Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. KARISMA INTI USAHA


26 NOVEMBER 2020
KESELAMATAN KERJA

Kelompok III

Nurnita Yanuaris Octadio Thrisna Ananda

Penina R Pratiwi Kusuma SarI

Renjer Daniel Roring Retno Setiyowati

Revita Fitri Silvani Sorongan

Siti Ghita Agustina Sri Lestari

Suci Istiqoma Wahyu Denoveta Sari

Wahyudin Winda Dwi Oktaviani

Irwan Bahari Octafiansyah Alwan Kusuma W

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 23 NOVEMBER – 27 NOVEMBER 2020
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas
rahmat-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan
perusahaan Walk Through Survey. Laporan Walk Through Survey dibuat
guna melengkapi TUGAS rangkaian kegiatan Pelatihan Hiperkes dan
Kesehatan Kerja yang dilaksanakan pada periode 23 November – 27
November 2020. Laporan ini memaparkan mengenai Keselamatan Kerja
yang diterapkan oleh PT. KHARISMA INTI USAHA.
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, bantuan dan arahan dalam pembuatan laporan
ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami
menerima semua saran dan kritikan yang membangun guna perbaikan
kedepannya.

Jakarta, 26 November 2020

Kelompok III KESELAMATAN


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 3
1.2 Dasar Hukum ............................................................................... 6
1.3 Profil Perusahaan ............................................................................... 8
1.4 Alur Produksi ............................................................................... 9
1.5 Landasan Teori ............................................................................... 10

BAB II PELAKSANAAN
2.1 Tanggal dan Waktu ...................................................................... 20
2.2 Lokasi ..................................................................... 20
2.3 Dokumen Pengamatan ...................................................................... 20
.

BAB III HASIL PENGAMATAN ………………………………………………… 22

BAB IV PEMECAHAN MASALAH …………………………………………….. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ..................................................... 49
5.2 Saran ..................................................... 49

BAB VI PENUTUP ………………………………………………………………. 50


DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pembangunan negara kita dewasa ini, dimana kita akan
memajukan industri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi. Dalam
keadaan demikian maka pembangunan mesin-mesin, pesawat pesawat
instalasi-instalasi serta bahan berb ahaya semakin meningkat. Hal
tersebut berarti akan menambah jumlah dari ragam sumber bahaya di
tempat kerja. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja yang
merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu
dikembangkan dan ditingkatkan mengingat keselamatan dan kesehatan
kerja bertujuan agar:
1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja
mendapat perlindungan atas keselamatannya.
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara
aman dan efisien.
Perlindungan dalam bidang ketenagakerjaan, khususnya keselamatan
dan kesehatan kerja mengacu pada pasal 27 ayat 2 Undang - Undang
Dasar 1945 sebagai landasan hukum peraturan perundang-undangan di
Indonesia, yang menyatakan bahwa: "Setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan
yang diperlukan agar dapat hidup layak bagi kemanusiaan adalah
pekerjaan dengan upah yang cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan
atau penyakit. Selain itu peraturan yang juga mengatur tentang
perlindungan terhadap tenaga kerja tertuang pada Undang -Undang No.
14 Tahun 1969 tentang ketentuan setiap tenaga kerja mendapat
perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan
moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan
moral agama.
Dalam proses produksi PT KARISMA INTI USAHA banyak
menggunakan mesin dan alat-alat yang mempunyai hazard yang dapat

3
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti kebisingan, suhu panas,
lingkungan kerja, posisi kerja yang tidak ergonomis, debu, kimia, dan
perilaku pekerja. Sebagai solusi untuk mengurangi angka kecelakaan
kerja maka perlu dilakasanakannya Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. PT KARISMA INTI USAHA telah mengikuti peraturan
perundang- undangan yang berlaku mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang kemudian dituangkan dalam
kebijakan K3 yang merupakan bagian dari kebijakan perusahaan.
Kebijakan K3 ini sebagai dasar implementasi K3 antar karyawan dan
perusahaan. Salah satu perwujudan dari kebijakan itu adalah dengan
melakukan program-program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan
keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan Hak Asasi Manusia
(HAM). Untuk itu, kesadaran mengenai pentingnya K3 harus selalu di
gugah, diingatkan, serta di budidayakan di kalangan para pekerja.
Pemahaman dan pelaksanaan K3 di perusahaan sangat diperlukan,
terutam dalam syarat - sayarat kerja. Hal ini berkaitan dengan masalah
perlindugan tenaga kerja terhadap kecelakan kerja, guna meminimalisir
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, perlu disosialisasikan
pemahaman dan pelaksanaan K3 secara baik dan benar.
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

4
Keselamatan Kerja memiliki sifat antara lain: sasarannya adalah
lingkungan kerja dan bersifat teknik
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bermacam-macam,
ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing
dikenal Occupational Safety and Health.
Manajemen perlu meninjau semua program keselamatan sebagai
bagian dari rencana keseluruhan perusahaan dan harus
memperlakukannya sama seperti programprogram penting lainnya.
Manajemen harus mengatur proses secara efisien, manajemen juga harus
memandang keselamatan bukan sebagai proses tambahan saja tetapi
sebagai bagian dari proses itu sendiri. Manajemen wajib menjamin tidak
terjadi kondisi tak aman dan tindakan tak aman.
Peningkatan keselamatan dan kesehatan dalam pekerjaan adalah
sebuah fungsi penting dari manajemen yang baik. Peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya sebuah fungsi dari
manajemen yang baik, tetapi harus menjadi suatu fungsi normal.
Efektivitas fungsi ini, seperti fungsi lain, tergantung pada teknik yang
diterapkan. Banyak perusahaan konstruksi memandang kecelakaan
sebagai hal kebetulan, tak terduga dan karena itu tidak termasuk dalam
manajemen. Jarang yang nampak menjalankan upaya
bersungguhsungguh mengatasi masalah total, mencari latar belakang
penyebab atau menghitung kerugiannya. Sedikit sekali yang memakai
teknik diagnosa dan penaksiran seperti sampling keselamatan, analisis
bahaya atau audit keselamatan dimana setiap aspek dalam organisasi
tempat kerja dan operasi didasarkan pada survey keselamatan yang
terencana dan menyeluruh atau proses pencegahan yang sistematis
seperti clearance untuk peralatan dan sebagainya.
Manajemen K3 melakukan semua fungsi-fungsi manajemen secara
utuh yaitu:
1. Menyusun rencana kerja pencegahan dan mengatasi kasus
kecelakaan dan penyakit kerja.

5
2. Menyusun organisasi K3 dan menyediakan alat perlengkapannya.

3. Melaksanakan berbagai program, termasuk:

a. Menghimpun informasi dan data kasus kecelakaan secara


periodik
b. Mengidentifikasi sebab-sebab kasus kecelakaan kerja,
menganalisa dampakkecelakaan kerja bagi pekerja sendiri,
bagi pengusaha dan bagi masyarakat pada umumnya
c. Merumuskan saran-saran bagi pemerintah, pengusaha dan
pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja
d. Memberikan saran mengenai sistem kompensasi atau
santunan bagi mereka yang menderita kecelakaan kerja
e. Merumuskan sistem dan sarana pengawasan, pengamanan
lingkungan kerja, pengukuran tingkat bahaya, serta
kampanye menum-buhkan kesadaran dan penyuluhan
keselamatan dan kesehatan kerja
4. Melakukan pengawasan program. Manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
keselamatan operasional yang memungkinkan terjadinya
kecelakaan. Karena dalam proyek kalau bermasalah dengan biaya
(anggaran), maka waktu yang telah ditentukan akan melenceng
dari waktu semula begitu pula kinerja yang diperoleh tidak akan
maksimal. Tetapi selain itu faktor Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) sangatlah berperan penting karena tanpa itu maka
biaya, waktu dan kinerja akan terbengkalai.

1.2 Dasar Hukum

1. UU UU. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

6
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per
01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
pada konstruksi bangunan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per
04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan alat pemadam api ringan.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per
01/MEN/1982 tentang bejana tekanan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang
pesawat tenaga dan produksi.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang
pesawat angkat-angkut.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang
pengawasan instalasi penyalur petir.
9. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999
tentang penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
10. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang
pemberlakuan SNI No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan
umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja.
11. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan
ketenagakerjaan nomor 113 Tahun 2006 tentang pedoman dan
pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas
12. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan
ketenagakerjaan nomor 45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman
keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada ketinggian dengan
menggunakan akses tali (rope access).
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-
03/MEN/1999 tentang syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja lift untuk pengangkutan orang dan barang.
14. PP No. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3

15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang


Keselamatan dan Kesehat an Kerja Lingkungan Kerja

7
1.3 Profil Perusahaan

PT KHARISMA INTI USAHA adalah sebuah perusahaan yang


bergerak di bidang perkebunan Kelapa Sawit Terintegrasi Pabrik
(PKS) dalam 1 unit. Beralamat di Desa Padahan, Kecamatan Tapin
Tengah, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Luas areal
perkebunan ini ialah 14,661 Ha dengan kapasitas pabrik 60 Ton
TBS/Jam. Jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ialah
sebanyak 96 orang. PT Kharisma Inti Usaha sudah mendapatkan
sertifikat resmi dari pemerintahan maupun sertifikasi ISPO.
Misi dari PT KHARISMA INTI UTAMA adalah “Mencapai
keunggulan kualitas produk, menggunakan metode operasi yang
terstruktur dan rapi, menggunakan sumber daya dengan seefektif
mungkin, membangun karyawan yang mampu bekerja sama,
menyediakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman,
menjadikan karyawan sebagai aset terpenting perusahaan,
membangun hubungan jangka panjang dengan para pemasok, serta
melakukan perbaikan yang terus menerus”.
Sejalan dengan Misi PT Kharisma Inti Usaha pada saat kami
melakukan walk through survei di perusahaan tersebut,penerapan
terhadap misi perusahaan telah dilakukan diantaranya selain memiliki
sarana K3 yang baik, pihak perusahaan juga turut aktif dalam promosi
kesehatan ke warga sekitar. Terutama saat pandemi seperti sekarang
ini, kegiatan CSR perusahaan dilakukan dengan penuh perhatian
diantaranya penyemprotan di area pelabuhan, pembagian sembako,
dan pembagian spanduk promosi mengenai pencegahan dan
penanggulangan Covid-19.

8
1.4 Alur Produksi
Sebelum melakukan pembibitan, PT. KIU membuat perencaan terlebih
dahuli. Benih ini ditanam di kebun pembibitan dimana benih-benih tersebut
mendapatkan pemeliharaan yang intensif selama delapan bulan pertama
masa pertumbuhannya, sebelum kemudian dipindahkan ke kebun.

Setelah ditanam setiap hari pekerja di PT. KIU melakukan pemeriksaan


berkala sekaligus melakukan pengendalian hama dan penyakit pada
Tandan. Di perkebunan pohon-pohon ini disirami dan dikelola dengan
menggunakan pupuk yang cukup selama masa pertumbuhan. Setelah 30
bulan tanaman ini dianggap sudah dewasa dan siap untuk dipanen, proses
pemanenan ini akan dilakukan setiap 7-10 hari.

Buah kelapa sawit yang belum menghasilkan dikenal dengan nama


Tandan Belum Menghasilkan (TBM). Untuk memanen, pemanen harus
menggunakan dodos atau pisau dengan tiang panjang untuk memotong
buah dari batang pohon. Tandan Buah Segar (TBS) yang sudah siap
dipanen sangat mudah diidentifikasi melalui warna merah cerah serta
apabila ada 10-15 buah jatuh di tanah. Kemudian TBS diangkut untuk
dilakukan pengolahan lebih lanjut.

Perencanaan Pembibitan Persiapan


penanaman

Pengendalian
Pemupukan Hama&Penyakit Penanaman
Pemupuk
Perawatan
Perawatan Persiapan Tanaman
TBM Panen Menghasilkan

Pengangkutan Pemanenan

9
1.5 Landasan Teori

1.5.1 Pengertian

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan


mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. (Ridley, 2008)
Undang-undang Nomor I Tahun 1970 menyatakan:

a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional
b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja
terjamin pula keselamatannya
c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan efisien
d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya
upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja
e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam
Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum
tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat, industrialisasi, teknik, dan teknologi
Menurut Undang-Undang Nomor Tahun 1970 Bab III pasal 3
tentang keselamatan kerja disebutkan syarat-syarat keselamatan
kerja sebagai berikut:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d. Memberi kesempatan menyelamatkan diri pada waktu kejadian


kejadian yang berbahaya
10
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya


suhu, kelembapan, debu, kotoran asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,


lingkungan, cara dan proses kerjanya
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat,


perlakuan dan penyimpanan barang
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada


pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Menurut Sedarmayanti (2011, p.112)
a. Kebersihan

b. Air minum dan kesehatan

c. Urusan rumah tangga

d. Ventilasi, pemanas dan pendingin

e. Tempat kerja, ruang kerja dan tempat duduk

11
f. Pencegahan kecelakaan

g. Pencegahan kebakaran

h. Gizi

i. Penerangan/cahaya, warna, dan suara bising di tempat kerja


1.5.2 Tujuan

Menurut Suma’mur (1981), tujuan keselamatan kerja adalah:

a. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan


kerja
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan
sebaik-baiknya
c. Agar semua hasil produksi terpelihara keamanannya

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi


pegawai
e. Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan
partisipasi kerja
f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan kerja
g. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
1.5.3 Kebijakan, Hukum, dan Peraturan

a) Undang-Undang No. 1/ 1970 tentang Keselamatan Kerja

b) Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan Kerja

c) Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

d) Pasal 86-87 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Undang Undang


Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003

e) Permenaker 4 tahun 1987 mengenai Panitia Pembina K3 (P2K3)

f) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Undang-Undang


No 3/ 1992
g) Konvensi-konvensi ILO yang berkaitan dengan K3 Konvensi No.

12
184/ 2001
Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan dan PAK yang pada akhirnya dapat
meningkatkan sistem dan produktifitas kerja.
Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam
lingkungan kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a) HAZARD (Sumber Bahaya)

Suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulkan


kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan
pekerja yang ada
b) DANGER (Tingkat Bahaya)

Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada tetapi


dapat dicegah dengan berbagai tindakan prventif
c) RISK, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus
tertentu
d) INCIDENT, Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang
tidak diinginkan, yang dapat/telah mengadakan kontak dengan
sumber energi yang melebihi ambang batas badan/struktur
e) ACCIDENT, Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan
atau kerugian (manusia/benda)

1.5.4 Budaya Keselamatan Kerja.

Penerapan keselamatan kerja masih belum efektif bila tidak


diimbangi dengan budaya keselamatan kerja (Safety Behavior),
seperti yang dinyatakan oleh William W. Heinrich dalam teori
domino bahwa 88 % dari kecelakaan disebabkan oleh pekerja. Dari
pernyataan ini dapat diambil kesimpulan betapa pentingnya
perubahan cara pandang masyarakat perusahaan terhadap
penerapan keselamatan.
Apa yang harus ditanamkan dalam cara berpikir (mind set)
masyarakat perusahaan terhadap penerapan keselamatan kerja
13
sebagai kunci sukses dalam bisnis:
1. Aspek keselamatan sama berharganya dengan produksi,
kualitas, profit dan moral perusahaan.
2. Incident dan Kecelakaan dapat dihindarkan melalui
manajemen K3
3. Kecelakaan nihil dapat diraih

4. Perubahan sikap dari reaktif menjadi proaktif terhadap


masalah K3
5. Keselamatan adalah tanggung jawab manajemen lini dan
didukung oleh seluruh karyawan sebagai suatu kebutuhan
6. Keselamatan kerja menjadi salah satu agenda pertemuan
manajemen

7. Kondisi dan perilaku tidak aman tidak dapat ditoleransi


dalam aktivitas perusahaan
8. Keselamatan kerja merupakan skala prioritas dan berharga
bagi kelangsungan hidup karyawan.
Kecelakaan Nihil dapat diraih dengan:

1. Kerjasama yang baik antar tim (Help Others)

2. Punya rasa memiliki (Peers’ keeper)

3. Peduli terhadap lainnya (Care for others)

4. Punya rasa kebanggaan terhadap perusahaan


(Organizational pride)
5. Kontributor terhadap jaringan kerja (Networking Contributor)

1.5.5 Implementasi Keselamatan Kerja

Untuk menjamin keselamatan kerja diterapkan dengan baik sesuai


Undang- undang No. 1 tahun 1970 ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Pengawasan, antara lain:

- Direktur (pejabat yang berwenang) melakukan


pelaksanaan umum dari undang-undang dan

14
pengawasan langsung penerapan undang-undang
dilakukan oleh pegawai pengawas K3 dan Ahli K3.
- Pengurus wajib memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun tenaga kerja yang akan dipindahkan
sesuai sifat-sifat pekerjaan yang diberikan.
- Pengurus juga wajib memeriksakan kesehatan tenaga
kerjanya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur
- Norma-norma pengujian kesehatan ditetapkan dengan
peraturan perundangan
2. Pembinaan, antara lain:

- Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan


pada setiap tenaga kerja baru tentang:
a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam tempat
kerja.
b. Semua pengamanan dan alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
- Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja
yang bersangkutan setelah yakin tenaga kerja tersebut
sudah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
- Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi
semua tenaga kerjanya dalam pencegahan kecelakaan
dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan K3 dan
dalam pemberian P3K.
- Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua
syarat dan ketentuan yang berlaku.
3. Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pembentukan organisasi ini adalah untuk

15
mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha dan tenaga kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang K3
dan kelancaran proses produksi.
4. Pelaporan Kecelakaan Pengurus diwajibkan melaporkan tiap
kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
5. Kewajiban dan hak tenaga kerja:

a. Kewajiban tenaga kerja:

1) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh


pegawai pengawas atau Ahli K3.
2) Memakai Alat Pelindung Diri yang diwajibkan.

3) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3 yang


diwajibkan.
b. Hak tenaga kerja :

1) Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua


syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
2) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana
syarat K3 serta Alat- alat Perlindungan Diri yang
diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal- hal
khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Kewajiban pengurus:

a. Menempatkan secara tertulis dalam tempat kerja yang


dipimpinnya, semua syarat K3 yang diwajibkan seperti
undang-undang dan semua peraturan pelaksanaannya
yang berlaku di tempat kerja yang bersangkutan, pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
gambar Keselamatan Kerja yang diwajibkan dan semua
16
bahan pembinaan lainnya pada tempat- tempat yang
mudah dilihat dan dibaca.
c. Menyediakan secara cuma-cuma semua Alat Pelindung Diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja yang di bawah
pimpinannya dan orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam
melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:

1. Identifikasi potensi bahaya

Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi


secara menyeluruh dan mendetail mengenai risiko yang
ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling
ringan sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus
dapat mengidentifikasi hazard yang dapat diramalkan
(foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi
membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:
a. Karyawan

b. Orang lain yang berada ditempat kerja

c. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya

Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara


lain:
a. Kerugian harta benda (Property Loss)

b. Kerugian masyarakat

c. Kerugian lingkungan

Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-


tahapan sebagai berikut:
a. Apa yang terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar
yang komprehensif tentang kejadian yang mungkin
mempengaruhi tiap-tiap elemen.
17
b. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah
mengidentifikasi daftar kejadian sangatlah penting untuk
mempertimbangkan penyebab-penyebab yang mungkin
ada/terjadi.
c. Alat dan Teknik Metode yang dapat digunakan untuk
identifikasi risiko antara lain adalah:
1) Inspeksi

2) Check list

3) HAZOPS (Hazard and Operability Studies)

4) What if

5) FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)

6) Audit

7) Critical Incident Analysis

8) Fault Tree Analysis

9) Event Tree Analysis

10) Dll
Dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada
tipe dan ukuran risiko.
a. Penilaian Risiko

Terdapat 3 (tiga) sasaran yang akan dicapai dalam


pelaksanaan penilaian risiko di tempat kerja yaitu untuk :
1) Mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang
terdapat di tempat kerja;
2) Menilai dan menganalisa pengendalian yang telah
dilakukan di tempat kerja;
3) Melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap
risiko yang ada.
4) Mengendalikan risiko dengan memperhitungkan
semua tindakan penanggulangan yang telah diambil;
b. Pengendalian Risiko

18
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki
pengendalian risiko sebagai berikut:
1) Eliminasi

Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses


berbahaya
2) Substitusi

1. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan


bentuk pasta
2. Proses menyapu diganti dengan vakum

3. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen

4. Proses pengecatan spray diganti dengan


pencelupan

3) Rekayasa Teknik :

1. Pemasangan alat pelindung mesin (machine


guarding)
2. Pemasangan general dan local ventilation

3. Pemasangan alat sensor otomatis

4) Pengendalian Administratif

1. Pemisahan lokasi

2. Pergantian shift kerja

3. Pembentukan sistem kerja

4. Pelatihan karyawan

5) Alat Pelindung Diri

19
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 Tanggal dan Waktu

Kunjungan perusahaan ke PT. Kharisma Inti Usaha, ini dilakukan pada


Hari : Kamis, 26 November 2020
Pukul : 13.10 WIB – 16.00 WIB

2.2 Lokasi Pengamatan

Ds.Pandahan, Kec. Tapin Tengah, Kab. Tapin Provinsi Kalimantan


Selatan
2.3 Dokumentasi

20
Gambar 2.1 Foto-foto Walk Though Survey di Perusahaan
PT. Kharisma Inti Usaha

21
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Mesin dan Alat


PT. Kharisma Inti Usaha (KIU) menggunakan mesin dan alat kerja sesuai
dengan lokasi kerja, yaitu :
a. Mesin dan Alat di area Perkebunan
1. Alat pemotong buah diantaranya : Egrek, kapak, ganco.
Alat alat ini sudah mendapatkan uji layak pakai dan selalu
dilakukan pengecekan oleh petugas yang telah ditunjuk oleh
PT. KIU
2. Alat penyemprot hama
3. Alat pengangkut buah, diantaranya: angkong, wintor dan truk
b. Mesin dan Alat di Area Produksi
1. Bagian peneriman buah
Dibagian penerimaan buah terdapat Jembatan timbang
2. Bagian St. Sortasi
Dibagian sortasi terdapat : loading ramp, keranjang buah, rail
track, ganty crane dan idler bollard
3. Bagian ST. Sterilizer
Di bagian sterilizer terdapat : alat steril ( ketel rebusan ), Blow off
slinser
4. Bagian ST. Auto feeder
Dibagian ini terdapat alat scrapper conveyor.
5. Bagian St. thresher
Dingian ini terdapat alat : hoisting crane, mesin banting,
conveyor dan incenerator
6. Bagian ST. Press
Dibagian ini terdapat alat : elevator dan conveyor buah, ketel
aduk, kempa ulir, cake braker conveyor, crude oil gutter dan
tangki minyak kasar dan pompa.
7. Bagian ST. Clarification
Dibagian ini terdapat : tangka klarifikasi, tangka minyak, tangka sisa air
22
drap, separator air drap, furifier minyak, pengering vakum,dan tangka
timbun ( palm oil storage tank )
8. Bagian ST. Nut and Curnel
Dibagian ini terdapat alat : depericarver, transportasi pneumatic, siklon
ampas, drum pembagi biji, alat pemecah biji, alat pemasukan bahan
bakar, dan ketel uap.
9. Bagian ST. WTP ( water Suply )
Dibagian ini terdapat alat : pompa air, pembersi air, tangka
pengutipan balik air drab.
10. Bagian ST. Boiler
Dibagian ini terdapat alat : mesin boiler

Semua alat yang ada di PT. KIU sudah dilengkapi dengan manual book serta
dilakukan pengecekan secara berkala oleh bagian maintenance perusahaan. Seluruh
proses produksi kelapa sawit di PT. KIU sudah tersertifikasi ISPO, yaitu :
SPO.20002.TSI.

3.2 Bahan dan Proses Kerja


Kegiatan utama di pabrik kelapa sawit (PKS) adalah pengolahan Tandan Buah
Segar (TBS). Serangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan TBS, pengangkutan
TBS, penimbangan TBS, pensontiran TBS dan sampai masuk kedalam mesin yang
akan menghasilkan CPO.
Dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hingga menjadi minyak
CPO, ada proses yang harus dilalui
dan proses tersebut pada intinya untuk semua pabrik sama. Namun seiring dengan
perkembangan teknologi maka ada beberapa modifikasi pada masing-masing stasiun
pengolahan, untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Dasar pengolahan TBS kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut;

a. Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS)

Tandan buah segar TBS yang dimasukan kepabrik diangkut menggunaan


truk. Buah lalu ditimbang dijembatan yimbangan untuk mengetahui
jumbah berat buah yang diterima oleh pabrik.

b. Perebusan (Sterilizer)

23
buah yang sudah disirtir dimasuan ke dalam lori ± lori perebusan yang
dibuat dari plat baja berlubang ± lubang dan langsung dimasukan kea lat
sterilizer.

c. Pemisahan Brodolan (Stripping)

Perlakuan selanjutnya terhadap buah setelah di senterilisasikan disebut


stripping atau threshing. Tujuanya untuk memisahkan brondolan dari
tangkai tandan.

d. Pelumatan (Digesting)

Buah yang dilepas dari tandan dan dibawa ke alat digester oleh fruit
conveyor. e. Pengempaan (Pressing). Masa buh dimasukan kedalam
screw press (alat kempa).

f. Pemurnian Minyak (Clarification)

Hasil dari proses pengempaan diperoleh yang namnya CPO yang


merupakan campuran minyak, air dan padatan.

g. Pengolahan Inti Sawit

Amapas kempa yang terdiri dari biji dan serat dimasukan ke depericarper
melalui cake breaker conveyor yang dipanaskan dengan uap agar
sebagaian kandungan air dapat diperkecil.

h. Nut Cracker

Sebelum biji masuk ke nut cracker terlebih dahulu diproses dalam nut
grading fraction.

i. Hyrocyclone

Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke hydrocyclone untuk


memisahkan cangkang dengan inti.

Bahan yang didigunakan atau diolah di PT. KIU merupakan hasil dari
24
perkebunan yang juga dikelola oleh perusahaan sendiri
Proses Kerjanya sesuai dengan aktifitas Agronomi, yaitu :
Dimulai dengan Perencanaan, pembibitan, persiapan penanaman, penanaman,
pengendalian penyakit, pemupukan, perawatan, persiapan panen, perawatan
tanaman menghasilkan, pemanenan, pengangkutan dan berakhir pada proses
produksi, seperti yang tampak pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Diagram Alur Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

C. LANDASAN KERJA
Landasan kerja PT. KIU saat ini adalah ISO 45001.2018, Peraturan Pemerintah
nomor 50 tahun 2012 yang digunakan sebagai pedoman untuk sistem manajemen
keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3)
Dalam hal mewujudkan pelaksanaan SMK3 ini PT KIU membuat komitmen
perusahaan berupa menerapkan penetapan kebijakan K3, perencanaan terhadap
kegiatan K3, Pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 serta
dilakukan peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Untuk itu berdasarkan pada

25
Permenaker No. 4 tahun 1987, PT KIU membentuk organisasi P2K3 yang mempunyai
tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada
pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja di
PT KIU.

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PT KHARISMA INTI USAHA

Ir Suparman
Ketua P2K3

Adi Bijaksana
Wakil P2K3/SHE Coord.

Rezza Azhari FS (Estate)


Supian Asharuri (Pabrik)
Sekretaris P2K3/SHE

Sugiyanto Dwiana Satoto Agustian Minuk Murjono


KIU OIL MILL KIU 1 KIU 2 KIU 3

Siddik Hariyadi Selamet Hery Siswanto Vernandy H


KIU 4 KIU PP & PB KIU TT HRD

Gambar 3.2 Struktur organisasi P2K3

Gambar 3.3 Komitmen Perusahaan dalam Norma Keselamatan

26
Gambar 3.4 Komitmen Perusahaan dalam bekerja dengan selamat

D. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) KERJA


Berdasarkan presentasi dari bapak Adi Bijaksana selaku wakil P2K3 di
PT. KIU sudah mempunyai Standar operasional Kerja ( SOP ) dan form safety chelist,
akan tetapi tidak ditayangkan saat virtual kunjungan. Yang ditayangkan adalah
prosedur kerja aman / prosedur keamanan kerja, diantaranya : prosedur kerja aman
untuk mengangkut dan menggunakan bahan kimia serta safety tal.
Seperti gambar dibawah ini :

27
Gambar 3.5 Prosedur Kerja Aman

E. INSTALANSI LISTRIK
Listrik di PT. KIU berdasarkan power konsumsinya sebesar 17-19 kWh/
ton TBS, sistem power plant yang digunakan yaitu dengan menggunakan limbah
serabut ( fiber ) dan cangkang ( shell ) sawit sebagai bahan bakar boiler sebagai
penghasil uap yang digunakan untuk penggerak turbin pembangkit tenaga listrik juga
sebagai sumber uap untuk proses perebusan dan pengolahan. Sementara untuk
mengantisipasi jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN, PT. KIU memiliki generator
Set (genset), yang selalu dilakukan maintenance secara berkala.

F. PENANGKAL PETIR
PT. KIU memiliki instalansi penyalur petir (grounding sistem).

G. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN


Di PT. KIU telah dibentuk struktur organisasi penanggung jawab
pemadam kebakaran dimana untuk petugasnya sudah tersertifikasi.
Terdapat Alat pemadam api ringan (APAR): APAR ABC 75 buah, APAR Co2 9 buah,
dan Hydrant sebanyak 7 buah, embung air di 47 titik, tangka air dengan kapasitas
28
2000 liter sebanyak 11 buah.
Menara api yang ada di lokasi sebanyak 23 titik, bekerja sama dengan organisasi
peduli api serta telah dibuat pemetaan area rawan kebakaran, pemetaan patroli API
serta pemetaan organisasi peduli API.
PT. KIU juga melakukan training pemadaman kebakan kepada personil tim pemadam
kebakaran secara bergantian baik internal maupun ekternal dibuktikan dengan
diperolehnya sertifikat terhadap pelatihan yang diikuti.

Gambar 3.6 sertifikat pelatihan internal Gambar 3.7 Sertifikat pelatihan eksternal

Gambar 3.8 Pelatihan internal pegunaan APAR Gambar. 3.9 Pelatihan eksternal pemadam kebakaran

H. RAMBU PERINGATAN

Sesuai regulasi nasional terkait keselamatan kerja, dalam UU No. 1 tahun


1970 tentang keselamatan kerja Pengurus diwajibkan memasang semua gambar
keselamatan kerja dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca.
Pemasangan safety sign atau rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT.
29
KIU sudah terpasang disetiap ruangan dan ditempat yang memiliki faktor risiko tinggi,
diantaranya pemasangan pada mesin, panel listrik, tangga, jalur evakuasi, dan pada
tempat lainnya, yang dinilai memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja.
Jenis, desain, dan warna sudah sesuai dengan ketentuan.

H.1 Warna MERAH mengidentifikasi DANGER/BAHAYA, FIRE/KEBAKARAN,


dan STOP. Paling sering digunakan untuk identifikasi bahan kimia cair mudah
terbakar, emergency stop, dan alat pemadam kebakaran/keselamatan kebakaran.
Sedangkan warna merah yang mengindikasikan bahaya digunakan untuk
menunjukkan adanya situasi bahaya yang dapat mengakibatkan kematian atau
cedera serius.
PENTING: Menurut standar terbaru OSHA/ANSI, rambu K3 bahaya di area kerja
sebaiknya memuat informasi mengenai:
Sifat bahaya, Konsekuensi pekerja bila berinteraksi dengan sumber bahaya
Bagaimana menghindari bahaya.

Gambar 3.10 Tanda Bahaya di Area Perkebunan

H.2 Warna ORANYE menunjukkan WARNING/PERINGATAN/AWAS.


Digunakan untuk menunjukkan situasi bahaya yang bisa mengakibatkan kematian
atau cedera serius. Biasanya sering dipasang di dekat peralatan kerja berbahaya,
seperti bor listrik, gergaji jigsaw, mesin gerinda, dll.

H.3 Warna KUNING menunjukkan CAUTION/WASPADA. Digunakan untuk


menunjukkan situasi bahaya fisik secara langsung (seperti tersandung, terpeleset,
terjatuh, atau di area penyimpanan bahan yang mudah terbakar) yang bisa

30
mengakibatkan luka ringan atau sedang.

Gambar 3.11 Tanda bahaya warna kuning di area perkebunan

H.4 Warna HIJAU menunjukkan EMERGENCY/SAFETY. Digunakan untuk


menunjukkan lokasi penyimpanan peralatan keselamatan, peralatan P3K dan
instruksi-instruksi umum yang berhubungan dengan praktik kerja yang aman.

Gambar 3.12 Petunjuk keselamatan bagi pengunjung

31
Gambar 3.13 poster promosi K3

Gambar 3.14 Rambu instruksi kebersihan

32
H.5 Warna BIRU menunjukkan NOTICE/ PERHATIAN. Digunakan untuk
menunjukkan instruksi tindakan/informasi keselamatan (bukan bahaya), seperti
penggunaan APD atau kebijakan perusahaan.

Gambar 3.15 Safety talk

Gambar 3.15. Safety Talk

33
I. ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )
Seiring dengan pencapaian program sertifikasi baik itu RSPO (Rountable
Sustainable Palm Oil), ISCC (International Sustainability Carbon Certifite) dan ISPO
(Indonesia Palm Oil). Dimana kesemua sertifikasi ini mengacu kepada undang-
undang yang berlaku di setiap Negara terutama untuk masalah ketenaga kerjaan.
Apalagi ISPO yang merupakan mandatory atau wajib di miliki oleh setiap pengusaha
perkebunan kelapa sawit bahkan petani sendiri wajib mematuhi semua prinsip dan
criteria yang tertuang di dalamnya.
PT. KIU mewajibkan pekerja menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis
pekerjaan/job category yang di lakukan karena alat pelindung diri yang di gunakan di
sesuaikan dengan potensi resiko yang di alami oleh pekerja saat melaksanakan
aktivitas pekerjaannya. Hal ini seperti yang telah ditunjukkan oleh perwakilan
perusahaan mengenai dafta APD yang digunakan oleh PT. KIU.

Gambar 3.16 List Personal Protective Equipment by Job Category

34
J. TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI
Keadaan Darurat didefinisikan sebagai keadaan sulit yang tidak diduga yang
memerlukan penanganan segera supaya tidak terjadi kecelakaan/kefatalan. Definisi
Unit Tanggap Darurat ialah unit kerja yang dibentuk secara khusus untuk
menanggulangi keadaaan darurat di tempat kerja. Unit kerja tersebut dibentuk dengan
tujuan untuk memenuhi persyaratan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency
Preparedness and Response (Persiapan Tanggap Darurat).
Dalam upaya memenuhi kesiapan untuk menangani Keadaan Darurat, maka PT. KIU
telah memenuhi kewajiban untuk :
1. Menyediakan Prosedur Tanggap Darurat (tidak disampaikan pada saat
virtual kunjungan)
2. Menyediakan Perlengkapan keadaan darurat seperti APAR, Kotak P3K,
Julur-jalur Evakuasi, Assemblly Point (Tempat berkumpul) yang sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya.
3. Membentuk Tim Tanggap Darurat.
4. Melakukan Inspeksi terhadap perlengkapan keadaan darurat tersebut
secara berkala.
5. Mengadakan pelatihan dan simulasi keadaan darurat.

Gambar. 3.17 Jalur Evakuasi

35
Ir Suparman
Ketua

Adi Bijaksana
Wakil Ketua

Rezza Azhari FS (Estate)


Supian Asharuri (Pabrik)
Sekretaris

Sugiyanto Dwiana Satoto Agustian Minuk Murjono


KIU OIL MILL KIU 1 KIU 2 KIU 3

Siddik Hariyadi Selamet Hery Siswanto Vernandy H


KIU 4 KIU PP & PB KIU TT HRD

Gambar 3.18 Struktur tim Pemadam Kebakaran

Gambar 3.19 Tangki Pemadam Api

36
Gambar 3.20 Inspeksi APAR

Gambar 3.21 Pelatihan simulasi tanggap darurat terhadap kebakaran

K. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA


Meskipun program keselamatan dan kesehatan kerja sudah dilaksanakan
namun kemungkinan timbulnya kecelakaan kerja masih dapat terjadi.
Kejadian kecelakaan di PT. KIU, tidak dijelaskan secara rinci jumlah dan jenis
kejadian kecelakaan di masing-masing unit kerja.
Merujuk pada Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor M/8/HK.04/V/2020
tentang Perlindungan Pekerja/Buruh Dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja
Pada Kasus Penyakit Akibat Kerja Karena Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Dimana SE tersebut dikeluarkan untuk memberikan perlindungan kesehatan bagi
tenaga kerja yang terinfeksi virus Corona didasarkan pada Peraturan Presiden RI
(Perpres) Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja (PAK). Sehingga untuk

37
antisipasi terhadap kejadian pandemi Covid-19, PT KIU membentuk tim Emergency
Response berserta alur kerja terhadap screening kasus Covid-19 dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan penyebaran kasus Covid-19 di lingkungan PT KIU.

Ir Suparman
Ketua

Adi Bijaksana
Wakil Ketua

Rezza Azhari FS (Estate)


Supian Asharuri (Pabrik)
Sekretaris

Sugiyanto Dwiana Satoto Agustian Minuk Murjono


KIU OIL MILL KIU 1 KIU 2 KIU 3

Siddik Hariyadi Selamet Hery Siswanto Vernandy H


KIU 4 KIU PP & PB KIU TT HRD

Gambar 3.22 Tim Emergency Response Covid-19

SCREENING DIS-INFEKSI
Pengecekan suhu Area Kerja
APD Area Umum
Rapid Test / SWAB Transport
Desa sekitar

KOMUNIKASI & CSR MONITOR DAN PERAWATAN


Banner dan Flyer PEKERJA
Memo Internal APD & Vitamin.
Dukungan Bahan Pangan, APD, Pengaturan Kerja Shift
WFH/Flexibility
Olahrga Pagi

TIM & FASILITAS MEDIS KONTROL PERGERAKAN DAN ISOLASI


Fasilitas Penunjang Pembatasan Travel & Lockdown
Peningkatan Kompetensi Karantina Mandiri
APD

Gambar 3.23 Alur pencegahan dan pengendalian penyebaran kasus Covid-19

38
Sarana Pencegahan dan Penanganan Dini Covid-19 PT Kharisma Inti Usaha

APD Medis
(Masker,
No Estate Knapsack +
Hand Sanitizer APD sarung tangan, Buku
Thermo Gun Wastafel Rapid Test Cairan Spanduk
Dan Sabun (Masker) Face Shield, Monitoring
Disinektan
Hazmat, Gown,
Sepatu Boot

1 KIU 1 √ √ √ √ - √ √ √ √

2 KIU 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 KIU 3 √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 KIU 4 √ √ √ √ - √ √ √ √

5 Plasma PB & PP √ √ √ √ - √ √ √ √

6 Plasma Tapin √ √ √ √ - √ √ √ √

7 PMKS + VPO √ √ √ √ - √ √ √ √

Gambar 3.24 Sarana deteksi dini pencegahan dan penanganan Covid-19

Penyerahaan Masker Disinfektan kepada Pengecekan suhu Olahraga kecil di Penandaan social distancing
Kepada karyawan Karyawan dan Tamu Kepada karyawan Masing-masing OU Di area kerja

Disinfeksi di fasilitas Disinfeksi di fasilitas Pengecekan suhu Disinfeksi di pelabuhan Rapid Test kepada Tamu
perusahaan perusahaan Kepada Tamu Pemerintah

Gambar 3.25 Kegiatan dalam rangka pencegahan dan penanggulanan penyebaran Covid-19 di PT KIU

39
L. PERSONEL KESELAMATAN KERJA
Tugas dari personel keselamatan Kerja adalah menjadi pengawasan Kebijakan
di Bidang K3 yang telah diterapkan di PT. KIU
Pengawasan terhadap kebijakan K3 di PT.KIU hanya dilakukan oleh pihak
perusahaan (internal pabrik). Sampai saat ini pengawasan dari instansi lain belum
dilakukan, hal ini disebabkan tenaga kerja yang dilatih untuk menangani masalah K3
telah direkrut dan bertugas di lingkungan PT. KIU.
Program pengawasan terhadap program K3 yang dilakukan personil P2K3
dilaksanakan setiap bulannya untuk melihat sejauhmana program K3 sudah berjalan
dan setiap hari anggota P2K3 memastikan departemen yang dibawahinya telah
menjalankan program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Untuk meningkatkan kompetensi dari personel K3 maka PT. KIU mengikutsertakan
program sertifikasi ke pihak eksterl, dan juga melakukan training baik internal maupun
eksternal.

Training Internal Safety Training Internal Bekerja di Training Internal Fatigue


Harvesting Prosedur Ruang Terbatas dan Bekerja di Ketinggian

Training Internal APAR Training Internal MSDS Training Internal LOTO

Gambar 3.26 Inhouse Training

40
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

PT. Kharisma Inti Usaha (KIU) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan
Karnel Palm (KP), dalam memenuhi kebutuhan bahan baku tandan buah sawit (TBS)
diperoleh dari perkebunan milik sendiri yang mencapai luas 14,661 Ha dengan
kapasitas Pabrik: 60 Ton TBS/Jam. Tidak dapat dipungkiri perusahan sebesar ini
akan memberikan dampak penyerapan tenaga kerja pemanen TBS yang besar pula.
Seiring dengan itu dalam menjalankan pekerjaannya, karyawan pemanen TBS sangat
beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja.
Meskipun pada saat kunjungan virtual ke perusahaan, tidak disebutkan besarnya
jumlah kejadian kecelakaan ataupun jenis kecelakaan yang sering terjadi, namun hal
ini diketahui dari pengamatan di lapangan terhadap alur proses dan studi literature
mengenai beberapa kejadian yang sering terjadi di perusahaan Kelapa Sawit lainnya
bahwa tidak adanya standar metode kerja yang baku, benar dan aman, antara satu
karyawan dengan karyawan lainnya memiliki cara pemanenan TBS yang berbeda-
beda. Kesalahan metode kerja ini dapat dilihat pada saat karyawan melakukan
pemotongan pelepah sawit maupun buahnya secara bersamaan yang mengakibatkan
jatuhnya pelepah dan buah menjadi tidak stabil dan tidak terkendali. Resiko terjadinya
kecelakaan kerja pada karyawan pemanenan TBS selain disebabkan oleh metode
kerja pemanenan TBS yang tidak benar dan aman, serta dengan rendahnya
kesadaran karyawan akan kesehatan dan keselamatan kerja seperti tidak memakai
alat pelindung diri (APD) seperti sepatu boot, helm, kacamata dan apron, tidak fokus
pada pekerjaan yang sedang dilakukan (melakukan pekerjaan memanen buah sawit
sambil melakukan aktifitas lain seperti merokok, mengobrol, dan lain-lain), dan sikap
abai terhadap keselamatan kerja lainya.
Berikut analisa resiko kejadian kecelakaan yang dapat kami laporkan sebagai acuan
untuk memecahkan beberapa masalah yang mungkin dapat terjadi di PT. KIU

Jika terjadi kecelakaan pada proses pemanenan buah kelapa sawit di PT. KIUda pat
di ketahui penyebab dan solusinya dengan menggunakan metode SCAT.

41
Ada 5 blok atau kotak dalam SCAT diagram, meliputi deskripsi kejadian, pemicu
kejadian, penyebab langsung, penyebab dasar, dan tindakan perbaikan.

Deskripsi Pemicu Penyebab Tindakan


Penyebab Dasar
Kejadian Kejadian Langsung Perbaikan

Karyawan PT. Pemicu


KIU mengalami Kecelakaan
Kurang
kecelakaan kerja Kerja Tertimpa
pengetahuan
berupa Luka Pelepah atau
pentingnya K3,
Memar, Luka Janjangan Buah
ketidaktahuan
Robek, Terkilir, Sawit, Tidak adanya Membuat standar
tentang tata cara
Patah Tulang, kejatuhan metode atau kerja yang benar
kerja yang baik
Kematian, Iritasi brondolan standar kerja yang dan aman,
dan aman, beban
Mata, Luka Pada sawit, serbuk baku, kondisi meningkatka n
pekerjaan yang
Mata, Cacat Pada bunga lingkungan kerja, kesadaran
berat, kurangnya
Mata, Kebutaan, sawit/sampah tidak memakai pentingnya K3,
pengadaan APD,
Luka Tusuk, lainnya, APD, dan tidak Merencanaka n
kurang atau
Timbulnya Rasa tertusuk duri fokus pada saat pengadaan APD,
tidak ada
Nyeri, Luka sawit, bekerja. mewajibkan pen
pengawasan, dan
Gores, Keseleo, tersandung,
program K3
Luka Sayatan, terpeleset, atau
tidak sesuai atau
Anggota Tubuh terjatuh, terluka
tidak ada.
Putus, dan lain- karena alat
lain. kerja.

Gambar 4.1 Diagram SCAT

42
4.1 POTENSI BAHAYA PADA INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT
KHARISMA INTI USAHA

Dasar Hukum/
No. Uraian Potensi Bahaya Efek Bahaya Pengendalian Peraturan
Perundangan
Personil
kesehatan

Bahaya
UU No.1 tahun
Mekanik 1970 tentang
(Biomechaical Keselamatan
- Audit, Inspeksi,
hazards) Kerja, PP No.50
(observasi/
checklist), tahun 2012
maintenance, dll tentang SMK3,
Proses
Peraturan
Perencanaan - kebakaran,
menteri tenaga
/Pembukaan peledakan, luka
kerja dan
lahan, akibat tertusuk
transmigrasi RI
kegiatan duri
- Mesin rusak, No. Per-
pembersihan sawit/kejatuhan
tertimpa 08/MEN/VII/2010
lahan dengan pelepah sawit
pelepah sawit, tantang APD,
menggunakan
duri sawit Permenaker RI
manual - Dilakukan No. Per-
maupun safety briefing,
1 04/MEN/1980
menggunakan tool box meeting, tentang syarat-
alat-alat berat training syarat
seperti
pemasangan dan
excavator dan
pemeliharaan
motor grader,
APAR, Per
mesin
09/Men VII/2010
pemotong, Penggunaan alat tentang operator
pembibitan, Bahaya Fisik berkurangnya pelindung diri,
dan petugas
penanaman (Physical kekuatan seperti safety pesawat angkat
dan hazards) genggaman helmet (Hard hat)
dan angkut,
pemeliharaan Penggunaan (carpal tunnel kelas C, peraturan
tanaman, alat pemotong syndrome) penggunaan alat
pemerintah
pemanenan pelindung kaki No.07 tahun
jenis vinyl, pakain
1973 tentang
Bahaya Biologi kerja (overal), dan pengawasan,
penggunaan
(Biological penyimpanan
hazards) - sarung tangan dan penggunaan
kulit karena.
Penimbunan pestisida
debu dalam Penggunaan
sarung tangan
paru pneumokonioses

43
kulit cocok
digunakan ketika
pekerja
bersentuhan
dengan benda
atau alat yang
permukaannya
kasar. pada
penggunaan
mesin-mesin
pemotong dapat
dikendalikan
dengan mematuhi
- Terserang
standart
binatang-
operstional
binatang
infeksi pada kulit, procedure (SOP)
berbisa,
gastrointestinal penggunaan alat
terinfeksi cacing
dan dapat
dan terserang
dikendalikan
mikro organisme
dengan
penggunaan alat
pelindung diri
seperti googles
untuk mencegah
serpihan debu
terbang, alat
pelindung tangan
berjenis metal
messh, pakaian
kerja (apron),
safety shoes
berjenis vinyl
Pengendalian
secara
administrative
adalah proses
pengendalian
dengan cara
administrative
mengurangi
Bahaya Kimia dermatoses,
bahaya dan resiko
(Chemical penyakit aku
dari bahaya kimia.
hazards) - maupun kronis,
Misalnya safe
Penggunaan keracunan dan
operating limit,
pestisida kematian
work permit,
standart
operational
procedure (SOP),
pelatihan,
modifikasi
perilaku, jadwal
istirahat, MSDS
44
Pencegahan yang
mungkin
dilakukan untuk
potensi bahaya
kesehatan dapat
dilakukan secara
subtitusi, yaitu
Bahaya dengan
gangguan otot
Ergonomi menggunakan
rangka
(Ergonomic alat pemanen
(muscoleskeletal
Hazards) bermesin
disordes),
Pemanenan sehingga
Repetitive Strain
dapat mengurangi
Injury cedera dari
beban kerja
dilakukan sistem
pemanen, manual
dengan alat muskuloskeletal
handling yang
pemanen dan saraf), Carpal
baik dengan
manual atau Tunnel Syndrome
konsep yang
alat panen (timbul seperti
ergonomis yang
bermesin, sakit di
menyesuaikan
pergelangan
posisi pada posisi,
tangan)
memanen proses, dan
kemampuan
mengangkat
beban dalam
bekerja yang
sesuai dengan
kemampuan
tubuh.
Pengendalian
secara
administrative
adalah proses
pengendalian
dengan cara
administrative
- Terjatuh, mengurangi
terjepit, tertimpa bahaya dan resiko
2 Proses Kerja: - Keseleo, terkilir
TBS (tandan dari bahaya kimia.
buah segar) Misalnya safe
operating limit,
work permit,
standart
operational
procedure (SOP),
pelatihan,
modifikasi

45
perilaku, jadwal
Sistem steam Sterilizer memiliki istirahat,
pada Sterilizer potensi meledak, Ppenerapan
memiliki suhu luka bakar, SMK3, CSMS
yang sangat tersembur air terhadap pihak
tinggi panas ke-3,

Sterilizer
menggunakan
sistem steam Pekerja dapat
yang dimana terkena luka bakar
dapat membuat
cipratan saat
sterilizer
beroperasi
Sistem steam
pada Sterilizer
b. Aktivitas Sterilizer memiliki
memiliki suhu
kerja pada potensi meledak
yang sangat
Stasiun tinggi
perebusan,
Sterilasi
Sterilizer
menggunakan
sistem steam
yang dimana
dapat membuat
cipratan saat
sterilizer
beroperas
Luka memar

terpeleset
karena menarik
tali capstand
menuju tippler,
tergelincir dari
tangga
c. Aktvitas
Kerja pada
Stasiun bahaya luka bakar, kerusakan
Klarifikasi kebakaran alat-alat
(Clarification
Station).

d. Aktvitas Pekerja dapat
Kerja pada tersetrum listrik
Stasiun Kernel saat
(Kernel mengoperasikan
Station) mesin

46
Pekerja dapat
terbentur pada
bagian kepala
Pekerja berada di
ketinggian dalam
menjalankan Pekerja dapat
mesin terjatuh

• Pada saat
menaiki tangga,
terdapat banyak
pipa-pipa besi Pekerja dapat
yang melintang, terbentur di
Konstruksi sehingga pekerja bagian kepala.
tempat kerja harus cukup
merunduk untuk
melewatinya

• Pekerja Pekerja dapat


mengoperasikan tersetrum listrik
alat yang penuh saat
dengan kabel- mengoperasikan
kabel mesin

4.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja yang dominan dan potensial terjadi, selalu mendapat
perhatian khusus dalam penanganannya, demikian halnya pelatihan-pelatihan serta
penyuluhan-penyuluhan dari kesehatan kerja juga berpatron dari besarnya potensi
kecelakaan yang dapat terjadi pada unit-unit kerja yang ada. Untuk mempermudah
pengenalan dan identifikasi dari bahaya potensial tersebut.
Pengidentifikasian dari potensi bahaya kerja tersebut dihimpun dari setiap unit
kerja, sehingga diperoleh beberapa kejadian yang patut dianggap sebagai sumber
bahaya yang potensial. Potensi-potensi bahaya ini setiap tahunnya dianalisis
bagaimana teknik dan cara pencegahan dan mengatasinya jika kelak terjadi.
Bahaya kecelakaan kerja terjatuh diatasi dengan melaksanakan pemagaran areal
kerja pada tempat-tempat ketinggian, serta pada ketinggian-ketinggian khusus para
pekerja dibantu dengan tali pengaman, sehingga bahaya kecelakaan terjatuh dapat
diminimalisir.
Tersembur minyak/air panas diatasi dengan melakukan evaluasi tekanan tabung

47
minyak/air secara berkala, sehingga tekanan dari tabung tersebut tidak melebihi
tekanan yang diizinkan, demikian halnya pekerja yang bekerja pada bagian ini
diharuskan menggunakan alat pelindung diri berupa helm, kaca mata, sarung tangan
serta baju pelindung dada.
Terkena sengatan listrik dicegah dengan melakukan pemeriksaan berkala terhadap
wayar-wayar yang selalu bersentuhan dengan para pekerja, seperti wayar cok,
demikian halnya pekerja selalu disarankan bekerja dengan menggunakan alas kaki
untuk mencegah terjadinya kontak listrik.
Terpeleset dicegah dengan cara membersihkan seluruh ceceran oli dan cairan yang
tergenang di sekitar pabrik dan lantai-lantai kerja. Kecelakaan terlilit ban dicegah
dengan cara melengkapi ban berjalan dengan terali besi dalam lintasan ban berjalan
tersebut.
Kepala terantuk dicegah dengan penggunaan helm pengaman di seluruh areal pabrik,
sehingga kemungkinan bahaya terantuk dapat dihindari, serta pada bagian- bagian
kantor yang flaponnya terlalu rendah dilakukan renovasi untuk ditinggikan.
Terkena conveyor dicegah dengan membuat pagar pada kedua sisi ban berjalan
(conveyor), atau minimal membuat pengaman besi pada kedua sisi conveyor,
demikian halnya pekerja di sekitar conveyor disarankan menggunakan sarung tangan.

48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah:
1. Program sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
telah diterapkan di PT. KIU seperti pendidikan dan pelatihan,
penyuluhan, penggunaan alat pelindung diri papan
peringatan/rambu-rambu kecelakaan kerja, sanksi dan
penghargaan serta sertifikat.
5.2 Saran
Beberapa hal yang disarankan dalam laporan kunjungan perusahaan
secara virtual ini adalah:
1. Perlunya pengawasan yang lebih baik seperti pengecekan
penggunaan alat pelindung diri, perawatan berkala terhadap peralatan,
untuk menjamin terlaksananya program keselamatan dan kesehatan
kerja, dengan melibatkan seluruh pekerja.
2. Diperlukannya suatu penyuluhan yang lebih baik dari manajemen
pabrik kelapa sawit kepada seluruh pekerja, dengan cara mengadakan
kursus singkat dengan mendatangkan ahli keselamatan dan kesehatan
kerja, serta melakukan simulasi pencegahan kecelakaan kerja di
lingkungan pabrik.
3. Perlunya menghitung volume bak penampungan tandan buah segar
sesuai dengan besarnya volume tandan buah segar yang diterima pabrik
setiap harinya, penambahan penerangan di lokasi tersebut. Serta
memperbaiki seluruh jaringan komputer/printer untuk memastikan tidak
ada kabel yang terkelupas dan servis dilakukan pada saat seluruh listrik
telah dimatikan.
4. Perlunya melampirkan data angka kejadian kecelakaan kerja, dan
jenis kecelakaan kerja yang sering terjadi sehingga dapat diantisipasi
untum kedepannya demi pencapaian zero accident di PT. KIU.

49
BAB VI
PENUTUP

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan


akibat kerja adalah suatu tragedi atau musibah yang dialami pekerja
akibat kurang berhati-hati atau kesalahan teknis. Kecelakaan kerja dapat
terjadi dikarenakan kesalahan dari diri sendiri atau kesalahan pada
mesinnya. Jenis-jenis kecelakaan akibat kerja pun berbeda mulai dari
luka ringan hingga dapat meregangangkan nyawa. Untuk mencegah
para pekerja harus selalu berhati-hati, periksa keadaan mesin yang akan
dipakai, harus dalam keadaan sehat saat bekerja, bekerjalah sesuai sop
dari perusahaan.
Kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat
melakukan pekerjaan. Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja
bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,
mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Oleh karena itu, Peran tenaga kesehatan dalam menangani
korban kecelakaan kerja adalah menjadi melalui pencegahan sekunder
ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi
pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat
dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi


Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Suma’mur. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: PT. Toko Gunung Agung
Ramli, Soehatman. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat
Iskandar, duddy dan anastasia deviani. 2008. Jenis-jenis Alat
Pelindung Diri (APD). Diunduh dari
http://duddyiskandar.blogspot.com/2008/12/jenis- jenis-alat-pelindung-
diri-apd.html, pada tanggal 25 November 2020 pukul. 20:59
Munir, Muh. Sirojul. 2012. Penilaian risiko di Tempat Kerja.
Diunduh dari http://msmunir-ina.blogspot.com/2012/01/penilaian-risiko-di-
tempat- kerja.html, Pada tanggal 26 November 2020 pukul 20.30
Rahmawati, Fitri. 2007. Job Safety Analysis. Diunduh dari
http://batikyogya.wordpress.com/2007/07/20/job-safety-analysis/, pada
tanggal 26 November 2020 pukul 22:00
Ihsan. 2011. Planning for Hazard Identification, Risk Assessment
and Risk Control (Hirarc). Diunduh dari http://www.q-hse.com/health-
safety-a- environment/ohsas-18001-2007/61-ohsas 18000-clause-43-
planningg, pada tanggal 26 Nov 2020 pukul 19.20
Putranto, Novi Marhaendra. 2010. Identifikasi bahaya bekerja
pada daerah bertegangan (Switchyard 150kv) Dengan pendekatan job
safety analysis (Jsa) Dan hazard identification risk assesment and risk
control (Hirarc). Tugas Akhir. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ITS Surabaya
Manual Book Procedure Hazard Identification Risk Assessment
and Risk Control (Hirarc) PT Nursalana Global Service
Anggraheni. S. Sistem Manajemen K3 dalam Upaya
Meminimalisasi Kecelakaan Kerja di PT. Petronika Gresik. Tesis.
Universitas Air Langga. 2007.
51
Allen W Robert, Friends. Industrial Hygiene. Prentice-Hall. New
Jersey. 1976.
Chairul, Analis Mengenai Dampak Lingkungan Pabrik Kelapa
Sawit PT. Era Karya Prima Desa Raja Tengah Kecamatan Kuala
Kabupaten Langkat. CV. Multi. 2004.
Depnaker RI. Tata Cara Pengajuan, Penilaian dan Pemberian
Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident Award). Penerbit
Depnaker. 2000.
Elvianthi Elsa, 2011. Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Di PT.
Depnaker. Tata Pengajuan, penilaian, dan penghargaan
kecelakaan kerja nihil (zero accident) Award. Penerbit Depnaker 2000
Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan
Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung.
Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.06/BW/1997 tentang
Pendaftaran Alat Pelindung Diri
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) tentang Hak Warga
Negara Mendapatkan Pekerjaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 86 tentang Hak
Untuk Memperoleh Perlindungan K3
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 87 ayat (2) tentang
Ketenagakerjaan RI No. Kep.186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

52

Anda mungkin juga menyukai