Anda di halaman 1dari 10

Kelompok 1

Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

Pendekatan Metode Montessori

Oleh :

Nama :

1. Idaa Ayu Putu Putri Saraswati Dewi (01 / 2111041003)


2. Ni Putu Ayu Dewi Ariani (03
03 / 2111041011)
2111041011

Kelas : C (sore)

Semester :I

Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

2021 / 2022
BAB I

(Pendahuluan)

a. Latar Belakang

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada
jalur formal, nonformal, dan informal.

Sesuai yang tercantum dalam Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional
PAUD (menggantikan Permendiknas 58 tahun 2009) yaitu Pendidikan anak usia dini
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 6 (enam) perkembangan: agama dan moral,
fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini

Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini ini juga ada beberapa model
ataupun pendekatan metode pelaksanaannya yaitu seperti pendekatan metode Montessori,
metode High Scope, BCCT, dan Proyek. pada pembahasan di makalah ini yaitu
membahas metode Montessori.

b. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian atau definisi Metode Montessori?
B. Apa saja prinsip Metode Montessori?
C. Bagaimana penerapan dari Metode Montessori?
D. Bagaimana urutan atau tahap pembelajaran Metode Montessori?
E. Bagaimana perbedaan Metode Montessori dengan metode lainnya?
F. Apa saja keunggulan dari Metode Montessori?
G. Apa saja tantangan dalam menyekolahkan anak dengan Metode Montessori dalam
pembelajarannya?
BAB II

(Pembahasan)

A. Definisi Metode Montessori

Montessori adalah metode pendidikan yang membantu anak untuk mencapai potensinya
dalam kehidupan. Metode ini menekankan pada kemandirian dan keaktifan anak dengan
konsep pembelajaran langsung melalui praktik dan permainan kolaboratif.

Metode ini dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori, lebih dari 100 tahun lalu dan
terbukti sukses diterapkan di berbagai negara yang berbeda-beda kulturnya.

Maria Montessori percaya bahwa setiap individu harus mengedukasi dirinya sendiri,
sedangkan guru menyediakan informasi dan bimbingan kepada siswa di lingkungan yang
edukatif.

Ia merasa bahwa tujuan pendidikan usia dini haruslah memupuk keingintahuan anak-
anak, kecintaan mereka pada ilmu pengetahuan, serta keinginan yang kuat untuk terus
belajar.

B. Prinsip Metode Mostessori


1. Pendekatan perorangan dalam belajar
2. Kombinasi pendidikan akademik dan sosial
3. Memupuk rasa keingintahuan anak, dan mereka didorong untuk berani melakukan
eksplorasi.
4. Konsep abstrak dipresentasikan secara nyata
5. Ketrampilan dan rutinitas yang diajarkan di sekolah akan diterapkan anak dalam
kehidupannya sehari-hari hingga dewasa

C. Penerapan Metode Montessori


1. Kemampuan berbahasa
Anak-anak dilatih untuk berkomunikasi di hadapan orang banyak. Salah satu
contohnya adalah meminta anak-anak bercerita atau mempresentasikan tema tertentu
setiap minggu di kelas
Selain itu, anak-anak dapat diperkenalkan dengan huruf melalui permainan.
Mereka tidak akan merasa sedang belajar, tetapi mereka akan mengingat semuanya
karena bermain.

Kemampuan setiap anak berbeda, sehingga guru tidak memaksa setiap anak
melakukan hal yang sama di saat yang sama.

2. Matematika
Jangan kaget dulu, matematika untuk PAUD bukanlah belajar perkalian atau
rumus-rumus. Matematika mencakup belajar mengenal aneka bentuk, memahami
mana ukuran yang lebih besar/kecil, mengenal angka, dan sebagainya
Tanpa disadari, anak-anak belajar angka dan berhitung melalui permainan dan
lagu. Mereka mengenal konsep bentuk melalui permainan puzzle atau blok. Dan
mereka akhirnya dapat mengurutkan balok mulai dari yang terbesar hingga terkecil
karena bermain membuat menara.

3. Budaya
Anak-anak diajarkan untuk mengantri, sikap sopan santun, tata krama, dan
kebaikan. Mereka diajarkan cara mencuci tangan yang baik dan dilakukan rutin
sebelum makan.
Program bermain di halaman sekolah pun dapat dimanfaatkan untuk mengajar
anak untuk bersikap sportif saat kalah dalam perlombaan dan juga membuat anak
bergerak. Saat ada dua anak bertengkar, guru mengajarkan anak untuk meminta maaf
dan memaafkan.
Mungkin kita masih ingat berita viral tentang guru Australia yang mengatakan
bahwa lebih baik murid-muridnya bisa mengantri daripada pandai berhitung tetapi
tidak bisa mengantri? Mungkin di sinilah kelemahan sistem pendidikan di Indonesia,
di mana aspek akademis lebih ditekankan daripada aspek budaya, tata krama, dan
moralitas, padahal kesuksesan seseorang lebih ditentukan dari EQ, bukan IQ.

4. Sensorik
Bila Anda sering kesal karena si Kecil gemar mengacak-ngacak seisi rumah,
maklumilah karena mereka sedang mengembangkan kemampuan indra sensoriknya.
Di sekolah bermetode Montessori, anak-anak diperkenalkan dengan mainan yang
melatih indra sensorik, misalnya botol sensorik, bermain pasir, kacang-kacangan, dan
sebagainya.
Kebetulan, mereka memang gemar dengan permainan-permainan seperti itu. Saat
bermain dengan kacang hijau, mereka bisa diminta untuk memasukkan butir demi
butir ke botol, sehingga melatih gerak motorik halus mereka. Musik dan tari pun
diajarkan agar anak tidak hanya diam melulu, tetapi aktif bergerak.

5. Kehidupan sehari-hari
Anak-anak diajarkan berbagai ketrampilan yang membuatnya menjadi balita
mandiri, misalnya cara menggunakan kaos kaki, sepatu, baju, dan celana sendiri.
Mereka juga diajarkan cara memegang piring dan gelas, serta makan sendiri
selayaknya orang dewasa.
Semua kegemaran balita dapat dijadikan proses belajar. Misalnya balita gemar
sekali bermain air dengan cara menuang air dari wadah satu ke wadah lainnya.
Metode Montessori mengajarkan mereka menyiram tanaman sambil menumbuhkan
rasa cinta kepada alam dan lingkungan. Anak-anakpun gembira karena bisa
menyiramkan air dari gelas ukur ke pot tanaman.

D. Tahap Pembelajaran Metode Montessori

Dr. Montessori juga membagi tahap perkembangan anak menjadi empat


bagian, yakni first plane (early childhood, masa usia 0-6 tahun), second
plane (childhood, masa usia 6-12 tahun), third plane (masa usia 12-18 tahun),
dan fourth plane (masa usia 18-24 tahun). Metode Montessori biasanya diterapkan
pada kelompok anak dalam tahap first plane dan second plane.
Anak dalam tahap first plane sedang berada dalam masa keemasan. Pikiran
anak begitu mudah menyerap informasi dan meniru apa yang dilihat. Karena itu,
orang tua harus berhati-hati dalam berucap dan bersikap. Anak membutuhkan
keteraturan, pengasahan pancaindra, stimulasi motorik halus dan kasar, berpikir
konkret, kesempatan mengerjakan segala sesuatu sendiri. Masa ini penting bagi
perkembangan eksplorasi dan pertumbuhan fisiologi.
Anak dalam tahap second plane mulai stabil dan tenang. Anak lebih
bersemangat saat bekerja dalam tim. Mereka mulai lancar bersosialisasi dan dapat
menempatkan diri dalam kerja berkelompok. Anak sudah memiliki kepandaian
intelektual, dan mulai bisa berpikir untuk dirinya sendiri. Logika, imajinasi, dan
kemampuan memberi pendapat anak semakin berkembang.

E. Perbedaan Metode Montessori


Pada dasarnya, metode pendidikan montessori hampir sama dengan sistem
pendidikan reguler atau tradisional karena masih melibatkan peran murid dan guru.
Namun, di sekolah reguler, semua pelajaran yang diajarkan berdasarkan kurikulum
yang berlaku untuk semua anak, seperti sistem full day school.Artinya, setiap anak
mau tak mau perlu mengerti semua materi yangada di kurikulum tersebut.
Anak pun menjadi pembelajar yang pasif dan mendengarkan semua materi yang
diajarkan oleh gurunya. Guru menjadi pemimpin pada kelas tersebut dan mengatur
materi mana yang perlu dan akan dipelajari. Pengelompokkan kelas pada sekolah
reguler pun dibuat berdasarkan kesamaan usia.

Sementara itu, metode pendidikan montessori tidak mengenal kurikulum.


Materi pembelajaran menyesuaikan dengan perkembangan alami manusia. Anak-anak
pun menjadi pembelajar yang aktif dengan memilih sendiri materi yang akan ia
pelajari. Anak belajar untuk mandiri dan menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri saat
di kelas. Tidak hanya itu, anak-anak yang belajar dengan metode montessori juga
akan bermain dengan aneka permainan yang mendidik. Adapun metode ini dilakukan
pada kelas dengan usia anak yang beragam.

F. Keunggulan Metode Montessori

Pengajaran dengan system Montessori bukan hanya memberikan kebebasan secara


aktif kepada murid saja, tetapi juga para pengajar atau guru. Dalam aktivitas mengajar di
kelas, guru akan menghampiri kelompok per kelompok dan memberikan pemahaman
kepada mereka. Selain itu, sistem penilaian pada metode Montessori juga lebih luas. Guru
lebih banyak melakukan observasi kepada peserta didik. Guru akan melihat
perkembangan anak secara keseluruhan mulai dari emosional, intelektual dan sosial.
Peran guru di sini juga sebagai fasilitator bagi peserta didik.
Selian itu dibawah ini juga merupakan kelebihan metode Montessori yaitu :
1. Pembelajaran Yang Terpusat Pada Peserta Didik (Student-Centered)
Dalam pembelajaran, anak yang menjadi fokus utama dalam pembelajaran. Peserta
didik memilih materi Montessori yang mereka suka, dan guru mengamati saat mereka
bekerja dengan materi tersebut. Guru juga tidak berdiri di depan kelas untuk memberikan
materi yang sama kepada peserta didik di kelas, melainkan ‘hanya’ berperan sebagai
pemandu bagi anak untuk memastikan mereka menguasai skill sesuai tahap
perkembangannya. Guru mengundang peserta didik untuk mengekplorasi bahan-bahan
belajar, serta membantu memilihkan aktivitas yang menghadirkan tantangan baru.

2. Melatih Kemandirian Anak


Semua peralatan di ruang Montessori dibuat seukuran anak-anak (child-size) hal ini
bertujuan agar anak-anak dapat mengerjakan semuanya sendiri dan meminimalisir
bantuan dari orang dewasa atau guru. Anak-anak juga diberikan aturan atau cara kerja
saat bekerja di ruang Montessori sehingga hal ini membantu mereka untuk melakukan
semua sendiri, misalnya setelah selesai mengerjakan peralatan, mereka harus
mengembalikan ke tempat semula. Di samping itu, ruang kelas yang sudah disiapkan
sesuai dengan kebutuhan mereka, sangat mendukung proses pembentukan kemandirian
pada diri anak-anak.

3. Melatih Berpikir Kritis


Anak yang dididik yang dididik dengan metode Montessori akan memiliki
keunggulan untuk menanamkan sifat kritis, kreatif, dan tegas dalam menyelesaikan
masalah. Sebagai contoh: setiap materi Montessori dilengkapi dengan control of error.
Jadi, anak-anak akan mengerti apakah yang dia lakukan salah atau betul melalui control
of error tersebut.

4. Ruang Belajar Yang Dipersiapkan


Dalam metode Montessori hal ini dikenal sebagai Prepared Environment. Ruang
kelas Montessori sudah dipersiapkan sedemikian rupa memfasilitasi gerak fisik dan
mengikuti kebutuhan anak. Sarana belajar di dalam kelas menyesuaikan kebutuhan anak-
anak, contoh : meja dan kursi dibuat child-size, material diletakkan pada tempat yang
dapat dijangkau anak-anak sehingga hal ini dapat membentuk kemandirian mereka.
Materi juga disusun dari yang mudah ke yang sulit. Peralatan yang dipakai adalah
peralatan yang sebenarnya, bukan mainan.

5. Belajar Bekerja Sama

Dalam pembelajaran di kelas Montessori, anak-anak juga dilatih untuk bekerja secara
tim karena materi pembelajaran yang ada dirancang juga untuk dapat kerja secara tim.
Hal ini dapat melatih komunikasi anak-anak dan problem solving saat ada masalah.

G. Tantangan Menyekolahkan Anak Metode Montessori


1. Sekolah dengan metode montessori cenderung lebih mahal karena memerlukan
banyak bahan dan alat pembelajaran serta pelatihan yang panjang untuk
pengajarnya.
2. Sekolah dengan metode ini masih terbatas di perkotaan, sehingga sulit terjangkau
oleh orang-orang di luar area tersebut.
3. Bisa terjadi kesenjangan pengetahuan antara satu bidang yang anak sukai dengan
yang tidak disukai. Ini dikhawatirkan akan memengaruhi kehidupan anak di masa
depan.
4. Mempersulit anak untuk bekerja secara berkolaborasi dalam tim dan di bawah
otoritas yang kaku, karena anak terbiasa belajar dan bereksplorasi sendiri.
5. Lingkungan dan metode pembelajaran yang bebas bisa membuat kelas lebih sulit
teratur.
6. Bagi anak-anak yang lebih menyukai rutinitas terstruktur cenderung tidak nyaman
belajar pada lingkungan kelas yang bebas seperti pada metode ini.
BAB III

(Penutup)

a. Saran
Montessori beranggapan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya untuk membantu
perkembangan anak secara menyeluruh dan bukan sekedar mengajar. Spirit atau nilai-nilai
dasar kemanusiaan itu berkembang melalui interaksi antara anak dengan lingkungannya.

Orangtua dapat mendidik anak-anaknya menggunakan metode-metode apa saja yang


penting metode tersebut dapat mengajarkan hal-hal baik dan juga baik untuk motorik serta
perkembangan jasmani dan rohani anak, seperti halnya metode Montessori ini selain baik
untuk perkembangan jasmani dan rohani anak juga baik untuk kepribadian anak yang
dapat mengajarkan anak untuk mandiri.

b. Kritik

Metode montessori dapat di didik pada anak, namun alangkah baiknya jika bagian –
bagian metode lain juga dapat di kombinasikan pada metode montessori ini.
Daftar Pustaka

(Pustaka Internet)

https://id.theasianparent.com/metode-montessori-paud

http://esensi.co.id/2016/05/25/sekilas-metode-
montessori/#:~:text=Dr.%20Montessori%20juga%20membagi%20tahap,usia%2018%2D24%
20tahun

https://hellosehat.com/parenting/anak-1-sampai-5-tahun/perkembangan-balita/metode-
pendidikan-montessori/

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini

https://globalprestasi.sch.id/gpsblog/kelebihan-metode-montessori-yang-wajib-orangtua-
tahu/

Anda mungkin juga menyukai