Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENERAPAN METODE MONTESSORI TERHADAP KEMAMPUAN

MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI


Dede Firgi Alamsyah
Program Studi Pendidikan Non Formal
E-mail : 2221180094@untirta.ac.id

Abstrak

Kajian litertur ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penerapan metode Montessori
terhadap kemampuan motoric kasar pada anak usia dini. Dalam kajian literatur ini mencari
dan meneelah artikel – artikel penelitian terkait yang dipublikasian dalam basis data online,
jurnal dan buku. Hasil kajian literatu menujukan bahwa metode Montessori secara efektif
dapat meningkatkan kemampuan motoric kasar pada anak usia dini. Metode Montessori
dikaitkan dengan kemampuan anak untuk mengembangkan keterampilan motoric kasar
melalui kegiatan yang menyenangkan dan interaktif, seperti berlari, melompat, menari,
memanjat dan bentuk lainya. beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas metode
Montessori meliputi kualitas instruki dan pelatihan, durasi pelatihan dan lingkungan belajar
yang mendukung. Dalam kesimpulanya kajian literatur ini menunjukan bahwa metode
Montessori dapat menjadi alternative yang efektif dalam meningkatkan kemampuan motoric
kasar pada anak usia dini.

Kata kunci : Metode Montessori, Motorik Kasar

Abstract

This literature review aims to study the effect of applying the Montessori method to gross
motor skills in early childhood. In this literature review, search for and examine related
research articles published in online databases, journals and books. The results of a literature
review show that the Montessori method can effectively improve gross motor skills in early
childhood. The Montessori method is associated with a child's ability to develop gross motor
skills through fun and interactive activities, such as running, jumping, dancing, climbing, and
other forms. several factors that influence the effectiveness of the Montessori method include
the quality of teaching and training, duration of training and a supportive learning
environment. In conclusion, this literature review shows that the Montessori method can be
an effective alternative in improving gross motor skills in early childhood.

Keywords : Montessori Method, Fine Motor Skills


Pendahuluan memahami maknanya (M. Fadlillah & Lilif, 2013:
69). Namun, sebagai orang tua, kita harus pandai
Menurut keyakinan tertentu, anak dianggap dalam menanamkan nilai-nilai positif pada anak
sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tanpa memberikan tekanan yang berlebihan.
diberikan kepada orang tua untuk dipelihara, Meskipun hal ini bisa menjadi sulit, namun tetap
dijaga, dan dibesarkan dengan baik. Anak dianggap merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Ada
sebagai harta yang sangat berharga bagi orang tua lima konsep dalam metode pendidikan Montessori,
karena akan berpengaruh pada kehidupan mereka yaitu konsep kebebasan, konsep pembelajaran
di masa depan. Selain itu, anak juga merupakan sesuai tahap perkembangan, konsep mencintai alam
individu yang sedang mengalami perkembangan dan makhluk hidup, konsep mencintai keindahan
pesat. Menurut Hurlock pada tahun 1987, masa dan kebersihan, dan konsep proses pembelajaran
kanak-kanak dimulai dari usia 0-6 tahun dan masa keterampilan hidup (Aprilian, 2016).
ini dianggap sangat penting. Pada masa ini, anak
mampu menyerap informasi dan rangsangan Karakter kemandirian merupakan aspek penting
lingkungan di sekitarnya dengan sangat cepat. yang harus dibawa oleh setiap individu. Indikator-
Masa ini ditandai dengan kepekaan yang tinggi, indikator tersebut tidak dapat diperoleh dalam
kemampuan peniruan, dan eksplorasi lingkungan. waktu singkat. Ini merupakan fondasi kuat yang
Metode Montessori menitikberatkan pada
perlu dibangun dan dirangsang sejak dini untuk
pendekatan pembelajaran yang memberikan
membentuk kemandirian. Kemandirian itu sendiri
kebebasan kepada anak-anak, seperti kebebasan
dalam memilih aktivitas dan bermain, agar mereka adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak
dapat berkembang sesuai dengan kecepatan dan tergantung pada orang lain untuk mengambil
tempo mereka sendiri. Selain itu, metode ini juga keputusan dan terdapat sikap percaya. (Chaplin,
mendorong anak-anak untuk menjadi lebih kreatif 2006). Asal-usul kata karakter berasal dari bahasa
dan mandiri. Lebih jauh lagi, metode Montessori Yunani, yaitu karasso, yang berarti cetak biru,
mengakui pentingnya pengembangan keterampilan sidik, atau format dasar. Artinya, karakter diartikan
hidup dalam proses pembelajaran, sehingga tidak sebagai sesuatu yang tidak dapat dikendalikan oleh
hanya memprioritaskan kecerdasan kognitif, tetapi manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
juga kecerdasan dalam bidang-bidang lain yang karakter diartikan sebagai watak, tabiat,
terkait dengan keterampilan hidup. pembawaan, dan kebiasaan. Pendidikan karakter
Menurut Perceival dan Ellington seperti yang pada usia dini harus disesuaikan dengan
dikutip oleh Siregar (2010: 75), terdapat dua perkembangan moral anak. Menurut Piaget
pendekatan pembelajaran yaitu yang berfokus pada (Desmita, 2013: 150), perkembangan moral dapat
guru (teacher oriented) dan yang berfokus pada digambarkan melalui aturan permainan. Oleh
siswa (student oriented). Metode Montessori karena itu, hakikat moralitas adalah kecenderungan
mengadopsi pendekatan yang berorientasi pada untuk menerima dan mematuhi sistem peraturan.
siswa atau student center approach, di mana anak Di sisi lain, Kohlberg (Power, Higgins, &
menjadi pusat dari proses pembelajaran. Dalam Kohlberg, 1989, dalam Slamet Suyanto, 2012: 3)
metode ini, tugas guru hanya sebagai pengamat saat menyatakan bahwa perkembangan moral terdiri
anak-anak memilih dan menggunakan Montessori dari tiga tahap, yaitu (1) Pra-konvensional, di mana
Apparatus, yaitu alat-alat yang didesain untuk anak mengenal moralitas berdasarkan dampak yang
membantu anak memahami konsep dengan ditimbulkan oleh suatu perbuatan, (2)
menggunakan benda konkret. Pendekatan student Konvensional, di mana anak menilai suatu
centered approach menjadi bentuk utama dalam perbuatan baik apabila sesuai dengan harapan
Metode Montessori karena memperhatikan otoritas atau kelompok sebaya, dan (3) Pasca-
kepentingan bakat dan minat anak serta konvensional, di mana aturan masyarakat tidak
mengadaptasi pembelajaran sesuai dengan tahapan dilihat sebagai tujuan akhir, tetapi tetap dianggap
usia anak. Selain itu, metode ini menekankan penting.
pentingnya pengajaran kasih sayang dan kerja sama Menurut Suyadi (2014: 25), lembaga PAUD
kepada anak. Dalam pendekatan ini, anak lebih diselenggarakan untuk menyesuaikan tahap
aktif dan merasa dihargai sehingga dapat memiliki perkembangan anak dengan menitikberatkan pada
citra diri yang positif. Piaget berpendapat bahwa bimbingan ke arah pertumbuhan dan
pada awalnya, pengenalan nilai dan pola tindakan perkembangan, baik koordinasi motorik halus,
pada anak bersifat kompulsif karena mereka belum motorik kasar, kecerdasar emosi, kecerdasan
jamak, maupun kecerdasaan spiritual sesuai dengan Dekdikbud (1998) menjelaskan bahwa dalam
dengan cirri khas dan pertumbuhan anak usia dini. proses belajar dan pelatihan motorik atau gerak
Beberapa kegiatan yang ada di lembaga PAUD tubuh dipengaruhi oleh faktor internal dan
berisi kemampuan dasar yang meliputi kemampuan eksternal. Faktor internal muncul dari dalam diri
kognitif, moral, seni, spiritual, bahasa, seni, sosial anak itu sendiri, seperti tipe tubuh, motivasi, atau
dan motorik. Aspek motorik menjadi salah satu hal lain yang membedakan individu tersebut
tolok ukur capaian perkembangan keterampilan dan dengan yang lainnya. Kondisi eksternal mencakup
ketangkasan anak. Oleh sebab itu, untuk menggali faktor-faktor dari luar yang memicu perkembangan
kemampuan motorik anak menjadi bagian sangat gerak seseorang, seperti kondisi lingkungan,
penting dan diperhatikan oleh lembaga PAUD. metode pelatihan, bahkan lingkungan sosial budaya
yang lebih luas. Oleh sebab itu, melatih gerak
Lembaga PAUD menyediakan kesempatan bagi motorik haruslah memperhatikan faktor internal
anak usia dini untuk meningkatkan kemampuan dan eksternal individu tersebut agar hasil optimal
motorik mereka melalui bermain. Menurut Brewer Di lembaga PAUD, guru-guru telah melaksanakan
(2007), anak prasekolah lebih banyak banyak kegiatan untuk mengembangkan
menghabiskan waktu bermain dengan cara kemampuan motorik anak, baik itu motorik halus
mengeksplorasi atau berlatih. Oleh karena itu, masa maupun kasar. Kegiatan pengembangan
prasekolah merupakan periode penting bagi anak kemampuan motorik halus biasanya dilakukan di
untuk mengembangkan kemampuan motoriknya dalam kelas karena gerakan yang dilakukan oleh
dengan menggunakan permainan sebagai alat yang anak lebih banyak berkaitan dengan gerakan
efektif. Perkembangan motorik adalah proses tangan. Sementara itu, pembelajaran motorik kasar
seorang anak belajar untuk terampil menggerakan membutuhkan kehati-hatian agar anak tidak
anggota tubuh (Sujiono 2014: 10). Dalam upaya mengalami cedera. Oleh karena itu, guru perlu
mengembangan kemampuan motorik, anak-anak berinovasi untuk membuat anak tertarik dan
bisa belajar dari guru tentang bagaimana mereka semangat melakukan kegiatan yang telah
mengenal beberapa gerakan yang dapat dilakukan direncanakan dalam pengembangan kemampuan
untuk melatih ketangkasan, kekuatan, kecepatan, motorik kasar. Salah satu cara yang dilakukan
kelenturan serta ketepaatan koordinasi tangan dan adalah dengan melakukan pembelajaran di luar
mata. Guru bisa mengajarkan kepada anak-anak ruangan sehingga anak bisa bergerak lebih bebas.
