BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi guru, diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang baik. Seorang guru,
dihadapkan pada manusia yang memiliki kemampuan luar biasa. Seperti yang pernah diungkap
oleh Dodge, et al. (2002: 9), berdasarkan teori multiple intelligences yang disampaikan oleh
Howard Gardner, bahwa guru harus mampu memberikan kesempatan bagi semua anak untuk
mampu menampilkan kemampuan khususnya. Hal ini berarti guru harus mampu mengatur alur
kelas agar seluruh anak mendapat kesempatan untuk mengolah pengetahuan mereka, agar
Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disingkat PAUD , merupakan suatu upaya
pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru Taman Kanak-kanak yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 adalah menguasai
1
karakteristik peserta didik pada aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
Tuntutan kompetensi ini mengharuskan guru untuk mempelajari, memahami, dan mampu
mengimplementasikan konsepsi perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu, kajian terhadap
tumbuh kembang anak usia dini, khususnya anak usia 4-6 tahun menjadi sangat penting dan
strategis bagi guru TK maupun pendidik PAUD secara keseluruhan. Kompetensi yang harus
dikuasai oleh seorang guru adalah kompetensi Paedagogik , peran guru adalah mengkreasi dan
Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dan Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standart Nasional
Pendidkan Anak Usia Dini diharapkan Naskah Model Pembelajaran Kreatif ini dapat menjadi
B. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk membantu Guru dalam melaksanakan kegiatan Pembelajaran yang
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pada naskah ini adalah Konsep, Implementasi model pembelajaran bagi usia
perkembangan 4 – 6 tahun
2
BAB II
A. Konsep Kreatif
Istilah kreatif secara tunggal didefinisikan sebagai (1). Memiliki daya cipta; memiliki
kemampuan untuk menciptakan; (2) bersifat (mengandung) daya cipta (KBBI, 2016).
Berdasarkan dimensi dari sudut Bahasa tersebut, istilah kreatif merujuk pada kemampuan
seseorang untuk menciptakan suatu karya dan seseorang yang sudah memiliki daya cipta untuk
menciptakan suatu karya. Kreatif dapat dimaksudkan menjadi berpikir untuk mencipta
(creative mind) dimiliki oleh banyak orang terkenal yang selalu leluasa bereksplorasi di ranah
konvergen dan divergen (Faizah, 2008). Kreativitas merupakan merupakan aktualisasi diri
dalam berbagai sisi terkait dengan kecerdasan. National Advisory Committee on Creative and
Culture Education (1999 dalam Faizah, 2008) kreativitas digambarkan sebagai bentuk kegiatan
imajinasi yang ditampilkan sebagai sesuatu yang orisinil yang memberi manfaat dan bernilai.
Kegiatan kreatif bermula dari kegiatan imajinatif yang bermesinkan pemikiran tentang
kemungkinan-kemungkinan.
B. Pembelajaran Kreatif
Konsep mengenai model pembelajaran kreatif di pendidikan anak usia dini erat
kaitannya dengan konsep bermain. Hal ini disampaikan oleh Rinaldi (2001, dalam Sefton-
Green, et.al, 2011) menyampaikan bahwa bermain merupakan hal yang paling mendasari anak
usia dini terhadap perkembangannya. Pernyataan tersebut juga selaras dengan pernyataan
Froebel yang menyatakan bahwa bermain merupakan bagian alami dalam pertumbuhan dan
sebagai imaginative play sebagai kunci seluruh perkembangan anak dan menantang anak-anak
untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya (Berk, 1994 dalam Henniger 2013). Bermain
3
juga dapat dikatakan sebagai cara alamiah anak-anak dalam mengatasi stress (Elkind, 2011
dalam Henniger, 2013). Pandangan mengenai bermain juga dipaparkan oleh Faizah (2008)
yang mengaitkan bahwa bermain memiliki kaitan yang erat dengan berpikir alternative yang
berkaitan erat dengan model pembelajaran kreatif. Istilah kreatif dipaparkan oleh Sefton-Green
“Creativity as a set of ideas within an artistic community against the more general
theoris of learning that focuses on a capacity to reflect and critique. Moving beyond
the idea of creativity as being dependent on making an original product, the definisiton
of creative learning is extended by drawing on literature relating to expert performance
and metacognitition. It is argued that ‘motivation to practice’ is an essential element
in creative learning. Scaffolding tasks is explored in this context, as those that are more
self-evaluative are more helpful for teaching metacognitive skills”
Lebih lanjut Faizah (2008) memaparkan bahwa kreativitas selalu berpikir tentang
kemungkinan dan peluang. Guru-guru yang kreatif adalah guru yang memiliki cara berpikir
kondisi-kondisi rutin yang konvensional dan mencoba untuk berpikir imajinatif, bereksplorasi,
dan selalu lebih cepat bergulir berpikir ke depan. Pendidikan yang berfokus pada menjawab
pertanyaan dan tidak merangksang anak untuk bertanya adalah pendidikan yang tidak
mendorong anak untuk kreatif dan inilah yang sering terabaikan dalam proses pembelajaran
(Philip Gammage dalam Faizah, 2008). Anak-anak yang datang ke sekolah dengan kondisi
alamiah penuh kesenangan, penuh keberanian untuk menaklukan dunia di sekitar mereka
dengan rasa ingintahu yang besar, sering terpatahkan dengan kondisi persekolahan yang steril,
mengejar target, dan system penilaian yang mempersulit anak untuk mengembangkan diri.
4
ditemuinya. Seringkali mereka melahirkan pertanyaan yang kemungkinan dijawab dengan
pertanyaan lagi.
Makna dari pembelajaran kreatif ini erat kaitannya dengan pemikiran Jean Piaget
mengenai cognitive-development perspective (Kail, 2012) fokus pada bagaimana anak berpikir
dan bagaimana pemikiran mempengaruhi perkembangan mereka. Piaget percaya bahwa anak-
anak dapat tumbuh secara alamiah untuk menjelajah dunianya. Pemikiran tersebut sesuai
dengan istilah kreatif yang berarti menciptakan. Piaget berpandangan bahwa anak-anak dapat
menciptakan suatu karya secara alamiah, dan proses kreatif tersebut dapat ditumbuhkan
pembelajaran kreatif juga disampaikan oleh Vygotsky melalui teori contextual perspective
(Kail, 2012), yakni anak-anak dapat belajar dan berkembang melalui interaksi budaya nya yang
diturunkan oleh peran orangtua atau peran orang dewasa lainnya. Yang dimaksud dengan
interaksi tersebut, adalah anak-anak tidak lepas dari konteks sosial, yakni proses belajar anak-
anak tidak dapat lepas dari aksi (akifitas) dan interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan
seiring dengan adanya komunikasi. Belajar kreatif menurut pandangan Vygotsky (Kail, 2012)
adalah adanya aktifitas, interaksi dan komunikasi antara anak dengan lingkungannya sebagai
konteks sosial.
alternative yang merupakan inti dari kreativitas, yang memberi peluang tumbuhnya spirit
energy “co spirito” pada diri anak. Kreativitas digambarkan sebagai perubahan yang terus-
kepada guru atau teman-temannya saat ia bertanya atau menyatakan pendapatnya (Faizah,
2008).
5
Pembelajaran kreatif di lembaga pendidikan anak usia dini menggambarkan
keseluruhan anak, bukan hanya berfokus pada satu aspek misalnya perkembangan intelektual,
tetapi lebih dari itu, pembelajaran kreatif merupakan keseluruhan diri anak. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan Williams (1987; Essa, 2003: 221), bahwa “most early childhood
comprehensively with ‘the whole child’, the child’s physical, social, cognitive, and emotional
yang terpadu. Hal ini dikarenakan pembelajaran di TK memiliki karakteristik yang beragam
namun tetap harus menyajikan pelayananan individual, sehingga kurikulum yang disajikan
1) Fokus kepada anak. Tentu saja anak menjadi subjek utama kurikulum, bukan
sebaliknya. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki kemampuan yang luar biasa
untuk memenuhi hal tersebut. Menstimulasi anak dalam hal agama, moral, sosial,
mulai dari hal yang terdekat, hal sederhana, hal yang menarik dan hal yang
2) Fokus kepada orangtua. Stimulasi yang diberikan di sekolah, tentu dirasa kurang.
Hal ini karena interaksi antara anak dengan lingkungan sekolahnya hanya
berlangsung kurang lebih 3 jam per harinya. Sementara sisa waktunya dihabiskan
hubungan antara orangtua dan sekolah perlu dibina dengan baik. Kurikulum yang
6
harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak yang dirasa tidak didapat di
ke pusat-pusat pembelajaran.
perkembangan anak. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari prinsp-prinsip pembelajaran
di TK. Diharapkan dengan berpedoman kepada prinsip pembelajaran TK, guru mampu
merancang pembelajaran yang dapat mengoptimalkan segenap potensi anak usia dini.
potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
budaya daerah dan karakter bangsa yang selaras dengan nilai-nilai agama dan moral
7
2) Beragam dan terpadu. Program pembelajaran dikembangkan dengan
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat istiadat, serta status
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu
semangat dan isi program pembelajaran mendorong peserta didik untuk mengikuti
seni.
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
unsur pendidikan formal, non formal dan informal, dengan memperhatikan kondisi
8
manusia seutuhnya. Program pembelajaran di TK memotivasi dan memfasilitasi
bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
berfokus kepada kebutuhan anak, menyeimbangkan pengetahuan anak sesuai dengan perannya
di masyarakat. Anak usia dini dipandang sebagai subjek yang sangat strategis dan potensial
merupakan makna yang terkandung dalam kompetensi. Seorang guru TK harus mampu
menjalankan alur pembelajaran, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.
Hal ini penting, mengingat anak-anak pada usia 4-6 tahun, merupakan usia emas. Pada usia ini,
otak bekerja sangat cepat. Sehingga informasi yang diterima, sangat cepat diolah untuk
dialogis. Menjadi guru Taman Kanak-kanak (TK) memberikan tantangan tersendiri. Hal ini
9
terkait dengan subjek yang akan guru hadapi, yaitu seorang anak usia dini. Potensi dan
posisinya yang strategis menjadikan anak usia dini sebagai subjek yang unik. Berbagai
pemerhati anak usia 4-6 tahun, menyebutkan mereka sebagai golongan anak luar biasa. Oleh
karena itu, guru TK perlu memiliki kompetensi yang maksimal, agar mampu mengoptimalkan
perkembangan anak usia dini. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Puckett dan Diffily (2003: 6)
A few important principles guide the decisions early childhood educators make as they
work with young children and their families. These principles include learning about
early childhood history; learning about child growth, development, and learning
theory; learning about individual children; learning from families and communities;
Dapat kita telaah lebih lanjut berdasarkan pendapat Puckett dan Diffily (2003: 6), bahwa
Guru harus mempelajari sejarah perkembangan pendidikan anak usia dini. Guru
senantiasa selalu mencari berbagai teori, konsep dan hal lain terkait dengan anak usia
dini. Sehingga guru dapat mengetahui bagaimana anak usia dini dapat berkembang dan
belajar. Guru dapat menggali berbagai konsep melalui teori-teori yang disampaikan
oleh ahli yang fokus membahas anak usia dini. Misalnya seperti Friedrich Froebel yang
meyakini bahwa anak belajar melalui bahan ajar, kemudian John Dewey yang meyakini
bahwa kelas merupakan model dari demokrasi, dan Jean Piaget serta Lev Vygotsky
yang fokus kepada pemahaman mengenai bagaimana anak belajar. Berbagai konsep
tersebut, dapat dijadikan acuan dan referensi bagi terselenggaranya pembelajaran yang
10
berkualitas, yang menghasilkan sebuah model pembelajaran, misalnya model
perkembangan anak dan menguasai teori pembelajaran. Guru harus mengetahui setiap
Berbagai tipe-tipe perkembangan dan perilaku anak, juga penting untuk dipelajari
dalam program pendidikan anak usia dini. Dengan kemampuan menguasai setiap
karakteristik perkembangan dan perilaku anak, guru dapat mengetahui kelemahan dan
kelebihan anak yang berimplikasi pada perencanaan kurikulum yang bersumber pada
Mempelajari keluarga dan lingkungan yang berada di tengah-tengah anak, juga tidak
kalah pentingnya untuk dipelajari. Guru TK harus mampu mempelajari keluarga anak
didiknya. Mulai dari pola asuh yang diterapkan, kebiasaan-kebiasaan keluarga, sampai
kepada hal-hal pribadi yang berkaitan dengan perkembangan anak. Lingkungan sekitar
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan anak usia dini. Karena, anak belajar melalui
5. Preparing Environments
11
Anak belajar berdasarkan pengalamannya. Guru TK harus mampu menciptakan
lingkungan belajar dengan memilih bahan-bahan ajar yang menarik serta berhubungan
dengan program pembelajaran. Lingkungan sebagai sumber belajar yang alami, harus
mampu diatur sedemikian rupa, agar dapat mampu memfasilitasi anak untuk belajar
pembelajaran, harus mampu dipilih dan diterapkan sesuai dengan karakteristik anak.
Kurikulum yang baik, adalah kurikulum yang mampu mengintegrasikan antara aspek
kognitif) dan seluruh disiplin ilmu (membaca, menulis, matematika, sains, sosial)
program pembelajaran.
Hubungan yang positif dan negatif antara anak dengan guru, dapat memberikan efek
yang besar dalam pembelajaran. Karena pada masa ini, anak usia dini sedang dalam
sebagai sosok atau figur untuk mengtransformasikan nilai-nilai hidup kepada anak.
Menciptakan hubungan yang baik merupakan aspek yang penting bagi terciptanya
melibatkan guru sebagai subjek sentral atau sumber pembelajaran. Hubungan yang baik
12
guru, orangtua dan masyarakat yang peduli terhadap keberlangsungan pendidikan anak
usia dini, mutlak diperlukan, agar masing-masing pihak dapat bertukar pikiran demi
Kedelapan kompetensi guru tersebut, sejalan dengan prinsip profesionalitas yang tertuang
di dalam UU RI No.14 Tahun 2005 Pasal 7. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : 1) memiliki bakat,
minat, panggilan jiwa, dan idealisme; 2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; 3) memiliki kualifikasi akademik dan
latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; 4) memiliki kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugas; 5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
belajar sepanjang hayat; 8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
Sementara dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PAUD/TK/RA, diantaranya
13
tingkat pencapaian perkembangan anak. Selanjutnya guru mengembangkan dan
memperbaiki hal-hal lain seperti tujuan, metode, media, materi dan evaluasi
guru TK, ia harus memelihara kode etik guru. Seperti penampilan, sikap, kerahasiaan
kepribadian menggambarkan sikap yang diharapkan dimiliki oleh guru TK. Hal ini
penting, mengingat bahwa anak usia 4-6 tahun merupakan masa meniru perilaku orang-
orang disekitarnya. Sehingga pribadi guru TK yang lemah lembut, penuh senyuman,
ramah, menyenangkan, serta percaya diri, dapat berdampak juga pada pembentukan
perilaku anak didiknya. Seorang guru TK juga diharapkan mampu menjaga kode etik
guru seperti menjaga nama baik lembaga, menjaga nama baik orangtua siswa, menjaga
nama baik siswa serta menjaga nama baik guru itu sendiri. Bersikap untuk selalu ramah
di hadapan orangtua siswa meskipun dalam keadaan fisik yang kurang sehat, kemudian
bersikap selalu tampil prima untuk mengajar di depan anak-anak, merupakan salah satu
tantangan yang dihadapi oleh guru TK. Komitmen terhadap tanggungjawab pekerjaan
sebagai guru TK, tergambar dalam pribadi yang dimiliki oleh guru tersebut.
guru untuk beradaptasi pada suatu kelomok masyarakat tertentu, disebut sebagai
kompetensi sosial. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendirian. Begitupun guru TK yang tidak dapat hidup tanpa sekolompok manusia/
14
masyarakat. Namun tentu saja ada hal-hal yang diperlukan untuk dapat memasuki
mengenai inovasi, sikap yang menunjukkan keterbukaan untuk menerima kritik dan
saran dari rekan sejawat, sehingga pada akhirnya guru tersebut mampu diterima oleh
komunikasi serta sikap keterbukaan untuk menerima perubahan, merupakan hal yang
harus dimiliki oleh guru TK agar ia mampu berkembang selaras dengan kebutuhan
kehidupan bermasyarakat.
memiliki kaitan yang erat. Jika kompetensi pedagogik berbicara tentang wawasan guru
mengenai dunia pendidikan anak usia dini, maka kompetensi profesional berbicara
profesional berkaitan dengan peran guru sebagai pekerja profesional terhadap suatu
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga yang menjadi tempat bekerja guru tersebut.
Dari berbagai literature yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, berikut ini adalah
ciri khas model pembelajaran kreatif yang kemudian dapat dioperasionalisasikan menjadi
indikator, diantaranya :
15
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran
yang menciptakan
yang imajinatif (Faizah, yang mengasah
berbagai kemungkinan-
2008) Seperti : kemampuan berpikir anak
kemungkinan dari suatu
mendongeng dan bermain (Jean Piaget dalam Kail,
permasalahan (Faizah,
drama 2012)
2008)
Kegiatan pembelajaran
yang membuat anak berani
(Shalleross, 1981, dalam
Faizah, 2008)
kreatif berbasis problem solving. Model pembelajaran menyelesaikan masalah meliputi proses
merumuskan sejumlah tujuan pembelajaran, yang dalam hal ini berkenaan dengan Kompetensi
Dasar yang dikaitkan dengan Kompetensi Inti dan lebih operasional disusun dalam bentuk
16
Indikator. Dalam perencanaan pembelajaran juga memuat tema pembelajaran serta media
pembelajaran kreatif.
Pendukung
menentukan
menentukan menentukan lainnya : peran
situasi,
Menentukan tujuan media dan orangtua, menentukan
kondisi,
Tema dan pembelajaran : langkah- contoh bentuk
suasana, jam
judul kegiatan KI-KD- langkah materi dokumentasi, penilaian
dan durasi
Indikator pembelajaran peran
kegiatan
lingkungan
17
Kegiatan Pembuka
menyiapkan kondisi anak
Kegiatan Inti
untuk memulai kegiatan
melibatkan anak dalam
Kegiatan Penutup
merangsang anak untuk interaksi sosial
aktif bertanya mengenai membuat anak termotivasi
kegiatan hari ini mengasah kemampuan untuk belajar selanjutnya
berpikir anak
membuat anak untuk
melibatkan bermain dalam berani menyampaikan
kegiatan anak pendapat
menghasilkan produk atau merangsang anak untuk
pemikiran baru bertanya dan mengingat
kembali kegiatan hari ini
18
BAB III
MODEL 1
19
5. Guru mencatat semua pendapat anak dan
meenghubungkannya dengan KD yang tercapai.
20
MODEL 2
21
MODEL 3
22
MODEL 4
23
MODEL 5
Judul Kegiatan Golf Kelinci
Tema Binatang
Kompetensi Dasar 1.1 Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
Kompetensi Inti 1.2 Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Indikator
sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan
3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya
untuk pengembangan motorik kasar dan motoric
halus.
4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk pengembanagan
motoric kasar dan halus
3.6 Mengenal benda sekitarnya (nama, warna, bentuk,
ukuran, pola, sifat, suara, tekstiur, ciri-ciri lainnya.
4.6 Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-
benda di sekitar yang dikenalnya (nama, warna,
bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur , fungsi, dan
ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil karya.
3.8 Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca,
tanah, air,batu-batuan, dll)
4.8 Menyajikan berbagai karya yang berhubungan dengan
lingkungan alam (hewan)
3.9 Mengenal teknologi sederhana (peralatan bermain)
4.9 Menggunakan teknologi sederhana untuk
menyelesaikan tugas dan kegiatannya (peralatan
bermaian)
3.12 Mengenal keaksaraan awal melalui bermain
4.12 Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya
Lokasi Di dalam kelas
Media Pembelajaran Kardus bekas air mineral, kertas lipat, Koran yang di remas
menjadi bola golf, kertas karton bekas yang di gulung menjadi
tongkat untuk pemukul.
Langkah-langkah 1. Anak-anak secara bergiliran memukul koran yang sudah diremas
Pembelajaran menjadi bentuk bola
2. Anak-anak mengarahkan pukulan ke dalam lubang kardus
Nilai karakter yang Disiplin,tanggung jawab, rasa ingin tahu
diharapkan terbentuk
24
BAB IV
PENUTUP
Penilaian dan pelaporan perkembangan anak usia dini merupakan bagian penting dalam
rangkaian program pendidikan anak usia dini. Penilaian dan pelaporan memiliki banyak makna
dan tujuan yang utamanyanya berpusat pada bagaimana memahami anak dan memberi program
yang lebih sesuai dengan perkembangan anak. Hal yang perlu ditegaskan dalam tujuan
penilaian untuk perbaikan layanan atau peningkatan layanan yang paling sesuai dengan anak.
secara rutin sehingga Proses pembelajaran akan meningkat dan pembelajaran akan tercapai
sesuai dengan Perencanaan Pembelajaran . Berikut instrument yang dapat di gunakan Kepala
25
INSTRUMEN SUPERVISI
STANDAR PROSES ( PBM )
SKOR PEROLEHAN
NO KOMPONEN STANDAR PROSES A B C D KET
90-100 76-89 60-75 <60
1 Guru memiliki RPPM
2 Guru memiliki RPPH yang sesuai dengan PBM
3 Kesesuaian materi dengan waktu
4 Penguasaan Materi
5 Penggunaan/ penguasaan Metoda
6 Penggunaan strategi kegiatan pembelajaran sara
Variatif
7 Penggunaan / penguasaan alat peraga
8 PBM mengarah ke pembentukan perilaku
9 PBM mengarah ke pencapaian Kemampuan Dasar
10 Ketrampilan membuka kegiatan mengarah pada
kegiatan sesuai dengan tema
11 Ketrampilan bertanya dasar
12 Ketrampilan menjelaskan
13 Ketrampilan memberi penguatan/ motivasi.
14 Sikap guru
15 Respon siswa
16 Penguasaan kelas
17 Pelaksanaan Penilaian
18 Ketrampilan Menutup Kegiatan
Jumlah Skor Perolehan
26
Daftar Pustaka
Beghetto, R.A. (2016). Creative Learning: A Fresh Look. Journal of Cognitive Education and
Psychology, 15 (2), 6-23
Faizah, D.U. (2008). Keindahan Belajar dan Perspektif Pedagogi. Jakarta: Cindy Grafika
Kail, R.V. (2012). Children and Their Development (6th ed). New Jersey: Pearson
Education, Inc
McLellan, R., Galton, M., Steward, S., Page, C. (2012). The Impact of Creative Partnerships on the
Wellbeing of Children and Young People. University of Cambrige: Creative Culture and Education
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
PAUD
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
PAUD
27