Anda di halaman 1dari 139

ACC pendadaran

TUGAS AKHIR
ANALISA PENGGUNAAN PROFIL BAJA UNTUK
KONSTRUKSI DENGAN KONSEP PRE ENGINEERING
BUILDINGS

ANALYSIS OF THE STEEL PROFILES FOR CONSTRUCTION


WITH PRE ENGINEERING BUILDING CONCEPTS

Disusun Oleh:
FAUZIAH AMINATUN
(NIM. 14/361405/SV/05684)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

ANALISA PENGGUNAAN PROFIL BAJA UNTUK


KONSTRUKSI DENGAN KONSEP PRE ENGINEERING
BUILDINGS

Laporan Tugas Akhir Ini Dibuat


Guna Memenuhi Syarat Lulus Dan Mendapatkan Predikat Ahli Madya
Pada Program Diploma Teknik Sipil Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta

Disusun oleh:
FAUZIAH AMINATUN
NIM. 14/361405/SV/05684

Diperiksa dan disetujui,


Tanggal: ..............................
Dosen Pembimbing

Agus Kurniawan, ST., MT., Ph.D.


NIP. 19700813 199503 1 003

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN
TUGAS AKHIR
ANALISA PENGGUNAAN PROFIL BAJA UNTUK
KONSTRUKSI DENGAN KONSEP PRE ENGINEERING
BUILDINGS

Laporan Tugas Akhir diajukan untuk melengkapi persyaratan kelulusan


Program Diploma Teknik Sipil, Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada
Disusun oleh:
Fauziah Aminatun
NIM. 14/361405/SV/05684
Telah diperiksa, diuji, dan disetujui di depan Panitia Penguji Pendadaran
Yang diselenggarakan oleh Program Diploma Teknik Sipil, Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada, pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat : Ruang Sidang PDTS UGM

Tim Penguji,
1. Ketua Penguji
Dr. Ir. Sindu Nuranto, MS. : _____________________
NIP. 196206131989031002
2. Sekretaris Penguji
Dr. Ir. Sindu Nuranto, MS. : _____________________
NIP. 196206131989031002

iii
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS LAPORAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Fauziah Aminatun
NIM : 14/361405/SV/05684
Jurusan : D3 Teknik Sipil
Fakultas : Sekolah Vokasi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis dengan
judul:
Analisa Penggunaan Profil Baja Untuk Konstruksi Dengan Konsep Pre
Engineering Buildings

Analysis Of The Steel Profiles For Construction With Pre Engineering Building
Concepts

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari
diketahui bahwa tugas akhir ini merupakan hasil plagiatisme, maka saya bersedia
menerima hukuman berupa pembatalan kelulusan yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Yogyakarta, 23 Juli 2020

Fauziah Aminatun
NIM. 14/361405/SV/05684

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada:

1. Orangtua saya Bapak Ja’far S.Ag dan Ibu Ngatini, S.Pd.SD


2. Kakak-kakak saya, Fitria Ikasari, S.H.I, Erfam Dony Sudrajat, A.Md,
Farhan Abdul Latif, Ken Oky Impalawati, Fatihatul Muthmainah, S.Pd,
M.Pd. Serta penghibur hulek Audya Naznin Amaanii, Salvina Nashwa el
Izza, dan Ahmad Hanan Zainuri.
3. Teruntuk saudara Farhan Abdul Latif, “Almamatermu sudah ku tebus,
Mas.”

v
INTISARI
ANALISA PENGGUNAAN PROFIL BAJA UNTUK
KONSTRUKSI DENGAN KONSEP PRE ENGINEERING
BUILDINGS

FAUZIAH AMINATUN
14/361405/SV/05684

Perencanaan baja mutu tinggi menjadi permasalahan utama dimana baja sebagai
material utama dan penunjang kekuatan konstruksi, salah satunya perencanaan
dimensi dan mutu profil. Bentuk profil yang sering digunakan meliputi I-WF, H-
WF dan baja Pre Engineering Building sendiri memiliki ciri khas desain profil
nonprismatik (Taper) yang merupakan hasil pemotongan bagian badan profil
sehingga memiliki luasan yang lebih besar di salah satu ujung profil.
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan dimensi dan mutu profil dengan
konsep Pre Engineering Building dengan perencanaan bentang 30 m. Penelitian ini
menganalisis baja dengan menggunakan standar SNI, 1726:2012, SNI 1727:2013,
dan SNI 12729:2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil yang efisien
apabila digunakan dalam konstruksi bangunan pabrik.
Hasil penelitian yang dihitung dengan menggunakan program Microsoft Excel
menunjukkan bahwa kolom dengan dimensi 400/800x400x13x21 dan balok dengan
dimensi 800/400400x13x21 mampu menopang gaya dan momen bangunan
dengan bentang 30 m.
Kata kunci : I-WF, Pre Engineering Building, Nonprismatik, SNI 12729:2015

vi
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE STEEL PROFILES FOR CONSTRUCTION
WITH PRE ENGINEERING BUILDING CONCEPTS

FAUZIAH AMINATUN
14/361405/SV/05684

High-quality steel planning is a major problem in which steel as the main materials
and strength supports construction, among other things, dimensional planning and
profile quality. Frequent profiles include I-WF, H-WF and the pre engineering
building itself have a typical non-prismatical profile design (taper) that results from
the cutting of the body of the profile so that it has a larger area at one end of the
profile.
The research aims to plan dimensions and quality profiles with pre engineering
building with 30 m span planning. This study analyzed steel using sni 1726:2012,
sni 1727:2013, and sni 12729:2015 standards. The study aims to identify an
efficient profile when used in the construction of factory buildings.
Studies that are calculated by using Microsoft excel programs indicate that column
with dimensions 400/800x400x13x21 and beams with dimensions
800/400400x13x21 are capable of supporting the force and momentum of
buildings with a span of 30 m.
Keywords : I-WF, Pre Engineering Building, Non-prismatical, SNI 12729:2015

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisa
Penggunaan Profil Baja Untuk Konstruksi Dengan Konsep Pre Engineering
Buildings” di PT. BlueScope Indonesia dapat diselesaikan. Laporan tugas akhir ini
nantinya akan dijadikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya (A.Md) di Program Diploma Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas
Gadjah Mada.

Dalam hal ini penyusun menyadari tanpa adanya bimbingan, pengarahan,


dan bantuan dari semua pihak tentunya laporan tugas akhir ini tidak terselesaikan.
Oleh karena itu perkenankan sebagai penyusun menyampaikan terima kasih
kepada:

1. Dr.Ir.Sindu Nuranto, MS. selaku Ketua Program Diploma Teknik Sipil


Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
2. Agus Kurniawan, ST, MT, Ph.D., Ir. Hotma Prawoto S, MT., selaku
Dosen Pembimbing Magang Program Diploma Teknik Sipil Sekolah
Vokasi Universitas Gadjah Mada.
3. Muh. Sulaiman, ST., MT., D.Eng. selaku Dosen Pembimbing
Akademik Program Diploma Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas
Gadjah Mada.
4. ................ selaku Dosen Penguji Magang Program Diploma Teknik
Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
5. Marshelius Theo Brajak, selaku Pembimbing Magang PT. BlueScope
Indonesia.
6. Seluruh karyawan PT. BlueScope Indonesia yang telah memberikan
kesempatan, ilmu, serta motivasi.
7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Program Diploma Teknik Sipil Sekolah
Vokasi Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan ilmunya.

viii
8. Kedua orang tua saya yang selalu membimbing, dan mendukung saya
baik motivasi, materil dan doa yang selalu terucap.
9. Kakak-kakak saya yang selalu memberi dukungan baik motivasi,
material, dan doa.
10. Temanku Febi RWP, terimakasih atas semangat hidupnya.
11. Temanku Risca, terimakasih sudah bersedia menjadi tempat berkeluh
kesah.
12. Teman sekaligus rival yang memberi semangat at the last moment
Tugas Akhir ini wajib diselesaikan.
13. Dewi, Shefty Ayusa atas kekompakan dan kebersamaan dalam
menjalani magang di PT. BlueScope Indonesia.
14. Teman – teman DTS khususnya kelas A 2014 yang selalu menjaga
kebersamaan dan memberikan doa, semangat untuk terus berusaha.
15. Teman – teman mahasiswa/ mahasiswi Program Diploma Teknik Sipil
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada baik kakak angkatan
maupun adik angkatan.
16. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan doa
kepada penulis.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat tidak untuk penulis saja tetapi bagi
semua pembaca atau penuntut ilmu lainnya. Tidak ada dialam ini karya seseorang
yang sempurna maka dari itu penulis memohon maaf atas segalanya dalam
penyusunan laporan ini.

ix
DAFTAR ISI

TUGAS AKHIR ....................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN ....................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS LAPORAN ..................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v
INTISARI............................................................................................................... vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.4 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.5 Manfaat ..................................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ...........................................................................5
2.1 Konstruksi Baja ......................................................................................... 5
2.2 Profil Baja Wide Flange............................................................................ 5
2.3 Konsep Pre Engineering Buildings ........................................................... 6
2.3.1 Kerangka utama baja ..................................................................... 7
2.3.2 Kolom............................................................................................ 7
2.3.3 Rafter (Balok)................................................................................ 7
2.4 Beban ........................................................................................................ 7
2.4.1 Beban Mati .................................................................................... 8
2.4.2 Beban Hidup ................................................................................. 8

x
2.4.3 Beban Hujan .................................................................................. 9
2.4.4 Beban Angin ............................................................................... 10
2.4.5 Beban Gempa .............................................................................. 17
2.5 Persyaratan Perencanaan ......................................................................... 23
BAB III MANAJEMEN/ORGANISASI INSTANSI/PROYEK ...........................30
3.1 Latar Belakang Instansi........................................................................... 30
3.2 Profil Perusahaan .................................................................................... 31
3.3 Sekilas Perusahaan .................................................................................. 32
3.4 Visi dan Misi Perusahaan........................................................................ 33
3.5 Tata Nilai Perusahaan ............................................................................. 33
3.6 Manajemen K3 PT BlueScope Buildings Indonesia ............................... 33
3.6.1 Our Bond ..................................................................................... 35
3.6.2 BlueScope Safety Beliefs ............................................................ 36
3.6.3 BlueScope HSEC Policy ............................................................. 36
3.6.4 BlueScope OHS Management Standards .................................... 37
3.6.5 Company – Wide Procedures and OHS Codes of Practice ......... 38
3.6.6 Operational OHS Procedures ...................................................... 38
3.7 Direksi Perusahaan.................................................................................. 38
3.8 Struktur Organisasi Perusahaan .............................................................. 41
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................43
4.1 Konstruksi Baja Menggunakan konsep Pre Engineering Building ........ 43
4.1.1 Perencanaan................................................................................. 43
4.1.2 Analisis Struktur ......................................................................... 57
4.1.3 Pekerjaan Pra-Fabrikasi ............................................................ 110
4.1.4 Pengadaan Material ................................................................... 118
4.1.5 Ereksi atau Pemasangan ............................................................ 118
4.1.6 Analisa Biaya Pelaksanaan ....................................................... 119
4.1.7 Analisa Waktu Perencanaan...................................................... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................122
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................123

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kekasaran Permukaan ...........................................................................12


Tabel 4. 1 Jarak Horizontal dari Tepi Sisi Angin Datang ......................................50
Tabel 4. 2 Rumus perhitungan nilai T dan Sa Respon spektrum. ..........................54
Tabel 4. 3 Hasil perhitungan nilai T dan Sa Respon spektrum. .............................55
Tabel 4. 4 Hasil analisis kolom menggunakan SAP2000 v14 ...............................59
Tabel 4. 5 Hasil analisis kolom menggunakan SAP2000 v14 ...............................59
Tabel 4. 6 Total volume material konstruksi baja dengan konsep Pre Engineering
Building ................................................................................................................120
Tabel 4. 7 Harga material konstruksi baja dengan konsep Pre Engineering Building
..............................................................................................................................120

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Tabel Beban Hidup yang Diizinkan (Sumber: SNI 1727:2013) .........9
Gambar 2. 2 Peta Kecepatan Angin untuk Wilayah Asia-Pasifik (Sumber: HB 212-
2002) ......................................................................................................................11
Gambar 2. 3 Tabel Wind Speed untuk Beberapa Risk Category (Sumber:
ryanrakhmats.wordpress.com) ...............................................................................12
Gambar 2. 4 Tabel Koefisien Tekanan Eksternal Cp.............................................16
Gambar 2. 5 Input koordinat lokasi bangunan pada situs web Puskim Kementerian
PU...........................................................................................................................19
Gambar 2. 6 Nilai Percepatan Respon Spektra Pada Koordinat Lokasi Bangunan
................................................................................................................................20
Gambar 3. 1 Logo Perusahaan ...............................................................................31
Gambar 3. 2 Peta Lokasi PT . BlueScope Buildings Indonesia. ...........................32
Gambar 3. 3 The BlueScope Safety Management System Structure. ....................34
Gambar 3. 4 Struktur Organisasi PT BlueScope Buildings Indonesia...................42
Gambar 4. 1 Flowchart Pekerjaan Konstruksi Baja dengan Konsep Pre
Engineering
Building……………………………………………………………………………..
.43
Gambar 4. 2 Denah Bangunan Dengan Konsep Pre Engineering Building...........45
Gambar 4. 3 Tampak 3 Dimensi bangunan............................................................45
Gambar 4. 4 Peta Kecepatan Angin untuk Wilayah Asia-Pasifik..........................48
Gambar 4. 5 Table Wind Speed untuk beberapa risk category ..............................49
Gambar 4. 6 Input koordinat lokasi bangunan pada situs web Puskim Kementerian
PU...........................................................................................................................52
Gambar 4. 7 Nilai percepatan respon spektra pada koordinat lokasi bangunan. ...53
Gambar 4. 8 Kolom 400/800x400x13x21..............................................................57
Gambar 4. 9 Balok profil 800/400x400x13x21 ..................................................58
Gambar 4. 10 Shearing Moment Diagram pada rangka utama. .............................58
Gambar 4. 11 Bending Moment Diagram pada rangka utama...............................58
Gambar 4. 12 Normal Force Diagram pada rangka utama. ...................................59
Gambar 4. 13 Kolom 800/400x400x13x21............................................................59
Gambar 4. 14 Balok 800/400~400x400x13x21 .....................................................85
Gambar 4. 15 Perencanaan Base Plate ...................................................................99
Gambar 4. 16 Perencanaan Sambungan Kolom-Balok ........................................105
Gambar 4. 17 Perencanaan Sambungan Balok-Balok .........................................108
Gambar 4. 18 CNC Cutting Machine (Sumber : atad.vn) ....................................111
Gambar 4. 19 CNC (6100 x 20) mm Shearing Machine (Sumber : atad.vn).......111
Gambar 4. 20 CNC (6100 x 16) mm Shearing Machine (Sumber : atad.vn).......112
Gambar 4. 21 Punching Machine (Sumber : atad.vn) ..........................................112
Gambar 4. 22 Drilling Machine (Sumber : atad.vn) ............................................113

xiii
Gambar 4. 23 Automatic Assembling and Welding Machine (Sumber : atad.vn)
..............................................................................................................................113
Gambar 4. 24 Automatic Assembling Machine (Sumber : atad.vn) ....................114
Gambar 4. 25 Automatic Welding Machine (Sumber : atad.vn) .........................114
Gambar 4. 26 Shot Blasting Machine (Sumber : atad.vn) ...................................115
Gambar 4. 27 Painting Machine (Sumber : atad.vn) ............................................116
Gambar 4. 28 Z Purlin Forming Machine (Sumber : atad.vn) .............................117
Gambar 4. 29 C Purlin Forming Machine (Sumber : atad.vn) .............................117
Gambar 4. 30 Kontainer 20 ft dan 40 ft (Sumber: Google.com) .........................118

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I .............................................................................. .............. 1

Surat Tugas Program Diploma Teknik Sipil SV UGM............................... 1.1


LAMPIRAN II ........................................................................................... 2
Lembar Konsultasi Magang ........................................................................ 2.1
LAMPIRAN III ......................................................................................... 3
Perhitungan Data Balok .............................................................................. 3.1
Perhitungan Balok Mayor Segmen 1 .......................................................... 3.2
Perhitungan Balok Mayor Segmen 2 .......................................................... 3.3
Perhitungan Balok Minor Segmen 1 ........................................................... 3.4
Perhitungan Balok Minor Segmen 2 ........................................................... 3.5
Perhitungan Data Kolom ............................................................................. 3.6
Perhitungan Kolom Mayor Segmen 1 ......................................................... 3.7
Perhitungan Kolom Mayor Segmen 2 ......................................................... 3.8
Perhitungan Kolom Minor Segmen 1.......................................................... 3.9
Perhitungan Kolom Minor Segmen 2.......................................................... 3.10
Perhitungan Perencanaan Base Plate .......................................................... 3.11
Perhitungan Sambungan Balok-Kolom ....................................................... 3.12
Perhitungan Sambungan Balok-Balok 3.13
LAMPIRAN IV ......................................................................................... 4
Gambar Denah Kolom ................................................................................ 4.1
Gambar Detail Base Plate ........................................................................... 4.2
Gambar Denah Balok .................................................................................. 4.3
Gambar Denah Purlin .................................................................................. 4.4
Gambar Potongan A-A ................................................................................ 4.5
Gambar Potongan B-B ................................................................................ 4.6
Gambar Tampak Atas .................................................................................. 4.7
Gambar Tampak Sisi A Dan B .................................................................... 4.8
Gambar Tampak Sisi C Dan D .................................................................... 4.9
Gambar Detail Potongan Sambungan ......................................................... 4.10

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sekarang ini berbanding


lurus dengan peningkatan pembangunan gedung serta prasarana lainnya yang
dapat memicu perusahaan-perusahaan pembangunan untuk bergerak diberbagai
bidang seperti gedung, jembatan, tower, dan bangunan gudang.

Baja menjadi satu diantara pilihan sebagai komponen struktur utama


dalam konstruksi bangunan. Baja sering menjadi pilihan sebab kelebihan yang
dimiliki dibanding komponen struktur yang lain, antara lain mempunyai
kekuatan yang tinggi, lebih tinggi kuat tariknya dan lebih tahan lama.

Belakangan ini, pembuatan baja mutu tinggi menjadi permasalahan


utama dimana baja sebagai material utama konstruksi dan kekuatannya dalam
menunjang konstruksi. Masalah ini tentu tidak lepas dari kebutuhan dan tuntutan
masyarakat atas fasilitas infrastruktur yang kian maju, seperti jembatan dengan
bentang panjang dan lebar, bangunan dengan bentang panjang dan jarak ruangan
yang lebar, dan fasilitas lain. Baja sangat cocok digunakan untuk bangunan
dimana membutuhkan bentang yang lebar dan panjang. Sebab, baja memiliki
kuat tarik yang tinggi. Baja yang digunakan untuk konstruksi struktur disebut
baja struktural.

Baja yang dikategorikan sebagai baja struktural adalah baja yang


digunakan sebagai bahan konstruksi untuk membuat bentuk baja struktural.
Bentuk baja struktural adalah profil, dengan mengikuti standar tertentu yang
dibentuk dengan penampang tertentu. Pada umumnya bentuk baja struktural,
baik dari ukuran, komposisi, kekuatan, praktik penyimpanan dan sebagainya,
sebagian besar diatur oleh standar dari negara-negara industri.