mengenai perkembangan kemampuan motorik yang
meliputi kemampuan motorik halus dan Kajian Literatur dan Pembahasan
kemampuan motorik kasar.
Model pembelajaran Montessori memberikan
Gerakan motorik kasar contohnya berjalan, kebebasan kepada anak untuk berpikir, berkreasi,
berlari, memanjat, menendang, melompat, dan dan berproduksi. Hal ini dikarenakan masa sensitif
jungkir balik serta berdiri dengan satu kaki. Sujiono anak tidak dapat diketahui secara pasti
(2014: 4) menjelaskan bahwa melatih gerakan kemunculannya. Kebebasan ini dirancang untuk
motorik kasar bisa dilakukan, misalnya melatih memungkinkan anak-anak untuk secara bebas
anak berdiri di atas satu kaki. Melalui latihan ini, menyadari potensi mereka. Model pembelajaran
anak akan berlatih keseimbangan dan jika anak Montessori menitikberatkan pada perkembangan
sudah mampu untuk berdiri di atas satu kaki maka aspek motorik, sensorik, dan bahasa. Fokusnya
kemampuan motorik kasar yang lainnya akan lebih adalah pada mengambangnya indra. Model
dikuasai anak dengan baik. Misalnya, seperti pembelajaran Montessori memberikan kebebasan
berlari, jika anak belum mampu berdiri di atas satu kepada anak untuk bergerak, menyentuh,
kaki maka kemampuan berlari akan terpengaruh memanipulasi, dan bereksplorasi dengan bebas. Hal
karena berarti anak tersebut masih belum dapat ini mempertajam kreativitas pada anak usia dini.
mengontrol keseimbangan tubuhnya. Dalam upaya Kreativitas itu sendiri adalah kemampuan
meningkatkan motivasi anak untuk melakukan seseorang untuk berkreasi, yang ditandai dengan
gerak motorik perlu cara belajar yang orisinalitas dalam ekspresi imajinatif (Webster,
menyenangkan. Salah satu cara bisa dilakukan oleh 2007. Dalam pandangan Maria Montessori, tujuan
guru melalui permainan. Seperti pada penelitian alami anak adalah “Aku bisa melakukannya
yang telah dilakukan oleh Vernadakis (2015) yang sendiri”. Sebagai tambahan, sang anak juga
menyimpulkan bahwa bermain merupakan dasar memiliki cetak biru bawaan perkembangan mereka
perkembangan kemampuan dasar motorik anak. sendiri, yang terbuka secara alami apabila
Oleh sebab itu, melalui permainan tradisional juga mendapatkan lingkungan yang sesuai dan
akan dapat meningkatkan motorik anak.
kebebasan bertindak akan dapat mengoptimalkan menyempurnakan tugas. Pada fase ini , sangat
perkembangan anak. signifikan bagi perkembangan dan pendidikan
berikutnya. Simpanan keterampilan dan dunia yang
Kebebasan diperlukan bertujuan agar anak bisa telah dikontruksi membentuk fondasi bagi
memilih apa yang paling berguna dan paling
pembelajaran berikutnya Periode otak menyerap
menarik dalam berbagai hal dari semua materi dan
tidak hanya krusial bagi perkembangan motorik,
pengalaman yang ditawarkan. Konsekuensi dari
kebebasan tersebut, orang dewasa atau guru keterampilan dan kognitifnya tetapi juga bagi
mengamati minat dan kegiatan anak, memperoleh pembentukan pola – pola sosialisasi dan akulturasi.
wawasan dalam kepribadian dan perkembangan Montessori meyakini bahwa anak –anak selama
anak, dan menyesuaikan atau memodifikasi awal masa kanak - kanak, menyerap pola - pola
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan anak. bahasa dan kebudayaan yang khas dari kelompok
Menurut Montessori, disiplin sejati hanya bisa kebudayaan mereka.
dimulai dalam atmosfer kebebasan. Saat seorang
anak melakukan tugas untuk memuaskan Keterampilan motorik kasar merupakan
kebutuhan akan keingintahuannya, maka perhatian keterampilan yang melibatkan otot besar dalam
dipusatkan pada tugas yang sedang dilakukan setiap kegiatan. Pengendalian otot tangan, bahu,
dengan cara memperpanjang fokus, menyesuaikan dan pergelangan tangan meningkat dengan cepat
“kemauan” pada satu tujuan atau benda, dan hal itu selama masa kanak-kanak. Usia 12 tahun dapat
dapat memunculkan pertumbuhan disiplin diri. mencapai tingkat kesempurnaan seperti orang
Kualitas kebebasan dalam sebuah kelas Montessori dewasa. Sebaliknya pengendalian otot jari yang
tergantung pada perkembangan fokus dan disiplin baik berkembang lebih lambat. Hal ini seperti
diri ini. Menurut Montessori, salah satu dari hal ini kecepatan menulis atau memainkan instrumen alat
secara logis tidak bisa terjadi tanpa hal yang lain.
musik secara normal baru dicapai setelah anak
Metode montesori berdasarkan pada prinsipnya
berusia 12 tahun atau lebih. Anak usia 10 bulan
bahwa pendidikan seorang anak harus muncul dan
sudah mencoba untuk memgang dot, gelas, atau
bertepatan dengan tahap-tahap perkembanan anak
sendok yang digunakan ibunya untuk menyuapi
itu sendiri. Karakteristik dari metode ini adalah
makanan. Pada awalnya, anak menggunakan kedua
menekankan pada aktivitas yang dimunculkan oleh
tangannya secara bersamaan, dengan berlatih secar
diri anak dan menekankan pada penyesuaian
perlahan dan diulang-ulang, anak dapat
lingkungan belajar anak pada tahap
memegangnya dengan satu tangan. Pada mulanya
perkembangannya. Menurut montessori (2013:79)
ketika makan, banyak makanan yang berjatuhan,
Montessori mengidentifikasi tiga periode
kemudian karena seringnya dilakukan maka semua
perkembangan utama pada anak. Periode dari otak
makanan dapat masuk ke mulut anak. Usia 6 tahun
menyerap dibagi menjadi dua fase ,yaitu fase awal
sebagina besar anak sudah mampu menguasai
dari usia satu hingga tiga tahun, ketika otak sang
semua tugas yang digunakan dalam keterampilan
anak berfungsi secara tak sadar dan pembelajaran
makan sendiri.
dihasilkan dari interaksi dengan respon terhadap
rangsangan lingkungan. Selama periode penting Anak usia 2 tahun sudah dapat menggulirkan
ini, anakanak mulai membangun kepribadian dan bola dan mencoba untuk melemparkannya.
kecerdasan mereka sendiri melalui aktivitas – Keterampilan menangkap bola lebih sulit
aktivitas mereka dalam mengeksplorasi lingkungan dibandingkan melempar bola sehingga berkembang
dan kesan- kesan yang mereka rasakan sekama lebih belakangan. Pada waktu dilempar ke arah
aktivitas –aktivitas tersebut. Anak – anak mulai anak, mulany anak menangkap bola dengan seluruh
memperoleh bahasa dan kebudayaan dari tubuhnya baru pada usia selanjutnya menggunakan
lingkungan dimana mereka dilahirkan. Selama fase tangan lalu telapak tangannya. Keterampilan
berikutnya, dari usia tiga tahun hingga enam tahun, motorik membantu anak untuk hidup mandiri dan
sang anak menjadi semakin sadar dan terarah memperoleh penerimaan sebaya.Karena
dalam aktivitas –aktivitas mereka dan dalam keterampilan motorik tidak dapat dipelajari
mengekplorasi lingkungan. serempak, maka ketika berlatih anak akan
memusatkan perhatiannya pada satu
Selama fase kedua dari otak penyerap, dari usia
keterampilan.Sebagai contoh apabila anak sangat
tiga hingga enam tahun, sang anak butuh
ingin mandiri ketika memakai sepatu karena
menemukan tugas –tugas atau kegiatan – kegiatan
melihat semua temanteman di sekolah mempeorleh
yang merangsang ketertarikannya dan butuh untuk
pujian dari bu guru.
