Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENYEHATAN UDARA

“PEMERIKSAAN KUALITAS FISIK UDARA“

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyehatan
Udara yang diampu oleh dosen Bapak Kuat Prabowo, SKM., M.Kes., dan Bapak
Dr. Wakhyono, SKM, M.Si.

Disusun oleh

Kelompok 3 :

Alwan Asror P21345122010


Bagas Wicaksono A. N. P21345122024
Emilia Fitri Rosanthi P21345122034
Fitri Amalia Rizky P23145122035
Halimatus Sadiah P21345122038

KELAS 2 D3 A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah
Penyehatan Udara dengan Judul “Pemeriksaan Kualitas Fisik Udara”. Kami juga
berterima kasih kepada dosen Bapak Kuat Prabowo, SKM., M.Kes., dan Bapak
Dr. Wakhyono, SKM, M.Si. selaku dosen Mata Kuliah Penyehatan Udara yang
sudah memberi arahan untuk membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan materi, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat selesai dibuat. Kami pun menyadari, bahwa makalah
“Pemeriksaan Kualitas Fisik Udara” yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan dan penulisannya.

Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami sebagai penulis
bisa menjadi lebih baik lagi masa yang akan datang. Semoga makalah
“Pemeriksaan Kualitas Fisik Udara” ini bisa menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca serta bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 23 Oktober 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1 Faktor Iklim (Suhu, Kelembaban, Kecepatan Udara) .................................. 6
2.2 Kebisingan Area .............................................................................................. 14
2.3 Tekanan Panas Area ....................................................................................... 18
2.4 Pencahayaan Ruangan ................................................................................... 19
BAB III............................................................................................................................. 22
PENUTUP........................................................................................................................ 22
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas fisik udara diperoleh setelah melalui suatu prosedur pengukuran
yang benar. Sebagian prosedur pengukuran tersebut ditetapkan dalam SNI
(Standar Nasional Indonesia). Dengan demikian maka selama pengukuran
dilakukan sesuai dengan prosedur yang baku maka hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Sebaliknya apabila pengukuran dilakukan tidak sesuai
dengan prosedur standar, maka hasilnya tidak dapat dibandingkan dengan baku
mutu yang berlaku, karena untuk membandingkan dengan baku mutu, maka
prosedur pengukuran yang digunakan juga harus terstandar sesuai yang
dipersyaratkan oleh baku mutu. Faktor fisik kualitas udara, antara lain suhu,
kelembaban, arah dan kecepatan angin. Masih banyak faktor fisik udara lain,
antara lain seperti kebisingan, kadar debu, dan tekanan udara.
Komponen iklim seperti suhu udara, kelembaban udara, arah dan
kecepatan angin, kebisingan, tekanan panas dan pencahayaan merupakan
parameter yang secara langsung dan tidak langsung menentukan kualitas fisik
udara. Pengukuran terhadap parameter iklim tersebut harus mengikuti prosedur
yang terstandar sehingga dapat dijadikan dasar dalam menentukan kualitas fisik
udara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan faktor iklim (suhu, kelembaban, kecepatan


udara)?
2. Apa yang dimaksud dengan kebisingan area?
3. Apa yang dimaksud dengan tekanan panas area?
4. Apa yang dimaksud dengan pencahayaan ruangan?

4
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis apa yang dimaksud dengan faktor


iklim (suhu, kelembaban, kecepatan udara).
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apa yang dimaksud dengan
kebisingan area.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis apa yang dimaksud dengan tekanan
panas area.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis apa yang dimaksud dengan
pencahayaan ruangan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor Iklim (Suhu, Kelembaban, Kecepatan Udara)


1. Suhu Udara

Kualitas udara dalam ruang tidak hanya dipengaruhi oleh adanya


pencemaran tetapi juga dipengaruhi oleh adanya udara panas. Udara yang
panas dapat menurunkan kualitas udara dalam ruang dan mempengaruhi
kenyamanan manusia yang tinggal atau bekerja dalam ruang tersebut.
Namun dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20 % saja yang
dipergunakan dan sisanya akan dibuang ke lingkungan. Panas dalam
ruangan diproduksi oleh tubuh sebagai proses biokimia yang berhubungan
dengan pembentukan jaringan, konversi energi dan kerja otot. Panas yang
dihasilkan oleh proses metabolisme dapat dibagi menjadi dua, yaitu
metabolisme basal misalnya proses-proses otomatis seperti denyut nadi
dan metabolisme maskular yang berfungsi mengontrol kerja otot. Suhu
udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena tubuh manusia
menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan
muskuler. Suhu udara ruang kerja yang terlalu dingin dapat menimbulkan
gangguan bekerja bagi karyawan, yaitu gangguan konsentrasi dimana
kenyamanan tidak dapat bekerja dengan tenang karena berusaha untuk
menghilangkan rasa dingin (Fardiaz, 1992).

1.1 Pengukuran Suhu

Suhu atau temperatur udara merupakan kondisi yang dirasakan


di permukaan Bumi sebagai panas, sejuk atau dingin. Sebagaimana
Anda ketahui bahwa permukaan Bumi menerima panas dari
penyinaran Matahari berupa radiasi gelombang elektromagnetik.
Radiasi sinar Matahari yang dipancarkan ini tidak seluruhnya sampai
ke permukaan Bumi. Hal ini dikarenakan pada saat memasuki
atmosfer, berkas sinar Matahari tersebut mengalami pemantulan

6
(refleksi), pembauran (scattering), dan penyerapan (absorpsi) oleh
materialmaterial di atmosfer. Persentase jumlah pemantulan dan
pembauran sinar Matahari oleh partikel atmosfer ini dinamakan
albedo (Utoyo, 2009).

Pada saat memasuki atmosfer, sekitar 7% energi sinar Matahari


langsung dibaurkan kembali ke angkasa, 15% diserap oleh partikel-
partikel udara dan debu atmosfer, 24% dipantulkan oleh awan, dan
3% diserap oleh partikel-partikel awan. Jadi, persentase albedo sinar
Matahari oleh atmosfer adalah sekitar 49%, sedangkan yang sampai
di permukaan Bumi hanya 51%. Energi Matahari yang sampai di
permukaan Bumi ini kemudian dipantulkan kembali sekitar 4%. Jadi,
jumlah keseluruhan energi Matahari yang diserap muka Bumi adalah
sekitar 47% (Utoyo, 2009).

Suhu udara permukaan merupakan suhu udara pada ketinggian


1,25 sampai dengan 2,0 meter di atas permukaan bumi. Fluktuasi
suhu udara harian disebut dengan variasi suhu harian, demikian pula
dengan variasi suhu mingguan, bulanan, atau tahunan. Pada periode
waktu harian, suhu udara tertinggi atau maksimum biasa terjadi
setelah beberapa saat setelah matahari melewati titik kulminasinya
sedangkan suhu udara terendah atau minimum biasa terjadi setelah
beberapa saat sebelum matahari terbit. Nilai perbedaan antara suhu
udara maksimum dan suhu udara minimum selama satu hari (24 jam)
disebut dengan amplitudo suhu harian.

Suhu udara bervariasi secara horizontal dan vertikal. Suhu udara


yang tinggi dapat mempercepat reaksi pembentukan polutan
sekunder di udara.Suhu udara yang tinggi dapat meningkatkan
efisiensi pembakaran bahan bakar, sehingga entropi hasil
pembakaran yang dihasilkan akan lebih sedikit.Suhu udara yang
tinggi akan meningkatkan penguapan air sehingga udara dapat
menjadi lembab. Suhu udara akan menyebabkan terjadinya

7
perbedaan tekanan udara yang akan bepengaruh terhadap pergerakan
udara.

Cara pengukuran suhu udara umumnya menggunakan thermometer


alkohol, thermometer air raksa, thermometer digital atau
thermohygrometer yang juga mengukur kelembaban udara. Cara
pengukuran suhu dilakukan sebagai berikut:

1) 1. Siapkan thermometer
2) Gantung thermometer setinggi 1,25 – 2 meter
3) Hindari themometer dari terkena sinar matahari langsung atau
pantulan radiasi sinar matahari
4) Biarkan selam 5 menit, sampai konstan
5) Baca dan catat suhu udara pada thermometer

Pengukuran suhu udara juga dapat dilakukan bersamaan dengan


pengukuran kelembaban udara dengan menggunakan suhu basah dan suhu
kering. Jika hal tersebut dilakukan maka suhu udara yang digunakan adalah
suhu yang terbaca pada themometer yang tidak dibasahi (suhu kering).

Suhu kering yaitu suhu yang ditunjukkan dengan thermometer bulb


biasa dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu ini bisa dalam
celcius, Kelvin, fahrenheit. Seperti yang diketahui bahwa thermometer
menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer. Jika kita ingin
mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka terjadi perpindahan
kalor dari udara ke bulb thermometer. Karena mendapatkan kalor maka zat
cair (misalkan: air raksa) yang ada di dalam thermometer mengalami
pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik.

Suhu basah, Sesuai dengan namanya “wet bulb”, suhu ini diukur
dengan menggunakan thermometer yang bulbnya (bagian bawah
thermometer) dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri udara
yang ingin diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain
basah tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air
pada kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan
cairan yang ada dalam thermometer. Untuk menjelaskan apa itu wet bulb
temperature, dapat kita gambarkan jika ada suatu kolam dengan panjang
tak hingga diatasnya ditutup. Kemudian udara dialirka melalui permukaan

8
air. Dengan adanya perpindahan kalor dari udara ke permukaan air maka
terjadilah penguapan. Udara menjadi jenuh diujung kolam air tersebut.
Suhu disinilah yang dinamakan Wet Bulb temperature.

2. Kelembaban Udara

Air bukan merupakan polutan, namun uap air merupakan pelarut


untuk berbagai polutan dan dapat mempengaruhi konsentrasi polutan di
udara. Uap air dapat menumbuhkan dan mempertahankan
mikroorganisme di udara dan juga dapat melepaskan senyawa-senyawa
volatile yang berasal dari bahan bangunan seperti formaldehid, amoni dan
senyawa lain yang mudah menguap, sehingga kelembapan yang tinggi
melarutkan senyawa kimia lain lalu menjadi uap dan akan terpajan pada
pekerja (Fardiaz, 1992).

Yang relatif rendah kurang dari 20% dapat menyebabkan kekeringan


selaput lender membrane, sedangkan kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Kelembaban dan suhu yang
ekstrim juga menjadi media pertumbuhan beberapa jenis bakteri dan
jamur. Sebagai contoh jamur dapat tumbuh dalam suasana anaerob dengan
kelembaban udara lebih dari 65% (Suma'mur, 1996).

2.1 Pengukuran Kelembaban Udara


1) Pengukuran Kelembaban dengan Suhu Basa dan Suhu
Kering
a) Siapkan alat dan bahan

9
b) Buat kayu penyangga berbentuk tanda tambah dan
ikatkan payung di atas kayu tersebut sebagai
pelindung
c) Kemudian ikatkan thermometer diujung-ujung dari
kayu
d) Kapas diikatkan pada salah satu thermometer dan
diberi air sementara yang satunya tidak diberi apa-
apa
e) Lakukan pengamatan selama 30 menit
f) Tentukan kelembaban udara dengan menggunakan
tabel di bawah ini
Contoh:
Suhu kering = 27 C
Suhu basah = 25 C
Selisih suhu kering dan suhu basah adalah 2C
Kelembaban udara lihat pada tabel pada suhu kering
27C, kemudian lihat pada kolom selisih suhu
kering dan suhu basah = 2, maka kelembaban udara
adalah 83%.
2) Pengukuran dengan Psycrometer
a) Siapkan psycrometer

b) Basahi kapas/kain yang ada pada ujung


thermometer yang bertuliskan wet
c) Thermometer yang bertulisakan dry tidak dibasahi
d) Letakkan pada dinding atau meja kerja/lokasi yang
diukur dengan ketinggian 1,2 sampai 1,5 meter
selama 2-5 menit (sampai konstan)
e) Catat suhu thermometer yang bertulisan wet dan dry
f) Tetntukan kelembaban udara dengan melihat pada
table
Contoh:
Suhu kering = 27 C
Suhu basah = 25 C
Selisih suhu kering dan suhu basah adalah 2C

10
Kelembaban udara lihat pada tabel pada suhu kering
27C, kemudian lihat pada kolom selisih suhu
kering dan suhu basah = 2, maka kelembaban udara
adalah 83%.

11
3) Pengukuran dengan Hygrometer atau
Thermohygrometer
Pengukuran kelembaban udara juga dapat dilakukan
dengan Hygrometer, yaitu alat elektoronik yang mampu
mengukur kelembaban relatif udara, atau
Thermohygrometer yaitu perangkat elektronik yang
dirancang untuk mengukur suhu dan kelembaban relatif
udara, baik secara manual maupun digital. Jika pengukuran
kelembaban dilakukan dengan alat-alat tersebut, caranya
adalah meletakkan atau menggantung alat pada ketinggian
1.25-2 meter, dan dibiarkan selama 5 menit (sampai stabil)
lalu dibaca.

3. Kecepatan Aliran Udara

Kecepatan aliran udara mempengaruhi gerakan udara dan pergantian


udara dalam ruang. Kecepatan aliran udara yang nyaman bagi suatu
ruangan besarnya berkisar antara 0,15 sampai dengan 1,5 m/s. Kecepatan
udara kurang dari 0,1 m/s atau lebih rendah menjadikan ruangan tidak
nyaman karena tidak ada pergerakan udara. Sebaliknya bila kecepatan
udara terlalu tinggi akan menyebabkan kebisingan dalam ruangan
(Arismunandar, 1991). Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat
berjalan dengan baik, Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus
dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah
dengan cara membukan seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas
angin. Saringan/filter udara AC juga harus dibersihkan secara periodik
sesuai dengan ketentuan pabrik. Tingkat kenyamanan panas dipengaruhi
oleh kecepatan udara. Ketika pendinginan diperluan, dapat dilakukan
peningkatan kecepatan udara.

12
3.1 Pengukuran Kecepatan dan Arah Angin

Pengukuran terhadap angin dilakukan terhadap dua pamater yaitu


kecepatan dan arah angin. Kecepatan angin diukur dengan
menggunakan speedometer, sedangkan arah angin ditentukan dengan
panah angin (wind vane) dan kantong angin (windsock).

Dalam keadaan tidak memiliki alat yang memadai, maka arah


angin juga dapat ditentukan dengan menggunakan kompas, asap,
atau kapas, tisu, atau bendera. Kompas digunakan untuk menentukan
arah mata angin. Sedangkan kapas, asap, atau tisu digunakan untuk
melihat arah angin. Angin dinamai sesuai dengan arah datangnya,
seperti angin utara, berarti angin yang datang dari utara, angin barat
berarti angin yang datang dari barat, dan seterusnya.
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer, baik
yang manual maupun digital. Di samping itu kecepatan angin juga
dapat ditentukan dengan skala Beaufoort, yakni dengan mengamati
pergerakan benda-benda, terutama tanaman dan pepohonan.Beaufort
merupakan nama dari seorang perwira peltut Inggeris yang pertaman
kali membuat skala mengenai kecepatan angin dengan mengamati
pergerakan benda-benda di sekitar.

13
2.2 Kebisingan Area
2.2.1 Instrumen Pengukur Kebisingan

Instrumen pengukur kebisingan disebut Sound Level Meter (SLM).


Terdapat banyak nama, jenis, dan model SLM yang dijual di pasaran,
namun secara umum SLM dibagi menjadi dua jenis yaitu SLM manual
atau biasa dan SLM otomatis atau integrating SLM. Harga integrating
SLM biasanya jauh lebih mahal karena kemampuan alat tersebut dalam
merekam dan mengolah data rekaman suara secara otomatis. Adapun SLM
biasahanya berfungsi menangkap suara secara current time tanpa fungsi
record dan processing sehingga datanya harusdiolah lagi sebelum
dibandingkan dengan bakumutu.

Berbeda dengan kebisingan di industri yang bersifat tetap atau kontinyu


(steady noise), kebisingan di lingkungan bersifat lebih fluktuatif

14
(intermitten) dan bervariasi menurut waktu (time varying noise). Oleh
sebab itu hal terpenting dalam pengukuran kebisingan lingkungan adalah
penggunaan respon fast saat pengukuran. Secaraumum langkah-langkah
yang diperlukan dalam penggunaan SLM sebagai berikut:

1. Mengecekdaya baterai dengan menghidupkan alat memperhatikan


indicator baterai pada layar SLM.
2. Melakukan kalibrasi internal dengan cara menekan tombol cal,
kemudian mencocokkan nilai yang tertera pada layar dengan nilai
acuan di atasnya, atau
3. Melakukan kalibrasi eksternal dengan cara menghubungkan mikrofon
dengan kalibrator yang memiliki intensitas tertentu, kemudian
menyesuaikan nilai yang tertera pada layar SLM dengan nilai
kebisingan kalibrator
4. Mengatur respon jaringan dengan menekan tombol fast/slow (pilih
respon fast untuk pengukuran bising lingkungan)
5. Mengatur mode jaringan dengan menekan tombol A/C/P (pilih mode
A)
6. Mengatur rentang pengukuran sesuai estimasi tingkat kebisingan yang
akan diukur

15
7. Memilih mode waktu yang digunakan dengan menekan menu pada
integrating SLM (10 menit untuk pengukuran bising lingkungan)
8. Memilih mode pengukuran dengan menekan tombol mode pada
integrating SLM (Leq, Le, Lmax, none)
9. Untuk SLM biasa waktu pengukuran ditentukan secara manual
sedangkan Leq dihitung dari 120 data yang terkumpul selama 10 menit

2.2.2 Metode Pengukuran Kebisingan

Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Cara Sederhana
Cara sederhana adalah cara penentuan intensitas kebisingan
menggunakan alat berupa Sound Level Meter (SLM), dan stopwatch.
Pengukuran tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10 (sepuluh) menit
untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.
Data yang diperoleh langsung dapat diolah dan intensitas kebisingan
saat dilakukan pengukuran tersebut dapat sgera diketahui.
2. Cara Langsung (Jelaskan Artinya)
Cara langsung adalah cara mengukur intensitas kebisingan
menggunakan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai
fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5
detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Pengukuran
tersebut dilakukan secara berlanjut.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan
cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam
(LS) pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama
8 jam (LM) pada selang 22.00 – 06.00. Setiap pengukuran harus dapat
mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4
waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit
3 waktu pengukuran, sebagai contoh:

16
No. Kebisingan Terminologi Jam
Waktu Pengambilan
A. Periode Siang
L1 06.00-09.00 Jam 07.00
L2 09.00-14.00 Jam 10.00
L3 14.00-17.00 Jam 15.00
L4 17.00-22.00 Jam 20.00
B. Periode Malam
L5 22.00-24.00 Jam 23.00
L6 24.00-03.00 Jam 01.00
L7 03.00-06.00 Jam 04.00

Beberapa hal yang harus diperhatikandalampengukuran kebisingan


adalah:
a. Perhatikan sumber bising; pengukuran bising sedapat mungkin
menghadap sumber bising dan tidak terhalang bangunan, pohon, papan
reklame dan sejenisnya, ada jarak dari barrier (≥ 3 meter), dan tidak
dalam kondisi hujan.
b. Ketinggian mikrofon ± 1,2 m dari lantai/tanah, SLM dapat dipegang
atau dipasang pada trifoot.
c. Sebelum menekan tombol “start” pastikan alat telah disetting dengan
benar sesuai jenis bising yang akan diukur.
d. Integrating SLM akan berhenti secara otomatis sesuai waktu yang telah
ditentukan, data tersimpan di dalam memori alat dan bisadipanggil
sewaktu-waktu meskipun alat telah dimatikan.
e. Untuk pengukuran secara manual, data kebisingan dikumpulkan
selama 10 menit dengan pencatatan tiap 5 detik, sehingga total data
yang dikumpulkan berjumlah 120 data.
f. Pengukuran kebisingan sebaiknya dilakukan oleh tiga orang, dengan
pembagian tugas sebagai berikut:
1) Satu orang memegang alat setinggi 1,5 sampai 2 meter
2) Satu orang membaca waktu dan memberi tanda setiap 5 detik
3) Satu orang mencatat intensitas ke dalam bis (formulir pengukuran)
g. Pada saat mengukur kebisingan di suatu tempat, maka perlu juga
diukur komponen iklim yang berpengaruh terhadap intensitas
kebisingan, yaitu; suhu udara, kelembaban udara, arah dan kecepatan
angin.

17
2.3 Tekanan Panas Area

Tekanan panas (heat stress) di suatu lingkungan kerja merupakan


perpaduan antara suhu udara, kelembaban, radiasi, kecepatan gerakan udara, dan
panas metabolism sebagai aktivitas dari seseorang serta pakaian yang digunakan
saat bekerja. Tekanan panas merupakan suatu mikro meteorologi dari lingkungan
kerja (Rachmatiah, 2015).

Tekanan panas adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang


diterima dari kontribusi kombinasi metabolism tubuh akibat melakukan
pekerjaan dan faktor lingkungan (seperti temperatur udara, kelembaban,
pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.
Keadaan panas ringan maupun berat dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan
berakibat buruk terhadap kinerja dan keselamatan (ACGIH, 2017).

Tekanan panas yang melebihi dari panas tubuh, dapat mempengaruhi


gangguan fisiologis, pemanasan global berdampak terhadap pekerja di luar
ruangan seperti pertanian dan pekerjaan konstruksi. Pemanasan global dapat
meningkatkan frekuensi dan intensitas tekanan panas yang menyeluruh yang
berpengaruh terhadap hilangnya pekerjaan dan produktivitas pekerja.

2.3.1 Pengukuran Tekanan Panas

Pengukuran tekanan panas menurut SNI 16-7061-2004 dilakukan


menggunakan termometer, mencakup termometer basah, kering dan
termometer bola, bisa analog maupun digital misalnya adalah
“Questemp” yaitu suatu alat digital untuk mengukur tekanan panas
dengan parameter indeks Wet Bulb Globe Temperature (WBGT). Alat
ini dapat mengukur suhu basah, suhu kering, suhu radiasi. Pengukuran
tekanan panas di lingkungan kerja dilakukan dengan meletakan alat pada
ketinggian 1,2 m untuk tenaga kerja yang berdiri, 0,6 m untuk tenaga
kerja yang duduk. Pada saat pengukuran reservoir (tandon) termometer
suhu basah diisi dengan akuades dengan waktu adaptasi alat selama 10
menit. Sling psychrometer juga bisa digunakan untuk melihat temperatur
basah dan kering di suatu tempat. (Rachmatiah, 2015). Berdasarkan
Permenaker No. 13 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika

18
dan kimia di tempat kerja, menggunakan parameter Wet Bulb Globe
Temperature (WBGT), ketentuan sebagai berikut:

1. Iklim Kerja

Hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara


dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
tenaga kerja sebagai akibatpekerjaannya.

2. Nilai Ambang Batas (NAB)

Standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu.
3. Wet Bulb Globe Temperature (WBGT)
Parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil
perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu
bola
4. Suhu udara kering (dry bulb temperature)
Suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu kering
5. Suhu basah alami (natural wet bulb temperature)
Suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah alami merupakan
suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan
terjadinya keseimbangan uap air di udara suhu ini biasanya lebih
rendah dari suhu kering.
6. Suhu bola (Globe Temperature)
Suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola suhu ini sebagai
indikator tingkat radiasi.

2.4 Pencahayaan Ruangan


Intensitas penerangan di tempat kerja dimaksudkan untuk memberikan
penerangan kepada benda-benda yang merupakan obyek kerja, peralatan atau
mesin dan proses produksi serta lingkungan kerja. Untuk itu diperlukan intensitas

19
penerangan yang optimal. Selain menerangi obyek kerja, penerangan juga
diharapkan cukup memadai menerangi keadaan sekelilingnya.

Tujuan pengukuran pencahayaan dalam penyehatan udara adalah


mengetahui kesesuaian intensitas penerangan sesuai dengan aktivitas yang
dilakukan pada sebuah ruangan sesuai dengan peruntukan ruang tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar orang-orang yang beraktivitas dalam ruangan tersebut tidak
mendapatkan masalah kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan pencahayaan.
Untuk maksud tersebut maka diperlukan pengukuran pencahayaan yang tepat
sesuai dengan sesuai dengan prosedur yang baku. Alat yang digunakan untuk
mengukur pencahayaan adalah luxmeter yang mengubah energi cahaya menjadi
energi listrik, kemudian eneergi listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca
pada layar monitor.

1. Penentuan Titik Pengukuran


Penentuan titik pengukuran pencahayaan merupakan suatu hal
yang krusial dalam pengukuran pencahayaan. Titik pengukuran
pencahayaan harus mewakili titik fokus fokus aktivitas yang dilakukan.
Misalnya, untuk perpustakaan, maka titik yang diukur adalah titik dimana
orang melakukan aktivitas membaca, yaitu di atas meja baca. Demikian
juga dengan apekerjaan atau aktivitas lain. Oleh karena itu seorang yang
akan menentukan titik pengukuran, perlu mengetahui bentuk aktivitas

20
yang dikakukan di ruangan yang akan diukur tersebut. Jika aktivitas
dilakukan di atas meja, maka titik pengukuran adalah di atas meja kerja.

a. Penerangan Setempat
Objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan dan pengukuran
dapat di lakukan di atas meja. Jika di ruangan kerja terdapat beberapa
meja kerja, maka pengukuran dilakukan pada masing-masing meja
kerja, kemudian hasil diperoleh dirata-ratakan.
b. Penerangan Umum
Penerangan umum pada suatu ruang kerja diukur pada beberapa titik,
Titik tersebut adalah titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi 1 (satu) meter. Jarak
tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan.
1) Luas ruangan kurang dari 10 m2 .
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah
pada jarak 1 (satu) meter.
2) Luas ruangan antara 10 sampai 100 m2 .
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah
pada jarak 3 (tiga) meter.
3) Luas ruangan lebih dari 100 m2.
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah
pada jarak 6 (enam) meter.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suhu udara merupakan paramater iklim yang berpengaruh terhadap
pembentukan dan retensi polutan di udara. Kelembaban udara menunjukkan
banyaknya uap air yang berada di udara. Kelembaban udara ditentukan dengan
menggunakan beberapa peralatan dan metode, yaitu metode suhu basah dan suhu
kering dan menggunakan hygrometer atau thermohygrometer. Kecepatan dan arah
angin harus diukur bersamaan. Kecepatan angin dikur dengan anemometer. Arah
angin ditentukan dengan menggunakan peralatan wind vane atau wind sock. Arah
angin juga dapat ditentukan dengan bendera, asap, kapas dengan bantuan kompas.
Kebisingan dapat ditentukan intensitasnya menggunakan sound level meter dan
menggunakan metode cara sederhana atau cara langsung. Untuk pengukuran
tekanan panas menggunakan termometer dimana alat ini dapat mengukur suhu
basah, suhu kering, atau suhu radiasi. Pengukuran pencahayaan ditujukan untuk
menyesuaikan intensitas penerangan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan dan
alat yang digunakan untu mengukut intensitas cahaya adalah lux meter.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tertunya dapat di pertanggung
jawabkan. Dengan demikian sebagai penulis makalah ini kami meminta saran dan
kritik karena masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki agar teman-teman
mahasiswa/i yang membaca ataupun dosen yang membimbing agar memberikan
masukkan demi kesempurnaan penulisan makalah yang berjudul “Pemeriksaan
Kualitas Fisik Udara.”

22
DAFTAR PUSTAKA

BSNI. SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran iklim kerja (panas) dengan


parameter indeks suhu basah dan bola.

Prabowo, kuat., dkk. 2018. Penyehatan Udara. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

https://eprints.itenas.ac.id/1616/5/Bab%202.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai