Anda di halaman 1dari 27

MODEL PEMBELAJARAN KREATIF

Siti Nuraeni, M.Pd


Kepala Sekolah TK Global Islamic Labschool

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi guru, diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang baik. Seorang guru,

dihadapkan pada manusia yang memiliki kemampuan luar biasa. Seperti yang pernah diungkap

oleh Dodge, et al. (2002: 9), berdasarkan teori multiple intelligences yang disampaikan oleh

Howard Gardner, bahwa guru harus mampu memberikan kesempatan bagi semua anak untuk

mampu menampilkan kemampuan khususnya. Hal ini berarti guru harus mampu mengatur alur

kelas agar seluruh anak mendapat kesempatan untuk mengolah pengetahuan mereka, agar

seluruh kecerdasannya berkembang secara optimal. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan

Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013

Pendidikan Anak Usia Dini , Pasal I :

Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disingkat PAUD , merupakan suatu upaya

pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang

di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru Taman Kanak-kanak yang tertuang

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 adalah menguasai

1
karakteristik peserta didik pada aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

Tuntutan kompetensi ini mengharuskan guru untuk mempelajari, memahami, dan mampu

mengimplementasikan konsepsi perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu, kajian terhadap

tumbuh kembang anak usia dini, khususnya anak usia 4-6 tahun menjadi sangat penting dan

strategis bagi guru TK maupun pendidik PAUD secara keseluruhan. Kompetensi yang harus

dikuasai oleh seorang guru adalah kompetensi Paedagogik , peran guru adalah mengkreasi dan

memahami model- model pembelajaran , model pembelajaran sebagai kerangka konseptual

yang di gunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran

Dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dan Peraturan

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standart Nasional

Pendidkan Anak Usia Dini diharapkan Naskah Model Pembelajaran Kreatif ini dapat menjadi

acuan bagi Pendidik PAUD .

B. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk membantu Guru dalam melaksanakan kegiatan Pembelajaran yang

Kreatif sesuai dengan karaktrristik dan prinsip – prinsip pembelajaran di PAUD.

C. Ruang lingkup

Ruang lingkup pada naskah ini adalah Konsep, Implementasi model pembelajaran bagi usia

perkembangan 4 – 6 tahun

2
BAB II

KONSEP MODEL PEMBELAJARAN KREATIF

A. Konsep Kreatif

Istilah kreatif secara tunggal didefinisikan sebagai (1). Memiliki daya cipta; memiliki

kemampuan untuk menciptakan; (2) bersifat (mengandung) daya cipta (KBBI, 2016).

Berdasarkan dimensi dari sudut Bahasa tersebut, istilah kreatif merujuk pada kemampuan

seseorang untuk menciptakan suatu karya dan seseorang yang sudah memiliki daya cipta untuk

menciptakan suatu karya. Kreatif dapat dimaksudkan menjadi berpikir untuk mencipta

(creative mind) dimiliki oleh banyak orang terkenal yang selalu leluasa bereksplorasi di ranah

konvergen dan divergen (Faizah, 2008). Kreativitas merupakan merupakan aktualisasi diri

dalam berbagai sisi terkait dengan kecerdasan. National Advisory Committee on Creative and

Culture Education (1999 dalam Faizah, 2008) kreativitas digambarkan sebagai bentuk kegiatan

imajinasi yang ditampilkan sebagai sesuatu yang orisinil yang memberi manfaat dan bernilai.

Kegiatan kreatif bermula dari kegiatan imajinatif yang bermesinkan pemikiran tentang

kemungkinan-kemungkinan.

B. Pembelajaran Kreatif

Konsep mengenai model pembelajaran kreatif di pendidikan anak usia dini erat

kaitannya dengan konsep bermain. Hal ini disampaikan oleh Rinaldi (2001, dalam Sefton-

Green, et.al, 2011) menyampaikan bahwa bermain merupakan hal yang paling mendasari anak

usia dini terhadap perkembangannya. Pernyataan tersebut juga selaras dengan pernyataan

Froebel yang menyatakan bahwa bermain merupakan bagian alami dalam pertumbuhan dan

perkembagnan anak (Henniger, 2013). Deskripsi mengenai pentingnya bermain diistilahkan

sebagai imaginative play sebagai kunci seluruh perkembangan anak dan menantang anak-anak

untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya (Berk, 1994 dalam Henniger 2013). Bermain

3
juga dapat dikatakan sebagai cara alamiah anak-anak dalam mengatasi stress (Elkind, 2011

dalam Henniger, 2013). Pandangan mengenai bermain juga dipaparkan oleh Faizah (2008)

yang mengaitkan bahwa bermain memiliki kaitan yang erat dengan berpikir alternative yang

merupakan salah satu ciri dari pembelajaran kreatif.

