Anda di halaman 1dari 107

1

TANGGUNG JAWAB PT. ERIC DIRGANTARA TOUR &


TRAVEL TERHADAP PENUMPANG PESAWAT UDARA
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PENERBANGAN
NOMOR 1 TAHUN 2009 DAN UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk
Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :
DESI PRANATA SIMAMORA
NIM : 100200400

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN


PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

ABSTRAK
Desi Pranata Simamora1
Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum**
Dr. Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum ***
Biro perjalanan (travel)mempunyai tanggung jawab dalam menangani
permasalahan atas tiket dan ketidakberangkatan penumpang.Yang menjadi
permasalahan adalah pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen
pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel, problematika yang terjadi pada PT. Eric
Dirgantara Tour & Travel berkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan,
dan tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah
penumpang dengan maskapai penerbangannya.
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
metode penelitian yuridis empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif
analitis.Penelitian deskriptif analitis mengacu pada menggambarkan, menelaah,
menjelaskan, dan menganalisis suatu peraturan hukum.Dalam hal ini menelaah
dan mengkaji berbagai bentuk peraturan yang tentunya terkait dengan penelitian
ini khususnya dalam hal tanggung jawab. Penelitian yuridis empiris mengacu
pada pengalaman dalam masyarakat untuk mendapatkan data primer dan
menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan
kriterium kebenaran koresponden serta fakta untuk melakukan proses induksi.
Hasil kesimpulan penulisan ini menunjukkan bahwa Pengaturan
penumpang pesawat udara sebagai konsumen pada PT. Eric Dirgantara Tour &
Travel yaitu adanya hal-hal perlindungan konsumen yang diberikan PT. Eric
Dirgantara Tour & Travel dalam menangani masalah apabila penumpang
bermasalah dengan tiketnya baik tidak berangkat, penggantian jadwal
keberangkatan, kesalahan huruf dari nama penumpang yang tercantum di tiket
dengan kartu identitas yang berbeda dan lain-lain. Problematika yang terjadi pada
PT. Eric Dirgantara Tour &Travel berkaitan dengan penumpang maskapai
penerbangan yaitumengubah jadwal keberangkatan (reschedule), mengubah rute
keberangkatan (reroute), kesalahan ticketing, ketidakberangkatan penumpang baik
daripihak penerbangan yang membatalkan, pengembalian uang akibat pembatalan
(refund), kenaikan kelas tiket penumpang (upgrade class), dan pesawat terlambat
(delay.) Tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah
penumpang dengan maskapai penerbangannya yaitu membantu dan menangani
penumpang yang mempunyai masalah keberangkatan dengan berbagai cara
seperti pengembalian uang tiket (refund), memberitahu batas waktu (time limit),
menghubungi kantor pusat maskapai penerbangan apabila penumpang mengalami
masalah terhadap status tiket.
1*Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU**Dosen Pembimbing I, Departemen
Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU
***Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

Kata Kunci : Travel, Penerbangan, Konsumen

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih, atas segala karunia, anugerah, kasih dan penyertaan-Nya kepada
Penulis, khususnya selama Penulis menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum dari
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka dalam kesempatan ini, Penulis
menyusun sebuah Karya Ilmiah dalam bentuk skrispsi dengan judul :
TANGGUNG JAWAB PT. ERIC DIRGANTARA TOUR & TRAVEL
TERHADAP

PENUMPANG

PESAWAT

UDARA

DITINJAU

DARI

UNDANG-UNDANG PENERBANGAN NOMOR 1 TAHUN 2009 DAN


UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN
1999.
Penulis menyadari masih begitu baik karena keterbatasan kemampuan dan
pengalaman Penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu Penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dalam bentuk sumbangan
pikiran, dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak.
Dalam

kesempatan

ini

dengan

segala

kerendahan

hati

Penulis

menyampaikan terima kasih kepada :


1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I


Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
3. Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., D.F.M, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
4. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
5. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang juga
merangkap sebagai Dosen Pembimbing I Penulis yang telah
memberikan motivasi dan banyak masukan serta saran kepada Penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II
Penulis yang telah memberikan motivasi dan banyak masukan serta
saran kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen tercinta Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang telah mengajar dan membimbing Penulis selama mengikuti
perkuliahan hingga sampai selesai.
8. Teristimewa kedua orang tua saya, Papa tercinta (Alm) Dr. Sirjon
Panama Simamora, S.H., dan Mama tercinta Tetty Agustina Siregar,
S.H., atas doa, kasih sayang, nasehat, bimbingan, dan dukungan moril
beserta materil yang menjadi sumber motivasi bagi Penulis hingga
skripsi ini selesai.
9. Kakak dan Abang tersayang : Dewi Justisia Natalia Simamora, S.E.,
M.M, dan Surya Xico Toman Marpaung, S.P, yang selalu memberikan
dukungan, nasehat, semangat dan motivasi sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.

10. Adik- adikku tersayang : Dian Pratiwi Simamora, Eric Putra


Simamora, dan Edward Bob Simamora yang selalu menjadi bagian
terpenting dalam hidup Penulis dan selalu ada dalam suka dan duka.
11. Seluruh staf dan karyawan PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan
yang telah memberikan bantuan dan masukan bagi Penulis.
12. Teman-teman seperjuangan : Patricia Purba, Hanny Luvika, Leonard
Sinaga, Raja Pasaribu, Charles Salim, Deny Mulia Ananda, Abdul
Reza (Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara) dan Rendy
Octavianus Dumais, S.H. (Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi
Manado), yang selalu memberi dukungan dan semangat bagi Penulis
sehingga skripsi ini selesai.
13. Teman-teman terbaikku : Elvana Febriyanti Togatorop, Raje Laksmi,
Ira Elbertna Purba, Tika Septiani Siahaan, Triany Natalia Siahaan,
Christine Happryanti Simatupang yang selalu memberi dukungan dan
semangat bagi Penulis sehingga skripsi ini selesai.
14. Abang senior stambuk 2009 Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara : Samuel P.Tambunan, S.H, yang memberikan dukungan, saran,
dan motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.
15. Seluruh teman-teman stambuk 2010 yang sedang dan sudah
menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para


pembaca khususnya bagi diri Penulis. Penulis mohon maaf yang sedalamdalamnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang

secara langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi kepada Penulis


untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan memberikan berkat-Nya dan dengan hati yang terbuka
Penulis meminta saran dan kritik atas kesempurnaan skripsi ini dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan,

Maret 2014

Penulis,

Desi Pranata Simamora

DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR .. ii
DAFTAR ISI . vi

BAB I

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan .. 8

C. Tujuan Penulisan 8
D. Manfaat Penulisan .. 8
E. Metode Penelitian .. 9
F. Keaslian Penulisan 11
G. Sistematika Penulisan .... 12

BAB II

: TINJAUAN UMUM TENTANG PT. ERIC DIRGANTARA


TOUR & TRAVEL
A. Pengertian dan Pengaturan Usaha Jasa Travel .. 14
B. Historis Berdirinya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel 21
C. Visi, Misi, dan Tujuan Didirikannya PT. Eric Dirgantara Tour
& Travel.. 25
D. Struktur Organisasi PT. Eric Dirgantara Tour & Travel. 27
E. Barang dan Jasa yang Ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara
Tour & Travel. 28

BAB III

: PERLINDUNGAN KONSUMEN ANTARA TRAVEL


DENGAN PENUMPANG PESAWAT UDARA
A. Pengertian Tiket Pesawat Udara. 32
B. Perlindungan Hukum Penumpang Pesawat Udara Sebagai
Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 44
C. Peraturan Penerbangan Tentang Perlindungan Terhadap
Penumpang ..61

D. Hak dan Kewajiban Pihak Travel Dalam Penjualan Tiket


Penumpang . 74
E. Hubungan Antara Biro Perjalanan Selaku Pelaku Usaha dengan
Penumpang Pesawat Udara. 79

BAB IV

: TANGGUNG JAWAB PT. ERIC DIRGANTARA TOUR &


TRAVEL TERHADAP PENUMPANG PESAWAT UDARA
A. Prosedur Pembelian Tiket Pesawat Udara Dimana Penumpang
Berada
82
B. Faktor-Faktor Penyebab Pembatalan dan Ketidakberangkatan
Penumpang .... 87
C. Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap
Masalah Tiket yang Penerbangannya Dibatalkan.. 93

BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan. 97
B. Saran 100

DAFTAR PUSTAKA 102


LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biro perjalanan mempunyai peran penting dalam dunia modern saat ini.
Salah satu biro perjalanan atau dalam sebutan asing yaitu travel yang terdapat di
kota Medan adalah PT. Eric Dirgantara Tour & Travel. PT. Eric Dirgantara Tour &
Travelmempunyai tanggung jawab yang besar terhadap penumpangnya, sebab jika
ada kelengahan dan kelalaian dari pihak PT. Eric Dirgantara Tour & Travelmaka
penumpang tidak bisa menaiki pesawat.

Penumpang pesawat udara sebagai konsumen wajib mendapatkan


pelayanan dan jasa yang baik dalam pembelian tiket. Apabila penumpang tersebut
membeli tiket pesawat udara di PT. Eric Dirgantara Tour & Travel dan tidak bisa
mengikuti jadwal penerbangan, maka PT. Eric Dirgantara Tour & Travelharus
menanggungjawabinya dengan melakukan kontak langsung dengan kantor pusat
penerbangan. Ketidakberangkatan penumpang dapat terjadi apabila pihak
penerbangan mengubah jadwal keberangkatan maskapai penerbangan, dapat
berubah waktu dan hari dipercepat ataupun diperlambat. 2 Terkadang penumpang
tersebut memberikan nomor kontak penumpang yang tidak aktif atau nomor palsu
sehingga

pihak

maskapai

penerbangan

dan

pihak

travel

tidak

dapat

menghubunginya tetapi ketika penumpang akan berangkat dan sudah tiba di


bandara, penumpang tersebut heran bahwa jadwal keberangkatan pesawat telah
diubah. Ini sebagai salah satu bentuk kelengahan PT. Eric Dirgantara Tour &
Travelapabila nomor yang diberikan penumpang ternyata sudah tidak aktif lagi
sehingga penumpang dapat terlantar di bandara.
Bentuk problematika lain yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour &
Travelseperti hal ubah jadwal (reschedule),ubah rute (reroute), kesalahan
reservasi,

ketidakberangkatan

penumpang,

pembatalan

tiket

penumpang,

pengembalian uang penumpang pesawat udara akibat pembatalan (refund),


kenaikan kelas tiket penumpang (upgrade class),city check in yang dilakukan
pihak travel terhadap tiket penumpang pesawat udara, dan lain-lain. Dari sinilah
dapat dilihat bagaimana tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Traveldalam

2 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 2
Februari 2014.

menangani kasus-kasus tersebut. Sebab bentuk usaha apapun pasti memiliki risiko
dalam menjalaninya.
Hal yang sering menjadi pembicaraan para penumpang yang menjadi
problematika PT. Eric Dirgantara Tour & Travelselain itu adalah tiket promo.
Seringkali penumpang pesawat udara yang akan membeli tiket menanyakan tiket
promo dan menganggap pihak travel tidak menyediakannya ataupun menaikkan
harganya sehingga merugikan penumpang sebagai konsumen. Hal inilah yang
menjadi bentuk kekeliruan.Tiket promo bukan berarti tiket dengan harga murah
sekali, namun tiket promo adalah harga tiket yang murah pada maskapai tertentu
dengan harga lebih murah dibanding dengan harga tiket normal. Tiket promo ini
tidak dapat dibatalkan dan jika tidak berangkat maka dianggap hangus.3
Seperti yang diketahui bahwa tiket sudah dapat dibeli melalui internet
tetapi jika ada permasalahan yang dihadapi penumpang pesawat udara tersebut,
maka lebih baik membeli tiket di travel agar masalah dapat ditangani.4 Pihak
travel tidak dapat membantu masalah tersebut apabila penumpang tidak membeli
tiket kepadanya.PT. Eric Dirgantara Tour & Travelsebenarnya bukan tidak mau
membantu dan melayani penumpang yang mengalami masalah tiketnya melalui
pembelian di internet, tetapi setiap travel agent mempunyai username atau sign in
yang sudah didaftarkan sebelumnya dari sistem yang diinstal oleh pihak
penerbangan kepada travel. Username atau sign in itu hanya dapat membuka code
booking tiket penumpang yang membeli pada travel tersebut. Jadi jika penumpang
tersebut ingin dibantu, maka pihak travel tidak dapat membantunya sehingga
penumpang tersebut harus pergi ke kantor maskapai penerbangannya langsung.
3Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 2 Februari
2014.
4 Oka A. Yoeti. Tours and Travel Marketing, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2003), hal. 31.

Keuntungan membeli tiket pada travel sebenarnya cukup banyak sebab


memudahkan penumpang pesawat udara menghadapi masalah pada penerbangan
yang akan ditumpangi. Jika terjadi permasalahan tiket penumpang tersebut, jika
tidak membeli di travel, maka penumpang harus pergi ke kantor maskapai
penerbangan dan itu mempunyai bagian yang berbeda-beda sesuai dengan keluhan
penumpang.
Perlindungan konsumen merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kegiatan bisnis yang sehat.Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat
keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dan produsen.Jika tidak ada
perlindungan keseimbangan tersebut maka konsumen berada pada posisi lemah.5
Konsumen sebagai istilah yang sering dipergunakan sehari-hari merupakan
istilah yang perlu untuk diberikan batasan pengertian agar dapat mempermudah
pembahasan tentang perlindungan konsumen sebab konsumen sangat berperan
dalam proses perdagangan.6
Pengertian Konsumen dalam Rancangan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia,
yaitu:Konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, bagikepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang
tidak untuk diperdagangkan kembali.7

5 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang menyatakan Perlindungan


Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hokum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
6 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang menyatakan Konsumen adalah
setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
7Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2011), hal. 20.

Menurut Az. Nasution, ia berpendapat bahwa hukum perlindungan


konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau
kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi
kepentingan konsumen..
Pada

saatDepartemen

Perhubungan

Republik

Indonesia

sedang

mempersiapkan suatu Rancangan Undang-Undang Penerbangan baru.UndangUndang tersebut menggantikan Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958 tentang
Penerbangan dan bertujuan untuk mencakup perkembangan kegiatan-kegiatan
penerbangan yang telah dicapai maupun yang diperlukan oleh Indonesia.8
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan perlu
disempurnakan guna menyelaraskan dengan dan perkembangan teknologi,
perubahan paradigma, dan lingkungan strategis termasuk otonomi daerah,
kompetisi di tingkat regional dan global, peran serta masyarakat, persaingan
usaha, konvensi internasional tentang penerbangan, perlindungan profesi,serta
perlindungan konsumen.9
Pengertian Penerbangan adalah padanan dari perkataan aviation, bukan
padanan dari perkataan aerial navigation atau aeronautical atau flight atau air
navigation.Perkataan aviation mempunyai pengertian lebih luas dibandingkan
dengan perkataan aerial navigation atau aeronautical atau flight atau air
navigation.10
8H.K.Martono, Kamus Hukum dan Regulasi Penerbangan. (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2007), hal. 80.

9 Mieke Komar Kantaatmadja, Hukum Angkasa dan Hukum Tata Ruang, (Bandung : Mandar
Maju, 1994), hal. 60.
10 Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 yang menyatakan
Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara,

Transportasi udara merupakan transportasi yang berkembang pesat dimana


banyaknya biro perjalanan (Travel) dan maskapai penerbangan yang memberikan
jasa penerbangan baik rute domestik maupun rute internasional.Maskapai
penerbangan tersebut di antaranya adalah Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air,
Wings Air, Sriwijaya Air, Air Asia, Batik Air, Firefly, Tiger Mandala Airways, Silk
Air, Malaysia Airlines, Sky Aviation, Susi Air, dan lain-lain.
Biro perjalanan (Travel) adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial
yang mengatur, dan menyediakan pelayanan bagi seseorang,sekelompok orang,
untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama berwisata.
Data Dinas Infokom (Informasi dan Komunikasi) dan PDE (Pengolahan
Data Elektronik) Kota Medan pada tahun 2006, memberitahukan bahwa
sedikitnya terdapat 112 biro perjalanan (Travel) yang terdapat di Kota Medan. Hal
ini menjadi salah satu bentuk persaingan usaha dimana persaingannya cukup ketat
dan tergantung bagaimana travel tersebut melayani para penumpang.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbangan atau biasa
yang disebut dengan biro perjalanan (Travel) yang menjual barang berupa tiket
dan memberikan jasa berupa pelayanan(service) adalah PT. Eric Dirgantara Tour
& Travel.
PT. Eric Dirgantara Tour & Travel didirikan pada tanggal 6 Mei 1998
berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas. PT. Eric Dirgantara Tour &
Travel merupakan sebuah perusahaan yang berkedudukan di Jalan Sei Wampu /
K.H. Wahid Hasyim Nomor 92 Medan, Sumatera Utara.PT.Eric Dirgantara Tour
pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan
keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

& Travel merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbangan


dimana perusahaan ini menjual tiket penerbangan, voucher hotel serta tiket kapal
laut. Untuk melaksanakan bisnisnya, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel
mempunyai cabang yang berada di luar kota yaitu kota Sibolga, Tapanuli Tengah.
PT. Eric Dirgantara Tour & Travel yang terdapat di Sibolga tersebut berkedudukan
di Jalan Sisingamangaraja Nomor 137, Sibolga, Tapanuli Tengah.11
Peneliti memilih untuk melakukan penelitian pada PT. Eric Dirgantara
Tour & Travel karena Eric Travel merupakan salah satu biro perjalanan (Travel)
yang terkemuka dan milik pribumi terbesar di Kota Medan yang sudah berdiri
pada tahun dan selama kurang lebih 15 tahun ini berhasil menunjukkan
perkembangan usaha dalam bidang penerbangan yang cukup maju. Eric Tour
&Travel juga menyadari bahwa ketatnya persaingan usaha yang terjadi dalam biro
perjalanan di Kota Medan ini sehingga perusahaan ini selalu berusaha untuk
memberikan yang terbaik kepada penumpang pesawat dengan slogan biro
perjalanan ini yakni Do The Best yang akan selalu mengantarkan perusahaan ini
agar mendapatkan respon positif dari penumpang sehingga dapat meningkatkan
pembelian tiket oleh para konsumen.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian skripsi yang berjudul :Tanggung Jawab PT. Eric
Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau
dari Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 dan UndangUndang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999.
11Hasil wawancara dengan Komisaris PT. Eric Diregantara Tour & Travel, Ibu Tetty Agustina Siregar,
SH pada tanggal 5 Februari 2014.

B. Permasalahan
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah:
1. Bagaimana pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen
pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel?
2. Problematika apa saja yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour &
Travelberkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan?
3. Bagaimana tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait
masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka
tujuan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui pengaturan penumpang pesawat udara sebagai
konsumen pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel.
2. Untuk mengetahui problematika yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara
Tour & Travelberkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan.
3. Untuk mengetahui Tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel
terkait masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya

D. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi atau manfaat sebagai berikut:
a.

Bagi perusahaan, sebagai informasi dan bahan masukan untuk dapat


dijadikan landasan dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan dan
selanjutnya sebagai upaya untuk mempertahankan pelanggan dan
mengembangkan produk dan pelayanannya.

b.

Bagi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, diharapkan dapat


menambah atau memperluas khazanah penelitian di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.

c.

Bagi peneliti, untuk menambah kontribusi bagi pemikiran guna


memperluas cakrawala wawasan peneliti dalam bidang perlindungan
konsumen dan aturan penerbangan menurut hukum yang berlaku.

d.

Bagi peneliti lain, sebagai bahan refrensi yang nantinya akan dapat
memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang
sama di masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif yaitu
penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan peraturan hukum
konsumen dan hukum penerbangan yang berlaku di Indonesia dalam dunia
penerbangan.Dengan pertimbangan bahawa penelitian yang dilakukan ialah

dengan mengkaji keberadaan dari penerbangan yang ada di Indonesia dilihat dari
tanggung jawab masing-masing pihak, baik pihak penumpang sebagai konsumen
dan pihak travel juga maskapai penerbangan sebagai pelaku usaha.
Sifat penelitian dari skripsi ini adalah bersifat deskriptif analitis yaitu suatu
penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis suatu
peraturan hukum. Dalam hal ini menelaah dan mengkaji berbagai bentuk
peraturan yang tentunya terkait dengan penelitian ini khususnya dalam hal
tanggung jawab.
Selain itu, sifat penelitian dari skripsi ini adalah bersifat yuridis empiris
yaitu penelitian terhadap pengalaman yang terjadi dalam masyarakat untuk
mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan
metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang
digunakan untuk melakukan proses induksi.

2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, yaitu :
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti berbagai macam buku literature
yang sesuai dengan penelitian ini. Bahan sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini seperti buku-buku yang berkaitan dengan perlindungan

10

konsumen, penerbangan, misalnya H.K. Martono pada buku Hukum


Penerbangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009, Ahmadi
Miru pada buku Hukum Perlindungan Konsumen, Celina Tri Siwi
Kristiyanti pada buku Hukum Perlindungan Konsumen, H.K. Martono
pada buku Hukum Angkutan Udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2009, Happy Susanto pada buku Hak-Hak Konsumen Jika
Dirugikan, dan beberapa ahli hukum lainnya.
Cara mendapatkan data sekunder adalah dengan melakukan penelitian
kepustakaan (library research).Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah

studi

dokumen

selanjutnya

dilakukan

analisis

dengen

mengumpulkan fakta-fakta yang didapat dari studi kepustakaaan sebagai


acuan umum dan kemudian disusun sebagai acuan umum dan kemudian
disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai
kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan badan-badan hukum yang
telah dikumpulkan.

F. Keaslian Penulisan
Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana, maka seyogyanya skripsi ditulis berdasarkan buah
pikiran yang benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan (plagiat) baik
sebagian ataupun seluruhnya dari karya orang lain.
Adapun karya tulis yang serupa dengan ini adalah karya tulis yang dapat
diakses milik mahasiswa Fakultas Hukum USU Angkatan 2005, berjudul

11

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG PESAWAT UDARA


BERDASARKAN

UU

NO.8

TAHUN

1999DALAM

HUBUNGANNYA

DENGAN STANDAR TARIF TIKET PESAWATDI INDONESIA.

G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis dalam suatu
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I membahas tentang gambaran dari seluruh isi skripsi, yang terdiri
dari latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang Tinjauan Umum Tentang PT. Eric Dirgantara
Tour & Travel. Bab ini terdiri dari 5 (lima) sub bab, yaitu (1) Pengertian dan
Pengaturan Usaha Jasa Travel; (2) Historis Berdirinya PT. Eric Dirgantara Tour &
Travel; (3) Visi, Misi, dan Tujuan Didirikannya PT. Eric Dirgantara Tour &
Travel, (4) Struktur Organisasi PT. Eric Dirgantara Tour & Travel; (5) Barang dan
Jasa yang Ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour & Travel.
Bab III membahas tentang Perlindungan Konsumen Antara Travel dengan
Penumpang Pesawat Udara. Bab ini terdiri dari 5 (lima) sub bab, yaitu (1)
Pengertian Tiket Pesawat Udara; (2) Perlindungan Hukum Penumpang Pesawat
Udara sebagai Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009; (3) Peraturan Penerbangan Tentang
Perlindungan Terhadap Penumpang; (4) Hak dan Kewajiban Pihak Travel Dalam

12

Penjualan Tiket Penumpang; (5) Hubungan Antara Biro Perjalanan Selaku Pelaku
Usaha dengan Penumpang Pesawat Udara.
Bab IV membahas tentang Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour &
Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bab,
yaitu (1) Prosedur Pembelian Tiket Pesawat Udara Dimana Penumpang Berada;
(2) Faktor-Faktor Penyebab Pembatalan dan Ketidakberangkatan Penumpang; (3)
Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Masalah Tiket yang
Penerbangannya Dibatalkan.
Bab V sebagai penutup, berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian dan saran sebagai rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian
ini.

13

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PT. ERIC DIRGANTARA TOUR &
TRAVEL

A. Pengertian dan Pengaturan Usaha Travel


Kedatangan

wisatawan

dari

tahun

ke

tahun

terus

mengalami

peningkatan dan diperkirakan pada masa mendatang kepariwisataan di Indonesia


akan semakin cerah. Meningkatnya sektor pariwisata juga mempunyai andil yang
cukup besar dalam pembangunan di Indonesia. Selain sebagai salah satu penghasil
devisa yang cukup besar setelah minyak bumi dan gas. Pariwisata juga dapat
memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat.
Biro perjalanan (travel) adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial
yang mengatur dan menyediakan pelayanan bagi seseorang, sekelompok orang,
untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama berwisata dimana badan usaha
ini menyelenggarakan kegiatan perjalanan yang bertindak sebagai perantara dalam
menjual atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan baik di dalam dan luar
negeri. Perwakilan adalah biro perjalanan umum, agen perjalanan, badan usaha
lainnya atau perorangan yang ditunjuk oleh suatu biro perjalanan umum yang
berkedudukan di wilayah lain untuk melakukan kegiatan yang diwakilkan, baik
secara tetap maupun sementara. Biro Perjalanan Wisata (BPW) dan Asosiasi
Perjalanan Wisata (APW), berada di bawah naungan ASITA (Association of the
Indonesian Tours dan Travel Agencies).12
12www.wordpress.com/2012/06/04/pengertian-biro-perjalanan/
14

Pengertian travel (biro perjalanan) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:13
a) Menurut Yoeti (2003:58)
Biro perjalanan (Travel) adalah suatu perusahaan yang memperoleh
pendapatan dan keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta
jasa-jasa pelayanan yang diberikannya kepada pelanggannya.
b) Menurut Foster (2000:77)
Biro perjalanan (Travel) adalah sebuah perusahaan yang menjual rancangan
perjalanan secara langsung pada masyarakat dan lebih khusus lagi menjual
transportasi udara, darat, laut; akomodasi penginapan; pelayaran wisata;
wisata paket; asuransi perjalanan; dan produk lainnya yang berhubungan.
Selain itu, menurut Yoeti (2003:59) munculnya biro perjalanan memiliki
beberapa peran, yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Pengurusan dokumen perjalanan


Ticketing (penjualan tiket pesawat domestik dan internasional)
Hotel Reservation (dalam dan luar negeri)
Agen perjalanan kapal pesiar, charter flight, kapal laut dan kereta api
Paket wisata untuk dalam dan luar negeri
Escort services (jasa mengiringi)
Jemput dan antar tamu dari dan ke bandara
Pelayanan Umroh, Ibadah Haji dan perjalanan rohani lainnya.

Menurut Kotler, mengatakan bahwa produk travel (biro perjalanan) dapat


diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu:
a)

b)

Core Product
Produk inti adalah pelayanan atau manfaat yang disediakan untuk memuaskan
kebutuhan target pasar (wisatawan) yang sudah teridentifikasi.
The Tangible Product

13Oka A. Yoeti. Tours and Travel Marketing, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2003), hal. 33.
15

Produk berwujud adalah penawaran khusus yang dilakukan dalam rangka


menjual sesuatu dengan menekankan bahwa wisatawan akan menerimanya
c)

sebagai imbalan uang yang dibayarkannya.


The Augmented Product
Produk tambahan adalah semua bentuk nilai tambah yang diberikan kepada
tangible product yang ditawarkan, sehingga menjadi lebih menarik bagi calon
wisatawan.
Usaha perjalanan wisata merupakan bentuk usaha yang menyelenggarakan

jasa perjalanan wisata baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.Usaha


perjalanan wisata ini menyediakan sarana pariwisata dan segala hal yang terkait di
bidang wisata. Usaha perjalanan wisata ini bisa berbentuk badan usaha, baik
berupa Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Firma (Fa),
koperasi, yayasan, atau bentuk usaha perorangan.
Yang termasuk dalam jenis usaha perjalanan wisata di antaranya adalah
biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata.Baik biro maupun agen
perjalanan harus memiliki izin usaha biro dan agen wisata dari walikota ataupun
pejabat yang ditunjuk.Hal ini dilakukan untuk memperlancar pelaksanaan usaha
perjalanan.Dasar hukum pendirian biro dan agen perjalanan wisata ini adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 mengenai Kepariwisataan.Prosedur
permohonan izin usaha pendirian biro atau agen perjalanan ini diawali dengan
mengajukan surat permohonan kepada walikota atau pejabat setempat. Pengajuan
ini dilakukan dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan
bermaterai 6.000. Kemudian surat permohonan tersebut akan diproses selama 30
hari setelah surat diajukan.14
14

H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1


Tahun 2009 Bagian Pertama. (Bandung : Mandar Maju, 2009), hal 24.

16

Kemudian surat pengajuan yang telah diajukan tersebut akan dipertimbangkan


oleh pejabat setempat, apakah permohonan tersebut diterima atau ditolak.
Selanjutnya, pemohon akan diwajibkan memenuhi sejumlah persyaratan seperti
berikut: 15
Identitas diri yang masih berlaku (fotokopi KTP)
Fotokopi Izin Mendirikan Bangun-Bangunan (IMBB)
Fotokopi Izin Gangguan
Fotokopi studi kelayakan
Fotokopi akte pendirian perusahaan
Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)
Persyaratan tersebut akan membuat usaha yang bergerak di bidang biro
perjalanan tersebut lancer dan tanpa adanya kesulitan di kemudian hari.Setelah
memenuhi persyaratan untuk mendirikan usaha tersebut, hal yang harus dipenuhi
selanjutnya adalah kewajiban sebagai suatu badan usaha. Dalam menjalankan
usahanya,biro perjalanan atau agen perjalanan wisata ini harus melaksanakan
kewajiban sebagai berikut:16
Memberikan perlindungan kepada para pelanggan atau para pemakai jasa
Menyediakan pramuwisata untuk memimpin dan membimbing wisatawan

ketika melakukan perjalanan wisata


Menjamin terpenuhinya kewajiban atas pungutan negara dan pungutan daerah
serta mengadakan pembukuan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku
Patuh terhadap perundang-undangan yang berlaku. Jika kewajiban ini tidak

terpenuhi, izin usaha tersebut akan dicabut oleh pemerintah setempat


Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan wisata mempunyai perbedaan.Hal ini
dapat dilihat dari perbedan fungsi dan faktor lainnya.
Biro Perjalanan Wisata mempunyai dua fungsi yaitu:17
15 E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan (Himpunan Makalah 1961-1995), (Bandung :
Mandar Maju, 2000), hal. 98.

16Ibid, hal. 98.


17Oka A.Yoeti, Tours and Travel Marketing, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2003), hal. 37.
17

a)

Fungsi Umum
Dalam hal ini biro perjalanan wisata merupakan suatu badan usaha yang
dapat memberikan penerangan atau informasi tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan dunia perjalanan pada umunya dan perjalanan wisata
pada khususnya.

b)

Fungsi Khusus
Biro Perjalanan Wisata sebagai perantara. Dalam kegiatannya ia
bertindak atas nama perusahaan lain dan menjual jasa-jasa perusahaan
yang diwakilinya. Karena itu ia bertindak di antara wisatawan dan

industri wisata.
Biro Perjalanan Wisata sebagai badan usaha yang merencanakan dan

menyelenggarakan tour dengan tanggung jawab dan resikonya sendiri.


Biro Perjalanan Wisata sebagai pengorganisasi yaitu dalam menggiatkan
usaha, BPW aktif menjalin kerjasama dengan perusahaan lain baik dalam
dan luar negeri. Fasilitas yang dimiliki dimanfaatkan sebagai

dagangannya.
Sementara itu, Agen Perjalanan Wisata mempunyai dua fungsi, yaitu :18
a) Sebagai Perantara
Di daerah asal wisatawan
1) Melengkapi informasi bagi wisatawan
2) Memberikan advis bagi calon wisatawan
3) Menyediakan tiket
Di daerah tujuan
1) Memberikan informasi bagi wisatawan
2) Membantu reservasi
3) Menyediakan transportasi
4) Mengatur perencanaan
5) Menjual dan memesan tiket
b) Sebagai Organisator

18H.K. Martono, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009 Bagian
Pertama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 73.

18

Karena travel agent sebagai perantara, maka ia berada di tengahtengah industri pariwisata, maka perlu ada kontrak yang dibuat
terlebih dahulu. Selain itu harus ada perjanjian khusus yang mengatur
hubungan kerja sehingga jelas tugas, kewajiban dan hak masingmasing pihak.
Dari segi faktor resiko:19
Biro Perjalanan Wisata memiliki tanggung jawab yang lebih besar
dibandingkan Agen Perjalanan Wisata.Hal ini disebabkan karena Biro Perjalanan
Wisata mengeluarkan produknya berupa Janji Jasa Perjalanan Wisata yang
dijual dalam bentuk Brosur Paket Wisata dan harus bertanggung jawab penuh
atas pelaksanaan produk yang dikeluarkannya. Biro Perjalanan Wisata harus
menjamin bahwa wisatawan akan menikmati perjalanannya seperti apa yang
tertulis dalam Brosur Paket Wisata yang dikeluarkan oleh Biro Perjalanan Wisata.
Agen Perjalanan Wisata tidak memiliki tanggung jawab atas produk yang
dijualnya. Hal ini dikarenakan Agen Perjalanan Wisata hanya sebagai perantara
perusahaan produk kepada konsumen atau pelanggan dan apabila pelanggan tidak
puas, mereka harus complain kepada pemilik produk (misalnya Hotel atau
Maskapai Penerbangan).

Dari Segi Faktor Imbalan yang Diperoleh:

19Ibid, hal. 73.


19

Biro Perjalanan Wisata memperoleh imbalan atau laba yaitu dari selisih
harga penjualan dengan total harga semua komponen yang dijualnya dalam paket
wisata. Sementara Agen Perjalanan Wisata memperoleh imbalan berupa komisi
dari pemilik produk dalam bentuk persen hasil penjualan.

B. Historis Berdirinya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel


Biro perjalanan sangat berperan besar dalam pariwisata.Contoh peran
sertanya dalam pariwisata ini adalah banyaknya biro perjalanan yang melayani
perjalanan domestik dan luar negeri, yang salah satunya adalah PT. Eric
Dirgantara Tour & Travel Medan.
PT. Eric Dirgantara Tour & Travel merupakan biro perjalanan milik
pribumi yang melayani tiket pesawat dan kapal laut untuk perjalanan domestik
maupun luar negeri.Perusahaan ini berdiri pada tanggal 6 Mei 1998 sesuai dengan
akte pendirian perseroan terbatas. Dalam perkembangannya, awal berdirinya, PT.
Eric Dirgantara Tour & Travel melayani paket perjalanan (tour) rohani ke
Yerusalem yang berlangsung selama 3 tahun, yakni dari tahun 1998-2002. Akan
tetapi dikarenakan berbagai hambatan dalam pengoperasiannya, maka paket
perjalanan (tour) dihentikan untuk sementara.20
PT. Eric Dirgantara Tour & Travelsaat ini secara bertahap selalu berusaha
untuk membenahi diri dan beradaptasi dengan situasi bisnis yang berkembang,
khususnya dalam bisnis biro perjalanan.Sehingga diharapkan perusahaan ini dapat

20 Hasil wawancara dengan Komisaris PT. Eric Diregantara Tour & Travel, Ibu Tetty Agustina
Siregar, SH pada tanggal 8 Februari 2014.

20

berkembang ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu dan dapat memenuhi
kebutuhan konsumen secara maksimal.
PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan merupakan salah satu badan
hukum yang bergerak dalam bisnis jasa kepariwisataan yang dimiliki oleh Bapak
(Alm) Dr. Sirjon Panama Simamora, SH, mempekerjakan 20 orang karyawan,
agen resmi dari 12 maskapai penerbangan dan PELNI (Pelayaran Nasional
Indonesia), penyediaan rental bus, penyediaan transportasi dari dan ke bandara
serta pelabuhan, penyediaan voucher hotel baik domestik maupun internasional,
penyediaan charter flight pada saat peak season dengan harga yang relatif lebih
terjangkau, kenyamanan ruang kantor, penyediaan computerisation programming
online system dalam reservasi tiket dari 12 maskapai penerbangan dan PELNI
(Pelayaran Nasional Indonesia), lokasi yang strategis, ruangan yang nyaman,
beroperasi selama 15 jam setiap hari.21
PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan merupakan badan hukum yang
bergerak dalam bidang bisnis jasa kepariwisataan dan mempunyai nama dagang
Eric Travel. Sebagai badan hukum, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel,
mempunyai nomor ijin usaha HO No.02.12.1.63.07877, tanda izin tetap usaha
pariwisata biro perjalanan wisata dari DIPARDA (Dinas Pariwisata Daerah)
Medan dengan nomor No.378/BPW/III/1999 yang diperbaharui setiap tahunnya,
anggota ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia) dengan nomor
keanggotaan

NIA:0106/II/DPP/99,

serta

nomor

pokok

wajib

pajak

NPWP:1.850.730.1-111.
21Hasil wawancara dengan Komisaris PT. Eric Diregantara Tour & Travel, Ibu Tetty Agustina
Siregar, SH pada tanggal 8 Februari 2014.

21

PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan mempunyai slogan Do The
Best, yang bermakna bahwa perusahaan ini selalu berusaha dengan berbagai
inovasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para konsumennya. PT.
Eric Dirgantara Tour & Travel Medan berdiri pada tanggal 6 Mei 1998 sebagai
kantor pusat dengan waktu beroperasi 15 jam (pukul 07.00-22.00 WIB) setiap
harinya termasuk hari libur dan telah memiliki 1 kantor cabang yang terletak di
Sibolga.
PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medanberlokasi di Jalan. K. H. Wahid
Hasyim / Jalan Sei Wampu No.92 Medan 20119, dengan nomor telepon (061)
457-8899 (Hunting Line), nomor faksimili (061) 456-2468, dan alamat email:
erictour_travel@yahoo.co.id. Namun seiring perkembangan zaman, PT. Eric
Dirgantara Tour & Travel sudah tidak pernah lagi mengadakan perjalanan wisata
(tour) lagi sehingga lebih berfokus sebagai Agen Perjalanan Wisata (APW).Sebab
sebagai Agen Perjalanan Wisata (Travel Agent) memilki faktor risiko yang lebih
kecil dari pada biro perjalanan wisata.Selama beroperasi 15 tahun, PT. Eric
Dirgantara Tour & Travel Medan telah berhasil menerima beberapa penghargaan,
yakni:22
1) Agen Perjalanan Resmi Penyedia Tiket Penerbangan Domestik

Terlengkap

di Kota Medan dari ASITA (Association of the Indonesian Tours dan Travel
Agencies) Medan
2) Agen perjalanan dengan penjualan tertinggi dari maskapai penerbangan Lion
Air pada Travel Agent Award 2003
22Hasil wawancara dengan Komisaris PT. Eric Diregantara Tour & Travel, Ibu Tetty Agustina
Siregar, SH pada tanggal 8 Februari 2014.

22

3) Agen perjalanan

dengan

penjualan

tertinggi

seluruh

Indonesia dari

PT. Adam Air Sky Connection pada tahun 2005 dan 2006
4) Peningkatan penjualan yang kurang lebih mencapai 5% setiap tahunnya.
5) Pengabdian kepada Pimpinan PT. Eric Dirgantara Tour & Travel dalam
kepengurusan DPD ASITA (Association of the Indonesian Tours dan Travel
Agencies) Sumatera Utara periode 2008-2012 sebagai KABID.ADVOKASI/
HUKUM dan HAM
6) Agen perjalanan dengan penjualan tertinggi di Medan dari maskapai
penerbangan Riau Airlines pada The Preferred Agent Award 2009
7) Mendapatkan Akreditasi dari IATA (International Air Transport Association)
pada tahun 2010
8) Sepuluh besar travel agent terbaik di Medan pada tahun 2011 dari maskapai
penerbangan Garuda Indonesia dan Citilink
9) Penghargaan sebagai agen domestik dengan pertumbuhan penjualan terbaik
kedua Tahun 2011 dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia
10) Penghargaan dalam partisipasi dari Garuda Indonesia Travel Fair 2011
11) Pemasang iklan terbaik pada tahun 2012 dari Sumut Pos
12) Penghargaan sebagai mitra iklan terbaik pada tahun 2012 dari Metro Siantar

C. Visi, Misi, dan Tujuan Didirikannya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel
1. Visi Perusahaan:

23

Membangun perusahaan biro perjalanan wisata untuk menjadi terbaik


dalam kualitas, pelayanan, kenyamanan, serta profesionalisme dengan
sumberdaya muda yang berkualitas, jujur, fleksibel, dinamis.
2. Misi Perusahaan:
a. Menjadi

perusahaan

biro

perjalanan

wisata

yang

memberikan

kepuasanterhadap konsumen
b. Menjadikan perusahaan sebagai tempat bekerja yang dapat dibanggakan
dan diandalkan karena :
a) terpercaya
b) kokoh
c) mengakomodasi dan menghargai ide- ide positif guna perbaikan
d) mengayomi semua gender, suku/ras, dan agama
e) memberikan peluang pengembangan karier
f) memberi imbalan dan penghargaan yang kompetitif
g) selalu menatap masa depan dengan optimisme yang tinggi

3. Tujuan Didirikannya Perusahaan :


Memudahkan para penumpang untuk mendapatkan tiket pesawat udara
dan tiket kapal laut dengan adanya produk dan jasa pelayanan berupa para staff
perusahaan (ticketing) yang akan menangani tiket penumpang baik dalam dan luar
negeri, pengantaran penumpang ke bandara dan ke pelabuhan, dan menyediakan
reservasi hotel sesuai dengan kebutuhan pelanggan baik di dalam dan luar negeri.
Dengan jaringan yang luas, kebutuhan tempat menginap akan dapat terpenuhi.
Sebab perusahaan selalu ingin memberikan pelayanan terbaik bagi penumpang.

24

TETTY AGUSTINA SIREGAR, SH


Komisaris
DEWI JUSTISIA N.SIMAMORA,SE,MM
Direktur Utama

Ir. ROHANI M.SIREGAR


Direktur

ERNA SINAGA

BETHESDA
Bag. Administrasi
LEOWARNO
Bag.Ticketing

Bag.
Umum
T.A.SIREGAR,
SH
Bag. Keuangan

D. Struktur Organisasi PT. Eric Dirgantara Tour & Travel


DESY
Ticketing

POLTAK.S

Airport Handling
NELFI.N
Kasir

ANNI
Ticketing

PARULIAN

PANDI
PL

TicketingNANDA

SISKA

Ticketing

WINDA

Ticketing

RAHMATTicketing

ECHY
MIMI
Ticketing

LASTRI
Ticketing

ANDRE
Supir

Ticketing
ELDIAN

25
ULI

FIRMAN
Ticketig

Ticketing

PL

BURHAN

Security

DEDED
Parkir

Security

E. Barang dan Jasa yang Ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour &
Travel
Barang dan jasa merupakan dua hal yang saling berkaitan erat dalam
perdagangan. Sebab dalam hal bertransaksi barang, pasti akan berhubungan
dengan jasa dimana jasa tersebut apakah baik atau tidak baik. Secara umum yang
diketahui orang awam, pengertian barang dan jasa berbeda walapun saling
berkaitan. Barang adalah benda-benda yang berwujud, yang digunakan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk menghasilkan benda lain
yang akan memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara jasa adalah suatu barang
yang tidak berwujud, tetapi dapat memberikan kepuasan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Beberapa ahli yang mendefinisikan "jasa" diantaranya adalah:23

Menurut Phillip Kotler:

23 Oka A. Yoeti. Tours and Travel Marketing, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2003), hal. 21.
26

Jasa adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak
ke pihak lain yang secara prinsip intangibel dan tidak menyebabkan perpindahan
kepemilikan apapun. Produksinya bisa terkait dan bisa juga tidak terikat pada
suatu produk fisik.

Menurut Adrian Payne


Jasa adalah aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau
manfaat) intangibel yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah
interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak
menghasilkan transfer kepemilikan.Perubahan daiam kondisi bisa saja muncul dan
produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan
produk fisik.

Menurut Christian Gronross

Jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang
biasanya(namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan
karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia
jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan". Interaksi antara
penyedia jasa dan pelanggan kerapkali terjadi dalam jasa, sekalipun pihak-pihak
yang terlibat mungkin tidak menyadarinya.Selain itu, dimungkinkan ada situasi di
mana pelanggan sebagai individu tidak berinteraksi langsung dengan perusahaan
jasa.
Barang yang ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour & Travel adalah
tiket untuk penumpang baik tiket pesawat udara maupun tiket kapal laut dan
voucher untuk tempat wisata permainan. Tiket yang dimaksud yaitu tiket untuk

27

rute dalam negeri (domestik) dan luar negeri (internasional) dan voucher untuk
tempat wisata permainan yang dimaksud adalah tiket untuk tempat wisata
permainan seperti Trans Studio, Disneyland, Universal Studio, dll.24
Sementara itu, jasa yang ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour & Travel
adalah adanya para staff travel (ticketing) yang bersedia selalu melayani
penumpang untuk sekedar memeriksa harga tiket dan mencetak tiket para
penumpang baik penumpang pesawat udara maupun penumpang kapal laut
dimana beberapa tiket pesawat udara yang disediakan PT. Eric Dirgantara Tour &
Travel adalah Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Wings Air, Batik Air, Air Asia,
Sriwijaya Air, Firefly, Sky Aviation, Tiger Airlines, Malaysia Airlines, Silk Air, dll.
Untuk penumpang kapal laut, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel menyediakan
untuk rute domestik saja dan menjadi agen resmi dari PELNI (Pelayaran Nasional
Indonesia). Selain itu jasa yang ditawarkan adalah menyediakan kendaraan berupa
mobil dan/atau minibus untuk mengantarkan penumpang pesawat udara ke
Bandara Kualanamu Internasional dan menyediakan bus pariwisata kepada
penumpang kapal laut untuk diantarkan ke pelabuhan Belawan, dan juga
menyediakan reservasi hotel kepada para penumpang baik pesawat udara maupun
penumpang kapal laut untuk menginap di hotel manapun yang sesuai dengan
kemauan penumpang baik di dalam maupun luar negeri.
Dulu sempat pula PT. Eric Dirgantara Tour & Travel menyediakan jasa
rental mobil tetapi seiring dengan kurangnya keamanan yang terjadi belakangan
ini, dimana mobil yang dirental bisa saja dilakukan untuk tindakan jahat ataupun
24 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 8
Februari 2014.

28

berniat jahat untuk dibawa lari atau kabur oleh peminjam (orang yang
merentalkan) mobil tersebut, dan ketidakhati-hatian pengguna rental dalam
mengendarai mobil tersebut sehingga menyebabkan kerusakan pada mobil dan
yang paling naas adalah kehilangan mobil. Itu sebabnya karena risiko yang terlalu
besar, maka PT. Eric Dirgantara Tour & Travel tidak menyediakan jasa rental
mobil lagi.25
Selain itu, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel juga pernah mengadakan
paket perjalanan (tour) rohani ke Yerusalem beserta para rombongan yang
beragama Kristiani yang berlangsung sekitar 3 tahun yaitu tahun 1998-2002. Akan
tetapi melihat adanya hambatan yang dirasakan dalam menjalaninya, maka paket
perjalanan (tour) diberhentikan untuk sementara.Sekarang PT. Eric Dirgantara
Tour & Travel lebih fokus sebagai agen perjalanan (travel agent) dimana menjadi
travel agent mempunyai risiko yang lebih minim dibandingkan paket perjalanan
(tour). Yang menjadi kelemahan bagi usaha travel adalah ketika maskapai
penerbangan mengalami kebangkrutan yang menyebabkan pailitnya maskapai
penerbangan tersebut.
Dengan pailitnya maskapai penerbangan tesebut, maka seluruh deposit
tanpa sisa sepeserpun yang sudah ditanamkan dan dimodalkan oleh travel adalah
seluruhnya milik maskapai penerbangan. Jumlah yang cukup fantastis memang
ketika maskapai penerbangan yang cukup besar dan tidak disangka tiba-tiba
dinyatakan pailit sementara travel agent menanamkan modal yang sangat besar
dan sama sekali tidak ada dikembalikan atau disebut dengan hangus begitu saja.
25Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 8
Februari 2014.

29

Itulah yang menjadi risiko terbesar dalam menjalani usaha travel sehingga apabila
travel ingin menanamkan modal atau biasa disebut dengan deposit kepada
maskapai penerbangan, maka pihak travel harus memahami secara baik dan benar
bagaimana perkembangan maskapai tersebut ke depannya.
Dengan adanya barang dan jasa yang ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara
Tour & Travel maka diharapkan para penumpang dapat terlayani dengan baik dan
nyaman sesuai dengan visi,misi dan tujuan didirikannnya PT. Eric Dirgantara
Tour & Travel ini dengan motto Do The Best maka PT. Eric Dirgantara Tour &
Travel selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi seluruh penumpang.
BAB III
PERLINDUNGAN KONSUMEN ANTARA TRAVEL DENGAN
PENUMPANG PESAWAT UDARA

A. Pengertian Tiket Pesawat Udara


Salah satu benda yang dapat dijadikan sebagai bukti tanda masuk adalah
tiket.Tiket merupakan bentuk bukti yang sah dan berlaku apabila seseorang ingin
memasuki atau mendatangi suatu tempat.Yang menjadi salah satu contoh tiket
adalah tiket pesawat udara.Tiket adalah dokumen yang wajib dimiliki setiap calon
penumpang sebelum ia menggunakan jasa transportasi tersebut, entah untuk moda
transportasi udara, laut, dan darat sebagai suatu dokumen perjalanan yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan dan maskapai penerbangan yang digunakan
untuk melakukan suatu perjalanan. Blanko tiket biasanya diisi dengan identitas
calon penumpang, rute perjalanan, dan jenis pelayanan yang diinginkan. Yang

30

perlu diingat, nama yang tertera di tiket harus sesuai dengan KTP yang berangkat.
Selain menaati aturan main, itu juga merupakan syarat mutlak untuk melakukan
klaim asuransi jika terjadi apa-apa selama penerbangan.26
Anak yang berusia dibawah 22 bulan (infant/bayi) tidak diwajibkan
membeli tiket dan duduk sendiri, orang tua harus ikut terbang bersama bayi dan
menjadi pendamping. Kebanyakan maskapai menerapkan peraturan ketat dalam
hal ini, bahkan ada yang harus dibawa ke loket pembelian tiket dan ditimbang
berat badannya sebelum label boarding pass diberikan. Sedangkan anak diatas 22
bulan (child) sudah terhitung dewasa dan harus membeli tiket terpisah.
Masalah harga, infant hanya cukup membayar sebesar 10% dari total harga
tiket orang dewasa, sedangkan child tetap dihitung normal karena mendapat
tempat duduk dan servis standar layaknya tiket yang berlaku untuk dewasa.
Menurut Rahmat Darsono, tiket pesawat udara adalah salah satu dokumen
perjalananyang dikeluarkan oleh maskapai penerangan dan merupakan kontrak
tertulissatu pihak yang berisikan ketentuan yang harus dipenuhi oleh penumpang
selama memakai jasa penerbangan, dan data penerbangan penumpang yang
mempunyai masa periode waktu tertentu.
Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara,
bersayap tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri. Secara umum istilah
pesawat terbang sering juga disebut dengan pesawat udara atau kapal terbang atau

26 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 8
Februari 2014.

31

cukup pesawat dengan tujuan pendefenisian yang sama sebagai kendaraan yang
mampu terbang di atmosfer atau udara.27
Namun dalam dunia penerbangan, istilah pesawat terbang berbeda dengan
pesawat udara, istilah pesawat udara jauh lebih luas pengertiannya karena telah
mencakup pesawat terbang dan helikopter.28
Tiket pesawat udara itulah yang akan digunakan penumpang agar dapat
terbang dengan maskapai penerbangan tersebut. Dahulu tiket pesawat udara
berbentuk buku yang terdiri sekitar 4 lembar tipis juga menggunakan kertas
karbon berwarna merah agar salah satu lembaran tiket tersebut dikoyak dan
disimpan oleh travel atau maskapai penerbangan itu sendiri sebagai bukti
pertinggal bagi pihak mereka yang berisikan nama penumpang, rute penumpang,
jam penerbangan berangkat dan jam ketibaannya. Tetapi bentuk tiket yang seperti
ini mempunyai banyak kekurangan dan resiko yang ditimbulkan.
Apabila tiket tersebut hilang ataupun mengalami kerusakan dan kesalahan
data penumpang yang tertera di tiket, maka penumpang tidak dapat berangkat dan
tiket dinyatakan hangus. Jadi jika ingin berangkat sementara tiketnya hilang, maka
tiket

harus

dibeli

lagi.

Hal ini

tentu merugikan

penumpang karena

kehilangan,kerusakan dan kesalahan data yang tertera pada tiket bukanlah hal
yang disengaja dan kelalaian dari penumpang itu sendiri. Resiko yang lebih besar
lagi salah satunya adalah apabila pihak travel mencetak tiket tersebut dengan

27 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 yang menyatakan, Pesawat Udara adalah
setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat reaksi udara, tetapi
bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.
28 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 yang menyatakan, Pesawat Terbang adalah
pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap, dan dapat terbang dengan tenaga
sendiri.

