Anda di halaman 1dari 16

MARIA

MONTESSORI

Dosen Pengampu: Ibu Lidia Oktamarina, M. Pd


Kelompok 3:
1. Ayu Ardila
2. Dewi Novrianti
3. Eva Nabila Putri
4. Egidia Natasya Ardora
5. Hikmah
6. Humairoh
7. Jihan Faninda Ridanti
8. Khety Anjeli Maharani
9. Najiha Amalia
Sejarah Maria Montessori

Maria Montessori lahir di Chiaravalle, Italia. Pada tahun 1896, ia menjadi menjadi wanita
pertama mendapat gelar Doctor Of Medichine. Setelah lulus dari kedokteran ia bekerja, diklinik
psikiater Universitas Roma.
Dari pekerjaannya yang berhubungan dengan anak-anak yang menyadang cacat mental,
Montesori banyak menemukaan ide dan gagasan bagi pendidikan untuk anak normal, lebih
khusus lagi diperuntukkan bagi anak dibawah 5 tahun.
Montessori membuat sekolah pertama didaerah kumuh di Roma pada tahun 1907, sekolah ini
disebut casa dei bambini yang artinya rumah anak sekolah tersebut dipersiapkan untuk anak
cacat mental. Pada tahun 1909,Montessori menerbitkan buku tentang Saintific Pedadogy as
Aplied to Child Education in the children house, sebagai wujud nyata dari minatnya yang begitu
besar terhadap pendidikan anak. Secara perlahan pemikiran montesori berkembang dibeberapa
negara Eropa dan berbagai penjuru dunia lainnya tetapi juga menentang pemikirannya. Pada
tahun 1915 semasa perang duania pertama Montessori mendirikan sekolah World Exibition di
San Fransisco, Amerika. Ia juga mendirikan gerakan Montessori di India yang terus berkembang
hingga saat ini. Semasa hidupnya banyak dihabiskan untuk penelitian dan juga banyak
penghargaan yang diterimanya berkenaan dengan prestasinya.
Maria Montessori meninggal di Belanda 1952, pada usia 81 tahun, dan digantikan oleh puteranya
sebagai direksi Association Montessori International yang berkantor pusat di Amsterdam.
Pandangan
Montessori
Montessori telah merumuskan sejumlah teori mengenai belajar pada masa usia dini. Beberapa pandangan dan
prinsip Montessori dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini dapt dicermati dari beberapa falsafah
berikut ini:
- Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, mereka terus menerus berada dalam keadaan pertmbuhan dan
perubahan, dimana pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
- Anak usia dini senang sekali belajar ‘selalu ingin tahu dan mencoba’. Tugas orang dewasa adalah
mendorong, memberi kesempatan belajar dan membiarkan anak belajra sendiri.
- Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan besar untuk menyerap berbagai pengalaman. Masa
yang paling penting adalah masa pada rentang usia sejak lahir sampai umur 6 tahun.
- Anak usia dini menyerap hampir semua yang dipelajarinya dari lingkungan.
- Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan, Ia embutuhkan kesempatan untuk bergerak, bereksplorasi
belajar melalui alat inderanya.
- Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih mudah untu belajar, yang disebut
dengan periode sensitive untuk belajar.
- Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensoris ke otak maka semakin
berkembang kecerdasannya.
- Anak paling baik belajar dalam situasi kebebasan yang disertai disiplin diri. Anak harus bebas bergera dan
memilih kegiatan yang disenanginya didalm kelas dengan disertai disiplin diri.
- Orang dewasa khususnya guru tidak boleh memaksakan anak untuk belajar sesuatu, dan tidak boleh
mengganggu apa yang sedang dipelajari anak.
- Anak harus belajar sesuai dengan taraf kematangannya, tanpa paksaan untuk menyesuaikan atau menjadi
sama dengan anak lain.
- Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil melaksanakan tugas-tugas sederhana.
- Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap ‘matang’ untuk belajar, dia tidak saja akan
dapat meningkatkan kecerdasaanya tetapi juga akan merasakan kepuasan, menambah kepercayaan diri dan
keinginan untuk belajar lebih banyak.
Penerapan Pandangan Montessori

Berdasarkan teorinya Montessori, membebaskan setiap anak belajar menurut tempo dengan caranya
sendiri dan materi yang dipilihnya sendiri dan ditentukan berdasarkan taraf kemampuan dan minatnya.
Menurut Montessori anak tidak perlu bersaing dengan anak lainnya. Ataupun sebaliknya bdihambat
kemajuannya agar sesuai dengan kelompoknya.

Contoh Penerapannya:
Erik 4 tahun, bersekolah di Montessori, pagi-pagi setelah menyalami ‘direktis;, dia harus memilih kegiatan
belajar yang disayanginya. Dia tidak pernah dianjurkan untuk bermain bersama temannya. Dia boleh
menggunakan materi belajr itu selama mungkin kegiatannya betul-betul dianggap ‘’bekerja’’ dan tidak
seorangpun tidak boleh mengganggunya. Erik dengan tenang memilih ‘’Kegiatan praktis’’. Dengan
menggunakan sebuah ember kecil dia mengambil air dari suatu ember besar yang ditulisi ‘’air bersih’’ lalu
dengan lap bersih membersihkan meja. Setelah selesai dia menuangkan air dalam ember kecil kedalam ember
besar lain yang ditulisi ‘’air kotor’’. Kemudian dia menyimpan kembali alat-alat yang tadi telah
digunakannya.

Montessori menjelaskan bahwa hanya melalui disiplin diri,


seseorang betul-betul bebas untuk belajar. Bila anak menguasai
teknik dan materi belajar, maka betul-betul ia imajinatif.
Tahapan Perkembangan Anak

USIA PERKEMBANGAN
(Tahun)
1,5 Masa penyerapan totaal (absorbed mind), perkenalan, dan
pengalaman sensoris/pancaindera.
1,5-3 Perkembangan bahasa.
1,5-4 - Perkembangan dan koordinasu antara mata dan otot-
ototnya.
- Perhatian pada benda-benda kecil.
2-4 - Perkembangan dan penyempurnaan gerakan-gerakan.
- Perhatian yang besar pada hal-hal yang nyata.
- Mulai menyadiri urutan waktu dan ruang.
2,5-6 Penyempuranaan penggunaan panca indera.
3-6 Peka terhadap pengaruh orang dewasa.
3,5-4 Mulai mencorat-coret.
4-4,5 Indera peraba mulai berkembang.
4,5-5,5 Mulai tumbuh minat membaca.
Metode Montessori

1. Kemampuan berbahasa
Anak-anak dilatih untuk berkomunikasi di hadapan orang banyak. Salah satu contohnya adalah meminta
anak-anak bercerita atau mempresentasikan tema tertentu setiap minggu di kelas.
Selain itu, anak-anak dapat diperkenalkan dengan huruf melalui permainan. Mereka tidak akan merasa
sedang belajar, tetapi mereka akan mengingat semuanya karena bermain.
Kemampuan setiap anak berbeda, sehingga guru tidak memaksa setiap anak melakukan hal yang sama di
saat yang sama.
2. Matematika
Jangan kaget dulu, matematika untuk PAUD bukanlah belajar perkalian atau rumus-rumus. Matematika mencakup
belajar mengenal aneka bentuk, memahami mana ukuran yang lebih besar/kecil, mengenal angka, dan sebagainya.
Tanpa disadari, anak-anak belajar angka dan berhitung melalui permainan dan lagu. Mereka mengenal konsep bentuk
melalui permainan puzzle atau blok.
Dan mereka akhirnya dapat mengurutkan balok mulai dari yang terbesar hingga terkecil karena bermain membuat
menara.
3. Budaya
Anak-anak diajarkan untuk mengantri, sikap sopan santun, tata krama, dan kebaikan.Mereka diajarkan cara
mencuci tangan yang baik dan dilakukan rutin sebelum makan.
Program bermain di halaman sekolah pun dapat dimanfaatkan untuk mengajar anak untuk bersikap sportif saat
kalah dalam perlombaan dan juga membuat anak bergerak.
Saat ada dua anak bertengkar, guru mengajarkan anak untuk meminta maaf dan memaafkan.Mungkin kita masih
ingat berita viral tentang guru Australia yang mengatakan bahwa lebih baik murid-muridnya bisa mengantri
daripada pandai berhitung tetapi tidak bisa mengantri?
Mungkin di sinilah kelemahan sistem pendidikan di Indonesia, di mana aspek akademis lebih ditekankan
daripada aspek budaya, tata krama, dan moralitas, padahal kesuksesan seseorang lebih ditentukan dari EQ, bukan
IQ.
4. Sensorik
Bila Anda sering kesal karena si Kecil gemar mengacak-ngacak seisi rumah, maklumilah
karena mereka sedang mengembangkan kemampuan indra sensoriknya.
Di sekolah bermetode Montessori, anak-anak diperkenalkan dengan mainan yang melatih indra
sensorik, misalnya botol sensorik, bermain pasir, kacang-kacangan, dan sebagainya.
Kebetulan, mereka memang gemar dengan permainan-permainan seperti itu. Saat bermain
dengan kacang hijau, mereka bisa diminta untuk memasukkan butir demi butir ke botol,
sehingga melatih gerak motorik halus mereka.
Musik dan tari pun diajarkan agar anak tidak hanya diam melulu, tetapi aktif bergerak.

5. Kehidupan sehari-hari
Anak-anak diajarkan berbagai ketrampilan yang membuatnya menjadi balita mandiri, misalnya
cara menggunakan kaos kaki, sepatu, baju, dan celana sendiri.
Mereka juga diajarkan cara memegang piring dan gelas, serta makan sendiri selayaknya orang
dewasa.
Semua kegemaran balita dapat dijadikan proses belajar. Misalnya balita gemar sekali bermain
air dengan cara menuang air dari wadah satu ke wadah lainnya.
Metode Montessori mengajarkan mereka menyiram tanaman sambil menumbuhkan rasa cinta
kepada alam dan lingkungan. Anak-anakpun gembira karena bisa menyiramkan air dari gelas
ukur ke pot tanaman.
Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Montessori

Model pembelajaran montessori merupakan pendekatan yang dirancang untuk mendukung


pengembangan anak secara alami. Model pembelajaran montessori mempersiapkan anak-anak untuk
memahami lingkungan sekitar dengan baik. Lima prinsip dasar yang mewakili pendidik Montessori
yang diterapkan dalam berbagai jenis program antara lain:
a. Menghormati Anak
Menghormati anak merupakan landasan utama, dimana seorang guru menghormati segala sesuatu
yang diinginkan anak. Model pembelajaran montessori menekankan pada rasa saling menghormati
antara guru dengan murid dan murid dengan guru. Guru membantu anak untuk membentuk pribadi
yang mandiri, taat, berperilaku baik, disiplin, serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan
lingkungan sekitar. Peran guru dalam proses pembelajaran montessori adalah sebagai model yang dapat
dicontoh ataupun ditiru segala sesuatunya oleh anak. Guru akan menunjukkan rasa hormat kepada anak
ketika guru membantu anak dalam melakukan kegiatan. Prinsip awal ini dapat membentuk anak untuk
menjadi pribadi yang mampu mengembangkan diri, ketarampilan dan kemampuan dalam pembelajaran
yang efektif.
b. Menyerap Pikiran Anak
Montessori percaya bahwa anak-anak mampu mendidik diri mereka sendiri. Orang dewasa
memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pemikirannya, namun anak-anak membangun
pengetahuannya melalui pengalaman yang diperoleh secara langsung. Konsep pemikiran Montessori
dalam menyerap pemikiran anak yaitu agar seorang guru mampu memahami bahwa anak-anak belajar
dari lingkungan. Anak-anak belajar bergantung pada guru, pengalaman dan lingkungan anak.
c. Periode sensitif
Periode sensitif merupakan kondisi ketika anak-anak lebih rentan terhadap perilaku tertentu dan dapat
belajar keterampilan khusus lebih mudah. Periode sensitif mengacu pada sensibilitas khusus yang
mengakuisisi dalam keadaan infantil. Semua anak mengalami periode sensitif yang sama (misalnya periode
sensitifuntuk menulis), urutan dan waktu berbeda untuk setiap anak. Salah satu peran guru adalah dengan
menggunakan observasi untuk mendeteksi tingkat sensitivitas dan memberikan pengaturan untuk
pemenuhan optimal.
Lingkungan yang Siap
Anak-anak belajar melakukan sesuatu dengan baik melalui lingkungan. Anak-anak dapat melakukan hal-hal
untuk diri mereka sendiri. Lingkungan siap menjadi bahan pembelajaran dan pengalaman yang tersedia
untuk anak-anak dalam format yang teratur. Ruang Kelas Montessori dijelaskan dengab apa yang pendidik
anjurkan ketika mereka berbicara tentang pendidikan yang berpusat pada anak dan pembelajaran aktif.
Kebebasan adalah karakteristik penting dari lingkungan siap. Sejak anak-anak dalam lingkungan bebas
untuk mengeksplorasi bahan yang mereka pilih sendiri, mereka akan menyerap apa yang mereka temukan di
sana.
Autoeducation (Jatidiri pendidikan)
Montessori menanamkan konsep bahwa anak-anak mampu mendidik diri mereka sendiri autoeducation
(Juga dikenal sebagai diri-pendidikan). Anak-anak secara aktif terlibat dalam lingkungan yang siap dan
memberi kebebasan harfiah mendidik diri. Guru dalam metode montessori mempersiapkan ruang kelas agar
anak mampu mendidik diri mereka sendiri
Dasar Pendidikan Montessori

1. Pendidikan Sendiri (Pedosentris)


Menurut Montessori, anak-anak memiliki potensi atau kekuatan dalam dirinya untuk berkembang sendiri.
Anak-anak memiliki hasrat alami untuk belajar dan bekrja, bersamaan dengan keinginan yang kuat untuk
mendapatkan kesenangan. Anak lebih senang melakukan berbagai aktivitas daripada sekadar dihibur atau
dimanja. Anak tidak pernah berpikir bahwa belajar sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Anak akan
selalu mencari sesuatu yang baru untuk dikerjakan yaitu sesuatu yang memiliki tingkatan yang lebih sulit dan
menantang.

2. Masa Peka
Masa peka ialah masa yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak. Ketika masa peka datang,
maka anak harus difasilitasi dengan alat-alat permainan yang mendukung aktualisasi potensi yang
muncul. Guru memiliki kewajiban untuk mengobservasi munculnya masa peka dalam diri anak. Guru
harus memiliki kecakapan dalam mengobsevasi sehingga peristiwa-peristiwa ajaib yang datang secara
spontan dapat langsung digunakan oleh guru untuk mengambil tindakan dengan memberi bantuan
kepada anak dalam memilih alat permainan (pembelajaran) yang seraasi dan tepat waktu.
3. Kebebasan
Kebebasan menjadi hal yang penting dalam pembelajaran Montessori. Dalam pembelajaran, anak
memiliki kebebasan untuk berpikir, berkarya, dan berbuat sesuatu. Hal ini berkaitan dengan masa peka
setiap anak yang kemunculannya kadang tidak terduga. Kebebasan ini bertujuan agar ketika tiba masa
peka tehadap suatu kemampuan yang mendorong untuk melatih satu fungsi, anak akan dapat berlatih
sesuka hatinya. Sebagi contoh ketika muncul masa peka membaca dalam diri anak maka guru perlu
segera mengajarkan kepada anak kemampuan membaca. Tugas yang dilakukan guru anta lain
menyediakan bahan bacaan. Anak akan menggunakannya sendiri.
Kelebihan dan Kekurangan
Model Pembelajaran Montessori

- Kelebihan
1. Konsep-konsep pendekatan Montessori dapat diberikan pada anak dari
berbagai latar belakang dan kondisi yang beragam.
2. Berhasil menghasilkan konsep dan material / alat pendidikan yang
sistematis dan operasional sesuai dengan tahapan perkembangan dan
kemampuan anak.
3. Memiliki laboratorium sekolah dan sistem penyelenggaraan yang
terkontrol terhadap seluruh sistem pendidikan Montessori.
4. Mengeluarkan panduan-panduan tentang sistem pembelajaran di
sekolah Montessori.
5. Menggabungkan anak dari berbagai usia yang berbeda akan
membentuk sikap menghargai, menghormati, imitasi sikap dan saling
membantu pada anak.
- Kekurangan
1. Terlalu bersifat perseorangan, sehingga memerlukan rasio perbandingan
antara guru dan murid yang kecil.
2. Memerlukan media pembelajaran yang sangat beragam serta harga
material yang sangat mahal sulit terjangkau oleh sekolah-sekolah umum.
3. Pelatihan penyelenggaraan konsep pendidikan Montessori sangat mahal
bagi guru-guru di sekolah umum
4. Pendekatan ini menggabungkan anak yang beragam usia dalam
pembelajarannya, ini akan menyulitkan guru dalam menilai perkembangan
anak yang tiap usia berbeda tahap perkembangannya.
Tahap
Pembelajaran
di Sekolah
Montessori

1. Langkah Menunjukkan
Seraya memperlihatkan kertas berwarna merah, guru
mengatakan. ‘’Ini merah!’’ begitu juga warna yang
lainnya.

2. Langkah Mengenal
Guru mengacaukan kertas berwarna dan berkata kepada
anak, ‘’Ambilah merah!’’.

3. Langkah Mengingat
Dari kertas-kertas berwarna yang telah dikacaukan, guru
mengambil sehelai dan bertanya, ‘’Ini warna apa?’’.
Implementasi Metode Pembelajaran Montessori di Indonesia

Penerapan atau implementasi metode Montessori di Indonesia didasarkan pada tiga area dasar
keterlibatan anak yaitu :
1. Pendidikan praktis/ gerak motorik meliputi :
a. Lingkungan yg siap menekankan aktivitas dasar sehari-hari. Misal: berjalan dg tertib, membawa
benda spt baki & kursi, dlsb.
b. Bingkai berpakaian. Misal: mengancingkan, membuka & menutup resleting, mengikat, menekuk,
& menali. (Mandiri & konsentrasi)
c. Aktivitas berbasis air. Misal: menggosok, mencuci, & menuang. (Sarana pengembangan
koordinasi)
d. Latihan kehidupan praktis. Misal: mengelap cermin, sepatu, daun tanaman, meyapu lantai,
membersihkan furnitur, & mengupas sayur.
2. Materi sensorik untuk pelatihan indera meliputi :
a. Melatih indera agar fokus pada beberapa kualitas tertentu yg terlihat seperti Membedakan
banyak rangsangan yg diterima,Membuat anak lebih mengenali kapasitas tubuh untuk menerima,
menafsirkan, & menggunakan rangsangan.
b. Membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati & membedakan secara visual,
Ketrampilan ini berfungsi sebagai dasar bagi kesiapan membaca awal anak.
c. Meningkatkan kemampuan anak untuk berpikir sebagai proses yang bergantung pada
kemampuan membedakan, mengklasifikasikan & mengatur.
3. Materi akademik untuk pengajaran menulis, membaca, & matematika.
a. Disajikan secara berurutan yg mendukung menulis sebagai basis pembelajaran membaca.
b. Montessori yakin bahwa Anak siap menulis pada usia 4 th,Menulis & membaca pada usia 4 & 5
tahun

Anda mungkin juga menyukai