Disusun oleh :
i
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga materi ini
bisa selesai pada waktunya.
Saya berharap semoga materi ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa materi ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya paper selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
Daftar Isi
Sampul ……………………………..................................
……………………………………………….… i
Kata Pengantar ………………………...........................
…………………………………………….... ii
Daftar Isi ……………………………................................
…………………………………………….... iii
BAB I Pendahuluan …………………………...........................
…………………………………….… 1
1.1 Latar Belakang ………………………......................
…………………………………... 1
1.2 Tujuan …………………………...........................……………………...
……………….… 1
BAB II Pembahasan ………………………….........................…..
……………………………….... 2
2.1 Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja …...……………. 2
2.2 Peraturan Pemerintah (PP) …….…………....…............….
………………...…. 7
2.3 Peraturan Mentri dan Keputusan Presiden …....………….………..……
8
2.4 Peraturan dari Departemen Tenaga Kerja (Kepmenaker) ……..… 10
2.5 Peraturan dari Departemen Kesehatan (Permenkes) ………….….. 10
BAB III Penutup ………………………………………..............................……..
……………....… 13
3.1 Kesimpulan ………………..….....................……………………..
……………….… 13
Daftar Pustaka
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui undang-undang , peraturan
pemerintah , praturan mentri dan surat keputusan yang mengatur tentang kesehatan
dan keselamtan kerja bidang kelistrikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Undang-Undang (UU)
Undang-undang yang mengatur mengenai K3, yang meliputi tempat kerja, hak
dan kewajiban pekerja, serta kewajiban pimpinan tempat kerja.
Undang-Undang K3
2
1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang
Ketenagakerjaan.
Undang-undang ini mengatur tentang kewajiban pengurus serta kewajiban dan hak
pekerja. Adapun hak dan kewajiban masing-masing yakni:
3
12. Memberi kesempatan untuk menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran
maupun kejadian berbahaya lainnya.
13. Menciptakan keserasian antara pekerja dengan lingkungan, alat kerja, serta
cara dan proses kerja.
14. Mencegah serta mengendalikan munculnya penyakit yang diakibatkan oleh
kerja, baik itu berupa keracunan, psikis, infeksi ataupun penularan.
15. Menyediakan alat-alat yang digunakan untuk melindungi pekerja.
16. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
17. Mengamankan serta memelihara berbagai jenis bangunan.
18. Mengamankan serta memperlancar pekerjaan dalam hal bongkar muat,
penyimpanan, dan perlakuan barang.
19. Menyesuaikan serta menyempurnakan pengamanan terhadap pekerjaan yang
berbahaya supaya dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan.
20. Melaksanakan pemeriksaan kondisi mental, kesehatan badan, serta
kemampuan fisik pekerja baru yang akan diterima oleh perusahaan ataupun
yang akan dipindah kerjakan. Yakni sesuai pada sifat pekerjaan yang akan
diampu oleh pekerja. Dalam hal ini, pemeriksaan dilakukan secara berkala.
21. Kewajiban untuk menempatkan segala syarat keselamatan kerja wajib pada
tempat-tempat yang mudah dilihat serta terbaca oleh pekerja.
22. Kewajiban untuk melaporkan segala kecelakaan kerja yang terjadi pada
tempat kerja.
23. Kewajiban untuk menyediakan alat perlindungan diri dengan cuma-cuma,
yang disertai dengan petunjuk yang diperlukan oleh pekerja serta siapa saja
yang memasuki tempat kerja.
24. Kewajiban untuk memasang segala gambar keselamatan kerja serta segala
bahan pembinaan lainnya di tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
25. Kewajiban untuk menunjukkan serta menjelaskan kepada semua pekerja baru
mengenai:
26. Kondisi bahaya yang akan timbul pada tempat kerjanya.
4
27. Pengamanan serta dan perlindungan terhadap alat-alat yang terdapat pada area
tempat kerja
28. Alat-alat perlindungan diri untuk pekerja yang bersangkutan
29. Cara dan sikap aman yang harus dilakukan ketika melaksanakan pekerjaan.
30. Sedangkan kewajiban dan hak pekerja di antaranya adalah sebagai berikut:
31. Memenuhi serta mentaati segala syarat-syarat kesehatan dan keselamatan
kerja yang diwajibkan
32. Memberikan keterangan secara jelas dan benar, jika diminta ahli atau
pengawas keselamatan kerja.
33. Menyatakan keberatan kerja, apabila syarat kesehatan dan keselamatan yang
diwajibkan diragukan, kecuali memang karena hal khusus yang ditentukan
oleh pengawas, namun dalam hal ini sesuai dengan batas yang masih bisa
dipertanggungjawabkan.
34. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) secara benar dan tepat
35. Meminta pada pimpinan supaya dilaksanakan segala syarat kesehatan dan
keselamatan kerja yang diwajibkan
5
3. Peraturan Uap 1930 ( Stoomverordening 1930 ), Stbl. No. 339 Tahun 1930
6
sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan
dibidang penyembuhan. Oleh karena itu upaya penyembuhan memerlukan dana yang
tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah
selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program
jaminan social tenaga kerja. Para pekerja dalam pembangunan nasional semakin
meningkat, dengan resiko dan tanggung jawab serta tantangan yang dihadapinya.
Oleh karena itu kepada mereka dirasakan perlu untuk diberikan perlindungan,
pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraannya sehingga menimbulkan rasa aman
dalam bekerja.
Peraturan pemerintah, yakni yang mengatur mengenai K3, yang meliputi izin
pemakaian zat radioaktif atau radiasi lainnya, keselamatan kerja terhadap dan
pengangkutan zat radioaktif. Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan
7
Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi; (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan
dan Penggunaan Pestisida; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang
Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan, (4) dan
lain sebagainya.
Keputusan presiden, yakni mengatur aspek K3, meliputi penyakit yang timbul
akibat hubungan kerja.Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah Keputusan
Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan
Kerja.
8
3. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang
Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Ahli Keselamatan Kerja.
4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan Hygienen
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis
Perusahaan.
5. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan.
6. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
7. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
8. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja.
9. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.
10. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
11. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja.
12. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatis.
13. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemakaian Asbes.
14. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
15. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
16. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
17. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.
18. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Keran Angkat.
9
19. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi
Penyalur Petir.
20. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban
dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
21. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
22. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
23. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
24. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
25. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan
tata Kerja Dokter Penasehat.
26. Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah Peraturan Menteri No. 5
tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
10
Peraturan yang mencakup aspek K3 di rumah sakit atau lebih terkait pada aspek
kesehatan kerja dibandingkan dengan keselamatan kerja. Hal tersebut disesuaikan
terhadap tugas dan fungsi dari Departemen Kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
Adapun dasar hukum pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja jika
diurutkan dari yang tertinggi adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang (UU)
Daftar Pustaka
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/11/kumpulan-
perundang-undangan-k3.html diakses pada tanggal 25 april 2020 pukul 17.20
12
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/memahami-uu-no-13-tahun-2003-tentang-
ketenagakerjaan-dan-penjelasannya/ diakses pada tanggal 25 april 2020 pukul 19.00
13