Anda di halaman 1dari 37

PENYEHATAN UDARA

PEMERIKSAAN KUALITAS FISIK


“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyehatan Udara”
Dosen Pengampu:
1. Kuat Prabowo, SKM., M.Kes
2. Dr. Wakhyono Budianto, SKM., MSi
3. Wastyo Wiarawan, A.Md. Kes.
4. Amelia Pratiwi, STr.Kes.

Disusun Oleh: Kelompok 4

1. Alifya Candraningtyas (P21345122008)


2. Amalia Dahlia (P21345122012)
3. Annisa Nur Septiani (P21345122015)
4. Aura Permata Dina (P213451220221)

PROGRAM STUDI AHLI MADYA SANITASI KELAS 2 D3 A


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
JL. Hang Jebat III No. 4 RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan, 12120
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang maha esa atas
rahmat dan karunia-Nya kami selaku kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktu yang sudah ditentukan. Adapun judul atau tema dari makalah
ini, yaitu “Pemeriksaan Kualitas Fisik.” Pada kesempatan ini kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah Penyehatan Udara yaitu bapak
Kuat Prabowo, SKM., M.Kes. bapak Dr. Wakhyono Budianto, SKM., MSi. Bapak
Wastyo Wiarawan, A.Md. Kes. dan ibu Amelia Pratiwi, STr.Kes yang telah
memberikan tugas terhadap kami, dan juga membimbing kami sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.Terima kasih juga kepada semua teman
kelompok yang sudah saling membantu dalam pembuatan makalah ini. Dalam
penulisan makalah ini kami mengetahui bahwa masih banyak sekali kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah baik yang
sesungguhnya untuk kami memulai. Oleh karena keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, makan kritik saran yang membangun siap kami tampung.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami yang membuat maupun orang lain
yang membacanya.

Jakarta, 23 Oktober 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. 3
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………4
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………6
2.1 Faktor Iklim ……………………………………………………………….....6
2.2 Kebisingan Area…………………………………………………………….10
2.3 Tekanan Panas Area………………………………………………………...13
2.4 Pencahayaa Ruangan……………………………………………………….14
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….. 18
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 18
3.2 Saran…………………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………19

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas udara dalam ruang sangat memengaruhi manusia karena sebagian


besar manusia menghabiskan 85-90% waktunya di dalam ruang. Keberadaan
bahan pencemar udara dihasilkan dari proses alam maupun aktivitas manusia.
Kontribusi pencemar udara akibat aktivitas manusia berasal dari sumber
pencemar tidak bergerak seperti lingkungan kerja perkantoran, industri, maupun
sumber bergerak seperti kendaraan bermotor (BBTKL dan PPM, 2009).Berbagai
bahan pencemar udara yang berasal dari sumber bergerak maupun tidak bergerak
banyak memengaruhi kualitas udara di lingkungan kerja. Bahaya potensial dari
bahan pencemar udara tersebut dapat muncul dalam bentuk yang bervariasi dan
berdampak terhadap kesehatan. Hal ini merupakan kewajiban bagi perusahaan
industri untuk melindungi pekerjanya dari risiko sakit. Pencemar udara yang
paling dominan dan memengaruhi kesehatan manusia adalah partikel, CO, NOx,
SOx, dan Hidrokarbon (Sugiarti, 2009).

1.2 Rumus Masalah

1. Apa sajakah faktor iklim yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kualitas


fisik udara?
2. Apakah kebisingan area mempengaruhi pemeriksaaan kualitas fisik udara?
3. Apakah tekanan panas area mempengaruhi pemeriksaan kualitas fisik
udara?
4. Apakah pencahayaan ruangan mempengaruhi pemeriksaan kualitas fisik
udara?

1.3 Tujuan Penelitian

4
1. Mengetahui apa saja faktor iklim yang dapat mempengaruhi pemeriksaan
kualitas fisik udara
2. Mengetahui apakah kebisingan area mempengaruhi pemeriksaaan kualitas
fisik udara
3. Mengetahui apakah tekanan panas area mempengaruhi pemeriksaan
kualitas fisik udara
4. Mengetahui apakah pencahayaan ruangan mempengaruhi pemeriksaan
kualitas fisik udara

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Iklim


Pengukuran terhadap parameter iklim tersebut harus mengikuti prosedur
yang terstandar sehingga dapat dijadikan dasar dalam menentukan kualitas fisik
udara. Topik ini akan menjelaskan prosedur pengukuran parameter iklim tersebut
untuk menentukan kualitas fisik udara.

2.1.2 Suhu

Suhu atau temperatur udara merupakan kondisi yang dirasakan di


permukaan Bumi sebagai panas, sejuk atau dingin. Sebagaimana Anda
ketahui bahwa permukaan Bumi menerima panas dari penyinaran
Matahari berupa radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar
Matahari yang dipancarkan ini tidak seluruhnya sampai ke permukaan
Bumi. Hal ini dikarenakan pada saat memasuki atmosfer, berkas sinar
Matahari tersebut mengalami pemantulan (refleksi), pembauran
(scattering), dan penyerapan (absorpsi) oleh materialmaterial di atmosfer.
Persentase jumlah pemantulan dan pembauran sinar Matahari oleh partikel
atmosfer ini dinamakan albedo (Utoyo, 2009).Pada saat memasuki
atmosfer, sekitar 7% energi sinar Matahari langsung dibaurkan kembali ke
angkasa, 15% diserap oleh partikel-partikel udara dan debu atmosfer, 24%
dipantulkan oleh awan, dan 3% diserap oleh partikel-partikel awan. Jadi,
persentase albedo sinar Matahari oleh atmosfer adalah sekitar 49%,
sedangkan yang sampai di permukaan Bumi hanya 51%. Energi Matahari
yang sampai di permukaan Bumi ini kemudian dipantulkan kembali sekitar
4%. Jadi, jumlah keseluruhan energi Matahari yang diserap muka Bumi
adalah sekitar 47% (Utoyo, 2009).Suhu udara permukaan merupakan suhu
udara pada ketinggian 1,25 sampai dengan 2,0 meter di atas permukaan

6
bumi. Fluktuasi suhu udara harian disebut dengan variasi suhu harian,
demikian pula dengan variasi suhu mingguan, bulanan, atau tahunan. Pada
periode waktu harian, suhu udara tertinggi atau maksimum biasa terjadi
setelah beberapa saat setelah matahari melewati titik kulminasinya
sedangkan suhu udara terendah atau minimum biasa terjadi setelah
beberapa saat sebelum matahari terbit. Nilai perbedaan antara suhu udara
maksimum dan suhu udara minimum selama satu hari (24 jam) disebut
dengan amplitudo suhu.

Suhu udara bervariasi secara horizontal dan vertikal. Suhu udara


yang tinggi dapat mempercepat reaksi pembentukan polutan sekunder di
udara.Suhu udara yang tinggi dapat meningkatkan efisiensi pembakaran
bahan bakar, sehingga entropi hasil pembakaran yang dihasilkan akan
lebih sedikit.Suhu udara yang tinggi akan meningkatkan penguapan air
sehinggaudara dapat menjadi lembab. Suhu udara akan menyebabkan
terjadinya perbedaan tekanan udara yang akan bepengaruh terhadap
pergerakan udara.Cara pengukuran suhu udara umumnya menggunakan
thermometer alkohol, thermometer air raksa, thermometer digital atau
thermohygrometer yang juga mengukur kelembaban udara. Cara
pengukuran suhu dilakukan sebagai berikut:
1. Siapkan thermometer
2. Gantung thermometer setinggi 1,25 – 2 meter
3. Hindari themometer dari terkena sinar matahari langsung
atau pantulan radiasi sinar matahari
4. Biarkan selam 5 menit, sampai konstan
5. Baca dan catat suhu udara pada thermometer

Pengukuran suhu udara juga dapat dilakukan bersamaan dengan


pengukuran kelembaban udara dengan menggunakan suhu basah dan suhu
kering. Jika hal tersebut dilakukan maka suhu udara yang digunakan
adalah suhu yang terbaca pada themometer yang tidak dibasahi (suhu

7
kering). Suhu kering yaitu suhu yang ditunjukkan dengan thermometer
bulb biasa dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu ini bisa
dalam celcius, Kelvin, fahrenheit. Seperti yang diketahui bahwa
thermometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer.
Jika kita ingin mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka
terjadi perpindahan kalor dari udara ke bulb thermometer. Karena
mendapatkan kalor maka zat cair (misalkan: air raksa) yang ada di dalam
thermometer mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik.
Suhu basah, Sesuai dengan namanya “wet bulb”, suhu ini diukur dengan
menggunakan thermometer yang bulbnya (bagian bawah thermometer)
dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri udara yang ingin
diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah
tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada kain
basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang
ada dalam thermometer. Untuk menjelaskan apa itu wet bulb temperature,
dapat kita gambarkan jika ada suatu kolam dengan panjang tak hingga
diatasnya ditutup. Kemudian udara dialirka melalui permukaan air.
Dengan adanya perpindahan kalor dari udara ke permukaan air maka
terjadilah penguapan. Udara menjadi jenuh diujung kolam air tersebut.
Suhu disinilah yang dinamakan Wet Bulb temperature

2.1.2 Kelembaban
● Thermometer Suhu Basa dan Suhu Kering
1. Siapkan alat dan bahan
2. Buat kayu penyangga berbentuk tanda tambah dan
ikatkan payung di atas kayu tersebut sebagai
pelindung
3. Kemudian ikatkan thermometer diujung-ujung dari
kayu

8
4. Kapas diikatkan pada salah satu thermometer dan
diberi air sementara yang satunya tidak diberi
apa-apa
5. Lakukan pengamatan selama 30 menit
6. Tentukan kelembaban udara dengan menggunakan
tabel di bawah ini Contoh: Suhu kering = 27 oC
Suhu basah = 25 oC
Selisih suhu kering dan suhu basah adalah 2oC
Kelembaban udara lihat pada tabel pada suhu kering 27oC,
kemudian lihat pada kolom selisih suhu kering dan suhu
basah = 2, maka kelembaban udara adalah 83%.

● Pengukuran dengan Psycrometer


1. Siapkan psycrometer
2. Basahi kapas/kain yang ada pada ujung thermometer yang
bertuliskan wet
3. Thermometer yang bertulisakan dry tidak dibasahi
4. Letakkan pada dinding atau meja kerja/lokasi yang diukur
dengan ketinggian 1,2 sampai 1,5 meter selama 2-5 menit
(sampai konstan)
5. Catat suhu thermometer yang bertulisan wet dan dry
6. Tetntukan kelembaban udara dengan melihat pada tabel
Contoh: Suhu kering = 27 oC Suhu basah = 25 oC Selisih
suhu kering dan suhu basah adalah 2oC Kelembaban udara
lihat pada tabel pada suhu kering 27oC, kemudian lihat pada kolom
selisih suhu kering dan suhu basah = 2, maka kelembaban udara
adalah 83%.

● Pengukuran dengan Hygrometer atau Thermohygrometer

9
Pengukuran kelembaban udara juga dapat dilakukan dengan
Hygrometer, yaitu alat elektoronik yang mampu mengukur
kelembaban relatif udara, atau Thermohygrometer yaitu perangkat
elektronik yang dirancang untuk mengukur suhu dan kelembaban
relatif udara, baik secara manual maupun digital. Jika pengukuran
kelembaban dilakukan dengan alat-alat tersebut, caranya adalah
meletakkan atau menggantung alat pada ketinggian 1.25-2 meter,
dan dibiarkan selama 5 menit (sampai stabil) lalu dibaca

2.1.3 Kecepatan & Arah Angin


Pengukuran terhadap angin dilakukan terhadap dua pamater yaitu
kecepatan dan arah angin. Kecepatan angin diukur dengan menggunakan
speedometer, sedangkan arah angin ditentukan dengan panah angin (wind
vane) dan kantong angin (windsock).
Dalam keadaan tidak memiliki alat yang memadai, maka arah
angin juga dapat ditentukan dengan menggunakan kompas, asap, atau
kapas, tisu, atau bendera. Kompas digunakan untuk menentukan arah mata
angin. Sedangkan kapas, asap, atau tisu digunakan untuk melihat arah
angin. Angin dinamai sesuai dengan arah datangnya, seperti angin utara,
berarti angin yang datang dari utara, angin barat berarti angin yang datang
dari barat, dan seterusnya.Kecepatan angin diukur dengan menggunakan
anemometer, baik yang manual maupun digital. Di samping itu kecepatan
angin juga dapat ditentukan dengan skala Beaufoort, yakni dengan
mengamati pergerakan benda-benda, terutama tanaman dan
pepohonan.Beaufort merupakan nama dari seorang perwira peltut Inggeris
yang pertaman kali membuat skala mengenai kecepatan angin dengan
mengamati pergerakan benda-benda di sekitar.

10
2.2 Kebisingan Area

Kebisingan merupakan masalah yang sering kita jumpai di berbagai area


industri. Dalam suatu perusahaan industri penggunaan mesin dan alat kerja
mendukung proses produksi dan berpotensi menimbulkan kebisingan yang
disebabkan oleh suara mesin, mesin tua, getaran mesin (Hz), saluran pembuangan
pada mesin.
Tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas dapat mendorong
timbulnya gangguan pendengaran dan resiko kerusakan pada telinga baik bersifat
sementara maupun permanen setelah terpapar dalam periode waktu tertentu tanpa
penggunaan alat proteksi yang memadai. Potensi resiko ini mendorong
pemerintah diberbagai negara membuat suatu regulasi yang membatasi eskposur
suara pekerja industri.
Batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan dari usaha atau kegiatan telah diatur dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan.
Sedangkan nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja telah diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang
nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja.

Peruntukan Kawasan / Lingkungan


Tingkat kebisingan dBA
Kegiatan

a. Peruntukan kawasan

1. Perumahan dan 55
permukiman 70
2. Perdagangan dan Jasa 65
3. Perkantoran dan 50
perdagangan 70
4. Ruang Terbuka Hijau 60
5. Industri 70
6. Pemerintahan dna Fasilitas
Umum
7. Rekreasi

11
8. Khusus: 70
60

– Bandar udara *)
– Stasiun kereta api *)
– Pelabuhan laut
– Cagar budaya

b. Lingkungan kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55

Keterangan:
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja
Intensitas kebisingan
Waktu pemaparan per hari
(dBA)

8 Jam 85

4 Jam 88

2 Jam 91

1 Jam 94

30 Menit 97

15 Menit 100

7,5 Menit 103

3,75 Menit 106

1,88 Menit 109

0,94 Menit 112

28,12 Detik 115

14,06 Detik 118

7,03 Detik 121

3,52 Detik 124

12
1,76 Detik 127

0,88 Detik 130

0,44 Detik 133

0,22 Detik 136

0,11 Detik 139

Catatan:
Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

2.3 Tekanan Panas Area

2.3.1 Pengertian Tekanan Panas

Tekanan panas adalah perpaduan dari suhu dan kelembaban udara,


kecepatan aliran udara, suhu radiasi dengan panas yang dihasilkan oleh
metabolisme tubuh (Siswanto, 1987:2).

Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima
oleh tubuh manusia dan faktor non-iklim yaitu dari panas metabolisme
tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi. Sedangkan regangan panas
(heat strain) merupakan efek yang diterima tubuh manusia atas beban
tekanan panas tersebut. Secara umum :

Suhu Tinggi + Kelembaban tinggi + Kerja Fisik = Tekanan Panas.

13
Tujuan dari identifikasi bahaya tekanan panas yaitu untuk;
menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor
eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas, meliputi ;
kelembaban, kecepatan angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi;
untuk melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan
tekanan panas, yaitu melalui pengukuran tekanan darah sistolik, tekanan
darah diastolik, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja.

Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan


dingin yang berada diluar batas kemampuan manusia untuk beradaptasi.
Namun secara umum dapat ditentukan batas kemampuan dan batas
toleransi yang diperkenankan untuk manusia beradaptasi, dengan
temperatur lingkungan pada kondisi ekstrim dengan menentukan rentang
toleransi terhadap temperatur lingkungan kerja.

14
2.3.2 Indikator Tekanan Panas

Indikator tekanan panas dalam industri dimaksudkan sebagai cara


pengukuran dengan menyatukan efek sebagai faktor yang mempengaruhi
pertukaran panas manusia dan lingkungannya dalam satu indeks tunggal.
Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas sebagai
berikut :

1) Suhu Efektif (Corected Effectif Temperature) :Suhu efektif yaitu


indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh seseorang tanpa baju,
kerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan
aliran udara (Suma’mur P.K., 1996:86). Kelemahan penggunaan suhu
efektif adalah tidak memperhitungkan panas metabolisme tubuh sendiri.
Untuk penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan
panas radiasi, dibuatlah Skala Suhu Efektif Dikoreksi (CorectedEffectife
Temperature Scale).
2) Indeks Suhu Basah Dan Bola (ISBB): Merupakan cara pengukuran yang
paling sederhana karena tidak banyak membutuhkan keterampilan, cara

15
atau metode yang tidak sulit dan besarnya tekanan panas dapat ditentukan
dengan cepat (Suma’mur P.K., 1996:86). Indeks ini digunakan sebagai
cara penilaian terhadap tekanan panas dengan rumus:
a) ISBB Outdoor = (0,7 Suhu Basah) + (0,2 Suhu Radiasi) + (0,1
Suhu Kering).
b) ISBB Indoor = (0,7 Suhu Basah Alami) + (0,3 Suhu Radiasi).
(Suma’mur P.K., 1996:86).
3) Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam (Predicted-4 Hour
Sweetrate): Yaitu keringat keluar selama 4 jam, sebagai akibat kombinasi
suhu kelembaban dan kecepatan udara serta radiasi, dapat pula dikoreksi
dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan (Suma’mur P.K., 1996:86).
4) Indeksi Belding-Heacth (Heat Stress Index): Dihubungkan dengan
kemampuan berkeringat dari orang standard yaitu seseorang muda dengan
tinggi 170 cm dan berat 154 pond dalam keadaan sehat dan memiliki
kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas (Suma’mur
P.K.,1996:86).

2.3.3 Pengaruh Tekanan Panas pada Manusia

1. Heat rash : Merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan


penyakit akibat tekanan panas. Penyakit ini berkaitan dengan panas,
kondisi lembab dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit dan
pakaian. Penyakit ini mungkin terjadi pada sebagaian kecil area kulit atau
bagian tubuh. Meskipun telah diobati pada area yang sakit produksi
keringat tidak akan kembali normal untuk 4 sampai 6 minggu.
2. Heat syncope: Adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri
dari gangguan ini adalah pening dan pingsan akibat berada dalam
lingkungan panas pada waktu yang cukup lama.
3. Heat cramp: Gejala dari penyakit ini adalah rasa nyeri dan kejang pada
kakai, tangan dan abdomen dan banyak mengeluarkan keringat. Hal ini

16
disebabkan karena ketidakseimbangan cairan dan garam selama
melakukan kerja fisik yang berat di lingkungan yang panas
4. Heat exhaustion : Diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau
volume darah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan seperti
keringat melebihi dari air yang diminum selama terkena panas. Gejalanya
adalah keringat sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening, mual,
pernapasan pendek dan cepat, pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara
(37°C - 40°C)
5. Heat stroke,; Adalah penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa
yang terkait dengan pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab.
Penyakit ini dapat menyebabkan koma dan kematian. Gejala dari penyakit
ini adalah detak jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40o C atau lebih, panas,
kulit kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, Tidak ada keringat di
tubuh korban, pening, menggigil, muak, pusing, kebingungan mental dan
pingsan.
6. Multiorgan-dysfunction syndrome Continuum: Adalah rangkaian
sindrom/gangguan yang terjadi pada lebih dari satu/sebagian anggota
tubuh akibat heat stroke, trauma dan lainnya.Penyakit lain yang bias
timbul adalah penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan ginjal dan
gangguan psikiatri. (Climate Change and Health Office Safe
Environments Programme Health Canada, 2006). Penyakit akibat terpapar
panas ini diakibatkan karena naik/turunnya suhu tubuh. Suhu normal
tubuh berkisar antara 37-38oC (99 – 100oF) (NCDOOL, 2001).

2.4 Pencahayaan Ruangan

Teknik pencahayaan ruangan dapat mempercantik atau memperburuk


ruangan. Pencahayaan bukan hanya terkait cahaya alami yang masuk melalui
jendela, tetapi pencahayaan harus dapat menghadirkan suasana nyaman.

17
Pencahayaan merupakan salah satu hal utama dalam mendesain rumah.
Pencahayaan berperan sama pentingnya dengan penyelesaian akhir interior,
seperti pemilihan cat atau lantai. Tentu ada teknik tersendiri untuk pencahayaan
yang tepat di ruangan berbeda.

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka


diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem
pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5
macam yaitu:

A. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada
kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada
didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan

B. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

18
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan
sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui
bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean
pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%

C. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan
dan kesilauan masih ditemui.

D. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

19
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

E. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh
langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan
pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan
bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total
yang jatuh pada permukaan kerja.

20
Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada
suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya seperti berikut:

Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja:

JENIS KEGIATAN TINGKAT KETERANGAN


PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)

Pekerjaan kasar dan 100 Ruang penyimpanan &


tidak terus – menerus ruang peralatan/instalasi
yang memerlukan
pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar dan 200 Pekerjaan dengan mesin


terus – menerus dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi,


ruang kontrol, pekerjaan

21
mesin &
perakitan/penyusun

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau


bekerja dengan mesin
kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna,


pemrosesan teksti,
pekerjaan mesin halus &
perakitan halus

Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan


tangan, pemeriksaan
pekerjaan mesin dan
Tidak menimbulkan
perakitan yang sangat
bayangan
halus

Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan,


perakitan sangat halus

22
Tidak menimbulkan
bayangan

Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang


tergantung area kegiatannya, seperti berikut:

Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan

Keperluan Pencahayaan (LUX) Contoh Area Kegiatan

Pencahayaan Umum 20 Layanan penerangan


untuk ruangan dan area yang minimum dalam
area sirkulasi luar
ruangan, pertokoan
didaerah terbuka,
halaman tempat
penyimpanan

yang jarang digunakan


50 Tempat pejalan kaki &
panggung

dan/atau tugas-tugas atau

70 Ruang boiler
visual sederhana

23
100 Halaman Trafo, ruangan
tungku, dll.

150 Area sirkulasi di


industri, pertokoan dan
ruang penyimpan.

Pencahayaan umum 200 Layanan penerangan


untuk interior yang minimum dalam
tugas

300 Meja & mesin kerja


ukuran sedang, proses
umum dalam industri
kimia dan makanan,
kegiatan membaca dan
membuat arsip.

450 Gantungan baju,


pemeriksaan, kantor
untuk menggambar,
perakitan mesin dan
bagian yang halus,

24
pekerjaan warna, tugas
menggambar kritis.

1500 Pekerjaan mesin dan


diatas meja yang sangat
halus, perakitan mesin
presisi kecil dan
instrumen; komponen
elektronik, pengukuran
& pemeriksaan bagian
kecil yang rumit
(sebagian mungkin
diberikan oleh tugas
pencahayaan setempat)

Pencahayaan tambahan 3000 Pekerjaan berpresisi dan


setempat untuk tugas rinci sekali, misal
visual yang tepat instrumen yang sangat
kecil, pembuatan jam
tangan, pengukiran

Sumber : www.energyefficiencyasia.org

Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk
melihat komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja
dengan komputer tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih

25
kontroversial. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada
tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut:

Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer

Keadaan Pekerja Tingkat Pencahayaan (lux)

Kegiatan Komputer dengan sumber 300


dokumen yang terbaca jelas

400-500
Kegiatan Komputer dengan sumber
dokumen yang tidak terbaca jelas
500-700

Tugas memasukan data

Sumber: Grandjean

Sumber:Talty, Industrial Hygiene Engineering, 1988


Grandjen, Occupational Ergonomic, 2000

2.4 Pencahayaan Ruangan

Pencahayaan ruangan adalah aspek penting dalam desain interior dan lingkungan
yang mempengaruhi kenyamanan, produktivitas, dan suasana ruang. Berikut
adalah penjelasan lengkap tentang pencahayaan ruangan:

1. Sumber Cahaya :

26
• Pencahayaan alami: Ini berasal dari cahaya matahari dan memerlukan
perancangan pintu dan jendela yang memadai.

• Pencahayaan buatan: Ini melibatkan lampu dan perangkat pencahayaan


lainnya.

Pencahayaan alami dan buatan memiliki kelebihan dan kekurangan


masing-masing, dan pemilihan tergantung pada kebutuhan dan desain ruangan.
Berikut adalah beberapa dari mereka:

Kelebihan Pencahayaan Alami:

• Efisiensi Energi : Sumber cahaya alami, seperti matahari, gratis dan


efisien secara energi. Ini dapat mengurangi biaya energi.

• Kualitas Cahaya : Cahaya alami memiliki kualitas yang lebih baik dalam
merender warna dan menciptakan suasana yang nyaman.

• Kesejahteraan: Paparan cahaya alami dapat meningkatkan suasana hati,


kesejahteraan, dan produktivitas.

• Hubungan dengan Alam: Membawa elemen alam ke dalam ruangan, yang


bisa menciptakan suasana yang lebih sejuk dan nyaman.

• Pemandangan: Memungkinkan tampilan luar jendela yang bisa


meningkatkan estetika dan memberikan pemandangan yang menenangkan.

Kekurangan Pencahayaan Alami:

27
• Kontrol Terbatas: Tidak selalu mungkin untuk mengendalikan intensitas
cahaya alami, dan terkadang cahaya terlalu terang atau terlalu redup.

• Variabilitas: Pencahayaan alami berubah sepanjang hari dan musim,


sehingga memerlukan perencanaan tambahan untuk memastikan pencahayaan
yang konsisten.

• Pemanasan: Cahaya alami juga dapat memperkenalkan panas ke dalam


ruangan, yang dapat menjadi masalah pada hari panas.

Kelebihan Pencahayaan Buatan:

• Kontrol Total: Anda memiliki kendali penuh atas intensitas, warna, dan
arah pencahayaan buatan, yang memungkinkan penyesuaian sesuai kebutuhan.

• Ketersediaan 24/7 : Pencahayaan buatan tersedia kapan saja, tidak


tergantung pada kondisi cuaca atau waktu.

• Efisiensi : Banyak lampu buatan saat ini adalah lampu hemat energi, yang
membantu mengurangi biaya listrik.

• Kemudahan Perawatan : Sistem pencahayaan buatan umumnya


memerlukan perawatan yang lebih sedikit daripada jendela dan atap untuk cahaya
alami.

Kekurangan Pencahayaan Buatan:

• Biaya Energi : Meskipun lebih efisien daripada dahulu, pencahayaan


buatan masih memerlukan konsumsi listrik yang lebih tinggi daripada cahaya
alami.

28
• Kualitas Cahaya : Cahaya buatan mungkin tidak sebaik cahaya alami
dalam hal merender warna atau menciptakan suasana.

• Kualitas Kesejahteraan : Paparan terus-menerus pada pencahayaan buatan


bisa mengurangi pengalaman hubungan dengan alam dan kesejahteraan.

Pemilihan antara pencahayaan alami dan buatan harus mempertimbangkan


kebutuhan ruangan, tujuan, dan preferensi pribadi. Beberapa ruangan mungkin
lebih baik dengan kombinasi dari keduanya untuk mendapatkan manfaat
maksimal.

2. Intensitas Cahaya :

• Pencahayaan langsung: Cahaya yang mengenai objek secara langsung,


sering digunakan untuk menerangi area kerja.

• Pencahayaan tak langsung: Cahaya yang dipantulkan dari permukaan


seperti dinding atau langit-langit untuk menciptakan pencahayaan merata dan
lembut.

3. Warna Cahaya :

29
• Suhu warna: Terukur dalam Kelvin (K), berkisar dari cahaya hangat
(kuning) hingga cahaya dingin (biru). Suhu warna yang berbeda memengaruhi
suasana ruangan.

• Indeks Rendering Warna (CRI): Mengukur sejauh mana cahaya dapat


memvisualisasikan warna dengan akurat. Semakin tinggi CRI, semakin baik
cahaya tersebut dalam merender warna.

4. Distribusi Cahaya :

• Cahaya umum: Menciptakan pencahayaan keseluruhan di ruangan.

• Cahaya tugas: Menyoroti area kerja atau aktivitas tertentu.

• Cahaya aksen: Digunakan untuk menyoroti objek atau area tertentu,


seperti lukisan atau elemen dekoratif.

5. Kontrol Pencahayaan :

• Dimmer: Digunakan untuk mengatur tingkat kecerahan cahaya.

• Sensor gerak: Mengaktifkan atau menonaktifkan lampu secara otomatis


saat ada aktivitas di ruangan.

• Sistem otomatisasi rumah: Menerapkan jadwal pencahayaan atau reaksi


terhadap kondisi lingkungan.

6. Efisiensi Energi :

30
• Menggunakan lampu LED atau lampu hemat energi untuk mengurangi
konsumsi listrik.

• Memastikan pemilihan sumber cahaya yang sesuai dengan kebutuhan


ruangan.

7. Aspek Psikologis :

• Cahaya dapat memengaruhi suasana hati dan kesejahteraan. Pencahayaan


yang baik dapat meningkatkan produktivitas dan kenyamanan.

8. Perancangan Interior :

• Pemilihan pencahayaan yang sesuai dengan desain dan fungsi ruangan

• Pemilihan perangkat pencahayaan yang estetis sesuai dengan gaya


dekorasi.

9. Kode dan Standar Keselamatan :

• Mematuhi peraturan keamanan dan peraturan terkait pencahayaan dalam


desain ruangan.

10. Perawatan dan Pemeliharaan :

• Merawat sistem pencahayaan agar berfungsi dengan baik dan aman.

31
Dengan memperhatikan semua aspek ini, pencahayaan ruangan dapat ditingkatkan
untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, fungsional, dan estetis.

Faktor-faktor yang menentukan cahaya dalam suatu lingkungan meliputi:

1. Sumber Cahaya :

• Jenis sumber cahaya, seperti lampu pijar, lampu LED, cahaya alami, dll.

• Intensitas cahaya yang dihasilkan oleh sumber tersebut.

2. Posisi dan Arah Sumber Cahaya :

• Lokasi fisik sumber cahaya dalam ruangan.

• Arah di mana cahaya dipancarkan, misalnya, cahaya langsung ke atas atau


ke bawah.

3. Kontrol Pencahayaan :

• Penggunaan dimmer atau saklar untuk mengatur intensitas cahaya.

• Sensor gerak atau sistem otomatisasi yang mengendalikan pencahayaan


berdasarkan kehadiran orang atau kondisi lingkungan.

32
4. Warna Cahaya :

• Suhu warna, yang mengukur sejauh mana cahaya tampak hangat (kuning)
atau dingin (biru).

• Indeks Rendering Warna (CRI) yang mempengaruhi kemampuan cahaya


untuk merender warna dengan akurat.

5. Distribusi Cahaya :

• Bagaimana cahaya disebarkan dalam ruangan, apakah itu pencahayaan


umum, tugas, atau aksen.

• Penggunaan perangkat seperti reflektor untuk mengarahkan cahaya ke area


tertentu.

6. Kualitas Cahaya :

• Apakah cahaya bersifat merata dan tidak menghasilkan bayangan yang


mengganggu.

• Kemampuan cahaya untuk memberikan kontras yang sesuai untuk


aktivitas yang dilakukan dalam ruangan.

7. Waktu dan Musim :

• Perubahan cahaya alami sepanjang hari dan selama berbagai musim.

33
• Pengaruh faktor cuaca pada cahaya alami.

8. Kebutuhan Fungsional :

• Tergantung pada kebutuhan ruangan, misalnya, pencahayaan di ruang


kerja harus mendukung produktivitas, sedangkan pencahayaan di ruang tidur
harus menciptakan suasana yang tenang.

9. Estetika dan Desain Interior :

• Bagaimana cahaya dipilih dan diintegrasikan ke dalam desain ruangan.

• Penggunaan pencahayaan sebagai elemen dekoratif.

10. Efisiensi Energi :

• Upaya untuk mengurangi konsumsi energi dengan memilih sumber cahaya


yang hemat energi dan perangkat kontrol energi yang cerdas.

11. Kesehatan dan Kesejahteraan :

• Dampak cahaya terhadap kesejahteraan manusia, termasuk ritme sirkadian


dan pengaruh psikologis.

34
Semua faktor ini harus dipertimbangkan ketika merencanakan pencahayaan dalam
suatu lingkungan, baik itu ruang dalam rumah, ruang komersial, atau lingkungan
luar. Dengan memahami faktor-faktor ini, dapat menciptakan pencahayaan yang
optimal sesuai dengan kebutuhan dan preferensi.

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kualitas udara dalam ruang sangat memengaruhi manusia karena sebagian


besar manusia menghabiskan 85-90% waktunya di dalam ruang. Faktor iklim
yang dapat mempengaruhi kualitas fisik udara meliputi suhu, kelembaban, dan
kecepatan udara. Tekanan udara yang sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Makin
tinggi suhunya, tekanan udara akan menurun. Sebaliknya, jika suhu udara menjadi
rendah, tekanan udaranya akan meningkat. Teknik pencahayaan ruangan dapat
mempercantik atau memperburuk ruangan. Pencahayaan bukan hanya terkait
cahaya alami yang masuk melalui jendela, tetapi pencahayaan harus dapat
menghadirkan suasana nyaman.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Oleh karna itu, kami akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang materi yang dibahas pada makalah dengan sumber-sumber
yang lebih banyak dan akurat. Maka dari itu, kami sangat membutuhkan berbagai
saran dan masukan yang bersifat membangun untuk makalah selanjutnya.

36
DAFTAR PUSTAKA
https://indalux.co.id/standar-pencahayaan-ruang/
https://www.amanitekno.com/sistem-dan-standar-pencahayaan-ruang/
Arief, Latar Muhammad. Monitoring Lingkungan Kerja Tekanan
Panas/Heatstress. Jakarta: Esa Unggul
Annuriyana, Ika. (2010) HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAGIAN PENCETAKAN GENTENG
DI DESA JELOBO WONOSARI KLATEN. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
https://lingkungan.itats.ac.id/baku-tingkat-kebisingan-dan-nilai-ambang-ba
tas-kebisingan/

37

Anda mungkin juga menyukai