Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONDISI DAN KENYAMANAN TERMAL

Oleh :

A. Ahmad Fadli Fahri 230211501015


Ajeng Kirey Elvira 230211502024
Akmal Rizqa 230211500005
Dirzat Putra Abniansa 230211501014
Gredianto 230211501001
M.Wahyu 230211501004

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

FAKULTAS TEKNIK

PRODI S1 TEKNIK ARSITEKTUR

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Waramatullahi Wabarokatuh kita panjatkan puji dan syukur


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-nya,sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa salam dan shalawat kita
curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya di jalan yang benar.Kami ucapkan terimakasih kepada
teman-teman yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami susun berdasarkan tugas dari mata kuliah Fisika Bangunan yang
berjudul "Kondisi Dan Kenyamanan Termal. Penyusun juga meminta maaf
apabila banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamu’alaikum. Warahmatullahi Wabarokatuh.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..…2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....3
BAB I……………………………………………………………………………....4
PENDAHULUAN……………………………………………………………...….4
LATAR BELAKANG ……………………………………………………...…4
RUMUSAN MASALAH………………………………………………………
5
TUJUAN PENULISAN MAKALAH…………………………………………5
BAB II……………………………………………………………………………..6
PEMBAHASAN…………………………………………………………………..6
A. Konsep Kenyamanan Termal……………………………………………..6
B. Faktor Kenyamanan Termal………………………………………………6
C. Strategi Pengendalian Termal…………………………………………….7
BAB III………………………………………………………...…………………17
KESIMPULAN………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenyaman termal menjadi aspek penting yang harus diperhatikan
dalam pengembangan sebuah kawasan (urban development). Kegiatan
manusia secara langsung dipengaruhi oleh suhu udara di sekitar tempat
aktivitas mereka berlangsung. Kenyamanan thermal adalah salah satu hal
sangat dibutuhkan tubuh agar manusia dapat beraktifitas dengan baik
selain faktor kenyamanan lainnya yaitu kenyamanan visual, kenyamanan
audio dan indoor air quality (di rumah, sekolah ataupun di kantor/tempat
bekerja). Kenyamanan termal tergantung pada variabel iklim
(matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin)
dan beberapa faktor individual/subyektif (Talarosha, 2009).

Peningkatan yang di atas batas dapat memperburuk kondisi


kenyamanan termal, hal ini secara tidak langsung berdampak negatif
terhadap aktivitas yang terjadi. Kenyamanan termal manusia atau kondisi
ketidaknyamanan dapat ditentukan oleh sejumlah besar indeks teoritis dan
empiris dari berbagai parameter seperti udara, suhu radiasi, kelembaban
pakaian, dan faktor lain (Latifah, 2015).

Selama dekade terakhir, minat dalam penilaian kenyamanan termal


telah meningkat karena isu perubahan iklim dan peningkatan suhu yang
terjadi di kota-kota. Hal tersebut dipercaya karena fenomena pembangunan
perkotaan membawa konsekuensi negatif terhadap beberapa aspek,
termasuk aspek lingkungan. Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
dalam bukunya pidato (2005) mengatakan bahwa ada kecenderungan
dalam mengurangi ruang publik secara signifikan, terutama ruang terbuka
hijau dalam 30 tahun terakhir di berbagai kota besar di Indonesia.

Menurut Dwihatmojo (2010), Ruang terbuka hijau di kota-kota


besar telah menyusut dari 35% dari wilayah kota pada awal 1970 menjadi
kurang dari 10% karena pengembangan kota lebih mengutamakan

4
pembangunan infrastruktur, seperti pusat perbelanjaan dan komersial
fasilitas, daerah pemukiman seperti apartemen, serta jalan infrastruktur.

Malang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang sedang


mengalami peningkatan pengembangan infrastruktur dan peningkatan
ekonomi kota. Malang sebagai kota pelajar dan kota tujuan wisata
memiliki jumlah penduduk yang relatif padat, setiap tahunnya terjadi
pertambahan penduduk usia produktif untuk menuntut ilmu yang datang
dari berbagai daerah di Indonesia. Seiring dengan hal tersebut
perkembangan kota Malang dewasa ini cenderung ke arah perkembangan
fisik, tumbuhnya daerah pemukiman baru yang cenderung padat oleh
penduduk. Pertumbuhan tersebut turut mempengaruhi kenyamanan termal
ruang yang menyebabkan ketidaknyamanan pada rumah hunian . Maka
perlu adanya strategi yang baik dan pas sehingga diperoleh suatu
kenyamana termal pada bangunan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kenyamanan termal ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal ?
3. Apa saja strategi untuk pengendalian termal ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan pengertian kenyamanan termal.
2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kenyamanan termal.
3. Untuk mendeskripsikan strategi untuk pengendalian termal.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kenyamanan Termal


Kenyamanan termal adalah kondisi pikiran di mana kepuasan di
ekspresikan atau dinyatakan terhadap keadaan termal di sekitarnya
(ASHRAE Standard 55-20 13). Tingkat kenyamanan termal pada manusia
berbeda-beda bergantung pada setiap individunya. Sebagai contoh,
manusia dengan tubuh gemuk akan berbeda tingkat kenyamanan
termalnya dengan manusia yang bertubuh kurus. Manusia yang tinggal di
daerah tropis akan berbeda tingkat kenyamanan termalnya dengan manusia
yang tinggal di daerah beriklim dingin.Untuk memahami kenyamanan
termal ini dapat dilakukan dengan cara pendekatan analisa perpindahan
panas antara manusia dan lingkungan sekitar Dasar pemikirannya adalah
tubuh manusia harus dalam kondisi termal seimbang, sehingga rata-rata
panas dalam tubuh yang keluar sama dengan rata-rata produksi panas
dalam tubuh (Mumovic dan Santamouris, 2009).

B. Faktor Kenyamanan Termal


Terdapat banyak variabel yang berkaitan dengan terbentuknya
kenyamanan termal, seperti aktivitas, temperatur udara, kelembaban,
radiasi, pakaian, bentuk tubuh, dan lain-lain. Semua variabel tersebut dapat
di kelompokkan menjadi tiga, yakni lingkungan, personal, dan faktor
kontribusi (Szokolay, 1987).

1. Faktor Lingkungan
1.1 Temperatur udara,Temperatur udara adalah salah satu faktor yang
paling dominan, karena sebagai penentu berkurangnya panas.
1.2 Kecepatan Angin Angin dapat mempercepat laju pergerakan udara
secara horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah.
Kecepatan angin juga dapat membantu meningkatkan penguapan
dari permukaan kulit, sehingga memberikan efek dingin. Berikut
ini adalah tingkat reaksi manusia terhadap kecepatan pergerakan
angin:

6
< 0,25 m/s Tdk disadari

to 0,5 Nyaman

to 1 Disadari

to 1,5 Banyak angin

> 1,5 Mengganggu

Tabel Tingkat Reaksi Manusia terhadap Kecepatan


Pergerakan Angin
(sumber: Szokolay, 1987)
1.3 Radiasi,Radiasi termal yang di hasilkan oleh objek yang hangat
atau panas. Pada sisi luar bangunan radiasi dapat bersumber dari
matahari, dan pada sisi dalam bangunan radiasi dapat disebabkan
oleh benda sekitar seperti kipas angin, kulkas, tv, dan lainnya.
1.4 Kelembaban
Kelembaban yang sedang (RH 30%-65%) tidak memiliki dampak
yang cukup signifikan, namun kelembaban yang tinggi dapat
membatasi penguapan panas tubuh dari kulit dan sistem
pernafasan. Sehingga dapat mengakibatkan mulut dan tenggorokan
menjadi kering yang menjadikan perasaan tidak nyaman.
2. Faktor Personal atau Psikologis
2.1 Metabolisme
Metabolisme erat kaitannya dengan aktifitas manusia sehari-hari.
Semakin banyak kita beraktifitas semakin banyak pula tubuh akan
memproduktsi panas. Produksi panas dalam tubuh dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu basal metabolism dimana panas diproduksi
secara vegetatif atau proses alami dalam tubuh secara
berkelanjutan, dan muscular metabolism dimana panas di produksi
akibat dari kerja otot yang di pakai melakukan kegiatan berat atau
ringan. Nilai metabolisme (M) manusia berbeda-beda tergantung
pada setiap individunya, namun umumnya dalam kondisi istirahat
rata-rata dimulai dari nilai 45 W/m2

7
2.2 Pakaian
Pakaian adalah insulasi termal bagi tubuh. Pada daerah beriklim
tropis lembab seperti di Indonesia saat ini, perbedaan suhu pada
musim panas dan musim hujan tidak terpaut jauh. Akan tetapi
perbedaan suhu tersebut akan terasa antara daerah dataran tinggi
dan dataran rendah. Di daerah dataran tinggi manusia akan
cenderung memakai pakaian yang lebih tebal dan di daerah dataran
rendah manusia akan memakai pakaian lebih tipis. Insulasi pakaian
di ukur dengan menggunakan satuan clo. 1 clo sama dengan orang
memakai 3 helai pakaian lengkap (celana panjang, kemeja lengan
panjang, sweater lengan panjang) ditambah dengan pakaian dalam.
2.3 Aklimatisasi
Adalah proses penyesuaian tubuh atau adaptasi pada kondisi
lingkungan baru yang akan di tempati. Tubuh manusia umumnya
akan melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan baru
dalam jangka waktu 30 hari, dan dalam masa itu proses perubahan
peningkatan termal pada tubuh akan terjadi (Koenigsberger, 1973).

3. Faktor Kontribusi
3.1 Makanan dan Minuman
Dua faktor ini memiliki efek metabolisme yang berbeda-beda
berdasarkan pola makan manusia di setiap daerah.
3.2 Bentuk Tubuh
Rasio volume permukaan tubuh juga dapat mempengaruhi
produksi panas dalam tubuh. Manusia bertubuh kurus dan tinggi
cenderung akan lebih cepat tidak merasa kepanasan dalam
tubuhnya, juga dapat mudah mentoleransi temperatur yang hangat
dari pada manusia yang bertubuh gemuk.
3.3 Umur dan Jenis Kelamin
Perbedaan umur sebenarnya tidak begitu banyak menyebabkan
perbedaan temperatur. Akan tetapi mungkin karena orang tua
memiliki metabolisme yang lebih lambat dari pada orang muda.

8
Sehingga orang tua cenderung memiliki temperatur tubuh lebih
tinggi.

C. Strategi Pengendalian Termal

1.Shade dan Filter

Shade yaitu pengendalian menggunakan sun shader. Yaitu komponen


pada fased bangunan atau bagian bangunan yang berfungsi sebagai
pembayang sinar matahari. Filter adalah strategi pengendalian dengan sun
filter,yaitu komponen pada fased bangunan yang berfungsi sebagai
penyaring matahari.

Pertimbangan dimensi shading devices yaitu


 Kebutuhan pembayangan, pembayangan terkait sudut jatuh sinar matahari
 Kebutuhan view,makin besar dimensi atau makin rapat komponen
sirip/louvre/blind maka view makin terbatas
 Kebutuhan estetika, dimensi harus proporsional terhadap dimensi fasad

Tipe SPSM

1) SPSM Horizontal (horizontal devices), efektif untuk sinar


matahari dengan altitude tinggi.

(SPSM Horizontal)
www.pinterest.com

9
2) SPSM Vertkal (vertical devices), untuk sinar matahari pada
altitude rendah.

(SPSM Vertikal)
www.kompas.com

3) SPSM Gabungan Horizontal dan Vertikal, evektif untuk berbagai


altitude sinar matahari

(SPSM Gabungan Horizontal dan Vertikal)


www.rumah123.com

Adanya balkon akan memberikan bayangan fasad di bawahnya.


Balkon yang sempit hanya memberiakan bayangan yang terbatas.
Atap yang lebar cukup memberi bayangan pada fasad dibawahnya.

10
Udara pada ruang eksterior yang dinaungi atap menjadi lebih
sejuk,sehimgga dapat dilakukan untuk penghawaan alami

a. Recessed Sun Spaces


Adalah subtract pada suatu lantai bangunan, sehingga diperoleh
pembayangan terhadap radiasi panas matahari. Suhu udara yang terbayang
akan semakin sejuk.

(Receseed Sun Spaces)


www.architizer.com

Pertimbangan dimensi recessed sun spaces,yaitu:


1) Kebutuhan pembayangan, terkait sudut jatuh sinar matahari
2) Kebutuhan view, makin dalam subtract maka view makin terbatas
3) Kebutuhan estetika, dimensi subtract harus proporsional terhadap
dimensi fasad

11
1..transitional spaces

Adalah substract pada bangunan dengan dimensi cukup besar sebagai


pembayang terhadap radiasi panas matahari dan ruang transisi udara
sebelum masuk ke dalam bangunan.
Pertimbangan dimensi Trasitional Spaces :
a. Kebutuhan Pembayangan : Pembayangan terkait sudut jatuh sinar
matahari
b. Kebutuhan Estetika : Dimensi subtract tetap memberi estetika pada
fasad

.
(Trasitional Spaces)
www.shadefxcanopies.com

2. Double Glass

Kaca double glass sendiri merupakan kaca yang dibentuk atau digabung
oleh 2 panel kaca dengan terciptanya ruang antara panel yang memiliki
ketebalan beberapa milimeter. Ruang antara panel bersifat kedap udara
dan memilki kelembaban yang rendah, sehingga pemasangan kaca dobel
glassing pada sebuah ruangan menyebabkan ruangan tersebut kedap suara

12
dan suhu ruangan dapat terjaga dengan baik dan stabil. Di beberapa
kawasan atau kota besar sendiri, sudah banyak hunian seperti apartemen
dan gedung perkantoran yang memilih Double Glass. Alasannya, tingkat
kebisingan yang tinggi yang dapat mengurangi kenyamanan penghuninya.
Selain itu, ternyata, kaca double glass juga dapat menekan penggunaan
energi listrik. Dimana, jenis kaca ini dapat menerima cahaya matahari dari
luar secara maksimal, sehingga dapat meminimalisir penggunaan lampu
listrik. Lalu, rongga kedap udara nya, efektif untuk meredam panas dari
luar, yang berimbas pada penggunaan AC. Anda akan selalu merasa sejuk
dan nyaman, tanpa harus kehilangan pemandangan.

.
(Double Glass)
www.indiamart.com

3.Low-E Glass

Low-emissivity glass adalah kaca dengan emissivity yang rendah


sehingga mampu memfilter penerimaan radiasi panas matahari. Emisivitas
(emisivity) adalah kemampuan permukaan material untuk melepas energi
panas dengan cara radiasi dengan angka antara 0 – 1. Angka 0 yang
dimiliki oleh benda yang mutlak berfungsi sebagai reflektor hingga tak
ada energi panas yang dapat diserap untuk kemudian dilepaskan. Unruk

13
angka 1 dimiliki oleh benda hitam sempurna yang dapat menyerap seluruh
energi panas yang diterima kemudian dilepaskan.

(Low E-Glass)
www.indowfix.com

Kualitas low-e glass ditentukan oleh :


a. Kualitas Coating : Terkait jumlah layer / lapisan coating.
b. Lokasi coating metal
c. Jenis gas pengisi rongga udara : dapat brfungsi sebagai insulasi termal
d. Jenis Kaca : Perbedaan jenis kaca menentukan kemampuan spesifik
terkait radiasi matahari

4.Thermal mass

Adalah pengendalian termal menggunakan material dinding


bangunan dengan density tinggi dan specific heat capacity tinggi,
sehingga memiliki kemampuan menghambat perpindahan panas masuk
ke dalam bangunan.
Pertimbangan pemilihan material thermal mass yaitu :
1. Kerapatan Masssa (density) : Makin tinggi density maka makin
mudah menyerap panas
2. Ketebalan : Makin terbal material, makin banyak panas dapat
disimpan dan makin lama proses perpindahan panas

14
(Thermal Mass)
www.smarterhomes.org

5.Roof thermal insulation

Adalah penggunaan material yang dapat berfungsi sebagai insulasi


termal, sehingga dapat mereduksi perpindahan panas ke ruang di bawah
atap.
Material insulasi termal atap :
1. Glass wool dan Rock wool
2. Aluminium foil
3. Aspal dan serat kayu
4. Styrofoam (pada iklim panas)

(Roof Thermal Insulation)


www.fotosearch.com

15
6..Zone

Yaitu strategi pengendalian termal melalui pengaturan orientasi


bangunan (alokasi bukaan) terkait penerimaan radiasi panas matahari dan
alokasi zona bangunan yang dapat digunakan sebagai buffer/penahan
radiasi panas matahari (zona servis, zona core (inti)). Strategi zona terdiri
dari. Adalah pengendalian termal dengan cara perencenaan
alokasi bukaan cahaya (termasuk bukaan udara) yang berpotensi dalam
penerimaan radiasi panas matahari ke dalam bangunan. Pertimbangan
dalam alokasi bukaan Adalah pengendalian termal dengan cara
perencanaan alokasi core bangunan agar menjadi penahan penerimaan
radiasi panas matahari. Pertimbangannya adalah
 Arah datang radiasi panas matahari
 Fugsi (memperoleh kenyamanan termal)

(Core Zone)
7. Cooling Effect
Adalah strategi pengendalian termal melalui efek pendinginan,
dalam hal ini udara didinginkan secara pasif tanpa bantuan alat mekanis
oleh proses penguapan uap air. Dari strategi ini pastikan system ventilasi
berjalan dengan baik agar udara yang bertambah lembab oleh uap air
tidak menghambat perolehan kenyamanan termal

16
(Cooling Effectt)
www.rapi-rumahku..com

BAB III

KESIMPULAN

. Kenyamanan termal adalah kondisi pikiran di mana kepuasan di ekspresikan


atau dinyatakan terhadap keadaan termal di sekitarnya. Tingkat kenyamanan
termal pada manusia berbeda-beda bergantung pada setiap individunya. Untuk
memahami kenyamanan termal ini dapat dilakukan dengan cara pendekatan
analisa perpindahan panas antara manusia dan lingkungan sekitar.

Terdapat banyak variable atau faktor-faktor yang berkaitan dengan


terbentuknya kenyamanan termal, seperti aktivitas, temperatur udara, kelembaban,
radiasi, pakaian, bentuk tubuh, dan lain-lain. Semua variabel tersebut dapat di
kelompokkan menjadi tiga, yakni lingkungan, personal, dan faktor kontribusi.

Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk pengendalian termal. Yang
pertama menggunakan shade and filter,dengan cara penyesuaian bentuk SPSM

17
juga pengunaan recessed sun spaces, transitional spaces, secondary skin, double
glass, absorbing and reflective glass, low e-glass dan pemilihan kaca yang
membuat kenyaman termal. Yang kedua dengan insulasi termal dengan tiga
strategi insulative wall, thermal mass, dan roof thermal isulation. Yang ketiga
dengan pengaturan orientai bangunan dengan cara memperhatikan building
orientation dan core zone. Yang keempat menggunakan vegetasi atau green
dengan cara landscape, green roof and skycourt, dan green wall. Yang kelima
melalui efek pendinginan atau cooling effect. Terakhir, menggunakan kulit atau
selubung bangunan kedua sebagai penerimaan radiasi panas matahari. Dengan
beberapa strategi ini diharapkan adanya kenyamanan termal pada suatu bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Auliciems, A dan Szokolay S.V. Thermal Comfort. 1997. Australia: PLEA Notes

Awbi, H.B. 1991. Ventilation of Buildings. Britania: Routledge

Dwihatmojo, R. 2010. Ruang Terbuka Hijau Yang Semakin Terpinggirkan.


Bogor: Badan Informasi Geospasial

Humphrey,N. 1992. A History of the Mind. Inggris: Chatto & Windus

Koenigsberger, O.H. 1974. Manual of Tropical Housing and Building Design.


Boston: Addison-Wesley Longman Ltd.
Latifah, Nur Laila. 2015. Fisika Bangunan. Jakarta: Griya Kreasi.

Latifah,N.L., Perdana,H., Prasetya,A. dan Siahaan,O.P.M. 2012. Kajian


Kenyamanan Termal Pada Bangunan Student Center ITENAS Bandung.
Bandung: Jurnal ITENAS

Mumovic, D. dan Santamouris, M. 2009. A Handbook of Sunstainable Building


Design and Engineering: An Integrated Approach to Energy, Health and
Operational Performance. Britania: Routledge

Olesen, B.W. 1982. Thermal Comfort. Denmark: INNOVA

18
Sugini. 2014. Kenyamana Termal Ruang: Konsep dan Penerapan pada Desain.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Szokolay, Steven Vajk. 1987. Thermal Design of Buildings. Australia:


Architectural Press

Talarosha, B. 2009. Menciptakan Kenyamanan Termal Pada Bangunan. Sumatera


Utara: Jurnal Sistem Teknik Industri

Widiastuti, R. 2015. Evaluasi Termal Dinding Bangunan dengan Vertikal


Garden. Wonosobo: Jurnal UNSIQ

19

Anda mungkin juga menyukai