HIGIENE INDUSTRI
(Suhu)
DISUSUN OLEH:
KELAS B 2017
KELOMPOK IV
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. karena atas berkat
rahmatNya yang berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Suhu” dalam waktu yang tepat.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada nabi besar Muhammad
Saw. yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang seperti saat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Bagi Penulis .............................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup ............................................................................................... 5
1.6 Organisasi/Sistematika ................................................................................... 5
iii
4.3 Mekanisme Terjadinya Dampak Akibat Keadaan Suhu di Lingkungan Kerja
Terhadap Kesehatan ................................................................................................ 27
4.4 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja .............................................................. 29
4.5 Alat Ukur Suhu ............................................................................................. 31
4.6 Mekanisme Kerjanya Alat Ukur Suhu ......................................................... 37
BAB IV PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 42
5.2 Saran ............................................................................................................. 43
iv
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah Dan Bola
Suhu Tubuh……………………………………………………. 32
v
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan kerja adalah hak asasi manusia dan oleh karena itu menjadi hal yang
wajib dilaksanakan di tempat kerja oleh seluruh pihak pelaksana pekerja. Dalam
pelaksanaan kesehatan kerja, selalu terdapat berbagai potensi bahaya dan risiko
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Salah satu faktor fisik yang
dengan tempat kerja adalah ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, yang menjadi tempat tenaga kerja atau sering dimasuki oleh tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan sumber-sumber bahaya. Sumber bahaya di tempat
kerja pun cukup beragam, salah satunya adalah bahaya fi sik berupa iklim kerja
panas. Penggunaan berbagai alat dan mesin serta material dalam proses produksi
telah menjadi salah satu sumber iklim kerja panas bagi tenaga kerja yang dapat
Meirina, 2017)
1
2
Berdasarkan data dari OSHA (2014), Centers for Disease Control and
Prevention pada tahun 2012-2013 terdapat banyak kasus pada pekerja yang
pekerja mengalami gejala heat strain dengan beban kerja sedang dan berat. Pada
BRF dan TFH telah melebihi NAB yang diperkenankan yaitu 34,6°C dan 34,5°C
dengan beban kerja berat. Pada keadaan tersebut terdapat hubungan antara tekanan
panas dengan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi dimana semakin tinggi
tekanan panas maka semakin meningkat denyut nadi dan tekanan darah tenaga
Indonesia. Sekitar 70% dari total tersebut berakibat kematian dan cacat seumur
tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan
kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa yang hanya 2
orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja. (Indra, dkk, 2014)
Salah satu faktor fisik yang sering ditemui oleh pekerja adalah suhu. Kondisi
suhu lingkungan kerja yang terlalu panas dapat menimbulkan masalah kesehatan
dan keselamatan pada pekerja. Penelitian Donoghue dan Bates pada pekerja
tambang besi bawah tanah di Australia, dengan rentang ISBB 26.0o -28.0oC,
ditemukan sebanyak 65 kasus acute heat exhaustion. Menurut Randell dan Wexler,
3
sekitar 6 juta pekerja di Amerika Serikat terkena stres akibat panas dengan kasus
hubungan secara signifikan dengan kejadian kecelakaan kerja. (Indra, dkk, 2014)
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang
2. Apa saja dampak akibat keadaan suhu di lingkungan kerja terhadap kesehatan?
lingkungan kerja.
terhadap kesehatan.
khasanah ilmu pengetahuan serta sebagai bahan acuan bagi penulis makalah
selanjutnya.
didapat.
Adapun ruang lingkup pada penulisan makalah ini adalah suhu yang ada di
1.6 Organisasi/Sistematika
Penulisan makalah ini berjudul tentang suhu sebagai cakupan dari higiene
industri yang diarahkan oleh ibu Arum Dian Pratiwi, S.KM., M.Sc.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau
sistem. Suhu di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama
antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal (Putra dalam
Suhu adalah suat ukuran dingin atau panasnya keadaan atau suatu lainnya.
kinetik translasi rata-rata molekul dalam sistem gas; suhu diukur dengan
Suhu adalah suatu besaran yang menunjukan derajat panas dingin dari suatu
benda. Benda yang memiliki panas akan menunjukan suhu yang tinggi daripada
benda dingin.
6
7
Terdapat tiga cara transfer panas : konduksi , konveksi , dan radiasi. Ketiga cara
1. Konduksi
Konduksi adalah transfer panas dalam zat padat,cair, dan gas (atau dari
suatu zat ke zat lain melalui kontak).karena adanya tubukan antar molekul maka
terjadi transfer energi panas melalui zat tersebut.melalui proses ini,energi panas
akan berpindah dari era yang lebih dingin transfer pnas ini terjadi dengan cepat
yang baik dan disebut isolator panas. Ini mudah dimengerti jika anda
plastik.kayu atau plastik tidak mengkonduksi panas dari panci karna merupakan
insolator panas.
Ukuran efisiensi suatu zat tertentu dalam transfer panas disebut juga
dan terasa dingin disentuh karena konduksi panas yang cepat dari panas yang
dan selimut yang menyediakan selapis udara disekitar pasien akan mengurangi
2. Konveksi
adanya gerakan aktual dari suatu fluida (cairan atau gas). Pergerakan ini terjadi
keatas dan digantikan fluida lain yang lebih dingin dan menyebabkan arus
konveksi. Efek ini bisa dilihat jika air dipanaskan dalam katel listrik atau panci
sehingga pergerekan air bisa dilihat.jika suatu benda yang dapat bergerak
turbulensi udara yang menyebabkan arus konveksi udara yang lebih panas.
sekitarnya.
3. Radiasi
memancarkan sinar (sinar infra merah),yang bila mengenai benda lain akan
efek pemanasan dari sinar matahari Anda juga dapat merasakan efek radiasi
manusia tidak memancarkan radiasi panas yang besar. Tetapi berbagai jenis
9
permukaan menyerap radiasi lebih banyak daripada benda yang terang atau
Suhu merupakan besaran energi panas yang terkandung dalam suatu media dan
karena paling banyak menerima radiasi matahari. Tetapi, tempertaur udara juga
dipengaruhi oleh factor derajat linang (musim), atmosfer, serta daratan dan air.
Temperature terendah pada 1-2 jam sebelum matahari terbit dan temperature
tertinggi pada 1-2 jam setelah posisi matahari tertinggi, dengan 43% radiasi
matahari dipantulkan kembali, 43% diserap oleh permukaan bumi dan 14% diserap
(Tika, 2010):
1. Sudut datang sinar matahari, semakin tegak sudut pandang sinar matahari maka
2. Cerah semakin besar, semakin cerah cuaca, energi yang sampai ke permukaan
3. Lama penyinaran matahari, daerah yang lebih lama menerima radiasi maka
4. Letak lintang, semakin dekat dengan eguator, suhu udara semakin panas.
5. Ketinggian tempat, semakin mendekati daerah pantai maka suhu udara akan
semakin panas.
(Fauzi, 2013):
Tekanan panas adalah total panas tubuh seseorang yang berasal dari
Fanani (2011) dalam Fauzi (2013), pekerja industri krupuk yang mengeluhkan
gejala heat strain (suhu tubuh tinggi, kelelahan dan pusing), terpapar tekanan
panas selama bekerja. Dalam penelitian Sari (2007) dalam Fauzi (2013)
disebutkan ada hubungan antara tekanan panas dengan peningkatan suhu tubuh.
2. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikontrol. Walaupun
lingkungan baik panas maupun dingin bergantung pada usia seseorang, akan
dengan lingkungan panas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai
seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang
lebih sempit daripada dewasa awal. Lansia sensitif terhadap suhu eskrim,
menyesuaikan diri dengan panas adalah 31-35 tahun, di atas usia 40 tahun
tingkat toleransi terhadap panas menurun. Hal ini juga didukung oleh NIOSH
(1986) dalam Fauzi (2013) yang menyatakan usia di atas 40 tahun terkait
3. Jenis Kelamin
ini didukung juga oleh Hertig, Wyndham dan Fox dalam Bishop, 1997 bahwa
yang dapat mengubah kinerja dan toleransi terhadap lingkungan panas (Lindle
dkk, 1997 dalam Fauzi 2013). Nunneley (1978) dalam Fauzi (2013)
panas, perempuan memiliki suhu inti dan suhu kulit yang lebih tinggi, denyut
jantung yang lebih cepat dan tingkat berkeringat yang lebih rendah.
lemak tubuh yang lebih tinggi memiliki toleransi panas yang lebih rendah
orang yang tidak gemuk mempunyai luas permukaan tubuh lebih kecil daripada
orang yang gemuk sehingga panas yang hilang dari tubuh akibat evaporasi lebih
sedikit. Selain itu orang yang gemuk mempunyai fungsi sirkulasi yang lebih
buruk daripada orang yang tidak gemuk. Orang yang tidak berbadan gemuk
relatif lebih tahan panas pada saat melakukan pekerjaan mulai dari kapasitas
kerja minimum sampai kapasitas kerja maksimum. Pekerja dengan berat badan
2013).
13
5. Kondisi Kesehatan
Menurut Bishop (1997) dalam Fauzi (2013), demam dapat menimbulkan efek
pada sistem saraf dan suhu tubuh di atas kondisi nomal. Ini artinya beberapa
pekerja yang demam akan menghasilkan penyimpanan panas lebih tinggi dari
6. Tingkat Aklimatisasi
faktor yang dapat dikontrol, yang paling penting adalah aklimatisasi. Ketika
dalam Fauzi 2013). Evaporasi keringat yang lebih bayak ini dapat memudahkan
panas dari tubuh dengan kecepatan lebih dari 10 kali kecepatan pembentukan
sendiri.
7. Konsumsi Alkohol
8. Pakaian Kerja
Pakaian kerja merupakan alat pelindung diri yang sangat penting jika
pekerja berada di daerah dengan suhu tinggi. Dengan media perantara, jumlah
paparan panas ke kulit dapat dikurangi. Pekerjaan dengan pancaran panas yang
(Alpaugh, 1988 dalam Fauzi 2013). Efek dari pakaian sulit untuk dikaji sejak
lain ketebalan bahan pakaian, warna, dan apakah pakaian tersebut longgar atau
tidak.
Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor
tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
jam sehari atau 40 jam seminggu. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja
15
yang bersifat fisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan,
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat dari pekerjaannya. Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah
suhu yang ditunjukan oleh thermometer suhu kering. Suhu basah alami (Natural
Wet Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukan oleh termometer bola basah
alami (Natural Wet Bulb Thermometer). Suhu bola (Globe Temperature) adalah
suhu yang ditunjukan oleh termometer bola (Globe Thermometer). Indeks Suhu
Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang disingkat ISBB adalah
parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan
antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.
Tebel 1.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah Dan Bola (ISBB)
Yang Diperkenankan.
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:
ISBB : 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas
radiasi:
Catatan :
c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 Kilo kalori/jam
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan. Apabila heat stress
stress yaitu: heat rash, heat cramps, exhaustion dan heat stroke(Suma’mur
Pengukuran suhu bola atau suhu radiasi di dapatkan angka yang tinggi.
Hal ini memang terjadi karena pabrik tersebut merupakan pabrik peleburan
membutuhkan bara api dengan suhu yang sangat tinggi kurang lebih sebesar
radiasi, konduksi dan konveksi ke seluruh ruang kerja dapat mengalir keluar
dimana suhu udaranya lebih rendah. Tetapi yang terjadi secara terus menerus
itu perusahaan membuat fan dengan tujuan mengalirkan panas secara konveksi
jasmani baik, status kesehatan baik dan status gizi baik. Berdasar data yang
didapat bahwa tenaga kerja yang bekerja tidak di periksa kesehatannya saat
tenaga kerja yang baru masuk agar tenaga kerja sesuai dengan pekerjaannya
berat dengan jumlah tenaga kerja secara keseluruhan lebih dari 500 orang
sehingga pengadaan poliklinik harus ada disertai dengan dokter penuh waktu
tenaga kerja dengan kategori perusahaan berat harus ada, perusahaan tersebut
seperti pada hasil. Kamar mandi yang tersedia untuk tenaga kerja yang banyak
dikatakan bahwa kakus untuk tenaga kerja sebesar 81–100 orang harus tersedia
direktur dengan anggota para tenaga kerja. Dengan adanya organisasi ini
hadir paruh waktu (3hari/minggu), paramedis hadir penuh waktu, tenaga kerja
ikut menjadi peserta Jamsostek (JKK, JK, JHT, JPK), jam kerja selama 8
organisasi P2K3 dan SPSI, tenaga kerja mendapat makan dan minum berkaitan
dengan tempat kerja yang panas, perusahaan memiliki ruang makan untuk
tenaga kerja,kamar mandi sebanyak 6 buah untuk pria dan sebuah untuk
wanitadengan jumlah tenaga kerja keseluruhan 470 tenaga kerja pria dan 13
wanita.
19
harus diberi bila ada kerusakan, tidak hanya diberi 1 saja selam tenaga kerja
diberi setiap hari. Masker yang terbuat dari kain serap akan cepat lusuh dan
Demikian pula dengan sepatu dan pakaian kerja. Khususnya sepatu kerja
sebaiknya diberi saat tenaga kerja tersebut mengeluh sepatunya rusak akibat
PEMBAHASAN
1. Pajanan Suhu Dingin Dan Kejadian Hipotermia Pada Pekerja Cold Storage
tangga (home industry) maupun berskala besar. Salah satu industri yang
tiga ruangan yaitu Air Blast Freezing (-38oC sampai -40oC), Cool Room (-
17oC sampai -20oC), dan Anti Room (-5oC sampai -10oC). Suhu tersebut
berada dibawah standar suhu nyaman bekerja bagi orang Indonesia. Pekerja
yang terpajan suhu dingin yang ekstrim di lingkungan kerja dapat berisiko
hingga mencapai cold stress (hipotermia) yang disertai dengan keluhan akibat
terpajan suhu dingin. erdasarkan hasil analisis crosstab antara usia, indeks masa
tubuh, riwayat penyakit, gejala hipotermia, tekanan darah, lama pajanan, lama
20
21
2. Determinan Keluhan Akibat Tekanan Panas Pada Pekerja Bagian Dapur Rumah
kesehatan dan keselamatan pada pekerja. Tercatat 380 orang pekerja dapur
rumah sakit di Makassar terpapar panas setiap harinya dalam setahun terakhir.
keluhan akibat tekanan panas sedangkan umur (p=0,447), kebiasaan minum air
(p=0,281), lama kerja (0,432) dan waktu istirahat (p=0,990) tidak berhubungan
dengan keluhan akibat tekanan panas. Kesimpulan dari penelitian bahwa ada
hubungan antara keluhan akibat tekanan panas dengan suhu ruangan, dan masa
kerja pada pekerja dapur rumah sakit di Makassar. (Indra, dkk, 2014)
3. Efek Iklim kerja panas (Heat Stress) Pada Respon Fisiologis Tenaga Kerja Di
Ruang Terbatas
seperti peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah dan juga penurunan
berat badan. Hasil menunjukkan bahwa rerata suhu tubuh sebelum bekerja
adalah 36,73°C dan sesudah bekerja adalah 38,13°C. Rerata denyut nadi
sebelum bekerja adalah 90,85 denyut per menit dan sesudah bekerja adalah 96,1
denyut per menit. Kemudian rerata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum
bekerja adalah 124,85 mmHg dan 72,05 mmHg, dan rerata sesudah bekerja
adalah 126,06 mmHg dan 72,45 mmHg. Selain itu rerata berat badan sebelum
22
bekerja adalah 59,85 kg dan sesudah bekerja adalah 58,3 kg. Oleh karena itu,
terdapat perbedaan antara suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah (sistolik dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit
Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Penyakit
Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, adalah penyakit
yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi
sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja.
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja (Ashar, dkk, 2017):
Bronkhogenik.
Faktor penyebab penyakit akibat kerja tergantung pada bahan yang digunakan
dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin
disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan
maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,
4. Golongan fisiologis: biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara
kerja.
2009):
1. Suhu rendah
tekanan darah lemah, kulit dingin, pernapasan tidak teratur, dan bisa terjadi
kolaps. Hal ini terjadi pada temperatur 2-100C, pengruh tersebut juga
tergantung dari keadaan individu yaitu: tergantung dari daya tahan tubuh,
d. Trench foot adalah kerusakan anggota tubuh terutama pada kaki oleh
e. Frostbite adalah akibat terpapar temperatur yang sangat dingin dan dapat
menimbulkan gangren.
d. 34°C (93.2°F) – Mengggil yang sanagat keras, jari kaku, kebiruan dan
bingung, tidur yang dalam dan menuju koma, detak jantung rendah , tidak
menggigil.
78.8°F).
a. Heat Train adalah serangkaian respon fisiologis terhadap heat stres yang
kondisi lembab dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit dan
pakaian. Penyakit ini mungkin terjadi pada sebgaian kecil area kulit atau
bagian tubuh. Meskipun telah diobati pada area yang sakit produksi
c. Heat Syncope adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari
gangguan ini adalah pening dan pingsan akibat berada dalam lingkungan
nyeri dan kejang pada kakai, tangan dan abdomen banyak mengeluarkan
keringat. Hal ini disebabkan karena ketidak seimbangan cairan dan garam
cairan tubuh atau volume darah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang
dikeluarkan seperti keringat melebihi dari air yang diminum selama terkena
pening, mual, pernapasan pendek dan cepat, pusing dan pingsan. Suhu
yang terkait dengan pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab.
Penyakit ini dapat menyebabkan koma dan kematian. Gejala dari penyakit
ini adalah detak jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40o C atau lebih, panas,
kulit kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, tidak ada keringat di
pingsan.
c. 39°C (102.2°F) – Berkeringat, kulit merah dan basah, napas dan jantung
dan berkeringat.
f. 42°C (107.6°F) – Pucat kulit memerah dan basah, koma, mata gelap,
Terhadap Kesehatan
hipotalamus otak manusia mengatur suhu inti tubuh dalam merespon suhu baik
pertahanan suhu tubuh untuk melawan dingin, yaitu vasokontriksi peripheral dan
2009).
menuju inti tubuh, dimana panas lebih mudah dijaga. Menggigil dihasilkan dari
yang dapat menggantikan panas yang hilang. Ada hubungan antara kecepatan
bernapas dan detak jantung. Menggigil dapat meningkatkan metabolic rate 2-5 kali
Bagaimanapun juga apabila suhu inti tubuh menurun karena terpajan dingin
terus menerus, metabolik tubuh, pernapasan dan detak jantung akan menurun.
terjadi disaat suhu inti tubuh menurun hingga sekitar 35o C (95o F). Selama suhu
tubuh terus menurun, hipotermia semakin bertambah parah. Individu tersebut akan
jatuh dalam keadaan linglung atau tak sadar, tidak berhasil dalam menyelesaikan
tugas, walau hanya pekerjaan motorik yang sederhana. Cara berbicara korban
hipotermia akan menyatu (tidak jelas) dan kebiasaan individu tersebut akan tidak
Keadaan yang paling parah terjadi ketika suhu tubuh berada di bawah 32o C
(90o F). Hasilnya tubuh berubah ke dalam keadaan tidur (hibernasi), melambatnya
29
detak jantung, aliran darah, dan bernafas. Ketidaksadaran dan gagal jantung dapat
kerja, menurunkan kemampuan tekanan darah saat suhu tubuh turun. Alkohol, obat
perangsang, dan obat dari resep dokter juga berefek pada mekanisme adaptasi
berkurangnya kesadaran akan tanda dan gejala cold injury (Nugroho, 2009).
juga punya efek yang sama pada pembuluh darah dan produksi urin. Nikotin
2009).
2009):
2. Kenali resiko pekerjaan dan cegah agar tidak terjadi lebih lanjut.
30
berkelanjutan.
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar
a. Perilaku kesehatan
d. Olahraga
e. Gizi
3. Pencegahan Tersier
d. Surveilans
Secara kualitatif, suhu dapat diketahui melalui sensasi dingin atau hangatnya
sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, suhu dapat
diketahui dengan menggunakan termometer. Kata termometer ini diambil dari dua
kata yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to
Nilai suhu tubuh juga ditentukan oleh lokasi pengukuran, pengukuran suhu
bertujuan memperoleh nilai suhu jaringan dalam tubuh. Lokasi pengukuran untuk
suhu inti yaitu rektum, membran timpani, arteri temporalis, arteri pulmonalis,
esophagus dan kandung kemih. Lokasi pengukuran suhu permukaan yaitu kulit,
Suhu Tubuh Normal Suhu tubuh yang normal adalah 35,8°C – 37,5°C. Pada
pagi hari suhu akan mendekati 35,5°C, sedangkan pada malam hari mendekati
37,7°C. Pengukuran suhu di rektum juga akan lebih tinggi 0,5°-l°C, dibandingkan
suhu mulut dan suhu mulut 0,5°C lebih tinggi dibandingkan suhu aksila (Sherwood
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan dari Empat Lokasi Pengukuran Suhu
Tubuh.
1. Termometer Digital
2. Termometer Six-Bellani
tempat.
3. Termometer Ruang
4. Termometer Klinis
manusia.
5. Termometer Laboratorium
laboratorium.
35
6. Termometer Bimetal
dari dau buah kepingan logam yang memiliki koefisien muai berbeda yang
dikeling (dipelat) menjadi satu. Kata bimetal sendiri memiliki arti yaitu bi
berarti dua sedangkan kata metal berarti logam, sehingga bimetal berarti “dua
logam”.
1. Termometer Digital
tahanan. Secara sederhana termokopel berupa dua buah kabel dari jenis logam
yang berbeda yang ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik
elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang langsung bisa dibaca.
2. Termometer Six-Bellani
(tengah) menyusut sehingga raksa di ruang B naik dan mendorong keping baja
magnet tetap.
38
Skala suhunya -20°C sampai dengan 50°C. Jenis zat muainya adalah
3. Termometer Ruang
termometer maksimum dan ukuran tandon dibuat besar agar menjadi lebih
4. Termometer Klinis
selama kira-kira 5 menit. Setelah itu, ambil thermometer dari tubuh dan baca
Skala Suhunya 35°C sampai dengan 42°C. Jenis zat muainya adalah
5. Termometer Laboratorium
Cara Menggunakannya adalah ukur suhu objek benda yang akan diukur
(misalnya: cairan), jika cairan bertambah panas maka raksa atau alkhohol akan
suhu maka ukuran pipa harus dibuat kecil (pipa kapiler) dan agar peka
6. Termometer Bimetal
Cara kerjanya adalah keping bimetal sengaja dibuat memiliki dua buah
keping logam karena kepingan ini dapat melengkung jika terjadi perubahan
suhu. Prinsipnya, apabila suhu berubah menjadi tinggi, keping bimetal akan
jika suhu menjadi rendah, keping bimetal akan melengkung ke arah logam
yang keofisien muainya lebih tinggi. Logam dengan koefisien muai lebih
memanjang. Biasanya keping bimetal ini terbuat dari logam yang koefisien
muainya jauh berbeda, seperti besi dan tembaga. Pada termometer, keping
berupa instrument temperature logger yang berupa USB berukuran mini untuk
Mudah penggunaannya cukup plug and play, data temperatur suhu akan
Termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis
dan digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada
sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu
panas.
41
memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan listrik yang
melalui dua persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi,
listrik yang nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1
BAB IV
PENUTUP
5.1 Simpulan
sebagai berikut:
1. Contoh kasus penyakit akibat keadaan suhu di lingkungan kerja adalah pajanan
suhu dingin dan kejadian hipotermia pada pekerja cold storage, determinan
keluhan akibat tekanan panas pada pekerja bagian dapur rumah sakit di kota
Makasssar dan efek iklim kerja panas (Heat Stress) pada respon fisiologis
Rash, Heat Syncope, Heat Cramp, Heat Exhaustion dan Heat Stroke.
hipotalamus otak manusia mengatur suhu inti tubuh dalam merespon suhu baik
alat pelindung diri secara benar dan teratur, mengenali resiko pekerjaan dan
42
43
cegah agar tidak terjadi lebih lanjut dan sgara akses tempat kesehatan terdekat
5. Secara kualitatif, suhu dapat diketahui melalui sensasi dingin atau hangatnya
dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur
(to measure).
6. Mekanisme kerja salah satu jenis alat ukur suhu yaitu termometer klinis, cara
thermometer itu di bawah ketiak atau lipatan tubuh selama kira-kira 5 menit.
Setelah itu, ambil thermometer dari tubuh dan baca pada skala termometer.
keadaan itu.
5.2 Saran
mampu memberikan informasi yang tepat kepada para pekerja agar dapat
yang bisa saja terjadi di lingkungan kerja terutama yang berkaitan dengan
yang ada dalam diri untuk pertahanan terhadap berbagai gangguan kesehatan
yang bisa menyerang kapan saja dan di mana saja terutama pada saat bekerja.
masyarakat.
45
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Zahro Abdani. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh
Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013. Skripsi. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. (Online)
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24297/1/Zahro%
20Abdani%20Fauzi-fkik.pdf. Diakses pada tanggal 28 April 2019.
Indra, dkk, 2014. Determinan Keluhan Akibat Tekanan Panas Pada Pekerja Bagian
Dapur Rumah Sakit di Kota Makasssar. (Online)
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10692/INDRA%
20K11110913.pdf?sequence=1. Diakses pada tanggal 28 April 2019.
45
46
Meri, Mufrida dan Hendra Risda Eka Putra. 2016. Pengendalian Tekanan Panas (Heat
Stress) Lingkungan Kerja Berdasarkan Metode Isbb. National Conference
of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology.
Politeknik Negeri Padang. (Online)
http://repo.polinpdg.ac.id/619/1/ASCNITech_2016_REKAYASAMufrida_
Meri%2C_Hendra_Risda_Eka_Putra.pdf. Diakses pada tanggal 28 April
2019.
OSHA. 2000. Ergonomics : The Study Of Work. U.S. Department Of Labour. (Online)
www.dlt.ri.gov/arrigan/pdfs/studyofwork.pdf. Diakses pada tanggal 4 Mei
2019.
Rahmawati, Dian Eka. 2017. Pajanan Suhu Dingin dan Kejadian Hipotermia Pada
Pekerja Cold Storage (Studi di Cold Storage Kecamatan Brondong
Kabupaten Lamongan). Skripsi. Universitas Jember. (Online)
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/81245. Diakses pada tanggal
28 April 2019.
Ruang guru. 2018. Pengertian Bimetal dan Contohnya (Termometer Bimetal). (Online)
https://www.ruangguru.co.id/pengertian-bimetal-dan-contohnya-
termometer-bimetal/. Diakses pada tanggal 4 Mei 2019.
47
Sasrawan, Hedi. 2017. 10 Jenis Termometer (Beserta Jenis dan Gambar). (Online)
https://hedisasrawan.blogspot.com/2017/04/10-jenis-termometer-beserta-
fungsi-dan.html?m=1. Diakses pada tanggal 4 Mei 2019.
Supu, Idawati, dkk. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Perpindahan Panas Pada
Material yang Berbeda. Jurnal Dinamika vol. 07. No. 162. Hal. 62-73. ISSN
2087 – 7889. (Online)
https://journal.uncp.ac.id/index.php/dinamika/article/view/612/530.
Diakses pada tanggal 28 April 2019.
Tika, Iqlimah Idayah. 2010. Variasi Suhu dan Kelembaban Udara di Taman Suropati
dan Sekitarnya. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia. (Online) http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-
7/20181757-S34217-Iqlima%20Idayah%20Tika.pdf. Diakses pada tanggal
28 April 2019.
Wald, Peter H. 2002. Physical and Biological Hazards Of The Workplace 2nd Edition.
(Online) https://www.amazon.com/physycal-biological-hazard-workplace-
peter/dp/0471386472. Diakses pada tanggal 4 Mei 2019.
Wulandari, Jesika dan Meirina Ernawati. 2018. Efek Iklim Kerja Panas Pada Respon
Fisiologis Tenaga Kerja di Ruang Terbatas. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2, hal 207–215. (Online)
https://e-journal.unair.ac.id/IJOSH/article/download/4164/pdf. Diakses
pada tanggal 28 April 2019.