Anda di halaman 1dari 16

HIGIENE INDUSTRI

“IKLIM KERJA”
Dosen pengampuh: Indah Ade Prianti, SKM., M.PH

OLEH :
KELAS K3-B
KELOMPOK 2

1. ADISTI MAHARANI NINGRAD (J1A120260)


2. ZASKIA PUTRI RAHMADANI (J1A120254)
3. ANNISYA INDRIYANI TASYA (J1A120273)
4. ALLYA ARDETA F.S (J1A120263)
5. AMBARWATI. S (J1A120264)
6. ALDILA ZALZHABILA KIFLI (J1A120262)
7. ANNISAH WULANDARI (J1A120272)
8. ANANDA MAHARANI (J1A120266)
9. DEBI MUTIARA CAHYANI (J1A120285)
10. ELVA NANDA WULANDARI NUR (J1A120291)
11. ERIKA FAHRA AULIA (J1A120292)
12. FAJRIA RIZKI ROSELSYA. A (J1A120294)
13. FISSAMAD MUHARAM (J1A120298)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat
pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk menyelesaikan tugas
Pada Mata Kuliah Higiene Indutri yang membahas tentang Iklim kerja.
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal
dan mendalami materi dari makalah yang kami buat ini. Dalam penyelesaian
makalah ini, banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya
ilmu pengetahuan tentang materi tersebut. Namun, berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karena
itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Indah Ade Prianti, SKM., M.PH yang telah memberikan tugas ini kepada
kami sekaligus sebago dosen pengampuh mata kuliahHigiene Industri.
2. Teman teman kelompok 2 yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sebagai seorang mahasiswi yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif.
Harapan kami, semoga makalah ini berguna bagi pembaca, penulisnya juga
termasuk kami, khususnya untuk orang-orang yang mau mendalami tentang Iklim
Kerja.

Kendari, 18 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Iklim Kerja ................................................................................. 3
B. Macam-macam Iklim Kerja ......................................................................... 4
C. Pengendalian Iklim Kerja Tinggi ................................................................. 7
D. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja...................................................... 9
E. Pengukuran Iklim Kerja ............................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tempat kerja yaitu suatu tempat yang di dalamnya terdapat tenaga
kerja yang bekerja atau linkungan yang sering dimasuki oleh tenaga kerja
untuk urusan suatu usaha serta adanya sumber-sumber bahaya. Jadi dapat
dipastikan bahwa di tempat kerja pasti terdapat potensi bahaya yang
mengancam keselamatan dan kesehatan pekerja. Keselamatan kerja merupakan
salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Saat ini telah banyak
industri yang menggunakan peralatan kerja dan mesin-mesin produksi yang
canggih, sehingga dapat diharapkan memberikan hasil produksi yang
maksimal. Kemajuan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan kerja sekitar, karena semakin meningkat pula jumlah dan jenis
bahaya yang ada di tempat kerja maka dapat menyebabkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Bahaya yang ada ditempat kerja dapat berpengaruh
terhadap keselamatan, kesehatan, dan produktivitas tenaga kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki makna perlindungan
bagi tenaga kerja yang merupakan aset penting dan berharga bagi organisasi
dari terjadinya kecelakaan kerja (KK) dan penyakit akibat kerja (PAK).
Sehingga diperlukannya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman yang
mendukung tenaga kerja melaksanakan pekerjaannya dan mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal.
Pada suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan
lingkungan. Tekanan lingkungan tersebut berasal dari faktor kimia, fisika,
psikis dan biologis. Tekanan fisik yang sering terjadi dalam suatu lingkungan
kerja salah satunya adalah keadaan iklim yang sangat mempengaruhi kondisi
kerja bagi tenaga kerja.
Suhu lingkungan kerja yang tinggi dan berada diatas nilai ambang
batas dapat menyebabkan kenaikan suhu tubuh pekerja. Hal tersebut akan

1
2

membuat hipotalamus merangsang kelenjar keringat agar tubuh mengeluarkan


keringat dimana garam natrium klorida yang berada didalam keringat juga
ikut berkurang kadarnya didalam tubuh. Natrium klorida merupakan elektrolit
esensial yang berfungsi mengontrol kontraksi otot dengan memicu impuls
saraf. Ketika kadar natrium turun, sinyal saraf menjadi kusut dan memicu
kedutan serta kram otot.
Suasana atau kondisi pada tempat kerja harus didesain senyaman
mungkin untuk tenaga kerja. Hal itu dikarenakan pada dasarnya suatu iklim
kerja dapat berpengaruh terhadap produktifitas kerja. Suatu kondisi tempat
kerja yang tidak sesuai akan berdampak buruk terhadap akitivitas tenaga kerja.
Selain itu, iklim kerja yang terlalu tinggi atau rendah juga sangat berpotensi
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu, untuk
meminimalisasi kecelakaan kerja dalam suatu tempat kerja maka iklim kerja
harus cocok dan harus sesuai dengan standard yang ada.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut:
1. Pengertian Iklim Kerja?
2. Macam-macam Iklim Kerja?
3. Pengendalian Iklim Kerja Tinggi?
4. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja?
5. Pengukuran Iklim Kerja?

C. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Iklim Kerja
2. Untuk mengetahui Macam-macam Iklim Kerja
3. Untuk mengetahui Pengendalian Iklim Kerja Tinggi
4. Untuk mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja
5. Untuk mengetahui Pengukuran Iklim Kerja
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iklim Kerja


Kemajuan teknologi dan proses produksi dalam industri, telah
menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim/cuaca tertentu
yang disebut iklim kerja, yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja
dingin. Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. PER 13/MEN/X/2011
tentang Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udaradan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.
Menurut Suma’mur PK, iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi Keempat
faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat
disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja
adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan
udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang.
Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu
sistem pengatur suhu (system thermoregulator) suhu menetap ini adalah akibat
keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat
metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar.
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan
mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius
sampai 27 derajat Celsius.
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara,
kecepatan aliran udara dan panas radiasi. Iklim kerja panas bermula dari
munculnya energi panas yang berasal dari sumber panas yang dipancarkan
langsung atau melalui perantara dan masuk ke lingkungan kerja, dan menjadi
tekanan panas sebagai beban tambahan bagi tenaga kerja. Hal tersebut dapat
memperburuk kondisi kesehatan dan stamina tenaga kerja bila ditambah
dengan beban kerja fisik yang berat. Sehingga tenaga kerja tersebut akan

3
4

memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja yang
bekerja di lingkungan kerja dengan suhu nyaman yaitu 24°C sampai dengan
26°C. Selain itu lingkungan kerja dengan suhu tinggi lebih banyak
menimbulkan permasalahan dibandingkan dengan lingkungan kerja dengan
suhu rendah karena manusia lebih mudah melindungi diri dari pengaruh suhu
rendah dibanding suhu tinggi.

B. Macam-macam Iklim Kerja


Iklim kerja dapat mempengaruhi daya kerja. Produktivitas, efisiensi, dan
efektifitas kerja. Adapun macam-macam Iklim kerja antara lain :
1. Iklim Kerja Panas
Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja
yang dapat disebabakan oleh gerakan angin, kelembapan, suhu udara, suhu
radiasi dan sinar matahari. Panas sebenarnya merupakan energi kinetik
gerak molekul yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai
hasil samping metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan
kelingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan
pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari
tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi,
radiasi dan evaporasi (Suma’mur PK, 1996: 82).
Penerapan teknologi maju di dalam proses produksi sampai saat
ini telah semakin intensif, sehingga efek samping yang berupa faktor
fisik yang ditimbulkan juga semakin beraneka ragam, termasuk suhu
ekstrim, kebisingan, getaran, radiasi yang mengion maupun yang tidak
mengion, penerangan di tempat kerja serta tekanan udara ekstrim. Efek
samping proses produksi, dapat berakibat buruk kepada pekerjaan dan
lingkungan kerja, sehingga pekerjaan dan lingkungan kerja tidak
memenuhi syarat-syarat kesehatan atau sakit.
Tekanan panas pada pekerja dan dapat berakibat fatal. Lingkungan
kerja yang nyaman bagi kebanyakan manusia untuk bekerja memiliki
5

temperature sekitar 200C sampai 270C apabila melebihi dari suhu tersebut
maka akan membuat orang merasa tidak nyaman.
Kombinasi antara iklim kerja (suhu udara, kelembaban udara, dan
panas radiasi) dengan panas metabolisme tubuh dapat menyebabkan iklim
kerja panas. Pekerja yang terpapar tekanan panas menyebabkan tubuh
pekerja akan merespons dengan cara mengeluarkan banyak keringat untuk
mendinginkan suhu tubuh. Hal tersebut mengakibatkan tubuh kehilangan
cairan secara berlebihan sehingga pekerja mengalami dehidrasi.
Tekanan panas akan berdampak pada terjadinya :
a. Dehidrasi
Dehidrasi adalah penguapan yang berlebihan yang akan
mengurangi volume darah dan pada tingkat awal aliran darah akan
menurun dan otak akan kekurangan oksigen.
b. Heat rash
Gejala ini bias berupa lecet terus menerus dan panas disertai
gatal yang menyengat.
c. Heat Fatique
Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas.
Gerakan tubuh menjadi lambat, kurang waspada terhadap tugas.
d. Heat cramps
Kekejangan otot yang diikuti penurunan sodium klorida dalam
darah sampai tingkat kritis. Dapat terjadi sendiri atau bersama dengan
kelelahan panas, kekejangan timbul secara mendadak.
e. Heat exhaustion
Heat exhaustion adalah kelelahan akibat cuaca yang sangat
panas. Heat exhaustion merupakan respons tubuh mengeluarkan air
dan garam melalui keringat secara berlebihan.
f. Heat Sincope
Keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran selama pemajanan
panas dan suhu tubuh atau penghentian keringat.
g. Heat stroke
6

Kerusakan serius yang bekaitan dengan kesalahan pada pusat


pengatur suhu tubuh. Pada kondisi ini mekanisme pengatur suhu tidak
berfungsi lagi disertai hambatan proses penguapan secara tiba-tiba.
Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimitasi dengan iklim
tropis yang suhunya sekitar 29-300C dengan kelembaban sekitar 85 –
95 %. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian
yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama berada di
tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh
tekanan panas.
2. Iklim Kerja Dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan
kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan
sangat rendah terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang
terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot dan frostbite.
Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin
dilakukan melalui seleksi pekerja yang “fit” dan penggunaan pakaian
pelindung yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga
dilakukan secara periodik.
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi kerja dengan
keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam
ini dapat meningkatkan tingkat kelelahan seseorang. Terdapat beberapa
contoh tempat kerja dengan iklim kerja dingin diantaranya di pabrik es,
kamar pendingin, laboratorium, ruang computerdan lain-lain. Masalah
kesehatan yang berhubungan dengan iklim dingin, yaitu:
a. Chilblains : Bagian tubuh yang terkena membengkak, merah, panas
dan sakit diselingi gatal. Penyakit ini diderita akibat bekerja ditempat
dingin dengan waktu lama dan akibat defisiensi besi.
b. Trench foot : Kerusakan anggota badan terutama kaki akibat
kelembaban atau dingin walau suhu diatas titik beku. Stadium ini
diikuti tingkat hyperthermis yaitu kaki membengkak, merah, dan
sakit. Penyakit ini berakibat cacat semetara.
7

c. Frosbite: Akibat suhu rendah dibawah titik beku, kondisi sama seperti
trenchfoot namun stadium akhir penyakit frosbite adalah gangrene
danbisa berakibat cacat tetap.
Temperatur dan kelembapan (iklim) lingkungan ruang kerja sangat
berpengaruh pada efektivitas pekerjaan. Bekerja pada lingkungan yang
terlalu panas dan lembab, dapat menurunkan kemampuan fisik tubuh dan
dapat menyebabkan keletihan yang datang terlalu dini. Sedangkan pada
lingkungan yang terlalu dingin, dapat menyebabkan hilangnya fleksibilitas
terhadap alat-alat motorik tubuh yang disebabkan oleh timbulnya
kekakuan fisik tubuh. Kedua kondisi ini dapat mengurangi produktivitas
kerja bahkan potensial menyebabkan kecelakaan kerja.

C. Pengendalian Iklim Kerja Tinggi


1. Pengendalian Secara Umum
a. Training (pendidikan/latihan)
Yang dimaksud disini adalah pendidikan atau pelatihan bagi
calon tenaga kerja sebelum ditempatkan yang dilaksanakan secara
berkala (periodik).
b. Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene.
Yang dimaksud adalah tindakan-tindakan yang diambil oleh
perorangan untuk mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh
panas. Termasuk pengendalian tekanan panas melalui Penerapan
hygiene adalah :
1) Pengandalian cairan
2) Aklimatisasi
3) Self determination : diartikan sebagai pembatasan terhadap
pajanan panas dimana tenaga kerja menghindari terhadap cuaca
panas apabila ia sudah merasakan terpapar suhu panas secara
berlebihan.
8

4) Diet : makanan yang terlalu manis atau mengandung karbohidrat


berlebihan tidak dianjurkan karena akan menahan cairan melalui
ginjal atau keringat.
5) Gaya hidup dan status kesehatan
6) Pakaian kerja : Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja
panas sebaiknya dari bahan yang mudah menyerap keringat
seperti bahan yang terbuat dari katun, sehingga penguapan mudah
terjadi.
2. Pengendalian secara khusus
Pengendalian secara khusus dapat dilaksanakan dengan 3 cara :
a. Pengendalian secara teknis
Cara ini mencakup :
1) Mengurangi beban kerja
2) Menurunkan suhu udara : (bila suhu udara di atas 104˚F (40˚C),
tenaga kerja mendapat tambahan pans secara nyata dari udara.
Bila suhu udara dibawah 90˚F (32˚C), maka ada pelepasan panas
dari tubuh secara nyata. Suhu udara dapat diturunkan dengan
memasang ventilasi dengan cara pengenceran dan pendinginan
secara aktif).
3) Menurunkan kelembaban udara : (dengan menggunakan ruangan
yang dingin akan menurunkan tekanan panas, hal ini disebabkan
oleh karena suhu udara dan kelembaban udara yang lebih rendah,
sehingga meningkatkan kecepatan penguapan dengan
pendinginan).
4) Menurunkan panas radiasi : (bila suhu globe lebih dari 109˚F
(43˚C) panas radiasi merupakan sumber tekanan panas secara
nyata. Sesunggunhnya lembaran logam atau permuakaan benda
yang dapat digunakan sebagai perisai sangat banyak, untuk
mengetahui daftar logam atau permuakaan benda yang padat
digunakan sebagai perisai.
9

b. Pengendalian secara administrative adalah perubahan cara kerja yang


dilakukan dalam upaya untuk membatasi resiko pemajanan.
c. Perlindungan perorangan adalah suatu cara pengendalian yang
dilaksanakan perorangan(setiap pekerja).

D. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja


Untuk menilai hubungan iklim kerja dan efeknya terhadap perorangan
atau kelompok teanga kerja perlu diperatikan seluruh faktor yang meliputi
lingkungan, faktor menusiawi dan pekerjaan itu sendiri.

E. Pengukuran Iklim Kerja


ACGIH telah menentukan parameter untuk mengevaluasi iklim kerja
panas dengan WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) atau dengan ISBB
(Indeks Suhu Basah dan Bola). Apabila tenaga kerja terpapar oleh panas
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan maka dapat
menimbulkan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang
berdampak pada menurunnya produktivitas kerja.
1. Prinsip
Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang
ditentukan, suhu basah alami, suhu kering, dan suhu bola dibaca pada alat
ukur, dan indeks suhu basah dan bola diperhitungkan dengan rumus.
2. Peralatan
Alat-alat yang dipakai harus telah dikalibrasi oleh laboratorium yang
terakreditasi untuk melakukan kalibrasi, minimal 1 tahun sekali. Alat-alat
yang digunakan terdiri dari:
a. Termometer suhu basah alami yang mempunyai kisaran – 5oC sampai
dengan 50oC dan bergraduasi maksimal 0,5oC
b. Termometer suhu kering yang mempunyai kisaran – 5oC sampai
dengan 50oC dan bergraduasi maksimal 0,5oC
c. Termometer suhu bola yang mempunyai kisaran – 5oC sampai dengan
100oC dan bergraduasi maksimal 0,5oC
10

Peralatan ini merupakan peralatan minimal dan tidak membatasi


penggunaan alat pengukur ISBB lainnya, tetapi hasil pengukuran yang
diperoleh sama dengan hasil dari peralatan ini.
3. Prosedur Pengukuran
Langkah-langkah prosedur kerja adalah sebagai berikut :
a. Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah alami dengan air
suling, jarak antara dasar lambung termometer dan permukaan tempat
air 1 inci. Rangkaikan alat pada statif dan paparkan selama 30 menit -
60 menit.
b. Rangkaikan termometer suhu kering pada statif dan paparkan selama
30 menit – 60 menit.
c. Pasangkan termometer suhu bola pada bola tembaga warna hitam
(diameter 15 cm, kecuali alat yang sudah dirakit dalam satu unit),
lambung termometer tepat pada titik pusat bola tembaga. Rangkaikan
alat pada statif dan paparkan selama 20 menit – 30 menit.
d. Letakkan alat-alat tersebut di atas pada titik pengukuran dengan
lambung termometer setinggi 1 meter – 1,25 meter dari lantai.
e. Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal
shift kerja, pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja.
Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Peraturan menteri Tenaga
Kerja nomor : KEP-13/MEN/X/2011, NAB Iklim Kerja.
ISBB (0C)
Pengaturan
waktu Beban Kerja
kerja setiap jam Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5
Sumber : Kepmenaker No.Kep-13/MEN/2011
11

Catatan :
a. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo
kalori/jam.
b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai
dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam.
c. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan
kurang dari 500 Kilo kalori/jam.
4. Perhitungan
a. Rumus Dasar ISBB
Ada 2 (dua) jenis rumus perhitungan ISBB, yaitu :
1) Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar
matahari, yait tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari
secara langsung :
ISBB = 0,7 SBA + 0,2 SB + 0,1 SK
2) Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi
sinar matahari, yaitu :
ISBB = 0,7 SBA + 0,3 SB
b. Rumus yang dikembangkan berdasarkan perpindahan lokasi kerja.
Dalam hal pemaparan ISBB yang berbeda-beda karena lokasi kerja
yang berpindah pindah menurut waktu, maka berlaku ISBB rata-rata
dengan rumus sebagai berikut :
(ISBB 1)(t1)+(ISBB2)(t2)+⋯+(ISBBn)(tn)
ISBB rata-rata =
t1+t2+⋯+tn
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Suma’mur PK, iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi Keempat
faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat
disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja
adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan
udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang.
Iklim kerja dapat mempengaruhi daya kerja. Produktivitas, efisiensi, dan
efektifitas kerja Untuk menilai hubungan iklim kerja dan efeknya terhadap
perorangan atau kelompok teanga kerja perlu diperatikan seluruh faktor yang
meliputi lingkungan, faktor menusiawi dan pekerjaan itu sendiri.
ACGIH telah menentukan parameter untuk mengevaluasi iklim kerja
panas dengan WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) atau dengan ISBB
(Indeks Suhu Basah dan Bola). Apabila tenaga kerja terpapar oleh panas
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan maka dapat
menimbulkan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang
berdampak pada menurunnya produktivitas kerja.

B. Saran
Kami mengetahui bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan tetapi
kami berharap makalah ini bisa menambah wawasan kita. Dan kami sangat
membutuhkan saran positif dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini
kedepannnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Depnakertrans RI. 2011. PER.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas


Faktor

Entianopa, E., Wahyuni, A., & Kurniawati, E. (2020). Hubungan Iklim Kerja Panas
Terhadap Dehidrasi Pada Pekerja Di Bagian Dryler Di Pt. X Tahun
2020. Indonesian Journal of Health Community, 1(1), 28-34.

Haryuti, Siswanto,A., Setijoso,W.(1987), Tekanan Panas. Surabaya : Balai


Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Jawa Timur.

Khofiyya, A. N., Suwondo, A., & Jayanti, S. (2019). Hubungan Beban Kerja, Iklim
Kerja, Dan Postur Kerja Terhadap Keluhan Musculoskeletal Pada Pekerja
Baggage Handling Service Bandara (Studi Kasus Di Kokapura, Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Undip), 7(4), 619-625.

Nurlida, N., & Oktaviani, L. W. (2015). Hubungan Intensitas Penerangan dan Iklim
Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Penjahit di Kecamatan Muara Badak
Kabupaten Kutai Kartanegara.

Suma’mur PK. PK. 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT.Toko Gunung Agung.

Sunaryo, M., & Sahri, M. (2019). Evaluasi Iklim Kerja di Bagian Produksi pada
Industri Keramik di Wilayah Gresik. ARTERI: Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1),
29-35.

13

Anda mungkin juga menyukai