belajar bagaimana melaksanakan tugas –tugas
dengan benar. Aspek penyempurnaan datang dari Perkembangan motorik kasar seorang anak pada
hasrat dan kebutuhan untuk melaksanakan dan usia 3 tahun adalah melakukan gerakan sederhana
seperti berjingkrak, melompat, berlari ke sana ke untuk melakukan gerakan mendorong. Pemberian
mari dan ini menunjukkan kebanggaan dan prestasi stimulasi pada usia dini antara lain adalah melatih
(Rahman, 2009). Sedangkan usia 4 tahun, si anak koordinasi anggota tubuh bayi, keseim-bangan,
tetap melakukan gerakan yang sama, tetapi sudah kekuatan otot lengan dan tungkai, visual dan
berani mengambil resiko seperti jika si anak dapat spasial bayi, proprioseptik, koordinasi,
naik tangga dengan satu kaki lalu dapat turun keseimbangan, kekuatan otot perut, punggung dan
dengan cara yang sama dan memperhatikan waktu tungkai, serta visual dan spasial bayi. Dengan
pada setiap langkah. Lalu, pada usia 5 tahun si anak demikian, tujuan gerak stimulasi antara lain agar
lebih percaya diri dengan mencoba untuk berlomba bayi mampu mengkoordi-nasikan anggota
dengan teman sebayanya atau orang tuanya. tubuhnya untuk mengangkat benda yang memiliki
Sebagian ahli menilai bahwa usia 3 tahun adalah berat (bobot) dan mengangkat tubuhnya dan berdiri
usia bagi anak dengan tingkat aktivitas tertinggi secara seimbang sendiri atau berpegangan (Puspita,
dari seluruh masa hidup manusia. Sebab tingkat 2019)
aktivitas yang tinggi dan perkembangan otot besar
mereka (lengan dan kaki) maka anak-anak pra Ada empat macam bentuk pengaruh metode
sekolah perlu olah raga seharí-hari. monttesori terhadap kemampuan motorik kasar

1. Excercises of Practical Life (Kehidupan


Pengaruh Montessori Terhadap
sehari-hari) Kegiatan kehidupan praktis mendorong
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia anak untuk mengikuti kegiatan sesuai dengan latar
Dini belakang yang dilakukannya di rumah. Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan, sekolah memiliki
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh
kegiatan khusus untuk anak belajar melakukan
kembang kemampuan gerak seorang anak (Romlah,
aktifitas di kehidupan sehari-hari. Kegiatan tersebut
2017). Pada dasarnya perkembangan ini
dilakukan di satu ruang bernama partical life room
berkembang sejalan dengan kematangan saraf, otot
yang sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana
anak ataupun kemampuan kognitifnya. Sehingga,
serta media pembelajaran yang dapat
setiap gerakan sesederhana apapun adalah
mengembangkan kemampuan anak dalam
merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari
mengaplikasikan partical life-nya. Kegiatan
berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang
tersebut meliputi: membuat adonan kue, mencetak
dikontrol oleh otak. Keterampilan motorik anak
kue dengan menggunakan media bermain
dapat ditingkatkan melalui permainan bowling
playdough, mengayak tepung terigu dan kacang
tiruan, selain itu pembelajaran tari gantar
hijau, menuangkan air dari teko bening ke gelas
menggunakan konsep Developmentally
dengan tepat, menjemur baju dengan miniatur baju
Appropriate Practice (DAP) juga dapat
yang telah disediakan, dan lain-lain. Semua alat
meningkatkan motorik kasar anak usia dini.
dan media sudah disediakan di ruangan partical
Latihan terhadap motorik kasar dan motorik halus
life. Anak bebas memilih kegiatan apa yang ingin
perlu dilakukan guna meningkatkan kemampuan
mereka perankan. Disamping itu, guru mengamati
dalam melakukan dan mengendalikan gerakan
anak dalam proses kegiatan serta memberikan
tubuh dan anggotanya secara efektif, yang
catatan pada setiap anak sebagai laporan kegiatan
mencakup kegiatan untuk melatih koordinasi mata
hariannya. Pembelajaran di area ini mengasah
dan tangan, melatih konsentrasi, koordinasi indra
kemandirian anak dalam menjalani kehidupan
dan anggota tubuh, melatih kepercayaandiri,
sehari-hari. Anak diajak untuk terlibat dalam
keseimbangan tubuh, keberanian, kelenturan, dan
pekerjaan yang sangat dekat dengan aktifitasnya di
kekuatan otot, serta melatih kesiapan untuk
rumah.
menulis.
2. Sensorial (Penginderaan) Materi
Untuk melatih mengendalikan kontraksi otot-
penginderaan yang dimaksud Montessori yaitu
otot lengan dan tungkai, merangsang fungsi ves-
serangkaian latihan yang berurutan,
tibular (keseimbangan) mencapai keseimbangan
menyenangkan, dan rancangannya terlihat
untuk menyiapkan anak agar memiliki kendali
sederhana sehingga ketika diberikan kepada anak,
gerak (tidak hiperaktif), mampu bergerak dengan
anak merasa mampu. Semua kegiatan ini bertujuan
posisi tubuh tidak menempel landasan, memiliki
untuk menyaring dan mempertajam semua indera
rangkaian gerak atau koordinasi lengan tungkai
serta menciptakan dasar penginderaan bagi
homolateral hingga kontralateral, menguatkan otot
perkembangan kecerdasan selanjutnya. Setiap
lengan, tungkai, perut dan punggung dan
rangkain kegiatan dimulai dari hal yang sederhana
merangsang kemampuan kontraksi otot tungkai
hingga rumit. Berdasarkan hasil observasi selama
proses kegiatan berlangsung, setiap rangkaian Selain itu, melatih kepekaan seni anak dengan
kegiatan dilakukan secara berurutan oleh anak. beraltih seni tari dan drama. Berdasarkan hasil
Guru mengkondisikan terlebih dahulu kegiatan dan observasi yang dilakukan, sekolah tidak memiliki
tema apa yang akan anak lakukan pada hari itu. satu ruangan khusus untuk mengeksplor
Terlihat secara ekspresi bahwa anak merasa senang kemampuan artistik anak. Namun hal ini tidak
selama mengikuti kegiatan. Guru terlebih dahulu menyurutkan kemampuan artistik anak. Kegiatan
mempraktikan bagaimana cara menggunakan menggambar diterapkan di area tertentu dan
media bermain untuk anak dengan gerakan gerakan disesuaikan dengan tema. Contoh kegiatan artistik
yang memudahkan anak. Gerakan tersebut mampu anak yang dilakukan di ruang area culture. Anak
menstimulus anak dalam mengaktifkan bebas mengeksplorasi artistiknya dengan tema
penginderaannya. Satu contoh yang dilakukan anak tertentu berdasarkan area ini. Materi Musikal
di area math: Guru memeragakan bagaimana diberikan juga pada kelas Montessori karena
menggunakan media bermain dengan balok kemapuan musikal anak secara alamiah sudah ada
timbangan yang terbuat dari kayu. Guru terlebih sejak merak lahir. Beberapa kegiatan yang dapat
dahulu memasukkan jarinya ke dalam lubang melatih kemampuan musiak anak misalnya
timbangan untuk memperkirakan ukuran lubang bermain lonceng Montesori untuk membedakan
tersebut, setelah itu guru menunjukkan ekspresi tinggi nada. Namun sekolah tidak memiliki satu
sedang mencari anak timbangan yang pas dengan ruangan khusus untuk mengeksplor kemampuan
ukuran lubang yang telah diperkirakan sebelumnya musik anak. Namun hal ini tidak menyurutkan
melalui jari, kemudian anak timbangan tersebut kemampuan anak dalam kecerdasan musik.
dimasukkan ke dalam lubang timbangan yang Kegiatan musik diterapkan pada saat classical/
sesuai dengan ukurannya. Begitu seterusnya, setiap morning circle. Sebelum anak masuk ke dalam
lubang memiliki ukuran yang berbeda dari kecil ruangan kelompok areanya masing-masing, anak
hingga besar. Guru tidak menjelaskan dengan melakukan kegiatan bersama/ classical di ruangan
suara, melainkan hanya dengan gerakan dan besar bersama seluruh guru di sekolah. Kegiatan
ekspresi saja. Anak benar-benar memperhatikan circle morning ini diisi dengan greeting dan
dengan seksama, sehingga hal tersebut terlihat jelas biasanya anak bernyanyi, menari, bertepuk, senam
bahwa anak sedang mengaktifkan pagi, ataupun kegiatan music and movement
penginderaannya. Aspek kognitif anak juga lainnya. Hal ini bertujuan untuk pemanasan anak
terstimulus dikarenakan anak berfikir dalam sebelum masuk ke dalam pokok inti dari kegiatan
memahami apa yang guru peragakan. Ternyata, montessori berdasarkan kelompoknya sesuai area
setelah anak mencoba material timbangan kayu yang ditentukan.
tersebut, anak benar-benar mengikuti gerakan yang
dilakukan guru tersebut. Dari cara meraba, Montessori menganggap kebutuhan manusia
menyentuh, memegang anak timbangan, dan sebagai sesuatu yang universal termasuk di
gerakan lainnya. Penginderaan anak terstimulus dalamnya melibatkan unsur budaya. Dalam kelas
baik itu indera perasa dan indera penglihatan, selain Montessori, anak- nak diberikan contoh bentuk
pancaindera aspek kognitif pun menjadi terasah daratan misalnya sebuah pulau dikelilingi air,
melalui media bermain tersebut. sebuah danau untuk diisi dengan air dan puzzle
peta benua dan daerah lain di bumi. Kemudian
3. Language (Bahasa) Berdasarkan hasil dikaitkan dengan fenomena sains yang bertujuan
penerapan kelas terdapat kesesuaian dengan konsep untuk menstimulasi rasa ingin tahu anak.
Montessori. Ragam kegiatan dirancang untuk Keberhasilan metode Montessori tergantung pada
menstimulasi anak dari aspek bahasa diantaranya dua hal penting, yaitu lingkungan yang siap dan
bermain flash card, mencocokkan huruf dengan orang dewasa yang siap. Orang dewasa saat ini
bentuk, bermain tebak tebak kata dan menyusun perlu memahami kebutuhan anak dan berperan
kata tersebut menggunakan huruf-huruf dan aktif dalam menghubungkan anak dengan
sebagainya. lingkungannya. Lingkungan harus disiapkan
dengan hati-hati dan didasarkan pada kebutuhan
4. Culture (Budaya, Alam Semesta, Seni, anak yang terus berubah.
Sejarah, Binatang, Tumbuhan, Geografi, Sains,
Musik) Pada materi artistik lebih menakankan pada Kesimpulan
seni gambar, tari, dan drama. Dalam hal ini metode
Montessori memberikan ruang eksplorasi bagi anak Metode Montessori berpengaruh positif
untuk berkarya seni dengan berbagai media misal terhadap kemampuan motorik kasar anak usia dini.
dengan cat, crayon, bubur kertas, dan sebagianya. Perkembangan keterampilan motorik merupakan
proses pertumbuhan dan perkembangan
kemampuan gerak anak yang dipengaruhi oleh anak terlebih dahulu agar anak dapat memahami
kematangan saraf, otot, dan kemampuan kognitif dan berkonsentrasi pada kegiatan yang dilakukan.
anak. Oleh karena itu, setiap gerakan, betapapun
sederhananya, merupakan hasil dari pola interaksi 3. Language (Bahasa) Berdasarkan hasil
yang kompleks antara berbagai bagian dan sistem penerapan kelas terdapat kesesuaian dengan konsep
dalam tubuh yang dikendalikan oleh otak. Montessori. Ragam kegiatan dirancang untuk
Keterampilan motorik kasar dapat ditingkatkan menstimulasi anak dari aspek bahasa diantaranya
melalui kegiatan seperti bowling imitasi dan menari bermain flash card, mencocokkan huruf dengan
menggunakan konsep Developmentally bentuk, bermain tebak tebak kata dan menyusun
Appropriate Practice (DAP). Latihan motorik kasar kata tersebut menggunakan huruf-huruf dan
dan halus diperlukan untuk meningkatkan sebagainya.
kemampuan melakukan dan mengendalikan gerak 4. Culture (Budaya, Alam Semesta, Seni,
tubuh dan anggotanya secara efektif, meliputi Sejarah, Binatang, Tumbuhan, Geografi, Sains,
kegiatan melatih koordinasi mata tangan, Musik) Pada materi artistik lebih menakankan pada
konsentrasi, koordinasi sensorik dan bagian tubuh, seni gambar, tari, dan drama. Dalam hal ini metode
percaya diri, keseimbangan tubuh, keberanian , Montessori memberikan ruang eksplorasi bagi anak
kelentukan, dan kekuatan otot, serta persiapan untuk berkarya seni dengan berbagai media misal
menulis. Metode Montessori memiliki empat jenis
dengan cat, crayon, bubur kertas, dan sebagianya.
pengaruh terhadap keterampilan motorik kasar:
Selain itu kegiatan artistik, musikal, dan budaya
1. Latihan Kehidupan Praktis (Kehidupan sangat penting dalam pendidikan Montessori dan
Sehari-hari) - Kegiatan kehidupan praktis diberikan ruang eksplorasi bagi anak untuk
mendorong anak untuk mengikuti kegiatan sesuai mengeksplorasi kreativitas mereka dengan berbagai
dengan latar belakangnya di rumah. Berdasarkan media seperti gambar, tari, dan drama. Meskipun
observasi, sekolah memiliki kegiatan khusus bagi sekolah tidak memiliki ruangan khusus untuk
anak untuk belajar hingga melakukan aktivitas kegiatan artistik dan musikal, anak tetap dilatih dan
dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam kecerdasan
dilakukan di sebuah ruangan yang disebut ruang artistik dan musikal. Selain itu, kegiatan musik juga
partical life yang dilengkapi dengan sarana dan dilakukan dalam kegiatan pagi bersama untuk
prasarana serta media pembelajaran yang dapat pemanasan anak sebelum memulai kegiatan
mengembangkan kemampuan anak dalam Montessori sesuai dengan area yang ditentukan.
mengaplikasikan partical lifenya. Kegiatannya
antara lain membuat adonan, mencetak dengan Saran
playdough, mengayak tepung dan kacang hijau,
menuangkan air dari teko bening ke dalam gelas Sebagai saran untuk penutup, dapat
secara akurat, menjemur pakaian dengan miniatur disampaikan bahwa metode Montessori memang
baju yang disediakan, dan lain-lain. Semua alat dan telah terbukti memberikan pengaruh positif
media disediakan di partal life room. Anak-anak terhadap perkembangan keterampilan motorik
bebas memilih kegiatan apa yang ingin mereka
kasar dan halus pada anak usia dini. Namun,
mainkan. Selain itu, guru mengamati anak selama
penting juga untuk diingat bahwa setiap anak
proses kegiatan dan memberikan catatan pada
setiap anak sebagai laporan kegiatan harian. memiliki keunikan dan kecepatan perkembangan
Pembelajaran di bidang ini mengembangkan yang berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan
kemandirian anak dalam kehidupan sehari-hari. penyesuaian dalam penerapan metode ini agar
Anak diajak untuk mengikuti kegiatan yang sangat sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-
dekat dengan kegiatannya di rumah. masing anak. Oleh karena itu, peran guru dan orang
tua sangat penting dalam memonitor dan
2. Sensorial - Materi sensorik yang dimaksud memfasilitasi proses perkembangan anak melalui
Montessori adalah rangkaian latihan yang metode Montessori ini. Dengan demikian,
berurutan dan menyenangkan dengan desain yang diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang
sederhana sehingga ketika diberikan kepada anak, secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan,
mereka merasa mampu. Semua kegiatan tersebut termasuk dalam keterampilan motorik, sehingga
bertujuan untuk menyaring dan mempertajam
dapat menjadi individu yang mandiri, kreatif, dan
semua panca indera serta menjadi dasar
berdaya saing tinggi di masa depan.
pengembangan indra untuk pengembangan
kecerdasan selanjutnya. Setiap rangkaian kegiatan
dimulai dari hal yang sederhana dan menjadi lebih
rumit. Berdasarkan pengamatan selama proses Daftar Pustaka
kegiatan, setiap rangkaian kegiatan dilakukan
secara berurutan oleh anak. Guru mengkondisikan
Febrianti, Eti, Retoliah Retoliah, and Hilda Sumitra, Agus. "Proses Pembelajaran Berbasis
Wati. "Penerapan Metode Montessori Dalam Metode Montessori Dalam Mengembangkan
Mengembangkan Kemampuan Motorik Anak di Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Penelitian
Paud Islam Terpadu Bina Insan Palu." Prosiding Deskriptif Di PAUD Assya’idiyah Kab. Bandung
Pendidikan dan Pembelajaran Berbasis Barat)." Empowerment: Jurnal Ilmiah Program
Multidisciplinary di Era Society 5.0 1 (2022): 105- Studi Pendidikan Luar Sekolah 3.1 (2014): 60-70.
111.
Jaya, Melinda Puspita Sari, and Syarwani
Meilizza Ayunda D. P, “Pandangan Montessori Ahmad. "Prinsip-Prinsip Montessori dalam
Dalam Perkembangan Moral Agama Anak Usia Pembelajaran Anak Usia Dini di Ra Shazia
Dini Di Taman Kanak-Kanak Alam Lampung” Palembang." DIAJAR: Jurnal Pendidikan dan
Skripsi Tidak diterbitkan, Jurusan Tarbiyah, UIN Pembelajaran 1.3 (2022): 356-370.
Raden Intan Lampung, Lampung, 2019
M. B. Purwanto, “PERAN PENDIDIK
Novita Sari, “Metode Montessori dan DALAM MENCIPTAKAN KELAS YANG
Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Agama BERKARAKTER DI SEKOLAH DASAR,” J.
Islam pada Jenjang Anak Usia Dini”, Skripsi, PGSD Musi, vol. 4, no. 2, pp. 148–162, 2021.
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri sunan
Kalijaga, 2014 khotimatus sangadah and J. Kartawidjaja,
“IMPLEMENTASI METODE MONTESSORI
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar DALAM MEMBENTUK KARAKTER
Pendidikan Anak Usia Dini Jakarta: PT. Indeks, KEMANDIRIAN PADA ANAK USIA DINI DI
2009 BRAINY BUNCH INTERNATIONAL ISLAMIC
MONTESSORI SCHOOL MALAYSIA,”
Yuliastutie, Kristiani Linda. "Pengaruh Universitas Islam Indonesia, 2020.
Pendekatan Metode Mentessori dalam Membentuk
Karakter Kemandirian pada Anak Usia Dini." Arus M. Montessori, Metode Montessori, 1st ed.
Jurnal Pendidikan 2.2 (2022): 185-195. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Wulandari, D. A., Saefuddin, S., & Muzakki, J. F. Ibda, “Perkembangan Kognitif: Teori Jean
A. (2018). Implementasi Pendekatan Metode Piaget,” Intelektualita, vol. 3, no. 1, p. 242904,
Montessori dalam M em ben t ukK ara kte r 2015.
Mandiri Anak Usia Dini. AWLADY: Jurnal
Pendidikan Anak, 4(2), 1-19. Theodora Dian Widyaningrum,
“Pengembangan Alat Peraga Montessori Materi
Nasution, R. A. (2017). Penanaman Disiplin Perkalian Untuk Siswa Kelas II SD.,” 2017.
dan Kemandirian Anak Usia Dini dalam Metode
Maria Montessori. Jurnal Raudhah, 5(2). Syefriani Darnis, “Aplikasi Montessori Dalam
Pembelajaran Membaca, Menulis Dan Berhitung
Hernawaty. (2015). Metode Tingkat Permulaan Bagi Anak Usia Dini,” J.
Montessori.Jogjakarta: Garuda Mas Sejahtera Caksana - Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 1, no. 1,
pp. 1–10, 2018.
Sumitra, Agus. "Proses Pembelajaran Berbasis
Metode Montessori Dalam Mengembangkan D. A. Wulandari, Saifuddin, and J. A. Muzakki,
Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Penelitian “Implementasi Pendekatan Metode Montessori
Deskriptif Di PAUD Assya’idiyah Kab. Bandung Dalam,” J. Pendidik. Anak, vol. Vol. 4, no. 2, pp.
Barat)." Empowerment: Jurnal Ilmiah Program 1–19, 2018, [Online]. Available:
Studi Pendidikan Luar Sekolah 3.1 (2014): 60-70. www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/awlady
Email
David Gettman. 2016. Metode Pengajaran
Montessori Tingkat Dasar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai