Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TRADISI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MONTESSORI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika untuk
Anak Usia Dini
Dosen Pengampu : Yeni Rachmawati, M.Pd., Ph.D.

Disusun Oleh :

Kelompok 2 - PGPAUD 3B

Azmi Nurul Aulia Assyifa NIM 2005744

Hanifah Nurul Inayah NIM 2005961

Intan Damayanti NIM 2001331

Prasasti Suci Rahayu NIM 2006050

Putri Nur Izzati NIM 2001824

Salsabiela Fitria NIM 2009303

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa telah memberikan


rahmat, karunia dan hidayah-Nya serta hanya dengan keridhoan-Nya sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini penulis susun sebagai
tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika untuk Anak Usia Dini dengan judul
"Tradisi Pembelajaran Matematika Montessori”. Terima kasih penulis sampaikan
kepada ibu Yeni Rachmawati, M.Pd., Ph.D. selaku dosen mata kuliah
Pembelajaran Matematika untuk Anak Usia Dini yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi terselesaikan tugas makalah ini.

Demikianlah laporan ini penulis susun untuk dapat memenuhi tugas mata
kuliah Pembelajaran Matematika untuk AUD dan penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang bersifat konstruktif dan
membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca, guna peningkatan
pembuatan Makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Bandung, 11 Oktober 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

2.1 Konsep Pembelajaran Montessori 3

2.2 Implementasi Konsep Pembelajaran Montessori Pada Pembelajaran


Matematika5

2.3 Alat Permainan Edukatif Yang Digunakan Untuk Mendukung Pembelajaran


Matematika Berdasarkan Konsep Montessori 7

BAB III 10

PENUTUP 10

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata pelajaran yang seringkali dihindari oleh sebagian siswa di
sekolah salah satunya adalah mata pelajaran Matematika. Tidak jarang
ditemukan siswa yang masih kesulitan memahami konsep Matematika. Oleh
sebab itu,sangat penting mempelajari konsep Matematika dengan baik sejak
dini agar saat anak beranjak dewasa dan mempelajari ilmu matematika
lanjutan, anak tersebut tidak akan memengalami kesulitan dan menjadi takut
untuk belajar matematika.
Sood & Mackey(2015) menyatakan bahwa pengenalan konsep bilangan
pada anak usia dini sangat penting karena akan memberikan kemudahan
kepada anak dalam mengikuti proses pendidikan yang lebih lanjut,
terutama pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu,pengetahuan
matematika pada anak usia dini terutama pengetahuan tentang pemahaman
konsep bilangan sangat penting dan harus disiapkan sebaik mungkin
sehingga akan memberikan kontribusi bagi kesuksesan siswa dalam
kehidupan sehari-hari dan kesuksesan di masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai dasar pedoman dilaksanakannya penulisan makalah ini, yaitu
sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep pembelajaran Montessori ?


2. Bagaimana implementasi konsep pembelajaran montessori pada
pembelajaran matematika ?
3. Apa sajakah alat permainan edukatif yang digunakan untuk mendukung
pembelajaran matematika berdasarkan konsep montessori ?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan makalah ini disusun untuk mengetahui materi tentang


tradisi pembelajaran matematika Montessori. Secara lebih rinci tujuan
makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mempelajari konsep pembelajaran Montessori.


2. Untuk mengetahui dan mempelajari implementasi konsep pembelajaran
montessori pada pembelajaran matematika.
3. Untuk mengetahui dan mempelajari alat permainan edukatif yang
digunakan untuk mendukung pembelajaran matematika berdasarkan
konsep montessori.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pembelajaran Montessori

Metode pembalajaran Montessori dikembangkan oleh Dr. Maria


Montessori dari Italia. Seorang dokter di bidang penyakit anak-anak,yang
awalnya bekerja untuk anak-anak retardasi mental (kelainan bawan dengan
kecerdasan di bawah rata-rata,sulit membaca,menulis dan berhitung) di
klinik psikiatri Universitas Roma. Sampai akhirnya dipercaya untuk
mengelola sekolah yang bernama Casa dei Bambini atau rumah anak-anak,
dalam kesempatan ini Montessori menyempurnakan sistem
pembelajarannya. Sistem pembelajaran Montessori ini berdasarkan teori
perkembangan yang mengganggap penting tahun-tahun pertama kehidupan
bagi anak.

Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam pembelajaran Montessori ,yaitu :

1. Pandangan Tentang Anak,


A. Menurut Montessori anak merupakan individu unik dan berkembang
sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Oleh karena itu, perlu ada
dukungan dari orang dewasa yaitu orang tua dan guru agar anak bisa
berkembang dengan optimal
B. Montessori mengingatkan bahwa anak bukanlah miniature orang
dewasa,sehingga orang dewasa harus menghilangkan sifat egosentris
dan otoriter terhadap anak. Pendidikan motessori juga berprinsip the
absorbent mind (anak dapat menyerap pengetahuan sendiri dari
lingkungannya)
2. Lingkungan
A. Memperhatikan bentuk dari lingkungan belajar,contohnya berbentuk
kelas,tempat bermain,atau sebuah kamar di rumah.
B. Ruang kelas yang ideal menurut Montessori adalah,perlengkapan
belajar yang lengkap dengan rancangan kegiatannya.
3. Metode dan bahan pembelajaran

3
A. Mengelompokan aktivitas belajar ke dalam tiga materials,yaitu
a. Practice life materials (merawat diri,merawat lingkungan,hubungan
sosial sopan santun,control gerakan dan koordinasi).
b. Sensory materials, melatih penglihatan (besar/kecil, tinggi/rendah,
panjang/pendek, ukuran) melatih pendengaran (kotak
suara,membedakan bel) melatih perabaan (halus/kasar, padat/cair)
melatih perasa/lidah (manis/pahis/asin) dan melatih pembauan.
c. Academic materials, untuk belajar menulis, membaca dan
matematika (kartu huruf, kartu angka papan bilangan, dan kertas,
pensil untuk menulis)

Menurut penelitian, intervensi oleh orang dewasa dalam saat dibutuhkan


secara efektif membantu pelajar untuk belajar dan berkembang secara nyata.

1. Dr Maria Montessori percaya bahwa setiap pelajar adalah mahluk yang


unik dan dia bisa mengejutkan kami dengan bakat unik.
2. Teori belajar Montessori sederhana. Siswa belajar sambil bermain.
Bermain tidak dalam arti harfiah, tetapi pura-pura bermain. Saat ini di era
teknologi ini, banyak peneliti percaya bahwa siswa harus belajar secara
konstruktif dan menyenangkan.
3. Jenis pembelajaran ini memang fleksible, aktif, konstruktif dan
menyenangkan.

Teori belajar Montessori didasarkan pada pembelajaran terbimbing


menggunakan mainan relevan yang sesuai dengan usia dan kemampuan
anak. Sementara itu, orang dewasa bertanggung jawab atas siswa dan siap
membantu jika kebutuhan muncul.

Montessori berpendapat bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak sudah


dapat dikenalkan pada kegiatan menulis, membaca, dan berhitung
(Montessori, 2008).

Mengenalkan matematika pada anak harus menggali beberapa hal


terlebih dahulu, yaitu menggali dan menerima pemikiran tentang adanya hal

4
tentang kualitas terpisah serta berlatih untuk mengasah keterampilan
intelektual yang dibutuhkan.

Pertama, agar anak mengenal gagasan tentang hal dan pemisahan


kualitas, anak perlu dibekali dalam aktivitas indrawi sebelumnya. Aktivitas
indrawi meliputi penglihatan, sentuhan, pendengaran, pengecapan dan
penciuman. Material atau bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan
yang disukai anak, seperti biji, kacang, kapas, dll.

Kedua, agar anak-anak mempunyai keterampilan intelektual yang


dibutuhkan, anak perlu dilatih dari berbagai aspek kognitif dalam aktivitas
matematika dan indrawi. Seperti menuang sambil menghitung biji-bijian,
sampai ke hal-hal lain yang lebih rumit. Hal ini sejalan dengan teori
Montessori (dalam Paramita, 2017:136), cara yang dilakukan dalam
memahami konsep matematika adalah dengan melalui material-material
yang konkret, mengikuti cara belajar dan kebutuhan anak.

Montessori juga membagi pemahaman kemampuan konsep matematika


dalam tiga tahap, yaitu :

1. Memahami konsep kuantitas dan cara mengurutkan angka melalui


material Number Rods;
2. Memahami simbol-simbol yang mempresentasikan kuantitas (angka)
melalui material Sandpaper Number;
3. Mempermudah anak menghubungkan antara simbol dan kuantitas angka
dengan menggabungkan material konkret mengunakan simbol abstrak
(material Number Rods dengan simbol angka).

2.2 Implementasi Konsep Pembelajaran Montessori Pada Pembelajaran


Matematika

Dalam metode Montessori terdapat 3 tahapan yakni menunjukan,


mengenal, dan mengingat. Tahapan tersebut dilaksanakan pada setiap
pembelajaran Montessori termasuk pembelajaran matematika.

Tahapan yang pertama yaitu menunjukan, yakni menunjukkan


pembelajaran dengan memberikan sedikit materi yang akan dipelajari

5
dengan menggunakan media yang konkret tahapan menunjukkan ini
dilakukan ketika kegiatan pagi sudah selesai seperti baris-berbaris, dan
kegiatan lainnya. Namun kegiatan ini dapat dilakukan guru disela-sela
kegiatan pemberian kontrak belajar sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Pola pikir anak usia dini masih konkret, ia belum bisa berpikir
secara abstrak. Dalam menunjukkan materi pembelajaran matematika guru
harus menggunakan media pembelajaran yang kongkret dan tidak asing bagi
anak untuk memudahkan anak dalam memahami materi yang akan
dipelajari dan sesuai dengan pola pikirnya, Montessori yang menghadapkan
langsung pada lingkungan sekitar menjadikan siswa berpikir benar-benar
konkret. Mereka akan melakukan perhitungan secara nyata. Menghitung
benda yang sesungguhnya yang ada di sekitar mereka.

Di dalam tahap ini material Matematika Montessori yang digunakan


sencara real adalah Large Number Rods. Bentuk Number Rods ini sudah
familiar oleh anak saat bekerja di area sensorial yaitu Long Rods yang juga
sama berjumlah 10 tongkat (rods). Hanya saja Large Number Rods terdapat
2 warna biru dan merah yang mengidentifikasikan jumlah angka pada
masing-masing tongkatnya, sedangkan Long Rods hanya berwarna merah
saja.

Tujuan dari aktivitas ini adalah memahami konsep kuantitas secara nyata
melihat langsung objeknya, dimana jumlah 10 pasti berbeda dengan jumlah
5. Material ini juga membantu anak dalam mengurutkan angka melalui
panjang tongkat tersebut, misal setelah 1 pasti 2 kemudian 3 dan seterusnya.
Disini anak akan belajar selain konsep angka juga akan dilatih fokus dan
konsentrasinya untuk membedakan jumlah dari setiap tongkat.

Tahapan kedua yakni mengenal, guru mengarahkan anak untuk dapat


mengenal materi yang akan dipelajarinya. Misalnya “ambillah angka 2!”
sehingga anak dapat berpikir, balok mana yang merupakan bentuk angka 2.
Dalam tahapan ini guru memberikan anak kesempatan untuk untuk mencari
pengalaman dan menyelesaikan sebuah permasalahan dengan bimbingan
guru. Pada tahapan ini anak mulai di stimulasi untuk berpikir secara abstrak.

6
Abstrak dapat diartikan tidak nyata atau hanya dua dimensi. Pada tahap
dapat digunakan Sandpaper Number. Material ini berfungsi untuk
mengetahui bentuk dari nama pada masing-masing angka. Misal angka 1
seperti garis lurus, 2 seperti bebek dan seterusnya. Namun pada metode
Montessori akan berbeda dengan konvensional yang hanya menggunakan di
atas kertas.

Sandpaper Number merupakan angka raba agar anak dapat


membayangkan angka tersebut melalui indera perabanya. Meskipun abstrak
anak akan mendapatkan pengalaman berbeda melalui indera perabanya.
Pada tahap ini nantinyan akan mendukung kemapuan visual discrimination
anak. Angka raba juga membantu anak membentuk impresi dalam
kemampuan pre-writing nya nanti.

Tahapan ketiga yakni mengingat Misalnya guru dapat bertanya “ini balok
angka berapa?” sehingga anak dapat mengingat kembali apa yang telah
dikenalkan guru sebelumnya. , tahapan ini merupakan gabungan dari
konkret dan abstrak. Konkret dengan tetap menggunakan Long Number
Rods dan Abstrak dengan menggunakan sand papper atau kartu symbol
angka. Tujuan nya agar anak dapat dapat mengubungkan kedua aktivitas
pada tahap sebelumnya dan mampu menyelesaikan dengan cara yang
berbeda.

2.3 Alat Permainan Edukatif Yang Digunakan Untuk Mendukung


Pembelajaran Matematika Berdasarkan Konsep Montessori

Dalam menerapkan tradisi pembelajaran matematika Montessori dapat


disertai dengan penggunaan alat permainan matematika Montessori yang akan
menjadikan anak tertarik dan merasakan senang selama mempelajari
matematika. Terdapat jenis alat permainan matematika Montessori yang dapat
mendukung dan menstimulasi keterampilan mengenai konsep bilangan :
1. Number Rods
Number rods merupakan bahan/alat yang digunakan untuk
mempermudah anak dalam rangka memahami dan menguasai konsep
matematika. Montessori menjelaskan bahwa number rods adalah media

7
yang bisa dimanfaatkan dalam pemebelajaran sensoris anak. Bahan untuk
membuat number rods ini biasanya terbuat dari kayu balok panjang
sebanyak 10 buah yang diberi warna biru dan merah berselingan (Kartini
& Julianto, 2016:2).
Media number rods ini digunakan untuk mengenalkan anak pada
angka dan urutannya. Langkah penggunaan number rods menurut
Gettman (2016: 280) yaitu : 1) Beritahukan nama batangan angka
(Number Rods) dan tunjukkan penyimpanannya. 2) Mintalah anak untuk
menggelar satu alas lantai dan tunjukkan cara menaruh batangan secara
acak diatas lantai, Namun tetep pada posisi sejajar dan sekat berwarna
merah berada di sisi kiri belakang. 3) Ajak anak untuk menyusun tangga
seperti bermain.
2. Sandpaper Number
Sandpaper number ini anak tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga
dapat mengeksplorasi lebih dalam kemampuan berhitung. Sandpaper
number ini merupakan alat permainan yang dapat digunakan untuk
membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berhitung anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suprahbawati (2014:5), ia
menjelaskan dalam hasil penelitiannya bahwa media ampelas/sandpaper
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan anak dalam
menguasai konsep bilangan yang mana hal ini dapat dilakukan diluar
ruangan. Aktivitas ini dilakukan melalui cara pengambilan bilangan 1
hingga 5 di sandpaper dengan bergantian. Kemudian diteruskan dengan
mengelompokkannya dengan memasukkan kancingnya kedalam tempat
yang disesuaikan dengan bilangan amplas. Semua aktivitas memahami
dan menjadikan anak merasa nyaman dan senang serta memberikan
peningkatan dalam menguasai bilangan sandpaper number ialah alat
permainan matematika Montessori yang bisa menstimulasi keterampilan
dalam mengenali konsep bilangan anak. Sandpaper ini dirancang dari
kertas karton yang dilapisi dengan ampelas, Media ini digunakan dengan
cara meraba sebuah simbol huruf. Maka dari itu, sand paper ini bertekstur
agak kasar.

8
3. Manic Math/Manik Matematika
Manic math adalah sebuah alat peraga Montessori yang digunakan
dalam pendidikan Montessori berupa manik-manik atau monte yang
disusun dengan kawat yang jumlahnya sesuai urutan bilangan 1-10
bilangan atau dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak. Manik
ini berwarna-warni dan terdiri dari manik satu hingga manik sembilan
(Ningtias & Ismawati,2019:54).
Merujuk pada hasil penelitan yang dilakukan oleh Ningtias dan
Ismawati (2019:67), Penerapan pembelajaran APE Montessori Manic
Math ini memberikan hasil yang sangat signifikan bagi keterampilan
berhitung anak. Sulyandari (2017:117), ia juga menjelaskan
bahwasannya aktivitas pembelajaran manik-manik ini anak-anak diminta
untuk mengelompokkan dan mengurutkannya yang dimulai dari yang
pendek ke yang panjang dan begitu sebaliknya.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Metode pembalajaran Montessori dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori


dari Italia.dalam pembelajaran Montessori memperhatikan beberapa hal seperti
pandangan terhadap anak, bahwa anak berkembang dengan kemampuan
mereka sendiri dan bukan miniatur orang dewasa. Pendidikan Montessori juga
berprinsip bahwa anak dapat menyerap pengetahuan sendiri dari
lingkungannya. Montessori membagi pemahaman kemampuan konsep
matematika dalam tiga tahap yaitu memahami konsep matematika secara
konkret melalui material number rods, mengenal symbol-simbol matematika
secara abstrak melalui material sandpaper, dan mempermudah anak
menghubungkan kedua pemahaman tersbut dengan menghubungkan antara
symbol dan kuantitas angka melalui media manicmath/manik matematika.

3.2 Saran

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih


banyak terdapat kesalahan dan kekurangan didalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran baik dari dosen pemimbing maupun dari pembaca budiman. atas kritik
dan saran nantinya kamis ucapkan terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aouldri Yolanda Putri1, S. D. (2020). Stimulasi Kemampuan Mengenal Konsep


Bilangan Anak Usia Dini Melalui Permainan Matematika Montessori.
21(1), 1–9.

Dr.Manispal, M.Pd. (2013). Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD


Profesional. Jakarta.

Rofifah, D. (2020). Penggunaan Number Rods Dalam Meningkatkan Kemampuan


Mengenal Bilangan Asli Pada Murid Tungarahita Ringan Di Slbn 1 Gowa.
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 12–26.

Rosyida Nurul Anwar1, N. (2020). Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal


Bilangan Melalui Tangga Manik-Manik Montessori Di Kelas A Tk Anggrek
Karangploso. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 2(2), 9.

Basuki, Sulha. (2020). Penerapan Montessori Dalam Pembelajaran Matematik


Melalui Luring Sebagai Alternatif Masa Pandemi. Prismatika: Jurnal
Pendidikan dan Riset Matematika, 3(1), 25-26.
http://ejurnal.budiutomomalang.ac.id/index.php/prismatika.

Miranti. (2020). Konsep Matematika Montessori. diakses pada 11 Oktober 2021


dari https://jendelakeluarga.com/2020/06/18/konsep-matematika-
montessori/

11

Anda mungkin juga menyukai