Anda di halaman 1dari 13

Keadaan Ruangan Kelas yang Panas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Suhu merupakan salah satu factor yang terdapat dalam lingkungan
sekitar kita dan dapat mempengaruhi iklim kerja manusia, tetapi dengan
kemajuan teknologi masa kini masalah suhu dapat dikendalikan sesuai
kebutuhan manusia
Keadaan suhu dan temperatur dalam kelas sangat mempengaruhi
keefektivan kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 1 Siantar. Jika suhu
dan temperatur dalam kelas sedang dalam keadaan sejuk, maka siswa akan
nyaman dan semangat dalam belajar, dan dampaknya kegiatan belajar
mengajar akan sesuai seperti yang diharapkan. Namun, jika suhu dan
temperature kelas sedang dalam keadaan panas, maka siswa tidak akan
fokus ke pelajaran. Dan itu akan mengurangi keefektivan kegiatan belajar
mengajar di SMA Negeri 1 Siantar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengaruh keadaan suhu dan temperatur dalam kelas terhadap
efektivitas kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 1 Siantar?
2. Bagaimana pengaruh keadaan suhu dan temperatur dalam kelas terhadap
efektivitas kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 1 Siantar?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan yang ingin dicapai dari melakukan penelitian ini adalah:
mengetahui pengaruh dari suhu dan temperature dalam kelas terhadap
efektivitas kegiatan belajar mengajar.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat dari penelitian yang kami lakukan, sebagai berikut :

 Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;


 Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
 Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
 Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
 Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
 Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
 Melatih untuk mengembangkan teknik wawancara
 Meningkatkan pengetahuan mengenai factor-faktor pendukung kegiatan
belajar mengajar.
1.5 LANDASAN TEORI

Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif


seseorang terhadap lingkungannya.Manusia menilai kondisi lingkungan
berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam dirinya melalui keenam
indera melalui syaraf dan dicerna otak untuk dinilai.Dalam hal ini yang
terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara,
cahaya, bau, suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah
oleh otak. Kemudian otak akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi
itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh
faktor lain. (Satwiko, 2009:21-22)
Selain itu, bau dan pencemaran udara, radiasi alam dan buatan, serta
bahan bangunan, warna dan pencahayaan ikut mempengaruhi kenyamanan
secara fisik maupun fisiologis (Frick, 2008:74).
Faktor-faktor alam yang pasti mempengaruhi kenyamanan termal
bagi manusia adalah suhu udara, kelembaban udara dan pergerakan udara.
Tiga factor alam ini biasanya telah tersedia sebagai bagian dari lingkungan
hidup seseorang dan sangat mempengaruhi kenyamanan termal bagi dirinya.
Tiga faktor dominan tersebut biasanya juga sudah dikondisikan oleh desain
bangunan (Frick, 2007:28).
Standar Kenyamanan dapat diukur dari lima faktor yang terdiri dari
tiga faktor lingkungan dan dua faktor manusia, diantaranya:
1) Suhu Udara
Suhu udara terdiri dari 2 macam suhu udara yaitu suhu udara biasa
(air temperature) dan suhu radiasi rata-rata/rata-rata suhu permukaan
ruang ( Mean Radiant Temperature= MRT). Suhu udara di ukur
dengan termometer bola kering yang diletakkan 120 cm di atas
permukaan tanah. MRT adalah radiasi rata-rata dari permukaan-
permukaan bidang yang mengelilingi seseorang hingga 66%. (Frick,
2008:47)
2) Kecepatan Angin (Pergerakan Udara)
Angin adalah udara yang bergerak karena adanya gaya yang
diakibatkan oleh perbedaan tekanan dan perbedaan suhu (Satwiko,
2009:5).Kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat dicapai
dengan bantuan aliran angin yang cukup pada tubuh manusia.
3) Pergerakan Udara
Pergerakan udara adalah aspek yang penting untuk kenyamanan
termal, terlebih di daerah panas, seperti halnya di daerah tropis. Di
daerah dingin pergerakan udara tidak terlalu berpengaruh karena
biasanya jendela-jendela ditutup untuk mencegah masuknya angin yang
dingin. Pergerakan udara atau angin yang menyapu permukaan kulit
mempercepat pelepasan panas secara konveksi. Bila permukaan kulit
basah, maka penguapan yang terjadi mengakibatkan terjadinya
pelepasan panas yang lebih besar (Frick, 2008:48).
4) Kelembapan Udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara.
Biasanya kelembaban udara menjadi penting saat suhu udara mendekati
atau melampaui ambang batas daerah kenyamanan termal dan
kelembaban udara mencapai lebih dari 70% atau kurang dari 40%
(Mangunwijaya, 1997:143). Kelembaban udara yang tinggi
mengakibatkan sulit terjadinya penguapan di permukaan kulit sehingga
mekanisme pelepasan panas bisa terganggu. Dalam pergerakan seperti
itu pergerakan udara akan sangat membantu penguapan (Frick,
2008:47).
Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya
ketidaknyamanan termal sehingga harus diimbangi dengan kecepatan
angina yang cukup dan menerus.
5) Aktivitas Manusia
Aktivitas manusia menimbulkan energi atau panas tertentu
dalam tubuh yang bersangkutan. Makin tinggi aktivitas seseorang,
makin besar pula kecepatan metabolisme di dalam tubuhnya sehingga
makin besar energi atau panas yang dihasilkan. Bila faktor alam tidak
dapat menyerap panas yang terjadi maka ia akan merasa tidak nyaman.
Lippsmeier (1997:75) memaparkan bahwa jumlah panas yang
memasuki bangunan tergantung pada sifat atap atau dindingnya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan Belajar Mengajar adalah suatu proses yang mengandung


serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Winarno (1983) bahwa: pembelajaran adalah proses


berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan membelajarkan siswa di kelas.
Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan guru dan murid yang harus
mempunyai pola tertentu, seperti dikemukakan J.J Hasibuan yang dikutip oleh
Satyaswari (1998:17) beikut ini:
Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan murid di dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini
menunjuk pada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru murid dalam
suatu peristiwa belajar mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur intruksional.

2.2 Pengertian Suhu atau Temperatur

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer.

2.3 Kriteria Kegiatan Belajar Mengajar yang efektif

Guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang


memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar, karena
siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif sedikitnya ada enam jenis variabel yang menentukan
keberhasilan belajar siswa sebagai berikut:

a. Melibatkan siswa secara aktif.


b. Menarik minat dan perhatian siswa.
c. Membangkitkan motivasi siswa.
d. Prinsip Individualitas.
e. Peragaan dalam pengajaran.
f. Keadaan suhu kelas yang nyaman.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Batam sedangkan waktu
penelitian
dilakukan dari tanggal 5 Agustus 2016 hingga 9 Agustus 2016.

3.2 INSTRUMEN PENELITIAN


Menurut Arikunto (2007) instrument penelitian merupakan alat bantu bagi
peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang dipakai untuk penelitian
adalah kamera, perekam suara, dan alat tulis.

3.3 METODE PENELITIAN


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan empat teknik pengambilan data
. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Metode Populasi
Sugiyono (1997:57) memberikan pengertian bahwa : “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pada penelitian yang
menggunakan metode ini peneliti menggunakan seluruh siswa SMA Negeri
1 Siantar yang berjumlah 29 kelas.

No Tingkatan Jumlah Siswa Ruang Kelas Sarana dan Prasarana


1 X MIA 1 38 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
2 X MIA 2 38 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
3 X MIA 3 38 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
4 X MIA 4 39 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
5 X MIA 5 39 1 Kelas (Ruangan Osis) Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
6 X IIS 1 46 1 Kelas (Lab. Fisika) Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
7 X IIS 2 46 1 Kelas (Lab. Biologi) Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
8 XI MIA 1 36 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
9 XI MIA 2 35 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
10 XI MIA 3 36 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
11 XI MIA 4 37 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
12 XI MIA 5 40 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
13 XI MIA 6 36 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
14 XI MIA 7 37 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
15 XI MIA 8 37 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
16 XI IIS 1 35 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
17 XI IIS 2 36 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
18 XI IIS 3 36 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
19 XI IIS 4 36 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
20 XI IIS 5 35 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
XII MIA
21 41 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
1
XII MIA
22 41 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
2
XII MIA
23 39 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
3
XII MIA
24 40 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
4
XII MIA
25 40 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
5
XII MIA
26 38 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
6
27 XII IIS 1 37 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
28 XII IIS 2 34 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
29 XII IIS 3 36 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.
JUMLAH 1102

Dari metode populasi yang kami lakukan, dapat diketahui bahwa seluruh kelas di
SMA Negeri 1 Siantar berjumlah 29 kelas.Dan seluruh siswa di SMA
Negeri 1 Siantar berjumlah 1102 siswa.

2. Metode Sampel
Sugiyono (2008: 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada
pemakaian metode sampel yang diambil dari jumlah populasi, peneliti
mengambil satu kelas sebagai sampel, yaitu kelas XI MIPA 6.
Dari metode populasi yang telah kami lakukan. Kemudian kami
mengambil 1 kelas sebagai sampel untuk kami teliti lebih lanjut. Yakni XI
MIA 6. Dan diperoleh hasil sebagai berikut:
N
Tingkatan Jumlah Siswa Ruang Kelas Sarana dan Prasarana
o
1 XI MIA 6 36 1 Kelas Papan tulis, kipas angin, jendela, meja, kursi.

Alasan kelompok kami memilih kelas sebagai XI MIA 6 sampel


karena kelas tersebut letaknya di pusat/tengah lingkungan SMA Negeri 1
Siantar, sehingga dapat mewakili seluruh daerah di SMA Negeri 1 Siantar.

3. Metode Survey
Menurut Zikmund (1997) “metode penelitian survey adalah satu
bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah
sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan”.Setelah kami
melakukan metode populasi dan kami mengambil kelas XI MIA 6 sebagai
sampel.Kemudian kami melakukan survey di kelas tersebut. Hasilnya ialah
sebagai berikut:
 Kelas XI MIA 6 terasa panas.
 Kelas XI MIA 6 memiliki kipas sebanyak 2 buah dan letaknya di
tengah depan dan tengah belakang kelas.
 Tidak semua sudut kelas mendapatkan kesejukan dari kipas angin.
 Kelas XI MIA 6 tidak semua jendelanya bisa terbuka lebar.
 Terdapat sedikit pohon disekitar kelas XI MIA 6.
 Gorden kelas XI MIA 6 berbahan tipis
4. Metode Wawancara
Menurut Koentjaraningrat wawancara adalah cara yang
digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan informasi
dan secara lisan pembentukan responden, untuk berkomunikasi tatap
muka. Setelah kami melakukan metode populasi, dan kami mengambil
kelas XI MIA 6 sebagai sampel.Kemudian kami melakukan survey maka
kami langsung mengadakan metode terakhir yaitu metode wawancara
dengan dua orang siswa dan siswi kelas XI MIA 6. Hasil wawancara
yang telah kami lakukan ialah sebagai berikut:
Akbar : “Sebelumnya terima kasih ya kak, bang sudah
mengizinkan kami mewawancarai kakak tentang “Keadaan
Suhu dan Temperatur Dalam Kelas Terhadap Efektivitas
Kegiatan Belajar Mengajar Siswa/i SMA Negeri 1 Siantar””
Kak Nurul : “Iya dik sama-sama”
Akbar : “Kita langsung aja ya kak ke pertanyaan pertama.
Bagaimana tanggapan kakak dan abang terhadap suhu
ruangan kelas saat ini?”
Kak Nurul : “Menurut kami keadaan suhu ruangan kelas kami sekarang
pertama karena panas, mungkin karena sekarang global
warming jadi suhu juga semakin panas ya.”
Akbar : “Kalo abang gimana?”
Bang Aldi : “Ya, sama.”
Akbar : “Kalo begitu kita lanjut aja ya kak/bang ke pertanyaan
yang kedua. Menurut kakak dan abang, apa sajakah faktor
yang menyebabkan keadaan kelas menjadi panas saat
kegiatan belajar mengajar?”
Kak Nurul : “Menurut saya faktor yang pertama itu cuaca, kita semua
sudah pada tahu jika cuaca di Batam sangat panas. Yang
kedua, dulu di SMANSA itu masih banyak pohon yang
menjadi penyejuk alami, kalau sekarang sudah banyak yang
ditebang. Kemudian yang ketiga itu ada faktor pencemaran
suara ya dari siswa/i yang rebut di kelas, karena kita kan
bernafas menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida, nah karbon dioksida yang terlalu banyak itu juga
ga bagus.”
Akbar : “Kak kalau sekitar jam 8-9 pagi itu kan matahari mulai
naik. Nah cahayanya kan masuk ke sebagian besar ruang
kelas kakak karena jendela cukup lebar. Apakah cahaya
mataharinya itu mengganggu aktivitas KBM?”
Bang Aldi : “Yaa, itu sangat mengganggu dik. Karena membuat kami
kepanasan.”
Akbar : “ Menurut kakak apakah penyejuk ruangan yang ada di
kelas kakaksudah cukup ataukah perlu ditambah?”
Bang Aldi : “Lumayan cukup sih.”
Kak Nurul : “Tapi kurang di beberapa titik, kalo bisa ya diratakan
penempatan penyejuk ruangannya. Kalo diruang kelas kami
kipasnya hanya ada dibagian tengah, depan, dan tengah
belakang jadinya yang kebagian sejuknya hanya yang
berada di daerah dekat kipas. Dan siswa/i yang berada di
pinggir atau di pojok kelas tidak kebagian sejuknya.”
Akbar : “Apa sajakah dampak yang abang dan kakak rasakan dari
kondisi kelas yang seperti itu?”
Kak Nurul : “Kalau dampak posisitifnya kayanya lebih solid gitu,
kadang kami gabung ngumpul di satu titik di bawah kipas
jadi kebersamaannya ada gitu. Lalu dampak negatifnya ya
itu tadi kita belajar jadi terganggu ada yang kipas-kipas
kemudian ada yang kepanasan ya kaya gitu.”
Akbar : “ Adakah saran yang dapat kakak dan abang berikan agar
kondisi kelas lebih baik kedepannya?”
Kak Nurul : “Saran dari saya mungkin jikalau pendingin ruangan
belum bisa ditambah kita lebih baik mencoba reboisasi
terlebih dahulu, jadi ga terlalu gersang dan kita juga senang
karena udara lebih dingin.”
Akbar : “Baik kak sekian dari wawancara kami. Terimakasih telah
bersedia menjadi narasumber kami. Mohon
maaf ya kak apabila ada kesalahan dalam pengucapan kata.”
Kak Nurul : “Iya dik sama-sama.”

3.4 PENGUMPULAN DATA


Setelah kami survey, keadaan kelas XI MIA 6 cukup memprihatinkan karena:
1. Kelas XI MIA 6 memerlukan tambahan penyejuk ruangan.
2. Kelas XI MIA 6 memerlukan jendela yang bisa terbuka lebar.
3. Kelas XII MIA 6 memerlukan penambahan tumbuhan di sekitar kelas
4. Kelas XI MIA 6 memerlukan gorden yang berbahan tebal atau yang bisa
menghalangi cahaya matahari agar tidak masuk ke kelas.

3.4 PENGOLAHAN DATA


Kondisi kelas yang panas sangat mengganggu keefektivan kegiatan
belajar mengajar kelas XI MIA 6.Karena banyak siswa yang sibuk mengipasi
dirinya menggunakan buku sehingga tidak sedap dipandang mata. Kemudian
ada beberapa siswa yang bermasalah dengan deodorannya sehingga saat suhu
udara mulai naik siswa yang lain merasa terganggu karena bau yang
ditimbulkan.
Selain itu keadaan ruangan kelas yang panas juga bisa
mempengaruhi kondisi emosional seseorang. Seseorang yang berada di suatu
tempat yang suhu udaranya meningkat (panas) akan merasa tidak nyaman bila
berada ditempat itu dan semakin lama orang tersebut berada di tempat itu,
maka orang tersebut bisa kehilangan kontrol akan emosinya sehingga dapat
merugikan dirinya sendiri bahkan orang lain yang berada di sekitarnya.
Misalnya saat siang hari suhu ruangan kelas sangat panas, kemudian siswa
ribut dikelas, pada kondisi ini guru yang sedang mengajar akan lebih mudah
terpancing emosinya karena guru tersebut tidak nyaman dengan suhu ruangan
yang panas ditambah lagi dengan murid yang berisik. Sehingga guru akan
memarahi murid dan waktu jam pelajaran pun akan terbuang sia-sia karena
hal yang tidak penting.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penyebab panasnya suhu ruangan kelas XI MIA 6


 Global warmingatau kenaikan rata-rata suhu udara di bumi karena efek
rumah kaca. Sehingga suhu udara di kelas pun menjadi panas.
 Polusi suara yang bersumber dari keributan siswa, karena disaat kita
berbicara secara tidak langsung juga mengeluarkan karbon dioksida
dari mulut.
 Pendingin ruangan(kipas angin) hanya di beberapa tittik, yakni tengah
depan dan tengah belakang kelas. Sehingga siswa/i yang berada di
pinggir dan pojok tidak merasakannya sejuknya kipas angin.
 Kurangnya pepohonan di sekitar kelas, sehingga kurang suplaian
oksigen.
 Kondisi jendela yang tidak terbuka lebar, sehingga sirkulasi udara
terhambat.
 Bahan gorden yang tipis dan tidak semua jendela yang berada di sisi
timur kelas mendapat gorden, sehingga cahaya matahari pagi masih
bisa masuk kedalam ruangan kelas.

2. Hal-hal yang diperlukan di kelas XI MIA 6


 Kelas XI MIA 6 memerlukan tambahan penyejuk ruangan. Karena
penyejuk ruangan(kipas angin) yang dimiliki kelas ini hanya
berjumlah 2 buah dan hanya berada di bagian tengah, depan, dan
tengah belakang kelas. Keadaan ini membuat siswa/i yang berada di
pinggir dan ujung kelas tidak kebagian dinginnya kipas .
 Selain itu, kelas XI MIA 6 membutuhkan jendela yang bisa di buka
dengan lebar. Saat ini, jendela yang berada di ruang kelas XI MIA 6
tidak bisa dibuka dengan lebar sehingga sirkulasi udara menjadi
terhambat dan menghalangi masuknya udara segar kedalam kelas.
 Kemudian kelas XI MIA 6 menginginkan agar tumbuhan disekitar
kelas mereka ditambah, terutama di bagian kelas sebelah timur. Agar
lebih banyak penyuplai oksigen, menyejukkan udara ketika siang hari,
dan sebagai penghalang cahaya matahari pukul 8-9 pagi.
 Dan kelas XII MIA 6 juga menginginkan agar bahan gorden yang
digunakan di kelas mereka bisa lebih ditebalkan lagi. Agar saat pukul
8-9 pagi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam kelas tidak
berlebihan

3. Dampak positif dan negatif suhu ruangan kelas XI MIA 6 yang panas.
 Dampak Positif
Dampak positif yang dirasakan kelas XI MIA 6 yakni lebih terasa
kebersamaan.Ketika hari panas semua siswa berkumpul di daerah
bawah kipas agar mendapatkan angin.
 Dampak Negatif
Dampak negatif yang dirasakan kelas XI MIA 6 yakni keefektifan
kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi terganggu karena suhu
ruangan yang panas.Karena banyak siswa yang sibuk mengipasi
dirinya menggunakan buku, sehingga tidak sedap dipandang mata.
Kemudian ada beberapa siswa yang bermasalah dengan deodorannya
sehingga saat suhu udara mulai naik siswa yang lain merasa
terganggu karena bau yang ditimbulkan.
Selain itu keadaan ruangan kelas yang panas juga bisa
mempengaruhi kondisi emosional seseorang. Seseorang yang berada
di suatu tempat yang suhu udaranya meningkat (panas) akan merasa
tidak nyaman bila berada ditempat itu dan semakin lama orang
tersebut berada di tempat itu, maka orang tersebut bisa kehilangan
kontrol akan emosinya sehingga dapat merugikan dirinya sendiri
bahkan orang lain yang berada di sekitarnya. Misalnya saat siang hari
suhu ruangan kelas sangat panas, kemudian siswa ribut dikelas, pada
kondisi ini guru yang sedang mengajar akan lebih mudah terpancing
emosinya karena guru tersebut tidak nyaman dengan suhu ruangan
yang panas ditambah lagi dengan murid yang bising. Sehingga guru
akan memarahi murid dan waktu jam pelajaran pun akan terbuang sia-
sia karena hal yang tidak penting.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari 4 metode yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa dari 29
kelas ,ada beberapa kelas yang terasa panas seperti kelas XI MIA 6.
Kelas XI MIA 6 memiliki 2 kipas yang berada di ditengah ,di depan dan di
belakang.Meskipun memiliki 2 kipas ,kelas masih terasa panas.Banyak faktor
yang membuat kelas XI MIA 6 terasa panas seperti faktor cuaca,kurangnya
pepohononan di sekitar kelas,sarana dan prasarana di kelas yang kurang
mendukung ,dan sebagainya.
Suhu kelas yang terasa panas,berdampak pada kenyamanan dan
konsentrasi siswa,seperti:
1. Karena banyak siswa yang sibuk mengipasi dirinya menggunakan buku
sehingga tidak sedap dipandang mata.
2. Kemudian ada beberapa siswa yang bermasalah dengan deodorannya
sehingga saat suhu udara mulai naik siswa yang lain merasa terganggu
karna bau yang ditimbulkan.
3. keadaan ruangan kelas yang panas juga bisa mempengaruhi kondisi
emosional seseorang
Di sisi lain ,ini juga berdampak baik terhadap kebersamaan antar siswa
dalam kelas.Kebersamaan disini yaitu pada saat suhu terasa panas dalam kelas
,semua siswa berkumpul di daerah bawah kipas agar mendapatkan angin.

5.2 SARAN
Agar siswa di dalam kelas terasa nyaman,banyak yang harus dilakukan
untuk mengatasinya seperti :
1. Menambah penyejuk ruangan seperti kipas angin di bagian yang tidak
terkena sejuknya kipas angin
2. Memperbaiki jendela agar bisa dibuka dengan lebar
3. Menambah tumbuh-tumbuhan disekitar kelas
DAFTAR PUSTAKA

. 2011 . Pengaruh Suhu Udara Terhadap Emosi Seseorang.


[Online] . Tersedia: Psilingkungananggun.blogspot.com. Html [04
September 2016 ]

http://traitorlike8.rssing.com/chan-2005242/all_p2.html

http://www.blogrido.xyz/2014/12/contoh-karya-ilmiah-manfaat-buah-sirsak.html

https://ilmaka.wordpress.com/2012/08/06/manfaat-dan-tujuan-penulisan-karya-
ilmiah/

http://www.slideshare.net/ATaufiqulHafizh/karya-ilmiah-remaja-part-2-new-2

Anda mungkin juga menyukai