32

menuliskan data pada tiket tersebut dan salah dalam penulisan data penumpang
makan penumpang tidak dapat terbang, dan hal yang lain apabila ticketing
(pegawai travel yang mencetak tiket) dari travel tersebut melakukan kelalaian
berupa tiket yang sudah ia cetak itu hilang, maka ticketing tersebut dapat dituntut
oleh penumpang dan resikonya yaitu ticketing mendapat kurungan penjara
beberapa minggu akibat kelalaiannya menghilangkan tiket. Itulah yang menjadi
keluhan dari berbagai pihak, baik pihak penumpang maupun pihak travel agent
yang mencetak tiket penumpang.29
Seiring perkembangan zaman, bentuk tiket tersebut berganti menjadi
selembar kertas yang hanya di print dari komputer. Hal ini dianggap sangat praktis
dan memudahkan penumpang sebab penumpang yang berada di kotalain yang
bukan berada di kota travel itu juga dapat mencetak tiket dari kota lain yang
sedang ia tinggalin. Bentuk tiket ini disebut elektronik tiket (electronic ticket).
Electronic ticket ini merupakan tiket yang dianggap sah untuk maskapai
penerbangan dimana tiket tersebut dapat di print dari mana saja ia berada. Ia dapat
mencetak tiketnya apabila ia berada di luar kota ataupun di kota itu sendiri tanpa
harus pergi ke travel. Caranya ia meminta travel tersebut mengirim tiket yang
sudah dicetak melalui surat internet (email) dan tiket tersebut dapat ia print.
Selain itu apabila tiketnya tinggal atau hilang sementara penumpangnya
akan berangkat, penumpang dapat mencetak tiketnya ke counter maskapai
penerbangannya hanya dengan memberikan data-datanya sesuai yang ada di tiket
ataupun kode pembukuan (code booking) dari tiketnya tersebut. Dengan adanya
29 Hasil wawancara dengan Firman, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 08
Februari 2014.

33

electronic ticket ini, maka resiko dan kekurangan lain yang sering dikeluhkan baik
penumpang maupun pihak travel sangat berkurang.
Begitu juga dengan bagasi penumpang dimana bagasi dibawa sesuai
kebutuhan, bukan sesuai keinginan.Selain menyiksa diri sendiri, hal ini sangat
ampuh mengantisipasi terjadinya kelebihan bagasi (overweight). Sebab jika
kelebihan bagasi akan ada penambahan bagasi dan dikenakan biaya penambahan
bagasi. Sebaiknya tandai bagasi sensitif sebagai barang pecah belah (fragile), dan
jangan sekali-kali memasukkan barang berharga ke dalam bagasi.
Tiket pesawat udara juga mempunyai ketentuan-ketentuan dimana
ketentuan tersebut merupakan catatan penting dari pihak maskapai penerbangan
yang harus dipatuhi oleh penumpang.Isi dari ketentuan yang tertera pada tiket
tersebut yaitu:

Ketibaan penumpang di bandara (airport) harus selambat-lambatnya 90 menit


atau 2 (dua) jam sebelum keberangkatan baik untuk penerbangan domestik
maupun internasional.

Check in ticket ditutup 45 menit sebelum jam keberangkatan.

Penumpang harus tiba di gerbang keberangkatan paling lama 30 menit


sebelum keberangkatan

Bila penumpang melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit


maka wajib menunujukkan kartu tersebut beserta pemegang kartu untuk
verifikasi pada counter check in atau proses boarding penumpang dapat
dibatalkan.

34

Bagasi yang ditentukan oleh maskapai penerbangannya ada yang cumacuma,ada yang harus membayar, dan ada yang muatan beratnya di kabin
ditentukan oleh maskapai penerbangan sehingga penumpang diharapkan
harus menaatinya demi keselamatan bersama

Penumpang atau pemegang tiket maskapai penerbangan tersebut harus tunduk


kepada syarat dan ketentuan penerbangan yang sudah ditetapkan oleh
maskapai penerbangan30
Pada tiket tertera tarif tiket. Tarif mempunyai peran yang sangat penting

dalam angkutan udara baik bagi perusahaan penerbangan, pengguna jasa angkutan
udara maupun bagi pemerintah. Bagi perusahaan penerbangan tarif merupakan
sumber pendapatan perusahaan penerbangan, tarif yang tinggi perusahaan
penerbangan sehat keuangannya, sebaliknya tarif yang terlalu rendah dapat
mengancam kelangsungan hidup perusahaan penerbangan. Bagi penumpang tarif
yang murah penumpang dapat menikmati jasa angkutan udara, sebaliknya tarif
yang mahal penumpang tidak dapat menikmati jasa angkutan udara.Bagi
pemerintah, tarif merupakan sarana untuk mengendalikan keseimbangan antara
kebutuhan masyarakat atas jasa angkutan udara dengan kelangsungan hidup
perusahaan penerbangan.
Menurut rekomendasi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO)
tarif yang dikenakan kepada penumpang dalam perjanjian angkutan udara
internasional timbal balik harus disepakati oleh perusahaan penerbangan yang
ditunjuk

(designated

airline)

setelah

dibahas

bersama

antarperusahaan

30 Hasil wawancara dengan Firman, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 09
Februari 2014.

35

penerbangan yang bersangkutan, tarif yang telah disepakati digunakan dalam


angkutan udara internasional kemudian disetujui oleh para pihak yang berjanji
(double approval).31
Besaran tarif harus wajar dengan mempertimbangkan biaya operasi,
pelayanan,

unsur-unsur

lain

dengan

keuntungan

yang

wajar

dengan

mempertimbangkan tarif yang dikenakan oleh perusahaan penerbangan yang lain.


Tarif yang dikenakan kepada penumpang harus disepakati oleh perusahaan
penerbangan yang ditunjuk (designated airline) setelah dibahas bersama, tarif
yang telah disepakati digunakan dalam angkutan udara internasional kemudian
disetujui oleh para pihak yang berjanji (double approval).
Di Indonesia, pada masa orde lama maupun orde baru semua tarif
penumpang pesawat udara penerbangan dalam negeri sepenuhnya diatur oleh
pemerintah. Sebagaimana disebutkan di atas, tarif penumpang pesawat udara
Garuda Indonesian Airways ditetapkan lebih tinggi dibandingkan dengan tarif
penumpang perusahaan swasta penerbangan dalam negeri lainnya, 32 bahkan untuk
tarif kelas utama pesawat udara Garuda Indonesian Airways yang menggunakan
Airbus diperkenankan 15% lebih tinggi dibandingkan dengan tarif biasa.33
Pada masa orde lama maupun orde baru campur tangan pemerintah tidak
terbatas pada tarif penumpang pesawat udara penerbangan dalam negeri maupun
penerbangan internasional, tetapi juga terhadap tarif-tarif pelayanan jasa
31 H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama. (Bandung : Mandar Maju, 2009), hal. 77.

32 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 96.PR.303/Phb-84 tentang Penyesuaian Tarif


Udara Dalam Negeri
33 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 157.PR.303/Phb-83 tentang Tarif Angkutan
Udara Dalam Negeri untuk Kelas Utama Pesawat Udara Air Bus

36

kebandarudaraaan seperti pelayanan penumpang penerbangan internasional.34


Maupun tarif penumpang penerbangan dalam negeri, bea pendaratan pesawat
udara (aircraft landing charge), bea penempatan pesawat udara (aircraft storage
charge), bea pelayanan penerbangan (BP2) (route air navigation facility charge).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009, tarif
angkutan udara niaga berjadwal (scheduled airlines) dalam negeri diatur dalam
Pasal 126 sampai dengan Pasal 130. Kebijakan pemerintah sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 adalah neo-liberal,
yang merupakan konsep sosialis dengan konsep liberal, karena itu pemerintah
campur tangan terhadap tarif khususnya tarif penumpang angkutan udara niaga
berjadwal dalam negeri kelas ekonomi, sedangkan tarif kelas non ekonomi
diserahkan kepada hukum pasar (supply demand) tanpa campur tangan
pemerintah. Tarif non ekonomi pemerintah tidak mengatur, tetapi hanya
menentukan

presentase

dari

kapasitas

tempat

duduk,

pemerintah

merekomendasikan perusahaan angkutan udara niaga berjadwal menyediakan


40% kapasitas tempat duduk untuk non ekonomi, sedangkan sisanya 60% untuk
kelas ekonomi. Sesuai dengan ideologi neo-liberal 60% kapasitas tempat duduk
angkutan udara niaga berjadwal disediakan untuk kelas non ekonomi yang dijual
bebas berdasarkan hukum pasar (supply and demand) oleh perusahaan angkutan
udara niaga berjadwal.35
1. Tarif Penumpang Kelas Ekonomi (Economic Class Passenger Tariff)
34 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 180/LU/3014/Phb-79 tentang Bea Pelayanan
Penerbangan Internasional (Route Air Navigation Facility Charge)
35 H.K.Martono, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009 Bagian
Pertama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 35.

37

Tarif jasa maksimum menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1


Tahun 2009 pada rute tertentu dalam negeri atas pelayanan angkutan penumpang
kelas ekonomi ditetapkan setelah berkonsultasi dengan asosiasi perusahaan
penerbangan nasional dengan mempertimbangkan masukan dari asosiasi
pengguna jasa penerbangan dihitung berdasarkan komponen tarif jarak, pajak,
iuran wajib asuransi, biaya tuslah/ surchange.
Tarif jarak berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2009 dimaksudkan besaran tarif per rute penerbangan satu kali
penerbangan, untuk setiap penumpang yang merupakan hasil perkalian antara tarif
dasar dengan tarif pajak serta dengan memperhatikan kemampuan daya beli,
sedangkan pajak dimaksudkan Pajak Pertambahan nilai (PPn) yang dikenakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tarif jarak terdiri atas
biaya pokok rata-rata ditambah dengan keuntungan wajar. Hasil perhitungan tarif
pajak, pajak iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/ tambahan (surchange)
merupakan batas atas tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara
niaga berjadwal (scheduled airlines) dalam negeri.
2. Tarif Batas Atas (Upper Limit Tariff)36
Publikasi tarif batas atas yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan
melalui media cetak dan elektronik dan/atau dipasang pada setiap tempat
penjualan tiket pesawat udara kepada konsumen. Ketentuan tarif penumpang kelas
ekonomi bersifat memaksa artinya badan usaha angkutan udara niaga berjadwal
(scheduled airlines) dalam negeri dilarang menjual harga tiket kelas ekonomi
melebihi tarif batas atas yang ditetapkan Menteri Perhubungan dengan ancaman
36Ibid, hal.35.
38

