Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANESTASYA AMANDA BR SITEPU

KELAS : A PGSD 2023

NIM : 1232411010

1. Jelaskan
mengapa saudara harus diberi pembelajaran Keterampilan Konsep Dasar PAUD ?

JAWABAN : Karena pemahaman mengenai konsep dasar PAUD sangat penting untuk di
pelajari, karena merupakan hal mendasar untuk dapat menyelenggarakan PAUD yang
diharapkan akan melejidkan potensi potensi anak didiknya, sehingga perlu disusun bahan ajar
konsep dasar PAUD sebagai salah satu mata kuliah yang harus dipelajari.

2. Analisislah dengan meninjau dari beberapa


aspek, mengapa aapendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilakukan ?

JAWABAN : PAUD memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini,
sebagai persiapan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya dan
lingkungan sekolahnya kelak.

1.PAUD memiliki metode yang sangat baik dalam melatih kemampuan motorik atau fisik Si Kecil.
Perkembangan fisik anak, seperti motorik kasar dan halus, umumnya akan terlatih dengan sangat
baik pada usia ini.

2. Anak akan diajarkan tentang bagaimana hidup dalam lingkungannya, menghadapi masalah,
dan menemukan solusinya.

3. Anak akan diajarkan cara berinteraksi dengan orang lain dengan baik. Sehingga, kemampuan
sosialnya pun bertambah.

4.Melalui belajar dan bermain di PAUD, Si Kecil dapat belajar berkomunikasi dengan orang lain
dan belajar tentang bagaimana mengekspresikan imajinasi, emosi, dan pemikirannya melalui
tutur bahasa yang baik.
3. Jelaskan
makna Landasan Filosofis, Psikologis, dan Sosiologis dengan memberikan contoh
dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini!

JAWABAN : Landasan Filosofis:


Landasan filosofis mencakup nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar dalam pendidikan
anak usia dini. Ini mencakup pandangan tentang tujuan pendidikan dan prinsip-prinsip moral.
Contoh: Pendidikan anak usia dini sering didasarkan pada filosofi humanisme, yang menekankan
pengembangan penuh potensi anak sebagai individu. Prinsip ini mengarah pada pendekatan yang
menghormati keunikan dan martabat setiap anak dalam proses pembelajaran.

Landasan Psikologis:
Landasan psikologis mengacu pada pemahaman tentang perkembangan anak, proses belajar, dan
karakteristik psikologis anak usia dini.
Contoh: Teori perkembangan Jean Piaget mengatakan bahwa anak usia dini mengalami tahap
perkembangan kognitif yang berbeda. Dalam pendidikan anak usia dini, pengajar harus
memahami tahap-tahap ini untuk merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan
anak. Misalnya, dalam usia 3-6 tahun, anak umumnya sedang dalam tahap operasi pra-
operasional di mana mereka memahami dunia melalui simbol-simbol dan imajinasi. Oleh karena
itu, pengajaran harus memanfaatkan permainan dan aktivitas kreatif untuk mendukung
perkembangan mereka.

Landasan Sosiologis:
Landasan sosiologis melibatkan pemahaman tentang peran keluarga, masyarakat, dan budaya
dalam pendidikan anak usia dini. Ini juga mencakup kolaborasi antara lembaga PAUD, keluarga,
dan komunitas.
Contoh: Dalam banyak budaya, keluarga memiliki peran sentral dalam pendidikan awal anak.
PAUD perlu bekerja sama dengan keluarga untuk memahami nilai-nilai, budaya, dan harapan
orang tua, sehingga pendidikan anak dapat disesuaikan dengan konteks sosial mereka. Kolaborasi
ini memungkinkan pendidikan yang lebih efektif dan relevan untuk anak.
Integrasi dari landasan filosofis, psikologis, dan sosiologis ini penting dalam mengembangkan
pendidikan anak usia dini yang efektif dan berkelanjutan.

4. a)
Bagaimanakah pandangan Filosof Maria Montessory, Frobel, dan K.H. Dewantara
tentang PAUD.
b)
Analisis ke tiga pandangan Filsof di atas, bagaimaakah relevansi pandangan
tersebut dengan pelaksanaan PAUD di Indonesia.