Baja sendiri memiliki konsep baja konvensional dan Pre Engineering


Building. Baja konvensional merupakan baja canai panas dengan bentuk profil

1
macam-macam seperti balok-I, balok-H dan lain-lain. Sedangkan Pre
Engineering Building sendiri hampir sama dengan baja konvensional, hanya saja
bentuknya berbeda dengan baja konvensional. Baja Pre Engineering Building
memiliki desain Taper. Taper frame sendiri adalah suatu profil baja yang
memiliki bentuk asimetris. Kemiringan tertentu pada profil baja taper ini
merupakan hasil dari pemotongan bagian badan profil, sehingga hasil potongan
tersebut memiliki luasan yang lebih besar di salah satu ujung profil..

Dalam perencanaan konstruksi baja, harus memilih material yang tepat


sehingga di dapatkan mutu yang kuat dan efisien dalam biaya. Maka dalam hal
ini penyusun akan membahas tentang baja Pre Engineering Building. Untuk itu
judul tugas akhir yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Analisa Konstruksi
Baja dengan Konsep Pre Engineering Building”.

1.2 Batasan Masalah

Pembangunan dengan material baja sangatlah fatal apabila pada saat


pembangunan tidak mengikuti sesuai prosedur yang ada. Pembangunan dengan
material baja harus benar-benar teliti pada saat perencanaan dan pemasangan.

Batasan masalah yang digunakan dalam laporan ini adalah sebagai


berikut :

a. Menentukan merencanakan profil, mutu dan dimensi rangka utama


dengan bentang 30 m.
b. Panduan perhitungan ketahanan gempa mengacu pada SNI 1727-
2013
c. Panduan perhitungan pembebanan mengacu pada SNI 1727-2013.
d. Panduan perhitungan desain struktur mengacu SNI 03-1729-2015.
e. Menganalisis struktur menggunakan bantuan aplikasi SAP2000 v14.

2
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas dapat diambil


permasalahan sebagai berikut :

a. Merencanakan bangunan dengan konsep Pre Engineering Building


b. Bagaimana penggunaan profil baja I-WF dengan bentang 30 m.

1.4 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan profil baja untuk bangunan dengan konsep Pre


Engineering Building.
b. Mengetahui profil baja yang paling efisien apabila digunakan untuk
konstruksi bangunan.

1.5 Manfaat

Laporan ini dibuat dengan harapan dapat memberi manfaat yang besar,
bukan hanya bagi penulis tetapi juga para pembaca dan masyarakat luas pada
umumnya, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menambah pengetahuan khususnya tentang Pre Engineering
Buildings
b. Dapat digunakan sebagai referensi dalam perencanaan profil baja
pada konstruksi bangunan yang serupa.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan magang disesuaikan dengan format yang ada


pada Buku Panduan Magang 2017, yang diterbitkan oleh Departemen Teknik Sipil
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Laporan ini disusun dalam enam bab
dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

3
BAB 1 : PENDAHULUAN

Pendahuluan memuat tentang latar belakang material utama baja dan


penggunaan Pre Engineering Buildings, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian mengenai teori struktur baja, Pre Engineering
Buildings, pembebanan dan desain struktur mengacu pada sni 1727-2013
dan SNI 1729-2015.

BAB III : MANAJEMEN PROYEK

Menguraikan sejarah singkat PT. BlueScope Buildings Indonesia,


gambaran secara umum bangunan yang dirancang oleh PT. BluScope
Buildings Indonesia, serta struktur organisasi PT. BlueScope Buildings
Indonesia.

BAB IV : PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang pembahasan perencanaan profil, pra-fabrikasi,


pengadaan material, pemasangan dan Analisa harga bangunan
menggunakan konsep Pre Engineering Buildings.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi penutup dari laporan tugas akhir, meliputi kesimpulan-
kesimpulan dan saran terhadap pembahasan yang telah dilakukan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konstruksi Baja

Material baja dikategorikan unggul jika ditinjau dari segi kekuatan,


kekakuan dan daktilitasnya. Jadi tidak mengherankan jika di setiap proyek-
proyek konstruksi bangunan (jembatan atau gedung) maka baja selalu
ditemukan, meskipun tentu saja volumenya tidak harus mendominasi.

Tinjauan dari segi kekuatan menjadi perihal utama ketika


merencanakan suatu bangunan gedung. Hal ini bertujuan untuk
menanggulangi terjadinya keruntuhan bangunan dimana membahayakan
para penghuni bangunan. Dalam penerapannya diperlukan perencanaan
kekuatan gedung yang relatif, dimana gedung tersebut dimungkinkan
mendapat beban lebih besar dari beban yang telah direncanakan.

Faktor kekuatan, kekakuan dan daktilitas sangat cocok dipakai


mengevaluasi struktur yang diberi pembebanan. Tetapi perlu diingat bahwa
selain kondisi tadi akan ada pengaruh lingkungan yang mempengaruhi
kelangsungan hidup struktur bangunannya. Jadi pada suatu kondisi tertentu,
suatu bangunan bahkan dapat mengalami kerusakan meskipun tanpa
diberikan beban sekalipun (belum berfungsi). Jadi ketahanan bahan material
konstruksi terhadap lingkungan sekitarnya adalah penting untuk diketahui
agar dapat diantisipasi baik.

2.2 Profil Baja Wide Flange

Wide Flange adalah profil baja struktural yang memiliki penampang


I atau H mirip dengan H-Beam tetapi dengan panjang sayap lebih panjang
daripada Panjang badan. Profil Wide Flange memiliki dimensi yang sama
dengan H-Beam dimana terdapat lebar sayap (B), tinggi badan (H), tebal
sayap (tf), dan tebal badan (tw).

5
2.3 Konsep Pre Engineering Buildings

Baja Pre Engineering Buildings adalah teknologi modern di mana


perancangan lengkap dilakukan di pabrik dan komponen bangunan dibawa
ke lokasi dan kemudian diperbaiki / disambungkan di lokasi menggunakan
sambungan baut dan diangkat dengan bantuan crane. Pre Engineering
Buildings yang dirancang secara efisien bisa lebih ringan dari bangunan baja
konvensional hingga 30%. Bobot yang lebih ringan setara dengan lebih
sedikit baja dan penghematan harga potensial dalam kerangka struktural.

Bangunan baja Pre Engineering Buildings dapat dilengkapi dengan


berbagai aksesori struktural termasuk lantai mezzanine, kanopi, fascias,
partisi interior, dan bangunan itu dibuat anti air dengan menggunakan
manik-manik mastik khusus, potongan filler dan penutup. Ini adalah sistem
bangunan yang sangat serbaguna dan dapat diselesaikan secara internal
untuk melayani setiap fungsi dan berhias eksternal untuk mencapai gaya
desain yang menarik dan unik. Hal ini sangat menguntungkan atas bangunan
konvensional dan benar-benar membantu dalam desain bangunan bertingkat
rendah.

Pre Engineering Buildings umumnya berupa bangunan bertingkat


rendah namun tinggi atap maksimum dapat naik ke 25 sampai 30 meter.
Bangunan bertingkat rendah ideal untuk kantor, rumah, ruang pameran, dan
pabrik dengan bentang yang panjang. Penerapan konsep Pre Engineering
Buildings untuk bangunan bertingkat rendah sangat ekonomis dan cepat.
Bangunan dapat dibangun dalam waktu kurang dari setengah waktu normal
terutama ketika dilengkapi dengan sub sistem direkayasa lainnya.

Baja Pre Engineering Buildings sekarang ini lebih banyak diminati


daripada baja konvensional untuk pembangunan industri karena
pembangunannya yang cepat. Pre Engineering Buildings didesain agar
dapat mereduksi biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan tanpa harus
mengesampingkan kualitas dan nilai mutunya.

6
Komponen utama dari Pre Engineering Buildings terdiri dari rangka
utama, balok dan kolom.

2.3.1 Kerangka utama baja

Kerangka utama pada dasarnya mencakup rangka


baja bangunan yang kaku. Rangka utama tersebut terdiri dari
balok dan kolom yang non prismatik. Sayap profil.

2.3.2 Kolom

Tujuan utama kolom adalah untuk memindahkan


beban vertikal ke fondasi. Di Pre Engineering Buildings
kolom terdiri dari bagian I yang paling ekonomis daripada
yang lain. Lebar dan lebarnya akan terus meningkat dari
bawah ke atas kolom.

2.3.3 Rafter (Balok)

Rafter adalah elemen struktur horizontal yang


mampu menahan beban terutama dengan cara dilenturkan.
Kekuatan lentur diinduksi ke bahan (material) balok akibat
dari beban eksternal (gaya-gaya luar), berat sendiri, rentang
dan reaksi eksternal beban ini disebut momen lentur.

2.4 Beban

Beban adalah faktor rekayasa terbesar ketika merancang elemen


struktural apa pun. Beban merupakan gaya luar yang bekerja pada suatu
struktur. Penentuan beban yang dibutuhkan pada bangunan merupakan
estimasi. Beban yang bekerja berpengaruh pada kekuatan bangunan,
penentuan dimensi profil dan hal dasra utama dalam perencanaan bangunan.
Beban pada suatu struktur yang sering diperhitungkan adalah sebagai
berikut :

7
2.4.1 Beban Mati

Beban mati adalah berat sendiri struktur tersebut. Beban mati


adalah beban permanen yang selalu ada. Beban mati tergantung pada
berat unit bahan. Berdasarkan SNI 1727-2013 beban mati
mencakup, berat sendiri balok, kolom, penutup atap, purlin dan
lainnya.

2.4.2 Beban Hidup

Beban hidup di lantai dan atap terdiri dari semua beban yang
sementara ditempatkan pada struktur, Misalnya, banyak orang,
perabot, mesin, dan lainnya. Beban hidup terus berubah dari waktu
ke waktu. Beban hidup juga disebut beban yang dibebankan. Berapa
beban hidup yang diizinkan telah dicantumkan dalam SNI
1727:2013 sebagai berikut ini.

8
Gambar 2. 1 Tabel Beban Hidup yang Diizinkan (Sumber: SNI 1727:2013)
2.4.3 Beban Hujan

Setiap bagian dari atap harus dirancang untuk menopang


beban air hujan yang akan menumpuk di atasnya jika sistem drainase
utama untuk bagian itu diblokir ditambah beban seragam yang
disebabkan oleh air yang naik di atas saluran masuk dari sistem
drainase sekunder pada aliran desainnya. Curah hujan desain harus
didasarkan pada curah hujan per jam 100 tahun atau pada tingkat
curah hujan lainnya yang ditentukan dari data cuaca lokal yang
disetujui.

9
Beban hujan dapat diperhitungkan berdasarkan persamaan sebagai
berikut :

R=0,0098(ds+ dh).......................................................................(2.1)

Keterangan
R = beban air hujan pada atap yang tidak melendut, N/mm2

ds = kedalaman air pada atap yang tidak melendut meningkat


ke lubang masuk sistem drainase sekunder apabila system drainase
perimer tertutup (tinggi statis), mm

dh = tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut di


atas lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran air rencana
(tinggi hidrolik), mm

2.4.4 Beban Angin

Gaya yang diberikan oleh komponen horizontal angin harus


dipertimbangkan dalam desain bangunan. Beban angin tergantung
pada kecepatan angin, bentuk dan ukuran bangunan. Beban angin
diasumsikan datang dari segala arah horizontal serta beban angin
dapat diperbesar jika catatan atau pengalaman menunjukan bahwa
kecepatan angin lebih tinggi daripada yang ditentukan. (SNI
1727:2013)
1. Menentukan parameter beban angin menurut Pasal 26
SNI 1727:2013 :
a) Kecepatan Angin Dasar (V), yang digunakan dalam
menentukan beban angin desain di bangunan gedung
dan struktur lain harus ditentukan dari Instansi yang
berwenang, sesuai dengan kategori risiko bangunan
gedung dan struktur.
Angin harus diasumsikan datang dari segala arah
horizontal.Kecepatan angin dasar harus diperbesar
jika catatan atau pengalaman menunjukkan bahwa

10
kecepatan angin lebih tinggi daripada yang
ditentukan.

Gambar 2. 2 Peta Kecepatan Angin untuk Wilayah Asia-Pasifik (Sumber: HB


212-2002)

11
Gambar 2. 3 Tabel Wind Speed untuk Beberapa Risk Category (Sumber:
ryanrakhmats.wordpress.com)

b) Faktor Arah Angin (Kd), telah ditentukan


berdasarkan SNI 1727: pasal 26.6. Beberapa faktor
arah angin ditampilkan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2. 1 Kekasaran Permukaan

Faktor Arah Angin


Tipe Struktur
Kd*
Bangunan Gedung
Sistem Penahan Beban Angin Utama 0,85
Komponen dan KladingBangunan
0,85
Gedung
Atap Lengkung 0,85
Cerobong asap, Tangki, dan Struktur yang
sama
Segi empat 0,90
Segi enam 0,95
Bundar 0,95
Penampang lainnya 0,95
(Sumber : SNI 1727:2013)

12
c) Kategori Eksposur, ditentukan untuk setiap arah
angin yang diperhitungkan, eksposur lawan angin
didasarkan pada kekasaran permukaan tanah yang
ditentukan dari topografi alam,vegetasi, dan fasilitas
dibangun. Kategori eksposur ditampilkan pada Tabel
2.2 dibawah ini.

Tabel 2. 2 Kekasaran Permukaan

Kategori Daerah
kekasaran
Daerah perkotaan dan pinggir kota, daerah berhutan
B
atau daerah lain dengan penghalang berjarak dekat
yang banyak memiliki ukuran dari tempat tinggal
keluarga-tunggal atau lebih besar.
Dataran terbuka dengan penghalang tersebar yang
C
memiliki tinggi umumnya kurang dari 30 ft(9,1m).
Kategori ini mencakup daerah terbuka datar dan
padang rumput.
Area datar, area tidak terhalang dan permukaan air.
D
Kategori ini berisi lumpur halus, padang garam, dan
es tak terputus.
(Sumber : SNI 1727:2013)

d) Faktor topografi (Kzt), digunakan dalam menentukan


efek peningkatan kecepatan angin harus dimasukkan
dalam perhitungan beban angin. Jika kondisi situs
dan lokasi gedung dan struktur bangunan lain tidak
memenuhi semua kondisi yang disyaratkan dalam
Pasal 26.8.1, maka Kzt = 1,0.

13
e) Faktor Efek Tiupan Angin (G), untuk suatu bangunan
gedung dan struktur lain yang kaku boleh diambil
sebesar 0,85.
f) Klasifikasi Ketertutupan, untuk menentukan
klasifikasi ketertutupan ditentukan dari banyaknya
bukaan pada pembungkus bangunan gedung yang
harus dibuat.
g) Koefisien Tekanan Internal (GCpi), Untuk
menentukan koefisien tekanan internal, semua
bangunan gedung harus diklasifikasikan sebagai
bangunan tertutup, tertutup sebagian, atau terbuka
seperti dijelaskan dalam Pasal 26.2. Berikut Tabel
2.3 klasifikasi ketertutupan.

Tabel 2. 3 Koefisien Tekanan Internal (GCpi)

Klasifikasi Ketertutupan (GCpi)


Bangunan gedung terbuka 0,00
+ 0,55
Bangunan gedung tertutup sebagian
- 0,55
+ 0,18
Bangunan gedung tertutup
- 0,18
(Sumber : SNI 1727:2013)

2. Menentukan koefisien eksposur tekanan velositas, Kz


atau Kh
Koefisien eksposur tekanan velositas telah
ditentukan dalam SNI 1727:2013. Adapun telah
dilampirkan pada Tabel 2.4 berikut ini.

14
Tabel 2. 4 Koefisien Eksposur Tekanan Velositas

Tinggi di atas level


Eksposur
tanah, z
ft (m) B C D
0-15 (0-4,6) 0,57 0,85 1,03
20 (6,1) 0,62 0,90 1,08
25 (7,6) 0,66 0,94 1,12
30 (9,1) 0,70 0,98 1,16
40 (12,2) 0,76 1,04 1,22
50 (15,2) 0,81 1,09 1,27
60 (18) 0,85 1,13 1,31
70 (21,3) 0,89 1,17 1,34
(Sumber : SNI 1727:2013)

3. Tekanan velositas q, atau qh


Tekanan velositas dihitung menggunakan
Persamaan 27.3-1 pada ketinggian z. Adapun Persamaan
27.3-1 sebagai berikut :

Dalam SI:

qz= 0,613KzKztKdV2 (N/m2); V dalam m/s……...(2.2)

Keterangan

Kd = faktor arah angin, lihat Pasal 26.6

Kz = koefisien eksposur tekanan velositas,

lihat Pasal 27.3.1

Kzt = faktor topografi tertentu, lihat Pasal 26.8.2

V = kecepatan angin dasar, lihat Pasal 26.5

15
qz = tekanan velositas dihitung menggunakan

Persamaan 2.2

qh = tekanan velositas dihitung menggunakan

Persamaan 2.2 pada ketinggian atap rata-rata h.

4. Mentukan koefisien tekanan eksternal, Cp


Koefisien tekanan eksternal ditentukan
berdasarkan gambar pada SNI 1727:2013 Pasal 27.4-1.

(Sumber : SNI 1727:2013)

Gambar 2. 4 Tabel Koefisien Tekanan Eksternal Cp

5. Tekanan angin (p), tekanan angin desain untuk SPBAU


bangunan gedung dari semua ketinggian harus
ditentukan dengan persamaan berikut.
p = qGCp – qi(GCpi) (N/m2)………………………………..………(2.3)

Keterangan
q = qz untuk dinding di sisi angin datang yang diukur pada
ketinggian z di atas permukaan tanah
q = qh untuk dinding di sisi angin pergi, dinding samping, dan

16
atap yang diukur pada ketinggian h
G = faktor efek-tiupan angin, lihat sub sub-bab II.4.d poin 1.e
Cp = koefisien tekanan eksternal dari Gambar 2.4 (hal.15)
(GCpi) = koefisien tekanan internal dari Tabel 5.3 (hal. 13)

2.4.5 Beban Gempa

Beban gempa ditentukan tergantung pada lokasi di mana


bangunan itu didirikan. Berikut parameter-parameter untuk
merencanakan beban gempa yang tercantum pada SNI 1726:2012.

1. Menetapkan kategori risiko bangunan


Kategori risiko bangunan ditentukan berkaitan dengan tingkat risiko
yang diizinkan pada perencanaan bangunan sesuai kegunaan bangunan
tersebut. Penentuan dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut.

17
Tabel 2. 5 Kategori Risiko Bangunan

(Sumber : SNI 1726:2012)

18
2. Menentukan faktor keutamaan gempa
Nilai diperoleh berdasar kategori risiko bangunan seperti pada Tabel 2.6
berikut.

Tabel 2. 6 Faktor Keutamaan Gempa

(Sumber : SNI 1726:2012)

3. Menentukan parameter percepatan gempa.


Parameter Ss merupakan percepatan batuan dasar pada perioda pendek
dan S1 merupakan percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik. Dimana
harus ditetapkan masing-masing dari respons spectral percepatan 0,2
detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik. penentuan parameter
percepatan gempa dapat peroleh dengan menggunakan aplikasi dari
Desain Spektra Indonesia pada situs resmi puskim.pu.go.id.

Gambar 2. 5 Input koordinat lokasi bangunan pada situs web Puskim Kementerian
PU

19
Gambar 2. 6 Nilai Percepatan Respon Spektra Pada Koordinat Lokasi Bangunan

4. Menentukan kelas situs tanah.


Kelas situs tanah diperoleh dari hasil penelitian terdahulu atau melalui
Tes CPT pada tanah dimana bangunan akan didirikan.

5. Menentukan koefisien situs


Koefisien situs telah dicantumkan dalam SNI 1726:2012. Nilai Fa dan
Fv dapat diperoleh dari hasil interpolasi linier dari nilai pada taber
tersebut. Berikut Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 tentang koefisien situs.

Tabel 2. 7 Koefisien situs, Fa

(Sumber : SNI 1726:2012)

20
Tabel 2. 8 Koefisien situs, Fv

(Sumber : SNI 1726:2012)

6. Menghitung parameter percepatan spektral desain.


Parameter percepatan spectral desain dapat diperoleh dengan persamaan
berikut ini.
SDS = SMS ……………………….……………………………………….(2.4)

SD1 = SM1...……………………………………………………………….(2.5)

SMS = Fa x SS.……………………………………………………………….(2.6)
SM1 = Fv x S1..……………………………………………………………….(2.7)

Keterangan
SDS = parameter respon spektral percepatan desain pada perioda pendek.
SD1 = parameter respon spektral percepatan desain pada perioda 1 detik.
SMS = parameter spektrum respon percepatan pada perioda pendek.
SM1 = parameter spektrum respon percepatan pada perioda 1 detik.
Ss = percepatan batuan dasar pada perioda pendek.
S1 = percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik.
Fa = koefisien situs, lihat Tabel 2.7 (hal.18)
Fv = koefisien situs, lihat Tabel 2.8 (hal.19)

21
7. Menentukan kategori desain seismik.
Kategori desain seismik telah dicantumkan pada SNI 1726:2012 Pasal
Pasal 6.5. Berikut Tabel 2.9 tentang kategori desain seismik.

Tabel 2. 9 Kategori Desain Seismik.

(Sumber : SNI 1726:2012)

8. Menentukan nilai batas Sa sesuai periodenya, T, dan memplotkannya ke


dalam grafik.
Sa diperoleh dari persamaan berikut ini :

Untuk perioda yang lebih kecil dari T0 harusl diambil dari persamaan;

Sa = SDS 0,4 + 0,6 ……………………………………………………(2.8)

Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts , spektrum respon percepatan desain Sa sama dengan
SDS.

Untuk perioda lebih besar dari Ts , spektrum respon percepatan desain Sa


diambil dari persamaan;
Sa = ……………………………………………………………...(2.9)

Keterangan
SDS = parameter respon spektral percepatan desain pada perioda pendek.
SD1 = parameter respon spektral percepatan desain pada perioda 1 detik.
T = perioda getar fundamental struktur.
T0 = 0,2

22
Ts =

9. Menentukan Parameter Sistem Struktur


Parameter Sistem Struktur telah tersedia pada SNI 1726:2012 Pasal 7.2.2,
berikut lampiran Tabel 2.10.

Tabel 2. 10 Parameter Sistem Struktur

(Sumber : SNI 1726:2012)

2.5 Persyaratan Perencanaan

2.5.1 Persyaratan Umum

Perencanaan dari elemen struktur dan sambungan mesti selaras


dengan karakter yang dimaksud dari rangka utama dan perkiraan
dalam analisis struktur. Apabila pemerintah memberi peraturan
mengenai bangunan gedung, maka sewajibnya mengikuti peraturan
pembangunan yang telah disediakan oleh pemerintah. Kekuatan
akan stabilitas dan beban lateral dapat diperoleh dari penggunaan
masing-masing kombinasi sambungan dan kombinasi elemen
struktur.

23
2.5.2 Kombinasi Beban

Pembebanan dan kombinasi pembebanan diwajibkan mengacu pada


peraturan pembangunan gedung yang diatur oleh pemerintah.
Kombinasi pembebanan yang akan digunakan dalam perencanaan
bangunan gedung kali ini mengacu pada Desain Faktor Beban dan
Kekuatan (DFBK).
Kombinasi pembebanan diantaranya :
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L + 0,2S
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0 E

2.5.3 Desain Kekuatan Berdasarkan Desain Faktor Beban dan


Ketahanan (DFBK)

Desain yang sesuai dengan ketentuan untuk desain faktor beban dan
ketahanan (DFBK) memenuhi persyaratan spesifikasi ini bila
kekuatan desain setiap komponen strulktural yang sama atau
melebihi kekuatan perlu yang ditentukan berdasarkan kombinasi
beban DFBK.
Desain harus mengacu pada persamaan ;
𝑅𝑢 ≤ 𝑅𝑛…………………………………………………..(2.10)

Keterangan:
Ru = kekuatan perlu menggunakan kombinasi beban DFBK
Rn = kekuatan nominal,
ɸ = faktor ketahanan
ɸ Rn = kekuatan desain

24
2.5.4 Perancangan Kolom Berdasarkan Bab E SNI 1729:2015

Penerapan Bab E SNI 1729:2015 ditujukan untuk komponen


struktur yang menahan tekan aksial melalui sumbu sentriodal.

Tabel 2. 11 Pemilihan untuk Penggunaan Bab E SNI 1729:2015

25
1) Pasal E3. Tekuk Lentur Dari Komponen Struktur Tanpa Elemen
Langsing
Pasal ini diterapkan untuk komponen struktur tekan elemen non
langsing seperti dijelaskan dalam Tabel 2.11 untuk elemen dalam tekan
merata.

Catatan: Bila panjang tanpa breising torsional adalah lebih besar dari
panjang tanpa dibreising lateral, Pasal E4 boleh mengontrol desain dari
sayap lebar dan kolom-kolom berbentuk serupa.

Kekuatan tekan nominal Pn , harus ditentukan berdasarkan keadaan


batas dari tekuk lentur.

2) Pasal E4. Tekuk Torsi Dan Tekuk Torsi-Lentur Dari Komponen


Struktur Tanpa Elemen Langsing

Pasal ini diterapkan untuk komponen struktur simetris tunggal dan


asimetris, dan komponen struktur simetris ganda tertentu, misalnya
kolom cruciform atau kolom tersusun tanpa elemen langsing. Sebagai
tambahan, pasal ini diterapkan untuk semua komponen struktur simetris
ganda tanpa elemen langsing bila panjang tanpa breising torsi melebihi
panjang tanpa breising lateral. Ketentuan ini diperlukan untuk siku
tunggal dengan b/t > 20.

Kekuatan tekan nominal, Pn , harus ditentukan berdasarkan pada


keadaan batas dari tekuk torsi dan tekuk torsi-lentur.

3) Pasal F2. Komponen Struktur Profil I Kompak Simetris Ganda Dan


Kanal Melengkung Di Sumbu Major

Pasal ini diterapkan untuk komponen struktur profil I simetris ganda


dan kanal melentur di sumbu major, memiliki badan kompak dan sayap
kompak untuk lentur.

26
Kekuatan lentur nominal, Mn , harus nilai terendah yang diperoleh
sesuai dengan keadaan batas dari leleh (momen plastis) dan tekuk torsi-
lateral.

4) Pasal F6. Komponen Struktur Profil I Dan Kanal Melengkung Di


Sumbu Minornya

Pasal ini diterapkan untuk komponen struktur profil I dan kanal yang
melengkung di sumbu minornya.

Kekuatan lentur nominal, Mn , harus nilai terendah yang diperoleh


sesuai dengan keadaan batas dari leleh (momen plastis) dan tekuk lokal
sayap.

2.5.5 Perancangan Balok Berdasarkan Bab F SNI 1729:2015


Bab ini diterapkan untuk komponen struktur yang menahan lentur sederhana
di satu sumbu utama. Untuk lentur sederhana, komponen struktur dibebani
di suatu bidang paralel terhadap sumbu utama yang melewati pusat geser
atau yang ditahan terhadap puntir di titik-titik beban dan penumpu.

Tabel 2. 12 Pemilihan untuk Penggunaan Bab E SNI 1729:2015


Pasal
Penampang Kelangsingan Kelangsingan Keadaan
dalam
Melintang Sayap Badan Batas
Bab F

F2 C C Y, LTB

F3 NC, S C LTB, FLB

27
Y,
LTB,
F4 C, NC, S C, NC
FLB,
TFY

Y,
LTB,
F5 C, NC, S S
FLB,
TFY

F6 C, NC, S N/A Y, FLB

Y, FLB,
F7 C, NC, S C, NC
WLB

F8 N/A N/A Y, LB

Y = pelelehan, LTB = tekuk torsi-lateral, FLB = tekuk lokal sayap, WLB = tekuk
lokal badan, TFY = pelelehan sayap tarik, LLB = tekuk lokal kaki, LB = tekuk lokal,
C = kompak, NC = nonkompak, S = langsing

1) Pasal F2. Komponen Struktur Profil I Kompak Simetris Ganda Dan


Kanal Melengkung Di Sumbu Major

Pasal ini diterapkan untuk komponen struktur profil I simetris ganda


dan kanal melentur di sumbu major, memiliki badan kompak dan sayap
kompak untuk lentur.

28
Kekuatan lentur nominal, Mn , harus nilai terendah yang diperoleh
sesuai dengan keadaan batas dari leleh (momen plastis) dan tekuk torsi-
lateral.

2) Pasal F6. Komponen Struktur Profil I Dan Kanal Melengkung Di


Sumbu Minornya

Pasal ini diterapkan untuk komponen struktur profil I dan kanal yang
melengkung di sumbu minornya.

Kekuatan lentur nominal, Mn , harus nilai terendah yang diperoleh


sesuai dengan keadaan batas dari leleh (momen plastis) dan tekuk lokal
sayap.

2.5.6 Perancangan Base Plate Berdasarkan SNI 1729:2015


Bangunan struktur baja pada umumnya mengandalkan struktur beton untuk
bagian pondasi. Untuk menghubungan antara bangunan struktur baja dan
struktur beton memerlukan pelat sambung, yaitu Base plate. Base plate
sendiri pada prinsipnya digunakan untuk mentransfer gaya ataupu momen
yang bekerja pada struktur baja yang relatif lebih kuat pada struktur struktur
beton dimana lebih lemah tanpa harus menimbulkan kerusakan bangunan.
Base plate pada umumnya berupa pelat landasan dan angkur baut. Dimana
pelat landasan dihubungkan pada kolom baja menggunakan las.

29
BAB III
MANAJEMEN/ORGANISASI INSTANSI/PROYEK

3.1 Latar Belakang Instansi

Di era modern ini, pertumbuhan penduduk pun kian hari kian


meningkat pertumbuhannya. Hal ini menyebabkan berkurangnya
ketersediaan lahan untuk menanam kayu sebagai bahan konstruksi. Karena
kian hari penduduk kian konsumtif, maka para produsen baja pun ikut andil
dalam ketersediaan bahan konstruksi.

Sebagai negara berkembang, sektor pembangunan di Indonesia


mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
Karenanya, pembangunan menjadi salah satu prioritas utama bagi
pemerintah Indonesia. Faktor pendukung yang sangat menentukan sektor
pembangunan adalah ketersediaan bahan bangunan yang berkualitas,
murah, efisien dan kuat dimana dapat mencukupi kebutuhan konstruksi di
Indonesia.

Sebagai produsen baja dan buildings consultant baja di Indonesia,


PT. BlueScope Buildings Indonesia menjawab tantangan tersebut dengan
meningkatkan kegiatan riset, serta melakukan pengembangan, baik
pengembangan untuk mendukung peningkatan kapasitas pembangunan
yang sudah ada, maupun menambah variasi desain dalam konstruksi di
Indonesia. Upaya–upaya tersebut terus dilakukan dalam rangka
meningkatkan peran PT. BlueScope Buildings Indonesia untuk lebih
dikenal di masyarakat dan dapat membantu mengatasi permasalahan
konstruksi di Indonesia.

30
3.2 Profil Perusahaan

PT. BlueScope Buildings Indonesia merupakan salah satu


perusahaan yang bergerak di bidang konsultan sekaligus produsen baja di
Indonesia.. Mengenai logo seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Logo Perusahaan


(Sumber: Google, http://www.bluescopebuildings.com) ) [diakses pada 20 April
2017].

Nama perusahaan : PT. BlueScope Buildings Indonesia

Alamat perusahaan : Alamanda Tower, 19th Floor

Jl. TB Simatupang, Kav 23-24

Cilandak Barat, Jakarta Selatan

Telepon : (62-21) 2966 0280

Fax : (62-21) 2966 0281

Website : http://www.bluescopebuildingsasean.com

31
3.3 Sekilas Perusahaan

PT. BlueScope Buildings Indonesia merupakan perusahan yang


bekerja satu payung dengan PT. NS BlueScope Steel Indonesia dan PT. NS
BlueScope Lysaght Indonesia. PT. BlueScope Buildings Indonesia dahulu
menjadi satu dengan PT. NS BlueScope Lysaght Indonesia, dimana berdiri
sejak tahun 1973. Namun pada tahun 2003 PT. BlueScope Buildings
Indonesia memutuskan untuk berdiri sendiri di Jakarta dan tergabung dalam
BlueScope Buildings Asean.

Seiring dengan berkembangnya zaman, serta perkembangan


perekonomian nasional dan global, PT. BlueScope Buildings Indonesia
mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu solusi
dalam pembangunan bematerial baja dimana struktur korporasinya dibawah
PT. NS BlueScope Lysaght Indonesia.

Gambar 3. 2 Peta Lokasi PT . BlueScope Buildings Indonesia.


(Sumber: https://www.google.co.id/maps) [diakses pada 20 April 2017].

32
3.4 Visi dan Misi Perusahaan

Visi
a. Perintis kami yang unik dibuat khusus system rekayasa.
b. Kompatibel dengan perangkat lunak pemodelan informasi bangunan
utama.
c. Memvisualisasikan detail, menghilangkan kelebihan dan dugaan
pekerjaan di lokasi konstruksi akhir.
d. Fokus pada desain struktur yang optimal.

3.5 Tata Nilai Perusahaan

a. Keamanan :
Komitmen kami terhadap Keselamatan akan menjadi tolok
ukur di Industri
b. Kepercayaan:
Kepercayaan akan menjadi dasar dalam kualitas produk dan
layanan kami dan juga komitmen pengiriman kami
c. Harga diri manusia :
Kami akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di
antara semua pemangku kepentingan
d. Keunggulan :
Kami akan berusaha untuk selalu mencapai standar tertinggi di
seluruh rantai nilai kami.

3.6 Manajemen K3 PT BlueScope Buildings Indonesia

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi aspek yang sangat


penting dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja di PT.
BlueScope Buildings Indonesia, agar tercipta lingkungan kerja yang aman, sehat
dan berbudaya K3. Sejak dahulu telah di budayakan untuk selalu mementingkan
keselamatan dan kesehatan kerja K3. Dengan profil jumlah pekerja sekitar 40
orang, perusahaan ini memiliki pedoman K3 sendiri yang biasa disebut

33
“Occupational Health and Safety Management System and Standard” yang
mendapat dukungan penuh dari manajemen puncak ini menjadi program prioritas
perusahaan. “OH & S Management System and Standard” dibuat dalam bentuk
piramida dimana penjabarannya sebagai berikut :

a. Our Bond
b. BlueScope Safety Beliefs
c. BlueScope HSEC Policy
d. BlueScope OHS Management Standards
e. Company – Wide Procedures and OHS Codes of Practice
f. Operational OHS Procedures

Gambar 3. 3 The BlueScope Safety Management System Structure.


(Sumber: https://www.bluescopesteel.com.au/) [diakses pada 20 April 2017]

34
3.6.1 Our Bond

Kami dan pelanggan kami mereka membawa


inspirasi, kekuatan dan warna untuk masyarakat dengan
BlueScope.

1) Pelanggan Kami Adalah Mitra Kami.


Kesuksesan kami tergantung pada pelanggan dan
pemasok yang memilih kami. Kekuatan kami terletak
pada bekerja sama dengan mereka untuk menciptakan
nilai dan kepercayaan, bersama dengan produk, layanan
dan gagasan unggulan.

2) Rakyat Kita adalah Kekuatan Kita.


Kesuksesan kami berasal dari orang-orang kami.
Kami bekerja di lingkungan yang aman dan memuaskan.
Kami memilih untuk memperlakukan satu sama lain
dengan kepercayaan dan rasa hormat dan menjaga
keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga.
Pengalaman kami, kerja sama tim dan kemampuan untuk
memberikan solusi terinspirasi baja adalah kekuatan
kami yang paling dihargai dan dihargai.

3) Pemegang Saham Kami Adalah Yayasan Kami.


Kesuksesan kami dimungkinkan oleh para
pemegang saham dan pemberi pinjaman yang memilih
untuk berinvestasi di dalam diri kami. Sebagai gantinya,
kami berkomitmen untuk terus profitabilitas dan
pertumbuhan nilai, yang bersama-sama membuat kita
semua lebih kuat.

35
4) Komunitas kami adalah rumah kami.
Kesuksesan kami bergantung pada masyarakat
yang mendukung bisnis dan produk kami. Pada
gilirannya, kita peduli terhadap lingkungan, menciptakan
kekayaan, menghargai nilai-nilai lokal dan mendorong
keterlibatan. Kekuatan kita dalam memilih melakukan
apa yang benar.

3.6.2 BlueScope Safety Beliefs

1) Bekerja dengan aman adalah persyaratan kepegawaian.


2) Keterlibatan karyawan adalah sangat penting
3) Management bertanggungjawab terhadap kinerja
keselamatan
4) Semua cidera kerja dapat dicegah
5) Pelatihan pada karyawan untuk bekerja dengan aman
adalah sangat penting.
6) Semua bahaya atau resiko kerja yang terpapar dapat
dilindungi dengan aman.

3.6.3 BlueScope HSEC Policy

Untuk memenuhi komitmen HSEC kami, kami akan:

1) Jelas mendefinisikan tanggung jawab dan akuntabilitas.


2) Tetapkan sasaran dan sasaran yang terukur
3) Gunakan keahlian internal dan eksternal sesuai
kebutuhan
4) Secara teratur memantau dan melaporkan secara terbuka
kemajuan kami. Mengembangkan, menerapkan dan
memelihara standar dan sistem manajemen. Mematuhi

36
persyaratan hukum, standar industri yang relevan, dan
maksud dari kebijakan ini
5) Mengidentifikasi, menilai dan mengelola risiko HSEC
kami
Berikan pelatihan HSEC yang sesuai untuk semua
karyawan kami
6) Diseminasi informasi HSEC kepada karyawan,
kontraktor dan pengunjung kami di tempat kerja kami
7) Berkonsultasi dan melibatkan pemangku kepentingan
kami untuk memfasilitasi tanggung jawab bersama untuk
memenuhi tujuan kebijakan HSEC kami.

3.6.4 BlueScope OHS Management Standards

1) Standard 1 : leadership and accountability


2) Standard 2 : Legal compliance
3) Standard 3 : Risk management
4) Standard 4 : Fit for work
5) Standard 5 : Training and competency
6) Standard 6 : Engagement, consulation, and
communication
7) Standard 7 : Document control, records management
8) Standard 8 : Materials and contractor management
9) Standard 9 : Project management
10) Standard 10 : Process, plant, and equipment integrity
11) Standard 11 : Emergency preparedness and response
12) Standard 12 : Incident management
13) Standard 13 : Preventive and corrective action
14) Standard 14 : Measurement and verification

37
3.6.5 Company – Wide Procedures and OHS Codes of
Practice

1) Selaras dengan 14 Standar SMS


2) Aplikasi perusahaan-lebar
3) Termasuk kode etik pada risiko daerah tertentu :
- Coil & Sheet Storage & Handling
- Keselamatan Truk Forklift
- Keamanan Crane
- Beban pengekangan
-Internal Road Safety

3.6.6 Operational OHS Procedures

Prosedur K3 Operasional:

1) Dikembangkan oleh bisnis atau situs


2) Alignment dibutuhkan dengan semua elemen sistem
lainnya
3) Khusus untuk unit bisnis dan / atau situs.
4)

3.7 Direksi Perusahaan

PT BlueScope Buildings Indonesia memiliki tujuh direktur yang


bertanggung jawab dibidangnya masing – masing seperti dibawah ini:

a. Tugiman Warisman sebagai Direktur Utama

Meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari Universitas Katholik


Parahyangan pada tahun 1994.

Mengawali kariernya di PT. BlueScope Buildings Indonesia


mulai Juli 2014 sebagai General Manager Sales hingga bulan Juni 2016.
Sebulan setelah itu, beliau diangkat sebagai President Director di PT.
BlueScope Buildings Indonesia. Sebelum berada di PT. BlueScope

38
Indonesia, beliau pernah menjabat sebagai Chief Representative di Zamil
Steel Buildings Vietnam Co.Ltd pada Juni 2001 hingga Mei 2014. Juga
pernah menjabat sebagai Technical Director di PT. Jatim Mustika
Nusantara pada April 1999 hingga Maret 2001. Dan di perusahaan yang
sama beliau pernah menjabat sebagai Project Manager pada April 1997
hingga Maret 1999.

b. Sani Adipura Winata sebagai Senior Sales Manager

Meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari Universitas Katholik


Parahyangan pada tahun 2006.

Mengawali kariernya di PT. BlueScope Buildings Indonesia


mulai Desember 2011. Sebelum menjabat Senior Sales Manager PT.
BlueScope Buildings Indonesia, beliau pernah menjabat sebagai Lead
Engineer di Steel Fab. Qatar Co.Ltd pada November 2008 hingga
November 2011. Dan juga pernah menjabat sebagai Wakil Project Manager
di PT. Gharmapala Putra Utama pada Mei 2008 hingga Oktober 2008. Juga
pernah menjabat sebagai Design Engineer di Tower Master Corporation
Malaysia pada November 2006 hingga Maret 2008. Di posisi yang sama
beliau pernah menjabat di PT. Sinar Mutiara Rebon Enterprise pada
November 2003 hingga 2006. Dan ia mengawali kariernya sebagai
Geotechnical Engineer di PT. JHS Pilling System Indonesia pada Mei 2002
hingga September 2003.

c. Marshelius Theo Brajak sebagai Engineering Manager

Meraih gelar Sarjana Teknik Sipil melalui program double


degree dari Universitas Diponegoro Semarang dan Saxion
University Belanda pada tahun 2007.

Menyelesaikan Pasca Sarjana dengan gelar Master of Engineering


dengan konsentrasi Structural Engineering di Delft University of
Technology Belanda, dan sebelumnya pernah mengikuti Engineering
profesional Training di Universitas Malaysia.

39
Mengawali kariernya di Technip Stone & Webster Process
Technology Zeotermeer Belanda sebagai Structural Engineer mulai
November 2013 hingga Februari 2014, dan di posisi yang sama beliau juga
bekerja di Technip FMC Rotterdam Belanda pada Juli 2011 hingga
November 2014. Dan pada Desember 2015 hingga Oktober 2016 beliau
menjabat sebagai Project Structural Engineer di KCI the Engineers B.V
Schiedam Belanda. Pada Februari 2016 hingga Oktober 2016 beliau
menjabat sebagai Lead Project Engineer Dubai-Eye di KCI-Hyundai
Engineering Saudi Arabia. Dan menjabat sebagai Engineering Manager di
PT. BlueScope Indonesia mulai dari Oktober 2016.

d. Bambang Krisna sebagai Supply Chain Manager

Meraih gelar Sarjana Teknik Mesin dan Metalurgi di Institut Sains dan
Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta. Beliau sebelumnya juga pernah
menempuh program Diploma-2 (D-II) jurusan Bahasa dan Sastra
Jepang.

Beliau memulai kariernya sebagai Procurement Manager di Cabot


Indonesia sejak Agustus 1994 hingga Desember 2004. Sejak Juli 2004 hingga
Februari 2010 beliau juga menjabat sebagai Procurement Manager di PT. NS
BlueScope Indonesia. Dan beliau diangkat sebagai Supply Chain Manager di PT.
BlueScope Buildings Indonesia sejak Maret 2010.

e. Vinthatozy Nurinadara sebagai Legal Counsel Manager

Meraih gelar Bachelor of International Law dari Universitas


Padjajaran pada tahun 2005. Gelar Master for Notary dari
Universitas Indonesia pada tahun 2008 dan Gelar Master of Business
Law dari Universitas Padjajaran pada tahun 2009.

Mengawali kariernya di Hermawan Juniarto Associate


Law pada tahun 2006 hingga 2009. Kemudian pada tahun 2009
hingga 2013 ia menjabat sebagai Legal Specialist di Medco Group
Jakarta. Dan pada tahun 2013 ia menjabat sebagai Legal Counsel
Manager di PT. BlueScope Indonesia.

40
3.8 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur Organisasi dalam suatu instansi atau perusahaan sangat


berpengaruh dalam kemajuan perusahaan. Struktur organisasi berfungsi
untuk memudahkan pengotrolan pekerjaan dalam proses mencapai tujuan
perusahaan.

Dalam Struktur Organisasi PT BlueScope Buildings Indonesia


mempunyai tujuh direksi yang berperan penting dalam mencapai tata nilai
perusahaan, diantaranya sebagai berikut: General Manager, Sales
Manager, Commercial Manager, Engineering Manager, Supply Chain
Manager, Legal Counsel Manager, dan Project Management. Struktur
Organisasi Perusahaan dapat dilihat pada Gambar 3.

41
Gambar 3. 4 Struktur Organisasi PT BlueScope Buildings Indonesia.
(Sumber: Ruth Christyanti Budiman :2017

42
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Konstruksi Baja Menggunakan konsep Pre Engineering Building

Berikut ini adalah gambar flowchart tahapan pekerjaan konstruksi


baja konsep Pre Engineering Building.

Mulai

Perencanaan

Pekerjaan Pra-fabrikasi

Pengadaan Material

Erection

Selesai

Gambar 4. 1 Flowchart Pekerjaan Konstruksi Baja dengan Konsep Pre


Engineering Building.

4.1.1 Perencanaan

Sebelum dilaksanakan pekerjaan konstruksi baja


menggunakan konsep Pre Engineering Building, diperlukan
perencanaan terlebih dahulu. Ada pun pekerjaan perencanaan
meliputi:
1) Membuat gambar kerja (desain dan detail) sebagai
panduan dalam pelaksanaan perencanaan

43
pembangunan konstruksi guna mendapatkan volume
dan harga material baja menggunakan konsep Pre
Engineering Building.
2) Melakukan perhitungan yang akurat guna
mendapatkan kekuatan yang optimal dengan harga
yang efisien. Setelah didapatkan profil dan mutu
yang diinginkan, berlanjut ke tahap pekerjaan pra-
fabrikasi.
1. Data Perencanaan :
Spesifikasi Bangunan

1) Fungsi Bangunan : Gudang Ringan


2) Luas Bangunan : 1080 m2
3) Jumlah Lantai : 1 lantai
4) Penutup Atap : Lysaght Kliplok
406®
5) Kemiringan Atap (α) : 5º
6) Jarak Antar Kolom :6m
7) Tinggi Kolom :6m
8) Lebar Bangunan (Span) : 30 m
9) Panjang bangunan : 36 m
10) Bentuk Portal : Clear span
11) Tumpuan : Sendi
12) Daerah : Jl. Cangkringan,
Sleman, Yogyakarta

44
Gambar 4. 2 Denah Bangunan Dengan Konsep Pre Engineering Building

Gambar 4. 3 Tampak 3 Dimensi bangunan

45
2. Spesifikasi Bahan

Mutu Baja Profil : BJ37


3. Spesifikasi Baja Profil

1) Kolom : 400/800x400x13x21
2) Balok : 800/400~400x400x13x21
3) Purlin : 175x175x7,5x11
4) Berat profil :
800x400x13x21 : 209,50 kg/m
400x400x13x21 : 168,63 kg/m
5) Berat Purlin : 40,20 kg/m
6) Berat Penutup Atap : 6,38 kg/m

4. Pembebanan

a) Beban Mati

Berat Profil = 209,5 kg/m × (0,4 × 15 m)


(800x400x13x21) = 1257 kg = 12,57 kN

Berat Profil = 168,63 kg/m × (0,6 × 15 m)


(400x400x13x21) = 1517,67 kg = 15,176 kN

Berat Profil per meter = (12,57 kN + 15,176 kN) ÷ 15 m


= 1,85 kN/m

Berat Purlin = 40,20 kg/m = 0,402 kN/m


(175x175x7,5x11)
Berat Penutup Atap = Berat jenis atap x L₁
= 6,38 kg/m² × 6 m
= 38,28 kg/m = 0,3828 kN/m

Beban Mati = Berat Profil + Berat Atap +


Berat Purlin

46
= 1,85 + 0,3828

0,402 kN/m
= 2,6348 kN/m
b) Beban Hidup

Didalam SNI 1727:2013 dijelaskan bahwa beban yang


diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau
struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban
lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban
banjir, atau beban mati. Beban hidup yang digunakan dalam
perancangan bangunan gedung dan struktur lain harus beban
maksimum yang diharapkan terjadi akibat penghunian dan
penggunaan bangunan gedung, akan tetapi tidak boleh kurang dari
beban merata minimum yang ditetapkan dalam Tabel 4-1. Sehingga:
Beban Pekerja = 100 kg/m = 1 kN/m

c) Beban Hujan

Berdasarkan SNI 1727:2013 (Pasal 8.3) kedalaman air pada


atap yang tidak melendut meningkat ke lubang masuk sistem drainase
sekunder apabila sistem drainase primer tertutup (ds) diambil sebesar
25 mm dan tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut
diatas lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran air rencana
(dh) diasumsikan sebesar 10 mm.
Beban Hujan = 0,0098 × (ds + dh)
= 0,0098 × (25 + 10)
= 0,343 kN/m² × 6 m
= 2,058 kN/m

47
d) Beban Angin

Langkah-langkah untuk menentukan beban angin SPBAU :

1) Menentukan kategori risiko bangunan gedung atau


struktur lain.
Kategori risiko bangunan gedung = Gudang (ringan)
(Tabel 1.5-1)
2) Menentukan kecepatan angin dasar, V.

Gambar 4. 4 Peta Kecepatan Angin untuk Wilayah Asia-Pasifik


(Sumber : HB 212-2002)

48
Gambar 4. 5 Table Wind Speed untuk beberapa risk category
(Sumber : yanrakhmats.wordpress.com)

Kecepatan angin dasar = 38,3 m/s.

1) Menentukan parameter beban angin :


a) Menentukan factor arah angin, Kd
Tipe struktur = Bangunan Gedung (SPBAU)
Factor arah angin, Kd = 0,85 (Berdasarkan Pasal 26.6 dan Tabel
26.6-1)
b) Menentukan kategori eksposur.

Kategori eksposur C yaitu dataran terbuka dengan penghalang tersebar


yang memiliki tinggi umumnya kurang dari 30 ft (9,1m). Kategori ini
mencakup daerah terbuka datar dan padang rumput (Pasal 26.7)
c) Menentukan faktor topografi, Kzt

Factor topografi, Kzt = 1,0 (Pasal 26.8 dan Tabel 26.8-1)


d) Menentukan faktor efek tiupan angin, G
Factor efek tiupan angin, G = 0,85
Faktor efek-tiupan angin untuk suatu bangunan Gedung dan struktur
lain yang kaku boleh diambil sebesar 0,85. (Pasal 26.9)
e) Menentukan klasifikasi ketertutupan

49
Klasifikasi ketertutupan gedung = bangunan gedung tertutup (Pasal
26.2 dan Pasal 26.10)
f) Menentukan koefisien tekanan internal, GCpi
Koefisien tekanan internal, GCpi = + 0,18 (untuk angin datang)
- 0,18 (untuk angin pergi)
Berdasarkan SNI 1727:2013 (Pasal 26.11 dan Tabel 26.11-1)

2) Menentukan koefisien eksposur tekanan velositas, Kz atau Kh


Koefisien eksposur tekanan velositas, Kz atau Kh = 0,90 (Tabel 27.3-1)
3) Tekanan velositas q, atau qh (Persamaan 27.3-1)
qz = 0,613 × Kz × Kzt × Kd × V²
= 0,613 × 0,90 × 1,0 × 0,85 × 38,3²
= 687,89 N/m²
4) Mentukan koefisien tekanan eksternal, Cp
Cp dinding di sisi angin datang = 0,8
Cp dinding di sisi angin pergi = -0,5
Cp atap berdasarkan jarak horizontal dari tepi sisi angin datang

Tabel 4. 1 Jarak Horizontal dari Tepi Sisi Angin Datang

Jarak horizontal dari tepi sisi angin datang Cp


0-3 -0,9 , -0,18
3-6 -0,9 , -0,18
6 – 12 -0,5 , -0,18
> 12 -0,3 , -0,18

5) Menghitung tekanan angin, p, pada setiap permukaan bangunan Gedung


(persamaan 27.4-1)

p = qGCp – qi(GCpi) (lb/ft2) (N/m2)

Tekanan desain (p) pada dinding :

a) Sisi angin datang

50
p = 687,89 × 0,85 × 0,8 – 687,89 × (±0,18) = 0,343 kN/m2, 0,591
kN/m2
b) Sisi angin pergi
p = 687,89 × 0,85 × (– 0,5) – 687,89 × (±0,18)= -0,416 kN/m2, -
0,168 kN/m2

Tekanan angin (p) pada atap :

a) (0 – 3m) & (3m – 6m)

p = 687,89 × 0,85 × (– 0,9) – 687,89 × (±0,18)= -0,650 kN/m2, -


0,402 kN/m2

b) (6m – 12m)

p = 687,89 × 0,85 × (– 0,5) – 687,89 × (±0,18)= -0,416 kN/m2, -


0,168 kN/m2

c) (>12m)

p = 687,89 × 0,85 × (– 0,3) – 687,89 × (±0,18)= -0,299 kN/m2, -


0,051 kN/m2

Berdasarkan SNI 1727:2013 (pasal 27.1.5), Beban angin yang digunakan


dalam desain SPBAU untuk bangunan gedung tertutup atau tertutup sebagian tidak
boleh kecil dari 16 lb/ft2 (0,77 kN/m2) dikalikan dengan luas dinding bangunan
gedung dan 8 lb/ft2 (0,38 kN/m2) dikalikan dengan luas atap bangunan gedung yang
terproyeksi pada bidang vertikal tegak lurus terhadap arah angin yang diasumsikan.
Beban dinding dan atap harus diterapkan secara simultan.

Tekanan angin (p) :

pada dinding sisi angin datang dan pergi : 0,77 kN/m2 × 6m = 4,62 kN/m

pada atap ; (0 – 3m) & (3m – 6m) : 0,38 kN/m2 × 6m = 2,28 kN/m

(6m – 12m) : 0,38 kN/m2 × 6m = 2,28 kN/m

(>12m) : 0,38 kN/m2 × 6m = 2,28 kN/m

51
e) Beban Gempa

Data struktur bangunan :

Jumlah lantai, n = 1 lantai


Tinggi bangunan = 7,25 meter
Kategori tanah = Tanah Sedang
Lokasi bangunan = Jl. Cangkringan, Sleman, Yogyakarta

1) Menetapkan kategori risiko bangunan

Kategori risiko bangunan berdasarkan jenis pemanfaatannya termasuk kategori


risiko II. (Berdasarkan SNI 1726:2012, Pasal 4.1.2 dan tabel 1-

2) Menentukan faktor keutamaan gempa

Faktor keutamaan gempa Ie sebesar 1,0. (Berdasarkan SNI 1726:2012, Pasal


4.1.2 dan tabel 2-)
3) Menentukan parameter percepatan gempa.

Gambar 4. 6 Input koordinat lokasi bangunan pada situs web Puskim Kementerian
PU

52
Gambar 4. 7 Nilai percepatan respon spektra pada koordinat lokasi bangunan.

Berdasarkan data koordinat lokasi bangunan yang dimasukan dalam situs web
puskim, didapatkan percepatan spektrum periode pendek (Ss) dan percepatan
spektrum periode 1 detik (S1) sebagai berikut:

Ss = 1,039 g
S1 = 0,390 g

4) Menentukan kelas situs tanah.

Kelas situs tanah = SD (tanah sedang)

5) Menentukan koefisien situs

Fa = 1,143
Fv = 1,560

Nilai Fa dan Fv diperoleh dari hasil interpolasi linier berdasarkan SNI


1726:2012 Pasal 6.2, Tabel 4 dan Tabel 5.

6) Menghitung parameter percepatan spektral desain.

Respon Spektrum Percepatan :

SMS = Fa x SS = 1,143 x 1,039 = 1,187 g


SM1 = Fv x S1 = 1,560 x 0,390 = 0,608 g

53
Respon Spektrum Desan :

SDS = 2/3 x SMS = 2/3 x 1,187 g = 0,791 g


SD1= 2/3 x SM1 = 2/3 x 0,608 g = 0,405 g
T0 = 0,2 (SD1 / SDS) = 0,2 (0,405/0,791) = 0,1024
Ts = (SD1 / SDS) = (0,405/0,791) = 0,5120

7) Menentukan kategori desain seismik.

Berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal 6.5 Tabel.6, untuk nilai SDS sebesar 0,791 g
dan nilai SD1 sebesar 0,405 g maka diperoleh kategori desain seismic tipe D.

8) Menentukan nilai batas Sa sesuai periodenya, T, dan memplotkannya ke


dalam grafik
Untuk T < T0 Sa = SDS (0,4+0,6 T/T0) (SNI 1726:2012 Ps. 6.4.1)
Untuk T0 ≤ T ≤ Ts Sa = SDS (SNI 1726:2012 Ps. 6.4.2)
Untuk T > Ts Sa = SD1 /T (SNI 1726:2012 Ps. 6.4.3)
Diperoleh :

Tabel 4. 2 Rumus perhitungan nilai T dan Sa Respon spektrum.

Rumus T (detik) Rumus Sa (g)


0 0 Sa = SDS (0,4+0,6 T/T0) 0,316
T0 = 0,2 (SD1/SDS) 0.102 Sa = SDS 0,791
TS = (SD1/SDS) 0.512 Sa = SDS 0,791
Ts+0.10 0.612 Sa = SD1/T 0,662
Ts+0.20 0.712 Sa = SD1/T 0,569
Ts+0.30 0.812 Sa = SD1/T 0,499
Ts=4 4 Sa = SD1/T 0,101

54
Tabel 4. 3 Hasil perhitungan nilai T dan Sa Respon spektrum.

T (detik) Sa (g)
0 0,316
0,102 0,791
0,512 0,791
0,612 0,662
0,712 0,569
0,812 0,499
0,912 0,444
1,012 0,400
1,112 0,364
1,212 0,334
1,312 0,309
1,412 0,287
1,512 0,268
1,612 0,251
1,712 0,237
1,812 0,224
1,912 0,212
2,012 0,201
2,112 0,192
2,212 0,183
2,312 0,175
2,412 0,168
2,512 0,161
2,612 0,155
2,712 0,149
2,812 0,144
2,912 0,139
3,012 0,134
3,112 0,130
3,212 0,126
3,312 0,122
3,412 0,119
4 0,101

55
Desain Respon Spektrum
Percepatan respon Spektrum, Sa (g) 0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
0.512

0.712

0.912

1.112

1.312

1.512

1.712

1.912

2.112

2.312

2.512

2.712

2.912

3.112

3.312
0

4
Periode, T (detik)

Grafik Desain Respon Spektrum

9) Menentukan Parameter Sistem Struktur

Berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal 7.2.2 Tabel 9, sistem rangka pemikul momen
khusus memiliki parameter-parameter sebagai berikut :
R = 3,5
Cd = 3
Ω₀ = 3

56
4.1.2 Analisis Struktur

Konsep Pre Engineering Building merupakan konsep perencanaan


pada rangka utama bangunan baja mengacu pada distribusi momen.
Semakin besar nilai momen maka semakin besar profil yang dibutuhkan
untuk menopang beban. Sehingga rangka utama yang dihasilkan akan
berbentuk non prismatic atau tapered.

Hasil perhitungan beban mati, beban hidup, dan beban gempa diolah
menggunakan software SAP2000 v14. Didapat gaya dan momen yang akan
digunakan untuk perencanaan profil dan perencanaan kekuatan. Dalam
analisis rangka utama, masing-masing kolom dan balok dibagi menjadi 2
segmen sesuai dengan beban yang ditahan. Pembagian segmen pada rangka
kolom dan balok adalah sebagai berikut :

1. Kolom : Dicoba profil 400/800x400x13x21

Gambar 4. 8 Kolom 400/800x400x13x21

a) Segmen 1 kolom berada pada bentang 0 - 3000 m


b) Segmen 2 kolom berada pada bentang 3000 – 6000 m

57
2. Balok : Dicoba profil 800/400x400x13x21

Gambar 4. 9 Balok profil 800/400x400x13x21

a) Segmen 1 kolom berada pada bentang 0 - 6000 m


b) Segmen 2 kolom berada pada bentang 6000 – 15000 m

3. Hasil analisis software SAP2000 v14

Gambar 4. 10 Shearing Moment Diagram pada rangka utama.

Gambar 4. 11 Bending Moment Diagram pada rangka utama.

58
Gambar 4. 12 Normal Force Diagram pada rangka utama.

Tabel 4. 4 Hasil analisis kolom menggunakan SAP2000 v14

V2 V3 M2 M3 P
Elemen Segmen
kN kN kNm kNm kN
1 (3 m) 217.73 0.55 1.65 593.78 298.43
Kolom
2 (3 m) 218.06 2.31 3.73 1249.55 288.46

Tabel 4. 5 Hasil analisis kolom menggunakan SAP2000 v14

V2 V3 M2 M3 P
Elemen Segmen
kN kN kNm kNm kN
2 (6 m) 205.61 7.78 14.11 1262.73 255.06
Balok
1 (9 m) 147.03 5.36 10.28 321.89 244.98

4. Analisis Struktur Penampang Kolom

Gambar 4. 13 Kolom 400/800x400x13x21


Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di sumbu major
(Sumbu X)

59
Segmen 1 : 400x400x13x21

Modulus Elastisita (E) = 200.000 MPa


Tegangan leleh (fy) = 240 MPa
Fr = 70 MPa
G = 77200 MPa

Data beban dan geometri struktur


Momen Maksimum (Mu) = 593775300 Nmm
Gaya geser maksimum (Vu) = 217732 N
Momen A (Ma) = 103807100 Nmm
Momen B (Mb) = 267077300 Nmm
Momen C (Mc) = 430426300 Nmm
Pu = 298429 N
Jarak sokongan lateral (L) = 3000 mm
G = 77200 MPa
Kc = 1
Q = 1
,
𝐶𝑏 = = 1,79 < 2,3
,

Dicoba profil WF 400x400x13x21


Ht = 400 mm
Bf = 400 mm
tw/b = 13 mm
tf/h = 21 mm
r = 22 mm
A = 21454 mm2
Ix = 653615871,33 mm4
Iy = 224065543,83 mm4
rx = 174,54 mm

60
ry = 102,20 mm
Sx = 3268079,36 mm3
Sy = 1120327,72 mm3
w = 168,63 kg/m
ho = 379 mm
h=hc = 358 mm
J = 2471151,33 mm4
Zx = 3600133 mm3
Zy = 855126 mm3
Cw= Iw = 8046249695440,96 mm6
rts = 110,48 mm
Iyc = 112000000 mm4
aw = 0,55 mm2
Ag = 21800,19 mm2

Perancangan Kolom

Menentukan klasifikasi penampang


Penampang Tidak Langsing = λ ≤ λr
Penampang Langsing = λ > λr

Klasifikasi penampang untuk sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,56 = 16,17

Penampang sayap termasuk klasifikasi tidak langsing

Klasifikasi penampang untuk badan,

𝜆 = = 27,54

𝜆𝑝 = 1,49 = 43,01

Penampang sayap termasuk klasifikasi tidak langsing

61
Menentukan penggunaan pasal bab E SNI 1729:2015
Tekuk lokal sayap = Tidak Langsing
Pasal E yang digunakan = E3 dan E4
Dengan keadaan batas yang ditinjau = Tekuk Lentur (FB)
= Tekuk torsi (TB)

Tekuk lokal badan = Tidak Langsing


Pasal E yang digunakan = E3 dan E4
Dengan keadaan batas yang ditinjau = Tekuk Lentur (FB)
= Tekuk torsi (TB)

Pasal E3. Menentukan tekuk lentur dari komponen struktur dengan elemen
langsing.
Klasifikasi tekuk elastis atau inelastis
Rmin = 102,20 mm
KL = 3000 mm

= 29,36

≤ 4,71 = 135,97

Klasifikasi terjadi tekuk elastis

Menghitung tegangan kritis elastis

𝐹𝑒 = = 2290,63 MPa

𝐹𝑐𝑟 = 0,658 = 0,96 MPa

Sehingga tegangan kritis, Fcr = 0,96 MPa

Pasal E4. Menentukan tekuk torsi dan tekuk torsi-lentur dari komponen
struktur dengan elemen langsing.
Klasifikasi tekuk elastis atau inelastis
Rmin = 102,20 mm
KL = 3000 mm

62
= 29,36

≤ 4,71 = 135,97

Klasifikasi terjadi tekuk elastis

Menghitung tegangan kritis elastis

𝐹𝑒 = ( )
+ 𝐺𝐽 = 2228,04 MPa

𝐹𝑐𝑟 = 0,658 𝐹𝑦 = 0,96 MPa

Sehingga tegangan kritis, Fcr = 0,96 MPa

Kuat Nominal Kolom


Fcr (Tekuk lentur, Pasal E3) = 0,96 MPa
Fcr (Tekuk puntir, Pasal E4) = 0,96 MPa
Maka Fcr E3 < E4 digunakan = 0,96 MPa

Maka tekuk yang terjadi adalah tekuk lentur

Sehingga harus ditinjau dengan batang lentur, Pasal F2


Pn = Fcr.Ag = 20864,83 N
Pc = фPn = 18778,35 N

Klasifikasi kuat Lentur penampang


Penampang kompak, = λ < λp
Penampang Non-Kompak = λr ≤ λ ˂ λp
Penampang Langsing = λ > λr

Untuk tekuk lokal pelat sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,38 = 10,97

𝜆𝑟 = 1,0 = 28,87

63
Pelat sayap termasuk elemen kompak

Untuk tekuk lokal pelat badan

𝜆 = = 27,54

𝜆𝑝 = 3,76 = 108,54

𝜆𝑟 = 5,7 = 164,54

Pelat badan termasuk elemen kompak

Maka perhitungan mengacu pada = Bab F pasal F2 SNI 1729:2015


Dengan keadaan batas yang ditinjau = Batas Pelelehan (Y)
= Tekuk torsi-lateral (LTB)

Pasal F2. Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di


sumbu major (Sumbu X)

,
𝐶𝑏 = = 1,79 < 2,3
,

Menentukan kuat batas Pelelehan (Y)


𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑥 = 864031920 Nmm
Digunakan kuat batas Pelelehan = 864031920 Nmm

Menentukan kuat batas Tekuk Torsi-Lateral (LTB)


Kontrol penampang, termasuk bentang pendek, menengah, atau bentang Panjang.
Klasifikasi :
Bentang pendek = Lb < Lp
Bentang menengah = Lp < Lb ≤ Lr
Bentang panjang = Lb > Lr
Lb = 3000 mm

𝐿𝑝 = 1,76 𝑟𝑦 = 5192,25 mm

64
,
Lr = 1,95𝑟𝑡𝑠 ,
+ + 6,76 = 18050,48 mm

Jadi, termasuk bentang pendek.

Jika Lb ≤ Lp, maka keadaan batas dari tekuk torsi lateral tidak boleh digunakan.

Menentukan momen nominal yang paling menentukan


Momen nominal berdasarkan kuat batas leleh = 864031920 Nmm
Momen nominal berdasarkan kuat batas tekuk lokal sayap = 0 Nmm
Maka, Mn aktual yang paling menentukan = 864031920 Nmm

Kontrol kekuatan penampang berdasar Mn yang paling menentukan

Mu ≤  Mn
593775300 ≤ 777628728 Nmm Aman
Faktor Perbesaran Momen
Elemen bergoyang
δh (Analisa elastis linier akibat Mu) = 1
Δh = 0,00033
Pmf = Pstory = Pu = 298429 N
𝑃𝑚𝑓
𝑅𝑚 = 1 − 0,15 = 0,85
𝑃𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
1
𝐵2 = =1≥1
𝑃𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
1−∝ 𝑃𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦

Sehingga nilai
Mrx = 593775300 Nmm
Mcx = 777628728 Nmm

Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku

Ketebalan minimum pelat badan tanpa adanya pengaku :

≤ 2,24 = 27,54 < 64,66

65
Kuat geser pelat badan tanpa adanya pengaku :
Aw = tw ht = 5200 mm

kv =5

Cv =1

v =1
Vn = v0,6Fy Aw Cv = 748800 N

Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku

Vu ≤  Vn
217732 ≤ 748800 Nmm Aman

Analisis Struktur Penampang Kolom

Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di sumbu major


(Sumbu X)

Segmen 2 : 800x400x13x21

Modulus Elastisita (E) = 200.000 MPa


Tegangan leleh (fy) = 240 MPa
Fr = 70 MPa
G = 77200 MPa

Data beban dan geometri struktur


Momen Maksimum (Mu) = 1249553100 Nmm
Gaya geser maksimum (Vu) = 218058 N
Momen A (Ma) = 758347700 Nmm
Momen B (Mb) = 922024300 Nmm
Momen C (Mc) = 1085788700 Nmm
Pu = 288460 N
Jarak sokongan lateral (L) = 3000 mm
G = 77200 MPa

66
Kc = 1
Q = 1
,
𝐶𝑏 = ,
= 1,27 < 2,3

Dicoba profil WF 800x400x13x21


Ht = 800 mm
Bf = 400 mm
tw/b = 13 mm
tf/h = 21 mm
r = 22 mm
A = 26654 mm2
Ix = 3021162404,67 mm4

Iy = 224138777,17 mm4

rx = 336,67 mm

ry = 91,70 mm

Sx = 7552906,01 mm3

Sy = 1120693,89 mm3

w = 209,50 kg/m

ho = 779 mm

h=hc = 758 mm

J = 2472884,67 mm4

Zx = 8410933 mm3

Zy = 3375125,50 mm3

Cw= Iw = 34004149918649,30 mm6

rts = 105,61 mm

Iyc = 112000000 mm4

aw = 1,17 mm2

Ag = 27000,19 mm2

67
Perancangan Lentur Kolom

a. Menentukan klasifikasi penampang


Penampang Tidak Langsing = λ ≤ λr
Penampang Langsing = λ > λr

Klasifikasi penampang untuk sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,56 = 16,17

Penampang sayap termasuk klasifikasi tidak langsing

Klasifikasi penampang untuk badan,

𝜆 = = 58,31

𝜆𝑝 = 1,49 = 43,01

Penampang sayap termasuk klasifikasi tidak langsing

Menentukan penggunaan pasal bab E SNI 1729:2015


Tekuk lokal sayap = Tidak Langsing
Pasal E yang digunakan = E3 dan E4
Dengan keadaan batas yang ditinjau = Tekuk Lentur (FB)
= Tekuk torsi (TB)

Tekuk lokal sayap = Langsing


Pasal E yang digunakan = E7
Dengan keadaan batas yang ditinjau = Tekuk Lentur (FB)
= Tekuk torsi (TB)
= Tekuk Lokal (LB)

Pasal E3. Menentukan tekuk lentur dari komponen struktur dengan elemen
langsing.
Klasifikasi tekuk elastis atau inelastis

68
Rmin = 91,70 mm
KL = 3000 mm
= 32,71

≤ 4,71 = 135,97

Klasifikasi terjadi tekuk elastis

Menghitung tegangan kritis elastis

𝐹𝑒 = = 1844,34 MPa

𝐹𝑐𝑟 = 0,658 𝐹𝑦 = 227,28 MPa

Sehingga tegangan kritis, Fcr = 227,28 MPa

Pasal E4. Menentukan tekuk torsi dan tekuk torsi-lentur dari komponen
struktur dengan elemen langsing.
Klasifikasi tekuk elastis atau inelastis
Rmin = 91,70 mm
KL = 3000 mm
= 32,71

≤ 4,71 = 135,97

Klasifikasi terjadi tekuk elastis

Menghitung tegangan kritis elastis

𝐹𝑒 = ( )
+ 𝐺𝐽 = 2356,90 MPa

𝐹𝑐𝑟 = 0,658 𝐹𝑦 = 229,99 MPa

Sehingga tegangan kritis, Fcr = 229,99 MPa

Kuat Nominal Kolom


Fcr (Tekuk lentur, Pasal E3) = 227,28 MPa
Fcr (Tekuk puntir, Pasal E4) = 229,99 MPa

69
Maka Fcr E3 < E4 digunakan = 227,28 MPa

Maka tekuk yang terjadi adalah tekuk lentur

Sehingga harus ditinjau dengan batang lentur, Pasal F2


Pn = Fcr.Ag = 6136548,26 N
Pc = фPn = 5522893,44 N

Klasifikasi kuat Lentur penampang


Penampang kompak, = λ < λp
Penampang Non-Kompak = λr ≤ λ ˂ λp
Penampang Langsing = λ > λr

Untuk tekuk lokal pelat sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,38 = 10,97

𝜆𝑟 = 1,0 = 28,87

Pelat sayap termasuk elemen kompak

Untuk tekuk lokal pelat badan

𝜆 = = 58,31

𝜆𝑝 = 3,76 = 108,54

𝜆𝑟 = 5,7 = 164,54

Pelat badan termasuk elemen kompak

Maka perhitungan mengacu pada = Bab F pasal F2 SNI 1729:2015


Dengan keadaan batas yang ditinjau = Batas Pelelehan (Y)
= Tekuk Torsi-Lateral (LTB)
Pasal F2. Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di
sumbu major (Sumbu X)

70
,
𝐶𝑏 = ,
= 1,27 < 2,3

Menentukan kuat batas Pelelehan (Y)


𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑥 = 2018623920 Nmm
Digunakan kuat batas Pelelehan = 2018623920 Nmm

Menentukan kuat batas Tekuk Torsi-Lateral (LTB)


Kontrol penampang, termasuk benang pendek, menengah, atau bentang panjang.
Klasifikasi :
Bentang pendek = Lb < Lp
Bentang menengah = Lp < Lb ≤ Lr
Bentang panjang = Lb > Lr
Lb = 3000 mm

𝐿𝑝 = 1,76 𝑟𝑦 = 4659,07 mm

,
Lr = 1,95𝑟𝑡𝑠 ,
+ + 6,76 = 12606,89 mm

Jadi, termasuk bentang pendek.

Jika Lb ≤ Lp, maka keadaan batas dari tekuk torsi lateral tidak boleh digunakan.

Menentukan momen nominal yang paling menentukan


Momen nominal berdasarkan kuat batas leleh = 2018623920 Nmm
Momen nominal berdasarkan kuat batas tekuk lokal sayap = 0 Nmm
Maka, Mn aktual yang paling menentukan = 2018623920 Nmm

Kontrol kekuatan penampang berdasar Mn yang paling menentukan

Mu ≤  Mn
1249553100 ≤ 1816761528 Nmm Aman

Faktor Perbesaran Momen


Elemen bergoyang

71
δh (Analisa elastis linier akibat Mu) = 1
Δh = 0,00033
Pmf = Pstory = Pu = 298429 N
𝑃𝑚𝑓
𝑅𝑚 = 1 − 0,15 = 0,85
𝑃𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
1
𝐵2 = =1≥1
𝑃𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
1−∝ 𝑃𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦

Sehingga nilai
Mrx = 1249553100 Nmm
Mcx = 1816761528 Nmm

Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku

Ketebalan minimum pelat badan tanpa adanya pengaku :

≤ 2,24 = 58,31 < 64,66

Kuat geser pelat badan tanpa adanya pengaku :


Aw = tw ht = 10400 mm

kv =5

Cv =1

v =1

Vn = v0,6Fy Aw Cv = 1497600 N

Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku

Vu ≤  Vn
218058 ≤ 1497600 Nmm Aman

Analisis Struktur Penampang Kolom

Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di sumbu minor


(Sumbu Y)

72
Segmen 1 : 400x400x13x21

Modulus Elastisita (E) = 200.000 MPa


Tegangan leleh (fy) = 240 MPa
Fr = 70 MPa
G = 77200 MPa

Data beban dan geometri struktur


Momen Maksimum (Mu) = 1651200 Nmm
Gaya geser maksimum (Vu) = 549 N
Momen A (Ma) = 415600 Nmm
Momen B (Mb) = 827400 Nmm
Momen C (Mc) = 1239300 Nmm
Pu = 298429 N
Jarak sokongan lateral (L) = 3000 mm
G = 77200 MPa
Kc = 1
Q = 1
,
𝐶𝑏 = ,
= 1,66 < 2,3

Dicoba profil WF 400x400x13x21


Ht = 400 mm
Bf = 400 mm
tw/b = 13 mm
tf/h = 21 mm
r = 22 mm
A = 21454 mm2
Ix = 653615871,33 mm4
Iy = 224065543,83 mm4
rx = 174,54 mm
ry = 102,20 mm

73
Sx = 3268079,36 mm3
Sy = 1120327,72 mm3
w = 168,63 kg/m
ho = 379 mm
h=hc = 358 mm
J = 2471151,33 mm4
Zx = 3600133 mm3
Zy = 855126 mm3
Cw= Iw = 8046249695440,96 mm6
rts = 110,48 mm
Iyc = 112000000 mm4
aw = 0,55 mm2
Ag = 21800,19 mm2

Perancangan Lentur Kolom

b. Menentukan klasifikasi penampang


Penampang Tidak Langsing = λ ≤ λr
Penampang Langsing = λ > λr

Klasifikasi penampang untuk sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,56 = 16,17

Penampang sayap termasuk klasifikasi tidak langsing

Klasifikasi penampang untuk badan,

𝜆 = = 27,54

𝜆𝑝 = 1,49 = 43,01

Penampang sayap termasuk klasifikasi tidak langsing

74
Menentukan penggunaan pasal bab E SNI 1729:2015
Tekuk lokal sayap = Tidak Langsing
Pasal E yang digunakan = E3 dan E4
Dengan keadaan batas yang ditinjau = Tekuk Lentur (FB)
= Tekuk torsi (TB)

Tekuk lokal badan = Langsing


Pasal E yang digunakan = E3 dan E4
Dengan keadaan batas yang ditinjau = Tekuk Lentur (FB)
= Tekuk torsi (TB)

Pasal E3. Menentukan tekuk lentur dari komponen struktur dengan elemen
langsing.
Klasifikasi tekuk elastis atau inelastis
Rmin = 102,20 mm
KL = 3000 mm
= 29,36

≤ 4,71 = 135,97

Klasifikasi terjadi tekuk elastis

Menghitung tegangan kritis elastis

𝐹𝑒 = = 2290,63 MPa

𝐹𝑐𝑟 = 0,658 𝐹𝑦 = 0,96 MPa

Sehingga tegangan kritis, Fcr = 0,96 MPa

Pasal E4. Menentukan tekuk torsi dan tekuk torsi-lentur dari komponen
struktur dengan elemen langsing.
Klasifikasi tekuk elastis atau inelastis
Rmin = 102,20 mm
KL = 3000 mm

75
= 29,36

≤ 4,71 = 135,97

Klasifikasi terjadi tekuk elastis

Menghitung tegangan kritis elastis

𝐹𝑒 = ( )
+ 𝐺𝐽 = 2228,04 MPa

𝐹𝑐𝑟 = 0,658 = 0,96 MPa

Sehingga tegangan kritis, Fcr = 0,96 MPa

Kuat Nominal Kolom


Fcr (Tekuk lentur, Pasal E3) = 0,96 MPa
Fcr (Tekuk puntir, Pasal E4) = 0,96 MPa
Maka Fcr E3 < E4 digunakan = 0,96 MPa

Maka tekuk yang terjadi adalah tekuk lentur

Sehingga harus ditinjau dengan batang lentur, Pasal F2


Pn = Fcr.Ag = 20864,83 N
Pc = фPn = 18778,35 N

Klasifikasi kuat Lentur penampang


Penampang kompak, = λ < λp
Penampang Non-Kompak = λr ≤ λ ˂ λp
Penampang Langsing = λ > λr

Untuk tekuk lokal pelat sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,38 = 10,97

𝜆𝑟 = 1,0 = 28,87

76
Pelat sayap termasuk elemen kompak

Untuk tekuk lokal pelat badan

𝜆 = = 27,54

𝜆𝑝 = 3,76 = 108,54

𝜆𝑟 = 5,7 = 164,54

Pelat badan termasuk elemen kompak

Maka perhitungan mengacu pada = Bab F pasal F6 SNI 1729:2015


Dengan keadaan batas yang ditinjau = Batas Pelelehan (Y)
= Tekuk lokal sayap (FLB)
Pasal F6. Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di
sumbu minor (Sumbu Y)

𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑦 = 205230120 Nmm
Digunakan kuat batas Pelelehan = 205230120 Nmm

Menentukan kuat batas Tekuk Lokal Sayap (FLB)


Untuk penampang dengan sayap kompak, keadaan batas dari tekuk lokal sayap
tidak diterapkan.

Menentukan momen nominal yang paling menentukan


Momen nominal berdasarkan kuat batas leleh = 205230120 Nmm
Momen nominal berdasarkan kuat batas tekuk lokal sayap = 0 Nmm
Maka, Mn aktual yang paling menentukan = 205230120 Nmm

Kontrol kekuatan penampang berdasar Mn yang paling menentukan

Mu ≤  Mn
1651200 ≤ 184707108 Nmm Aman
Faktor Perbesaran Momen
Elemen bergoyang
δh (Analisa elastis linier akibat Mu) = 1

77
Δh = 0,00033
Pmf = Pstory = Pu = 298429 N
𝑃𝑚𝑓
𝑅𝑚 = 1 − 0,15 = 0,85
𝑃𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
1
𝐵2 = =1≥1
𝑃𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
1−∝ 𝑃𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦

Sehingga nilai
Mry = 1651200 Nmm
Mcy = 184707108 Nmm

Interaksi gaya aksial dan momen lentur kolom

Kolom 400x400x13x21
Pcx(i) = 19 kN
Pcy(i) = 19 kN
Prx(i) = 298 kN
Pry(i) = 298 kN
Mrx(i) = 594 kNm
Mry(i) = 2 kNm
Mcx(i) = 778 kNm
Mcy(i) = 185 kNm

Cek interaksi gaya aksial dan momen lentur kolom


𝑃𝑟
= 0,03 < 0,2
𝑃𝑐
Jika Pr/Pc ≥ 0,2 , maka
𝑃𝑟 8 𝑀𝑟𝑥 𝑀𝑟𝑦
+ + =0<1
𝑃𝑐 9 𝑀𝑐𝑥 𝑀𝑐𝑦
Jika Pr/Pc < 0,2 , maka
𝑃𝑟 8 𝑀𝑟𝑥 𝑀𝑟𝑦
+ + = 0,61 < 1
2𝑃𝑐 9 𝑀𝑐𝑥 𝑀𝑐𝑦

78
Analisis Struktur Penampang Kolom

Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di sumbu minor


(Sumbu Y)

Segmen 2 : 800x400x13x21

Modulus Elastisita (E) = 200.000 MPa


Tegangan leleh (fy) = 240 MPa
Fr = 70 MPa
G = 77200 MPa
Data beban dan geometri struktur
Momen Maksimum (Mu) = 3731500 Nmm
Gaya geser maksimum (Vu) = 2313 N
Momen A (Ma) = 1474900 Nmm
Momen B (Mb) = 260600 Nmm
Momen C (Mc) = 1996000 Nmm
Pu = 288460 N
Jarak sokongan lateral (L) = 3000 mm
G = 77200 MPa
Kc = 1
Q = 1
12,
𝐶𝑏 = ,
= 2,24 < 2,3

Dicoba profil WF 800x400x13x21


Ht = 800 mm
Bf = 400 mm
tw/b = 13 mm
tf/h = 21 mm
r = 22 mm
A = 26654 mm²

79
Ix = 3021162404,67 mm⁴

Iy = 224138777,17 mm⁴

rx = 336,67 mm

ry = 91,70 mm

Sx = 7552906,01 mm³

Sy = 1120693,89 mm³

w = 209,50 kg/m

ho = 779 mm

h=hc = 758 mm

J = 2472884,67 mm⁴

Zx = 8410933 mm³

Zy = 3375125,50 mm³

Cw= Iw = 34004149918649,30 mm⁶

rts = 105,61 mm

Iyc = 112000000 mm⁴

aw = 1,17 mm2

Ag = 27000,19 mm2

Perancangan Lentur Kolom

c. Menentukan klasifikasi penampang


Penampang Tidak Langsing = λ ≤ λr
Penampang Langsing = λ > λr

Klasifikasi penampang untuk sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,56 = 16,17

Penampang sayap termasuk klasifikasi tidak langsing

Klasifikasi penampang untuk badan,

80
𝜆 = = 58,31

𝜆𝑝 = 1,49 = 43,01

Penampang sayap termasuk klasifikasi langsing

Menentukan penggunaan pasal bab E SNI 1729:2015


Tekuk lokal sayap = Tidak Langsing
Pasal E yang digunakan = E3 dan E4
Dengan keadaan batas yang ditinjau = Tekuk Lentur (FB)
= Tekuk torsi (TB)

Tekuk lokal sayap = Langsing


Pasal E yang digunakan = E7
Dengan keadaan batas yang ditinjau = Tekuk Lentur (FB)
= Tekuk torsi (TB)
= Tekuk Lokal (LB)

Pasal E3. Menentukan tekuk lentur dari komponen struktur dengan elemen
langsing.
Klasifikasi tekuk elastis atau inelastis
Rmin = 91,70 mm
KL = 3000 mm
= 32,71

≤ 4,71 = 135,97

Klasifikasi terjadi tekuk elastis

Menghitung tegangan kritis elastis

𝐹𝑒 = = 1844,34 MPa

𝐹𝑐𝑟 = 0,658 𝐹𝑦 = 227,28 MPa

Sehingga tegangan kritis, Fcr = 227,28 MPa

81
Pasal E4. Menentukan tekuk torsi dan tekuk torsi-lentur dari komponen
struktur dengan elemen langsing.
Klasifikasi tekuk elastis atau inelastis
Rmin = 91,70 mm
KL = 3000 mm
= 65,43

≤ 4,71 = 135,97

Klasifikasi terjadi tekuk elastis

Menghitung tegangan kritis elastis

𝐹𝑒 = ( )
+ 𝐺𝐽 = 2356,90 MPa

𝐹𝑐𝑟 = 0,658 𝐹𝑦 = 229,99 MPa

Sehingga tegangan kritis, Fcr = 229,99 MPa

Kuat Nominal Kolom


Fcr (Tekuk lentur, Pasal E3) = 227,28 MPa
Fcr (Tekuk puntir, Pasal E4) = 229,99 MPa
Maka Fcr E3 < E4 digunakan = 227,28 MPa

Maka tekuk yang terjadi adalah tekuk lentur

Sehingga harus ditinjau dengan batang lentur, Pasal F2


Pn = Fcr.Ag = 6136548,26 N
Pc = фPn = 5522893,44 N

Klasifikasi kuat Lentur penampang


Penampang kompak, = λ < λp
Penampang Non-Kompak = λr ≤ λ ˂ λp
Penampang Langsing = λ > λr

82
Untuk tekuk lokal pelat sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,38 = 10,97

𝜆𝑟 = 1,0 = 28,87

Pelat sayap termasuk elemen kompak

Untuk tekuk lokal pelat badan

𝜆 = = 58,31

𝜆𝑝 = 3,76 = 108,54

𝜆𝑟 = 5,7 = 164,54

Pelat badan termasuk elemen kompak

Maka perhitungan mengacu pada = Bab F pasal F6 SNI 1729:2015


Dengan keadaan batas yang ditinjau = Batas Pelelehan (Y)
= Tekuk lokal sayap (FLB)
Pasal F6. Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di
sumbu minor (Sumbu Y)

𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑦 = 810030120 Nmm
Digunakan kuat batas Pelelehan = 810030120 Nmm

Menentukan kuat batas Tekuk Lokal Sayap (FLB)


Untuk penampang dengan sayap kompak, keadaan batas dari tekuk lokal sayap
tidak diterapkan.

Menentukan momen nominal yang paling menentukan


Momen nominal berdasarkan kuat batas leleh = 810030120 Nmm
Momen nominal berdasarkan kuat batas tekuk lokal sayap = 0 Nmm
Maka, Mn aktual yang paling menentukan = 810030120 Nmm

Kontrol kekuatan penampang berdasar Mn yang paling menentukan

83
Mu ≤  Mn
3731500 ≤ 729027108 Nmm Aman

Faktor Perbesaran Momen


Elemen bergoyang
δh (Analisa elastis linier akibat Mu) = 1
Δh = 0,00033
Pmf = Pstory = Pu = 288460 N
𝑃𝑚𝑓
𝑅𝑚 = 1 − 0,15 = 0,85
𝑃𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
1
𝐵2 = =1≥1
𝑃𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
1−∝ 𝑃𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦

Sehingga nilai
Mry = 3731500 Nmm
Mcy = 729027108 Nmm

Interaksi gaya aksial dan momen lentur kolom

Kolom 800x400x13x21
Pcx(i) = 5523 kN
Pcy(i) = 5523 kN
Prx(i) = 288 kN
Pry(i) = 288 kN
Mrx(i) = 1250 kNm
Mry(i) = 4 kNm
Mcx(i) = 1817 kNm
Mcy(i) = 729 kNm

Cek interaksi gaya aksial dan momen lentur kolom

84
𝑃𝑟
= 0,03 < 0,2
𝑃𝑐
Jika Pr/Pc ≥ 0,2 , maka
𝑃𝑟 8 𝑀𝑟𝑥 𝑀𝑟𝑦
+ + =0<1
𝑃𝑐 9 𝑀𝑐𝑥 𝑀𝑐𝑦
Jika Pr/Pc < 0,2 , maka
𝑃𝑟 8 𝑀𝑟𝑥 𝑀𝑟𝑦
+ + = 0,61 < 1
2𝑃𝑐 9 𝑀𝑐𝑥 𝑀𝑐𝑦

5. Analisis Struktur Penampang Balok (Profil


800/400400x400x13x21)

Gambar 4. 14 Balok 800/400~400x400x13x21


Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di sumbu major
(Sumbu X)

Segmen 1 : 800x400x13x21

Modulus Elastisita (E) = 200.000 MPa


Tegangan leleh (fy) = 240 MPa
Fr = 70 MPa

Data beban dan geometri struktur


Momen Maksimum (Mu) = 1262733100 Nmm
Gaya geser maksimum (Vu) = 205605 N
Momen A (Ma) = 428980400 Nmm
Momen B (Mb) = 653237300 Nmm
Momen C (Mc) = 957985200 Nmm

85
Jarak sokongan lateral (L) = 6000 mm
,
𝐶𝑏 = = 1,59 < 2,3
,

Dicoba profil WF 800x400x13x21


Ht = 800 mm
Bf = 400 mm
H' = 758 mm
tw/b = 13 mm
tf/h = 21 mm
r = 22 mm
A = 26654 mm2
Ix = 3021162404,67 mm4
Iy = 224138777,17 mm4
rx = 336,67 mm
ry = 91,70 mm
Sx = 7552906,01 mm3
Sy = 1120693,89 mm3
w = 209,50 kg/m
ho = 779 mm
h=hc = 758 mm
J = 3024708,67 mm4
Zx = 8410933 mm3
Zy = 3375126 mm3
Cw= Iw = 34004149918649,30 mm6
rts = 105,61 mm
Iyc = 112000000 mm4
aw = 1,17 mm2

86
Perancangan Lentur Balok

a. Menentukan kuat nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lokal


Kontrol penampang, termasuk penampang kompak, non-kompak, atau langsing :
Penampang kompak, = λ < λp
Penampang Non-Kompak = λr ≤ λ ˂ λp
Penampang Langsing = λ > λr

Untuk tekuk lokal pelat sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,38 = 10,97

𝜆𝑟 = 1,0 = 28,87

Pelat sayap termasuk elemen kompak

Untuk tekuk lokal pelat badan

𝜆 = = 58,31

𝜆𝑝 = 3,76 = 108,54

𝜆𝑟 = 5,7 = 164,54

Pelat sayap termasuk elemen kompak

Maka perhitungan mengacu pada = Bab F pasal F2 SNI 1729:2015


Dengan keadaan batas yang ditinjau = Batas Pelelehan (Y)
= Tekuk torsi-lateral (LTB)

b. Menentukan kuat nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk


lateral
Kontrol penampang, termasuk bentang pendek, menengah, atau bentang panjang :
Bentang pendek = Lb < Lp

87
Bentang menengah = Lp ≤ Lb ˂ Lr
Bentang panjang = Lb > Lr
Lb = 6000 mm

𝐿𝑝 = 1,76 𝑟𝑦 = 4659,07 mm

,
Lr = 1,95𝑟𝑡𝑠 ,
+ + 6,76 = 12606,89 mm

Jadi, termasuk bentang menengah.

c. Menentukan batasan momen plastic, Mp


Mn = Mp, dengan Mp adalah :
𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑥 = 2018623920 Nmm

𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0,7𝐹𝑦𝑆𝑥) = 3007418388 Nmm

Mn ≤ Mp
Hasil perhitungan diatas menunjukkan Mn ≥ Mp, maka digunakan :
Mp = 2018623920 Nmm

d. Menentukan momen nominal yang paling menentukan


Momen nominal berdasarkan kuat batas leleh = 2018623920 Nmm
Momen nominal berdasarkan kuat batas tekuk torsi-lateral = 2018623920 Nmm

Maka, Mn aktual yang paling menentukan = 2018623920 Nmm

e. Kontrol kekuatan penampang berdasar Mn yang paling menentukan


Mu ≤  Mn
1262733100 ≤ 1816761528 Nmm Aman

f. Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku


Ketebalan minimum pelat badan tanpa adanya pengaku :

≤ 2,24 = 58,31 < 64,66

88
Kuat geser pelat badan tanpa adanya pengaku :
Aw = tw ht = 10400 mm
kv =5
Cv =1
v =1
Vn = v0,6Fy Aw Cv = 1497600 N
Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku
Vu ≤  Vn
205605 ≤ 1497600 Nmm Aman
Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di sumbu major
(Sumbu X)

Segmen 2 : 400x400x13x21

Modulus Elastisita (E) = 200.000 MPa


Tegangan leleh (fy) = 240 MPa
Fr = 70 MPa

Data beban dan geometri struktur


Momen Maksimum (Mu) = 321886700 Nmm
Gaya geser maksimum (Vu) = 147027 N
Momen A (Ma) = 300118600 Nmm
Momen B (Mb) = 206271000 Nmm
Momen C (Mc) = 39880800 Nmm
Jarak sokongan lateral (L) = 9000 mm
,
𝐶𝑏 = = 1,52 < 2,3
,

Dicoba profil WF 400x400x13x21


Ht = 400 mm
Bf = 400 mm
tw/b = 13 mm

89
tf/h = 21 mm
r = 22 mm
A = 21454 mm2
Ix = 653615871,33 mm4
Iy = 224065543,83 mm4
rx = 174,54 mm
ry = 102,20 mm
Sx = 3268079,36 mm3
Sy = 1120327,72 mm3
w = 168,63 kg/m
ho = 379 mm
h=hc = 358 mm
J = 2471151,33 mm4
Zx = 3600133 mm3
Zy = 855126 mm3
Cw= Iw = 8046249695440,96 mm6
rts = 110,48 mm
Iyc = 112000000 mm4
aw = 0,55 mm2

Perancangan Lentur Balok

a. Menentukan kuat nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lokal


Kontrol penampang, termasuk penampang kompak, non-kompak, atau langsing :
Penampang kompak, = λ < λp
Penampang Non-Kompak = λr ≤ λ ˂ λp
Penampang Langsing = λ > λr

Untuk tekuk lokal pelat sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,38 = 10,97

90
𝜆𝑟 = 1,0 = 28,87

Pelat sayap termasuk elemen kompak

Untuk tekuk lokal pelat badan


𝜆 = = 27,54

𝜆𝑝 = 3,76 = 108,54

𝜆𝑟 = 5,7 = 164,54

Pelat badan termasuk elemen kompak

Maka perhitungan mengacu pada = Bab F pasal F2 SNI 1729:2015


Dengan keadaan batas yang ditinjau = Batas Pelelehan (Y)
= Tekuk torsi-lateral (LTB)

b. Menentukan kuat nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk


lateral
Kontrol penampang, termasuk bentang pendek, menengah, atau bentang panjang :
Bentang pendek = Lb < Lp
Bentang menengah = Lp < Lb ≤ Lr
Bentang panjang = Lb > Lr
Lb = 9000 mm

𝐿𝑝 = 1,76 𝑟𝑦 = 5192,25 mm

,
Lr = 1,95𝑟𝑡𝑠 ,
+ + 6,76 = 18050,48 mm

Jadi, termasuk bentang menengah.

c. Menentukan batasan momen plastic, Mp


Mn = Mp, dengan Mp adalah :
𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑥 = 864031920 Nmm

91
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0,7𝐹𝑦𝑆𝑥) = 1170346663 Nmm

Mn ≤ Mp
Hasil perhitungan diatas menunjukkan Mn > Mp, maka digunakan :
Mp = 864031920 Nmm

d. Menentukan momen nominal yang paling menentukan


Momen nominal berdasarkan kuat batas leleh = 864031920 Nmm
Momen nominal berdasarkan kuat batas tekuk torsi-lateral = 864031920 Nmm
Maka, Mn aktual yang paling menentukan = 864031920 Nmm

e. Kontrol kekuatan penampang berdasar Mn yang paling menentukan


Mu ≤  Mn
321886700 ≤ 777628728 Nmm Aman

f. Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku


Ketebalan minimum pelat badan tanpa adanya pengaku :

≤ 2,24 = 27,54 < 64,66

Kuat geser pelat badan tanpa adanya pengaku :


Aw = tw ht = 5200 mm
kv =5
Cv =1
v =1
Vn = v0,6Fy Aw Cv = 748800 N
Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku
Vu ≤  Vn
147027 ≤ 748800 Nmm Aman

92
Analisis Struktur Penampang Balok

Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di sumbu minor


(Sumbu Y)

Segmen 1 : 800x400x13x21

Modulus Elastisita (E) = 200.000 MPa


Tegangan leleh (fy) = 240 MPa
Fr = 70 MPa
G = 77200 MPa

Data beban dan geometri struktur


Momen Maksimum (Mu) = 14111800 Nmm
Gaya geser maksimum (Vu) = 7784 N
Momen A (Ma) = 195400 Nmm
Momen B (Mb) = 8544100 Nmm
Momen C (Mc) = 2665600 Nmm
Jarak sokongan lateral (L) = 6000 mm
,
𝐶𝑏 = ,
= 2,26 < 2,30

Dicoba profil WF 800x400x13x21


Ht = 800 mm
Bf = 400 mm
H' = 758 mm
tw/b = 13 mm
tf/h = 21 mm
r = 22 mm
A = 26654 mm2
Ix = 3021162404,67 mm4
Iy = 224138777,17 mm4
rx = 336,67 mm

93
ry = 91,70 mm
Sx = 7552906,01 mm3
Sy = 1120693,89 mm3
w = 209,50 kg/m
ho = 779 mm
h=hc = 758 mm
J = 3024708,67 mm4
Zx = 8410933 mm3
Zy = 3375126 mm3
Cw= Iw = 34004149918649,30 mm6
rts = 105,61 mm
Iyc = 112000000 mm4
aw = 1,17 mm2

Perancangan Lentur Balok

a. Menentukan kuat nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lokal


Kontrol penampang, termasuk penampang kompak, non-kompak, atau langsing :
Penampang kompak, = λ < λp
Penampang Non-Kompak = λr ≤ λ ˂ λp
Penampang Langsing = λ > λr

Untuk tekuk lokal pelat sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,38 = 10,97

𝜆𝑟 = 1,0 = 28,87

Pelat sayap termasuk elemen kompak

Untuk tekuk lokal pelat badan


𝜆 = = 58,31

94
𝜆𝑝 = 3,76 = 108,54

𝜆𝑟 = 5,7 = 164,54

Pelat sayap termasuk elemen kompak

Maka Perhitungan mengacu pada = Bab F pasal F6 SNI 1729:2015


Dengan keadaan baas yang ditinjau = Batas Pelelehan (Y)
= Tekuk Lokal Sayap (FLB)

b. Menentukan batasan momen plastic, Mp


Mn = Mp, dengan Mp adalah :
𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑦 = 810030120 Nmm
𝑀𝑛 ≤ 1,6𝐹𝑦 × 𝑍𝑦 810030120 ≤ 1296048192 Nmm OK

c. Menentukan momen nominal yang paling menentukan


Untuk penampang dengan sayap kompak, keadaan batas dari tekuk lokal sayap
tidak diterapkan.
Momen nominal berdasarkan kuat batas leleh = 810030120 Nmm
Momen nominal berdasarkan kuat batas tekuk torsi-lateral = 0 Nmm

Maka, Mn aktual yang paling menentukan = 810030120 Nmm

d. Kontrol kekuatan penampang berdasar Mn yang paling menentukan


Mu ≤  Mn
14111800 ≤ 729027108 Nmm Aman

e. Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku


Ketebalan minimum pelat badan tanpa adanya pengaku :

≤ 2,24 = 58,31 < 64,66

Kuat geser pelat badan tanpa adanya pengaku :


Aw = tw ht = 10400 mm
kv =5

95
Cv =1
v =1
Vn = v0,6Fy Aw Cv = 1497600 N
Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku
Vu ≤  Vn
7784 ≤ 1497600 Nmm Aman

Desain komponen struktur untuk tekuk lentur melengkung di sumbu minor


(Sumbu Y)

Segmen 2 : 400x400x13x21

Modulus Elastisita (E) = 200.000 MPa


Tegangan leleh (fy) = 240 MPa
Fr = 70 MPa
G = 77200 MPa

Data beban dan geometri struktur


Momen Maksimum (Mu) = 10277600 Nmm
Gaya geser maksimum (Vu) = 5363 N
Momen A (Ma) = 8677300 Nmm
Momen B (Mb) = 1720200 Nmm
Momen C (Mc) = 2767700 Nmm
Jarak sokongan lateral (L) = 9000 mm
,
𝐶𝑏 = ,
= 1,92 < 2,30

Dicoba profil WF 400x400x13x21


Ht = 400 mm
Bf = 400 mm
tw/b = 13 mm
tf/h = 21 mm

96
r = 22 mm
A = 21454 mm2
Ix = 653615871,33 mm4
Iy = 224065543,83 mm4
rx = 174,54 mm
ry = 102,20 mm
Sx = 3268079,36 mm3
Sy = 1120327,72 mm3
w = 168,63 kg/m
ho = 379 mm
h=hc = 358 mm
J = 2471151,33 mm4
Zx = 3600133 mm3
Zy = 855126 mm3
Cw= Iw = 8046249695440,96 mm6
rts = 110,48 mm
Iyc = 112000000 mm4
aw = 0,55 mm2

Perancangan Lentur Balok


a. Menentukan kuat nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lokal
Kontrol penampang, termasuk penampang kompak, non-kompak, atau langsing :
Penampang kompak, = λ < λp
Penampang Non-Kompak = λr ≤ λ ˂ λp
Penampang Langsing = λ > λr

Untuk tekuk lokal pelat sayap,

𝜆 = = 9,52

𝜆𝑝 = 0,38 = 10,97

𝜆𝑟 = 1,0 = 28,87

97
Pelat sayap termasuk elemen kompak

Untuk tekuk lokal pelat badan

𝜆 = = 27,54

𝜆𝑝 = 3,76 = 108,54

𝜆𝑟 = 5,7 = 164,54

Pelat sayap termasuk elemen kompak

Maka Perhitungan mengacu pada = Bab F pasal F6 SNI 1729:2015


Dengan keadaan baas yang ditinjau = Batas Pelelehan (Y)
= Tekuk Lokal Sayap (FLB)

b. Menentukan batasan momen plastic, Mp


Mn = Mp, dengan Mp adalah :
𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑦 = 205230120 Nmm
𝑀𝑛 ≤ 1,6𝐹𝑦 × 𝑍𝑦 205230120 ≤ 328368192 Nmm OK

c. Menentukan momen nominal yang paling menentukan


Untuk penampang dengan sayap kompak, keadaan batas dari tekuk lokal sayap
tidak diterapkan.
Momen nominal berdasarkan kuat batas leleh = 205230120 Nmm
Momen nominal berdasarkan kuat batas tekuk torsi-lateral = 0 Nmm

Maka, Mn aktual yang paling menentukan = 205230120 Nmm

d. Kontrol kekuatan penampang berdasar Mn yang paling menentukan


Mu ≤  Mn
10277600 ≤ 184707108 Nmm Aman

e. Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku


Ketebalan minimum pelat badan tanpa adanya pengaku :

98
≤ 2,24 = 27,54 < 64,66

Kuat geser pelat badan tanpa adanya pengaku :


Aw = tw ht = 5200 mm
kv =5
Cv =1
v =1
Vn = v0,6Fy Aw Cv = 748800 N
Kontrol kuat geser nominal balok tanpa pengaku
Vu ≤  Vn
5363 ≤ 748800 Nmm Aman

6. Perencanaan Base Plate

Gambar 4. 15 Perencanaan Base Plate


Data Tumpuan
Data Beban Kolom
Gaya aksial akibat beban terfaktor, (Pu) = 288460 N
Momen akibat beban terfaktor, (Mu) = 1249553100 Nmm
Gaya geser akibat beban terfaktor, (Vu) = 218058 N

Data Plat Tumpuan

99
Tegangan leleh baja, (fy) = 240 Mpa
Tegangan tarik putus plat, (fup) = 370 Mpa
Lebar plat tumpuan, (B) = 500 mm
Panjang plat tumpuan, (L) = 500 mm
Tebal plat tumpuan, (t) = 20 mm
Faktor reduksi kekuatan lentur, (фb) = 0.9

Data Kolom Beton


Kuat tekan beton, (fc') = 20 Mpa
Lebar penampang kolom, (I) = 550 mm
Panjang penampang kolom, (J) = 550 mm
Faktor reduksi kekuatan beton, (ф) = 0.65

Data Kolom Baja


WF 400/800x400x13x21
Tinggi profil, (ht) = 400 mm
Lebar sayap profil, (bf) = 400 mm
Tebal badan profil, (tw) = 13 mm
Tebal sayap profil, (tf) = 21 mm

Data Angkur Baut


Tipe : A-325
Tegangan tarik putus angkur baut, (Fub) = 825 Mpa
Tegangan leleh angkur baut, (fy) = 400 Mpa
Diameter angkur baut, (d) = 19 mm
Jumlah angkur baut pada sisi tarik, (nt) = 2 buah
Jumlah angkur baut pada sisi tekan, (nc) = 2 buah
Jarak baut terhadap pusat penampang kolom, (f) = 100 mm
Panjang angkur baut yang tertanam dibeton, (La) = 570 mm
Faktor reduksi kekuatan tarik, (фt) = 0.9
Jumlah penampang geser, (m) = 1

100
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser, (r1) = 0.4
Faktor reduksi kekuatan geser, (фf) = 0.75
Konstanta tegangan untuk baut mutu tinggi, (f1) = 807 Mpa
(f2) = 621 Mpa
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser, (r2) = 1.9

Eksentrisitas Beban
𝑀𝑢 = 𝑃𝑢 × 𝑒

𝑒= = 4331.807 mm

ℎ = 𝐻𝑡 − 𝑡𝑓 = 379 mm

𝑒𝑡 = 𝑓 + = 289.500 mm

𝑒𝑐 = − 𝑓 = 89.500 mm

jumlah angkur total


𝑛 = 𝑛𝑡 + 𝑛𝑐 = 4 buah
Tahanan tumpu beton
Gaya tarik pada angkur baut,
𝑃𝑡 = 𝑃𝑢 × = 89178.480 Mpa

Gaya tekan total pada plat tumpuan,


𝑃𝑢𝑐 = 𝑃𝑢 + Pt = 377638.480 N
Panjang bidang tegangan tekan beton,
×( )
𝑌= = 181.500 mm

Luas plat tumpuan baja,


𝐴1 = 𝐵 × 𝐿 = 250000 mm2
Luas penampang kolom pedestral,
𝐴2 = 𝐼 × J = 302500 mm2
Tegangan tumpu nominal,

0,85 × 𝑓𝑐′ × = 18.700 Mpa

Tegangan tumpu nominal,

101
𝑓𝑐𝑛 = 1,7 × 𝑓𝑐′ = 34.000 Mpa
Tegangan tumpu nominal beton yang digunakan,
fcn = 18.700 Mpa
tegangan tumpu beton yang diijinkan
ф × 𝑓𝑐𝑛 = 12.155 Mpa
Tegangan tumpu maksimum yang terjadi pada beton,
×
𝑓𝑐𝑢 = = 8.323 Mpa
×

Syarat yang harus dipenuhi :


fcu ≤ 𝜃 × 𝑓𝑐𝑛
8.323 ≤ 12.155 Mpa AMAN

Kontrol dimensi plat tumpuan


Lebar minimum plat tumpuan yang diperlukan,
𝐵𝑝𝑚𝑖𝑛 = = 342.353 mm
, ×ф×𝑓𝑐𝑛×𝑌

Lebar plat yang digunakan,


B = 500 mm
Syarat yang harus dipenuhi :
Bpmin ≤ B
342.353 ≤ 500 mm AMAN
Panjang bagian plat tumpuan jepit bebas,
( , × )
𝑎= = 69.975 mm

𝑓𝑐𝑢1 = 1 − × 𝑓𝑐𝑢 = 5.114 Mpa

Modulus penampang plastis plat,


𝑍 = × 𝐵 × 𝑡² = 50000 mm2

Momen yang terjadi pada plat akibat beban terfaktor,


𝑀𝑢𝑝 = × 𝐵 × 𝑓𝑐𝑢1 × 𝑎² + × 𝐵 × (𝑓𝑐𝑢 − 𝑓𝑐𝑢1) × 𝑎² = 5748595.684 Nmm
Tahanan momen nominal,
𝑀𝑛 = 𝑓𝑦 × 𝑍 = 12000000 Nmm
Tahanan momen plat,

102
ф𝑏 × 𝑀𝑛 = 10800000 Nmm
Syarat yang harus dipenuhi :
Mup ≤ ф𝑏 × 𝑀𝑛
5748595.684 ≤ 10800000 Nmm AMAN

Gaya tarik pada angkur baut


Gaya tarik pada angkur baut
𝑇𝑢1 = = 44589.240 N

Luas penampang angkur baut


𝐴𝑏 = × 𝜋 × 𝑑² = 283.529 mm2

Tahanan tarik angkur baut


𝑇𝑛 = 0,75 × 𝐴𝑏 × 𝑓𝑢𝑏 = 175433.406 N
Tahanan tarik angkur baut,
ф𝑏 × 𝑇𝑛 = 157890.065 N
Syarat yang harus dipenuhi :
Tu1 ≤ ф𝑏 × 𝑇𝑛
44589.240 ≤ 157890.065 N AMAN

Gaya geser pada angkur baut


Gaya geser pada angkur baut,
𝑉𝑢1 = = 54514.500 N

Luas penampang angkur baut


𝐴𝑏 = × 𝜋 × 𝑑² = 283.529 mm2

Tahanan tarik nominal angkur baut,


𝑉𝑛 = 𝑟1 × 𝑚 × 𝐴𝑏 × 𝑓𝑢𝑏 = 93564.483 N
Tahanan geser angkur baut,
ф𝑏 × 𝑇𝑛 = 70173.362 N
Syarat yang harus dipenuhi :
Vu1 ≤ ф𝑏 × 𝑇𝑛
54514.500 ≤ 70173.362 N AMAN

103
Gaya tumpu pada angkur baut
Gaya tumpu pada angkur baut, Ru1=Vu1 = 54514.500 N
Tahanan tumpu nominal,
𝑅𝑛 = 2,4 × 𝑑 × 𝑡 × 𝑓𝑢𝑝 = 337440 N
Tahanan tumpu,
ф𝑓 × 𝑅𝑛 = 253080 N
Syarat yang harus dipenuhi :
Ru1 ≤ ф𝑓 × 𝑅𝑛
54514.500 ≤ 253080 N AMAN

Kombinasi geser dan tarik


Tegangan geser akibat beban terfaktor,
𝑓𝑢𝑣 = ( × )
= 192.272 Mpa

Kuat geser angkur baut,


ф𝑓 × 𝑟1 × 𝑚 × 𝑓𝑢𝑏 = 247.500 Mpa
Syarat yang harus dipenuhi :
𝑓𝑢𝑣 = ( )
≤ ф𝑓 × 𝑟1 × 𝑚 × 𝑓𝑢𝑏
×

192.272 ≤ 247.500 Mpa AMAN

Gaya tarik akibat beban terfaktor, Tu1 = 44589.240 N


Tahanan tarik angkur baut,
ф𝑓 × 𝑅𝑛 = ф𝑓 × 𝑓1 × 𝐴𝑏 = 171605.768 N
Syarat yang harus dipenuhi :
Tu1 ≤ ф𝑓 × 𝑓1 × 𝐴𝑏
44589.240 ≤ 171605.768 N AMAN
Kuat tarik angkur baut,
𝑓𝑡 = 0,75 × 𝑓𝑢𝑏 = 618.750 Mpa
Batas tegangan kombinasi,
𝑓1 − 𝑟2 × 𝑓𝑢𝑣 = 730.091 Mpa
Syarat yang harus dipenuhi :

104
ft ≤ 𝑓1 − 𝑟2 × 𝑓𝑢𝑣
618.750 ≤ 730.091 Mpa AMAN
Syarat yang harus dipenuhi :
ft ≤ f2
618.750 ≤ 621 Mpa AMAN

Kontrol panjang angkur baut


Panjang angkur tanam minimum yang diperlukan,

𝐿𝑚𝑖𝑛 = = 424.853 mm
× ×

Syarat yang harus dipenuhi :


Lmin ≤ La
424.853 ≤ 570 mm AMAN

7. Perencanaan Sambungan Kolom-Balok

Gambar 4. 16 Perencanaan Sambungan Kolom-Balok


Data Sambungan
Data Beban Kolom
Gaya geser akibat beban terfaktor, (Vu) = 218.058 kN
Momen akibat beban terfaktor, (Mu) = 1249.553 kNm
Gaya aksial akibat beban terfaktor, (Pu) = 298.429 kN

105
Data Profil
Tinggi penampang (hf) = 800 mm
Lebar penampang (bf) = 400 mm
Tebal badan (tw) = 13 mm
Tebal sayap (tf) = 21 mm
Tegangan leleh (Fy) = 240 Mpa
Tegangan tarik putus (Fu) = 370 Mpa

Data Plat Sambung


Tinggi plat (hf) = 930 mm
Lebar plat (bf) = 420 mm
Tebal plat (tf) = 20 mm
Tegangan leleh plat (Fy) = 240 Mpa
Tegangan tarik putus plat (Fup) = 370 Mpa

Data Baut
Tipe baut = A-325
Tegangan tarik putus angkur baut, (fub) = 830 Mpa
Diameter angkur baut, (d) = 19.00 mm
Jarak tepi, = 40 mm
Jarak antar baut, = 70 mm
Untuk jarak tepi (lc) = 29 mm
Untuk jarak antar baut lc = 47 mm
Koefisien reduksi baut (ф) = 1.00
Koefisien slip rata-rata (μ) = 0.3
Faktor berdasarkan rasio pra-tegang (Du) = 1.13
Faktor pengisi (hf) = 1.00
Gaya pra-tegang minimum (Tb) = 124.550 kN
Jumlah bidang geser (ns) = 1
Faktor reduksi kekuatan tarik, (фt) = 0.75
Faktor reduksi kekuatan geser, (фf) = 0.75

106
Kuat tarik nominal baut (Fnt) = 620 Mpa
Kuat geser nominal baut (Fnv) = 372 Mpa
Luas penampang baut
𝐴𝑏 = × 𝜋 × 𝑑² (Ab) = 283.529 mm2

Perencanaan kapasitas per 1 baut


Menentukan kondisi batas slip baut
∅𝑅𝑛 = ∅𝜇𝐷𝑢ℎ𝑓𝑇𝑏𝑁𝑠 = 42.223 kN/baut
Menentukan kondisi batas runtuh baut
∅𝑅𝑛 = ∅𝐹𝑛𝑣 × 𝐴𝑏 = 79.105 kN/baut
Menentukan batas tumpuan lubang baut
∅𝑅𝑛 = ф1,5 𝑙𝑐 𝑡 𝐹𝑢 ≤ ф3,0 𝑑 𝑡𝐹𝑢 = 237.263 kN
Kuat nominal minimum antara kondisi batas slip, batas runtuh, dan batas tumpuan
lubang baut
Ф𝑅𝑛 = 42.223 kN/baut

Perencanaan jumlah baut yang diperlukan


Jumlah baut yang diperlukan
𝑛= = 7.07 baut
Ф

≈ 7 baut

107
8. Perencanaan Sambungan Balok-Balok

Gambar 4. 17 Perencanaan Sambungan Balok-Balok

Data Sambungan
Data Beban Kolom
Gaya geser akibat beban terfaktor, (Vu) = 147.027 kN
Momen akibat beban terfaktor, (Mu) = 321.887 kNm
Gaya aksial akibat beban terfaktor, (Pu) = 244.980 kN

Data Profil
Tinggi penampang (hf) = 400 mm
Lebar penampang (bf) = 400 mm
Tebal badan (tw = 13 mm
Tebal sayap tf = 21 mm
Tegangan leleh Fy = 240 Mpa
Tegangan tarik putus Fu = 370 Mpa

Data Plat Sambung


Tinggi plat (hf) = 490 mm
Lebar plat (bf) = 420 mm
Tebal plat (tf) = 20 mm
Tegangan leleh plat (Fy) = 240 Mpa
Tegangan tarik putus plat (Fup) = 370 Mpa

108
Data Baut
Tipe baut = A-325
Tegangan tarik putus angkur baut, (fub) = 830 Mpa
Diameter angkur baut, (d) = 19.00 mm
Jarak tepi, = 40 mm
Jarak antar baut, = 70 mm
Untuk jarak tepi (lc) = 29 mm
Untuk jarak antar baut (lc) = 47 mm
Koefisien reduksi baut (ф) = 1.00
Koefisien slip rata-rata (μ) = 0.3
Faktor berdasarkan rasio pra-tegang Du = 1.13
Faktor pengisi (hf) = 1.00
Gaya pra-tegang minimum (Tb) = 124.550 kN
Jumlah bidang geser (ns) = 1
Faktor reduksi kekuatan tarik, (фt) = 0.75
Faktor reduksi kekuatan geser, (фf) = 0.75
Kuat tarik nominal baut (Fnt) = 620 Mpa
Kuat geser nominal baut (Fnv) = 372 Mpa
Luas penampang baut
𝐴𝑏 = × 𝜋 × 𝑑² Ab = 283.529 mm2

Perencanaan kapasitas per 1 baut


Menentukan kondisi batas slip baut
∅𝑅𝑛 = ∅𝜇𝐷𝑢ℎ𝑓𝑇𝑏𝑁𝑠 = 42.223 kN/baut
Menentukan kondisi batas runtuh baut
∅𝑅𝑛 = ∅𝐹𝑛𝑣 × 𝐴𝑏 = 79.105 kN/baut
Menentukan batas tumpuan lubang baut
∅𝑅𝑛 = ф1,5 𝑙𝑐 𝑡 𝐹𝑢 ≤ ф3,0 𝑑 𝑡𝐹𝑢 = 237.263 kN
Kuat nominal minimum antara kondisi batas slip, batas runtuh, dan batas tumpuan
lubang baut
Ф𝑅𝑛 = 42.223 kN/baut

109
Perencanaan jumlah baut yang diperlukan
Jumlah baut yang diperlukan
𝑛= = 5.80 baut
Ф

≈ 6 baut

Perencanaan pada konsep Pre Engineering Building hampir sama dengan konsep
Konvensional, hanya saja yang menjadi pembeda terletak pada profil dan pekerjaan
pra-fabrikasi. Pada konsep Pre Engineering Building, profil yang digunakan
biasanya berbentuk tappered. Dan pekerjaan pra-fabrikasi tersebut juga menjadi
salah satu ciri khas dari konsep Pre Engineering Building. Sebab dalam pekerjaan
tersebut profil yang dibuat sudah disesuaikan dengan bentuk, ukuran, dan kekuatan
yang diinginkan. Jadi pada saat dilapangan semua profil tinggal dirangkai oleh
kontraktor.

4.1.3 Pekerjaan Pra-Fabrikasi

Pekerjaaan ini sama dengan fabrikasi pada konsep konvensional. Item


yang di proses berasal dari bahan baku mentah atau setengah jadi. Namun, yang
membedakan adalah pada konsep Pre Engineering Building item yang
diproses langsung sesuai dengan profil yang diinginkan. Mulai dari bentuk,
kekuatan, dan ukuran. Dan proses pra-fabrikasi konsep Pre Engineering
Building terbagi menjadi dua, yaitu pada member primer dan sekunder. Pada
pra-fabrikasi juga terdiri dari serangkaian pekerjaan yang dikerjakan secara
bertahap berdasarkan gambar atau desain yang telah dibuat dengan ukuran
yang sesuai yang terdiri dari proses pemotongan, pembuatan lubang,
pemasangan, pengelasan dan sambungan rincian las, pembersihan permukaan,
dan pengecatan.

110
1. Member Primer
a) Pemotongan :

Plat baja dapat dipotong untuk setiap bentuk desain oleh mesin
CNC dengan pemotong otomatis multi-head. Semua plat dipotong
sesuai ukuran yang dibutuhkan dengan suhu yang sangat panas dengan
ketebalan sampai 80 mm.

Gambar 4. 18 CNC Cutting Machine (Sumber : atad.vn)

Mesin pemotong mekanik 6100 x 20mm yang mampu


memotong plat baja dengan ketebalan sampai 20mm

Gambar 4. 19 CNC (6100 x 20) mm Shearing Machine (Sumber : atad.vn)

Mesin pemotong mekanik 6100 x 16mm yang mampu


memotong plat baja dengan ketebalan hingga 16mm

111
Gambar 4. 20 CNC (6100 x 16) mm Shearing Machine (Sumber : atad.vn)

b) Pembuatan Lubang

Setelah melakukan pemotongan, kemudian menggunakan


mesin laminating otomatis untuk mengebor atau membuat lubang di
plat yang sudah dipotong sesuai dengan kebutuhan. Alat yang
digunakan berupa Punching Machine dan CNC Drilling Machine.

Gambar 4. 21 Punching Machine (Sumber : atad.vn)

112
Gambar 4. 22 Drilling Machine (Sumber : atad.vn)
c) Pemasangan

Pada proses pemasangan ini hal yang dilakukan adalah


menggabungkan plat baja ke dalam komponen bangunan I-
section menggunakan mesin perakitan otomatis. Mesin yang digunakan
yaitu Automatic Assembling and Welding Machine dan Automatic
Assembling Machine

Gambar 4. 23 Automatic Assembling and Welding Machine (Sumber : atad.vn)

113
Gambar 4. 24 Automatic Assembling Machine (Sumber : atad.vn)

d) Pengelasan dan sambungan rincian las:

Setelah proses pemasangan, komponen dipindahkan keprosedur


berikutnya yaitu pengelasan dua pinggiran dari pelat baja dengan
perendaman arc weld. Proses ini menciptakan pengelasan dengan
kualitas tinggi, intensitas yang besar dan pelapisan mutlak. Pengelasan
dilakukan pada semua komponen secara bergantian
menggunakan electrical poles welding. Semua jenis pengelasan harus
dilakukan sesuai dengan standar dan instruksi terbaru. Di Indonesia,
pengelasan mengacu pada SNI 03-1729-2002 dan SNI 1729-2015. Atau
dapat juga mengacu pada standar negara lain seperti American Welding
Society D1.1 : 2000. Peralatan dan mesin yang digunakan berupa Mesin
las otomatis (10 Unit) dan Mesin las tangan (100 unit)

Gambar 4. 25 Automatic Welding Machine (Sumber : atad.vn)

114
e) Pembersihan Permukaan:

Pelat baja built-up dan baja hasil las kemudian dibersihkan


secara fisik atau dibersihkan dengan menggunakan mesin sand-
spraying, tergantung pada pilihan pelanggan. Peralatan dan mesin yang
digunakan berupa automatic shot-blasting machine, grinders (10 unit).

Gambar 4. 26 Shot Blasting Machine (Sumber : atad.vn)


f) Pengecatan:

Pengecatan berguna untuk melapisi permukaan baja dari korosif


(karat), bertahan pada pengaruh destruktif cuaca yang ekstrim, serta
sebagai penambah keindahan produk.
Proses pengecatan biasanya memakan waktu yang lumayan
lama, bisa sampai 1 minggu karena pelapisan biasanya di lakukan sesuai
tahapanya, satu persatu tahapan pelapisan harus kering dulu. Komponen
bangunan akan dicat dengan warna biru atau sesuai dengan pilihan
pelanggan. Peralatan dan mesin yang digunakan berupa High-pressure
paint spraying machine, grinder (5 unit)

115
Gambar 4. 27 Painting Machine (Sumber : atad.vn)

2. Member Sekunder
a) Pembentukan

Komponen sekunder seperti purlin dan girt diproduksi dari


bahan Cold Rolled Sheet Steel berlapis Galvanis atau Cold-Rolled
Steel berlapis coating hitam yang sesuai dengan standar ASTM.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyetel gulungan steel sheet sekitar
2 – 3 menit tanpa mengubah setting penggulungnya. Setelah
gulungan steel sheet dibentuk dengan mesin forming, permukaan
akan tampak halus dan indah tanpa goresan di permukaannya.
Peralatan dan mesin yang digunakan berupa Mesin penggulung
Purlin, mesin pembentuk C purlin dan mesin pembentuk Z purlin.

116
Gambar 4. 28 Z Purlin Forming Machine (Sumber : atad.vn)

Gambar 4. 29 C Purlin Forming Machine (Sumber : atad.vn)


b) Pembuatan Lubang

Purlin dan girt dapat disediakan dalam kondisi polos, atau


dilubangi menggunakan standar pelubangan, jarak antar lubang sesuai
spesifikasi yang diinginkan pelanggan.

c) Pengecatan

Pengecatan berguna untuk melapisi permukaan baja dari korosif


(karat), bertahan pada pengaruh destruktif cuaca yang ekstrim, serta
sebagai penambah keindahan produk. Komponen bangunan akan dicat
dengan warna biru atau sesuai dengan pilihan pelanggan.

117
4.1.4 Pengadaan Material

Pengadaan material dilakukan dengan bantuan alat berat


maupun alat transportasi seperti kapal dan truk kontainer. Pengadaan
material yang melalui transportasi darat biasanya dilakukan pada
malam hari, karena untuk mencegah kemacetan juga agar waktu
pengiriman lebih tepat waktu. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga
keamanan, karena apabila pengiriman dilakukan pada siang hari
maka kemungkinan akan pecah ban sangat tinggi. Kontainer yang
digunakan sendiri ada 2 jenis ukuran, yaitu 20 feet dan 40 feet.

Gambar 4. 30 Kontainer 20 ft dan 40 ft (Sumber: Google.com)


4.1.5 Ereksi atau Pemasangan

Adalah proses pengangkatan bagian rangka baja seperti


kuda-kuda/rafter, kolom yang sudah disambung dan disetting
diangkat untuk dipasang dibagian atas kontruksi untuk difitting
dengan bagian lainnya (kolom-rafter-kuda-kuda, branching, tie rod
dll). Bagian kolom pertama kali diangkat dan dipasang setelah itu
bagian rafter dan gording.
Untuk beban baja lebih dari 1 ton dan ketinggian lebih dari 10
meter maka pengangkatan kontruksi Baja sebaiknya menggunakan alat

118
angkat berat seperti hoist, crane/mobile crane, karena lebih aman dan lebih
mudah.
Beban dibawah 1 ton dengan ketinggian kolom 6m, dapat
menggunakan peralatan seperti chain block, hoist yang memiliki daya
angkat dari 5 ton.
4.1.6 Analisa Biaya Pelaksanaan

Analisa biaya dapat dilakukan apabila telah melakukan


perhitungan volume dari setiap item pekerjaan. Untuk melakukan
hal tersebut, maka dibutuhkan data seperti gambar perencanaan
dari setiap item pekerjaan.
Perhitungan volume dilakukan pada setiap item pekerjaan
dari konstruksi baja. Hasil perhitungan volume dari seluruh item
pekerjaan akan menjadi variabel dalam perhitungan rencana
anggaran biaya.
Berat kolom = 209,5 kg/m × (14 × 3 m)
(800x400x13x21) = 8799 kg

Berat kolom = 168,63 kg/m × (14 × 3 m)


(400x400x13x21) = 7082,46 kg

Berat Kolom total = 8.799 kg + 7.082,46 kg


= 15881,46 kg

Berat Balok = 209,5 kg/m × (14 × 6 m)


(800x400x13x21) = 17598 kg

Berat Balok = 168,63 kg/m × (14 × 9 m)


(400x400x13x21) = 21247,38 kg

Berat Balok total = 17598 kg + 21247,38 kg


= 38845,38 kg

Berat Purlin = 40,20 kg/m × (14 × 36 m)


(175x175x7,5x11) = 20260,8 kg

119
Berat Penutup Atap = Berat jenis atap x L₁
= 6,38 kg/m² × 563400 m²
= 3594492 kg
Tabel 4. 6 Total volume material konstruksi baja dengan konsep Pre Engineering
Building

Volume
No Pekerjaan (Kg) Satuan
1 Kolom 15.881,46 Kg
2 Balok 38.845,38 Kg
3 Purlin 20.260,8 Kg
4 Penutup atap 3.594.492 Kg
5 Plat sambung 12.100 Kg
6 Angkur 56 Bh
7 Mur & Baut
Baut M22 420 Bh
Baut M12 400 Bh
8 Pengecatan 4.042 m2

Tabel 4. 7 Harga material konstruksi baja dengan konsep Pre Engineering


Building

Harga (Rp.)
Volume Total Biaya (Rp.)
No Pekerjaan Sat Upah Material
(1) (2) (3) (4)=((1)*(2))+((1)*(3))
1 Kolom 15.881,46 Kg 1.018 18.834 315.278.744
2 Balok 38.845,38 Kg 1.018 18.834 771.158.484
3 Purlin 20.260,8 Kg 1.018 18.834 402.217.402
4 Plat sambung 12.100 Kg 1.018 18.834 1.860.096.700
5 Penutup atap 3.594.492 Kg 1.018 20.870 78.676.240.896
6 Angkur 56 Bh 10.500 82.425 5.203.800
7 Mur & Baut 100 Kg 1.018 20.870 2.188.800
2
8 Pengecatan 4.042 m 1.018 3.125 16.746.006
9 Transport Ke Job Site 291.600.000
82.340.730.831

4.1.7 Analisa Waktu Perencanaan

Analisa waktu pelaksanaan pada bangunan konstruksi baja


dengan konsep Pre Engineering Building dibagi menjadi beberapa
tahapan pekerjaan berikut ini.

120
Didapat total durasi waktu pekerjaan konstruksi Baja
Konvensional sebagai berikut.
Total Durasi Waktu = Waktu Pabrikasi + Pengiriman Material
+ Waktu Erection
= 5 hari + 30 hari + 5 hari
= 40 hari.

121
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


1. Profil baja yang digunakan pada balok perencanaan konstruksi
pabrik adalah 800/400400x13x21 dan aman digunakan.
2. Profil baja yang digunakan pada kolom perencanaan konstruksi
pabrik adalah 400/800x400x13x21 dan aman digunakan.
3. Volume baja yang digunakan perencanaan konstruksi pabrik
dengan kolom sebesar 15.881,46 kg, balok 38.845,38 kg, purlin
20.260,8 kg, penutup atap 3.594.492 kg
4. Berdasarkan hasil dari perhitungan perencanaan tersebut,
penggunaan profil untuk bentang bangunan 30 meter aman
digunakan.

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lain untuk bangunan konstruksi pabrik.
2. Perlu dilakukan penelitian lain untuk perencanaan profil bangunan
konstruksi pabrik.
3. Dikarenakan belum banyak literasi mengenai Pre Engineering Building
di Indonesia, maka banyak referensi mengenai PEB dari jurnal, maupun
buku-buku dari media asing.

122
DAFTAR PUSTAKA

_____. manufacturing. Atad. http://www.atad.vn/manufacturing. Diakses pada 27


Maret 2017.
_____http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/. Diakses
pada 20 Januari 2018.
Amelia, Priska, dkk., 2019. “Perancangan Bangunan Pusat Perbelanjaan dan Ruang
Serbaguna dengan Konstruksi Baja di DKI Jakarta”. Prosiding Seminar
Intelektual 1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam
Perencanaan dan Perancangan Lingkungan Terbangun. Jakarta:
Universitas Trisakti.
American Institute of Steel Construction. (2010). ANSI/AISC 360-10: An
American National Standard: Spesification for Structural Steel Buildings,
Chicago, Illinois.
Anonim. 2012. SNI 1726:2012 Tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Badan Standardisasi
Nasional. 149 hlm.
Anonim. 2013. SNI 1727:2013 Tentang Beban Minimum untuk Perancangan
Bangunan Gedung Struktur Lain. Badan Standardisasi Nasional. 196 hlm.
Anonim. 2015. SNI 1729:2015 Tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural. Badan Standardisasi Nasional. 289 hlm.
Anonim. manufacturing. Atad. http://www.atad.vn/manufacturing. Diakses pada 27
Maret 2017.
Asri, Rachmawaty., 2012. ”Studi Perilaku Tekuk Torsi Lateral pada Balok Baja
Bangunan Gedung dengan Menggunakan Program Abaqus 6.7”. Tugas
Akhir. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Astuti, Pinta, dkk., 2016. “Studi Numerik Sambungan dengan Baut-Gusset Plate
pada Struktur Gable Frame Tiga Sendi”. Konferensi Nasional Teknik Sipil
10. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Dewobroto, Wiryanto. 2016. Struktur Baja : Perailaku, Analisis dan Desain – AISC
2010. Tanggerang : Penerbit Jurusan Teknik Sipil UPH. 973 hlm.
Firman, Afif. 2014. Perencanaan Konstruksi Baja Tipe Gable Frame pada
Bangunan Pabrik. (Jurnal). Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. 25pp
Hakiki, Muhammad Saiful & Totok Purwanto., 2018. “Analisis Struktur Atas untuk
Perencanaan Bangunan Rangka Baja Project PT. Bogatama Marinusa
Makasar, Sulawesi Selatan”. Wahana Teknik: Jurnal Keilmuan dan
Terapan Teknik. Gresik: Universitas Gresik.

123
Handayani, Oktaviani Tri, dkk, 2018. “Comparison of Wind Load Analysis Results
Based on Indonesia Minimum Design Loads Standard SNI 1727:2013
Inputted Automatically and Manually by Using SAP2000”. Applied
Mechanics and Materials Vol. 881. Switzerland: Trans Tech Publications.
Ikhtisoliyah & Hamid Suroyo., 2017. “Analisis Perhitungan Kekuatan pada
Struktur Atap Gudang STG-Boiler Batu Bara”. Wahana Teknik: Jurnal
Keilmuan dan Terapan Teknik Vol. 6 No.2. Gresik: Universitas Gresik.
Kristof, Imola, dkk., 2017. “A Simplified Method for the Design of Steel Beam-to-
column Connections”. Periodica Polytechnica Architecture. Hungaria:
Budapest University of Technology and Economics.
Kurniawan, Rahmat, dkk., 2015. “Analisa Perbandingan Biaya dan Waktu
Bangunan Konstruksi Baja Menggunakan Sistem Pre-Engineering
Building dan Sistem Konvensional pada Proyek Pabrik Fober Cement
Boards Mojosari”. Jurnal Teknik ITS Vol. 4 No. 1. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Manalu, Ignatio Sahat Parulian & Johannes Tarigan., 2019. “Analisis Sambungan
Baut terhadap Gaya Geser dengan Perhitungan Manual dan Program
Ansys”. Jurnal Teknik Sipil USU Vol. 8 No. 1. Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara.
Mu’tashimbillah, Ferdin., 2019. “Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka
Baja Kereta Api”. Tugas Akhir. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Pangan, Glen. Y.D, dkk., 2016. “Analisis Dimensi Pelat Dasar (Base plate) pada
Kolom Struktur Baja yang Mampu Tahan Terhadap Efek Pray”. Jurnal
Sipil Statik Vol. 4 No. 6. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Phiegiarto, Fendy, dkk., 2015. “Perencanaan Elemen Struktur Baja Berdasarkan
SNI 1729:2015”. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol. 4 No. 2.
Surabaya: Universitas Kristen Petra Indonesia.
Santina, Azmi Cindi, dkk., 2018. “Optimalisasi Profil Baja IWF pada Konstruksi
Bangunan Parkir Sepeda Motor 4 Lantai (Studi Kasus Gedung Spazio
Tower 2, Surabaya)”. GeSTRAM: Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil
Vol. 01 No. 02. Surabaya: Universitas Dr. Soetomo.
Setialaksana, Andre Pranata, dkk., 2017. “Kajian ekonomis Perancangan Sistem
Sambungan Struktur Baja pada Rangka Atap dengan Variasi Ukuran Baut,
Konfigurasi Baut, dan Mutu Baut”. Reka Racana: Jurnal Online Institut
Teknologi Nasional Vol. 3 No. 4. Bandung: Institut Teknologi Nasional.
Utama, Weda., 2014. “Perhitungan Perencanaan Base Plate Kolom Baja”.

124

Anda mungkin juga menyukai