BAB III
Dampak Penyalahgunaan Zat Aditif dan Zat Adiktif
A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran untuk topik Dampak Penyalahgunaan Zat Aditif
dan Zat Adiktif adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mendeskripsikan dampak penyalahgunaan zat aditif dan
zat adiktif terhadap kesehatan dengan benar berdasarkan kajian literatur
maupun studi lapangan.
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan dampak penyalahgunaan zat aditif dan
zat adiktif terhadap masalah sosial ekonomi dengan benar berdasarkan
kajian literatur maupun studi lapangan.
B. Materi
a. Zat Aditif
Pada pokok bahasan sebelumnya telah dibahas mengenai penggolongan
zat aditif berupa Bahan Tambahan Pangan (BTP) berdasarkan fungsinya. Zat
aditif dalam bentuk Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan zat yang dengan
sengaja ditambahkan ke dalam makanan sebagai bentuk teknologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan
penyimpanan. Penggunaan zat aditif tersebut bertujuan agar dapat
meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan,
membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta menarik estetika
penampilan bahan pangan. Dalam penggunaan zat aditif, setiap orang dilarang
menggunakan bahan apapun yang dinyatakan terlarang sebagai bahan tambahan
pangan dan menggunakan bahan tambahan pangan wajib yang diizinkan.
BTP pada kehidupan sehari-hari banyak disalahgunakan oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab. Penyalahgunaan BTP dapat berupa
penggunaan BTP yang tidak diperuntukkan untuk makanan, misalnya berupa
pewarna. BTP pewarna dapat berupa pewarna alami maupun buatan yang
diijinkan untuk menjadi BTB, namun pada kenyataanya banyak bahan pewarna
tekstil yang digunakan sebagai BTB.
Rhodamin B adalah salah satu bahan pewarna sintetis yang
peruntukannya bukan untuk makanan, melainkan untuk pewarna tekstil,
kosmetik, maupun sabun. Rhodamin B menghasilkan warna merah pada
makanan. Penggunaan Rhodamin B masih sering ditemui dalam beberapa
makanan. Hasil penelitian Putra, dkk (2014) menunjukkan bahwa 40% sampel
saus cabai yang dianalisis mengandung pewarna rhodamine B dan 60%
mengandung zat pewarna erytrosin yang merupakan bahan pewarna yang
diijinkan, namun rata-rata kadar erytrosin dalam saus cabai adalah 639,5% lebih
tinggi dari kadar yang diijinkan. Kasus ini menunjukkan bahwa BTP pewarna yang
diijinkan telah disalahgunakan karena digunakan jauh melebihi kadar yang
Page | 16
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang
Penyalahgunaan Formalin
Besarnya manfaat formalin di bidang industri tersebut ternyata
disalahgunakan oleh produsen di bidang industri makanan. Biasanya hal ini
Page | 17
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang
sering ditemukan dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan
tidak terpantau oleh Depkes dan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(POM) setempat. Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan formalin pada pedagang tahu didapatkan
bahwa alasan pedagang menambahkan formalin ke dalam makanan adalah
karena kepentingan ekonomi. Alasan ekonomi ini berarti agar pedagang tidak
mengalami kerugian bila barang dagangan mereka tidak habis terjual dalam
sehari. Selain itu, kurangnya informasi tentang formalin dan bahayanya,
tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang masih rendah, harga formalin
yang sangat murah, dan kemudahannya didapat merupakan faktor-faktor
penyebab penyalahgunaan formalin sebagai pengawet dalam makanan.
Formaldehida merupakan bahan tambahan kimia yang efisien, tetapi
penggunaannya dilarang dalam bahan pangan (makanan). Walaupun
demikian, ada kemungkinan formaldehida digunakan dalam pengawetan susu,
tahu, mie, ikan asin, mie basah, dan produk pangan lainnya.
Page | 18
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang
Metabolisme Boraks
Boraks pada umumnya tidak dimetabolisme di dalam tubuh, hal ini
disebabkan oleh diperlukan energi yang besar (523kJ/Mol) untuk memecah
ikatan antara oksigen dengan boron.
Boraks dalam bentuk asam borat yang tidak terdisossiasi dan akan
terdistribusi pada semua jaringan. Boraks akan diekskresikan >90% melalui
urine dalam bentuk yang tidak dimetabolisir. Waktu paruh dari senyawa kimia
boraks adalah sekitar 20 jam, namun pada kasus dimana terjadi konsumsi
dalam jumlah yang besar maka waktu eliminasi senyawa boraks akan
berbentuk bifasik yaitu 50% dalam 12 jam serta 50% lainnya akan
diekskresikan dalam waktu 1-3 minggu. Selain diekskresi melalui urine, boraks
juga diekskresikan dalam jumlah yang minimal melalui saliva, keringat dan
feces.
Page | 19
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang
demi sedikit karena bersifat kumulatif. Salah satu efek samping akibat
seringnya mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks adalah
gangguan pada hati.
Masuknya boraks secara terus-menerus akan menyebabkan rusak membran
sel hepar, kemudian diikuti oleh rusaknya sel parenkim hepar. Hal ini
disebabkan gugus aktif boraks B-O-B (B=O) akan mengikat protein dan lipid
tak jenuh sehingga menyebabkan peroksidasi lipid. Membran sel kaya akan
lipid, sehingga peroksidasi lipid menyebabkan rusaknya permeabilitas sel.
Sebagai akibat dari rusaknya membran sel, maka semua zat akan dapat keluar
masuk ke dalam sel. Dampak jangka panjangnya tentunya akan berakibat
pada kerusakan hati dan komplikasi pada organ tubuh lainnya seperti saraf di
otak.
Ada banyak zat aditif yang beredar dan digunakan sebagai bahan
tambahan pangan dalam berbagai produk makanan dan minuman. Seiring
dengan pesatnya perkembangan teknologi produksi bahan kimia dan teknologi
pengolahan makanan, bahan tambahan alternatif alami mulai banyak digunakan.
Hal ini ditunjang oleh tren back to nature dan adanya kesadaran konsumen untuk
menggunakan produk yang aman dan bergizi.
b. Zat Adiktif
Pada pertemuan terdahulu telah dibahas mengenai penggolongan
narkotika dan bagaimana efek yang ditimbulkan terhadap tubuh. Narkotika
dapat digolongkan menjadi 3 golongan. Golongan I tidak dapat digunakan
untuk pengobatan, namun narkotika golongan II, III, dapat digunakan untuk
pengobatan. Pemakaian narkotika sebagai obat tentu saja atas rekomendasi
dokter. Narkotika golongan II, III sebenarnya legal, asalkan sesuai dengan
rekomendasi dokter. Pengkonsumsian obat yang termasuk narkotika golongan
1 maupun golongan II dan III di luar rekomendasi dokter dapat dikategorikan
sebagai penyalahgunaan. Penyalahgunaan narkotika yang banyak terjadi di
masyarakat tidak hanya melalui penggunaan narkotika yang tidak boleh
dikonsumsi sebagai obat (narkotika golongan I), tetapi juga penggunaan
narkotika yang diperbolehkan untuk pengobatan namun tanpa melalui
rekomendasi dokter. Penyalahgunaan narkotika dapat menimbulkan
ketergantungan atau adiksi. Ketergantungan narkotika dapat memiliki dampak
yang sangat luas, baik dampak terhadap kesehatan, masalah social, tindak
kriminal, dan lain sebagainya.
Fakta yang memprihatinkan mengenai penyalahgunaan narkotika adalah
banyaknya penyalahguna yang masih berada pada usia produktif. Menurut
Purwatiningsih (2001), berdasarkan data dari Rumah Sakit Ketergantungan
Obat, sebanyak 78,6% pengguna narkoba berusia di bawah 25 tahun. Fakta
tersebut menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya lost generation
(hilangnya generasi) karena penyalahguna narkotika yang didominasi kelompok
Page | 20
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang
Page | 21
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang
Page | 22
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang
Aceijas et al. (2004) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa dari 130
negara yang penduduknya banyak menyalahgunakan narkotika melalui jarum
suntik, penduduk dari 78 negara umumnya terkena HIV dan Indonesia termasuk
di antara negara yang lebih dari 20% penyalahguna narkoba dengan jarum
suntik mengalami infeksi HIV.
Berikut ini adalah beberapa dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh beberapa
zat adiktif.
a. Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif stimulant yang dijumpai di rokok dan produk-produk
yang berbahan baku tembakau. Asam tembakau meningkatkan resiko kanker,
emphysema, kelainan bronkial, danpenyakit kardiovaskular. Angka kematian
akibat ketergantungan pada tembakau diperkirakan sekitar 100 juta orang
selama abad ke 20 dan jika tren kecenderungan merokok ini terus berlanjut,
diperkirakan angka kematian kumulatif mencapai 1 triliun (Ezzati&Lopez
dalam NIDA, 2012).
b. Alkohol
Konsumsi alkohol dapat merusak otak dan sebagian besar organ tubuh.
Bagian kepala yang sangat rentan terhadap kerusakan yang diakibatkan
alkohol adalah cerebral cortex yang berperan dalam melakukan fungsi
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, bagian hippocampus yang
penting dalam hal daya ingat dan pembelajaran, dan cerebellum yang sangat
penting dalam hal koordinasi gerakan.
c. Ganja
Ganja adalah zat yang paling banyak disalahgunakan. Zat ini dapat merusak
daya ingat jangka pendek, kemampuan untuk memfokuskan perhatian dan
koordinasi. Zat ini juga meningkatkan detak jantung, dapat merusak paru-
Page | 23
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang
C. Tugas
1. Buatlah makalah dan presentasi mengenai penyalahgunaan zat aditif dan
kaitannya dengan kesehatan, ekonomi, tindak kriminal, masalah sosial
berdasarkan kajian literatur dan observasi/ wawancara dengan pihak-pihak
terkait.
2. Buatlah makalah dan presentasi mengenai penyalahgunaan zat adiktif dan
kaitannya dengan kesehatan, ekonomi, tindak kriminal, masalah sosial
berdasarkan kajian literatur dan observasi/ wawancara dengan pihak-pihak
terkait.
D. Referensi
Aceijas, C., Stimson, G.V., Hickman, M. and Rhodes, T., 2004. Global overview of
injecting drug use and HIV infection among injecting drug
users. Aids, 18(17), pp.2295-2303.
Page | 24
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang
Aceijas, C., & Rhodes, T. 2007. Global estimates of prevalence of HCV infection
among injecting drug users. International Journal of Drug Policy, 18(5),
352-358.
Page | 25