JAWABAN : A) Pandangan filosofis Maria Montessori, Friedrich Froebel, dan Ki Hajar Dewantara (K.H.
Dewantara) tentang pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki perbedaan dan kesamaan yang
mencerminkan pemahaman mereka tentang bagaimana anak-anak belajar dan berkembang. Berikut
pandangan masing-masing tokoh:
 Maria Montessori:

Montessori adalah pendidik Italia yang mengembangkan metode pendidikan Montessori yang sangat
terkenal. Pandangannya didasarkan pada keyakinan bahwa anak memiliki kemampuan bawaan untuk
belajar dan berkembang secara mandiri. Dia menekankan lingkungan yang disiapkan dengan baik, alat
permainan yang sesuai, dan panduan minimal agar anak dapat mengejar minat mereka sendiri.

 Montessori menganggap bahwa anak-anak harus dihormati sebagai individu yang aktif dalam
proses pembelajaran mereka. Dia memandang guru sebagai pengamat dan fasilitator, bukan
sebagai sumber pengetahuan yang melemparkan informasi ke anak-anak.

 Friedrich Froebel:

Froebel adalah pendidik Jerman yang dikenal sebagai bapak taman kanak-kanak. Pandangannya
terkait dengan konsep "kurikulum bermain" di mana belajar melalui bermain adalah inti dari
pendidikan anak usia dini. Dia mengembangkan konsep "gifts" dan "occupations" yang
merupakan alat pembelajaran kreatif untuk anak-anak.
 Froebel juga menekankan pentingnya pengamatan alam, seni, dan aktivitas fisik dalam
pendidikan anak. Dia memandang guru sebagai pendamping yang mendukung eksplorasi
dan pengembangan anak.
 Ki Hajar Dewantara (K.H. Dewantara):

Dewantara adalah pendidik Indonesia yang sangat penting dalam pengembangan sistem pendidikan
nasional. Pandangannya terkait dengan konsep "taman siswa" yang berfokus pada pendidikan yang lebih
bebas, inklusif, dan berorientasi pada nilai-nilai kebangsaan dan karakter.Dewantara menekankan peran
penting pendidikan dalam membentuk karakter dan kewarganegaraan yang baik. Dia memandang anak-
anak sebagai "biji unggul" yang perlu diberi kesempatan dan pemahaman tentang nilai-nilai
kemanusiaan dan kebangsaan.

Meskipun ketiganya memiliki pendekatan yang berbeda dalam pendidikan anak usia dini, pandangan
mereka semuanya mendorong perlakuan hormat dan perhatian terhadap anak-anak, serta
pengembangan potensi individu mereka melalui lingkungan dan pendekatan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak.

B) Pandangan filosofis Maria Montessori, Friedrich Froebel, dan Ki Hajar Dewantara memiliki relevansi
dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia, karena mereka menawarkan prinsip-
prinsip yang dapat membantu merancang pendidikan yang lebih efektif dan relevan untuk anak-anak
Indonesia. Berikut relevansi masing-masing pandangan dalam konteks Indonesia:
1. Maria Montessori:

- Relevansi: Pendekatan Montessori yang menekankan pada kemandirian anak dan penggunaan
lingkungan belajar yang disiapkan dengan baik sangat relevan dalam konteks PAUD di Indonesia. Dalam
sistem PAUD di Indonesia, pendekatan Montessori dapat membantu menciptakan lingkungan yang
memungkinkan anak-anak untuk belajar melalui eksplorasi dan pemahaman diri.

- Contoh: Banyak sekolah Montessori di Indonesia telah menerapkan prinsip-prinsip Montessori dalam
pembelajaran anak usia dini. Mereka menciptakan lingkungan yang mendukung kemandirian anak,
menggunakan bahan-bahan pendidikan Montessori, dan menghormati minat dan perkembangan
individual anak.

2. Friedrich Froebel:

- Relevansi: Konsep "kurikulum bermain" dan penggunaan alat permainan kreatif dalam pendidikan
anak usia dini sesuai dengan budaya bermain anak-anak di Indonesia. Ini mendukung pengembangan
kreativitas dan keterampilan sosial anak.

- Contoh: Banyak PAUD di Indonesia mengadopsi prinsip bermain dalam pembelajaran anak usia dini.
Mereka menggunakan permainan dan aktivitas kreatif untuk mengajarkan konsep-konsep dasar dan
keterampilan sosial kepada anak-anak.

3. Ki Hajar Dewantara:

- Relevansi: Konsep "taman siswa" dan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai kebangsaan dan
karakter sangat sesuai dengan upaya membangun karakter anak-anak Indonesia. Dewantara
menekankan pentingnya pendidikan dalam membentuk warga negara yang baik.

- Contoh: Sekolah taman kanak-kanak dan PAUD di Indonesia sering mengintegrasikan pendidikan
karakter dan nilai-nilai kebangsaan dalam kurikulum mereka. Mereka juga mempromosikan semangat
kebangsaan dan cinta tanah air kepada anak-anak sejak dini.

Relevansi pandangan Maria Montessori, Friedrich Froebel, dan Ki Hajar Dewantara dalam PAUD di
Indonesia terletak pada fokus pada pengembangan pribadi anak, penekanan pada kreativitas dan
bermain, serta pembentukan karakter yang baik. Menggabungkan elemen-elemen dari pandangan
mereka dalam konteks budaya dan kebutuhan anak-anak Indonesia dapat membantu menciptakan
pendidikan anak usia dini yang lebih efektif dan bermakna.

5. Jelaskan
dengan mengemukakan contoh mimal 7
Prinsip pembelajaran di PAUD.
JAWABAN : Berikut adalah tujuh prinsip pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD)
beserta contohnya:

1. Prinsip Keaktifan Anak:


- Anak-anak diajak untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Contoh: Mengizinkan anak-anak memilih aktivitas yang mereka minati dan terlibat dalam
eksplorasi di berbagai sudut permainan.

2. Prinsip Keunikan dan Perkembangan Individual:


- Menghormati perkembangan dan keunikan setiap anak.
Contoh: Mengakui bahwa setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda, dan
memberikan dukungan individual sesuai dengan kebutuhan mereka.

3. Prinsip Pembelajaran Melalui Bermain:


- Pembelajaran berlangsung melalui bermain dan aktivitas kreatif.
Contoh: Menggunakan permainan, alat permainan Montessori, atau seni kreatif untuk
mengajarkan konsep matematika atau bahasa kepada anak-anak.

4. Prinsip Penggunaan Lingkungan Belajar yang Menarik:


- Menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan sesuai dengan perkembangan anak.
Contoh: Mendesain ruang kelas PAUD dengan peralatan dan material yang menarik untuk
mengundang eksplorasi dan belajar.

5. Prinsip Kolaborasi dengan Orang Tua:


- Melibatkan orang tua dalam pendidikan anak-anak.
Contoh: Mengadakan pertemuan orang tua-guru, menginformasikan orang tua tentang
perkembangan anak, dan melibatkan mereka dalam aktivitas sekolah.

6. Prinsip Berorientasi pada Nilai-Nilai dan Karakter:


- Mengintegrasikan pembelajaran nilai-nilai dan karakter dalam kurikulum.
Contoh: Mengajar anak-anak tentang nilai-nilai seperti kerjasama, kejujuran, dan empati
melalui cerita-cerita atau permainan yang relevan.

7. Prinsip Pembelajaran Seumur Hidup:


- Mendorong semangat pembelajaran yang berkelanjutan sepanjang hidup.
Contoh: Mengajarkan anak-anak keterampilan dasar seperti keterampilan berbicara,
berkomunikasi, dan pemecahan masalah yang akan berguna sepanjang hidup mereka.

Prinsip-prinsip ini mewakili dasar-dasar yang penting dalam pendidikan anak usia dini, yang
bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan fisik,
kognitif, emosional, dan sosial anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai