SECARA MANUAL
Disusun oleh :
Nama : Marulloh
NPM : 34410248
Jurusan : Teknik Industri
Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc
Jakarta
2014
ABSTRAK
MARULLOH / 34410248
ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN SUBJEKTIF PEKERJA
UNTUK AKTIVITAS PEMINDAHAN BATAKO SECARA MANUAL
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Gunadarma, 2014.
Kata Kunci: Postur kerja, Keluhan subjektif, Pemindahan batako, Potensi
penyakit.
(xv + 67 halaman + Lampiran)
Pekerjaan manual seperti pemindahan material yang dilakukan dengan
berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami keluhan
muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan pada bagian otot
rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai
sangat sakit. Keluhan muskuloskeletal berpotensi dirasakan pada pekerja
pengangkut batako. Aktivitas pemindahan batako dari stasiun pencetakan menuju
stasiun pengeringan masih dilakukan secara manual. Aktivitas pemindahan batako
tersebut tidak hanya berpotensi menimbulkan keluhan muskuloskeletal, namun
berpotensi juga pada peningkatan biaya kesehatan, penurunan produktivitas, dan
rendahnya kualitas hidup.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keluhan yang dirasakan oleh
pekerja pengangkut batako, menganalisa potensi penyakit dan tingkat bahaya
yang mungkin akan timbul akibat postur kerja dan tindakan yang harus dilakukan,
dan mengusulkan posisi kerja yang lebih baik untuk mengurangi keluhan yang
terjadi. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner
nordic body map dan penilaian postur kerja menggunakan metode Rapid Entire
Body Asessment (REBA) dengan perangkat lunak ERGO Intelligence.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan berupa sangat sakit
dirasakan pada tubuh bagian belakang seperti punggung, pinggang, dan pinggang
bagian bawah. Potensi penyakit yang terjadi pada rangka yaitu dislokasi dan
kifosis. Potensi penyakit yang terjadi adalah pada otot yaitu nyeri bawah
pinggang, bursitis, hipertrofi kaku leher, terkilir atau keseleo dan kram. Hasil
penilaian menunjukkan bahwa aktivitas pengambilan batako dan aktivitas
peletakan batako memiliki level risiko sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan
perbaikan sekarang juga. Pemindahan batako dari stasiun pencetakan menuju
stasiun pengeringan memiliki level risiko tinggi sehingga perlu dilakukan
perbaikan segera. Perbaikan posisi kerja pada aktivitas pengambilan batako dan
peletakan batako yaitu sebaiknya dilakukan dengan berjongkok.
v
BAB I
PENDAHULUAN
material yang dilakukan dengan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan
keluhan pada bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Otot yang menerima beban statis
secara berulang dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan dapat
sehat dan sesuai dengan standar ergonomis, maka tidak akan menyebabkan
pembuatan batu bata telah dilakukan sebelumnya oleh Syarif (2011). Penelitian
I-1
I-2
dilakukan secara manual. Proses pengambilan batako dari mesin cetak dan
Perumusan masalah dari penelitian ini yaitu apa saja keluhan yang
dirasakan oleh pekerja, bagaimana tingkat bahaya yang ditimbulkan akibat postur
kerja, dan bagaimana posisi kerja yang dapat diusulkan untuk mengurangi keluhan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Menganalisa potensi penyakit dan tingkat bahaya yang mungkin akan timbul
3. Mengusulkan posisi kerja yang lebih baik untuk mengurangi keluhan yang
terjadi.
BAB II
LANDASAN TEORI
merupakan kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang
oleh cara mengangkat dan membawa yang tidak ergonomis. Seluruh tubuh
suatu beban. Otot tubuh berfungsi untuk menegakkan tubuh manusia, namun jika
sesuatu beban, otot-otot tubuh akan mengalami tegang sehingga pembuluh darah
akan mengecil. Keadaan ini mengurangi aliran darah yang membawa oksigen dan
gula ke seluruh tubuh. Manusia akan merasa lelah akibat keadaan tersebut
sehingga tulang belakang dan otot akan merasa sakit (Silalahi, 2006).
yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan operator, jarak
horizontal dari beban relatif terhadap operator, serta ukuran beban yang diangkat.
II-1
II-2
Standar kemampuan angkat tidak hanya meliputi arah beban, tetapi berkaitan
dengan ketinggian dan jarak operator terhadap beban yang diangkat. Sehingga
standar pelatihan mengangkat beban dan metode angkat yang terbaik dapat
Ketegangan yang diderita tulang punggung semakin berat jika beban semakin
apabila beban yang diangkat tidak melebihi berat maksimum (kilogram) seperti
metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang. Hal ini harus diperhatikan
terutama dalam rangka untuk menentukan batasan angkat. Kelelahan kerja yang
terjadi akibat aktivitas berulang-ulang akan meningkatkan rasa nyeri pada tulang
untuk pemindahan material yang aman pada bulan Desember 1986. Tabel 2.2
angkat ideal.
yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari trauma kecil secara
terus menerus yang disebabkan oleh desain buruk seperti desain alat atau sistem
kerja. Cedera trauma kumulatif juga disebabkan karena penggunaan gaya yang
berlebihan selama gerakan normal, gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada
pada posisi normal, dan waktu istirahat yang tidak cukup untuk memulihkan
trauma sendi. Sakit atau nyeri pada otot, gerakan sendi yang terbatas, dan terjadi
Jumlah material yang semakin banyak untuk diangkat dalam sehari oleh
punggung atau elemen yang berada di antara segmen tulang belakang. Keadaan
ini menggambarkan bahwa pengukuran yang akurat terhadap tinggi tenaga kerja
dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi beban kerja (Corlett, 1987).
II-4
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan waktu yang lama, akan
dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan atau
sebagai orientasi rata-rata bagian tubuh dengan memperhatikan satu sama lain
antara bagian tubuh yang lain. Postur dan pergerakan memegang peranan penting
dalam ergonomi. Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi
normal saat melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik lokal pada
otot, ligamen, dan persendian. Hal ini mengakibatkan cedera pada leher, tulang
belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain. Namun di lain hal, meskipun
postur terlihat nyaman dalam bekerja, dapat berisiko juga jika mereka bekerja
tubuh seseorang dengan dimensi berbagai benda yang digunakan dalam pekerjaan.
Postur kerja sendiri dapat diartikan sebagai posisi tubuh pekerja pada saat
melakukan aktivitas kerja yang biasanya terkait dengan desain area kerja dan
(posisi, gaya), pergantian shift, waktu istirahat, pekerjaan statis atau dinamis.
Postur kerja juga dipengaruhi oleh desain area kerja seperti dimensi tempat duduk,
dimensi permukaan kerja, desain tempat duduk, dimensi ruang kerja, privasi,
menangani suatu objek tergantung pada ukuran pusat pendukung dan tingginya
dari pusat gravitasi. Postur tubuh dibagi menjadi dua jenis yang sering terjadi
ketika bekerja dengan pusat pendukung yang berbeda, yaitu postur berdiri dan
postur duduk. Kaki merupakan pusat pendukung tubuh dalam posisi berdiri.
Manfaat dari posisi kerja berdiri yaitu jangkauan lebih luas dalam posisi berdiri
daripada posisi duduk, berat badan dapat digunakan untuk menekan beban, dan
pekerja yang berdiri membutuhkan ruang yang lebih kecil daripada pekerja yang
duduk. Beban statis, penekanan pada jaringan lunak dan pembekuan pada vena
dapat menyebabkan kelelahan, oleh sebab itu perlu adanya pergerakan dalam
postur berdiri seperti berjalan-jalan atau bergerak dalam waktu yang singkat
sebagai relaksasi agar aliran darah ke kaki tetap aktif (Bridger, 1995).
II-6
dalam posisi duduk. Postur duduk melibatkan fleksi pada lutut dan fleksi
punggung terhadap paha. Kelebihan postur duduk adalah untuk mendukung postur
yang stabil pada tubuh dengan nyaman disepanjang waktu, puas secara psikologis
dan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Hal ini berarti secara umum postur
duduk lebih disenangi secara psikologis (Pheasant, 1991). Orang tidak mampu
untuk duduk dalam posisi tegak lurus dalam waktu yang lama sehingga mereka
akan duduk dalam posisi yang agak sedikit merosot. Posisi duduk yang agak
merosot dapat membuat jaringan lunak pada tulang punggung antara anterior dan
salah satu postur kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam pekerjaan.
Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami
keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah apabila dilakukan secara
Repetisi, durasi dan gaya merupakan faktor risiko pekerjaan yang perlu
bagian tubuh tertentu dalam jangka waktu tertentu. Pergerakan atau peregangan
yang sama pada bagian tubuh tertentu dalam jangka waktu tertentu dapat
terjadi maka akan semakin besar pula risiko kesehatan yang mungkin terjadi.
pekerjaan. Semakin lama durasi dalam melakukan pekerjaan yang sama akan
semakin tinggi risiko yang diterima dan semakin lama juga waktu yang
diperlukan untuk pemulihan tenaga. Gaya merupakan usaha mekanik atau fisik
yang dikeluarkan untuk melakukan gerakan atau peregangan. Gaya dapat berarti
berhubungan dengan beban dan berat objek yang ditangani. Semakin berat objek
yang ditangani semakin besar gaya yang harus dikeluarkan tubuh. Secara umum
semakin besar gaya yang dikeluarkan untuk menangani suatu objek, maka risiko
kesehatan yang dapat terjadi juga akan semakin besar (Bridger, 1995).
dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya yaitu kerja fisik. Kelainan pada
sistem gerak dapat berupa kiposis, lordosis, skoliosis, dan sublubrikasi. Kiposis
Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang
tulang belakang melengkung ke samping baik kiri atau kanan yang membuat
dislokasi, arthritis, dan ankilosis. Terkilir atau keseleo adalah gangguan sendi
akibat gerakan pada sendi yang tidak biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba-
tiba. Umumnya keseleo bisa menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkok
pada bagian yang keseleo. Dislokasi adalah gangguan pada sendi seseorang di
mana terjadi pergeseran dari kedudukan awal. Artritis adalah radang sendi yang
memberikan rasa sakit dan terkadang terjadi perubahan posisi tulang. Salah satu
contoh arthritis yang terkenal adalah rematik. Ankilosis adalah gangguan pada
Fraktura tulang adalah retak tulang atau patah tulang yang dapat terjadi
akibat benturan, kelebihan beban, tekanan, dan lain sebagainya. Fraktura tulang
sederhana yaitu keretakan tulang yang tidak melukai organ-organ yang ada di
atropi. Hipertropi merupakan keadaan di mana ukuran otot menjadi lebih besar.
Hipertropi terjadi karena aktivitas otot yang kuat, berulang terus-menerus disertai
nutrisi yang kuat. Atropi merupakan keadaan di mana otot menjadi mengecil
karena otot tidak banyak digerakkan atau tidak digunakan seperti kelumpuhan
melalui keluhan dari pekerja itu sendiri. Penilaian dan analisis perbaikan postur
spesifikasi produk atau penambahan jenis produk baru. Kedua hal tersebut akan
Penilaian kembali postur kerja juga diperlukan saat dilakukan rotasi kerja.
Rotasi kerja dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa kebosanan pekerja
karena melakukan pekerjaan yang sama dan terus-menerus (monoton). Maka saat
terjadi rotasi kerja, perlu dilakukan penilaian postur kerja kembali. Hal ini
dan postur kerja dalam melakukan pekerjaan tersebut akan berbeda dengan
kerja dari pekerja. Namun jika tidak terjadi perubahan spesifikasi produk, atau
penambahan jenis produk baru, atau rotasi kerja, tidak perlu dilakukan penilaian
subjektif artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi
dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukan penelitian dan juga
nordic body map ini telah digunakan oleh para ahli ergonomi untuk menilai
peta tubuh dengan cara yang sangat sederhana, mudah dipahami, murah dan
memerlukan waktu yang sangat singkat ± 5 menit per individu. Pengamat dapat
bagian mana saja yang mengalami gangguan berupa nyeri atau sakit dengan
menunjuk langsung pada setiap otot skeletal sesuai yang tercantum dalam lembar
kerja kuesioner nordic body map. Kuesioner nordic body map meliputi 28 bagian
otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri. Dimulai dari anggota tubuh
bagian atas yaitu otot leher sampai dengan otot pada kaki. Melalui kuesioner ini
akan dapat diketahui bagian-bagian otot mana saja yang mengalami gangguan
berupa nyeri atau keluhan dari tingkat rendah (tidak ada keluhan atau cedera)
sampai dengan keluhan tingkat tinggi (keluhan sangat sakit) (Tarwaka, 2010).
digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot skeletal individu dalam
untuk beberapa pekerja di dalam kelompok populasi kerja yang besar, maka
hasilnya tidak akan valid. Penilaian dengan menggunakan kuesioner nordic body
jawaban sederhana yaitu Ya (adanya keluhan atau rasa sakit pada otot skeletal)
dan Tidak (tidak ada keluhan atau tidak ada rasa sakit pada otot skeletal). Tetapi
lebih utama untuk menggunakan desain penelitian dengan skor misalnya 4 skala
Likert. Apabila menggunakan skala Likert maka setiap skor atau nilai harus
mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami oleh responden
(Tarwaka, 2010).
maka langkah berikutnya adalah menghitung total skor individu dari seluruh otot
skeletal (28 bagian otot skeletal) yang diobservasi. Hasil desain 4 skala Likert
akan diperoleh skor individu terendah adalah sebesar 28 dan skor tertinggi adalah
112. Langkah terakhir dari metode ini adalah melakukan upaya perbaikan pada
pekerjaan maupun sikap kerja, jika diperoleh hasil tingkat keparahan pada otot
skeletal yang tinggi. Tindakan perbaikan yang harus dilakukan tentunya sangat
bergantung dari risiko otot skeletal mana yang mengalami adanya gangguan. Hal
ini dapat dilakukan dengan melihat persentase jumlah skor pada setiap bagian otot
skeletal dan kategori tingkat risiko. Tabel 2.3 merupakan pedoman sederhana
yang dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tingkat risiko otot skeletal.
II-12
Tabel 2.3 Klasifikasi Tingkat Risiko Otot Skeletal Berdasarkan Total Skor Individu
Skala Total Skor Tingkat
Tindakan Perbaikan
Likert Individu Risiko
Belum diperlukan adanya tindakan
1 28 – 49 Rendah
perbaikan
Mungkin diperlukan tindakan
2 50 – 70 Sedang
dikemudian hari
3 71 – 91 Tinggi Diperlukan tindakan segera
Sangat Diperlukan tindakan menyeluruh
4 92 - 112
Tinggi sesegera mungkin
Sumber: Tarwaka (2010)
dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi
kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang
operator. Metode ini dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang
oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan penilaian pada
Penilaian postur kerja dengan metode ini dilakukan dengan cara pemberian
skor risiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi
dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin
pekerjaan yang diteliti bebas dari risiko ergonomis. REBA dikembangkan untuk
2000).
yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan
kaki. Grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Data
sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat digunakan untuk mengetahui
skor. Skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B
pergerakan yang dilakukan oleh leher manusia saat beraktivitas. Garis vertikal
atau sumbu y pada pergerakan leher ditentukan berdasarkan garis lurus posisi
leher dan kepala, sedangkan garis horizontal atau sumbu x berdasarkan posisi
bahu.
Tabel 2.4 skor pergerakan leher menjelaskan bobot skor dari pergerakan
leher yang dilakukan. Pergerakan leher membentuk sudut 0° - 20° fleksi bernilai
II-14
skor 1, sedangkan pergerakan leher membentuk sudut lebih dari 20° fleksi atau
ekstensi bernilai skor 2. Skor akan bertambah 1 jika saat bergerak, leher
oleh tubuh saat beraktivitas yang membentuk sudut tubuh. Sumbu tegak lurus atau
pada saat posisi tubuh tegak secara alamiah. Pergerakan tubuh ekstensi maupun
fleksi yang membentuk sudut mulai dari 0°-20° bernilai skor sebesar 2, sedangkan
pergerakan tubuh membentuk sudut 20°-60° fleksi dan lebih dari 20° ekstensi
II-15
bernilai 3 dan pergerakan yang membentuk sudut lebih dari 60° fleksi bernilai
skor 4. Skor-skor tersebut akan mendapatkan tambahan skor sebesar 1 jika saat
samping.
pergerakan kaki manusia saat beraktivitas. Terdapat dua pergerakan kaki yang
dilakukan yaitu kaki yang tertopang sehingga bobot tersebar merata pada kedua
kaki seperti duduk maupun berjalan dan kaki yang tidak tertopang atau bobot
Tabel 2.6 skor pergerakan kaki menjelaskan bobot yang diperoleh dari
tertopang atau bobot tersebar merata pada kedua kaki mendapatkan skor sebesar
II-16
1, sedangkan pergerakan kaki tidak tertopang atau bobot tersebar tidak merata
mendapatkan skor 2. Skor akan bertambah 1 pada gerakan kaki yang dilakukan
apabila lutut kaki membentuk sudut antara 30° dan 60° fleksi, sedangkan apabila
lutut membentuk sudut lebih dari 60° fleksi (tidak ketika duduk) akan
Tabel 2.7 merupakan tabel untuk mencari skor pada bagian tubuh atas
mulai dari pergerakan leher, punggung, sampai dengan posisi kaki. Cara untuk
hasil skor pada tabel tersebut. Skor yang didapatkan pada tabel A akan bertambah
II-17
apabila beban yang diberikan pada operator saat bekerja memenuhi syarat-syarat
yang dilakukan oleh lengan bagian atas manusia saat beraktivitas. Terdapat empat
bagian pembobotan sudut yang dilakukan antara lain untuk 0°-20° fleksi maupun
ekstensi dengan bobot skor sebesar 1. Pergerakan lengan atas fleksi mulai dari
20°-45° dan lebih dari 20° ekstensi berbobot skor sebesar 2. Pergerakan lengan
atas fleksi dengan sudut 45°-90° berbobot skor sebesar 3. Pergerakan lengan atas
yang terakhir adalah pergerakan fleksi lebih dari 90° mendapatkan bobot skor
sebesar 4.
Bobot skor akan bertambah 1 apabila posisi lengan pada posisi abduksi
(pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh) atau rotasi, jika bahu
ditinggikan dan berkurang 1 jika bersandar atau bobot lengan ditopang atau sesuai
terjadi pada pergelangan tangan menjadi skor. Tabel 2.9 merupakan rangkuman
Tabel 2.10 merupakan tabel untuk mencari skor pada bagian tubuh
berdasarkan segmen tubuh lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan.
Cara untuk mendapatkan nilai pada tabel B yaitu dengan mengurutkan nilai-nilai
mendapatkan hasil skor pada tabel tersebut. Skor yang didapatkan pada tabel B
akan bertambah apabila memenuhi syarat yang terdapat pada coupling saat
bekerja.
Perhitungan Skor C dapat dilihat pada Tabel 2.11. Tabel C diisi sesuai
dengan skor A dan skor B yang didapatkan dari tahap sebelumnya, lalu dicari
perpotongan nilai dari kedua nilai tersebut. Nilai skor C dapat bertambah jika
Nilai akhir REBA dapat diperoleh dari penjumlahan skor C dengan nilai
aktivitas. Berdasarkan nilai akhir REBA, maka dapat ditentukan level risiko dan
perhitungan REBA.
dilakukan oleh Syarif (2011) dengan menggunakan kuesioner nordic body map.
tertinggi yaitu 100% responden merasakan sakit. Bagian tubuh yang merasakan
sakit yaitu di bagian tulang belakang seperti bagian pinggang, leher, punggung,
bokong, dan pantat. Potensi penyakit yang mungkin timbul yaitu hipertrofi,
terkilir, dislokasi, kaku leher, dan kelainan tulang belakang yang disebabkan
kotak telur” telah dilakukan oleh Hamzah (2011) dengan menggunakan kuesioner
nordic body map dan metode REBA. Hasil kuesioner nordic body map
pengangkat kotak telur yang berada di atas mobil. Hasil dari analisis menunjukkan
bahwa pengangkatan kotak telur dengan beban 35,6 kg dan punggung yang terlalu
secara manual pekerja pengangkut genteng UD. Sinar Mas dengan menggunakan
metode Rapid Entire Body Assesment (REBA)”. Hasil pengolahan data kuesioner
nordic body map menunjukkan sebanyak 80% pekerja mengalami sakit pada
bagian punggung dan bagian pinggang. Berdasarkan metode Rapid Entire Body
Assesment (REBA) diketahui bahwa skor pada saat meletakan baban (genteng)
II-22
akhir yaitu 10, tingkatan risiko pada skor ini tinggi, sehingga dapat menimbulkan
cedera pada bagian tubuh tertentu, sedangkan untuk level tindakan pada nilai skor
ini yaitu perlu segera dilakukan tindakan yang dapat mengurangi risiko cedera.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Peralatan yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu alat tulis, kamera
video sebanyak dua unit, timbangan sebanyak satu unit, busur derajat, dan
kuesioner nordic body map sebanyak delapan lembar pengamatan. Kamera video
Timbangan digunakan untuk mengukur berat beban yang dibawa pada saat
bekerja. Busur derajat digunakan untuk mengukur sudut yang dibentuk pada
postur tubuh pekerja pada saat bekerja. Kuesioner nordic body map digunakan
sebagai alat untuk mengetahui profil pekerja dan keluhan pada saat wawancara
dengan pekerja.
3.2 Percobaan
Subjek pada penelitian ini adalah operator pengangkut batako dari stasiun
pencetakan menuju stasiun pengeringan pada CV. Hekta Jaya Perkasa. Penelitian
dan cara pengambilan data termasuk data postur tubuh saat bekerja. Hal tersebut
III-1
III-2
seperti nama, umur, berat badan, berat beban, masa kerja, dan waktu bekerja.
pengamatan kuesioner nordic body map. Berat badan kedelapan operator dan
beban dijadikan data masukan saat menilai postur kerja dengan metode Rapid
Entire Body Asessment (REBA). Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini
tidak hanya keterangan dokumenter, namun diperlukan juga informasi lain seperti
map sebanyak delapan lembar untuk kedelapan operator. Tingkat keluhan yang
dirasakan yaitu tidak sakit, agak sakit, sakit, dan sangat sakit. Kuesioner nordic
body map ditanyakan kepada delapan operator mengenai bagian mana saja yang
mengalami gangguan berupa nyeri atau sakit dengan menunjuk langsung pada
setiap otot skeletal sesuai yang tercantum dalam lembar kuesioner nordic body
III-3
map. Tabel 3.1 merupakan kuesioner nordic body map yang digunakan pada
penelitian ini.
pekerja seperti leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara
terperinci diperoleh dengan merekam video postur tubuh pada saat bekerja. Data
postur tubuh cukup direkam untuk satu operator, hal tersebut dikarenakan teknik
yang digunakan dalam aktivitas pemindahan batako sama dengan operator lain.
Kamera video diletakkan pada tempat yang mampu merekam gambaran postur
tubuh pekerja secara keseluruhan dengan pandangan kanan dan pandangan kiri.
Hal ini dilakukan supaya mendapatkan data postur tubuh secara detail dan mudah,
sehingga dari hasil rekaman video bisa didapatkan data seperti sudut fleksi atau
Data postur tubuh diperoleh dari tiga tahapan dalam aktivitas pemindahan
tersebut direkam dengan menggunakan kamera video. Tiga tahapan tersebut yaitu
operator mengangkat batako dari mesin cetak batako, operator membawa batako
Postur tubuh yang diamati dibagi menjadi dua bagian yaitu kanan dan kiri,
Operator mengangkat dua batako dari mesin cetak dengan dibantu sebuah
papan. Proses pengambilan batako pada mesin cetak dilakukan dengan cara
yang berjarak 3 hingga 6 meter. Operator meletakkan kedua batako beserta papan
III-5
alas pada tempat pengeringan batako sesuai susunan batako yang terakhir.
Ketiga tahapan tersebut diteliti karena memiliki postur kerja yang paling sering
diulang dan postur kerja yang membutuhkan kekuatan otot yang cukup besar serta
membungkuk.
kumulatif dari hasil wawancara kuesioner nordic body map. Tabel tersebut dapat
pengangkut batako. Tabel tersebut juga digunakan sebagai data masukan untuk
keluhan, dapat dianalisis jenis keluhan yang paling dominan diderita dari
total skor individu. Pengolahan data tersebut menggunakan skala Likert untuk
skor tertinggi adalah 112. Tingkat risiko dan tindakan perbaikan dapat diketahui
Entire Body Asessment (REBA) untuk memperoleh gambaran tingkat risiko dari
suatu aktivitas atau postur kerja. Pengolahan data metode REBA menggunakan
segmen tubuh yang meliputi punggung, leher, lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan, dan kaki dilakukan berdasarkan hasil rekaman video postur
bussur derajat. Penilaian terhadap postur kerja dengan metode REBA dilakukan
untuk setiap tahapan pada aktivitas pemindahan batako dari stasiun pencetakan
menuju stasiun pengeringan baik untuk sisi kanan maupun kiri. Gambar 3.1
Metode REBA membagi segmen tubuh menjadi dua kelompok, yaitu grup
A dan B. Grup A meliputi punggung, leher, dan kaki. Sementara grup B meliputi
lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Skor dapat diketahui
berdasarkan data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup. Skor tersebut
digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar
Skor dari tabel A dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang
diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Berat beban yang diangkat dapat
map.Skor dari tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga
didapatkan nilai bagian B. Coupling dapat dilihat posisi tangan dalam beraktivitas
berdasarkan video yang telah direkam. Nilai bagian A dan bagian B dapat
digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel C yang ada. Nilai REBA
didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas pekerja.
video yang telah direkam. Berdasarkan nilai REBA tersebut, dapat diketahui level
risiko pada muskuloskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi
risiko serta perbaikan kerja untuk setiap tahapan dalam aktivitas pemindahan
kemudahan karena hanya perlu memasukkan data sesuai hasil pengamatan melalui
video. Hasil pengolahan data dengan ERGO Intelligence akan menunjukkan nilai
apakah ada hubungan antara usia operator dan masa kerja terhadap keluhan pada
bagian bawah pinggang. Informasi mengenai usia operator dan masa kerja dapat
diketahui berdasarkan kuesioner nordic body map. Keluhan pada bagian bawah
metode kai kuadrat dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Metode kai kuadrat
merupakan salah satu uji non parametrik untuk kasus yang memiliki data kurang
dari 30, data yang tidak berdistribusi normal, serta tidak linier. Tingkat keyakinan
yang digunakan pada pengujian hipotesis yaitu 95% dan tingkat ketelitian (α)
sebesar 5%.
individu, penilaian postur kerja dengan metode Rapid Entire Body Asessment
(REBA), dan pengujian hipotesis dapat dijadikan sebagai dasar dalam membuat
usulan perbaikan. Usulan perbaikan yang diberikan dapat berupa posisi kerja yang
dinding. Batako terbuat dari campuran pasir, semen, dan air. Pembuatan batako
dapat dilakukan secara manual dan dengan bantuan mesin cetak. Pembuatan
getaran. Perbedaan hasil pembuatan batako secara manual dan bantuan mesin
Pembuatan batako dengan mesin cetak terdiri dari empat pekerja untuk
memiliki tugas yang berbeda. Pekerja pertama bertugas mengisi gerobak dengan
pasir. Gerobak yang telah terisi penuh dengan pasir, selanjutnya dipindahkan
dengan menggunakan sekop. Jarak antara tumpukan pasir dengan mesin pengaduk
antara 2 hingga 4 meter. Pekerja pertama juga bertugas memberi campuran semen
dan air ke dalam mesin pengaduk. Pasir, semen, dan air dicampur di dalam mesin
semen, dan air tersebut diaduk dengan mesin hingga campuran merata dan siap
digunakan.
IV-1
IV-2
mempercepat proses percampuran antara pasir, semen, dan air. Pekerja kedua
permukaan alat cetak. Potongan papan tersebut diambil dari tumpukan papan yang
terletak di samping mesin cetak batako. Papan tersebut digunakan sebagai alas
batako hasil cetakan dan memudahkan untuk proses pemindahan dari mesin cetak.
Pekerja meratakan adonan pasir, semen, dan air yang terdapat pada mesin cetak
dengan menggunakan sekop kecil. Hal tersebut perlu dilakukan agar kepadatan
bawah. Setiap mesin cetak memiliki kapasitas produksi 800 hingga 1500 batako
per hari. Pekerja keempat selanjutnya mengambil hasil cetakan batako dari mesin
cetak dengan cara membungkuk dan memegang papan alas pada sisi samping
kanan dan kiri. Setiap proses pencetakan menghasilkan dua batako yang memiliki
ukuran yang sama. Gambar 4.2 merupakan gambar mesin cetak yang mampu
pengeringan. Batako dan papan alas diletakkan pada tempat pengeringan dengan
cara membungkuk apabila berada pada susunan yang paling bawah. Batako hasil
Batako diletakkan pada tempat pengeringan yang hanya tertutup pada bagian atas,
hal tersebut agar tidak tercampur air saat hujan serta mendapatkan angin yang
cukup untuk pengeringan. Waktu pengeringan biasa dilakukan selama dua hari
namun juga tergantung dari cuaca di sekitar area pembuatan batako. Batako yang
telah kering dan memenuhi mutu sesuai standar siap dipasarkan. Gambar 4.3
tetapi hanya dua orang yang melakukan aktivitas pemindahan batako untuk setiap
melakukan tugas lain seperti pemindahan material bahan baku semen dan pasir,
Pergantian tugas ditentukan berdasarkan shift untuk satu hari kerja. Operator yang
diamati untuk penilaian postur kerja hanya satu orang karena teknik pemindahan
batako yang dilakukan sama dengan operator yang lain, tetapi untuk wawancara
Setiap proses pemindahan batako terdiri dari papan alas dan dua batako
hasil cetakan dengan total berat 12 kg. Setiap batako yang dipindahkan memiliki
ukuran panjang 38 cm, lebar 8 cm, dan tinggi 14 cm. Setiap batako memiliki tiga
rongga. Papan alas yang digunakan memiliki ukuran panjang 45 cm, lebar 22 cm,
dan tebal 3 cm. Ukuran papan alas juga disesuaikan dengan area hasil cetakan
pada mesin cetak. Papan alas ditumpuk dan diletakkan di samping mesin cetak
papan alas.
karena tinggi area hasil cetakan yang lebih rendah dibandingkan dengan dimensi
tinggi pinggang berdiri. Operator mengambil batako dengan memegang sisi kanan
dan kiri papan alas. Kaki kiri digunakan sebagai tumpuan terkuat pada saat
IV-5
mengambil batako pada mesin cetak. Gambar 4.4 merupakan gambar pada saat
hingga 6 meter. Gambar 4.5 merupakan gambar pada saat operator membawa dua
tinggi pinggang berdiri. Batako diletakkan pada stasiun pengeringan beserta papan
IV-6
perpindahan yang dilakukan setiap operator dapat mencapai 400 hingga 500 kali
dalam sehari. Gambar 4.6 merupakan gambar pada saat operator meletakkan
nordic body map diperoleh dari hasil wawancara terhadap semua operator yang
delapan orang. Jenis keluhan pada kuesioner nordic body map berjumlah 28
operator pemindahan batako pada Tabel 4.1, maka data tersebut dapat diolah
dirasakan terbagi menjadi empat kategori yaitu Tidak Sakit (TS), Agak Sakit
Persentase (%)
0
100
10
20
60
70
30
40
50
80
90
Sakit kaku di bagian leher bagian atas
Sakit kaku di bagian leher bagian bawah
Sakit di bahu kiri
Sakit di bahu kanan
Sakit lengan atas kiri
Sa kit di punggung
Sakit lengan atas kanan
Sakit pada pinggang
Sakit pada bawah pinggang
Tidak Sakit
Sakit pada pantat
Sakit pada siku kiri
Sakit pada siku kanan
Sa kit lenga n ba wa h kiri
Agak Sakit
Sa kit lenga n ba wa h ka na n
Sakit pada pergelangan tangan kiri
Sakit
Sakit pada pergelangan tangan kanan
Jenis Keluhan
Sakit pada tangan kiri
Sakit pada tangan kanan
Sakit pada paha kiri
Sangat Sakit
Sakit pada lutut kiri
Sa kit pa da lutut ka na n
Sa kit pa da betis kiri
Sa kit pa da betis ka na n
keluhan untuk memudahkan menentukan keluhan yang paling dominan.
operator mengalami keluhan pada semua anggota tubuh setelah bekerja. Keluhan
Berdasarkan diagram pada Gambar 4.7, dapat dilihat bahwa hampir setiap
(AS), Sakit (S), dan Sakit Sekali (SS). Gambar 4.4 merupakan diagram persentase
IV-8
IV-9
yang dirasakan berupa agak sakit, sakit, dan sangat sakit. Keluhan agak sakit
dirasakan pada alat gerak tubuh bagian bawah seperti lutut, pergelangan kaki, dan
kaki. Keluhan berupa sakit dirasakan pada anggota tubuh leher, paha, betis, bahu,
dan alat gerak tubuh bagian atas seperti lengan atas, lengan bawah, siku,
pergelangan tangan, dan tangan. Keluhan berupa sangat sakit dirasakan pada
tubuh bagian belakang seperti punggung, pinggang, dan pinggang bagian bawah.
pekerjaannya. Rangka yang digunakan selama bekerja yaitu tulang leher, tulang
punggung, tulang pinggang, tulang selangka, tulang belikat, tulang paha, tulang
betis, tulang pergelangan kaki, tulang telapak kaki, tulang lengan atas, tulang
pengumpil, tulang hasta, tulang pergelangan tangan, dan tulang telapak tangan.
Otot yang digunakan selama bekerja yaitu otot trapezius, otot trisep, otot bisep,
otot pektoralis major, otot serratus anterior, otot latissimus dorsi, otot sartorius,
otot gluteus maksimus, otot guadriseps femoris, otot peroneus, dan otot tibialis
anterior.
Otot trapezius berfungsi untuk memperkuat bahu. Otot biseps dan otot
untuk memutar lengan. Otot serratus anterior yang berfungsi untuk menarik bahu
sartorius berfungsi untuk memilin paha dan membengkokkan pinggul dan lutut.
femoris berfungsi untuk menekuk pinggul dan meluruskan lutut. Otot peroneus
IV-10
mengangkat kaki.
aktivitas yang tidak nyaman dalam pekerjaan. Posisi ini tidak menjaga kestabilan
tubuh ketika bekerja. Posisi ini juga memaksa kerja otot atau sendi tulang
belakang dan akhirnya terjadi pembengkakan pada sendi. Ketika ruas-ruas tulang
menekuk ke depan maka otot akan bekerja dengan keras untuk menopang tulang
atau rangka bagian atas hingga kepala, sehingga otot akan melentur. Semakin
sering dan semakin lama digunakan secara berlebihan, maka hal tersebut dapat
Keluhan sangat sakit juga terjadi pada bagian tubuh punggung. Hal ini
Keluhan sakit pada leher dan bahu disebabkan karena otot trapezius yang
mengalami ketegangan. Keluhan sakit pada anggota tubuh leher,bahu, dan alat
gerak tubuh bagian atas disebabkan karena anggota tubuh tersebut menahan beban
sebesar 12 kg dengan hanya bantuan papan alas dan dilakukan secara berulang-
ulang pada saat proses membawa beban. Waktu yang dibutuhkan operator untuk
nordic body map untuk setiap individu dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
risiko otot skeletal berdasarkan total skor individu. Pengolahan data tersebut
merupakan hasil pengolahan data untuk mengetahui risiko otot skeletal tiap
memiliki tingkat risiko otot skeletal sedang dan empat operator pemindahan
IV-12
batako memiliki tingkat risiko otot skeletal tinggi. Tindakan perbaikan segera
perlu dilakukan pada tingkat risiko otot skeletal tinggi dan tindakan perbaikan
hari. Perbedaan tingkat risiko otot skeletal disebabkan karena kuesioner nordic
body map yang bersifat subyektif. Usia dan masa kerja dari kedelapan operator
memiliki variasi. Rata-rata usia operator pemindahan batako sebesar 34,6 tahun
dirasakan operator. Potensi penyakit dapat terjadi pada rangka maupun otot yang
gangguan pada sendi seseorang di mana terjadi pergeseran dari kedudukan awal.
tulang belakang melengkung ke depan dan dalam jangka waktu panjang operator
Tekanan dari benda kerja yang ditopang apabila berlangsung terus menerus
mengangkut batako dengan beban kerja yang berat sehingga mengakibatkan otot
menjadi lebih besar dan kuat. Operator akan menderita penyakit kaku leher
sehingga leher tidak dapat digerakkan. Hal ini disebabkan karena otot trapezius
pada leher dan bahu yang mengalami peradangan akibat hentakan atau salah
gerak. Kelainan atau gangguan pada sendi manusia dapat berupa keseleo. Terkilir
atau keseleo adalah gangguan sendi akibat gerakan pada sendi yang tidak biasa,
dipaksakan atau bergerak secara tiba-tiba. Keseleo bisa menyebabkan rasa yang
sangat sakit dan bengkok pada bagian yang keseleo. Operator berpotensi
menderita penyakit kram pada alat gerak atas maupun bawah karena aktivitas otot
terhadap tiga aktivitas yaitu pengambilan batako pada mesin cetak, pemindahan
batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun pengeringan, dan proses peletakan
batako pada stasiun pengeringan. Penilaian dilakukan pada postur tubuh sisi
kanan dan sisi kiri untuk setiap aktivitas, sehingga akan dihasilkan enam nilai
level risiko dan enam tindakan perbaikan. Penilaian postur kerja menggunakan
IV-14
Intelligence.
Gambar 4.8 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kiri Saat Mengambil Batako
sisi kiri pada saat mengambil batako pada stasiun pencetakan. Gambar 4.8
mesin cetak termasuk fleksi dengan sudut 63°. Punggung dalam posisi miring
pada saat mengambil batako. Leher mengalami ekstensi sebesar 23° terhadap
sumbu tubuh, tetapi leher dalam keadaan miring. Kaki tidak tertopang atau bobot
beban yang tersebar tidak merata karena tumpuan terletak pada kaki kiri dan sudut
yang dibentuk pada lutut kiri sebesar 40°. Beban batako yang diangkat lebih dari
Pergerakan lengan atas bagian kiri pada saat mengambil batako berupa
gerakan fleksi dengan sudut 64° terhadap sumbu tubuh dan terdapat gerakan
abduksi. Sudut pergerakan lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi
sebesar 39°. Sudut pergelangan tangan kiri fleksi ke depan sebesar 22°.
Pergelangan tangan kiri bergerak menyimpang pada saat mengambil batako pada
mesin cetak. Jenis coupling yang digunakan yaitu poor karena pegangan tangan
pengambilan batako menyebabkan perubahan postur yang cepat dari posisi awal
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa penilaian postur kerja sisi kiri operator
pada saat mengambil batako pada mesin cetak menghasilkan nilai level risiko
sebesar 13. Hasil tersebut termasuk dalam level 4 dengan level risiko sangat tinggi
sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan pada saat ini juga pada aktivitas
pemindahan batako.
sisi kanan pada saat mengambil batako pada stasiun pencetakan. Gambar 4.10
mesin cetak termasuk fleksi dengan sudut 63°. Punggung dalam posisi miring
pada saat mengambil batako. Leher mengalami ekstensi sebesar 23° terhadap
sumbu tubuh, tetapi leher dalam keadaan miring. Kaki tidak tertopang atau bobot
beban yang tersebar tidak merata karena tumpuan terletak pada kaki kiri dan sudut
yang dibentuk pada lutut kanan sebesar 41°. Beban batako yang diangkat lebih
Gambar 4.10 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kanan Saat Mengambil Batako
IV-17
Pergerakan lengan atas bagian kanan pada saat mengambil batako berupa
gerakan fleksi dengan sudut 79° terhadap sumbu tubuh dan terdapat gerakan
abduksi. Sudut pergerakan lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi
sebesar 26°. Sudut pergelangan tangan kanan fleksi ke depan sebesar 27°.
pada mesin cetak. Jenis coupling yang digunakan yaitu poor karena pegangan
tangan pada papan alas tidak bisa diterima walaupun memungkinkan. Proses
pengambilan batako menyebabkan perubahan postur yang cepat dari posisi awal
operator pada saat mengambil batako pada mesin cetak menghasilkan nilai level
risiko sebesar 13. Hasil tersebut termasuk dalam level 4 dengan level risiko sangat
tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan pada saat ini juga pada
sisi kiri pada saat memindahkan batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun
membawa batako tidak tegak dan cenderung ekstensi karena menahan beban yang
cukup berat. Punggung dalam posisi miring dan sedikit memutar hadapan pada
saat hampir mendekati stasiun pengeringan. Leher mengalami fleksi sebesar 18°
terhadap sumbu tubuh, tetapi leher dalam keadaan miring karena melihat ke arah
tumpukan batako. Kaki pada saat berjalan tertopang sehingga bobot tersebar
merata pada kedua kaki dan sudut yang dibentuk pada lutut kiri sebesar 27°.
Beban batako yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban
secara tiba-tiba.
Pergerakan lengan atas bagian kiri pada saat membawa batako berupa
gerakan ekstensi dengan sudut 12° terhadap sumbu tubuh dan bahu ditinggikan
pada saat membawa batako karena beban yang cukup berat. Sudut pergerakan
lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi sebesar 78°. Sudut pergelangan
tangan kiri cenderung sejajar dengan sumbu lengan bawah, namun terjadi
pegangan papan alas yang tidak ideal walaupun masih memungkinkan sehingga
IV-19
jenis coupling yang digunakan yaitu poor Proses pemindahan batako tidak
memiliki nilai aktivitas tambahan karena postur tubuh dalam posisi dinamis dan
Gambar 4.12 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kiri Saat Membawa Batako
Gambar 4.13 menunjukkan bahwa penilaian postur kerja sisi kiri operator
pada saat membawa batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun pengeringan
menghasilkan nilai level risiko sebesar 8. Hasil tersebut termasuk dalam level 3
dengan level risiko tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan segera
sisi kanan pada saat memindahkan batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun
membawa batako tidak tegak dan cenderung ekstensi karena menahan beban yang
cukup berat. Punggung dalam posisi miring dan sedikit memutar hadapan pada
saat hampir mendekati stasiun pengeringan. Leher mengalami fleksi sebesar 18°
terhadap sumbu tubuh, tetapi leher dalam keadaan miring karena melihat ke arah
tumpukan batako. Kaki pada saat berjalan tertopang sehingga bobot tersebar
merata pada kedua kaki dan sudut yang dibentuk pada lutut kanan sebesar 20°.
IV-21
Beban batako yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban
secara tiba-tiba.
Gambar 4.14 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kanan Saat Membawa Batako
Pergerakan lengan atas bagian kanan pada saat membawa batako berupa
gerakan ekstensi dengan sudut 32° terhadap sumbu tubuh dan bahu ditinggikan
pada saat membawa batako karena beban yang cukup berat. Sudut pergerakan
lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi sebesar 89°. Sudut pergelangan
tangan kanan cenderung sejajar dengan sumbu lengan bawah, namun terjadi
pegangan papan alas yang tidak ideal walaupun masih memungkinkan sehingga
jenis coupling yang digunakan yaitu poor Proses pemindahan batako tidak
memiliki nilai aktivitas tambahan karena postur tubuh dalam posisi dinamis dan
operator pada saat membawa batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun
dalam level 3 dengan level risiko tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa
sisi kiri pada saat meletakkan batako pada stasiun pengeringan. Gambar 4.16
fleksi dengan sudut 101°. Punggung dalam posisi miring pada saat mengambil
batako. Leher mengalami ekstensi sebesar 18° terhadap sumbu tubuh, tetapi leher
dalam keadaan miring karena melihat ke arah tumpukan batako. Kaki tidak
IV-23
tertopang atau bobot beban yang tersebar tidak merata karena tumpuan terletak
pada kaki kiri dan sudut yang dibentuk pada lutut kiri sebesar 37°. Beban batako
yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban secara tiba-tiba.
Gambar 4.16 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kiri Saat Meletakkan Batako
Pergerakan lengan atas bagian kiri pada saat meletakkan batako berupa
gerakan fleksi dengan sudut 117° terhadap sumbu tubuh dan terdapat gerakan
abduksi. Tetapi bobot lengan kiri bergeser ke depan sesuai gravitasi sehingga
atas dengan fleksi sebesar 11°. Sudut pergelangan tangan kiri fleksi ke depan
mengambil batako pada mesin cetak. Jenis coupling yang digunakan yaitu poor
karena pegangan tangan pada papan alas tidak bisa diterima walaupun
Gambar 4.17 menunjukkan bahwa penilaian postur kerja sisi kiri operator
pada saat meletakkan batako pada stasiun pengeringan menghasilkan nilai level
risiko sebesar 13. Hasil tersebut termasuk dalam level 4 dengan level risiko sangat
tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan pada saat ini juga pada
sisi kanan pada saat meletakkan batako pada stasiun pengeringan. Gambar 4.18
fleksi dengan sudut 101°. Punggung dalam posisi miring pada saat mengambil
batako. Leher mengalami ekstensi sebesar 18° terhadap sumbu tubuh, tetapi leher
IV-25
dalam keadaan miring karena melihat ke arah tumpukan batako. Kaki tidak
tertopang atau bobot beban yang tersebar tidak merata karena tumpuan terletak
pada kaki kiri dan sudut yang dibentuk pada lutut kanan sebesar 12°. Beban
batako yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban secara
tiba-tiba.
Gambar 4.18 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kanan Saat Meletakkan Batako
Pergerakan lengan atas bagian kanan pada saat meletakkan batako berupa
gerakan fleksi dengan sudut 71° terhadap sumbu tubuh dan terdapat gerakan
abduksi. Tetapi bobot lengan kanan bergeser ke depan sesuai gravitasi sehingga
atas dengan fleksi sebesar 32°. Sudut pergelangan tangan kanan fleksi ke depan
mengambil batako pada mesin cetak. Jenis coupling yang digunakan yaitu poor
karena pegangan tangan pada papan alas tidak bisa diterima walaupun
nilai level risiko sebesar 12. Hasil tersebut termasuk dalam level 4 dengan level
risiko sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan pada saat ini
Tabel 4.3 merupakan rangkuman dari hasil penilaian postur kerja dengan
aktivitas peletakan batako pada stasiun pengeringan memiliki nilai level risiko
yang sangat tinggi. Berdasarkan nilai level risiko tersebut maka diperlukan
IV-27
pencetakan menuju stasiun pengeringan memiliki nilai level risiko tinggi. Salah
satu faktor yang sangat mempengaruhi penilaian postur kerja dengan metode
lama tentunya akan menyebabkan rasa nyeri terutama pada bagian bawah
pinggang. Aktivitas pemindahan batako termasuk dalam level tinggi karena alat
gerak tubuh terutama tangan menahan beban yang cukup berat dengan coupling
Pemindahan Batako
dari Stasiun Perbaikan Perbaikan
2. 8 (Tinggi) 8 (Tinggi)
Pencetakan Menuju segera segera
Stasiun Pengeringan
Diperlukan Diperlukan
Peletakkan Batako
13 (Sangat 12 (Sangat perbaikan perbaikan
3. pada Stasiun
Tinggi) Tinggi) sekarang sekarang
Pengeringan
juga juga
dengan variabel terikat menggunakan metode kai kuadrat. Variabel bebas berupa
usia pekerja dan masa kerja dari kedelapan operator pemindahan batako. Variabel
terikat yaitu jumlah operator yang mengalami keluhan nyeri pada bawah
tingkat kepercayaan 95% dan taraf nyata (α) sebesar 5%. Tabel 4.4 merupakan
rangkuman usia pekerja dan keluhan nyeri pada bawah pinggang dari hasil
Tabel 4.4 Rangkuman Usia Pekerja dan Keluhan Nyeri Bawah Pinggang
Nyeri Bawah Pinggang Total
No. Usia Pekerja
Ya % Tidak % N %
1. ≥ 35 tahun 5 100 0 0 5 100
2. < 35 tahun 0 0 3 100 3 100
Total 5 100 3 100 8 100
menjadi dua jenis yaitu usia pekerja ≥ 35 tahun dan < 35 tahun. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Guo (1995) dan Chaffin (1979) dalam Khaizun (2013),
yang menyatakan bahwa keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun
dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan bertambahnya umur. Hal ini
Tabel 4.5 Hasil Analisis Bivariat Usia Pekerja dengan Nyeri Bawah Pinggang
IV-29
bahwa terdapat lebih dari 20% dari jumlah seluruh sel yang memiliki nilai yang
diharapkan kurang dari 5. Selain itu, metode kai kuadrat ini didisain dengan 2 x 2
sel maka P value yang diperoleh yaitu pada fisher’s exact test sebesar 0,018.
Hasil tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat ketelitian sebesar 0,05, maka H 0
ditolak. Sehingga berdasarkan hasil uji kai kuadrat diketahui terdapat hubungan
yang bermakna antara usia pekerja dengan keluhan nyeri pada bawah pinggang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Guo (1995) dan
Chaffin (1979). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dilakukan oleh
Kantana (2010), bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia pekerja
dengan nyeri pada bawah pinggang dengan P value (0,017) < α (0,05) dengan
responden yang berusia ≥ 35 tahun yang mengalami keluhan nyeri pada bawah
pinggang sebanyak 22 orang (81,5 %), sedangkan responden yang berusia < 35
tahun yang mengalami keluhan nyeri pada bawah pinggang sebanyak 6 orang
(42,9 %).
Tabel 4.6 Rangkuman Masa Kerja dan Keluhan Nyeri Bawah Pinggang
Nyeri Bawah Pinggang Total
No. Masa Kerja
Ya % Tidak % N %
1. > 4 tahun 3 100 0 0 3 100
2. ≤ 4 tahun 2 40 3 60 5 100
Total 5 70 3 30 8 100
Tabel 4.6 merupakan rangkuman masa kerja, dan keluhan nyeri pada
bawah pinggang dari hasil wawancara dengan kuesioner nordic body map.
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa masa kerja dikategorikan menjadi dua
jenis yaitu masa kerja > 4 tahun dan ≤ 4 tahun. Hal tersebut sesuai dengan jurnal
IV-30
ergonomi yang dibuat oleh Hendra dan Rahardjo (2009) dalam Khaizun (2013),
yang menyatakan bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun
Tabel 4.7 Hasil Analisis Bivariat Masa Kerja dengan Nyeri Bawah Pinggang
bahwa terdapat lebih dari 20% dari jumlah seluruh sel yang memiliki nilai yang
diharapkan kurang dari 5. Selain itu, metode kai kuadrat ini didisain dengan 2 x 2
sel maka P value yang diperoleh yaitu pada fisher’s exact test sebesar 0,196. Hasil
diterima. Sehingga berdasarkan hasil uji kai kuadrat diketahui bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan nyeri pada
bawah pinggang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kantana
(2010) dengan P value sebesar 0,103 menyatakan bahwa masa kerja pada pekerja
yang tidak mengalami keluhan nyeri bawah pinggang dan pekerja yang
bermakna. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Soleha (2009) dalam Kantana
(2010) yang menyatakan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang
IV-31
adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan bawah
pinggang bisa saja dimungkinkan karena pekerja yang masa kerjanya masih
tergolong baru banyak melakukan pekerjaan dengan posisi yang berisiko atau
belum terbiasa melakukan pekerjaan sehingga akan mengalami risiko yang tinggi
batako pada mesin cetak sebaiknya dilakukan dengan berjongkok dengan posisi
punggung dan leher yang tidak menyamping. Hal tersebut untuk mengurangi
beban yang diterima oleh tubuh pada saat mengambil batako. Tempat hasil
pencetakan pada mesin cetak harus dibuat rendah sehingga memudahkan dalam
lutut lalu tubuh dalam posisi jongkok. Salah satu kaki yang terkuat diletakkan di
depan sebagai tumpuan dan sikap punggung diusahakan tegak atau sebesar 60°.
Kaki harus dekat dengan beban batako yang akan diangkat. Posisi ini akan
punggung tetap tegak dan meletakkannya pada paha kaki yang terkuat. Dagu
ditarik ke belakang agar punggung bisa tegak lurus. Pastikan pegangan tangan
IV-32
sudah kuat dan nyaman. Berdiri dengan bertumpu pada kaki yang terkuat agar
beban diserap oleh otot kaki. Beban batako diangkat hati-hati dengan sikap
punggung masih tegak sampai dengan berdiri sempurna. Berat beban digunakan
untuk mengimbangi berat badan. Posisi tubuh harus tetap posisi merapat dan
dekat dengan objek yang diangkat. Setelah berdiri dan mengangkat beban batako
dengan stabil, sebaiknya mengubah arah kaki dan tidak memutar pinggul ketika
langkah yang terlalu cepat dan besar karena hal tersebut dapat memberikan
penambahan tekanan pada jaringan otot tangan. Beban harus berada sedekat
mungkin dengan tubuh dengan posisi tangan disesuaikan dengan kenyamanan saat
berjalan.
secara perlahan dengan menekuk lutut untuk susunan batako yang masih rendah.
Selain itu, peletakan posisi batako sebaiknya disesuaikan dengan posisi pada saat
pemindahan. Sehingga salah satu lengan tidak melakukan gerakan fleksi yang
berlebihan. Susunan batako juga hendaknya tidak terlalu tinggi karena akan
gravitasi. Susunan batako hendaknya tidak pada satu sisi saja namun diletakkan
pada dua sisi kanan dan kiri. Operator pemindahan batako sebaiknya
IV-33
menggunakan sarung tangan dan papan alas yang digunakan harus dirancang lebih
dapat dilakukan bergantian dengan operator lain sehingga tidak tergantung dengan
shift kerja yang telah ditentukan. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi beban
5.1 Kesimpulan
Keluhan agak sakit dirasakan pada alat gerak tubuh bagian bawah seperti lutut,
pergelangan kaki, dan kaki. Keluhan berupa sakit dirasakan pada anggota tubuh
leher, paha, betis, bahu, dan alat gerak tubuh bagian atas seperti lengan atas,
lengan bawah, siku, pergelangan tangan, dan tangan. Keluhan berupa sangat sakit
dirasakan pada tubuh bagian belakang seperti punggung, pinggang, dan pinggang
bagian bawah.
Potensi penyakit dapat terjadi pada rangka maupun otot operator yang
Potensi penyakit yang terjadi pada rangka operator pemindahan batako yaitu
dislokasi dan kifosis. Potensi penyakit yang terjadi pada otot operator pemindahan
batako yaitu nyeri bawah pinggang, bursitis, hipertrofi, kaku leher, terkilir atau
batako pada stasiun pencetakan dan aktivitas peletakan batako pada stasiun
pengeringan memiliki nilai level risiko yang sangat tinggi sehingga tindakan
V-1
V-2
menuju stasiun pengeringan memiliki nilai level risiko yang tinggi sehingga
sebaiknya diusahakan salah satu kaki yang terkuat diletakkan di depan sebagai
tumpuan dan sikap punggung diusahakan tegak atau sebesar 60°. Tangan
mengangkat beban dengan sikap punggung tetap tegak dan meletakkannya pada
paha kaki yang terkuat. Berat beban digunakan untuk mengimbangi berat badan.
Posisi tubuh harus tetap posisi merapat dan dekat dengan objek yang diangkat.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan penelitian ini yaitu untuk
menggunakan metode selain REBA untuk menilai postur kerja dan mengukur
denyut jantung operator sehingga dapat diketahui konsumsi energi, oksigen, dan
waktu istirahat. Selain itu dapat menambah variabel bebas yang lain seperti faktor