Pandangan-pandangan berkenaan dengan pentingnya bermain pada anak usia dini

berkaitan erat dengan model pembelajaran kreatif. Istilah kreatif dipaparkan oleh Sefton-Green

(2008 dalam McLellan et.al, 2012)

“Creativity as a set of ideas within an artistic community against the more general
theoris of learning that focuses on a capacity to reflect and critique. Moving beyond
the idea of creativity as being dependent on making an original product, the definisiton
of creative learning is extended by drawing on literature relating to expert performance
and metacognitition. It is argued that ‘motivation to practice’ is an essential element
in creative learning. Scaffolding tasks is explored in this context, as those that are more
self-evaluative are more helpful for teaching metacognitive skills”
Lebih lanjut Faizah (2008) memaparkan bahwa kreativitas selalu berpikir tentang

kemungkinan dan peluang. Guru-guru yang kreatif adalah guru yang memiliki cara berpikir

alternative dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan sebagai peluang. Mereka menolak

kondisi-kondisi rutin yang konvensional dan mencoba untuk berpikir imajinatif, bereksplorasi,

dan selalu lebih cepat bergulir berpikir ke depan. Pendidikan yang berfokus pada menjawab

pertanyaan dan tidak merangksang anak untuk bertanya adalah pendidikan yang tidak

mendorong anak untuk kreatif dan inilah yang sering terabaikan dalam proses pembelajaran

(Philip Gammage dalam Faizah, 2008). Anak-anak yang datang ke sekolah dengan kondisi

alamiah penuh kesenangan, penuh keberanian untuk menaklukan dunia di sekitar mereka

dengan rasa ingintahu yang besar, sering terpatahkan dengan kondisi persekolahan yang steril,

mengejar target, dan system penilaian yang mempersulit anak untuk mengembangkan diri.

Berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan merupakan bagian dari mewujudkan semangat

keingintahuan. Anak-anak menaklukan dunia di sekitarnya melalui kemampuan berpikir

alternative dengan kemungkinan-kemungkinan untuk dapat memecahkan masalah yang

4
ditemuinya. Seringkali mereka melahirkan pertanyaan yang kemungkinan dijawab dengan

pertanyaan lagi.

Makna dari pembelajaran kreatif ini erat kaitannya dengan pemikiran Jean Piaget

mengenai cognitive-development perspective (Kail, 2012) fokus pada bagaimana anak berpikir

dan bagaimana pemikiran mempengaruhi perkembangan mereka. Piaget percaya bahwa anak-

anak dapat tumbuh secara alamiah untuk menjelajah dunianya. Pemikiran tersebut sesuai

dengan istilah kreatif yang berarti menciptakan. Piaget berpandangan bahwa anak-anak dapat

menciptakan suatu karya secara alamiah, dan proses kreatif tersebut dapat ditumbuhkan

melalui pembelajaran-pembelajaran yang alamiah (Kail, 2012). Pandangan mengenai

pembelajaran kreatif juga disampaikan oleh Vygotsky melalui teori contextual perspective

(Kail, 2012), yakni anak-anak dapat belajar dan berkembang melalui interaksi budaya nya yang

diturunkan oleh peran orangtua atau peran orang dewasa lainnya. Yang dimaksud dengan

interaksi tersebut, adalah anak-anak tidak lepas dari konteks sosial, yakni proses belajar anak-

anak tidak dapat lepas dari aksi (akifitas) dan interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan

seiring dengan adanya komunikasi. Belajar kreatif menurut pandangan Vygotsky (Kail, 2012)

adalah adanya aktifitas, interaksi dan komunikasi antara anak dengan lingkungannya sebagai

konteks sosial.

Pembelajaran kreatif salah satunya digambarkan dengan disediakannya cara berpikir

alternative yang merupakan inti dari kreativitas, yang memberi peluang tumbuhnya spirit

energy “co spirito” pada diri anak. Kreativitas digambarkan sebagai perubahan yang terus-

menerus, perkembangan, dan pertumbuhan. Anak-anak yang kreatif seringkali menggunakan

kata-kata “Bagaimana…, Barangkali…, Seandainya…” dalam kalimat yang ia sampaikan

kepada guru atau teman-temannya saat ia bertanya atau menyatakan pendapatnya (Faizah,

2008).

5
Pembelajaran kreatif di lembaga pendidikan anak usia dini menggambarkan

keseluruhan anak, bukan hanya berfokus pada satu aspek misalnya perkembangan intelektual,

tetapi lebih dari itu, pembelajaran kreatif merupakan keseluruhan diri anak. Hal ini diperkuat

dengan pernyataan Williams (1987; Essa, 2003: 221), bahwa “most early childhood

professionals today view curriculum as integrally tied to a concern for dealing

comprehensively with ‘the whole child’, the child’s physical, social, cognitive, and emotional

development.” . Pembelajaran kreatif di taman kanak-kanak adalah menyajikan pembelajaran

yang terpadu. Hal ini dikarenakan pembelajaran di TK memiliki karakteristik yang beragam

namun tetap harus menyajikan pelayananan individual, sehingga kurikulum yang disajikan

harus berfokus kepada tiga hal :

1) Fokus kepada anak. Tentu saja anak menjadi subjek utama kurikulum, bukan

sebaliknya. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki kemampuan yang luar biasa

dalam hal intelektual maupun perkembangan mentalnya. Kurikulum TK dirancang

untuk memenuhi hal tersebut. Menstimulasi anak dalam hal agama, moral, sosial,

emosional, fisik, bahasa serta kemampuan kognitifnya. Diharapkan pembelajaran

pun mampu disajikan secara holistik (menyeluruh) dan berkesinambungan. Artinya

kurikulum TK tidak sepotong-sepotong disajikannya, namun secara sistematis

mulai dari hal yang terdekat, hal sederhana, hal yang menarik dan hal yang

insidental (sedang berlangsung / up date).

2) Fokus kepada orangtua. Stimulasi yang diberikan di sekolah, tentu dirasa kurang.

Hal ini karena interaksi antara anak dengan lingkungan sekolahnya hanya

berlangsung kurang lebih 3 jam per harinya. Sementara sisa waktunya dihabiskan

di rumah dengan interaksinya bersama keluarga atau kedua orangtuanya. Sehingga

hubungan antara orangtua dan sekolah perlu dibina dengan baik. Kurikulum yang

dirancang, sedemikian rupa harus memfasilitasi keduanya. Sebuah kurikulum

6
harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak yang dirasa tidak didapat di

sekolah. Misalnya dalam hal pembiasaan ketika pulang sekolah, kemudian

menstimulasi anak membaca buku, memotivasi anak untuk merawat tumbuhan

serta kebiasaan-kebiasaan pribadinya seperti mandi, makan dan tidur.

3) Fokus kepada lingkungan. Anak-anak merupakan bagian dari lingkungan atau

komunitas masyarakat sekitarnya. Kurikulum dirancang untuk menstimulasi

kemampuan anak agar turut serta bergabung di dalam komunitas sosialnya.

Misalnya pembelajaran melalui kunjungan industri, kunjungan ke puskesmas atau

ke pusat-pusat pembelajaran.

Pembelajaran yang ideal di TK, seyogyanya mampu memfasilitasi kebutuhan dan

perkembangan anak. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari prinsp-prinsip pembelajaran

di TK. Diharapkan dengan berpedoman kepada prinsip pembelajaran TK, guru mampu

merancang pembelajaran yang dapat mengoptimalkan segenap potensi anak usia dini.

Berikut ini prinsip-prinsip pembelajarna di TK sesuai dengan peraturan yang ditetapkan

oleh Direktorat Pembinaan TK dan SD tahun 2010.

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya. Program pembelajaran dikembangkan berdasarkan

prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan

potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mendukung

pencapaian tujuan tersebut pengembangan perkembangan peserta didik disesuaikan

dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta

tuntutan lingkungan. Untuk pendidikan di TK tetap memperhatikan nilai-nilai

budaya daerah dan karakter bangsa yang selaras dengan nilai-nilai agama dan moral

7
2) Beragam dan terpadu. Program pembelajaran dikembangkan dengan

memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenis

pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat istiadat, serta status

sosial ekonomi dan gender. Program pembelajaran di TK harus dapat

mengakomodasi pendidikan inklusi bagi anak yang berkebutuhan khusus.

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Program pembelajaran dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu

semangat dan isi program pembelajaran mendorong peserta didik untuk mengikuti

dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni.

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan program pembelajaran

dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjadi

relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya

kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,

pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,

keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi/ isi program pembelajaran

mencakup keseluruhan dimensi perkembangan, bidang kajian keilmuan dan bidang

pengembangan yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan

6) Belajar sepanjang hayat. Program pembelajaran diarahkan kepada proses

pengembangan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

sepanjang hayat. Program pembelajaran mencerminkan keterkaitan antara unsur-

unsur pendidikan formal, non formal dan informal, dengan memperhatikan kondisi

dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembangan serta arah pengembangan

8
manusia seutuhnya. Program pembelajaran di TK memotivasi dan memfasilitasi

keingintahuan anak untuk mengembangkan minat belajar secara terus-menerus

7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Program

pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan

memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Prinsip-prinsip tersebut pada intinya, memaparkan bahwa pembelajaran dituntut untuk

berfokus kepada kebutuhan anak, menyeimbangkan pengetahuan anak sesuai dengan perannya

di masyarakat. Anak usia dini dipandang sebagai subjek yang sangat strategis dan potensial

untuk dioptimalkan seluruh perkembangannya. Selain prinsip-prinsip pembelajaran tersebut,

guru juga harus mampu memahami struktur program kegiatan TK.

C. Peran Guru dalam Pembelajaran Kreatif

Kemampuan guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggungjawab,

merupakan makna yang terkandung dalam kompetensi. Seorang guru TK harus mampu

menjalankan alur pembelajaran, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.

Hal ini penting, mengingat anak-anak pada usia 4-6 tahun, merupakan usia emas. Pada usia ini,

otak bekerja sangat cepat. Sehingga informasi yang diterima, sangat cepat diolah untuk

kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 40 Ayat 2, menyebutkan bahwa pendidik tenaga kependidikan berkewajiban

menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan

dialogis. Menjadi guru Taman Kanak-kanak (TK) memberikan tantangan tersendiri. Hal ini

9
terkait dengan subjek yang akan guru hadapi, yaitu seorang anak usia dini. Potensi dan

posisinya yang strategis menjadikan anak usia dini sebagai subjek yang unik. Berbagai

pemerhati anak usia 4-6 tahun, menyebutkan mereka sebagai golongan anak luar biasa. Oleh

karena itu, guru TK perlu memiliki kompetensi yang maksimal, agar mampu mengoptimalkan

perkembangan anak usia dini. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Puckett dan Diffily (2003: 6)

A few important principles guide the decisions early childhood educators make as they

work with young children and their families. These principles include learning about

early childhood history; learning about child growth, development, and learning

theory; learning about individual children; learning from families and communities;

preparing environments; making decisions about curriculum; interacting with

children; and creating communities of learners.

Dapat kita telaah lebih lanjut berdasarkan pendapat Puckett dan Diffily (2003: 6), bahwa

terdapat delapan prinsip panduan untuk menjadi guru TK, diantaranya :

1. Learning about Early Childhood Education History

Guru harus mempelajari sejarah perkembangan pendidikan anak usia dini. Guru

senantiasa selalu mencari berbagai teori, konsep dan hal lain terkait dengan anak usia

dini. Sehingga guru dapat mengetahui bagaimana anak usia dini dapat berkembang dan

belajar. Guru dapat menggali berbagai konsep melalui teori-teori yang disampaikan

oleh ahli yang fokus membahas anak usia dini. Misalnya seperti Friedrich Froebel yang

meyakini bahwa anak belajar melalui bahan ajar, kemudian John Dewey yang meyakini

bahwa kelas merupakan model dari demokrasi, dan Jean Piaget serta Lev Vygotsky

yang fokus kepada pemahaman mengenai bagaimana anak belajar. Berbagai konsep

tersebut, dapat dijadikan acuan dan referensi bagi terselenggaranya pembelajaran yang

10
berkualitas, yang menghasilkan sebuah model pembelajaran, misalnya model

pembelajaran Montessori, yang berakar dari teori Maria Montessori.

2. Learning about Child Growth, Development, and Learning Theory

Guru TK mutlak harus memiliki kompetensi untuk mengetahui pertumbuhan,

perkembangan anak dan menguasai teori pembelajaran. Guru harus mengetahui setiap

tahap dan tugas perkembangan anak, sehingga dapat memberikan stimulasi

pembelajaran yang optimal.

3. Learning about Individual Children

Berbagai tipe-tipe perkembangan dan perilaku anak, juga penting untuk dipelajari

dalam program pendidikan anak usia dini. Dengan kemampuan menguasai setiap

karakteristik perkembangan dan perilaku anak, guru dapat mengetahui kelemahan dan

kelebihan anak yang berimplikasi pada perencanaan kurikulum yang bersumber pada

kebutuhan individu. Sehingga masing-masing anak akan diperlakukan secara

individual, agar seluruh kebutuhannya terpenuhi.

4. Learning about Families and Communities

Mempelajari keluarga dan lingkungan yang berada di tengah-tengah anak, juga tidak

kalah pentingnya untuk dipelajari. Guru TK harus mampu mempelajari keluarga anak

didiknya. Mulai dari pola asuh yang diterapkan, kebiasaan-kebiasaan keluarga, sampai

kepada hal-hal pribadi yang berkaitan dengan perkembangan anak. Lingkungan sekitar

juga mempengaruhi perkembangan anak, guru harus mampu mengidentifikasi

lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan anak usia dini. Karena, anak belajar melalui

lingkungan terdekatnya, sehingga penting untuk menciptakan lingkungan yang

kondusif bagi terwujudnya perkembangan yang optimal.

5. Preparing Environments

11
Anak belajar berdasarkan pengalamannya. Guru TK harus mampu menciptakan

lingkungan belajar dengan memilih bahan-bahan ajar yang menarik serta berhubungan

dengan program pembelajaran. Lingkungan sebagai sumber belajar yang alami, harus

mampu diatur sedemikian rupa, agar dapat mampu memfasilitasi anak untuk belajar

melalui pengalamannya secara langsung.

6. Making Decisions about Curriculum

Berbagai pendekatan yang diciptakan dalam sebuah kurikulum atau rencana

pembelajaran, harus mampu dipilih dan diterapkan sesuai dengan karakteristik anak.

Kurikulum yang baik, adalah kurikulum yang mampu mengintegrasikan antara aspek

perkembangan anak (mulai dari perkembangan fisik-motorik, sosial, emosional, dan

kognitif) dan seluruh disiplin ilmu (membaca, menulis, matematika, sains, sosial)

dengan mempertimbangkan minat, keterampilan serta kemampuan anak dalam sebuah

program pembelajaran.

7. Interacting with Children

Hubungan yang positif dan negatif antara anak dengan guru, dapat memberikan efek

yang besar dalam pembelajaran. Karena pada masa ini, anak usia dini sedang dalam

masa perkembangan menemukan konsep dirinya. Sehingga guru sangat berperan

sebagai sosok atau figur untuk mengtransformasikan nilai-nilai hidup kepada anak.

Disinilah peran kelekatan muncul melalui interaksi dengan anak.

8. Creating Communities of Learners

Menciptakan hubungan yang baik merupakan aspek yang penting bagi terciptanya

pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, pendidikan anak usia dini, tidak hanya

melibatkan guru sebagai subjek sentral atau sumber pembelajaran. Hubungan yang baik

antara guru, orangtua dan masyarakat sekitar, perlu diciptakan. Komunitas-komunitas

12
guru, orangtua dan masyarakat yang peduli terhadap keberlangsungan pendidikan anak

usia dini, mutlak diperlukan, agar masing-masing pihak dapat bertukar pikiran demi

terciptanya pembelajaran yang bermutu.

Kedelapan kompetensi guru tersebut, sejalan dengan prinsip profesionalitas yang tertuang

di dalam UU RI No.14 Tahun 2005 Pasal 7. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang

pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : 1) memiliki bakat,

minat, panggilan jiwa, dan idealisme; 2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; 3) memiliki kualifikasi akademik dan

latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; 4) memiliki kompetensi yang diperlukan

sesuai dengan bidang tugas; 5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan; 6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 7)

memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

belajar sepanjang hayat; 8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan; 9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-

hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Sementara dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru PAUD/TK/RA, menyebutkan bahwa

terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PAUD/TK/RA, diantaranya

kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial.

a. Kompetensi Pedagogik. Kompetensi pedagogik berkaitan dengan kemampuan guru

menguasai perkembangan kebutuhan peserta didik. Pada hakekatnya, kompetensi

pedagogik guru TK merupakan kemampuan guru dalam mengidentifikasi kebutuhan

peserta didik, kemudian menuangkannya dalam bentuk perencanaan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tumbuh kembang anak, serta mengevaluasi