dikenakan sanksi adminsitratif berupa sanksi peringatan dan/atau pencabutan izin


rute penerbangan.
Dalam penjelasannya menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2009 yang dimaksudkan dengan biaya tuslah/ tambahan
(surchange) adalah biaya yang dikenakan karena terdapat biaya-biaya tambahabn
yang dikeluarkan oleh perusahaan angkutan udara di luar perhitungan penetapan
tarif jarak. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan angkutan udara niaga
berjadwal di luar perhitungan penetapan tarif jarak tersebut adalah biaya
flkuktuasi harga bahan bakar (fuel surcharge), biaya yang ditanggung oleh
perusahaan angkutan udara karena pada saat berangkat atau pulang penerbangan
tanpa penumpang.
3. Tarif Batas Bawah (Referensi)37
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tidak
menentukan tarif batas bawah, namun demikian berdasarkan Pasal 465 yuncto
464 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 berlaku Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2006 yang mengatur tarif referensi.
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan tersebut, dalam rangka menjaga
kelangsungan usaha jasa angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri dan adanya
kenaikan biaya operasi pesawat udara yang cukup signifikan, perlu mengatur tarif
referensi untuk penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas
ekonomi.
Tarif referensi merupakan salah satu alat pengawasan bagi Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan terhadap perusahaan
37Ibid, hal.35.
39

angkutan udara berjadwal dalam negeri. Tarif tersebut tidak akan mempengaruhi
mekanisme harga yang telah tercipta dalam pasar. Dalam penetapan harga jual
tiket, perusahaan angkutan udara niaga berjadwal harus memerhatikan aspek
keamanan dan keselamatan penerbangan, persaingan usaha yang sehat.Harga tiket
dan perubahannya harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara
selambat-lambatnya tiga hari sebelum diberlakukan.Perusahaan angkutan udara
niaga berjadwal bertanggung jawab terhadap harga jual tiket baik yang dilakukan
sendiri atau oleh mitra penjualan.
Tarif referensi merupakan batas bawah penetepan harga jual tiket angkutan
udara niaga kelas ekonomi.Bilamana perusahaan penerbangan menetapkan harga
jual tiket lebih rendah dibandingkan dengan tarif referensi, maka DirekturJenderal
Perhubungan Udara segera melakukan pengawasan khusus terhadap perusahaan
angkutan udara niaga berjadwal yang bersangkutan. Pengawasan tersebut berupa
tindakan pengecekan langsung secara intensif dan ekstensif terhadap perusahaan
angkutan udara niaga berjadwal tersebut baik organisasi, keuangan maupun
aktivitas perawatan dan pengoperasian pesawat udara dengan mengacu pada
peraturan yang berlaku di bidang angkutan udara, keamanan, keselamatan, dan
pelayanan penerbangan. Tarif referensi akan dievaluasi secara berkala setiap 6
bulan atau apabila terjadi perubahan yang sangat signifikan terhadap biaya operasi
pesawat udara.
4. Tarif Non-Ekonomi
Tarif pelayanan penumpang non-ekonomi angkutan udara niaga berjadwal
(scheduled airlines) dalam negeri dan angkutan kargo berjadwal dalam negeri

40

mengacu pada konsep liberal, karena itu pemerintah hanya menentukan presentase
kapasitas tempat duduk kelas non-ekonomi sedangkan besaran tarif ditentukan
oleh perusahaan

angkatan udara niaga yang bersangkutan berdasarkan

mekanisme pasar (supply and demand).38


Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif angkutan udara niaga berjadwal
dalam negeri kelas ekonomi dan angkutan udara perintis diatur dengan Peraturan
Menteri Perhubungan, karena itu berdasarkan Pasal 465 yuncto 464 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 berlaku Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2002.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2002, tarif
penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi setiap
rute penerbangan dilampirkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan tersebut.
Penetepan tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri
berpedoman pada tarif dasar yang terdiri atas kelompok jarak (km) dan tarif dasar
per pax/km. Tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal tersebut belum
termasuk pajak pertambahan nilai (PPn), iuran wajib dana pertanggungan wajib
kecelakaan penumpang dari PT (Persero) Jasa Raharja, asuransi tambahan lainnya
yang dilaksanakan secara sukarela dan tarif jasa pelayanan penumpang pesawat
udara yang dikenakan sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap pungutan yang akan
38 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM Tahun 2002 tentang Tarif Penumpang
Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dlaam Negeri Kelas Ekonomi. Keputusan ini mencabut
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 1996 tentang Tarif Penumpang Angkutan
Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
KM 61 Tahun 1996 tentang Penyempurnaaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun
1996 tentang Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi;
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 1997 tentang Penyempurnaan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 61 Tahun 1996 tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 1996 tentang Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga
Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi.

41

dikaitkan dengan tarif angkutan harus lebih dahulu mendapat persetujuan Menteri
Perhubungan. Berdasarkan keputusan Mentri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun
2002 jelas sekali bahwa Menteri Perhubungan campur tangan dengan ketat
terhadap tarif ekonomi angkutan udara niaga berjadwal (secheduled airlines).
Dengan ini dapat diketahui bahwa penetapan tarif pada tiket pesawat udara
juga berperan dalam bagaimana seseorang mendapatkan layanan baik di bandara
maupun di dalam pesawat udara.Sebab tarif pesawat udara tersebut berbagai
macam, tergantung penumpang membeli tiket pesawat udara dengan rata-rata
(budget) harga yang diinginkan sesuai dengan ketentuan harga dari maskapai
penerbangan.

B. Perlindungan Hukum Penumpang Pesawat Udara Sebagai Konsumen


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1991 dan UndangUndang Nomor 1 Tahun 2009
Transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda perekonomian,
membuka akses ke daerah pedalaman atau terpencil, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, menegakkan kedaulatan negara, serta mempengaruhi semua
aspek kehidupan masyarakat.
Pentingnya transportasi tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan
jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang di dalam negeri maupun luar
negeri, serta berperan sebagai pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah
dan pengembangan wilayah.
Menyadari peran transportasi tersebut, penyelenggaraan penerbangan
harus ditata dalam suatu kesatuan sistem trasnportasi nasional secara terpadu dan

42

mampu mewujudkan penyediaaan jasa transportasi yang seimbang dengan tingkat


kebutuhan, selamat, aman, efektif dan efisien.39
1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting
dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus pelanggaran hak konsumen,
diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab
dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak terkait.
Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan
kewajiban. Pengethuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bias
bertindak sebagai konsumen yang kristis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai
adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari
akan

hal itu. Konsumen

kemudian bisa bertindak

lebih jauh untuk

memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja
ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar pelaku usaha.
Menurut Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, hak-hak konsumen adalah sebagai
berikut:40
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa


Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan

39Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen.,(Jakarta : Sinar Grafika,


2011), hal. 47.
40Citra Umbara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999, (Bandung : Citra
Umbara, 2007), hal.5.

43

Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/ atau jasa


Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut


Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan./atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya


Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
Menurut Bob Widhayahartono bahwa empat hak dasar konsumen (the four

consumer basic rights) yang meliputi hak-hak sebagai berikut :41


Hak untuk Mendapat atau Memperoleh Keamanan (The Right to be Secured)
Setiap konsumen berhka mendapatkan perlindungan atas barang/jasa yang
dikonsumsi. Misalnya, konsumsi merasa aman jika produk makanan atau
minuman yang dikonsumsinya dirasa aman bagi kesehatan.Artinya produk
makanan tersebut memenuhi standar kesehatan, gizi, dan sanitasi serta tidak
mengandung bahan yang membahayakan bagi jiwa manusia. Di Amerika Serikat,
hak ini merupakan hak tertua yang tidak kontorversial karena didukung oleh
masyarakat ekonomi.
Hak untuk Memperoleh Informasi (The Right to be Informed)
Setiap konsumen berhak mendapatkan informasi yang jelas dan komprehensif
tentang suatu produk barang/jasa yang dibeli (dikonsumsi). Akses terhadap
informasi sangat penting karena konsumen bias mengetahui bagaimana kondisi
41 Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta : Visi Media, 2008), hal. 25.
44

barang/jasa yang akan dikonsumsi. Jika suatu saat ada risiko negatif dari
produk/jasa yang telah dikonsumsinya, konsumen telah mengetahui hal tersebut
sebelumnya.Artinya, konsumen memiliki hak untuk mengetahui ciri/ atribut
negatif dari suatu produk seperti efek samping dari mengonsumsi suatu produk
atau adanya peringatan dalam label/ kemasan produk.
Hak untuk Memilih (The Right to Choose)
Setiap konsumen berhak memilih produk barang/jasa dengan harga yang wajar.
Aritnya, konsumen tidak boleh dalam kondisi tertekan atau paksaan untuk
memilih suatu produk tersebut yang mungkin bias merugikan hak-haknya. Ia
harus dalam kondisi bebas dalam menentukan pilihannya terhadap barang
dan/atau jasa yang akan dikonsumsi.
Hak untuk Didengarkan (The Right to be Heard)
Konsumen harus mendapatkan haknya bahwa kebutuhan dan klaimnya bisa
didengarkan, baik oleh pelaku usaha yang bersangkutan maupun oleh lembagalembaga perlindungan konsumen yang memperjuangkan hak-hak konsumen.
Hak untuk memperoleh keamanan penting ditempatkan pada kedudukan
utama karena berabad-aband berkembang suatu falsafah berpikir bahwa
konsumen (terutama pembeli) adalah pihak yang wajib berhati-hati, bukan pelaku
usaha.Falsafah yang disebut caveat emptor (let the buyer beware) ini mencapai
puncaknya pada abad ke-19 seiring dengan berkembangnya paham rasional
individualisme di Amerika Serikat.Dalam perkembangannya kemudian, prinsip
yang merugikan konsumen ini telah ditinggalkan.42
Begitu juga dengan penumpang pesawat udara berhak mendapatkan
perlindungan atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan jasa
maskapai penerbangan sehingga konsumen terhindar dari kerugian (fisik maupun
42Ibid, hal. 25.
45

psikis). Sebab itu merupakan hak konsumen dimana hal tersebut berkaitan dengan
perlindungan konsumen dan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan
konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan
perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih hak-haknya yang
bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik
dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen.
Penumpang pesawat udara juga berhak mendapat ganti rugi apabila ia
mendapatkan

kerugian.

