PORTOFOLIO
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Belajar dan Pembelajaran
Yang dibina oleh Bapak Drs. Pudyo Susanto, M.Pd.
Oleh :
Novita Ratnasari
140351600729
PORTOFOLIO 1
Hari, tanggal
Judul
Pembelajaran
Kegiatan
perwakilan
dari
masing-masing
kelompok
bersama-sama.
Mahasiswa
mendengarkan
dan
siswanya,
sehingga
perubahan
yang
terjadi
pada
siswa
cara
untuk
mempelajari
hubungan
serta
proses
belajar.
Dalam
proses
belajar,
siswa
menjadi
hubungan
persahabatan,
dimana
guru
anak sebab sebenarnya kita mendidik anak itu. Tidak boleh lagi
anak itu dianggap sebagai suatu bejana yang harus diisi oleh
guru dengan bahan pelajaran. Menurut penyelidikan, belajar
dengan efektif hanya mungkin, kalau anak itu sendiri turut aktif
dalam merumuskan serta memecahkan masalah. Malahan di
sekolah yang modern anak anak diturut sertakan menentukan
bahan
pelajaran,
tentu
dalam
rangka
tujuan
dan
filsafat
memenuhi tugas itu akan memberi kepadanya rasa kepuasan dan kebahagiaan.
Sebaliknya kegagalan memenuhinya akan menimbulkan kekecewaan, rasa tak
senang dan kecaman dari pihak lingkungan. Misalnya, pada masa perkembangan
tertentu seorang anak harus dapat makan sendiri, berpakaian sendiri,
mengeluarkan pendapatnya dengan bahasa yang teratur mengurus diri sendiri,
berumah tangga sendiri dan sebagainya. Itulah tugas-tugas yang dibebankan pada
bahu setiap orang sesuai dengan masa perkembangaannya. Developmental task
yang harus dipenuhi oleh pemuda-pemuda ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
lengkapnya tentang siswa. Oleh sebab itu sekolah modern dengan sengaja
mengumpulkan keterangan-keterangan itu sejak anak itu masuk sekolah.
Keterangan itu senantiasa diperlengkapi selama anak itu belajar di sekolah dan
agar dapat sedalam-dalamnya mengenal latar belakang siswa.
Bila anak itu pindah sekolah maka keterangan itu dikirimkan ke sekolah
yang baru. Secara ideal, kumpulan keterangan itu mengikuti anak itu dari
Sekolah Dasar sampai Universitas. Tentu saja segala keterangan itu bersifat
rahasia dan hanya dipergunakan untuk kebaikan anak itu.
Kumpulan keterangan itu dalam bahasa asingnya disebut permanent
cumulative record atau catatan yang permanen yang dapat berisi keterangan
mengenai:
1. Keterangan pribadi anak: nama, tanggal dan tempat lahir, kebangsaan,
jenis kelamin, alamat, nama orang tua atau wali, tanggal masuk sekolah.
2. Kepandaian: angka-angka rapor, hasil-hasil tes, tinggal kelas.
3. Kesehatan: penyakit-penyakit, cacat badan, kebiasaan hidup,
perkembangan berat, tinggi badan, dan sebagainya.
4. Keadaan rumah: pekerjaan ayah/ibu, jumlah adik/kakak, suku bangsa
orang tua, pendidikan orang tua, agama orang tua, ada tidaknya ayah/ibu,
suasana rumah dan sebagainya.
pujian.
Kesanggupan istimewa, hobby.
Sifat-sifat pribadi (watak): suka bergaul. Pendiam, jujur dan sebagainya.
Cita-cita untuk kemudian hari, jabatan yang diinginkan.
dan sebagainya yang masih dirasa perlu.
Kumpulan keterangan ini dilengkapi foto, hasil karya anak berupa
karangan, gambar, hasil ujian dan sebagainya, catatan berkala oleh guru sebagai
hasil pengamatan, hasil-hasil interview, kesulitan-kesulitan anak dalam pelajaran.
Setiap guru memberi sumbangan untuk memperlengkap keterangan tentang
murid.
Banyak cara untuk mengenal siswa, di antaranya ada yang sudah
dilakukan diatas, ada pula yang memerlukan alat serta latihan khusus seperti tes,
observasi (kelakuan anak di dalam kelas), mengunjungi rumah, interview
(Nasution, 1982).
Guru juga harus memberikan stimulus dari rangsangan internal berupa
motivasi. Menurut Sartain (1958) (dalam M. Ngalim, 1992) pada umumnya suatu
motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu
organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang.
Tujuan adalah yang menentukan atau membatasi tingkah laku organisme itu. Jika
yang kita tekankan adalah faktanya/obyeknya, yang menarik organisme itu, maka
kita pergunakan istilah perangsang (incentive).
Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi
yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga
yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Motivasi
merupakan pendorong bagi perbuatan seseorang. Ia menyangkut soal mengapa
seseorang berbuat demikian dan apa tujuannya sehingga ia berbuat demikian (M.
Ngalim, 1992).
b. Browsing internet
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang di anggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Seseorang di
katakana belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa
dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Stimulus adalah apa saja yang di
berikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa
terhadap stimulus yang di berikan oleh guru.
Menurut Arden N. Frandsen, mengatakan bahwa hal yang mendorong
seseorang untuk belajar antara lain:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebis luas
2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar
Belajar stimulus dan respon mengacu pada proses perubahan perilaku
yang di hasilkan oleh adanya relasi antara stimulus atau rangsangan dan respon
atau jawaban atas stimulus. Misalnya seseorang yang mendengar suara music ia
akan langsung mengetukkan kakinya mengikuti irama music tersebut. Respon
adalah perilaku yang lair sebagai hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran
seseorang. Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya
relasi antara stimulus dan respon dengan baik. Untuk itu, maka stimulus harus
benar- benar dapat member rangsangan atau stimulus. Pertanyaan yang singkat
dan jelas akan dapat mengundang respon yang lebih baik dari pada pertanyaan
panjang yang berbelit- belit yang mungkin bisa menyesatkan. Oleh karena itu,
guru harus mampu memilih rangsangan yang baik dan mampu memberi
rangsangan yang baik.
Ada beberapa teori mengenai stimulus dan respon, di antaranya:
1. Teori Ivan Petrovich Pavlov
Memunculkan reaksi yang di inginkan, maka stimulus harus di lakukan
secara berulang- ulang, dalam artian semuanya tergantung dari kebiasaan yang di
lakukan.
2. Teori Asosiasi Edward L. Thorndike
Ketika melakukan sesuatu memang harus ada kegagalan - kegagalan
sebelumnya. Ketika ia gagal maka ia akan terus mencoba sampai akhirnya ia bisa
berhasil.
sadar bahwa dalam proses belajar ini yang diutamakan adalah bagaimana individu
dapat menyelesaikan dan terhadap rangsangan kehidupan kemudian individu ini
mengadakan reaksi. Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptakan
kegiatan sekaligus menyelesaikan dan akhirnya mendapatkan hasil yang
mengakibatkan perubahan pada dirinya. Sebagai hal baru serta menambah
pengetahuan. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap positif artinya apabila
seseorang belajar sesuatu hal yang baru tergantung stimulus disekitarnya (faktor
lingkungan yang kondusif memberikan kenyamanan dalam proses belajar)
termasuk keaktifan proses mental yang sering dilatih dan akhirnya menjadi suatu
kegiatan yang terbiasa (kompasiana.com).
Jurnal kuliah
a. Pemahaman sebelum perkuliahan :
Pendidikan merupakan serangkaian aktivitas oleh pelaku
pendidikan, guru dan siswa, beserta unsur-unsurnya untuk
mencapai tujuan pendidikan, yaitu menciptakan manusia yang
berdaya. Kegiatan yang berlangsung di dalamnya adalah proses
belajar mengajar, guru menyampaikan informasi sedangkan
siswa menerima informasi. Dengan kata lain, pendidikan adalah
seni mengolah informasi.
Secara kontekstual, hal yang paling umum untuk diamati dalam proses
pendidikan adalah bagaimana guru dan siswa memainkan perannya dalam
panggung pendidikan serta bagaimana hubungan dari keduanya. Peran guru dalam
pendidikan adalah sebagai fasilitator dan motivator.
Siswa merupakan objek pendidikan. Umumnya, siswa seringkali meniru
tingkah laku, gaya berbicara maupun kebiasaan tertentu yang dilakukan oleh guru
favoritnya. Hal yang ditiru dari guru favoritnya ini seringkali berupa hal yang
positif. Tetapi terkadang beberapa siswa juga meniru hal negatif yang dilakukan
oleh guru. Guru harus bisa membuat siswa terbuka dan merasa nyaman terhadap
dirinya agar dirinya (guru) bisa lebih mudah dalam mengarahkan siswa untuk
berubah menjadi yang lebih baik lagi dalam tingkah laku, kebiasaan, serta pola
pikirnya.
berdiskusi
tentang
antara
siswa
dengan
stimulus
perubahannya.
dengan
lebih
memfasilitasi
mereka.
Setelah
dibahas
stimulus
memerlukan
proses
belajar
dan
untuk
Belajar Stimulus
/
perubah
Guru sebagai model, fasilitator, pengelola kelas (manajemen
Siswa
(pola
berpikir,
sikap,
moral,
dan
lain-lain)
serta
pengembangan
kecakapan
(kecakapan
psikomotorik,
bila
dipanaskan
Benda memuai
Aluminium memuai bila dipanaskan
bila
dipanaskan
Besi
memuai
Lingkungan
Benda alam
1. Abiotik : tanah, air, udara, api
2. Biotik : Tumbuhan, hewan
Gejala alam
1. Cuaca : suhu, kelembaban, tekanan udara
Kejadian alam
1. Aliran sungai : sungai, gelombang laut, angin, hujan
2. Bencana : banjir, gunung meletus, tsunami
3. Pencemaran : udara, air, tanah
Masyarakat
1. Manusia
- Individu
- Keluarga
- Populasi
2. Lembaga
- Pemerintah
- Keagamaan
- Sosial
3. Fasilitas umum
- Pasar
- Jalan raya
- Tempat rekreasi
4. Dunia usaha
- Industri
- Jasa
- Perdagangan
5. Rumah sakit
- Poliklinik
- Puskesmas
- Rumah sakit umum
Teknologi (tradisisonal vs modern)
1. Pertukangan :
- Kayu
- Besi
- Kimia
2. Pertanian :
- Bercocok tanam
- Peternakan
- Perikanan
3. Kerajinan :
- Kayu
- Kain
- Mineral
Sains Teknologi-Masyarakat-Sets
Isu Technology
Isu Masyarakat
Isu Sains
Salingtemas-Sets
Isu Lingkungan
Isu Sains
Isu Technology
Isu Masyarakat
Bahan Ajar
SAINS
LINGKUNGAN
TEKNOLOGI
MASYARAKAT
- Fakta
- Pencemaran
- Pelestarian
Ekonomi
- Konsep
- G. Meletus
- R. Genetika
Politik
- Prinsip
- Prosedur
- Bencana
- Ekosistem
- Biotek
- Konvensional/
Modern
- Sosial
- Budaya
- Kesehatan
yang
dapat
membimbing
siswa
tersebut
untuk
meningkatkan
intensitas
dan
kualitas
belajar.
Guru
dapat
PORTOFOLIO 2
Hari, tanggal
Judul
Kegiatan
mendengarkan
dan
mencatat
materi
yang
umpan
balik
kepada
mahasiswa.
Dosen
juga
kegiatan
ini
menjadikan
mahasiswa
lebih
dapat
juga
lebih
berdampak
mengerti
besar
dan
bagi
kita
memahami
semua.
tentang
hidup berkualitas adalah kehidupan yang membiarkan orang luar menilai diri kita.
Pada saat menyenangkan ataupun pada saat tidak menyenangkan Bertens, 1997).
Filsuf Herb Shepherd (Antonius, 2002:135-136) (dalam Antonius)
menyebutkan integritas diri sebagai kesatuan yang mencakup empat nilai, yaitu
perspektif (spiritual), otonomi (mental), keterkaitan sosial, dan tonus (fisik).
George Sheehan menjabarkan integritas diri sebagai kesatuan empat peran, yaitu
menjadi binatang yang baik (fisik), ahli pertukangan yang baik (mental), teman
yang baik (sosial), dan orang suci (spiritual) (Antinius).
Kedua tokoh itu, walau dengan istilah yang agak berbeda, namun samasama menyebutkan hal yang merupakan unsur penting dalam diri manusia, yakni
fisik, sosial, dan mental-spiritual. Unsur penting tersebut merupakan dimensi
dasar diri manusia. Integritas diri dilihat sebagai keterpaduan sinergis dan saling
mendukung antara ketiga dimensi dasar tersebut dalam kehidupan seseorang.
Ketiganya berkembang secara seimbang sehingga dapat saling mendukung dalam
menjalani kehidupan secara lebih manusiawi. Inilah pengertian yang lebih luas
tentang integritas diri (Antonius).
Jarang sekali orang kehilangan integritas secara mendadak. Biasanya
dimulai dengan menurunnya standar integritas secara perlahan hingga sulit
disadari dan sukar dihentikan sampai akhirnya mencapai akhir yang mematikan.
Seperti seorang anak, orang memulainya dengan mencuri permen dan bukan
mobil. Dalam kaitan dengan integritas, hal kecil itu penting. Oleh karena itu,
untuk memiliki keunggulan integritas, orang tidak boleh mengabaikan hal kecil,
seperti berbohong untuk hal sederhana atau mengambil sesuatu milik orang lain
tanpa izin (mencuri), sekecil apa pun itu. Membangun integritas diri berarti
memulainya dan memperlihatkannya dari hal kecil (Antonius).
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana prses belajar
yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 1995).
kematangan,
atau
keadaan-keadaan
sesaat
seseorang
siswa
sedemikian
rupa
sehingga
perbuatannya
b. Browsing internet
Kata integritas berasal dari bahasa Inggris yakni integrity,
yang berarti menyeluruh, lengkap atau segalanya. Kamus Oxford
menghubungkan arti integritas dengan kepribadian seseorang
yaitu jujur dan utuh. Ada juga yang mengartikan integritas
sebagai keunggulan moral dan menyamakan integritas sebagai
jati diri (Samuel, 2009-2015).
Integritas juga diartikan sebagai bertindak konsisten sesuai dengan nilainilai dan kode etik, Dengan kata lain integritas diartikan sebagai satunya kata
dengan perbuatan. Paul J. Meyer menyatakan bahwa integritas itu nyata dan
terjangkau dan mencakup sifat seperti: bertanggung jawab, jujur, menepati katakata, dan setia. Jadi, saat berbicara tentang integritas tidak pernah lepas dari
kepribadian dan karakter seseorang, yaitu sifat-sifat seperti: dapat dipercaya,
komitmen, tanggung jawab, kejujuran, kebenaran, dan kesetiaan (Samuel,
2009-2015).
Orang Tiongkok berhasil membangun tembok batu yang kuat dan dapat
diandalkan, tetapi gagal membangun integritas pada generasi berikutnya.
Seandainya, penjaga pintu gerbang tembok itu memiliki integritas yang tinggi, ia
tidak akan menerima uang suap itu yang tidak hanya menghancurkan dirinya tapi
juga orang lain (Samuel, 2009-2015).
Betapa sering kita meremehkan dan memandang sebelah
mata terhadap arti penting sebuah integritas. Padahal, walaupun
ada pengorbanan dan harga yang harus dibayar demi sebuah
integritas, akan lebih banyak risiko dan akibat fatal yang terjadi
jika
harus
mengorbankan
integritas.
Bila
kita
tidak
Mesir, yang usianya lebih dari 2000 tahun, tetapi mereka tetap
terbelakang (miskin). Di sisi lain Negara seperti Singapura,
Kanada, Australia dan New Zealand, negara yang umurnya
kurang dari 150 tahun dalam membangun, saat ini mereka
adalah bagian dari negara maju di dunia, dan penduduknya tidak
lagi miskin (Samuel, 2009-2015).
Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara juga
tidak menjamin negara itu menjadi kaya atau miskin Jepang
mempunyai area yang sangat terbatas, di mana daratannya
delapan puluh persen berupa pegunungan dan tidak cukup untuk
meningkatkan pertanian dan peternakan Tetapi, saat ini Jepang
menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. Jepang laksana
suatu negara industri terapung yang besar sekali, mengimpor
bahan baku dari semua negara di dunia dan mengekspor barang
jadinya. Swiss tidak mempunyai perkebunan coklat tetapi
sebagai segara pembuat coklat terbaik di dunia. Negara Swiss
sangat
kecil,
hanya
sebelas
persen
daratannya
ang
bisa
tidak
ada
perbedaan
yang
signifikan
dalam
hal
adalah
memperbaiki
mereka
keadaan,
yang
dan
bersedia
melakukan
mengambil
kewajiban
risiko,
dengan
(penghasut).
jujur
dan
Kedua,
setia.
integritas
Kehidupan
kita
berarti
akan
dapat
menjadi
pribahasa
mengatakan
Kemarau
setahun
akan
seorang
pendeta
yang
saleh
dan
pengkhotbah
Dr.
Edwards
terdapat
729
keturunan:
300
orang
dan
nilai-nilai
dari
generasi
terdahulu
sangat
muda
Timotius
agar
menjadi
teladan
dalam
belajar
adalah
bentuk
pertumbuhan
atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam caracara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
5. Cronbach, belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami
dan dalam mengalami itu menggunakan panca indranya.
6. Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilakn perubahan - perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap.
7. Noehi Nasution, belajar adalah suatu
proses
yang
diri
manusia.
Apabila
setelah
belajar
tidak
terjadi
padanya
telah
berlangsung
proses
belajar.
kualitas
dan
peningkatan
kecakapan,
pemahaman,
ketrampilan,
kuantitas
tingkah
pengetahuan,
daya
laku
sikap,
pikir,
dan
seperti
kebiasaan,
kemampuan-
dengan
mengadakan
bimbingan karakter,
bimbingan
karakter.
Melalui
dengan
penemuan-penemuan
baru
mereka
yang
menjadi
bahan
perbincangan
dunia.
Melalui
penemuan-
Mengerjakan
kebaikan
pada
semua
waktu
dan
semua
(Jacqualine Bisset).
Integritas lebih memilih berpikir dan berbuat berdasarkan
ada
adalah
mempunyai
integritas
atau
tidak
mempunyai integritas.
Membangun reputasi dan integritas memerlukan waktu
bertahun-tahun, tetapi hanya memerlukan waktu satu detik
untuk menghilangkannya. Maka jangan pernah membiarkan
diri untuk
integritas diri.
Kita harus berusaha untuk berintegritas walaupun pepatah
mengatakan sepandai-pandai tupai melompat pasti akan
terjatuh juga.
Success will come and go, but integrity is forever.
Dont ever say God, i have a big problem, instead of Hei
BELAJAR
- Adalah proses interaksi antara siswa dengan objek.
Memperoleh
Perilaku
baru
Membentuk
Nilai
yang
sudah
ada
Memodifikas
Ketrampilan
Pengetahua
i
Menguatkan
n
Adalah Perilaku mempelajari diri sendiri dengan mencoba,
Pilihan
memodifikasi dan membangun.
LINGKUNGAN
Belajar Sains
-
Paradigma lama :
berupa produk yang
Kognitif
Afektif
Benjamin S. Bloom
Psikomotorik
Moral
Kohlberg
sains
Belajar
sains
adalah
mempelajari
metode
ilmiah,
Tingkatan Belajar
Stimulus - Respon
Habituasi
Instingtif
Belajar kognitif
Hakikat Belajar
-
diketahui
Dipandang
sebagai
proses,
bukan
pengumpulan
Terjadi
dari
perkembangan
pribadi,
pendidikan,
persekolahan, pelatihan
Bisa berorientasi pada tujuan, atau muncul dari motivasi
Berlangsung sejak pranatal
Kesimpulan :
Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan . Dalam etika, integritas diartikan
sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Guru harus memiliki
reputasi yang baik dan integrasi yang baik. Integritas seorang guru dapat terpancar
melalui pengajarannya terhadap murid-muridnya, sebab guru memproyeksikan
kehidupannya terhadap muridnya. Jika gurunya memberikan pengajaran menganai
cara hidup yang baik maka muridnya pun akan mengikutinya begitupun
sebaliknya. Jadi disini kita sebagai calon guru harus menunjukkan integritas kita
sebagai seorang guru.
Daftar Rujukan:
Bertens, K. 1997. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gunawan, Samuel T. 2009-2015. Makna Sebuah Integritas. Sumber:
artikel.sabda.org.
Gea, Antonius. Integritas Diri. core.ac.uk. Diakses: 24 september 2015 pukul
15.23 WIB.
Perdana, Andrean. Pengertian Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran. Sumber:
www.andreanperdana.com.
Purwanto, M. Ngalim. 1992.Psikologi Pendidikan. Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosdakarya.
PORTOFOLIO 3
Hari, tanggal
Judul
: Tipe Belajar
Kegiatan
dan
mencatat
materi
yang
disampaikan
dosen
sambil
informasi (DePotter dan Hernachi, 2003). Sedangkan menurut Zaini (2002) tipe
belajar adalah karakteristik dan preferensi atau pilihan individu untuk
mengumpulkan
informasi,
menafsirkan,
mengorganisasi,
merespon,
dan
memikirkan informasi yang diterima. Secara ilmiah diketahui bahwa dalam hal
penyerapan informasi, manusia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Manusia visual, dimana ia akan secara optimal menyerap informasi
yang dibacanya/dilihatnya.
2. Manusia auditori, dimana informasi yang masuk melalui apa yang
Orang dengan tipe kinestetik belajar malalui gerak, emosi dan sentuhan.
Modalitas ini mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional,
dan kenyamanan fisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik yaitu :
a) Berbicara dengan perlahan
b) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara
c) Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang
d) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
e) Belajar melalui memanipulasi dan praktik
f) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
g) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
h) Banyak menggunakan isyarat tubuh
i) Tidak dapat diam untuk waktu yang lama
j) Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka memang telah
pernah berada di tempat itu.
k) Menyukai permainan yang menyibukkan
l) Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetukngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan
m) Ingin melakukan segala sesuatu
n) Kemungkinan tulisannya jelek
Selain ketiga tipe belajar tersebut, DePorter juga mengatakan bahwa ada
tipe campuran dari tiga tipe belajar diatas, misalnya Auditori-visual atau Visualkinestetik atau bisa ketiga-tiganya tapi biasanya satu tipe belajar lebih
mendominasi.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
yang disesuaikan dengan tipe belajar siswa menurut Deporter (2004), adalah :
1. Visual
a) Dorong pelajar visual untuk membuat banyak simbol dan gambar dalam
catatan mereka
b) Menggunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna
konsep
kunci,
Misalnya
warna
pelangi
adalah
3.Kinestetik
a) Menggunakan alat bantu pada saat mengajar untuk menimbulkan rasa
ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci.
b) Menggunakan simulasi konsep agar setiap siswa dapat mengalaminya
sendiri.
kuat
reinforcement.
Contoh:
Anjing
dapat
diajar
memberi
unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti satu lagi
(conntiguity).
Belajar Tipe 5: Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
Discrimination learning atau belajar membedakan. Tipe ini peserta didik
mengadakan seleksi dan pengujian di antara perangsang atau sejumlah stimulus
yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respons yang dianggap paling
sesuai. Kondisi utama berlangsung proses belajar ini adalah anak didik sudah
mempunyai pola aturan melakukan chaining dan association serta pengalaman
(pola S-R). Contoh:. Guru mengenal peserta didik serta nama masing-masing
karena mampu mengadakan diskriminasi di antara anak itu. Diskriminasi
didasarkan atas chain. Anak misalnya harus mengenal mobil tertentu berserta
namanya. Untuk mengenal model lain diadakannya chain baru
dengan
kemungkinan yang satu akan mengganggu yang satunya lagi. Makin banyak yang
dirangkaikan, makin besar kesulitan yang dihadapi, karena kemungkinan
gangguan atau interference itu, dan kemungkinan suatu chain dilupakan.
Belajar Tipe 6: Concept Learning (Belajar Konsep)
Concept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan
kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk
suatu pengertian atau konsep. Kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai
kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya. Belajar
konsep dapat dilakukan karena kesanggupan manusia untuk mengadakan
representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa.
Manusia dapat melakukannya tanpa batas berkat bahasa dan kemampuannya
mengabstraksi. Dengan menguasai konsep, ia dapat menggolongkan dunia
sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah,
dan sebagainya. la dapat menggolongkan manusia menurut hubungan keluarga,
seperti bapak, ibu, paman, saudara, dan sebagainya; menurut bangsa, pekerjaan,
dan sebagainya. Dalam hal ini, kelakuan manusia tidak dikuasai oleh stimulus
dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk yang abstrak. Misalnya kita dapat
menyuruh peserta didik dengan perintah: Ambilkan botol yang di tengah!
Untuk mempelajari suatu konsep, peserta didik harus mengalami berbagai situasi
dengan stimulus tertentu. Untuk itu, ia harus dapat mengadakan diskriminasi
untuk membedakan apa yang termasuk dan tidak termasuk konsep itu. Proses
belajar konsep memakan waktu dan berlangsung secara berangsur-angsur.
Belajar Tipe 7: Rule Learning (Belajar Aturan)
Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada
tingkat ini peserta didik belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, dedukatif, sintesis,
asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga peserta didik dapat
menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dipandang sebagai rule
: prinsip, daliI, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya.
Belajar Tipe 8: Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini
para peserta didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan
respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi
problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.
Belajar memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut: Individu
menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan
sehingga merasakan adanya semacam kesulitan. Langkah-langkah yang
memecahkan masalah, adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan dan Menegaskan Masalah
Individu melokalisasi letak sumber kesulitan, untuk memungkinkan
mencari jalan pemecahannya. la menandai aspek mana yang mungkin
dipecahkan dengan menggunakan prinsip atau dalil serta kaidah yang
diketahuinya sebagai pegangan.
b) Mencari Fakta Pendukung dan Merumuskan Hipotesis
Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk
pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang
serupa. Kemudian mengidentifikasi berbagai alternatif kemungkinan
pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pertanyaan dan jawaban
sementara yang memerlukan pembuktian (hipotesis).
c) Mengevaluasi Alternatif Pemecahan yang Dikembangkan
Setiap alternatif pemecahan ditimbang dari segi untung ruginya.
Selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang
dipandang paling mungkin (feasible) dan menguntungkan.
d) Mengadakan Pengujian atau Verifikasi
Manusia diciptakan beraneka ragam bentuk, sifat, minat, bakat, dan lain
sebagainya. Keanekaragaman hasil ciptaan Tuhan ini adalah sunatullah yang
harus disyukuri. Betapa tidak, andai saja manusia diciptakan seragam, dapat
dibayangkan alangkah susahnya proses interaksi antarmanusia. Penyebabnya
adalah bisa jadi antarmanusia tersebut tidak saling mengenal ciri khas satu sama
lain. Sehingga sangat sulit membedakan antara si A dan si B. Dalam konteks
pendidikan, keanekaragaman tersebut dapat ditemui dalam hal tipe-tipe belajar
siswa. Para ahli di bidang pendidikan menemukan fakta bahwa setiap individu
siswa memiliki tipe belajarnya sendiri-sendiri. Tipe-tipe belajar tersebut
cenderung berbeda satu sama lain (walaupun ada juga yang sama). Fakta
tersebut selanjutnya menjadi acuan bagi para guru dalam menentukan metode
pembelajaran apa yang sekiranya cocok diterapkan dikelasnya. Hal ini menjadi
penting mengingat sebuah kelas terdiri dari sekumpulan individu yang berbeda.
Dengan demikian, sangat dimungkinkan terdapat beraneka ragam tipe belajar di
dalamnya. Alangkah tidak bijak jika guru hanya menggunakan satu metode
mengajar saja secara monoton dalam setiap KBM-nya. Dengan kata lain, guru
tersebut terindikasi hanya mengakomodasi salah satu dari sekian banyak tipe
belajar siswanya.
Untuk itu, guru profesional adalah guru yang mengajar dengan
multimetode dan multigaya. Namun demikian, penerapan multimetode
pengajaran tidak bisa sembarangan. Guru profesional tetap harus melakukan
pengidentifikasian
dahulu
terhadap
tipe-tipe
belajar
siswanya.
belajar
siswa
melalui
pengenalan
ciri
dan
sifatnya.
Penampilan rapi
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Berbicara perlahan
Penampilan rapi
pendidikannya
melaui
alat
peraba
yaitu
tangan
atau
kulit.
g
h
(menurut koentjaraningrat)
Secara umum
:
a Belajar melalui budaya
b Dibantu orang tua, teman sebaya, dan saudara
c Bisa bersosialisasi dengan baik
d Mendapat nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan budaya
di tempat tersebut
Episodic Learning
- Proses menyimpan pengalaman dalam memori episodik
- Belajar dari pengalaman
Multimedia Learning
- Dapat menyalurkan pesan melalui berbagai media
Media cetak, radio, TV, jaringan internet
Dari beberapa tipe yang telah dijelaskan, dapat dipahami bahwa pada
setiap kegiatan belajar mengajar menerapkan tipe belajar tersebut. Mulai dari
belajar non asosiatif, biasanya murid TK (Taman Kanak-Kanak) yang menerapkan
tipe belajar ini. Ketika saya menjadi murid TK dulu, tipe belajar yang saya
lakukan yakni tipe belajar non asosiatif. Guru mengulang materi, setiap hari
diulang sehingga murid hafal materi dengan sendirinya. Misalnya menyanyi,
setiap sebelum pulang sekolah murid disuruh bernyanyi bersama, agar hafal
dengan lagu yang dinyanyikan. Tipe belajar asosiatif terkadang juga diterapkan
pada pendidikan jenjang TK, karena respon yang diberikan oleh murid TK sama
dengan stimulus yang diberikan oleh gurunya.
Tipe belajar imprinting juga dapat diterapkan di jenjang TK, namun
penerapan di jenjang SD lebih baik. Yakni murid SD belajar dengan memberikan
kesan pada suatu objek, dimana jika itu dianggap baik maka akan ia terapkan di
keseharian, namun jika sebaliknya maka ia tidak ingin meniru hal tersebut. Tipe
belajar ini berbeda dengan observational learning, dimana tipe belajar ini lebih
kepada mengamati hal sekitar.
Tipe belajar yang paling menarik adalah play, karena penerapan tipe
belajar ini membangkitkan antusias murid untuk mengikuti materi yang
disampaikan. Namun sayangnya ada beberapa kelemahan yang menyebabkan tipe
belajar tidak dapat diterapkan setiap hari. Sedangkan tipe belajar enculturation
dapat mengajarkan murid untuk disiplin, karena menganut norma/ aturan yang ada
di masyarakat.
Tipe belajar episodic learning yakni belajar dari pengalaman, contohnya
ketika ada ujian, kebanyakan murid akan menghafal materi yang diujikan, namun
terkadang banyak materi yang dihafalkan tidak keluar dalam soal ujian. Dengan
begitu murid akan memperbaiki cara belajarnya dengan tidka menghafal seluruh
materi namun mereka memprediksi sendiri materi mana yang akan keluar pada
ujian dan yang harus mereka hafal.
Selanjutnya adalah tipe belajar multimedia learning. Tipe belajar ini
menggunakan berbagai media. Contohnya yakni murid akan berusaha mencari
sumber berita dari koran untuk melengkapi tugas yang diberikan oleh guru. Atau
mungkin ada tugas dari guru untuk membuat kliping, hal ini juga dapat
dikategorikan dalam multimedia learning.
Kesimpulan :
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umum terdapat
3 macam tipe belajar, yaitu: (1) tipe belajar visual (2) tipe belajar auditif dan (3)
tipe belajar kinestetik. Sedangkan secara khusus, terdapat 8 macam tipe belajar,
diantaranya: (1) Belajar non-asosiatif (2) belajar asosiatif (3) imprinting (belajar
melalui kesan) (4) Observational Learning (Belajar Pengamatan) (5) Play (6)
Enculturation (7) Episodic Learning dan (8) multimedia learning.
Daftar Rujukan :
http://bisnisguru.blogspot.co.id/2010/03/mengenal-berbagai-tipe-belajarsiswa_09.html (Umar Tri, S.Pd) diakses pada tanggal 14 Oktober pukul
19.30 WIB.
http://editopan.guru-indonesia.net/artikel_detail-36689.html
PORTOFOLIO 4
Hari, tanggal
Judul
Kegiatan
a. Studi Pustaka
Menurut Wasty Soemanto dan Hendyat Soetopo dalam
bukunya yang berjudul Dasar & Teori Pendidikan Dunia (1982),
terdapat berbagai macam teori pendidikan dari berbagai masa
sebelum masehi hingga sesudah masehi, diantaranya:
Teori-teori pendidikan dari masa sebelum masehi hingga
abad 4
1. Teori pendidikan Plato
Dalam mengembangkan
teori
pendidikannya,
Plato
dan
oleh
dan
Plato
militer.
Jenis
berfungsi
masyarakat
ekonomi,
militer,
yang
dan
psikologi
beberapa
dan
fakta
teori
masyarakat,
tentang
pola
di
Plato
mana
mempelajari
musik,
literatur
dan
pendidikan
Dalam
tahap
ini
pemuda
cocok
memperoleh
memberikan
pengeahuna
dan
pengajaran
pengenalan
prinsip-prinsip
dunia
untuk
ilmu
memperoleh
kehidupan
pribadi
mereka
tidak
sesempurna
c) Apabila
manusia
yang
daya
kehendaknya
dominan
tidak
berkembang.
Di
bidang
psikologi
ia
berpendapat, bahwa jiwa manusia terdiri atas jenis kapasitaskapasitas bertingkah laku impulsif (menurut dorongan hati),
kapasitas pengamatan pasif, dan kapasitas berpikir. Kapasitas
bertindak impulsif adalah kekuatan/dorongan untuk berbuat
begini atau begitu. Aktivasi kemampuan pengamatan pasif
menentukan arah tindakan impulsif. Melalui indera, berbagai
obyek
dan
diungkapkan
tindakan
oleh
di
bawa
ingatan,
ke
dalam
diulang
kesadaran
dalam
imitasi,
yang
dan
perkembangan
pada
masing-masing
diri
mereka
pendidikan
meninggalnya.
sejak
pandangan-pandangannya
berumur
20
Pernyataan-pernyataannya
tahun
dalam
hingga
teori
mengetahui
kebenaran
sesuatu,
dapat
semesta,
dan
perkembangan
hidup
manusia.
ruang.
Ke
dalam
bahan-bahan
itu
Allah
berada
di
bawah dan
menjadi
sentral
ruang,
yang
berkembang
dari
benih-benih
yang
sekolah-sekolah.
sekolah-sekolah
Dalam
memiliki
menjalankan
beberapa
peranan,
kekurangan
yang
tiga
bidang:
administrasi
sekolah,
metode
keinginan,
namun
tidak
semuanya.
Tidak
oleh
beberapa
orang
kebetulan
sama
dengan
untuk
negaranya.
diusahakan
memegang
Untuk
itu
dapat
mempersiapkan
peranan-peranan
earga
negara
mereka
diperlengkap
warga
dalam
dengan
Rousseau
tentang
pendidikan
harus
dikembangkan
rasa
kesosialannya,
budi
kurang
setuju
dengan
sebagian
pandanga
anak
sudah
mempunyai
cukup
pengetahuan
dan
sesuai
dengan
Rousseau,
Frobel
juga
menganggap
menyebabkannya,
termasuk
lingkungan
berbuat
dan
meneliti
lingkungan
hidupnya.
konsumen.
prosedur
Pengajaran
menentukan
hendaknya
pusat
minat,
hidupnya
mulai
dari
pekerjaannya
Ada
beberapa
pokok
teori
pendidikan
dan
dan
keebebasan
pada
waktu
menunaikan
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk. Perubahan
itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat nampak di
kesempatan yang akan datang.
2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman.
3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah
behavioristik
dengan
model
hubungan
stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif
ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran
melalui
upayanya
mengorganisir,
menyimpan,
dan
kemudian
konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena
mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih
pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa
terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep
(Sholihin, 2014).
Jurnal kuliah
c. Pemahaman sebelum perkuliahan :
Secara umum terdapat dua teori belajar dalam pendidikan,
yaitu teori belajar mandiri dan teori belajar kelompok. Teori
belajar mandiri memaparkan bahwa seorang individu dapat
belajar di manapun, kapanpun, dan dengan apapun. Yang
melatar belakangi hal ini adalah setiap manusia memiliki akal
pikiran. Setiap manusia berpotensi untuk berkembang, manusia
dapat megkontruksi objek-objek yang ada di sekitarnya dengan
panca inderanya, kemudian diolah oleh otak dengan kegiatan
berpikir sampai pada akhirnya menjadi suatu pengetahuan
(informasi). Dalam perkembangannya, belajar tidak bersifat kaku.
Belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Tidak harus
selalu dengan kegiatan belajar-mengajar secara formal di kelas,
melainkan bisa dilakukan di tempat terbuka (out door) dan
dengan media apapun.
Teori belajar kelompok
memaparkan
bahwa
kegiatan
belajar terjadi dengan optimal ketika ada orang lain baik sebagai
penunjang maupun sebagai rekan dalam melakukan presepsi
terhadap
suatu
materi.
Objek
(informasi)
diolah
sampai
dengan yang lain nyaris tidak selalu sama. Oleh karena setiap
manusia memiliki perbedaan baik dari pengalaman, pola pikir,
tingkat kemampuan, dan wawasan, maka sangat dimungkinkan
adanya ketergantungan antara manusia yang satu dengan yang
lain untuk menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang padu.
Analoginya, ketika suatu objek diolah dua pengamat, setidaknya
akan tercipta presepsi yang berbeda, meskipun perbedaannya
tidak selalu jauh. Hal ini karena masing-masing pengamat
memiliki sudut pandang yang berbeda, di mana keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan masin-masing. Ketika kedua
presepsi dipadukan sampai mencapai titik temu, kesimpulan
yang didapat akan lebih unversal karena kesimpilan yang
terbentuk
tersebut
merupakan
kesmpulan
dari
beberapa
kesimpulan.
d. Pemahaman setelah perkuliahan :
Teori Belajar
Terdapat empat macam teori belajar, diantaranya :
1. Teori Behaviorisme
Teori belajar ini merupakan teori belajar yang mempelajari tingkah laku
luar yang merupakan dampak dari suatu proses belajar. Tingkah laku luar yang
tampak berupa kata-kata, gerak tubuh, tulisan dan lain sebagainya. Sedangkan
tingkah laku dari dalam disebut otak (teori kognitivisme). Teori belajar ini juga
merupakan proses belajar hafalan. Pada teori belajar ini lebih menekankan pada
murid yang diubah oleh lingkungan.
Stimulus
produk sains:
-
Guru
Buku
Tingkah laku
Belajar terjadi
:
Hasil belajar :
teramati
Belajar
:
- Jika
ada stimulus
- Pengetahuan
- Stimulus
Siap mental
- respon
terstruktur
Ada motivasi
ekstrinsik
Latihan
berulang
(drill)
Teacher centered
Direct instruction/active teaching/mastery
teaching
2. Teori Humanisme
Teori ini muncul karena adanya unsur kritik dari teori behaviorisme yang
mengannggap bahwa teori humanisme ini tidak baik.
Guru
Respon
(sesuai dengan rasa ingin
tahu, tujuan belajar yang
ditentukan sendiri oleh siswa,
Stimulus
(sesuai dengan minat siswa)
Fasilitatif
untuk
motivasi
intrinsik
respon
perkembangan anak)
dari
Jadi, pada teori belajar humanisme ini motivasi belajar muncul dari pikiran
siswa sendiri atau minat dan rasa ingin tahu siswa.
Landasan dari teori belajar humanisme ini yaitu menentang sistem otoriter
dan memandang siswa dari sudut pandang siswa, bukan dari sudut pandang guru.
Belajar pada teori humanisme ini prinsipnya mengubah lingkungan, terdapat
hasrat dari dalam, bebas dari ancaman, terarah atau berdasarkan tujuan sendiri dan
bermakna bagi diri sendiri (jati diri). Sedangkan proses belajar mengajar pada
teori humanisme ini yaitu menggunakan pendekatan PBM (Proses Belajar
Mengajar) yang berpusat pada siswa (fasilitatif), pendidikan multikultural, belajar
kooperatif, belajar sosial (teori Bandura) dan scaffolding (teori Vygotsky).
Pembelajaran pada teori ini menggunakan metode modelling (guru menjadi
model), belajar kooperatif, dan STS (Science Technology Society) / kontekstual.
3. Teori belajar Kognitivisme
Dalam teori ini guru harus memandang siswa dari sudut pandang siswa.
Proses belajar ada di dalam otak, bukan pada pengamatan. Stimulus berasal dari
lingkungan sekitar, dan respon berupa kecakapan hidup.
Guru
Stimulus :
lingkungan
alam, teknologi,
dan masyarakat
Respon :
Kecakapan hidup (konsep
sains, ketrampilan, sikap,
kemampuan pemecahan
masalah, dan moral
Siswa yang kognitifnya baik, dia akan menjadikan guru sebagai model dan
perilakunya siswa tersebut akan baik.
Teori belajar kognitivisme disebut sebagai teori belajar yang menggunakan
penalaran berpikir secara logis. Tokoh dari teori ini adalah John Piaget. Teori
belajar ini membahas studi tentang proses perubahan kognitif, yang mana belajar
dalam hal ini diartikan sebagai proses interaksi atau adaptasi dengan
lingkungannya. Belajar juga merupakan proses asimilasi akomodasi
ekuilibrium yang melibatkan perkembangan kogitif pada anak pula. Sedangkan
hasil dari proses belajar mengajar dalam teori ini yaitu struktur perkembangan
kognitif serta adult role behaviorisme. Pembelajaran dalam teori ini menggunakan
metode schientific dari Brunner.
4. Teori belajar Konstruktivisme
Teori ini digunakan pada tahun 2000-an. Studi tentang teori ini meliputi
proses kognitif. Belajar diartikan sebagai interaksi atau adaptasi dengan
lingkungan. Belajar juga merupakan inkuiri ilmiah serta lebih ditekankan pada
pemecahan masalah. Sedangkan proses hasil belajar meliputi pengetahuan
(dikonstruksi sendiri oleh siswa), terjadi perkembangan kognitif/psikimitorik, dan
afektif serta moral, life skiils, adult role behaviors dan self regulated learning.
Pembelajaran pada sistem ini menggunakan discovery/inquiry, PBL, serta
kontekstual /STS (Science Technology System) / salingtemas.
Kesimpulan :
Berdasarkan uraian tentang teori belajar di atas, dapat
disimpulkan bahwa teori belajar adalah pemaparan bagaimana
proses pendidikan. Pendidikan merupakan seni menyampaikan
dan menerima informasi. Di dalam terdapat kegiatan belajar dan
mengajar. Jadi, teori belajar tidak hanya membahas bagaimana
siswa belajar saja, membahas bagaimana proses kegiatan
belajar-mengajar dilangsungkan oleh pelaku pendidikan. Dalam
perkembangannya terdapat 4 teori belajar, yaitu: teori belajar
behaviorisme,
teori
belajar
humanisme,
teori
belajar
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Teori belajar humanisme berlandaskan menentang sistem otoriter dan
memandang siswa dari sudut pandang siswa, bukan dari sudut pandang guru.
Belajar pada teori humanisme ini prinsipnya mengubah lingkungan, terdapat
hasrat dari dalam, bebas dari ancaman, terarah atau berdasarkan tujuan sendiri dan
bermakna bagi diri sendiri (jati diri). Sedangkan proses belajar mengajar pada
teori humanisme ini yaitu menggunakan pendekatan PBM (Proses Belajar
Mengajar) yang berpusat pada siswa (fasilitatif), pendidikan multikultural, belajar
kooperatif, belajar sosial (teori Bandura) dan scaffolding (teori Vygotsky).
Teori belajar kognitivisme disebut sebagai teori belajar yang menggunakan
penalaran berpikir secara logis. Teori belajar ini membahas studi tentang proses
perubahan kognitif, yang mana belajar dalam hal ini diartikan sebagai proses
interaksi atau adaptasi dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan proses
asimilasi akomodasi ekuilibrium yang melibatkan perkembangan kogitif pada
anak pula.
Dalam teori belajar kontruktivisme belajar diartikan sebagai interaksi atau
adaptasi dengan lingkungan. Belajar juga merupakan inkuiri ilmiah serta lebih
ditekankan pada pemecahan masalah. Sedangkan proses hasil belajar meliputi
pengetahuan
(dikonstruksi
sendiri
oleh
siswa),
terjadi
perkembangan
kognitif/psikimitorik, dan afektif serta moral, life skiils, adult role behaviors dan
self regulated learning.
Daftar Rujukan :
Soemanto, Wasty, dkk. 1982. Dasar dan Teori Pendidikan Dunia.
Surabaya: Usaha Nasioanal.
http://visiuniversal.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-belajar-dan-macammacam.html (Ahmad Solohin - Minggu 2 Maret 2014) diakses pada
tanggal 14 Oktober 2015 pukul 20.57 WIB
PORTOFOLIO 5
Hari, tanggal
Judul
Kegiatan
tentang
teori
belajar
dan
mempelajari atau
model
pemrosesan
masing-masing
secara
bergantian.
Kemudian
Studi Pustaka
Gagne mendapat
Yale
merupakan
pelopor
dalam
instruksi
pembelajaran
yang
berasosiasi dengan pengetahuan ynag telah ada akan diproses secara lebih dalam.
Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses dari
pada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia
akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yamg
menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam dari
pada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya (Warsita,
2008).
Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model.
Penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat
pemrosesan. Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk mengingat.
Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah
bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses
pemberian makna dari informasi yang masuk (Firmansyah, 2011).
Pendekatan Teori Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif di mana
anak mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan
dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan
proses berpikir . Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan
kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka
bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks (Santrock, 2011).
Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi aktif yang
dikemukakan oleh psikologi kognitif, untuk menggambarkan hubungan antara
kognisi dengan otak adalah dengan melihat sistem kerja komputer yang seakanakan menjelaskan bagaimana kognisi manusia bekerja dengan menganalogikan
hardware sebagai otak fisik dan software sebagai kognisi. Teori pemrosesan
informasi adalah teori yang
Proses Berpikir
Mekanisme Pengubah
Siegler berpendapat dalam
pemrosesan
infromasi
fokus
untuk
ke
dengan menyandikan
informasi
yang
relevan
membutuhkan
waktu
dan
usaha
untuk
ia
inilah
yang
dipelajari
para
psikologi
tidak
memori
dari
segi
bagaimana
anak
ENCODING
PENYIMPANAN
PENGAMBILAN
Memasukkan
Mempertahankan
Mengambil
Informasi ke dalam
informasi dari
infromasi dari
memori
waktu ke waktu
gudang memori
agar
informasi
lebih
lama
berada
dalam
memori.
Pemrosesan mendalam, pada bagian ini Fergus Craik
dan Robert Lockhart mengatakan bahwa kita dapat
dalam
penyandian.
Jadi,
saat
pendidik
ia
akan
mengalami
kesulitan
saat
dalam
Memori
sensori.
Memori
sensori
berfungsi
tipe
memori
yang
menyimpan
banyak
bantuan
pengulangan,
semakin
besar
Karakteristi
k
Register
Pengideraa
Masuknya
n
Perhatian
informasi
awal
Memori
Pendek
Panjang
Memerlukan
Latihan
perhatian
Perhatian
pengulangan
terus
Memelihara
Tidak
informasi
mungkin
Format
Mengcopi
organisasi
pengulangan
Bunyi
visual Sebagian besar
informasi
masukan
yang
menerus latihan
Pengulangan
mungkin semantik,
secara
apa
adanya
Kapasitas
Hilangnya
informasi
Selang
berkas
Besar
sebagian bunyi,
semantik
dan suara.
Tidak diketahui
Kecil
batasannya
Kemungkinan
tidak
Pergeseran
Menyeluruh kemungkinan
menyeluruh
kembali
kemampuan
mengakses
karena
interferensi
Beberapa menit
- 2 detik
Sampai 30 detik
sampai
beberapa tahun.
Kemungkinan
Memanggil
hilang,
Membaca
otomatis
butir-
yang
butir
dalam
nyaring
kesadaran isyarat
sesat/bunyi
Isyarat
perbaikan
kemungkinan
proses mencari
Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru
untuk
memproses
informasi.
Dalam
hal
ini
Siegler
untuk
suatu
problem
dan
mengkoordinasikan
mengaplikasikan
konstruksi
strategi
pada
yaitu
suatu
mengaplikasikan
sebelumnya
untuk
proses
pengalaman
mempelajari
pada
saat
anak
dan
pengetahuan
atau
memecahkan
di
kognitif.
Pengetahuan
kognitif
melibatkan
usaha
Berkaitan
dengan
modifikasi
diri
Deanna
Kuhn
dunia,
dan
ketrampilan
untuk
mengetahui
Santrock,
mereka
telah
mengembangkan
model
lingkungan,
pembelajar
mendapat
rangsangan
yang
dua
bentuk
penyimpanan
dalam
STM,
maka
ia
akan
mendengarkan
dirinya
sendiri
informasi.
Proses
rehearsal
ini,
selain
membantu
saat
informasi keluar dari STM dan masuk ke dalam LTM. Proses ini
disebut pengkodean (encoding). Informasi yang terdapat dalam
STM demgam gfambaran perspektual tertentu ditransformasikan
ke dalam bentuk konseptual, bentuk yang bermakna. Jadi
informasi tidak lagi disimpan dalam bentuk suara atau bentuk
rupa, tapi sebagai konsep yang diketahui maknanya dan dapat
dirujuk dengan cepat dalam lingkungan pembelajar. Informasi
yang disimpan ini diorganisasikan dalam berbagai cara, tidak
6
hanya dikumpulkan.
Penyimpanan dalam LTM bersifat permanen. Tetapi, karena
berbagai faktor informasi-informasi tersebut bisa jadi tidak dapat
akses, misalnya karena interferensi antara memori lama dengan
memori baru. Salah satu contoh akibat kesulitan mengakses
informasi dari LTM ini adalah terjadinya lupa.
Untuk
menemukan
kembali
informasi
dari
LTM
biasanya
ketrampilannya
dalam
situasi
masalah
baru
harus
dengan
generator
respon
menjamin
bahwa
selektif.
Merupakan
proses
penyarinagan
dan
dalam
STM.
Dari
sinilah
informasi
yang
telah
dalam LTM.
Untuk belajar,
pertama
pembelajar
haruslah
menerima
stimulasi
dan
mereka
harus
siap
menerimanya.
oleh
pembelajar.
Stimulasi
eksternal
yang
baik
meningkatkan
maupun
menurun,
merupakan
(Harjanto, 2000).
b Browsing Internet
Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu :
1
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah
didapatkannya kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif
lama.
Teori manapun pada prinsipnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir,
pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Ini berarti
kegiatan belajar ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman. Perubahan akibat proses belajar adalah karena adanya usaha dari
individu dan perubahan tersebut berlangsung lama. Belajar merupakan kegiatan
yang aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan bertujuan
(Sholihin,2014).
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini
lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori
behavioristik
dengan
model
hubungan
stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
2
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif
ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran
melalui
upayanya
mengorganisir,
menyimpan,
dan
kemudian
Jurnal kuliah
a
Ketika objek yang dikaji merupakan objek ingatan jangka panjang, misal
seperti gambar, irama, dan lain-lain, maka objek tersebut akan dengan mudah
tersimpan di memori jangka lama di dalam otak. Namun ketika objek yang dikaji
merupakan objek ingatan jangka pendek, maka diperlukan perlakuan khusus agar
bisa tersimpan dalam ingatan jangka panjang, yaitu dengan mengkajinya
berulang-ulang sampai timbul kesan dalam otak. Dengan demikian objek
tersebut akan menjadi ingatan jangka panjang.
Ketika objek yang dikaji berhasil dimasukkan ke dalam otak dan
menyimpannya sebagai suatu informasi atau pengetahuan, ada kalanya kita
hendak menggunakan pengetahuan tersebut. Saraf kita akan mencari di mana
objek tersebut disimpan di dalam otak sebagai pengetahuan, yang dalam hal ini
disebut Retrial. Terkadang kita mudah untuk memanggil kembali objek yang telah
tersimpan, namun terkadang kita masih memerlukan stimulus untuk dapat
memanggil objek tersebut di dalam otak untuk digunakan. Tergantung bagaimana
kualitas skema yang terbentuk di dalam otak kita tentang objek tersebut.
pentingnya
guru
memperhatikan
prinsip
pendidikan
dan
pembelajaran.
Tokoh lainnya yaitu Maslow yang berpendapat bahwa manusia ingin
memenuhi kebutuhan hidup.
Implikasi dari teori humanisme ini yaitu kebutuhan peserta didik akan
terpenuhi jika terjadi proses belajar. Kekurangan dari teori ini yaitu tidak bisa
diuji dengan mudah, individual, dan siswa tidak dapat memahami potensi yang
ada pada dirinya karena siswa ketinggalan dalam belajar. Salah satu contoh
penerapannya adalah bimbingan belajar (les privat).
Teori belajar kognitivisme merupakan aktivitas belajar, persepsi atau
pengalaman yang tidak dapat diukur. Tokoh-tokohnya yaitu John Piaget, Bruner,
Ausebel, Gestalt, Kohler, dan Kast Lewin. Implikasi dari teori ini adalah tujuantujuan instruksional, kesiapan peserta didik, materi pelajaran, prinsip-prinsip,
audienced organizer dan memahami konsep-konsep. Kritik dari teori ini yaitu
pembelajaran di Indonesia cenderung cognitif oriented (berorientasi pada
intelektual/kognitif), akibatnya lulusan pendidikan kaya intelektual tetapi miskin
moral kepribadian.
Domain/dimensi belajar meliputi pengetahuan, kognitif (berpikir), afektif,
psikomotorik serta moral. Pengetahuan di Indonesia berbasis textbook oriented,
bukan kognitif oriented. Kognitif (berpikir), afektif, dan psikomotorik merupakan
ide atau pendapat dari Benyamin S. Bloom.
Multiple intelegency merupakan kecakapan, bukan hanya pikiran logika.
Ada 8 intelegency yang diajarkan atau dalam kata lain kaya akan intelektual.
Model Pemrosesan Informasi (Gagne):
Pengertian:
a
Lingkungan
Kesimpulan:
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam teori belajar terdapat
4 teori yang mendasari keberlangsungan kegiatan belajar-mengajar, yaitu: teori
belajar behaviorisme, teori belajar humanisme, teori belajar kognitivisme, dan
teori belajar kontruktivisme. Sedangkan dalam model pemrosesan informasi,
dipaparkan bagaimana suatu informasi itu diproses melalui aktivitas mental di
dalam otak.
Secara umum ada 3 tahap dalam model pemrosesan informasi. Yang
pertama encoding, yaitu proses memasukkan informasi ke dalam otak. Yang
kedua membentuk memori. Informasi yang telah diterima oleh otak akan diolah
dan dimasukkan ke dalam memori dalam bentuk skema. Yang terakhir retrial,
yaitu memanggil kembali informasi yang telah tersimpan di dalam memori untuk
digunakan. Adapun alurnya sebagai berikut:
ENCODING
PENYIMPANAN
PENGAMBILAN
Memasukkan
informasi ke dalam
memori
Mempertahakan
informasi dari waktu
ke waktu
Mengambil informasi
dari gudang memori
Daftar Rujukan:
Bookrags,
Biography
Robert
Milis
http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/
Gagne
PORTOFOLIO 6
Hari, tanggal
Judul
Informasi
Kegiatan
memahami
teori
Piaget,
kita
perlu
mengerti
beradaptasi
dan
mengkoordinirnasi
lingkungan
mental,
konstruksi
hipotesis,
seperti
intelek,
Gambaran
dalam
pikiran
anak
menjadi
semakin
terus.
Setiap
orang
selalu
secar
terus-menerus
perubahan/pergantian
perkembangan
skemata.
Misalnya,
skemata,
seseorang
melainkan
yang
baru
melainkan
adalah
mengadaptasikan
balon
dengan
salah
satu
dan
macam-macam
proses
mengorganisasikan
individu
diri
sifatnya.
dalam
dengan
Akomodasi
Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau
pengalaman yang baru, seseorang tidak dapat mengasimilasikan
pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia punyai.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan seperti ini, orang
itu akan mengadakan akomodasi, yaitu (1) membentuk skema
baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau (2)
memodifikasi
skema
yang
ada
sehingga
cocok
dengan
seseorang
dibentuk
dengan
pengalaman
asimilasi
dan
akomodasi.
Equilibration
membuat
belajar
merupakan
proses
yang
terus-menerus,
tidak
disequilibrium
dan
membiarkan
asimilasi
dan
sendiri
tidak
menjamin
perkembangan,
tetapi
perkembangan
itu
proses
asimilasi
dan
akomodasi
(Suparno, 1997).
Piaget membedakan adanya tiga macam pengetahuan: (1)
pengetahuan fisis, (2) matematis-logis, dan (3) sosial. Masingmasing
pengetahuan
itu
membutuhkan
tindakan
/kegiatan
di
mulut,
dll.
Dari
tindakan-tindakan
itu
ia
skema
yang
akurat
tentang
pasir
kecuali
ia
mendengarkan
orang
bicara,
tetapi
hanya
dapat
Pengetahuan
benda
itu.
Anak
itu
membentuk/menciptakan
pada
taraf
tertentu
pengetahuan
fisis
ini
dapat
nyata.
Setiap
individu,
sepanjang
perkembangannya,
Pengetahuan
fisis,
matematis,
dan
sosial
itu
The
Psychology
of
Intelligence
(1967)
Piaget
orang
dewasa,
seperti
struktur
matematis-logis,
skemata
individu
yang
setiap
kali
berubah
atau
tiruan
dari
kenyataan
(realitas).
Akomodasi
Menurut Matthews
(1994),
dan
lingkungan
terhadap
cara
seseorang
Glasersfeld
mengatakan
bahwa
dalam
definisi
tahun 1937
Gagne mendapat
gelar
Diambil
dari
Biography
Robert
Mils
Gagne
http://www.bookrags.com)
(1) Ide yang dikemukakan awal terkait dengan situasi spesifik, seperti anjing berliur
ketika melihat makanan (2) Teori-teori awal berasal dari sudut belajar di laboratorium,
dan tidak menjelaskan kapasitas manusia untuk mempelajari ketrampilan dan
kemampuan yang kompleks. Gagne tidak mengawali dengan dengan riset
laboratorium, ia berpendapat bahwa kunci untuk mengembangkan teori yang
komprehensif adalah memulai dengan analisis berbagai macam kinerja dan
ketrampilan yang dilakukan oleh manusia. Teori-teori sebelumnya memang
menjelaskan subkomponen belajar manusia, akan tetapi subketrampilan itu bukan
tujuan utama dari belajar. (Gagne, 1977 & 1984, dalam Margaret G. Bell, 2013).
Ada beberapa unsur yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar.
Menurutnya, belajar bukan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas
dalam stuasi masalah (Gagne, 1977), (tetapi tidak menilai belajar yang telah
dilakukan oleh subyek sebelumnya (Margaret G. Bell, 2013: 173 ).
Pandangan Gagne tentang pendekatan kognitif ini didukung oleh sebuah
penelitian tentang pentingnya pengetahuan dalam memahami dan mengingat
sesuatu yang baru telah dilakukan oleh Recht dan Leslie (Woolfolk, dalam
Baharuddin, 2007: 96) keduanya meneliti tentang siswa-siswa sekolah menengah
pertama yang sangat bagus membacanya dan sangat kurang membacanya. Mereka
menguji pengetahuan siswa tentang olahraga baseball dan menemukan bahwa
pengetahuan baseball tidak ada kaitannya dengan kemampuan membaca. Karena
itu kedua peneliti tersebut membagi siswa menjadi empat kelompok, yaitu 1)
Kelompok yang mampu membaca dengan bagus sekaligus memiliki pengetahuan
tentang baseball, 2) kelompok yang mampu membaca dengan bagus tapi kurang
pengetahuannya tentang baseball, 3) kelompok yang kurang mampu membaca
dengan baik tapi memiiki kemampuan yang luas tentang baseball, 4) Kelompok
yang memiliki kemampuan membaca yang kurang dan pengetahuan tentang
baseball yang kurang.
Tabel 1.1:
Penelitian Recht dan Leslie
Kelompok
Kriteria
Ketrampilan Membaca
Pengetahuan tentang
Baseball
Hasilnya, kekuatan pengetahuan siswa yang memiliki kemampuan
membaca kurang dan telah memiliki pengetahuan baseball yang luas ternyata
lebih baik daya ingatnya tentang basaeball dari pada siswa yang memiliki
kemampuan membaca yang baik tetapi pengetahuan baseball yang kurang. Dan
diketahui pula bahwa siswa yang memiliki kemampuan membaca yang kurang
dengan pengetahuan baseball yang luas sama baiknya dengan siswa yang mampu
membaca dengan baik dan pengetahuan baseball yang luas. Sedangkan siswa yang
kurang baik dalam kemampuan membaca dan kurang baik dalam pengetahuan
baseball kurang dapat mengingat apa yang mereka baca. Dari penelitian tersebut
kedua peneliti menyimpulkan bahwa dasar pengetahuan yang baik lebih penting
daripada strategi belajar dalam memahami dan mengingat.
Pengertian Teori Pemrosesan Informasi
Shuell (1986) dalam Schunk (2012:228) menyebutkan bahwa teori-teori
pengolahan
informasi
memperhatikan
memfokuskan
peristiwa-peristiwa
perhatian
lingkungan,
pada
bagaimana
mengkodekan
orang
informasi-
manusia
sebagai
sistem
kompleks
yang
memproses
dan
Gambar 1.2
Konseptualisasi Umum Memori Manusia
Memandang memori manusia itu seperti sebuah komputer yang mengambil atau
mendapatkan informasi, mengelolanya, mengubahnya baik bentuk dan isi,
kemudian menyimpannya, dan menghadirkan kembali pada saat dibutuhkan.
Bagian penting mengenai memori yang berkaitan dengan teori pemrosesan
informasi yaitu pengodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan
kembali (retrieval). Pengodean adalah proses di mana informasi masuk ke dalam
memori. Penyimpanan adalah penahan informasi di setiap waktu. Pemanggilan
kembali berarti mengeluarkan informasi dari penyimpanan. Aliran informasi di
seluruh sistem pengolahan informasi dikendalikan oleh proses control (eksekutif).
Sensory Memory
Sensory memory atau sensory register merupakan komponen pertama
dalam system memori. Sensori memory menerima stimuli atau informasi dari
lingkungan (seperti sinar, suara, bau, dan lain sebagainya) secara terus menerus
melalui alat penerima (receptor) kita. Receptor disebut juga dengan alat-alat
indera. Informasi yang diterima disimpan dalam sensory memory kurang lebih
dua detik (Baharuddin, 2007:100).
Masih dalam Baharudin (2007:100) disebutkan bahwa keberadaan sensory
memory memiliki dua implikasi dalam proses belajar. Pertama, orang harus
memberikan perhatian pada informasi yang ingin diingatnya. Kedua, waktu
mendapatkan atau mengambil informasi harus dalam keadaaan sadar. Setelah
respon diterima oleh sensory memory, otak mulai bekerja untuk memberikan
makna terhadap informasi atau ransangan tersebut. Proses ini disebut Perseption
atau memersepsi. Persepsi (pengenalan pola) terjadi; yaitu proses pemberian
makna terhadap sebuah input stimulus (Schunk, 2012: 231). mengacu pada
kelekatan makna pada input-input lingkungan yang diterima melalu panca indera
(Schunk, 2012: 244). Persepsi manusia terhadap informasi yang diterimanya
berdasarkan realita obyek yang mereka tangkap dan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya (Baharuddin, 2007:101) Misalkan, bila ada tulisan seperti
berikut ini,
Jika seseorang kita tanya huruf apakah itu, maka orang akan mengatakan itu huruf
z, jika kita tanya angka berapakah itu, maka orang akan menjawab 2, jika orang
yang kita tanya belum pernah mengenal sama sekali angka atau huruf maka, maka
orang tersebut akan kesulitan memberi makna dan hanya menganggap itu
hanyalah simbol/coretan yang tidak berarti.
Persepsi terhadap stimuli tidak seasli atau semurni stimuli sebenarnya,
karena bisa dipengaruhi kondisi mental, pengalaman sebelumnya, motivasimotivasi, pengetahuan, dan faktor lainnya (Baharuddin, 2007:101). Perhatian
merupakan faktor (attention) penting dalam proses ini, Tidak semua stimuli dari
lingkungan diterima manusia karena perhatian merupakan sebuah sumber yang
terbatas (Schunk, 2012: 241). pada tahapan ini satu input dipilih untuk diberikan
perhatian lebih lanjut berdasarkan tingkat aktivasinya yang tergantung kepada
konteks (Schunk, 2012: 240). Jadi di sinilah peran proses kontrol (eksekutif)
mengendalikan informasi mana yang akan dipilih untuk proses lebih lanjut.
Short-Term Memory (STM)
Short-term memory atau memori jangka pendek adalah sistem memori
dengan kapasitas yang terbatas di mana informasi disimpan selama 30 detik,
kecuali informasi tersebut diulang atau kalau tidak diproses lebih lanjut, karena
jika diproses informasi bisa disimpan lebih lama (Santrock, 2009:364).
Short-term memory disebut juga sebagai working memory atau memori
kerja. Baddeley (1993, 1998, 2000, 2001) dalam Santrock (2009: 365)
menyatakan bahwa working memory seperti meja kerja pikiran tempat
berlangsungnya banyak pemrosesan informasi. Working memory terdiri atas tiga
komponen utama, yaitu putaran fonologis, working memory visual ruang, dan
eksekutif sentral. Input dari memori sensori menuju putaran fonologis, di mana
informasi tentang cara bicara disimpan dan pengulangan terjadi dan menuju
working memory visual ruang, di mana informasi visual dan ruang, termasuk
imajinasi disimpan. Eksekutif sentral tidak hanya menggabungkan informasi dari
putaran fonologis dan working memory visual ruang, tetapi juga dari memori
jangka panjang (retrieval).
Long-Term Memory (LTM)
Long-term memory atau memori jangka panjang adalah jenis memori yang
menyimpan banyak sekali informasi untuk periode waktu yang lama dalam cara
yang relative permanen (Santrock, 2009: 366). Kapasitas memori jangka panjang
manusia sangatlah mengejutkan dan efisiensi di mana individu-individu bisa
mendapatkan kembali informasi sangatlah mengesankan. Menurut Baddeley
(1998) dalam Schunk (2013:258) representasi pengetahuan dalam LTM
tergantung pada frekuensi dan kontinguitas. Makin sering suatu fakta, peristiwa,
atau ide dijumpai, makin kuat representasinya dalam memori. Selain itu, dua
pengalaman yang terjadi berdekatan waktunya akan cenderung dihubungkan
dengan memori sehingga ketika salah satunya diingatkan yang satunya akan
teraktifkan. Maka, informasi dalam LTM direpresentasikan dalam strukturstruktur asosiatif. Asosiasi-asosiasi ini sifatnya kognitif, tidak seperti asosiasi
dalam teori pengkondisian yang sifatnya behavioral (stimulus dan respon).
Berdasarkan isinya memori jangka panjang dapat dibedakan menjadi
subjenis memori deklaratif dan prosedural. Memori deklaratif dibagi lagi menjadi
memori episodik dan memori semantik (Santrock, 2009:368).
Memori deklaratif (declarative memory) adalah pengumpulan kembali
informasi yang disengaja, seperti fakta atau peristiwa tertentu yang bisa
Organisasi
Mengklasifiksai mengelompokkan potongan-potongan kecil menjadi
potongan
cenderung
berdasar
Penjelasan
Proses mengembangkan informasi yang baru bagi seseorang dengan
menambahkan atau menghubungkannya dengan hal-hal yang telah diketahuinya
(dalam teori Gestalt disebut hukum pragnaz) kecenderungan memberi makna.
3
Skema
Struktur yang mengorganisasikan sejumlah besar informasi menjadi
d Browsing Internet
Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan sejumlah teori
belajar yang bersumber dari aliran aliran psikologi. Di bawah ini akan
dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: (A) teori belajar behaviorisme, (B)
teori belajar kognitif Piaget, (C) teori belajar pemrosesan informasi, dan (D) teori
belajar Gestalt.
A. Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme
ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan Stimulus Respons akan semakin kuat.
Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka
semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
(conduction
unit),
dimana
unit-unit
ini
menimbulkan
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada
dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah
respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya
seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus
(S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar
belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar
sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori
belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan
dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory
yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan
(The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible
Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
konstruktivisme
[lihat:
Salah
satu
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
tertentu
akan
dipandang
sebagai
sesuatu
keseluruhan
yang
terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang
terpenting yaitu :
1
geografis
dengan
lingkungan
behavioral.
Lingkungan
Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu
bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau
peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti :
sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip
ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang
tertentu.
memiliki
kemampuan
tilikan
yaitu
kemampuan
mengenal
Pembelajaran
yang
bermakna
(meaningful
learning);
dalam
Jurnal kuliah
c Pemahaman sebelum perkuliahan :
Dalam
pemrosesan
informasi
peran
otak
sangatlah
skema
berkesinambungan
baru
dengan
tentang
materi
materi
sebelumnya,
lain
yang
terkadang
seorang siswa juga memiliki kendala. Hal ini karena otak manusia
mampu menerima dan menolak apa yang hendak dimasukkan ke
dalamnya. Ketika apa yang dimasukkan ke dalam otak sesuai
dengan skema awal, maka otak akan mencapai pemahaman
langsung. Ketika apa yang hendak dimasukkan ke dalam otak
tidak sesuai dengan sesuai skema awal yang ada di otak, maka
di sini peran aktivitas mental sangatlah penting. Otak akan
mengolah
objek
baru
dan
membentuk
skema
yang
baru
Kontrol eksekutif
L
I
N
K
U
N
G
A
N
Efektor
Organisasi respons
Penggerak respons
Retrieval
Persepsi selektif
LTM
STM
Reseptor
Rehersal
Encoding
Tahap 1
penerimaan informasi
Tahap 2
Memori disimpan
lama
(LTM)
Respons
disalurkan
ke otot
dengan
cara
latihan
ulang
dan
Otot bergerak
Gerakan otot dapat diamati dari
Seleksi persepsi
Tahap 3
STM
Tahap 4
LTM 78
Tahap
Organisasi
Gerakanrespons
otot
pemahaman
atau
mengubah
bisa
Memori
dari informasi
LTM ataudiSTM diubah
menjadi
lingkungan
struktur respons
Tahap 5
Retrieval
Tahap 6
Penggerakan respons
Tahap 7
Organisasi respons
Tahap 8
Organisasi respons
Tahap 1
penerimaan
informasi
Tahap 3
asimilasi
Tahap 3
akomodasi
Tahap 4
ekuilibrium
Aplikasi:
belajar kooperatif: guru/orang tua/teman sebagai model
- teman sebagai sumber motivasi.
Belajar Observasional:
1. Proses
atensional
2. Proses retensi
1. Proses atensional
2. Proses retensi
3. Proses
reproduksi motorik
4. Proses
reinforcement dan
motivasional
Belajar Observasional
a
Orang sering belajar lebih mudah dan cepat dengan mengamati tingkah
laku orang lain
Tingkah laku orang yang diamati disebut model. Model juga bisa berupa
model simbolik (misalnya: dari TV, buku bacaan atau instruksi verbal)
Piaget
Bandura
Sosialisasi
BANDURA
PIAGET
Observasi-persepsi
Atensi
Observasi
fenomena
baru
STM
LTM:
rehearsal
dan
encoding
Retensi: MENGINGAT
MODEL
dengan penget.lama
Retensi:
Asosiasi
beberapa stimulus
Akomodasi:
memperbaharui
penget. lama dg penget.
baru; problem solving
Pengorganisasian
Reproduksi
gerak
Ekuilibrium: terbentuk
respons
motorik
konsep baru
Reinforcement/motivasi
Reinforcement/motivasi
Reinforcement/motivasi
ekstrinsik
instrinsik
intrinsik
manusia mampu menghasilkan produk, dan untuk itu perlu proses sosial
b
c
jejak perjalanannya
Bermacam-macam peralatan psikologi digunakan manusia untuk peralatan
berpikir dan tingkah laku.
Kemampuan berbicara mempunyai banyak fungsi:
Membebaskan pikiran dan perhatian dari situasi sesaat, yang
merupakan stimulus sesaat
Kata-kata dapat menyimbulkan benda dan kejadian yang teramati
Pembicaraan memungkinkan manusia untuk merefleksi kejadian masa
Tugas:
Mencari artikel tentang model pemrosesan informasi (asimilasi, akomodasi,
equilibrium, bandura, dan Vygotsky.
Membuat pertanyaan dijawab sendiri. Tetapi jawabannya merupakan debat dari
materi hari ini disertai argumentasi (Rabu, 30 September 2015).
Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa teori pemrosesan informasi
merupakan model dalam teori kognitivisme yang mencoba menjelaskan kerja
memori manusia dalam memperoleh, menyandikan, dan mengingat informasi.
Ada dua asumsi pokok yang mendukung riset pemrosesan informasi, yaitu: (1)
sistem memori adalah pengolah informasi yang aktif dan terorganisasi; serta (2)
pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam belajar.
Memori manusia merupakan sistem kompleks yang memproses dan
mengorganisasikan semua pengetahuan kita. Cara kerja memori manusia meliputi
tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu memori sensori (sensory memory),
memori jangka pendek (short-term memory,) dan memori jangka panjang (longterm memory).
Konsep kerjanya yaitu memandang memori manusia itu seperti sebuah
komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi, mengelolanya,
mengubahnya baik bentuk dan isi, kemudian menyimpannya, dan menghadirkan
kembali pada saat dibutuhkan. Bagian penting mengenai memori yang berkaitan
dengan teori pemrosesan informasi yaitu pengodean (encoding), penyimpanan
(storage), dan pemanggilan kembali (retrieval). Pengodean adalah proses di mana
informasi masuk ke dalam memori. Penyimpanan adalah penahan informasi di
setiap waktu. Pemanggilan kembali berarti mengeluarkan informasi dari
penyimpanan. Aliran informasi di seluruh sistem pengolahan informasi
dikendalikan oleh proses control (eksekutif).
Daftar rujukan
Baharuddin & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Group.
Gredler, M.E. (2013). Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. (Terjemahan
Tri Wibowo B.S). Jakarta : Kencana.
Jauhar, M. (2011). Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Santrock, J.W. (2009). Educational Psychology. (Terjemahan Diana Angelica).
Jakarta : Salemba Humanika.
Schunk, D.H. (2012). Learning Theories. (Terjemahann Eva Hamdiah dan
Rahmat Fajar). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
PORTOFOLIO 7
Hari, tanggal
Judul
Pemrosesan Informasi, serta mengetahui kelebihan dan kelemahan dari masingmasing teori-teori belajar tersebut.
Hasil studi di luar sekolah :
e
Studi Pustaka
Sejarah Singkat
Nama lengkap Vygotsky adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Beliau
dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia, tepatnya pada 17 november 1896.
Dan berketurunan yahudi. Beliau tertarik pada psikologi saat berusia 28 tahun,
sebelumnya, ia lebih menyukai dunia sastra.
Awalnya, beliau mnjadi guru sastra di sebuah sekolah, namun pihak
sekolah juga memintanya untuk mengajarkan psikolog. Padahal beliau sama
sekali tidak pernah mengenyam pendidikan formal di fakultas psikologi
sebelumnya. Namun, inilah sekenario yang membuatnya menjadi tertarik untuk
menekuni psikologi hingga akhirnya ia melanjutkan kuliah di program studi
psikologi, Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925. Judul disertasinya
mengenai psychology of art.
Vygotsky dalam menyalurkan pemikiran-pemikirannya di dunia psikologi
kerap menghadapi rintangan oleh pemerintah Rusia saat itu. Perkembangan
pemikirannya mulai meluas setelah beliau wafat pada tahun 1934, dikarenakan
menderita penyakit TBC (Budiningsih, 2005).
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan,
yaitu: tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
2.
Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama
memahami proses-proses sosial dan psikologis. Maka dari itu jika dikaji lebih
mendalam, pada teori perkembangan kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis
mediasi. Antara lain: Mediasi Metakognitif dan Mediasi Kognitif.
Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan
untuk melakukan self regalution (pengaturan diri) yang mencakup: self planning,
self monitoring, self chechikng dan self evaluation. Mediasi ini berkembang
dalam komunikasi antar pribadi.
Sedang mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk
memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga,
mediasi ini bisa berhubungan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah
(yang lebih terjamin kebenarannya). Dalam semua literatur yang mengupas tetang
teori perkembangan kognitif Vygotsky, kerap memakjubkan pesan Vygotsky yang
bernada: Untuk membantu anak mengembangkan pengetahuan yang sungguhsungguh bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep dan
prosedur melalui demonstrasi.
Pada dasarnya, teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama, yakni:
(1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru
dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2)
bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3)
peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator
pembelajaran siswa.
Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan
bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses
informasi. Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif
yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan
strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggarisbawahi peran
penting pengetahuan awal dalam proses belajar. Dua, mereka membantu kita
memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Dan
sosial
budaya.
Proses
penyesuaian
itu
equivalent
dengan
Vygotsky
adalah
penekanan
pada
hakikat
pembelajaran
dipelajari,
namun
tugas-tugas
tersebut
masih
dalam
jangkauan
Pembelajaran
mengembangkan
lebih
diarahkan
kemampuan
pada
penggunaan
intermentalnya
dari
strategi
pada
untuk
kemampuan
intramentalnya.
d.
Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transfersal tetapi lebih
learning
theory (ELT),
menjadi
dasar
model
dipelajari.
2.
3.
4.
merangsang siswa memberikan umpan balik tentang apa yang mereka pelajari.
5.
Kemampuan
Concrete
Uraian
Siswa
Experience(CE)
diri sepenuhnya
Reflection
pengalaman baru
Siswa mengobservasi dan Watcing (mengamati)
Observation(RO)
merefleksikan
memikirkan
Abstract
Pengutamaan
melibatkan Feeling (perasaan)
dalam
atau
pengalaman
yang
mengintegrasikan
observasinya menjadi teori
Active
yang sehat
Siswa menggunakan teori Doing (berbuat)
Experimentation (AE)
untuk
memecahkan
masalah-masalah
dan
mengambil keputusan
b Browsing Internet
Teori Vygotsky
Lev Vygotsky adalah seorang filosof Rusia yang idenya mempunyai peran
penting dalam memahami budaya, interaksi sosial dan peranan bahasa dalam
perkembangan kognitif. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar
ketika memasuki akhir abad ke-20. Ia dipengaruhi oleh Pavlov dan beranggapan
bahwa perkembangan secara langsung dipengaruhi oleh perkembangan sosial.
Istilah yang sering digunakan adalah : dampak sosial, scaffolding, and zone of
proximal development (ZPD).
Lev
Vygotsky
berbeda
dengan
konstruktivisme
kognitif
Piaget,
pelajaran
Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna,
tidak
boleh
dipisahkan
dari
pengetahua
anak-anak
yang
gambaran
batin
anak
tentang
dunia.
mereka.
teori
kognitif
terhadap
pembelajaran
siswa
Belajar merupakan proses aktif untuk membangun pengetahuan. Proses aktif yang
dimaksud tidak hanya secara mental namun juga secara fisik, artinya secara fisik
pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi
pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan. Ciri pembelajaran
dalam pandangan kognitif:
a
Menyediakan
pengalaman
belajar
berkaitan
dengan
melibatkan
pengalaman
konkrit,
misalnya
untuk
e
f
pelajaran.
Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna,
tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang
dibangun dalam dunia nyata mereka.
Experiental Learning
Belajar merupakan istilah kunci yang paling vital dalam usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin
ilmu yang berkaitan dengan pendidikan. Disitulah letak pentingnya manusia
sebagai makhluk yang berpikir untuk terus belajar, baik itu belajar secara
kelembagaan formal maupun belajar dari pengalaman yang pernah dan akan
dialami.
saya
sebelum
perkuliahan,
model
pemrosesan
juga
menciptakan
peralatan
psikologis
untuk
Experiental Learning
a
b
Experiental Learning
Reflektive Observation
Abstract
Conceptualization
Active
Experiencing
Acting
ActingReflecting
Thinking
Thinking
Kesimpulan :
Experiental Learning merupakan belajar dari pengalaman dan pengalaman
tersebut yang membuat kita mengalami proses belajar.
Terdapat berbagai macam model pemrosesan informasi, diantaranya
menurut Gagne yang bercirikan stimulus respon, menurut Piaget yang bercirikan
membentuk konsep baru dalam pembelajaran, menurut bandura yang bercirikan
mengingat
model
atau
asosiasi
serta
teori
sosialoleh
Vygotsky
yang
2013.
Model
Pembelajaran
Experiential,
(online),
(http://mediafunia.blogspot.com/2013/02/model-pembelajaranexperiential.html), diakses 4 Oktober 2014.
PORTOFOLIO 8
Hari, tanggal
Judul
Kegiatan
dosen
mendengarkan
memberikan
dan
mencatat
penjelasan
materi
kepada
yang
mahasiswa,
disampaikan
mahasiswa
dosen
sambil
ketiga gaya dalam belajar tersebut, hanya saja satu gaya biasanya lebih
mendominasi. Sedangkan hasil belajar menurut Oemar adalah suatu penilaian
akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan
tersimpan dalam waktu yang lama karna hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berfikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih
baik.
Gaya belajar yang dibatasi hanya dalam satu bentuk, terutama yang
bersifat verbal atau dengan jalur auditorial, tentunya dapat menyebabkan adanya
ketimpangan dalam menyerap informasi. Tulisan atau kata-kata yang terlalu
banyak akan membuat seseorang menjadi bosan dan lelah serta sangat mungkin
menghasilkan proses belajar yang kurang optimal. Dalam hal ini menurut
Solehudin (2006) Pembelajaran praktikum adalah proses model pembelajaran
yang efektif untuk mencapai tiga tujuan secara bersamaan, yaitu dengan
meningkatkan keterampilan kognitif, keterampilan afektif, dan keterampilan
psikomotorik.
Penjelasan dari macam macam gaya belajar
1. Visual (Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman
penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar
mereka paham gaya seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang
khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah
kebutuhan
melihat
sesuatu
(informasi/pelajaran)
secara
visual
untuk
baik,
Sangat baik dalam mengingat wajah seseorang, tetapi seringkali
5
6
memvisualisasikan
gambar
atau
image
dalam
pikirannya,
Umumnya berpenampilan rapi dan baik,
Ketika memecahkan masalah cara yang dilakukan oleh anak
visual adalah dengan membaca informasi, serta membuat daftar
gangguan,
Susah memahami penjelasan
saat
melihat
tampilan
(baik
belajar Auditori
(Auditory
Learners)
mengandalkan
pada
dengan baik.
Dapat dengan mudah menirukan perkataan orang lain dalam
3
4
5
6
pelan).
Susah
3
4
5
menggunakan suara.
Susah untuk membuat karangan.
Susah diam dalam waktunya cukup lama.
Mudah terganggu dengan keributan.
menginggat
sesuatu
jika
membacanya
tanpa
1
2
3
4
2
3
4
istirahat .
Kurang baik dalam melakukan pengejaan kata.
Jika membaca menggunakan jari telunjuk
Kurang menguasai dalam bidang geografi.
Hasil Belajar
Hasil
belajar
merupakan
tujuan
akhir
dilaksanakannya
kegiatan
tersebut
di
antaranya
dari
segi
kemampuan
berpikirnya,
Faktor internal
Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti
kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak
dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik
pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda,
tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa
faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,
yang
direncanakan.
Faktor-faktor
instrumental
ini
berupa
b. Browsing Internet
Artikel Gaya Belajar
bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar, catatan
dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu
informasi secara berurutan.
Gaya belajar kedua disebut gaya belajar auditorial atau gaya belajar yang
mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran
sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, anak harus
mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi yang
diterimanya. Karakter yang lain bagi anak bertipe ini: perhatiannya mudah
terpecah, dan jika belajar dengan cara menggerakkan bibir/bersuara saat
membaca.
Pendekatan yang bisa dilakukan bila anak memiliki kesulitan belajar
seperti di atas: pertama, menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini
digunakan merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar di
depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali. Dan yang kedua adalah dengan
wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi. Sedang pendekatan ketiga yaitu
dengan mencoba membaca informasi, kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan
direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah
dengan melakukan review secara verbal dengan teman atau pengajar.
Gaya belajar lain yang juga unik adalah yang disebut gaya belajar
kinestetik yakni harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu
agar bisa mengingatnya. Tentu saja, ada beberapa karekteristik gaya belajar seperti
ini yang tak semua anak bisa melakukannya. Pertama adalah menerima
informasi/pelajaran dengan cara menyentuh, berdiri berdekatan dan banyak
bergerak. Sedang kedua, saat membaca sambil menunjuk tulisan. Karakter ketiga
adalah anak tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran.
Keempat, anak merasa bisa belajar lebih baik bila berjalan.
Untuk anak yang memiliki karakteristik seperti di atas, pendekatan
belajar yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui
pengalaman dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di
laboratorium atau bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa digunakan
adalah secara tetap membuat jeda di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang
cenderung memiliki karakter Kinestetik juga akan lebih mudah menyerap dan
memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar
mengucapkannya atau memahami fakta.
Penggunaan komputer bagi anak yang memiliki karakter kinestetik akan
sangat membantu. Karena, dengan komputer ia bisa terlibat aktif dalam
melakukan touch, sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan
tulisan. Selain itu, agar belajar menjadi efektif dan berarti, anak dengan karakter
di atas disarankan untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung
fakta di lapangan.
Artikel Hasil Belajar
tentu saja akan berpengaruh terhadap pengalaman belajar anak selanjutnya, baik
di sekolah maupun di perpustakaan.
b. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anakanak usia sekolah, dalam lingkungan masyarakat yang disiplin dalam menjaga
anak-anak untuk belajar secara intensif, maka akan berpengaruh pada aktivitas
belajar siswa.
c. Lingkungan Sekolah
Kondisi sekolah yang mampu menumbuhkan persaingan positif bagi siswa
akan dapat memberikan nilai yang memungkinkan siswa untuk belajar secara
aktif, misalkan sekolah memberikan hadiah bagi yang aktif belajar di sekolah,
dengan aktivitasnya itu mampu berhasil.
Artikel Berpikit Tingkat Tinggi
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari Higher Order
Thinking Skills (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif
hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom. Secara hirarkikal taksonomi Bloom
terdiri dari enam level, yaitu knowledge (Recall or locate information),
comprehension (Understand learned facts), application (Apply what has been
learned to new situations), analysis (Take apart information to examine different
parts ), synthesis (Create or invent something; bring together more than one idea)
dan evaluation (Consider evidence to support conclusions). Anderson, L., and
Krathwohl, D. (eds.) (2001) dalam bukunya yang berjudul Assessing: A Revision
of Blooms Taxonomy yang dipublikasi oleh Publishing Co, New York, US
merevisi level taxonomi ini menjadi remembering, understanding, applying,
analysing, evaluating, creating. Hasil revisi dari Anderson and Krathwohl ini
sangat mudah diterima oleh banyak saintisi dan praktisi sehingga keberadaannnya
selalu menjadi rujukan dari perkembangan teori pembelajaran.
Dalam
perkembangannya
remembering,
understanding,
applying
proses belajar dan evaluasi. Dalam proses pembelajaran paling sedikit harus
melibatkan pendekatan saintifik 5M, sedangkan dalam evaluasi soal-soal yang
dikembangkan harus tidak hanya terbatas pada level applying namun sampai pada
creating.
Jurnal kuliah
a. Pemahaman sebelum perkuliahan :
Gaya belajar menurut saya ialah gaya atau model
seseorang dalam
menanggapi
Simbol
Gaya belajar adalah cara belajar yang cenderung dipilih untuk menerima,
menyerap, mengolah, menyimpan, dan menanggapi informasi. Menerima dalam
hal ini berhubungan dengan penglihatan, pendengaran, peraba, pembau, dan
pengecap.
Tipe-tipe gaya belajar:
1
informasi
Mudah mengerti hanya dengan menyentuh, memegang bahan
Converger
-
Menangkap
informasi tidak
lengkap
Lupa
sulit menghafal
Pembelajaran Efektif
Dalam pembelajaran ini yang digunakan adalah multimedia dan
multimetoda, yaitu ceramah dan dikombinasi dengan percobaan).
Belajar Efektif
Belajar dalam hal ini dilakukan dengan bermain. Permainan yang
digunakan bervariasi dari permainan tradisional juga permainan modern. Dalam
belajar efektif ini dilakukan dengan menanggap gerakan serta terdapat simulasi
dalam bermain peran.
Memfasilitasi terbentuknya
- Mengarah ke moral
2 Sosial skill
- Kecakapan untuk bersosialisasi dengan sesama baik dengan
manusia / alam sekitar
Thinking skill
- Kecakapan berpikir rasional
- Lebih banyak berhubungan dengan knowledge
4 Academic skill
- Kecakapan dalam melakukan kerja alamiah
5 Vocational skill
- Berhubungan dengan pekerjaan khusus yang lebih cenderung
3
kepada ketrampilan
Seharusnya pada tahun 2003 KTSP tetapi lebih menonjolkan thinking skill
(menghafal pengetahuan) tingkat rendah bukan berpikir tingkat tinggi.
Menurut psikologi pendidikan
Hasil belajar pilar belajar (terdapat dalam PERMENDIKNAS no. 22 th. 2006)
Life skill
Pengetahuan
Kognitif (Higher Order Thinking)
Afektif (Multiple Intelligence)
Psikomotorik
Moral
Ketrampilan proses sains
Hasil belajar (Domain Pengetahuan dan Kognitif)
Tipe-tipe dimensi pengetahuan:
Pengetahuan
faktual
Pengetahuan
Istilah
Fakta
konseptual
Kalau dulu siswa membaca dan
menjiplak, tetapi sekarang siswa dituntut
(rumus)
Teori, model
untuk mengklasifikasikan dan mengkategorikan
sendiri.
Pengetahuan
prosedural
Keterampilan
spesifik
dan algoritmis
Teknik dan metode
Prosedur
Pengetahuan strategis
Pengetahuan
kontekstual
dan
kondisional
Konsep diri
Mengingat
Mengorek pengetahuan dari LTM Mengenali, mengingat.
Memahami
Membangun pengertian dari pesan pelajaran Menginterpretasi,
mencari contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menginfering,
membandingkan, menjelaskan.
Menerapkan
Melaksanakan prosedur dalam
situasi
yang
diberikan
melaksanakan, mengimplementasikan.
Menganalisis
Menguaraikan bahan menjadi bagian-bagiannya dan menentukan
hubungan antar bagian membedakan, mengorganisasikan,
menentukan atribut.
Mengevaluasi
Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan standar menguji,
mengkritik atau memutuskan.
Menciptakan
Menggabungkan
unsur-unsur
untuk
membangun
sesuatu
Definisi kognitif
Lama
Ingatan (siswa pasif)
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Bloom
Baru
Mengingat (siswa pasif)
Memahami
Menerapan
Menganalisis
Mengevaluasi
Mencipta
Anderson & Kratmahl
merupakan
berpikir
spesifik
Cenderung kompleks, artinya kesuluruhan jalur berpikir tidak hanya
sisitem tertentu
Pengukuran : membandingkan objek dari dimensi yang tidak diketahui
pengamatan
Penggunaan angka : mengimplementasikan hukum / rumus matematika untuk
menghitung angka
Identifikasi variabel : mengenal karakteristik objek/kejadian yang bersifat
berdasarkan
reasoning
untuk
konstan/berubah
Kesimpulan :
Setiap anak memiliki kecerdasan masing-masing yang pastinya memiliki
kecerdasan utama yang berbeda-beda. Dari perbedaan yang ada ini menunjukkan
hasil belajar dan keterampilan yang berbeda-beda dan diharapkan nantinya siswa
bisa saling bekerja sama untuk bisa saling memahami materi yang diajarkan.
Dengan demikian kecerdasan lain pada tiap-tiap siswa dapat diasah dan nantinya
siswa dapat memiliki kecerdasan lebih dari satu.
Berpikir tingkat tinggi merupakan nonalgoritmik dan melibatkan kemandirian
dalam proses berpikir. Keterampilan proses belajar yakni dalam hal observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, komunikasi, menyimpulkan, penggunaan
tempat/waktu, pengguanaan angka dan identifikasi variabel.
Daftar Pustaka :
Degeng, I.S. (1997). Strategi Pembelajaran: Mengorganisasi isi dengan Model
Elaborasi. Malang: IKIP dan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan
Indonesia
Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA,
SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Gafur A. 2004. Pedoman Penyusunan Materi Pembelajaran (Instructional
Material. Jakarta:Depdiknas
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
http://hipni.blogspot.co.id/2011/02/pengertian-hasil-belajar.html
Mulyasa E. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Panen, P & Purwanto, 1997. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikti
Depdikbud.
Reigeluth, C.M. Merril MD. 1979. Classes of Instructional Variables Educational
Technology.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA
PORTOFOLIO 9
Hari, tanggal
Judul
Kegiatan
mengetahui hasil apa saja yang akan kita peroleh dalam belajar.
Hasil studi di luar sekolah :
c. Studi Pustaka
Hasil
belajar
merupakan
tujuan
akhir
dilaksanakannya
kegiatan
perubahan
tersebut
di
antaranya
dari
segi
kemampuan
berpikirnya,
Faktor internal
Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan
yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik
dalam menerima materi pelajaran.
Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada
dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini
turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya
4
tujuan-tujuan
belajar
yang
direncanakan.
Faktor-faktor
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, juga terdapat faktor eksternal
yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, yaitu:
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga yang kondusif terhadap aktiviatas belajar siswa, maka
memungkinkan siswa untuk aktif belajar. Misalnya, orang tua mendisiplinkan diri
pada setiap habis maghrib untuk membaca buku bersama nak-anak. Kebiasaan ini
tentu saja akan berpengaruh terhadap pengalaman belajar anak selanjutnya, baik
di sekolah maupun di perpustakaan.
b. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak
usia sekolah, dalam lingkungan masyarakat yang disiplin dalam menjaga anakanak untuk belajar secara intensif, maka akan berpengaruh pada aktivitas belajar
siswa.
c. Lingkungan Sekolah
Kondisi sekolah yang mampu menumbuhkan persaingan positif bagi siswa akan
dapat memberikan nilai yang memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif,
misalkan sekolah memberikan hadiah bagi yang aktif belajar di sekolah, dengan
aktivitasnya itu mampu berhasil.
Jurnal Kuliah
a
pastinya memiliki kecerdasan utama yang berbeda-beda. Hal ini dapat terlihat
ketika dalam suatu kelas ada yang pintar di bidang hitung-menghitung, ada yang
pandai bernyanyi, ada yang pandai menghafal, ada yang bisa mengarahkan temanteman (ketua kelas), dll. Dari perbedaan tersebut menunjukkan hasil belajar yang
berbeda-beda serta diharapkan nantinya siswa bisa saling bekerja sama untuk bisa
saling memahami materi yang diajarkan.
Misalnya dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok untuk
mengerjakan suatu tugas. Dari tugas ini diharapkan setiap siswa yang memiliki
kecerdasan yang berbeda-beda dapat saling membantu menerangkan materi agar
semua anggota dalam kelompok itu paham. Dengan demikian kecerdasan lain
pada tiap-tiap siswa dapat diasah dan nantinya siswa dapat memiliki kecerdasan
lebih dari satu.
b Pemahaman Setelah Perkuliahan
Hasil Belajar Domain Afektif (Sikap)
-
akibat manusia)
Menurut Bloom, sikap (afektif) menyangkut kepedulian terhadap bendabenda yang ada di sekitarnya. Sikap ini mengandung nilai yang penting/tidak
penting dan bermanfaat/tidak bermanfaat. Nilai-nilai yang menyangkut
menyajikan
presentasi,
menanyakan konsep.
Menghargai
Memberi penghargaan pada objek, kejadian, tingkah laku, menyatakan
komitmen. Penghargaan diberikan berdasarkan nilai khusus.
Contoh : Membenarkan pentingnya kerja ilmiah dalam belajar,
yang
berbeda,
memecahkan
pertentangan
antar
nilai,
dalam
memecahkan
masalah.
Menunjukkan
komitmen
relativis-instrumental.
Tingkat konvensional : orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi
Penjelasan :
a
masyarakat)
Tahap 1 : orientasi hukuman dan kepatuhan
pendapatnya sendiri
- Membalas kalau dirinya disediki
b Tingkat Konvensioanl
Tahap 3 : orientasi kesepakatan antara pribadi/ orientasi (anak manis)/ hubungan
-
akrab)
Perbuatan baik harus dengan motivasi baik (perasaan, cinta, empati,
tercapainya keadilan
Menerapkan proses demokrasi yang mengatasi semua kelompok dari sifat
kata-kata)
Musical mengenal titinada (pitch), warna nada (timbre), ritme
Spacial kemampuan untuk memperkirakan ruang
Body-kinestetic menyangkut kecepatan, kekuatan, ketepatan gerak
Interpersonal kepribadian, untukmengendalikan dirinya sendiri, dalam
Semua orang mempunyai kecakapan hidup, dan semua orang berhak memiliki
ke-8 tipe intelegensi.
Tugas
Tahun 1985, saya diminta untuk menjadi kepala sekolah di desa kelahiran
saya, karena saya yang menjadi penggagas untuk mendirikan sma itu. Di desa
kelahiran saya itu, hampir semua saudara saya, kemudian hampir semua perangkat
desa bersaudara dengan saya. Saya mengurusi sekolah itu 1 minggu sekali hari
sabtu, karena saya menjadi dosen di UM. Pada suatu hari, ketika saya mengantor
hari sabtu disekolah. Kepala urusan kepala desa menunggu saya, setelah
berhadap2an saya bertanya ada keperluan apa? dia bercerita, bahwa siswi di
SMA tersebut pergi dengan super truk keluar kota menginap tanpa pamit orang
tua, siswa itu tidak sendiri tetapi dengan sepupunya (perempuan). Suatu hari
kemudian, siswa itu pulang. Pada suatu hari kemudian, Orang tua siswa itu
menemui oranng tua supir dan meminta supaya si supir mengawini anaknya.
Pihak orang tua supir tidak bisa menerima dan perselisihan di bawa ke rana
hukum di desa. Kaur pemerintahan bertanya kapada kepsek
Kaur : apakah bapak kepala sekolah, mau menghukum siswi yang pergi dengan
supir tadi?.
Kepsek balik bertanya
Kepsek : mengapa bertanya begitu?.
Pak kaur menjawab, kalau anaknya itu dihukum sekolah, maka desa tidak
menghukum siswi tersebut, sebaliknya jika sekolah tidak menghukum siswi itu,
maka desa menghukumnya. Lalu kepsek memberikan jawaban,
Kepsek :
Berarti siswi tidak bersalah terhadap sekolah, maka sekolah tidak akan
menghukum. Silahkan desa menghukum, karena perbuatan siswa tersebut berada
pada lingkup desa. Tetapi setelah siswa menjalani hukumanya biarkan anak
tersebut kembali bersekolah.
Kaur pemerintahan tidak berani memberi keputusan dan akan membahas dirapat
desa. Rapat desa dilaksanakan dengan menyertakan semua guru SMA beserta
kepala sekolah. Kepala sekolah bersama guru tetap dengan kebikjakan semula
sementara pihak desa tidak bisa mengambil keputusan. Analisis moral kepsek dan
kaur pemerintahan termasuk tahap moral yang mana dan mengapa, jelaskan!
Jawab:
Menurut saya, moral Kaur Pemerintahan termasuk pada tahap moral yang
ke 4 (tahap konvensional). Karena berdasarkan cerita tersebut, Kaur Pemerintahan
menyadari adanya norma (hukum) di dalam sekolah dan di dalam masyarakat
juga. Hal ini dibuktikan dengan sikap kaur yang akan menghukum siswi tersebut
(meskipun masih belum diputuskan) karena telah pergi dengan supir selama
semalam dan tidak ijin orang tuanya walaupun siswi tersebut perginya dengan
sepupu perempuannya. Pemberian hukuman tersebut dimaksudkan agar siswi
tersebut jera, dan tidak mengulanginya lagi, karena perbuatannya melanggar
norma.
Sedangkan moral Kepala Sekolah termasuk pada tahap ke 2 (tahap
prakonvensional), masing masing individu mempunyai pendapat sendiri dan
bebas untuk mengikuti pendapatnya sendiri. Hal ini dikarenakan pada cerita di
atas, Kepala Sekolah memberi alasan yang cukup logis kepada pak Kaur yang
betanya apakah siswi tersebut di hukm oleh sekolah atau tidak. Jika sekolah
menghukum, maka desa tidak akan menghukum. Jika sekolah tidak menghukum,
maka desa yang akan menghukum.
Kejadianya kan tidak berangkat dari sekolah, namun dari rumah. Berarti siswi
tidak bersalah terhadap sekolah, maka sekolah tidak akan menghukum. Silahkan
desa menghukum, karena perbuatan siswa tersebut berada pada lingkup desa.
Tetapi setelah siswa menjalani hukumanya biarkan anak tersebut kembali
bersekolah. Dari sini, dapat dibuktikan bahwa Pak Kepala Sekolah
menyampaikan pendapatnya sendiri, seperti tidak mengetahui norma norma
yang ada di sekitar masyarakat di desa tersebut.
Kesimpulan :
Pada setiap murid memang memiliki kecerdasan masing-masing yang
pastinya memiliki kecerdasan utama yang berbeda-beda. Dari perbedaan yang ada
ini menunjukkan hasil belajar dan keterampilan yang berbeda-beda dan
diharapkan nantinya siswa bisa saling bekerja sama untuk bisa saling memahami
materi yang diajarkan. Dengan demikian kecerdasan lain pada tiap-tiap siswa
dapat diasah dan nantinya siswa dapat memiliki kecerdasan lebih dari satu.
Daftar Rujukan :
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Gafur A. 2004. Pedoman Penyusunan Materi Pembelajaran (Instructional
Material. Jakarta:Depdiknas
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
http://hipni.blogspot.co.id/2011/02/pengertian-hasil-belajar.html
Mulyasa E. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.