Anda di halaman 1dari 33

1

PENGARUH METODE MONTESSORI


TERHADAP KEMAMPUAN SENSORI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
(CEREBRAL PALSI)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 1 SD Karakter+ Alphabet Kota


Tasikmalaya Tahun Ajaran 2022/2023)

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas

oleh
Dian Apriliani
NIM 857498876

JURUSAN PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
2022
2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan individu secara sadar untuk

mendapatkan pengetahuan dan terjadi perubahan tingkah laku yang membuatnya

dapat menyesuaikan dengan lingkungan, Belajar adalah proses mental dan emosional

atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila ia dan

perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang

lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu).

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan. Bagaimana pun kondisi anak

tersebut, sekalipun dia berkebutuhan khusus dia berhak mendapat pendidikan. Seiring

berjalannya waktu, pemerintah terus melakukan progam pendidikan yang bisa

menjangkau semua anak Indonesia agar bisa mendapatkan pendidikan.

Saat belajar anak tentu perlu mempunyai kemampuan sensori yang baik, salah

satunya kemampuan menulis. Beberapa anak berkebutuhan khusus ada yang kesulitan

dalam melakukan kegiatan tersebut. Oleh sebab itu, untuk membantu menstimulus sel

sensorinya, maka perlu diberikan terapi khusus agar perkembangan sensori anak

semakin baik.

Siswa kelas 1 di SD Karakter+ Alphabet berjumlah 12 orang, 2 orang di

antaranya ada anak berkebutuhan khusus. Agar semua siswa mendapat pengalaman

yang menyenangkan dan nyaman, maka guru harusmenyiapkan metode pembelajaran

yang bisa menarik perhatian anak dan bisa menumbuhkan minat anak untuk belajar.
3

Anak berkebutuhan khusus ini, memerlukan pendampingan khusus. Oleh karena itu

diperlukan guru bayangan atau biasa disebut dengan “Shadow Teacher”.

Berdasarkan pengalaman yang peneliti alami bahwa faktor yang membuat

siswa berkebutuhan khusus (Cerebral Palsi) kelas 1 SD Karakter+ Alphabet tidak

mampu untuk menulis disebabkan oleh keadaan siswa yang membutuhkan terapi

sensori. Faktor lainnya yang mempengaruhi yaitu kurangnya semangat belajar dan

emosi siswa yang terkadang masih meluap-luap menjadi salah satu faktor siswa

tersebut otot sensorinya masih harus dilatih, terutama kemampuannya untuk menulis.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti beranggapan bahwa siswa tersebut

membutuhkan metode pembelajaran yang bisa menjadi wadah sekaligus terapi untuk

siswa berkebutuhan khusus (Cerebral Palsi) ini. Metode yang akan peneliti gunakan

adalah metode Montessori. Metode ini diberikan untuk membantu menerapi bagian

sensori anak, agar siswa bisa mendapat keterampilan yang lebih baik.

Penulis beranggapan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran

tersebut secara teratur oleh guru, maka siswa dapat memperbaiki atau kemampuan

sensorinya bisa berkembang lebih baik lagi. Focus utama dalam metode Montessori

ini yaitu pada keterampilan life skil anak.

Montessori adalah metode pendidikan yang dikhususkan untuk anak-anak.

Sesuai dengan namanya Montessori, metode ini pertama kali dikembangkan oleh

dokter sekaligus pendidik asal Italia bernama Dr. Maria Montessori pada tahun 1900.

Ciri dari metode montessori yaitu membebaskan anak untuk memilih apa yang ingin
4

mereka pelajari sesuai dengan tujuan dari metode montessori itu sendiri, yaitu agar

anak-anak mampu meraih potensinya dalam kehidupan.

Pilihan pelajaran yang dapat mereka pilih tentunya sudah dirancang

berdasarkan rentan usia yang sesuai. Di samping itu, montessori dapat diterapkan di

sekolah maupun di rumah. Metode montessori juga meyakini bahwa setiap anak

memiliki kelebihan serta bakatnya masing-masing. Selain itu, metode ini lebih

menekankan pada kebebasan untuk mengeksplorasi dan menanamkan kemandirian

dengan batas-batas tertentu.

Sesuai dengan pertimbangan pemikiran yang diuraikan di atas, dalam

penelitian ini akan dilakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian

tindakan kelas. Metode penelitian ini digunakan untuk mengetahui adakah pengaruh

Metode Montessori terhadap perkembangan sensori anak berkebutuhan khusus

(Cerebral Palsi) di SD Karakte+ Alphabet tahun ajaran 2022/2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini

yaitu “Apakah ada pengaruh metode Montessori terhadap perbaikan sensori anak

berkebutuhan khusus di SD Karakter+ Alphabet?”


5

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh metode Montessori terhadap perkambangan sensori anak berkebutuhan

khusus di SD Karakter+ Alphabet tahun ajaran 2022/2023.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Secara Teoretis

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangsih untuk mendukung teori-teori

yang sudah ada terutama teori penerapan metode Montessori dalam perkembangan

sensori anak berkebutuhan khusus.

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa

1) Memberikan motivasi kepada siswa supaya lebih percaya diri dalam proses

pembelajaran.

2) Membantu siswa untuk mengasah kemampuan sensorinya agar berkembang

semakin baik

b. Bagi Guru

1) Memberikan informasi kepada guru untuk mencoba menggunakan metode

Montessori sebagai upaya untuk memberikan stimulus atau terapi kepada anak

berkebutuhan khusus.
6

2) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi guru untuk meningkatkan

kemampuannya dalam menerapkan metodel pembelajaran.

3) Sebagai acuan bagi guru SD dalam merencanakan serta melaksanakan

pembelajaran, khususnya untuk siswa ABK.

c. Bagi Sekolah

Memberikan gambaran penerapan metode Montessori untuk perkembangan

sensori siswa berkebutuhan khusus.


7

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan

A. Kajian Teoretis

1. Metode Montessori

Menurut Gutex (2015) bahwa metode Montessori adalah suatu metode

pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr.Maria

Montessori. Maria Montessori diakui sebagai salah satu pendidik besar. Kisah

hidupnya merupakan kisah yang luar biasa, kisah seorang perempuan yang

berdedikasi menggunakan kemampuan ilmiahnya, pengalamannya, dan wawasannya

untuk mengembangkan sebuah metode pendidikan yang melawan pola-pola

pendidikan yang konvensional. Kebiasaan-kebiasaan lama yang dia lawan bukan

hanya dalam bidang pendidikan: dia juga berjuang mengatasi rintangan-rintangan

yang menghalangi kebebasan kaum perempuan untuk masuk ke dalam karier baru.

Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, kota bukit

dengan pemandangan Laut Adriatik, di provinsi Ancona Italia. Dia adalah anak

tunggal dari Alessandro Montessori, seorang manajer bisnis di perusahaan monopoli

tembakau milik Negara; dan Renilde Stoppani, perempuan berpendidikan dari sebuah

keluarga terpandang. Masa kecil Maria Montessori tetap di kota kelahirannya. Pada

masa itu di daerah semenanjung Italia dikuasai oleh Prancis dan Australia, pada

akhirnya terjalin persatuan di Italia serta berhasil terbebas dari Australia. Pada

pertengahan 1870 Italia mengalami pemindahan kekuasaan tetapi kondisi di Italia

belum mengalami perubahan yang signifikan untuk menjadi 11 Negara yang lebih

baik. Kondisi Negara yang seperti itu tidak memberikan pengaruh banyak pada
8

kehidupan Montessori. Montessori hidup dalam keluarga yang terbuka, demokrasi,

dan disiplin sehingga Montessori pun mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap

masalah sosial di sekitarnya.

Tahun 1910 Montessori telah memperoleh pengakuan sebagai sorang

pendidik inovatif yang signifikan di tanah kelahirannya Italia, di mana memimpin

sebuah sekolah percontohan dan sebuah institut pelatihan bagi para direktris. Salah

satu ciri pendekatan Montessori dalam Pendidikan pengajar adalah bahwa metode

Montessori harus dipelajari dan digunakan tanpa penyimpangan dari bentuk yang asli.

a. Tahap Pembelajaran Montessori Serta Fokus Materinya

Montessori adalah metode pembelajaran dengan 4 tahapan pembelajaran sebagai

berikut ini.

1. Tahap Pertama

Tahap pertama berlangsung sejak bayi baru lahir hingga anak usia 6 tahun. Pada usia

0-3 tahun, program berfokus pada pengembangan bicara, koordinasi gerakan, dan

kemandirian. Sementara pada usia 3-6 tahun, program berfokus pada latihan

kehidupan sehari-hari, pembelajaran melalui panca indra (sensorial), bahasa, dan

matematika.

2. Tahap Kedua

Tahap kedua berlangsung pada rentan usia 6-12 tahun. Pada usia ini,

program pendidikan fokus pada pemahaman mengenai alam semesta dan aspek
9

budaya, yang meliputi geografi, biologi, sejarah, bahasa, matematika, sains, musik,

dan seni.

3. Tahap Ketiga

Tahap ketiga berlangsung antara usia 12-18 tahun. Pada usia ini, program

pendidikan berfokus pada pengenalan karakteristik khusus remaja.

4. Tahap Keempat

Tahap keempat yaitu rentan usia 18-24 tahun yang mana pada umur tersebut

seorang anak sudah dapat dikategorikan dewasa.

b. Kelebihan Metode Montessori

Kelebihan umumnya bergantung pada masin-masing anak. Meski demikian,

kelebihan yang umumnya terdapat dalam metode ini diantaranya yaitu:

 Pola pikir yang kritis

 Mampu berkolaborasi atau bekerjasama dalam tim

 Mempu bertindak tegas

 Memiliki kebebasan dalam memilih aktivitas

 Membantu mengasah kemandirian anak

 Melatih keteraturan

 Merangsang panca indera melalui aktivitas belajar dengan merasakan langsung

apa yang dipelajari


10

 Menegmbangkan kemampuan bersosialiasi melalui aktivitas bersama dengan

adanya kelas multi usia

 Anak dapat belajar dengan kecepatan masing-masing

 Melatih kemapuan motorik

 Penekanan pada peace education, yaitu kemampuan anak dalam mengatasi konflik

dan masalahnya sendiri tanpa kekerasan dan melalui cara yang kreatif

c. Penerapan Metode Montessori

Dalam lingkungan yang siap, materi dan aktivitas tertentu mendukung tiga

area dasar keterlibatan anak: kehidupan praktis atau pendidikan motorik, materi

sensorik untuk pelatihan indera, dan materi akademik untuk pengajaran menulis,

membaca dan matematika.

1) Kehidupan praktis

Lingkungan yang siap menekankan aktivitas motorik dasar sehari-hari,

seperti berjalan dari satu tempat ketempat lain dalam sikap yang tertib, membawa

benda seperti baki dan kursi, menyambut pengunjung, mempelajari keterampilan

perawatan diri, dan melakukan aktivitas praktis lain. Sebagai contoh, “bingkai

berpakaian” dirancang untuk menyempurnakan keterampilan motorik yang mencakup

mengancingkan, membuka dan menutup resleting, mengikat, menekuk, dan menali.

Filosofi aktivitas semacam ini adalah membuat anak tidak tergantung pada orang
11

dewasa dan mengembangkan konsentrasi. Aktivitas berbasis air memiliki peran besar

dalam metode Montessori. Anak diajari menggosok, mencuci, dan menuang sebagai

sarana pengembangan koordinasi.

Penganut Montessori yakin bahwa semakin anak tenggelam dalam aktivitas,

mereka secara bertahap memperpanjang rentang konsentrasi. Seiring mereka

mengikuti rangkaian tindakan yang teratur, mereka belajar memperhatikan hal-hal

yang detail. Pendidikan Montessori juga meyakini bahwa konsentrasi dan keterlibatan

melalui indera memudahkan terjadinya pembelajaran. Pengajaran verbal guru

diupayakan seminimal mungkin; penekanan pada proses pengajaran adalah pada

menunjukkan cara memberi contoh dan mempraktikkan. Aktivitas kehidupan praktis

diajarkan melalui empat tipe latihan yang berbeda. Kepedulian orang melibatkan

aktivitas seperti penggunaan bingkai berpakaian, memoles sepatu, dan mencuci

tangan. Kepedulian lingkungan mencakup pembersihan debu, mengelap meja, dan

menyapu daun. Hubungan sosial mencakup pelajaran mengenai keanggunan dan

kesopanan. Tipe latihan keempat yaitu analisis dan kontrol gerakan yang meliputi

aktivitas lokomotor seperti berjalan dan menyeimbangkan diri.

2) Materi sensorik

Bagi banyak pendidik anak usia dini, inti program Montessori yang

mendukung gagasan Montessori mengenai cara terbaik memfasilitasi pembelajaran

anak. Banyak materi ini dirancang untuk melatih dan menggunakan indera guna

mendukung pembelajaran. Materi sensorik Montessori populer, menarik, dan

mendukung perkembangan kognitif anak. Materi otentik Montessori dibuat dengan


12

baik dan tahan lama. Materi sensorik mencakup batang dan kubus berwarna cerah

serta huruf amplas. Salah satu tujuan materi sensorik ini adalah melatih indera anak

agar berfokus pada beberapa kualitas tertentu yang terlihat. Contohnya, dengan

batang merah, yaitu kualitas panjang; dengan kubus menara merah mudah, yaitu

kualitas panjang; dan dengan lonceng, yaitu titian nada.

Montessori merasa anak perlu dibantu membedakan antara banyak

rangsangan yang mereka terima. Oleh karena itu, materi sensorik membantu

membuat anak lebih mengenali kapasitas tubuh untuk menerima, menafsirkan, dan

menggunakan rangsangan. Dengan demikian, materi sensorik Montessori dinamai

didaktik, serta dirancang untuk mengejar dan membantu anak belajar. Materi sensorik

membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati dan membedakan secara

visual. Keterampilan ini berfungsi sebagai. Dasar bagi kesiapan membaca awal

umum. Kesiapan pembelajaran sangat ditekankan dalam program anak usia dini.

Akhirnya, aktivitas sensorik bukan tujuan akhir. Tujuannya adalah mempersiapkan

anak menyambut periode sensitive yaitu menulis dan membaca. Oleh karena itu,

semua aktivitas ini merupakan langkah awal dalam proses baca-tulis.

Materi pelatihan dan pengembangan indera memiliki karakteristik berikut ini:

a. Kontrol kesalahan

Materi dirancang agar anak, melalui pengamatan, dapat melihat apakah mereka

melakukan kesalahan dalam menyelesaikan aktivitas. Contohnya, jika anak tidak

menggunakan balok menara merah mudah dengan urutan yang benar saat

membangun menara, ia tidak akan mendapatkan menara sempurna.


13

b. Pemisahan kualitas tunggal

Materi dirancang agar variabel lain tetap konstan kecuali kualitas tunggal yang

digunakan. Oleh karena itu, semua balok pada menara berwarna merah muda karena

ukuran merupakan kualitas tersendiri yang dipelajari, bukan warna.

c. Keterlibatan aktif

Materi mendorong keterlibatan aktif daripada sekadar proses pasif dengan cara

melihat. Materi Montessori benar-benar digunakan langsung oleh anak sehingga

dapat disebut pembelajaran aktif.

d. Daya tarik

Materi menarik, dengan warna dan proporsi yang memikat anak. Dengan demikian,

materi membantu memuaskan kebutuhan estetika anak yaitu keindahan dan daya

tarik.

3) Materi akademik untuk menulis, membaca dan matematika

Tipe ketiga materi Montessori adalah akademik, yang dirancang khusus

untuk mendorong kemampuan menulis, membaca dan matematika. Latihan

menggunakan materi ini disajikan secara berurutan yang mendukung menulis sebagai

basis pembelajaran membaca. Membaca, oleh sebab itu, muncul setelah menulis.

Kedua proses diperkenalkan begitu bertahap, sehingga anak tidak pernah menyadari

mereka belajar, menulis dan membaca hingga suatu hari mereka menyadari sedang

menulis dan membaca. Untuk mendeskripsikan fenomena ini, Montessori berkata

bahwa anak “masuk secara spontan” ke menulis dan membaca. Ia mengantisipasi

praktik saat ini seperti pendekatan kontemporer keseluruhan bahasa dalam


14

memadukan menulis dan membaca serta mempertahankan bahwa melalui menulis

anak belajar membaca.

Montessori yakin banyak anak siap menulis pada usia empat tahun.

Akibatnya, anak yang memasuki program Montessori pada usia tiga, telah melakukan

hampir semua latihan sensorik saat berusia empat tahun. Sudah lazim di kelas

Montessori, anak yang berusia empat dan lima tahun menulis dan membaca. Bahkan,

keberhasilan anak dengan keterampilan dan kemampuan akademik awal berfungsi

sebagai magnet untuk menarik perhatian publik dan orang tua (Morrison: 2012)

d. Peran Guru Montessori

Guru Montessori menunjukkan perilaku tertentu untuk menerapkan prinsip

pendekatan yang berpusat pada anak. Berikut ini enam peran utama guru dalam

program Montessori:

1) Menghormati anak dan pembelajarannya

2) Membuat anak sebagai pusat pembelajaran.

3) Mendorong pembelajaran anak.

4) Mengamati anak

5) Mempersiapkan lingkungan pembelajaran.

6) Memperkenalkan materi pembelajaran dan mendemonstrasikan

pembelajaran (Morrison: 2012)


15

2. Alat Peraga

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu

untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif (Dasar-dasar Proses Belajar

Mengajar, Nana Sudjana:99). Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan

adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode, dan alat, serta evaluasi.

Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur

lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran

agar sampai pada tujuan.

Dalam Pencapaian tujuan tersebut, peranan alat peraga

memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini pelajaran dapat

dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari

pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar

bahan pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami siswa. Dalam proses

belajar-mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses

belajar siswa lebih efektif dan efesien.

3. Cerebral Palsy

Cerebral Palsy adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi gerakan

dan tonus otot atau postur tubuh. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang terjadi

pada otak yang belum matang dan berkembang, dan paling sering terjadi sebelum

lahir. Tanda dan gejala muncul selama masa bayi atau prasekolah. Secara umum,

cerebral palsy menyebabkan gangguan gerakan yang berhubungan dengan refleks

yang berlebihan, kelenturan atau kelenturan anggota badan dan badan, postur yang
16

tidak biasa, gerakan yang tidak disengaja, berjalan tidak stabil, atau kombinasi dari

semuanya. Orang dengan cerebral palsy dapat mengalami masalah saat menelan dan

umumnya memiliki ketidakseimbangan otot mata, di mana mata tidak fokus pada

objek yang sama. Mereka juga telah mengurangi rentang gerak di berbagai sendi

tubuhnya karena kekakuan otot.

Penyebab cerebral palsy dan pengaruhnya terhadap fungsi sangat bervariasi.

Beberapa orang dengan cerebral palsy bisa berjalan normal sementara yang lain

membutuhkan bantuan. Beberapa orang memiliki cacat intelektual, tetapi yang lain

tidak. Epilepsi, kebutaan atau tuli juga bisa terjadi. Cerebral palsy adalah gangguan

seumur hidup. Tidak ada obatnya, tetapi perawatan dapat membantu meningkatkan

fungsi tubuh.

Cerebral palsy dikalisifikasikan sebagai kelainan yang berbeda dengan

kelainan neuromuscular, maka cerebral palsy meliputi kelainan spastic,

athediot¸ataksia, tremor dan rigid. Pada kasus-kasus yang ringan, anak spastic bias

mengembangkan keseimbangan tangannya untuk sedikit mengendalikan gaya

berjalan. Pada kasuskasus tingkat sedang, peserta didik spastik dalpat memegang

lengan untuk diarahkan ke tubuhnya, membengkokkan sikunya dengan

membengkokkan tangannya, dengan kaki yang diputar secara berhati hati paa lutut,

dan menghasilkan jalan gaya gunting. Adapun pada kasus-kasus tingkat berat mereka

memiliki pengendalian yang emah pada tubuhnya, tidak mampu duduk, berdiri atau

berjalan tanpa bantuan alat penguat. Cirri utama peseta didik ataksia, gerakannya
17

kurang kuat, berjalan dengan langkah yang penjang dan mudah jatuh, terkadang mata

tidak terkoordinasi serta gerakan mata tertegun-tegun (nystamus). Pada termor dan

rigid umumnya mereka mempuyai gagguan pada keseimbangan tubuh, disebabkan

karena adanya kelaian pada postural dengan akibat hambatan otot yang berlawanan.

Hendaya kondisi fisik merupakan ketidakmampuan secara fisik untuk melakukan

gerak. Ketidakmampuan seorang anak dengan adanya keterbatasan fisik nonsensori

(fisik motorik), menyebabkan ia mempuanyai permasalahan untuk hadir ke sekolah

dan belajr di kelas. Ketidakmampuan secara fisik motorik pada anak untuk

melakukan gerakan tubuh menyebabkan ia membutuhkan layanan-layanan khusus,

latihan dengan pola tertentu, peralatan-peralatan yang sesuai, dan fasilitas pendukung

lainnya. Selain itu, anak yang mempunyai hendaya kondisi fisik, juga mempunyai

hendaya penyerta lain seperti hendya perkembangan fusngsional, kesulitan belajar,

gangguan emosional, kelainan berbicara dan berbahasa, atau mempunyai

keberbakatan tertentu.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kiki Oktaviani

Alwi Sarjana Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Makassar. Penelitian yang dilakukan oleh Kiki Oktaviani Alwi.berjudul

“Aktivitas Meronce Manik-Manik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Penjumlahan Pada Murid Cerebral Palsy Kelas Dasar IV Di Slb Ypac Makassar.
18

Kiki Oktaviani Alwi, menyimpulkan hasil penelitiannya, yaitu ada pengaruh

pembelajaran menggunakan aktivitas meronce manik-manik terhadap meningkatkan

kemampuan berhitung penjumlahan pada murid cerebral palsy.

Selain itu, penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suvidian Elytasari. Penelitian yang dilakukan oleh Suvidian Elytasari.berjudul

“Esensi Metode Montessori Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini”. Suvidian

Elytasari menyimpulkan bahwa munculnya metode montessori bermula dari

ketertarikan Montessori pada anak-anak idiot menjadikannya akrab dengan metode

pendidikan khusus yang dirancang bagi anak-anak kecil. Selanjutnya metode khusus

tersebut diterapkan kepada anak-anak normal. Adapun esensi metode montessori

dalam pembelajaran anak usia dini adalah the absorbent mind, the conscious mind,

the sensitive periods (sensitivity to order, sensitivity to language, sensitivity to

walking, sensitivity to the social aspets of life, sensitivity to small object, sensitivity

learning through the senses), children want to learn, learning through play, stages of

development, dan encouraging independence.

C. Hipotesis Tindakan

Sugiyono (2011:64) menjelaskan, “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Senada dengan Arikunto (2013:110) yang

berpendapat bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
19

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul.

Berdasarkan anggapan dasar tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis yaitu

Metode Montessori berpengaruh terhadap Kemampuan Sensori Anak Berkebutuhan

Khusus di SD Karakter+ Alphabet.


20

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir/konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

dari masalah yang ingin diteliti dengan konsep satu terhadap konsep yang lainnya.

Kerangka konsep ini berfungsi untuk menghubungkan atau menjelaskan secara

panjang lebar tentang apa yang akan dibahas. Kerangka ini merupakan ringkasan dari

tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti atau

kalau boleh dikatakan oleh peneliti merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang

dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.

Menurut Sugiyoni (2017, hal.60) kerangka konseptuan ini dikembangkan

untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitiannya. Dengan adanya

kerangka konseptual ini, tujuan yang dilakukan oleh peneliti akan semakin jelas dan

tersusun secar asistematis. Proses teoris berkaitan dengan kegiatan untuk menjelaskan

masalah dengan teori yang relevan, serta menyusun kerangka teoritis/kerangka

konsep yang digunakan dalam penelitian.

Konsep adalah abstrak atau gambaran ynag dibangun dengan menggeneralisasi

suatu pengertian. Konsep tidak bisa diamatai, tidak bisa diukur secara langsung. Agar

bisa diamati konsep harus dijabarkan dalam variabel-variabel. Misalnya konsep ilmu

alam lebih jelas dan konkrit, karena dapat diketahui dengan paca indera. Sebaiknya,

banyak konsep ilmu-ilmu soaial menggambarkan fenomena sosial yang bersipat

abstrak dan tidak segera dapat di mengerti. Seperti konsep tentang tingkah laku,

kecemasan, kenakalan remaja dan sebagainya. Oleh karna itu perlu kejelasan konsep

yang dipakai dalam penelitian.


21

Kerangka konsep merupakan susunan kontruksi logika yang diatur dalam

rangka menjelaskan variabel yang diteliti. Dimana kerangka ini dirumuskan untuk

menjelaskan kontruksi aliran logika untuk mengkaji secara sistematis kenyataan

empirik.

Kerangka konseptual ini ditujukan untuk memperjelas variabel yang diteliti

sehingga elemen pengukurannya dapat dirnci secara kongkrit.

Adapun peran teori dalam kerangka pemikiran yang sebagai berikut:

a. Sebagai orientasi dari masalah yang diteliti

b. Sebagai konseptualisasi dan klaisifikasi yang memberikan petunjuk tentnang

kejelasan konsep, fenomena dan variabel atas dasar pengelompokan tertentu.

c. Sebagai generalisasi teori memberikan rangkungan terhadap generalisasi

empirik dan antara hubungan dari berbagai proposis yang didasarkan pada

asumsi-asumsi tertentu baik yang akan diuji maupun yang telah diterima.

d. Sebagai peramal fakta: teori dapat melakukan peramalan dengan membuat

ekstrapolasi dari yang sudah diketahui terhadap yang belum diketahui.

Dengan adanya kerangka konseptual maka minat penelitian akan lebih

terfokus ke dalam bentuk ynag layak diuji dan akan memudahkan penyusunan

hipotesis, serta memudahkan identifikasi fungsi variabel penelitian, baik sebagai

variabel bebas, tergantung, kendali, dan variabel lainnya.


22

Guru Siswa

Pembelajaran

Mekanisme Pelaksanaan Metode Montenssori

 Kegiatan awal  Pengenalan akan identitas


 Kegitan inti  Pengenalan akan perbandingan
 Kegiatan akhir  Perbedaan antara benda-benda yang
serupa

Kemampuan membaca permulaan

 Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal Pretes


 Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi
huruf awalan yang sama Postes
 Membaca nama sendiri

Gambar 1. Kerangka Konseptual


23

Berdasarkan Gambar 1. Kerangka konseptual yang penulis susun dapat

dideskripsikan bahwa anak usia SD merupakan sosok individu yang sedang menjalani

suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan

selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

berbagai aspek sedang mengalami masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat

cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Dan untuk merangsang potensi

perkembangan yang dimiliki anak tersebut, maka setiap anak membutuhkan stimulus

yang baik diantaranya yaitu memberikan asupan gizi, perlindungan kesehatan,

pengasuhan dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap

perkembangan anak.

Kemampuan membaca permulaan adalah merupakan suatu proses

keterampilan yang dimiliki setiap anak, dimana proses keterampilan tersebut

menunjukan pada pengenalan huruf dan penguasaan lambang fonem Yang dikenal

untuk memahami makna suatu kata atau kalimat sehingga dapat dikatakan

kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak pada

tahap awal.

Oleh karena itu mengembangkan kemampuan membaca pada anak

dibutuhkan metode atau cara yang tepat yang mampu merangsang kemampuan anak.

Salam satunya dengan menggunakan metod montesori. Metode montessori

merupakan suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasarkan pada teori

perkembangan. Tujuan pokok yang hendak dicapai montessori adalah membuat anak-

anak mandiri dan melakukan segala sesuatu sendiri.


24

Rencana Penelitian

a) Subjek Penelitian

Penelitian untuk mencari pengaruh metode montessori sebagai terapi sensori

pada anak berkebutuhan khusus di SD Karakter+ Alphabet Tasikmalaya yang

berjumlah 12 orang, yang mana 1 di antara ke-12 anak tersebut ada anak ABK

dengan diagnose “Cerebral Palsy” sebagai subjek penelitian.

b) Tempat dan Waktu Penelitiani

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD

Karakter+ Alphabet Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2022/2023.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli semester

ganjil 2022/2023.

Prosedur Penelitian
25

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus.

Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk

mengetahui pengaruh metkde montesori sebagai terapi sensori pada anak

berkebutuhan khusus di SD Karakter+ Alphabet dilakukan observasi terhadap

kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru selain itu diadakan diskusi antara guru

sebagai peneliti dengan para pengamat sebagai kolaborator dalam penelitian ini.

Melalui langkah-langkah tersebut akan dapat ditentukan bersama-sama antara guru

dan pengamat untuk menetapkan tindakan yang tepat dalam rangka mencari pengaruh

metode montesori sebagai terapi sesori pada anak berkebutuha khusus di SD

Karakter+ Alphabet .

Berdasarkan hasil diskusi dengan para kolaborator, maka langkah yang

paling tepat untuk meningkatkan pembelajaran adalah melalui penerapan media

belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan berpedoman pada refleksi

awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi :

1) Perencanaan

2) Pelaksanaan tindakan

3) Observasi

4) Refleksi pada setiap siklus

Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarkan dalam uraian


26

berikut ini.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini kegiatannya meliputi :

a. Mendiskusikan terkait metode montesori sebagai terapi sensori bagi siswa.

b. Membuat instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatannya adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.

3. Tahap Observasi (pengamatan)

Pada tahap observasi ini kegiataan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi terhadap

pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dipersiapkan.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi ini kegiatanya Itu meliputi analisis data yang diperoleh melalui

observasi pengamatan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat

merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan

demikian, guru akan dapat mengetahui efektifitas kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan
27

pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan

tindakan pada siklus selanjutnya.

JADWAL PENELITIAN

Program ini direncanakan dengan alokasi waktu sebagai berikut

BULAN KE
KEGIATAN
I II III IV V

Kajian Lapangan

Kajian Teori

Pembuatan Proposal

Revisi Proposal

Pengajuan Proposal

Perizinan Penelitian

Penelitian

Pembuatan Laporan

Monitoring dan Evaluasi


28

Biaya Penelitian

No JENIS PENGELUARAN BIAYA

1 Peralatan penunjang 1.585.000

2 Bahan habis pakai 500.000

3. Perjalanan 1.000.000

4 Lain-lain 500.000

JUMLAH 3.585.000

PERSONALIA PENELITIAN

Berikut beberapa tahapan penelitian yang dirujuk dari (Ching, 2005), yaitu :

1. Analisis

a. Survey

Penelitian di awali dengan men-survey lokasi yaitu di SD Karakter+

Alphabet, lalu ke objek studi banding secara langsung.

b. Dokumentasi

Dokumentasi berupa data dari kurikulum, silabus, serta jadwal dari SD

Karakter+ Alphabet.
29

c. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada tenaga pendidik, orangtua, serta peserta

didik mengenai karakteristik serta kebiasaan peserta didik dari SD

Karakter + Alphabet.

d. Pengumpulan Data

Mengutip data yang terdapat pada buku, jurnal, karya ilmiah, serta blog

mengenai perancangan jenis penelitian.

e. Analisis Data

Dari semua data yang diperoleh, dilakukan analisis data mengenai

pembelajaran sensori ini. Permasalahan mengenai sensori seperti apa pada

peserta didik.

2. Sintesis

a. Konsep

Pertimbangan konsep dilihat dari karakteristik pengguna, kebiasaan

pengguna, permasalahan pembelajaran sensori dan desain interior, serta

tujuan apa yang akan dicapai melalui desain metode pembelajaran ini.

b. Desain

Setelah konsep didapat, dibuatlah desain montessori agar peserta didik

dapat memilih apa yang ingin mereka pelajari. Sehingga mampu meraih

potensinya dalam kehidupan.


30

3. Evaluasi

Setelah semua dilalui, tahap terakhir adalah melakukan evaluasi.

Mengevaluasi apakah dengan menggunakan metode Montessori ini aman

terhadap Kesehatan dan keselamatan peserta didik sehingga tujuan dari

pembelajaran ini dapat tercapai.


31

DAFTAR PUSTAKA

Al Madani, Hilman. (2002). Parenting 7 Tahun Pertama yang Begitu Berharga.

Bandung : PT.Kiblat Pengusaha Indonesia.

Atmaja, Jati Rinakri. 2018. Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Alwi, Kiki Oktaviani. (2020). Jurnal Aktivitas Meronce Manik-Manik Dalam

Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan Pada Murid Cerebral Palsy

Kelas Dasar Iv Di Slb Ypac Makassar. Tersedia [Online]:

http://eprints.unm.ac.id/22495/1/JURNAL%20KIKI%20OKTAVIANY

%20ALWI.pdf. (10 November 2022)

Anonim. (2022). Montessori Adalah: Pengertian, Prinsip, Tahap Pembelajaran,


Kelebihan dan Kekurangannya. Tersedia [Online] :
https://www.bfi.co.id/id/blog/montessori-adalah-pengertian-prinsip-tahap-
pembelajaran-kelebihan-dan-kekurangannya#:~:text=Montessori%20adalah
%20metode%20pendidikan%20yang,dengan%20minat%20dan%20bakat%20anak.
(10 November 2022)
Ching, Francis D. K. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga

Elytasari, Suvidiana. (2017). Esensi Metode Montessori dalam Pembelajaran Anak

Usia Dini. Tersedia [Online]:

https://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/bunayya/article/view/2045. (11 November

2022)
32

Fadli, dr.Rizal. (2020). Celebral Palsy . Tersedia [Online] :

https://www.halodoc.com/kesehatan/cerebral-palsy . (11 November 22)

Montessori, Maria. Metode Montessori: Panduan Wajib untuk Guru dan Orangtua

Didik PAUD Pendidikan Anak usia Dini, Terj. Ahmad Lintang Lazuardi.

Morrison, George S. (2002). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Terj. Suci
Romadhona & Apri Widiastuti . Jakarta: PT Indeks.

Paramita, Vidya Dwina. (2019). Jatuh Hati Pada Montessori, Yogyakarta: Bentang

Pustaka.
33

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai