Anda di halaman 1dari 4

Pemanfaatan Sifat-Sifat Kimia pada

Industri Makanan
Sifat kimia adalah sifat yang untuk mengukurnya diperlukan perubahan kimiawi.
Perubahan kimiawi suatu materi terlihat pada saat reaksi kimia berlangsung dan
sangat bergantung pada kondisi lingkungannya seperti suhu dan tekanan. Sifat
kimia ini menjadi salah satu andalan yang banyak digunakan industri untuk
menghasilkan produk yang disukai banyak orang.

Berdasarkan sifat-sifat kimia inilah unsur-unsur yang telah ditemukan dapat


diidentifikasi dalam hal keelektronegatifan, potensial ionisasi, dan jenis ikatannya
sehingga unsur-unsur tersebut dapat disusun ke dalam tabel periodik unsur. Contoh
dari sifat kimia suatu zat adalah mudah berkarat, dapat terbakar, mudah berikatan
atau terurai dan lain lain.

Jadi, pada prinsipnya suatu zat yang bereaksi kimia maka akan mengalami
perubahan kimia, indikasinya adalah terjadinya zat baru yang sifatnya sama sekali
berbeda dengan zat sebelumnya. Contohnya adalah peristiwa kayu yang terbakar.
Sifat dari asap dan arang hasil pembakaran sangat berbeda dengan sifat.

Ada banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh dunia indusrti dengan mengetahui
sifat kimia suatu zat. Pesatnya kemajuan pada industri makanan dan minuman
misalnya, merupakan imbas dari pengetahuan sifat kimia yang diterapkan di dalam
industri makanan.

Saat ini, hampir semua makanan dan minuman kemasan menggunakan zat aditif,
yaitu bahan yang ditambahkan ke dalam bahan makanan untuk mempengaruhi sifat
dan bentuk makanan, baik yang mempunyai nilai gizi maupun yang tidak
mempunyai nilai gizi.

Zat Aditif Makanan yang Merugikan Sekaligus Menguntungkan


Walau banyak mendapat sorotan karena dapat membahayakan kesehatan, namun
tidak semua penggunaan bahan aditif itu negatif, karena ada manfaat yang
dirasakan, seperti: dapat mempertahankan nilai gizi makanan, mencegah
menurunnya zat-zat esensial yang terkandung dalam makanan, untuk
mempertahankan dan memperbaiki mutu makanan.

Jika zat dengan sifat-sifat kimia itu dikonsumsi secara berlebihan dan dalam jangka
panjang, zat-zat ini bisa menumpuk di tubuh karena tidak bisa diurai oleh tubuh.
Dengan demikian, bisa merusak organ tubuh hingga memicu berbagai penyakit
kronis. Hal negatif ini merupakan salah satu pemicu muculnya makanan-makanan
yang lebih menguataman kesehatan konsumen dengan tidak menggunakan bahan-
bahan aditif tersebut.

Namun, dengan segi negatif tersebut, banyak perusahaan makanan yang


menggunakan zat ini untuk meningkatkan kualitas produk serta membuat produknya
disukai banyak orang. Bahkan, penggunaan zat ini terus berkembang sesuai dengan
perkembangan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap industri makanan. Hal ini
disebabkan oleh efek positif yang dirasa sangat menguntungkan.

1. Pewarna

Pewarna adalah zat aditif yang seringkali digunakan pada industri makanan.
Tujuannya adalah agar makanan menjadi lebih menarik dari segi penampilan. Zat
aditif ini terbuat dari hasil sintesis bahan kimia di laboratorium setelah mempelajari
sifat kimia dari berbagai bahan makanan.

Namun, penggunaan pewarna kimia ini menjadi berbahaya apabila terkontaminasi


logam berat atau dikonsumsi secara berlebihan. Contohnya adalah: Sunset yellow
FCF (oranye), tartrazine (kuning), quineline yellow (kuning), fast green FCF (hijau),
briliant blue FCF (biru), amarath (merah).

2. Pemanis

Pemanis kimia adalah zat hasil sintesis secara kimia yang dapat menimbulkan rasa
manis. Sifat manisnya kuat, bahkan beberapa kali lebih efisien dibandingkan dengan
pemanis alami. Sedikit saja penggunaan pemanis buatan ini akan menghasilkan
rasa manis yang sangat kuat.

Contoh pemanis buatan ini, antara lain sukralosa yang memiliki kadar kemanisan
600 kali gula, siklamat, memiliki kadar kemanisan 50 kali gula, dulsin, memiliki kadar
kemanisan 250 kali gula, dan sakarin, memiliki kadar kemanisan 400 kali gula alami.

3. Pengawet

Pengawet makanan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah dan


menghambat proses fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau penguraian
makanan. Contoh pengawet buatan, adalah garam benzoat (biasa digunakan untuk
sirup, margarin, dan kecap), asam benzoat dan natrium benzoat (biasa dipakai untuk
pengawet minuman), asam propionat dan natrium propionat (biasa dgunakan pada
roti dan keju)

Pengawet ini bukan hanya terdapat dalam campuran produk makanannya saja, akan
tetapi juga pada pembungkus. Yang berguna untuk menjaga agar produk makanan
ini sampai di tangan konsumen dengan label. Pengawet makanan ini telah
memberikan konstribusi yang besar bagi perkembangan kemajuan industri pangan
Indonesia, sehingga pengawet makanan merupakan bahan yang paling banyak
dijumpai, khusunya pada produk makanan kemasan yang memiliki keterangan
kadaluarsa.

4. Penyedap Rasa

Monosodium Glutamat (MSG) atau vetsin adalah contoh penyedap rasa yang
populer digunakan oleh ibu rumah tangga di Indonesia. Sebaiknya penggunaan
MSG tidak berlebihan karena dapat menimbulkan Chinese Restaurant Syndrome
(CRS), yang ditandai dengan sesak napas, sakit dada, pusing, dan mudah letih.
Selain MSG penyedap rasa lainnya adalah HVP (Hydrolisyn Vegetable Protein),
garam guainat, dan garam inosinat.

Zat Kimia yang Seharusnya Tak ada Dalam Makanan


1. Formalin

Jenis zat kimia yang satu ini merupakan zat kimia yang sedang populer di kalangan
penjual makanan kaki lima hingga penjual makanan dalam produksi besar. Formalin
adalah larutan tidak berwarna yang biasa digunakan sebagai disinfektan dan
pengawet mayat di rumah sakit. Biasa juga digunakan sebagai perekat kayu

Formalin kini berevolusi menjadi pengawet makanan di tangan para penjual yang
tidak bertanggung jawab.

Formalin ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Bahkan, jika formalin ini terhidup
oleh manusia bisa dipastikan sistem pernapasannya terserang iritasi. Jika terkena
kulit, maka akan menyebabkan luka bakar dan reaksi alergi. Bisa dibayangkan
bagaimana kalau tertelan, bisa menyebabkan rasa terbakar pada mulut, mual,
muntah, kejang, bahkan koma.

Formalin yang digunakan dalam proses pengolahan makanan akan sangat


berbahaya bagi kesehatan karena akan menyerang organ vital manusia, seperti hati,
ginjal, paru-paru, syaraf, hingga menyebabkan kematian.

Dalam jangka panjang, formalin yang ditambah dengan zat kimia lain akan
menyebabkan komplikasi, kanker, hingga berujung pada kematian. Meski dengan
tingkat bahayanya yang tinggi, oknum yang tidak bertanggung jawab tetap
menggunakannya untuk menjaga keawetan dan penampilan yang menarik.
Parahnya, korban dari oknum ini sama sekali tidak menyadari bahaya yang
ditimbulkan.

2. Rhodamin B dan Methanhyl Yellow

Zat kimia ini merupakan pewarna sintetik yang biasa digunakan dalam industri tekstil
dan kertas. Bahan ini biasa digunakan sebagai pewarna makanan. Sedangkan
methanhyl yellow yang sama berbahayanya bagi kesehatan ini merupakan pewarna
sintesis yang biasa digunakan dalam industri cat dan tekstil. Dua zat pewarna ini
sangat berbahaya.

Bahkan, bibir saja akan menimbulkan reaksi yang parah jika terkena zat kimia ini,
diantaranya gatal, pecah-pecah, hingga terkelupas. Apalagi ancamannya untuk
tubuh. Manusia yang mengkonsumsi zat kimia ini berpotensi menderita gangguan
fungsi hati, kandung kemih, hingga kanker.

3. Boraks

Sama halnya dengan formalin, zat kimia yang satu ini biasa digunakan sebagai
pengawet makanan, juga sebagai zat yang bisa membuat tampilan makanan
menjadi menarik. Padahal, zat kimia ini biasa digunakan sebagai pengawet dalam
industri kertas, gelas, kayu, dan keramik. Parahnya lagi, boraks ini sangat mudah
didapatkan di pasaran. Oknum-oknum tertentu menyebutnya dengan nama bleng
untuk menyamarkan identitas aslinya.

Sebagai campuran bahan makanan, boraks sama bahayanya dengan formalin.


Dalam jangka wantu yang lama, zat yang tidak bisa diproses oleh sistem
pencernaan ini bisa menyerang organ vital manusia hingga menyebabkan penyakit
kronis yang berujung pada kematian.

Makanan yang Berpotensi Mengandung Zat Kimia Berbahaya


1. Bakso dan Mie Berformalin dan Berboraks

Bakso dan mie sangat berpotensi mengandung zat kimia berbahaya. namun, tak
sedikit juga penjual jujur yang menggunakan bahan-bahan makanan asli yang sehat
untuk dikonsumsi. Sebelum membeli bakso, pastikan tingkat kekenyalan bakso
tersebut wajar dan berbau khas daging, bukan zat kimia.

2. Ayam tiren dan Daging Berbahan Kimia

Jenis ayam yang marak dijual di pasaran ini jelas sangat merugikan pembeli.
Dengan harga yang sama dengan ayam pada umumnya, ayam tiren mengandung
bahan pengawet dan zat kimia sangat berbahaya bagi kesehatan. Ciri-cirinya adalah
warnanya yang pucat, tidak dihinggapi lalat, dan bau busuk yang mencolok. Sama
halnya dengan daging sapi dan daging kambing busuk yang disuntik denhan zat
kimia yang berbahaya bagi ksehatan.

3. Gorengan dengan minyak lilin

Pernah mendengar gorengan yang digoreng dengan minyak goreng dengan


dicampur lilin? Nah, makanan yang menjadi favorit masyarakat ini sangat berbahaya
bagi kesehatan. Ciri-ciri gorengan ini adalah bentuknya yang bagus dan jika
disentuh mudah kembali ke bentuk semula.

4. Makanan berwarna mencolok

Tahu dan makanan lain yang berwarna mencolok dan cerah berpotensi mengandung
bahan kimia berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai