Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang maha esa atas
rahmat dan karunia-Nya kami selaku kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktu yang sudah ditentukan. Adapun judul atau tema dari makalah
ini, yaitu “Pemeriksaan Kualitas Fisik.” Pada kesempatan ini kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah Penyehatan Udara yaitu bapak
Kuat Prabowo, SKM., M.Kes. bapak Dr. Wakhyono Budianto, SKM., MSi. Bapak
Wastyo Wiarawan, A.Md. Kes. dan ibu Amelia Pratiwi, STr.Kes yang telah
memberikan tugas terhadap kami, dan juga membimbing kami sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.Terima kasih juga kepada semua teman
kelompok yang sudah saling membantu dalam pembuatan makalah ini. Dalam
penulisan makalah ini kami mengetahui bahwa masih banyak sekali kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah baik yang
sesungguhnya untuk kami memulai. Oleh karena keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, makan kritik saran yang membangun siap kami tampung.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami yang membuat maupun orang lain
yang membacanya.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. 3
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………4
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………6
2.1 Faktor Iklim ……………………………………………………………….....6
2.2 Kebisingan Area…………………………………………………………….10
2.3 Tekanan Panas Area………………………………………………………...13
2.4 Pencahayaa Ruangan……………………………………………………….14
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….. 18
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 18
3.2 Saran…………………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………19
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1. Mengetahui apa saja faktor iklim yang dapat mempengaruhi pemeriksaan
kualitas fisik udara
2. Mengetahui apakah kebisingan area mempengaruhi pemeriksaaan kualitas
fisik udara
3. Mengetahui apakah tekanan panas area mempengaruhi pemeriksaan
kualitas fisik udara
4. Mengetahui apakah pencahayaan ruangan mempengaruhi pemeriksaan
kualitas fisik udara
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Suhu
6
bumi. Fluktuasi suhu udara harian disebut dengan variasi suhu harian,
demikian pula dengan variasi suhu mingguan, bulanan, atau tahunan. Pada
periode waktu harian, suhu udara tertinggi atau maksimum biasa terjadi
setelah beberapa saat setelah matahari melewati titik kulminasinya
sedangkan suhu udara terendah atau minimum biasa terjadi setelah
beberapa saat sebelum matahari terbit. Nilai perbedaan antara suhu udara
maksimum dan suhu udara minimum selama satu hari (24 jam) disebut
dengan amplitudo suhu.
7
kering). Suhu kering yaitu suhu yang ditunjukkan dengan thermometer
bulb biasa dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu ini bisa
dalam celcius, Kelvin, fahrenheit. Seperti yang diketahui bahwa
thermometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer.
Jika kita ingin mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka
terjadi perpindahan kalor dari udara ke bulb thermometer. Karena
mendapatkan kalor maka zat cair (misalkan: air raksa) yang ada di dalam
thermometer mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik.
Suhu basah, Sesuai dengan namanya “wet bulb”, suhu ini diukur dengan
menggunakan thermometer yang bulbnya (bagian bawah thermometer)
dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri udara yang ingin
diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah
tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada kain
basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang
ada dalam thermometer. Untuk menjelaskan apa itu wet bulb temperature,
dapat kita gambarkan jika ada suatu kolam dengan panjang tak hingga
diatasnya ditutup. Kemudian udara dialirka melalui permukaan air.
Dengan adanya perpindahan kalor dari udara ke permukaan air maka
terjadilah penguapan. Udara menjadi jenuh diujung kolam air tersebut.
Suhu disinilah yang dinamakan Wet Bulb temperature
2.1.2 Kelembaban
● Thermometer Suhu Basa dan Suhu Kering
1. Siapkan alat dan bahan
2. Buat kayu penyangga berbentuk tanda tambah dan
ikatkan payung di atas kayu tersebut sebagai
pelindung
3. Kemudian ikatkan thermometer diujung-ujung dari
kayu
8
4. Kapas diikatkan pada salah satu thermometer dan
diberi air sementara yang satunya tidak diberi
apa-apa
5. Lakukan pengamatan selama 30 menit
6. Tentukan kelembaban udara dengan menggunakan
tabel di bawah ini Contoh: Suhu kering = 27 oC
Suhu basah = 25 oC
Selisih suhu kering dan suhu basah adalah 2oC
Kelembaban udara lihat pada tabel pada suhu kering 27oC,
kemudian lihat pada kolom selisih suhu kering dan suhu
basah = 2, maka kelembaban udara adalah 83%.
9
Pengukuran kelembaban udara juga dapat dilakukan dengan
Hygrometer, yaitu alat elektoronik yang mampu mengukur
kelembaban relatif udara, atau Thermohygrometer yaitu perangkat
elektronik yang dirancang untuk mengukur suhu dan kelembaban
relatif udara, baik secara manual maupun digital. Jika pengukuran
kelembaban dilakukan dengan alat-alat tersebut, caranya adalah
meletakkan atau menggantung alat pada ketinggian 1.25-2 meter,
dan dibiarkan selama 5 menit (sampai stabil) lalu dibaca
10
2.2 Kebisingan Area
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan 55
permukiman 70
2. Perdagangan dan Jasa 65
3. Perkantoran dan 50
perdagangan 70
4. Ruang Terbuka Hijau 60
5. Industri 70
6. Pemerintahan dna Fasilitas
Umum
7. Rekreasi
11
8. Khusus: 70
60
– Bandar udara *)
– Stasiun kereta api *)
– Pelabuhan laut
– Cagar budaya
b. Lingkungan kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Keterangan:
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja
Intensitas kebisingan
Waktu pemaparan per hari
(dBA)
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94
30 Menit 97
15 Menit 100
12
1,76 Detik 127
Catatan:
Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima
oleh tubuh manusia dan faktor non-iklim yaitu dari panas metabolisme
tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi. Sedangkan regangan panas
(heat strain) merupakan efek yang diterima tubuh manusia atas beban
tekanan panas tersebut. Secara umum :
13
Tujuan dari identifikasi bahaya tekanan panas yaitu untuk;
menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor
eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas, meliputi ;
kelembaban, kecepatan angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi;
untuk melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan
tekanan panas, yaitu melalui pengukuran tekanan darah sistolik, tekanan
darah diastolik, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja.
14
2.3.2 Indikator Tekanan Panas
15
atau metode yang tidak sulit dan besarnya tekanan panas dapat ditentukan
dengan cepat (Suma’mur P.K., 1996:86). Indeks ini digunakan sebagai
cara penilaian terhadap tekanan panas dengan rumus:
a) ISBB Outdoor = (0,7 Suhu Basah) + (0,2 Suhu Radiasi) + (0,1
Suhu Kering).
b) ISBB Indoor = (0,7 Suhu Basah Alami) + (0,3 Suhu Radiasi).
(Suma’mur P.K., 1996:86).
3) Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam (Predicted-4 Hour
Sweetrate): Yaitu keringat keluar selama 4 jam, sebagai akibat kombinasi
suhu kelembaban dan kecepatan udara serta radiasi, dapat pula dikoreksi
dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan (Suma’mur P.K., 1996:86).
4) Indeksi Belding-Heacth (Heat Stress Index): Dihubungkan dengan
kemampuan berkeringat dari orang standard yaitu seseorang muda dengan
tinggi 170 cm dan berat 154 pond dalam keadaan sehat dan memiliki
kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas (Suma’mur
P.K.,1996:86).
16
disebabkan karena ketidakseimbangan cairan dan garam selama
melakukan kerja fisik yang berat di lingkungan yang panas
4. Heat exhaustion : Diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau
volume darah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan seperti
keringat melebihi dari air yang diminum selama terkena panas. Gejalanya
adalah keringat sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening, mual,
pernapasan pendek dan cepat, pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara
(37°C - 40°C)
5. Heat stroke,; Adalah penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa
yang terkait dengan pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab.
Penyakit ini dapat menyebabkan koma dan kematian. Gejala dari penyakit
ini adalah detak jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40o C atau lebih, panas,
kulit kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, Tidak ada keringat di
tubuh korban, pening, menggigil, muak, pusing, kebingungan mental dan
pingsan.
6. Multiorgan-dysfunction syndrome Continuum: Adalah rangkaian
sindrom/gangguan yang terjadi pada lebih dari satu/sebagian anggota
tubuh akibat heat stroke, trauma dan lainnya.Penyakit lain yang bias
timbul adalah penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan ginjal dan
gangguan psikiatri. (Climate Change and Health Office Safe
Environments Programme Health Canada, 2006). Penyakit akibat terpapar
panas ini diakibatkan karena naik/turunnya suhu tubuh. Suhu normal
tubuh berkisar antara 37-38oC (99 – 100oF) (NCDOOL, 2001).
17
Pencahayaan merupakan salah satu hal utama dalam mendesain rumah.
Pencahayaan berperan sama pentingnya dengan penyelesaian akhir interior,
seperti pemilihan cat atau lantai. Tentu ada teknik tersendiri untuk pencahayaan
yang tepat di ruangan berbeda.
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada
kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada
didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan
18
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan
sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui
bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean
pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan
dan kesilauan masih ditemui.
19
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh
langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan
pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan
bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total
yang jatuh pada permukaan kerja.
20
Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada
suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
21
mesin &
perakitan/penyusun
22
Tidak menimbulkan
bayangan
70 Ruang boiler
visual sederhana
23
100 Halaman Trafo, ruangan
tungku, dll.
24
pekerjaan warna, tugas
menggambar kritis.
Sumber : www.energyefficiencyasia.org
Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk
melihat komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja
dengan komputer tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih
25
kontroversial. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada
tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut:
400-500
Kegiatan Komputer dengan sumber
dokumen yang tidak terbaca jelas
500-700
Sumber: Grandjean
Pencahayaan ruangan adalah aspek penting dalam desain interior dan lingkungan
yang mempengaruhi kenyamanan, produktivitas, dan suasana ruang. Berikut
adalah penjelasan lengkap tentang pencahayaan ruangan:
1. Sumber Cahaya :
26
• Pencahayaan alami: Ini berasal dari cahaya matahari dan memerlukan
perancangan pintu dan jendela yang memadai.
• Kualitas Cahaya : Cahaya alami memiliki kualitas yang lebih baik dalam
merender warna dan menciptakan suasana yang nyaman.
27
• Kontrol Terbatas: Tidak selalu mungkin untuk mengendalikan intensitas
cahaya alami, dan terkadang cahaya terlalu terang atau terlalu redup.
• Kontrol Total: Anda memiliki kendali penuh atas intensitas, warna, dan
arah pencahayaan buatan, yang memungkinkan penyesuaian sesuai kebutuhan.
• Efisiensi : Banyak lampu buatan saat ini adalah lampu hemat energi, yang
membantu mengurangi biaya listrik.
28
• Kualitas Cahaya : Cahaya buatan mungkin tidak sebaik cahaya alami
dalam hal merender warna atau menciptakan suasana.
2. Intensitas Cahaya :
3. Warna Cahaya :
29
• Suhu warna: Terukur dalam Kelvin (K), berkisar dari cahaya hangat
(kuning) hingga cahaya dingin (biru). Suhu warna yang berbeda memengaruhi
suasana ruangan.
4. Distribusi Cahaya :
5. Kontrol Pencahayaan :
6. Efisiensi Energi :
30
• Menggunakan lampu LED atau lampu hemat energi untuk mengurangi
konsumsi listrik.
7. Aspek Psikologis :
8. Perancangan Interior :
31
Dengan memperhatikan semua aspek ini, pencahayaan ruangan dapat ditingkatkan
untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, fungsional, dan estetis.
1. Sumber Cahaya :
• Jenis sumber cahaya, seperti lampu pijar, lampu LED, cahaya alami, dll.
3. Kontrol Pencahayaan :
32
4. Warna Cahaya :
• Suhu warna, yang mengukur sejauh mana cahaya tampak hangat (kuning)
atau dingin (biru).
5. Distribusi Cahaya :
6. Kualitas Cahaya :
33
• Pengaruh faktor cuaca pada cahaya alami.
8. Kebutuhan Fungsional :
34
Semua faktor ini harus dipertimbangkan ketika merencanakan pencahayaan dalam
suatu lingkungan, baik itu ruang dalam rumah, ruang komersial, atau lingkungan
luar. Dengan memahami faktor-faktor ini, dapat menciptakan pencahayaan yang
optimal sesuai dengan kebutuhan dan preferensi.
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Oleh karna itu, kami akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang materi yang dibahas pada makalah dengan sumber-sumber
yang lebih banyak dan akurat. Maka dari itu, kami sangat membutuhkan berbagai
saran dan masukan yang bersifat membangun untuk makalah selanjutnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
https://indalux.co.id/standar-pencahayaan-ruang/
https://www.amanitekno.com/sistem-dan-standar-pencahayaan-ruang/
Arief, Latar Muhammad. Monitoring Lingkungan Kerja Tekanan
Panas/Heatstress. Jakarta: Esa Unggul
Annuriyana, Ika. (2010) HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAGIAN PENCETAKAN GENTENG
DI DESA JELOBO WONOSARI KLATEN. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
https://lingkungan.itats.ac.id/baku-tingkat-kebisingan-dan-nilai-ambang-ba
tas-kebisingan/
37