13
tingkat pencapaian perkembangan anak. Selanjutnya guru mengembangkan dan

memperbaiki hal-hal lain seperti tujuan, metode, media, materi dan evaluasi

pembelajaran berdasarkan hasil penilaian yang telah dicapai sebelumnya.

b. Kompetensi Kepribadian. Selain guru harus menguasai konsep mengenai tumbuh

kembang anak, guru juga harus memiliki kompetensi kepribadian. Kompetensi

kepribadian berkaitan dengan kemampuan guru mengendalikan dirinya. Artinya guru

tersebut harus mampu menempatkan dirinya dimanapun ia berada. Sebagai seorang

guru TK, ia harus memelihara kode etik guru. Seperti penampilan, sikap, kerahasiaan

lembaga, kerahasiaan perkembangan peserta didik, dan sebagainya. Kompetensi

kepribadian menggambarkan sikap yang diharapkan dimiliki oleh guru TK. Hal ini

penting, mengingat bahwa anak usia 4-6 tahun merupakan masa meniru perilaku orang-

orang disekitarnya. Sehingga pribadi guru TK yang lemah lembut, penuh senyuman,

ramah, menyenangkan, serta percaya diri, dapat berdampak juga pada pembentukan

perilaku anak didiknya. Seorang guru TK juga diharapkan mampu menjaga kode etik

guru seperti menjaga nama baik lembaga, menjaga nama baik orangtua siswa, menjaga

nama baik siswa serta menjaga nama baik guru itu sendiri. Bersikap untuk selalu ramah

di hadapan orangtua siswa meskipun dalam keadaan fisik yang kurang sehat, kemudian

bersikap selalu tampil prima untuk mengajar di depan anak-anak, merupakan salah satu

tantangan yang dihadapi oleh guru TK. Komitmen terhadap tanggungjawab pekerjaan

sebagai guru TK, tergambar dalam pribadi yang dimiliki oleh guru tersebut.

c. Kompetensi Sosial. Melalui kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru,

selanjutnya guru dapat memasuki suatu kelompok masyarakat tertentu. Kemampuan

guru untuk beradaptasi pada suatu kelomok masyarakat tertentu, disebut sebagai

kompetensi sosial. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup

sendirian. Begitupun guru TK yang tidak dapat hidup tanpa sekolompok manusia/

14
masyarakat. Namun tentu saja ada hal-hal yang diperlukan untuk dapat memasuki

sebuah kelompok masyarakat tertentu. Kemampuan komunikasi yang baik, wawasan

mengenai inovasi, sikap yang menunjukkan keterbukaan untuk menerima kritik dan

saran dari rekan sejawat, sehingga pada akhirnya guru tersebut mampu diterima oleh

kelompok masyarakat manapun. Wawasan guru mengenai inovasi pembelajaran di TK,

dapat muncul ketika guru tersebut berinteraksi dengan masyarakat. Kemampuan

komunikasi serta sikap keterbukaan untuk menerima perubahan, merupakan hal yang

harus dimiliki oleh guru TK agar ia mampu berkembang selaras dengan kebutuhan

kehidupan bermasyarakat.

d. Kompetensi Profesional. Kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik

memiliki kaitan yang erat. Jika kompetensi pedagogik berbicara tentang wawasan guru

mengenai dunia pendidikan anak usia dini, maka kompetensi profesional berbicara

mengenai kemampuan guru mengembangkan pembelajaran yang inovatif. Kompetensi

profesional berkaitan dengan peran guru sebagai pekerja profesional terhadap suatu

lembaga. Pekerjaan sebagai seorang guru TK profesional, membutuhkan kemampuan

untuk mengembangkan pembelajaran secara konsep dan implikasinya. Seorang guru

TK yang profesional, diharapkan memiliki kemampuan untuk mengakses berbagai

informasi menggunakan teknologi, melakukan penelitian untuk mengembangkan

profesionalismenya, serta menguasai berbagai metode pembelajaran demi

terselenggaranya pembelajaran yang inovatif. Hal ini akan berimplikasi pada

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga yang menjadi tempat bekerja guru tersebut.

D. Ciri Khas Model Pembelajaran Kreatif

Dari berbagai literature yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, berikut ini adalah

ciri khas model pembelajaran kreatif yang kemudian dapat dioperasionalisasikan menjadi

indikator, diantaranya :

15
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran
yang menciptakan
yang imajinatif (Faizah, yang mengasah
berbagai kemungkinan-
2008) Seperti : kemampuan berpikir anak
kemungkinan dari suatu
mendongeng dan bermain (Jean Piaget dalam Kail,
permasalahan (Faizah,
drama 2012)
2008)

Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran


Kegiatan pembelajaran
yang mengasah yang melibatkan interaksi
yang seperti bermain (Jean
kemampuan bertanya anak sosial (Vygotsky dalam
Piaget dalam Kail, 2012)
(Faizah, 2008) Kail, 2012)

Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran


yang bertahap sesuai yang menghasilkan produk Kegiatan pembelajaran
kemampuan anak (Sefton- baru (Sefton-Green, 2008 yang aktif (Vygotsky dalam
Green, 2008 dalam dalam McLellan et.al, Kail, 2012)
McLellan et.al, 2012) 2012)

Kegiatan pembelajaran
yang membuat anak berani
(Shalleross, 1981, dalam
Faizah, 2008)

E. Tahapan Penyusunan Model Pembelajaran Kreatif

Truman (2011, dalam Beghetto, 2016) juga mengembangkan model pembelajaran

kreatif berbasis problem solving. Model pembelajaran menyelesaikan masalah meliputi proses

persiapan (preparation), generasi (generation), dan evaluasi (evaluation). Tahapan-tahapan

tersebut kemudian diimplementasikan dalam model pembelajaran kreatif seperti persiapan

yakni merencanakan pembelajaran. Dalam merencanakan pembelajaran, guru dituntut untuk

merumuskan sejumlah tujuan pembelajaran, yang dalam hal ini berkenaan dengan Kompetensi

Dasar yang dikaitkan dengan Kompetensi Inti dan lebih operasional disusun dalam bentuk

16
Indikator. Dalam perencanaan pembelajaran juga memuat tema pembelajaran serta media

pembelajaran yang diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran, serta hal-hal pendukung

seperti dokumentasi contoh kegiatan atau peran lingkungan terhadap terselenggaranya

pembelajaran kreatif.

Pendukung
menentukan
menentukan menentukan lainnya : peran
situasi,
Menentukan tujuan media dan orangtua, menentukan
kondisi,
Tema dan pembelajaran : langkah- contoh bentuk
suasana, jam
judul kegiatan KI-KD- langkah materi dokumentasi, penilaian
dan durasi
Indikator pembelajaran peran
kegiatan
lingkungan

Tahapan Menyusun Perencanaan

Generasi (generation) dalam model pembelajaran kreatif yakni melaksanakan

perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di TK seyogyanya memperhatikan

prinsip-prinsip pembelajaran di TK. Sesuai dengan prinsip pembelajaran tersebut, tahapan

menyusun pelaksanaan pembelajaran adalah berikut ini :

17
Kegiatan Pembuka
menyiapkan kondisi anak
Kegiatan Inti
untuk memulai kegiatan
melibatkan anak dalam
Kegiatan Penutup
merangsang anak untuk interaksi sosial
aktif bertanya mengenai membuat anak termotivasi
kegiatan hari ini mengasah kemampuan untuk belajar selanjutnya
berpikir anak
membuat anak untuk
melibatkan bermain dalam berani menyampaikan
kegiatan anak pendapat
menghasilkan produk atau merangsang anak untuk
pemikiran baru bertanya dan mengingat
kembali kegiatan hari ini

Evaluasi (evaluation) merupakan tahapan untuk mengetahui atau mengontrol kualitas


pembelajaran. Tahapan penilaian dilakukan terhadap dua hal, yaitu penilaian terhadap
ketercapaian tujuan pembelajaran yang dalam hal ini ketercapaian antara KI-KD-Indikator ,
serta penilaian terhadap model pembelajaran secara keseluruhan.

Penilaian Tujuan Penilaian Model


Pembelajaran Pembelajaran
instrumen penilaian : daftar indikator instrumen penilaian : daftar indikator
perkembangan anak ciri khas model pembelajaran kreatif

18
BAB III

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF PAUD

MODEL 1

Judul Kegiatan Daun Bersembunyi


Tema Sesuaikan dengan tema yang sedang berlangsung di lembaga
masing-masing sesuai program Semester dan Mingguan
Kompetensi Dasar 1.1. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
Kompetensi Inti 1.2. Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar
Indikator sebagai rasa syukur kepada Tuhan.
2.2 Memiliki prilaku yang mencerminkan sikap ingin tahu.
2.3 Memili prilaku yang mencerminkan sikap kreatif.
2.5 Memiliki prilaku yang mencerminkan sikap percaya diri.
3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi dan gerakannya untuk
mengembangkan motoric kasar dan motoric halus.
3.8 Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, air, batu-
batuan, dll).
3.11 Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara
verbal dan non verbal)
4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik
kasar dan motorik halus.
4.6 Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda
sekitar yang dikenalnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola,
sifat, suara, tekstur fungsi, dan ciri-cirinya) melalui berbagai
hasil karya.
4.11 Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif
(mengungkapkan bahasa secara verbal dan non verbal)

Lokasi di luar kelas


Media Pembelajaran Lumpur alami yang ada di luar atau bisa juga ember besar (jolang)
yang diisi lumpur, daun-daun yang sudah jatuh dari pohonnya
berbagai bentuk

Langkah-langkah 1. Anak-anak diminta keluar kelas ( halaman atau pinggir


Pembelajaran jalan) untuk memungut daun-daun satu anak boleh lebih
dari satu sesuiapilihan mereka
2. Setelah masing masing anak dapat daun mereka membawa
daun itu untuk di tanam/ dikubur di lumpur yang ada di
ember besar sampai tertutup rapat
3. Daun dibiarkan selama 2 hari. Guru mengajak anak untuk
mencuci tangan dan masuk kelas .
4. Sementara menunggu reaksi yang terjadi pada daun yang
ditanam di lumpur , hari tersebut anak-anak duduk
melingkar untuk mendiskusikan apa yang sudah dilakukan
dan guru bercerita tentang daun yang ditanam di lumpur
kemudian anak-anak diminta menebak apa yang terjadi
kelak terhadap daun tadi, masing masing anak boleh
berpendapat.

19
5. Guru mencatat semua pendapat anak dan
meenghubungkannya dengan KD yang tercapai.

Nilai karakter yang Rasa ingin tahu, tanggungjawab, dst


diharapkan terbentuk

20
MODEL 2

Judul Kegiatan Berburu Harta Karun


Tema Sesuaikan dengan tema yang sedang berlangsung di lembaga
masing-masing sesuai program Semester dan Mingguan
Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar
Kompetensi Inti sebagai rasa syukur kepada Tuhan.
Indikator 2.2 Memiliki prilaku yang mencerminkan sikap kreatif
2.5 Memiliki prilaku yang mencerminkan sikap taat terhadap
aturan sehari-hari untuk melatih kedislipinan.
3.5 Mengetahui cara memecahkan masalah yang sehari-hari dan
berprilaku kreatif.
3.6 Mengenal benda-benda disekitarnya (nama, warna, bentuk,
ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi dan ciri-ciri lainnya)
4.5 Menyelesaikan masalah sehari-hari secara kreatif.
4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara wajar.
Lokasi Di dalam kelas
Media Pembelajaran Pos-pos yang dibuat dari kardus bekas didesain lucu, Gambar-
gambar benda yang akan disamakan dengan benda aslinya oleh
anak
Langkah-langkah 1. Kelas didesain seperti pos pos pemberhentian yang
Pembelajaran dilengkapi dengan petunjuk yang harus diikuti oleh anak
yaitu gambar benda-benda yang harus dicari dan disamakan
bentuknya dengan benda aslinya ( ada satu anak di setiap
pos). Bentuk pos bisa dibuat lucu dan menarik
2. Di sekitar kelas disembunyikan benda-benda yang sama
dengan gambar yang akan dicari oleh anak-anak sebagai
harta karun. Benda-benda tersebut disebar ke seluruh kelas
3. Permainan ini berakhir apabila anak dapat menemukan dan
melaporkan hasil temuannya dengan benar/tepat. Laporan
bisa berupa pemaparan sederhana di muka kelas dilanjutkan
dengan masing masing anak mengekspresikan melalui
coretan/gambar di atas kertas
4. Anak yang menjadi penjaga pos berganti menjadi pemain
sampai seluruh anak mendapat giliran berburu harta karun
5. Benda-benda dapat disesuaikan dengan tema yang diusung

Nilai karakter yang Disiplin,tanggung jawab, sportif,


diharapkan terbentuk

21
MODEL 3

Judul Kegiatan Berbelanja di Toserba


Tema Sesuaikan dengan tema yang sedang berlangsung di lembaga
masing-masing sesuai program Semester dan Mingguan
Kompetensi Dasar 2.2 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap ingin tahu
Kompetensi Inti 3.2 Mengenal prilaku baik secara cermnan akhlak mulia
Indikator 4.2 Menunjukkan prilaku santun sebagai cerminan akhlak mulia
2.7 Memiliki prilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau menunggu
giliran, mau mendengar, ketika orang lain berbicara ) untuk melatih
kedislipinan.
3.7 Mengenal lingkungan social (keluarga, teman, tempat tinggal, tepat
ibadah, budaya, trensportasi.
3.11 Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal
dan n on verbal)
4.11 Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan
bahasa secara verbal dan non verbal.

Lokasi Di dalam kelas


Media Pembelajaran 1. Ruangan kelas/ ruang apapun sesuai kemampuan yang
ditata menjadi berbagai counter seperti : makanan dan
minuman, mainan, alat mandi, alat dapur dsb,
2. Keranjang belanja, yang didorong maupun dijinjing, mesin
hitung tiruan, timbangan, tempat uang, uang mainan,
dompet dsb.
Langkah-langkah 1. Guru mengkondisikan anak untuk berperan dan masuk
Pembelajaran kedalam situasi peran penjual dan pembeli di Toserba.
2. Dengan skenario yang disusun oleh guru anak-anak
memainkan peran sebagai pembeli dan penjual di toserba di
dalam skenario pembelajarannya tertulis dialog yang
diharapkan dilakukan oleh anak
3. Yang dilakukan guru ketika anak bermain peran diToserba
adalah melakukan pengamatan atas ketercapaian
Kompetensi dasar dengan melihat indikator yang menjadi
target saat it dan mencatat kompetensi tidak terprogramkan
sbagai target tetapi muncul secara tidak sengaja.

Nilai karakter yang Disiplin,tanggung jawab, rasa ingin tahu


diharapkan terbentuk
Peran Orangtua Membantu meminjamkan peralatan yang dibutuhkan dalam
permainan toserba melalui pengumuman yang disampaikan sehari
sebelum nya.

22
MODEL 4

Judul Kegiatan Sayuran Ajaib


Tema Sayuran
Kompetensi Dasar 1.1 Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
Kompetensi Inti 1.2 Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Indikator
sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan
3.4 Mengetahui cara hidup sehat
4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat
3.6 Mengenal benda sekitarnya (nama, warna, bentuk,
ukuran, pola, sifat, suara, tekstiur, ciri-ciri lainnya.
4.6 Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-
benda di sekitar yang dikenalnya (nama, warna,
bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur , fungsi, dan
ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil karya.
3.8 Mengenal lingkungan alam ( tanaman ).
4.8 Menyajikan berbagai karya yang berhubungan dengan
lingkungan alam (sayuran)
3.10 Memahami bahasa reseptif (menyimak dan membaca)
4.10 Menunjukkan kemampuan berbahasa reseptif
(menyimak dan membaca)
3.11 Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa
4.11 Menunjukkan kemampuan berbahasa reseptif
(menyimak dan membaca)
3.12 Mengenal keaksaraan awal melalui bermain
4.12 Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya
3.13 Mengenal emosi diri dan orang lain
4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara wajar
Lokasi Di dalam kelas
Media Pembelajaran sayuran, air, pewarna makanan, gelas plastic
Langkah-langkah 1. Guru mengenalkan nama tanaman sawi putih ciptaan Allah
Pembelajaran kepada anak-anak
2. Guru mengenalkan macam-macam warna
3. Anak mencampurkan warna primer (merah-kuning, kuning-
hijau, biru-merah, atau sesuka anak)
4. Anak menyebutkan warna hasil pencampurannya.
Nilai karakter yang Disiplin,tanggung jawab, rasa ingin tahu
diharapkan terbentuk
Dokumentasi Kegiatan

23
MODEL 5
Judul Kegiatan Golf Kelinci
Tema Binatang
Kompetensi Dasar 1.1 Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
Kompetensi Inti 1.2 Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Indikator
sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan
3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya
untuk pengembangan motorik kasar dan motoric
halus.
4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk pengembanagan
motoric kasar dan halus
3.6 Mengenal benda sekitarnya (nama, warna, bentuk,
ukuran, pola, sifat, suara, tekstiur, ciri-ciri lainnya.
4.6 Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-
benda di sekitar yang dikenalnya (nama, warna,
bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur , fungsi, dan
ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil karya.
3.8 Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca,
tanah, air,batu-batuan, dll)
4.8 Menyajikan berbagai karya yang berhubungan dengan
lingkungan alam (hewan)
3.9 Mengenal teknologi sederhana (peralatan bermain)
4.9 Menggunakan teknologi sederhana untuk
menyelesaikan tugas dan kegiatannya (peralatan
bermaian)
3.12 Mengenal keaksaraan awal melalui bermain
4.12 Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya
Lokasi Di dalam kelas
Media Pembelajaran Kardus bekas air mineral, kertas lipat, Koran yang di remas
menjadi bola golf, kertas karton bekas yang di gulung menjadi
tongkat untuk pemukul.
Langkah-langkah 1. Anak-anak secara bergiliran memukul koran yang sudah diremas
Pembelajaran menjadi bentuk bola
2. Anak-anak mengarahkan pukulan ke dalam lubang kardus
Nilai karakter yang Disiplin,tanggung jawab, rasa ingin tahu
diharapkan terbentuk

24
BAB IV

PENUTUP

Penilaian dan pelaporan perkembangan anak usia dini merupakan bagian penting dalam

rangkaian program pendidikan anak usia dini. Penilaian dan pelaporan memiliki banyak makna

dan tujuan yang utamanyanya berpusat pada bagaimana memahami anak dan memberi program

yang lebih sesuai dengan perkembangan anak. Hal yang perlu ditegaskan dalam tujuan

penilaian, proses penilaian, pelaporan penilaian, dan bagaimana menindaklanjuti hasil

penilaian untuk perbaikan layanan atau peningkatan layanan yang paling sesuai dengan anak.

Untuk peningkatan kualitas guru , Kepala sekolah di harapkan melaksanakan supervise

secara rutin sehingga Proses pembelajaran akan meningkat dan pembelajaran akan tercapai

sesuai dengan Perencanaan Pembelajaran . Berikut instrument yang dapat di gunakan Kepala

TK dalam mensupervisi Guru.

25
INSTRUMEN SUPERVISI
STANDAR PROSES ( PBM )

• Nama Guru TK : …………………………….. Kecamatan :


• Nama TK : …………………………….. Kota Adm. :
• Mengajar Kel : .................................... Hari/Tanggal : ……………………………..

SKOR PEROLEHAN
NO KOMPONEN STANDAR PROSES A B C D KET
90-100 76-89 60-75 <60
1 Guru memiliki RPPM
2 Guru memiliki RPPH yang sesuai dengan PBM
3 Kesesuaian materi dengan waktu
4 Penguasaan Materi
5 Penggunaan/ penguasaan Metoda
6 Penggunaan strategi kegiatan pembelajaran sara
Variatif
7 Penggunaan / penguasaan alat peraga
8 PBM mengarah ke pembentukan perilaku
9 PBM mengarah ke pencapaian Kemampuan Dasar
10 Ketrampilan membuka kegiatan mengarah pada
kegiatan sesuai dengan tema
11 Ketrampilan bertanya dasar
12 Ketrampilan menjelaskan
13 Ketrampilan memberi penguatan/ motivasi.
14 Sikap guru
15 Respon siswa
16 Penguasaan kelas
17 Pelaksanaan Penilaian
18 Ketrampilan Menutup Kegiatan
Jumlah Skor Perolehan

26
Daftar Pustaka

Beghetto, R.A. (2016). Creative Learning: A Fresh Look. Journal of Cognitive Education and
Psychology, 15 (2), 6-23

Direktorat Pembinaan TK dan SD. 2010. Pedoman Pengembangan Program


Pembelajaran di Taman Kanak-kanak: Kurikulum TK Tahun 2010. Jakarta:
Direktorat Pembinaan TK dan SD
Dodge, D.T., Colker, L.J., dan Heroman, Cate. 2002. The Creative
Curriculum For Preschool. Washington DC: Teaching Strategies, Inc

Faizah, D.U. (2008). Keindahan Belajar dan Perspektif Pedagogi. Jakarta: Cindy Grafika

Kail, R.V. (2012). Children and Their Development (6th ed). New Jersey: Pearson
Education, Inc

Henniger, M.L. (2013). Teaching Young Children: An Introduction. New Jersey:


Pearson Education, Inc.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016)

McLellan, R., Galton, M., Steward, S., Page, C. (2012). The Impact of Creative Partnerships on the
Wellbeing of Children and Young People. University of Cambrige: Creative Culture and Education

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
PAUD

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
PAUD

27

Anda mungkin juga menyukai