Anda di halaman 1dari 5

Pengertian DAP (Developmentaly Appropriate Practice)

DAP adalah konsep yang luas dan menyeluruh yang berkaitan dengan area
perkembangan yang beragam untuk anak usia 0-8 tahun. Pernyataan DAP direvisi untuk
beradaptasi dengan yang l ebih baru kebutuhan dan kriteria pendidikan pada tahun 1997 dan
2009. Pernyataan yang direvisi pada tahun 1997 menekankan tiga:jenis pengetahuan penting bagi
pendidik - kesesuaian usia, kesesuaian individu, dan kesesuaian budaya. (Bredekamp &Coppel,
1997). Pernyataan DAP terbaru diterbitkan pada tahun 2009 masih menempatkan tiga penting
jenis informasi termasuk usia, individu, dan konteks sosial dan budaya. Selain itu, di untuk
mencerminkan kerangka kerja yang lebih baru untuk optimal pendidikan dan isu-isu kritis pada
anak usia dini pendidikan, prinsip dan pedoman yang direvisi untuk keputusan tentang DAP
disajikan termasuk lima ketentuan berikut: menciptakan kepedulian komunitas pelajar,
pengajaran untuk meningkatkan pengembangan dan pembelajaran, perencanaan kurikulum untuk
mencapai tujuan penting, menilai anak-anak pengembangan dan pembelajaran, dan membangun
hubungan timbal balik dengan keluarga (Copple, & Bredekemp, 2009). Meskipun pedoman
khusus dan contoh di DAP, tidak ada yang unik konsep praktik idealis perkembangan. Guru dari
beragam budaya, sosial, dan latar belakang linguistik mungkin berbeda memahami, menerapkan,
dan menerapkan praktik yang sesuai.

Latar Belakang DAP (Developmentaly Approriate Practice)


Pada pertengahan 1980-an, DAP diusulkan oleh National Association of the Education of
Young Children (NAEYC) membuat pedoman. Pedoman ini dilaksanakan sebagai tanggapan
terhadap sebuah dokumen kebijakan berjudul, A Nation at Risk. Dokumen ini menjelaskan
kebutuhan yang berkembang untuk instruksi akademik di prasekolah. “Dalam versi asli ini, DAP
hanya memiliki dua dimensi — kesesuaian usia dan kesesuaian individu — dan tidak
memberikan pertimbangan dampak budaya pada pembelajaran di luar menyebutkan 'latar
belakang keluarga sebagai aspek kesesuaian individu” (Goldstein, 2008, hlm. 254).
Karena kurangnya pedoman dalam pedoman DAP asli; revisi dilakukan lagi pada tahun
1990-an. Revisi “guru PAUD yang ditentukan seharusnya tidak hanya mengambil norma
perkembangan yang ditetapkan oleh psikologi dan kekuatan, minat, dan kebutuhan anak-anak
yang diajarkan menjadi pertimbangan, tetapi juga harus memasukkan nilai-nilai, keyakinan,
prioritas, dan praktik yang membentuk konteks sosial kehidupan siswa mereka.ke dalam
keputusan instruk sional mereka” (Goldstein, 2008, hal. 254). Guru mulai menyadari bahwa
mereka perlu memfokuskan kembali perhatian pada budaya keluarga yang dilayani.
Pentingnyakeragaman menjadi fokus utama dalam pendidikan anak usia dini dan pendidik mulai
mengkaji pentingnya karakteristik masyarakat multikultural seperti ras, etnis, dan bahasa.
“Sejak versi 1996 dari pernyataan posisi ini, lanskap anak usia dini pendidikan di
Amerika Serikat telah berubah secara signifikan dan sejumlah masalah telah berkembang
pentingnya” (The National Association of Education of Young Children, 2009, p. 2). Rumah
anak-anak tumbuh di telah berubah; sekarang ada lebih banyak rumah orang tua tunggal dan
lebih banyak rumah tempat kedua orang tua bekerja. Peningkatan keluarga imigran seluruh
bangsa telah menyebabkan perubahan dalam bahasa dan budaya pertama. Ada juga peningkatan
anak berkebutuhan khusus; termasuk mereka yang cacat, menantang perilaku, dan mereka yang
berisiko cacat. Perubahan untuk keluarga bukan satu-satunyamasalah yang dihadapi pendidikan
anak usia dini, tetapi tantang an bagi pendidik anak usia dini juga faktor kebutuhan untuk revisi
pembangunan kembali NAEYC dari posisi DAP mereka penyataan. Menurut NAEYC (2009),
“Adapun guru, bangsa terus berjuang untuk mengembangkan dan memelihara tenaga pengajar
yang berkualitas”.
NAEYC merevisi pedoman mereka dan membuat pernyataan posisi untuk dipromosikan
keunggulan dalam pendidikan anak usia dini di pertengahan 2000-an. Didasarkan pada kedua
penelitian pada perkembangan dan pembelajaran anak dan dalam basis pengetahuan tentang
pendidikan efektivitas, kerangka kerja menguraikan praktik yang mempromosikan optimal anak-
anak pembelajaran dan pengembangan. NAEYC menyatukan pendidik anak usia dini dengan
pengalaman dan keahlian, untuk membantu mengembangkan kerangka kerja yang sesuai dengan
perkembangan praktek. Pedoman DAP terbaru diterbitkan pada tahun 2009 dan membahas saat
inibkonteks dan pengetahuan yang relevan untuk praktik yang sesuai dengan perkembangan di
awal lingkungan belajar masa kecil.
Praktik yang sesuai dengan perkembangan (DAP) di kelas anak usia dini adalahsangat di
perdebatkan di antara tidak hanya guru anak usia dini, tetapi juga administrator dan guru SD.
Guru PAUD berbeda pendapat tentang pentingnya DAP dalam kelas, pengurus menanyai DAP,
dan guru SD tidak memahami pentingnya DAP. Dampak dari praktik yang sesuai dengan
perkembangan di kelas anak usia dini mungkin jauh jangkauannya dan tahan lama
Prinsip – Prinsip DAP

1. Belajar paling efektif bagi anak-anak adalah ketika kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi,
dan ketika secara psikologis merekea merasa aman dan nyaman. Contohnya : DAP
memperhatikan kebutuhan biologis anak. Pada usia TK dan SD anak-anak memerlukan
aktivitas fisik yang membuat mereka aktif, sehingga dapat membantu pembentukan
kepercayaan dirinya. Contohnya, anak tidak disuruh duduk, menulis, dan mendengarkan
ceramah guru dalam waktu yang lama. DAP memberikan peluang bagi anak untuk aktif,
bermain, waktu tenag, belajar, dan beristirahat secara seimbang. Anak-anak akan lebih
cepat mempelajari suatu konsep dengan keterlibatannya secara aktif, misalnya bekerja
dengan obyek nyata/tiruannya atau kerja tangan, daripada hanya disuruh mendengarkan
guru. Lingkungan belajar juga harus aman sehingga semua anak merasa aman dan
diterima oleh lingkungannya.
2. Anak-anak membangun pengetahunnya. Contohnya : Pengetahuan anak yang dibangun
merupkan hasil dari interaksi dinamis antara individu, dengan lingkungan fisik dan
sosialnya. Artinya, anak mendapatkan pengetahuan melalui eksplorasi dan eksperimen
aktif. Salah satu eksperimen yang berharga adalah membuat kesalahan yang konstruktif
yang merupakan hal yang penting bagi perkembangan mentalnya, yaitu belajar dari
kesalahan. Anak-anak perlu membangun hipotesanya dengan mengadakan percobaan dan
berbagai bentuk manipulasi, mengamati apa yang terjadi, membandingkan hasilnya,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya.
3. Anak-anak belajar melalui interaksi sosial dengan para orang dewasa di sekitarnya dan
temanteman sebayanya. Contohnya : Contoh terpenting adalah hubungan antara orang
tuan dan anak. Para guru akan mendorong agar hubungan dapat terjalin lebih kuat,
termasuk dengan kawan sebayanya dan orang dewasa lainnya, sehingga proses belajaran
akan lebih efektif. Tugas guru adalah memberi dukungan, mengarahkan, dan memberikan
motivasi, sehingg anak adapat belajar berinteraksi dan menjadi individu manidiri.
Kurikulum DAP akan memberikan kesempatan bagi anak untuk mengerjakan suatu
pekerjaan berkelompok, sehingga anaka dapat belajar berkomunikasi dan berinteraksi
dengan kawankawannya. Termasuk juga diskusi di kelas yang dipandu langsung oelh
gurunya.
4. Anak-anak belajar melalui bermain. Contohnya : Bermain dapat memberikan kesempatan
pada anak untuk berekspresi, bereksperimen, memanipulasi, yang semuanya adalah ahl
yang paling penting untuk membangun pengetahuan dan membangun kemampuan
berpikir representatif. Ketika berain, anak-anak dapat belajar mengkaji dan meningkatkan
daya pikirnya melalui respon yang diperoleh dari lingkungan fifik dan sosialnya. Melalui
bermainlah anak-anak dapat mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya. Pada
usia SD, permainan anak-anakmenjadi lebih berorientasi pada peraturan dann dapat
meningkatkan kemandirian dan kerjasama, sehingga dapat mendukung perkembangan
sosial, emosi, dan intelektualnya.
5. Ketertarikan anak-anak terhadap sesuatu, dan rasa ingin tahunya yang tinggi dapat
memotivasi belajar anak. Contohnya : Anak-anak membutuhkan pengalaman yang
mempunyai arti penting bagi ereka. Dalam kelas yang sesua dengan DAP, para guru akan
mencari cara dan strategi untuk membuat anak tertarik dan memberikan peluang bagi
anak untuk memecahkan persoalan secara bersama. Guru akan mencari berbagai aktivitas
dan kegiatan yang dapat menarik minat anak, sehingga motivasi anak untuk belajar akan
meningkat. Hal ini akan menumbuhkan kecintaan anak untuk belajar, rasa ingin tahu,
perhatian, dan motivasi dari dalam diri anak untuk terus mencari pnegetahuan.
Hubungan Kurikulum Dengan DAP
Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan, banyak tergantung dari cara pengelolaan
pembelajaran terhadap anak-anak. Perkembangan anak ditentukan oleh berbagai fungsi
lingkungan dan pengelolaan pembelajaran yang saling berinteraksi dengan anak, melalui
pendekatan yang sifatnya memberikan perhatian, kasih sayang dan peluang untuk
mengaktualisasikan diri sesuai DAP, Horowitz, dkk. 2005.
Penerapan DAP untuk kelompok bermain telah difasilitasi oleh Direktorat PAUD, Dirjen
Pendidikan Nonformal Informal, dan Departemen Pendidikan Nasional melalui penyusunan
Menu Pembelajaran Generik, yaitu program pendidikan anak usia dini (lahir-6 tahun) secara
holistik yang dapat dipergunakan dalam memberikan layanan kegiatan pengembangan dan
pendidikan pada semua jenis program yang ditujukan bagi anak usia dini.
Konsep DAP adalah rujukan untuk menyediakan sebuah lingkungan dan menawarkan
konten, materi, kegiatan, dan metodologi yang dikoordinasikan dengan tingkat perkembangan
anak dan untuk individu anak yang sudah siap. Tiga dimensi yang tepat harus dipertimbangkan
yaitu: umur tepat, tepat untuk individu, dan tepat untuk konteks sosial dan budaya dari anak.
DAP dirasa sangat penting karena dapat mendorong penggunaan berbagai strategi pengelolaan
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar anak-anak agar dapat memenuhi tugas
perkembangannya.
Pengelolaan pembelajaran terselenggara dalam berbagai jalur pendidikan, jalur
pendidikan formal, non formal dan informal. Implementasi DAP dalam proses pembelajaran
PAUD telah coba dilakukan pada Kelompok Bermain Mandiri SKB Kab. Sumedang,
pengelolaan pembelajaran direncanakan dengan bentuk Satuan Kegiatan Mingguan dan Satuan
Kegiatan Harian yang disesuaikan dengan aspek perkembangan anak. Namun dalam
pelaksanaannya masih banyak terdapat kendala, yang salah satunya tutor lebih banyak
mengembangkan aspek kognitif, sedangkan aspek perkembangan yang lain masih terlihat sangat
jarang di kembangkan dan berbagai kendalakendala lain.
Hal tersebut diatas mendorong peneliti untuk melakukan pengkajian mengenai bahwa
pada dasarnya pembelajaran bagi anak usia dini merupakan sebuah pembelajaran yang
menyenangkan yaitu bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Fungsi lingkungan dan
pengelolaan pembelajaran yang tepat dapat berinteraksi dengan anak adalah hal yang penting
bagi perkembangan anak.
Daftar Pustaka
Prianggita, Veny Agustini. (2013). PENGEMBANGAN KURIKULUM SESUAI DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK (DAP) DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PAUD
(STUDI DESKRIPTIF PADA KELOMPOK BERMAIN MANDIRI SKB KAB. SUMEDANG).
Banten : E – Journal Unma Banten.
Lidinillah, Didin Abdul Muiz. (2006). Developmentally Appropriate Practice (DAP) :
Penerapannya Pada Program Pendidikan Anak Usia Dini Dan Sekolah Dasar. Bandung : Buku
Ajar Universitas Pendidikan Indonesia.
Lettinghon, Megan. (2018). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood
Education. USA : NWCommons.
Kim, Hae Kyong. (2011). Developmentally Appropriate Practice (DAP) as Defined and
Interpreted by Early Childhood Preservice Teachers: Beliefs About DAP and Influences of
Teacher Education and Field Experience.USA : SRATE Journal.

Anda mungkin juga menyukai