari dan tanggal.
3) Peran orang dewasa. Orang-orang dewasa memiliki peran besar
dalam kehidupan anak kesejahteraan anak berhubungan dengan
kesejahteraaan orang tua dan guru.
4) Guru mengamati dan mendengarkan apa yang dikatakan anak
untuk mengetahui cara membuat rencana atau meneruskan tugas
anak. Guru adalah rekan teman bekerjasama anak dalam proses
penelitian dan pembelajaran yang berkelanjutan.
5) Keluarga adalah komponen penting dalam proses Reggio dan
mereka diikutsertakan dalam komite penasehat yang
menyelenggarakan setiap sekolah.
6) Lingkungan program tersebut adalah lingkungan dimana orang
dewasa menuangkan pemikiran tentang kualitas dan kekuatan
instruktif ruang.
7) Pusat-pusat dan sekolah Reggio ditata indah detailnya
diperhatikan, warna cat dinding, bentuk furniture, pengaturan
objek dalam rak dan meja.
8) Lingkungannya personal dan penuh dengan hasil karya anak
dimana-mana terdapat lukisan, gambaran, patung kertas,
konstruksi kabel.
Anita Yus (2011) mengemukakan bahwa model pembelajaran Regio
Emillia sangat mengutamakan pada kebutuhan anak dan didukung oleh
masyarakat (orang tua), dan lembaga PAUD.
Pendekatan Regio Emillia sangat focus terhadap perkembangan anak
oleh karena setiap anak perlu diberikan kesempatan untuk
mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya agar
kecerdasaran anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Peran masyarakat (orang tua) wajib mendukung secra penuh di setiap
kegiatan yang dilakukan anak baik disekolah maupun di rumah. Bahkan
orang tua terlibat untuk merencanakan program kegiatan yang disusun
oleh lembaga PAUD.
Peran Guru sebagai fasilitator dan motivator sangat penting dalam
mendorong dan menyediakan berbagai fasilitas belajar yang diperlukan
anak. Hasil kegiatan anak didokumentasikan dalam bentuk buku atau
fortofolio.
Model Pendekatan Regio Emillia sangat menekankan bahwa apa yang
dilakukan anak sekecil apapun merupakan hasil pemikiran anak yang luar
biasa dan harus dihargai, karena pengalaman anak adalah penguatan
untuk karya-karyanya dikemudian hari.
3. Model Pembelajaran Bank Street
a) Sejarah Pendekatan Bank Street
Salah satu perusahaan pendidikan mandiri yang dirancang untuk
memberi cara baru dan peraturan sosial baru adalah Bureau of
Education Experiments (Biro Eksperimen Pendidikan). Didirikan
pada tahun 1916 oleh Lucy Sprague Mitcell, Caroline Pratt, dan
Harriet Johnson, biro ini kemudian mendirikan Bank Street College of
Education. Sekolah ini dirancang sebagai arena belajar anak – anak
serta untuk merencanakan praktik pengajaran yang membantu
pertumbuhan dan perkembangan.
Mitchell menggabungkan karier skala penuh dengan kehidupan
yang aktif, ia adalah pelopor sesuatu yang oleh Joyce Antler (1981,
1987), disebut sebagai “feminisme” (pejuang kaum wanita) sebagai
proses kehidupan.
Pada 1930 Cooperative School for Teacher (Sekolah koperasi
untuk guru) didirikan untuk menyiapkan guru bekerja dengan cara
baru ini dan membantu guru belajar sebagaimana yang dilakukan anak
– anak: dengan eksperimen aktif. Pendekatan ini sesuai dengan apa
yang kini dikenal sebagai constructivism (konstruktifisme).
Dua konsep lingkup yang luas adalah inti bagi pendekatan
perkembangan interaksi yang terus berkembang yaitu progresivisme
dan kesehatan mental.

b) Prinsip-psinsip Dasar Pendekatan Bank Street


Beberapa prinsip umum tentang perkembangan dan interaksi anak
– anak dengan lingkungan sosial dan fisik adalah hal dasar bagi
pemahaman metode Bank Street. Ciri istimewa dalam pendekatan ini
adalah bahwa pertumbuhan fungsi kognitif tidak dapat dipisahkan dari
pertumbuhan proses antarpribadi.
Prinsip dasar lainnya adalah bahwa anak terlibat secara aktif
dengan lingkungan bersifat bawaan pada motivasi manusia. Secara
umum, arah pertumbuhan mencakup gerakan dari yang paling
sederhana ke arah yang lebih rumit.
Gagasan yang sama dengan sejumlah pendekatan yang lain ialah
pentingnya pemahaman akan diri sebagai manusia yang unik dan
mandiri. Pertumbuhan dan pendewasaan selalu melibatkan konflik,
baik konflik dengan diri sendtiri ataupun dengan yang lain. Sifat dasar
interaksi dengan figur penting dalam kehidupan anak dan tuntutan
budaya akan menemukan bagaimana konflik diatasi.
Pendidikan dari Bank Street mendorong perkembangan anak
secara keseluruhan untuk dapat bertanggungjawab dengan dirinya
sendiri, keluarga, masyarakat; mengembangkan potensi dan motivasi
untuk meningkatkan kemampuan, mengembangkan rasa untuk terlibat
dalam komunikasi sosial dan kepedulian dengan lingkungan, serta
mendorong kreativitas. Prinsip – prinsip dasar Bank Street dapat
dirangkum menjadi berikut:
1) Perkembangan berawal dari simple menuju kompleks
2) Sifat individual terjadi secara kontinyu
3) Peningkatan perkembangan memerlukan waktu yang lama dan
hal – hal baru yang dipelajari
4) Anak memiliki motivasi dalam dirinya untuk secara aktif terlibat
dengan lingkungan
5) Percaya diri anak terbentuk dari pengalaman orang lain dan objek
dalam berintraksi
6) Pertumbuhan dan perkembangan melibatkan konflik antara
individu dan orang lain.

c) Kurikulum dan Kegiatan Pendekatan Bank Street


Metode pembelajaran di Bank Street menggunakan filosofi desain
pendidikan yang didasarkan pada pengalaman, disiplin diri, dan
kolaboratif. Fiolosofi ini menggabungkan antara teori perkembangan
dan praktik pengajaran yang didasarkan pada tahapan perkembangan
anak didik.

Misi sekolah Bank Street yaitu meningkatkan mutu pendidikan


anak dan gurunya dengan mengaplikasikan proses pendidikan dengan
pengetahuan yang sesuai mengenai konsep belajar dan bertumbuh,
dean dengan menghubungkan pengajaran serta pembelajaran menjadi
lebih bermakna di dunia sekitar mereka. Dengan demikian,
pembelajaran tidak hanya bersifat individual tetapi juga menyangkut
komunitas termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas yang lebih
besar bagi anak dan orang dewasa dengan seluruh keberagamannya
untuk berinteraksi dan belajar. Bank Street memandang bahwa
pendidikan merupakan kesempatan untuk membangun komunitas
yang lebih baik.

Untuk belajar dari pengalaman, anak – anak harus terlibat


langsung dan aktif dengan lingkungan sosial dan fisik dan ditawari
beragam kesempatan untuk melihat, menyentuh, menyimak, mencium,
dan merasakan dunia mereka.

Secara eksplisit atau implicit, teori atau filosofi pendidikan


apapun mengandung pandangan pembelajaran, pertimbangan
hubungan antara pembelajaran dan pengajaran, dan pernyataan
tentang pengetahuan apa yang paling tepat untuk diketahui.

1) Pembelajar
Sejak lahir anak dianggap sebagai makhluk yang ingiiin tahu
yang terlibat secara aktif dalam interaksi dengan lingkungan
sosial dan fisik mereka, dan yang melalui eksperimen serta
eksplorasi, berusaha dengan giat untuk mengenali makna dunia
tempat mereka tinggal. Dalam pertemuan mereka dengan
lingkungan sosial dan fisik, anak – anak merespon dengan
keseluruhan diri mereka. (Lucy Sprague Mitchell, 1951).

2) Pengetahuan dan Pengalaman


Dalam pendekatan Bank Street, penelitian – penilitan sosial
adalah inti atau pusat kurikulum. Penelitian sosial adalah tentang
hubungan antara dan diantaranya banyak orang dan lingkungan
mereka. Yang mendasar pada pendekatan ini adalah sekolah
memberikan kesempatan terus – menerus bagi anak – anak untuk
merasakan kehidupan demokratis.

Yang penting adalah apa dan bagaimana dalam pembelajaran


harus saling terkait. Apa yang dipelajari tentang dunia tidak
terpisah dari bagaimana pengetahuan itu diperoleh dan digunakan.

3) Guru
Pengajaran adalah hal yang rumit dan menuntut, tentunya
memerlukan pengetahuan, keterampilan, dang pengaturan. Guru
harus banyak mengetahui tentang isi studi sosial bukan untuk
memberikan informasi pada anak – anak tapi sebagai pedoman
dalam mengajukan pertanyaan yang bermakna; untuk
merencanakan ksempatan pengalaman anak – anak ; untuk
mengetahui sumber daya yang tersedia; dan untuk menilai
perkembangan studi tersebut.

4) Lingkungan Pembelajaran
Kelas Bank Street atau perkembangan interaksi adalah
lingkungan yang dinamis yang menerima peran serta aktif,
kerjasama, dan kemandirian, dan keragaman dalam ekspresidan
komunikasi. Permainan seperti puzzle, manipulative (berbagai
benda untuk bermain dengan bentuk benda seperti segitiga,
kubus, lingkaran, dsb.). Ada juga kegiatan bercocok tanam,
memasak, menganyam.

Alokasi ruang memberikan tempat yang cukup untuk


permainan sandiwara, menyusun balok, dan pertemuan kelompok
kecil. Keluwesan jadwal memberikan waktu tambahan bagi anak
– anak untuk menggali potensi secara aktif, untuk berjalan – jalan,
untuk terlibat dalam perluasan ide dan minat, dan bekerja sama.
Keluwesan terdapat dalam konteks familiar seperti rutinitas
waktu, makan camilan, makan siang, bererita, istirahat, dan waktu
khusus, dan waktu di luar ruangan.

5) Merasakan dan Menggabungkan Pengetahuan


Dalam status sosial, sejarah, dan kisah kehidupan manusia
dipandang dari perspektif bidang pngetahuan yang berbeda.
Seperti yang ditulis Dewey dalam diskusi geografi, salah satu
disiplin ilmu dalam studi sosial berbalik menimbulkan pertanyaan
dan gagasan pada banyak orang.

Dalam studi sosial banyak ditawarkan kesempatan untuk


bertanya, memecahkan masalah, dan memahami lingkungan
sosial dan fisik dalam interaksi kita yang terdapat bentuk spiral
pembelajaran dan pemahaman diri dan duniayang terus
berkembang, misalnya minat dan penggalian anak – anak usia 5 –
8 tahun tentang sejarah penduduk asli di daerah tempat tinggal
mereka.

6) Keluarga
Guru harus menyadari beragam makna keluarga bagi anak –
anak dalam kelas dan tidak membuat anggapan mengenai susunan
keluarga atau nilai – nilai yang dianut. Misalnya, nilai keluarga
bisa berbenturann dengan nilai – nilai sekolah dan budaya yang
lebih luas. (Delpit, 206; Ramsey, 2004; Wasow, 2000).
7) Masyarakat
Perlahan minat anak – anak pada dunia luar selain keluarga
mulai meluas. Saat guru memberikan, menyusun, dan
mengarahkan rasa ingin tahu dan minat anak – anak dan memulai
studi tentang hidup masyarakat. Dalam pembahasan berikutnya,
anak – anak memiliki kesempatan untuk berpikir dan
mengungkapkan gagasan mereka, informasi mereka dan
kekeliruan informasi.

8) Penilaian
Sejumlah penilaian yang dilekatkan dengan kurikulum
memberikan guru sarana yang penting untuk mengetahui
bagaimana anak – anak belajar dan tumbuh. Bank Street sudah
lama menyokong berbagai pendekatan pada penilaian,
berdasarkan pemahaman, bagaiman anak yang sedang tumbuh
memahamai dunianya dan memberikan sejumlah kesempatana
bagi siswa untuk mewakili pemahaman tersebut.

Sebaliknya, kebijakan federal saat ini mendeifnisikan hasil


yang diharapkan dari siswa dalam bentuk nilai tes, khususnya
kemampuan untuk membaca dan menulis dan matematika, yang
mendorong gerakan reformasi sekolah menempatkan penilaian di
gari depan perubahan pendidikan untuk meraih standard prestasi
akademik yang lebih tinggi.

Sebuah penekanan yang dikemukakan oleh Zimiles (1987)


bahwa tidak ada penilaian yang siap dilaksanakan yang mengukur
semua atribut pembelajar ini dengan pantas. Guru kelas didesak
untuk menyokong anak – anak dalam dua cara, yaitu : 1. Dengan
memeriksa kualitas piranti penilaian dan mengajukan pertanyaan
yang sesuai mengenai pelaksanaan. 2. Dengan memprsiapkan
anak – anak untuk mengerjakan tes tanpa mengorbankan
kurikulum yang kaya dengan kesempatan untuk pembelajaran
akademik, sosial, emosional, dan fisik.

Dalam penilaian digunakan data untuk analisis yang meliputi:


cakupan penuh kegiatan harian kelas, interaksi, dan hasil karya
(misalnya: bermai, membaca, memechakan soal matematika,
bekerja dengan materi, dan berinteraksi dengan yang lain).

Selain itu, pengujian dan penilaian seksama portofolio hasil


karya anak – anak sepanjang waktu menampilkan kisah penting
pertumbuhan melalui karya seni, tulisan, penghitungan, dan
perakitan.

d) Fokus Utama dalam Pendekatan Bank Street


Perkembangan bukan sesuatu yang terjadi pada anak – anak
melainkan hasil dari interaksi anak di dunia sosial dan fisik. Dalam
pandangan anak, perhatian diberikan pada pengembangan:
1) Kompetensi
Bagaimana individu menggunakan keterampilan dan
pengetahuannya dalam kehidupan.
2) Individualitas
Menekankan fungsi kemandirian, kemampuan untuk membuat
pilihan, mengambil inisiatif, risiko kegagalan, dan menerima
bantuan tanpa kehilangan kebebasan.
3) Sosialisasi
Ada dua tingkat, tingkat pertama berhubungan dengan kontrol
dan memikir ulang, adaptasi, dan internalisasi perilaku; tingkat
kedua mengacu kepada perkembangan hubungan dengan orang
lain yang ditandai dengan kepedulian, kejujuran, tanggungjawab,
dan kerjasama.

e) Peran Guru dalam Pendekatan Bank Street


Ruang kelas adalah situasi belajar dimana guru menjadi mata rantai
antara dunia minat dan pengalaman pribadi anak. Guru harus
mengetahui banyak tentang isu studi sosial bukan untuk member
informasi tersebut pada anak, tetapi dijadikan pedoman dalam
mengajukan pertanyaan yang bermakna, untuk merencanakan
kesempatan pengalaman anak, untuk menilai perkembangan studi
tersebut.
1) Guru memahami perkembangan anak
2) Guru memiliki potensi dasar pengetahuan
3) Guru memilih dan menyusun materi – materi untuk siswa
4) Guru mengetahui anak secara individual
5) Guru sebagai fasilitator
Pendekatan Bank Street memiliki unsur-unsur, yaitu:
a. Menekankan pada bermain
b. Anak aktif dalam mengkonstruksi pemahaman mereka tentang
dunia, melalui interaksi dengan benda-benda dan lingkungannya.
c. Mempertimbangkan anak secara keseluruhan
d. Melibatkan orangtua dan membangun komunikasi dengan orangtua.
e. Peranan guru sebagai pengamat dan fasilitator pembelajaran
Catatan tentang Model Pendekatan Bank Street
Apa potensi yang ada pada diri manusia-anak, guru, dan diri kita
sendiri-apakah kita ingin melihat perkembangannya?
a. Kebahagiaan hidup yang diperoleh di dunia menggunakan lima
panca indera
b. Kehidupan keinginntahuan intelektual menjadikan dunia sebagai
laboratorium yang menarik dan mendorong orang untuk belajar
sepanjang hayat.
c. Fleksibilitas terhadap perubahan dan mampu menyesuaikan diri
terhadap perubahan.
d. Semangat kerja, tidak dirundung ketakutan dan efisien, dalam dunia
dengan kebutuhan baru, permasalahan baru dan ide-ide baru.
e. Menumbuhkan kehidupan demokratis, baik di sekolah maupun di
luar sekolah sebagai suatu konsep yang paling baik untuk
meningkatkan konsep tentang demokrasi
f. Semua falsafah memerlukan standar etika dan sikap ilmiah. Kerja
kita berdasarkan kepada falsafah bahwa manusia dapat
meningkatkan kemasyarakatan yang diciptakan.

4. Model Pembelajaran High / Scoope


Piaget (Piaget & Inhelder, 1969) mengemukakan bahwa model
pendidikan anak usia dini High /Scope adalah kerangka terbuka mengenai
teori-teori perkembangan dan praktik pendidikan yang berbasis pada
perkembangan interaktif anak. Model High/Scope memandang anak-anak
sebagai pembelajar aktif yang paling baik belajar melalui kegiatan yang
mereka rencanakan, laksanakan, dan reflesikan sendiri.
Schweinhart dkk, (2005) mengemukakan bahwa model High/Scope
memiliki empat komponen penting, yaitu:
a) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar
waktunya di dalam learning center yang beragam.
b) Merencanakan-melakukan-mengulang (plan – do – review). Guru
membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari,
melaksanakan rencana mereka dan mengulang kembali yang telah mereka
pelajari.
c) Pengalaman kunci (key experience). Pengal aman-pengalaman penting
anak dipakai untuk pembelajaran.
d) Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh
anak.

5. Model Pembelajaran BCCT


Anita Yus (2011) mengemukakan bahwa model-model pembelajaran yang
berpusat pada anak yang sudah di kenal dan dilaksanakan oleh masyarakat di
antaranya adalah sebagai berikut:
a) Model Pendekatan Montessori
b) Model Pendekatan Bank Street
c) Model pendekatan High/Scope
Pada prinsipnya ada beberapa prinsip dasar dari pendekatan High/Scope:
a. Berdasarkan teori konstruktif Piaget
b. Mementingkan pembelajaran aktif
c. Mementingkan benda-benda yang dapat dimanipulasi
d. Adanya peranan orang dewasa di dalam memfokuskan perhatian
anak dan penggunaan bahasa dalam pembelajaran
e. Menekankan pada pilihan dan kegiatan di dalam sentra
f. Mementingkan pengamatan dan penilaian (assessment)
d) Model Pendekatan Kurikulum Kreatif
Prinsip-prinsip kurikulum kreatif adalah:
a. Konsepnya berdasarkan riset dan teori.
b. Peranan aktif dari anak sangat dominan pada saat bermain dan
bereksplorasi
c. Menekankan pada kualitas bahan-bahan dan pengaturan lingkungan
pembelajaran
d. Fokus pada pengamatan dan penilaian agar dapat mencapai tujuan
perkembangan anak secara menyeluruh
e. Mementingkan hubungan dengan keluarga dan antara anak dan guru.
e) Model Pendekatan Regio Emillia
DAFTAR PUSTAKA

Anita Yus. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada
media
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan PAUD, (Jakarta Baratn:PT
Indeks.2011),hlm.
Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, (Bandung:CV. Nuansa
Aulia. 2010),hlm.

Anda mungkin juga menyukai