Misalnya

apabila

pesawat

udara

tersebut

jam

keberangkatannya diundur, penumpang tidak dapat terbang sementara status


penumpang di tiket sudah terdaftar sebagai penumpang, penumpang mengalami
kecelakaan pesawat udara, penumpang tidak dapat berangkat dikarenakan
maskapai penerbangan tiba-tiba pailit, dan lain-lain. Maskapai penerbangan harus
memberikan asuransi kepada penumpang apabila terjadi kecelakaan pesawat
udara. Hal lain yang sering mengecewakan penumpang adalah ketika jam
keberangkatan diundur dan terkadang sering maskapai penerbangan tidak
memberikan konsumsi terhadap penumpang yang pesawatnya ditunda jam
keberangkatannya (delay). Selain itu hal yang menjadi pertanyaaan bagi
penumpang apabila maskapai penerbangan tersebut tiba-tiba atau mendadak pailit
dan tiket tersebut dianggap hangus, uang penumpang tidak dapat dikembalikan
dan penumpang pesawat udara tersebut tidak dapat terbang ke tempat tujuannya
sehingga harus membeli tiket maskapai penerbangan lain untuk mencapai tempat
tujuannnya. Seperti yang terjadi pada maskapai penerbangan Batavia Air dahulu
dimana pihak Batavia Air mendadak pailit dan banyak penumpang yang terlantar
akibat tidak berangkatnya lagi pesawat tersebut. Tetapi pihak mereka tidak mau

46

bertanggung jawab akan hal tersebut dan menjanjikan akan mengembalikan uang
sejumlah harga di tiket. Pada kenyataannya, hal tersebut satupun tidak ada
terealisasi dan tidak ada diindahkan. Inilah yang menjadi kekesalan dari
penumpang pesawat udara.43
Sementara itu, pihak maskapai penerbangan selaku pelaku usaha
mempunyai kewajiban terhadap penumpang pesawat udara selaku konsumen.
Menurut Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Kewajiban pelaku usaha adalah sebagai
berikut:44
Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya
Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan, dan pemeliharaan


Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif
Menjamin mutu

barang

dan/atau

jasa

yang

diproduksi

dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas

barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan


Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan

43 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 12
Februari 2014.
44 Citra Umbara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999, (Bandung : Citra
Umbara, 2007), hal. 6.

47

Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang


dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Di samping adanya kewajiban yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha

disini yaitu maskapai penerbangan, ada juga tanggung jawab yang harus
dipikulnya. Tanggung jawab merupakan bagian dari kewajiban yang mengikat
kegiatan mereka dalam berusaha.Tanggung jawab ini disebut juga dengan istilah
tanggung gugat produk (product liability). Product liability adalah suatu tanggung
jawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk
(producer, manufacturer), dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu
proses

untuk

menghasilkan

suatu

produk

(processor,

assembler)

atau

mendistribusikan (seller, distributor) produk tersebut. (Saefullah, 2000:46)45


Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak mengatur secara jelas dan
tegas soal jenis barang yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan dan
sampai sejauhmana pertanggungjawaban atas barang tertentu dapat dikenakan
bagi pelaku usaha atas hubungan hukumnya dengan konsumen.Penerapan konsep
product liability ternyata tidak mudah.Sebab dalam sistem pertanggungjawaban
secara konvensional, tanggung dudat produk didasarkan adanya wanprestasi
(default) dan perbuatan melawan hukum (fault).
Dalam Pasal 19 ayat 1 disebutkan bahwa, Pelaku usaha bertanggung
jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, atau kerugian yang
diderita konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan
atau diperdagangkan. Walaupun dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen
telah tampak adanya untuk mengembangkan kedudukan antara konsumen dengan
produsen, namun dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut masih
45 Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta : Visi Media, 2008), hal.80.
48

terdapat berbagai kekurangan, baik yang berupa pembatasan ruang gerak


produsen secara berlebihan, maupun ketentuan-ketentuan hukum yang sulit untuk
diterapkan dengan baik.46
Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa perlindungan hukum bagi
konsumen yaitu penumpang pesawat udara oleh pihak maskapai penerbangan
sebagai pelaku usaha sebenarnya besar dan harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam dunia penerbangan.Tetapi dalam prakteknya,
banyak hal yang diingkari dan tidak ditepati juga kurang dipertanggung jawabkan
oleh pihak penerbangan. Atas kurangnya perlindungan hukum terhadap
penumpang pesawat udara, seharusnya pihak maskapai penerbangan dapat
dikenakan sanksi.Melihat kurangnya penanganan terhadap tindakan pihak
maskapai penerbangan, penumpang pesawat udara hanya dapat mengikuti
prosedur penerbangan yang ada sekalipun hal tersebut dianggap sangat merugikan
penumpang sebagai konsumen dan kurangnya rasa tanggung jawab pihak
penerbangan.
2. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Pembahasan masalah perlindungan hukum bagi konsumen jasa angkutan
udara, meskipun khusus dibatasi untuk penumpang bukanlah suatu hal yang
mudah. Unsur-unsur perlindungan yang menjadi hak konsumen jasa angkutan dan
keseluruhan

pengaturan

mengenai

unsur-unsur

itulah

yang

merupakan

perlindungan hukum bagi konsumen yang kalau disusun secara sistematis dan
integral akan merupakan suatu sistem perlindungan hukum bagi konsumen jasa
angkutan udara.

46 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, (Jakarta :


Rajawali Pers, 2011), hal.71.

49

Yang pokok dalam suatu sistem perlindungan hukum bagi konsumen jasa
angkutan udara adalah kepentingan konsumen karena konsumenlah yang menjadi
raison detre seluruh kegiatan angkutan udara.Tanpa konsumen tidak ada
justifikasi bagi investasi untuk sarana dan prasaran angkutan udara yang begitu
besar.Namun hal ini agaknya seringkali dilupakan. Pentingnya konsumen pasti
akan lebih dirasakan oleh produsen jasa angkutan udara kalau industri angkutan
udara telah mempunyai saingan dalam tubuh industri, kalau bagi konsumen jasa
angkutan udara tersedia pilihan antara beberapa perusahaan angkutan udara yang
sama baiknya, baik dari segi peralatan,maupun pelayanan.
Suatu sistem perlindungan hukum bagi konsumen jasa angkutan udara
adalah suatu sistem yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan prosedur
yang mengatur semua aspek yang baik langsung maupun tidak langsung mengenai
kepentingan dari konsumen jasa angkutan udara.
Dari sistem perlindungan hukum tersebut dapat dilihat unsur-unsur
perlindungan konsumen, yaitu :
a) Keselamatan penerbangan
b) Keamanan penerbangan
c) Kenyamanan penerbangan
d) Pelayanan penerbangan
e) Pertarifan
f) Perjanjian angkutan udara
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 yang
dapat memerintahkan langsung kepada Menteri Perhubungan untuk mengeluarkan
peraturan

Menteri

Perhubungan.

Di

dalam

Rancangan

Undang-Undang

Penerbangan yang diusulkan oleh pemerintah sendiri juga tidak terdapat sanksi
administratif, yang ada hanya sanksi pidana. Dalam Rancangan Undang-Undang
Penerbangan terdapat 102 Pasal yang diusulkan terdapat 52 pasal pidana,
sedangkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009

50

terdapat 42 Pasal sanksi pidana sedangkan sanksi administratif terdapat 18 Pasal,


masing-masing sanksi berupa peringatan dan/atau pencabutan sertifikat yang
berlaku terhadap pelanggaran (a) pesawat terbang, helikopter, balon udara
berpenumpang, dan kapal udara yang telah mempunyai tanda pendaftaran
Indonesia dan tanda kebangsaan Indonesia yang tidak dilengkapi dengan bendera
Negara Kesatuan Republik Indonesia, (b) setiap orang yang mengaburkan
identitas tanda pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara, sehingga mengaburkan
tanda pendaftaran, kebangsaan, dan bendera pada pesawat udara.
Dalam Pasal 179 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009 diatur kewajiban asuransi penerbangan tanggung jawab hukum. Menurut
Pasal tersebut pengangkut wajib mengasuransikan tanggung jawabnya atas
kerugian penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap, atau luka-luka yang
diakibatkan eksiden angkutan udara di dalam pesawat dan/atau naik turun dari
pesawat udara, bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh
kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan
pengangkut, keterlambatan pada kargo yang dikirim hilang, musnah atau rusak
yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama kargo berada dalam
pengawasan pengangkut.47
Besarnya pertanggungan asuransi untuk penumpang yang meninggal
dunia, cacat tetap, atau luka-luka, sekurang-kurangnya harus sama dengan jumlah
ganti kerugian yang diberikan oleh badan usaha angkutan udara niaga di luar ganti
kerugian yang diberikan oleh lembaga asuransi yang ditetapkan oleh pemerintah,
dan untuk bagasi kabin yang hilang atau rusak sekurang-kurangnya sebesar
47Fokus Media, Undang-Undang Penerbangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009, (Bandung :
Fokus Media, 2009).

51

kerugian nyata, untuk bagasi tercatat dan kargo yang dikirim, sedangkan untuk
keterlambatan berdasarkan kerugian penumpang, pengirim barang akibat
keterlambatan. Dalam penjelasannya yang dimaksud sekurang-kurangnya dalam
ketentuan ini adalah tanggung jawab ganti kerugian yang harus diberikan oleh
pengangkut tidak boleh kurang dari yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan,
tetapi penumpang dapat menuntut ganti kerugian yang lebih tinggi apabila dapat
membuktikan kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan
pengangkut.
Dalam Pasal 180 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009 diatur besarnya asuransi penerbangan. Menurut Pasal tersebut besarnya
kewajiban mengasuransi adalah kecuali penumpang membuat perjanjian khusus
yang menetapkan ganti kerugian yang lebih tinggi, sebesar tanggung jawab
hukum dalam hal penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap atau luka-luka,
sedangkan jumlah ganti kerugian bagasi setinggi-tingginya kerugian nyata.
Jumlah ganti kerugian tersebut di luar jumlah ganti kerugian yang diberikan oleh
lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini Jasa Raharja.Besarnya
ganti kerugian tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Perhubungan.
Menurut Pasal 240 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009, badan usaha bandar udara bertanggung jawab terhadap kerugian yang
diderita oleh pengguna jasa bandar udara dan/atau pihak ketiga yang diakibatkan
oleh pengoperasian bandar udara. Tanggung jawab terhadap kerugian tersebut
meliputi kematian atau luka fisik orang, musnah, hilang, atau rusak peralatan yang
dioperasikan dan/atau dampak lingkungan di sekitar bandar udara akibat
pengoperasian bandar udara wajib diasuransikan.Terhadap orang melanggar

52

kewajiban mengasuransikan tanggung jawab hukumnya dikenakan sanksi


administratif berupa peringatan, pembekuan sertifikat, dan/atau pencabutan
sertifikat.48
Pasal 424 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009
mengatur sanksi pidana. Menurut pasal tersebut setiap orang yang tidak
bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pengguna jasa bandar
udara dan/atau pihak ketiga berupa kematian atau luka fisik orang yang
diakibatkan oleh pengoperasian bandar udara, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah), sedangkan setiap orang yang tidak bertanggung jawab
terhadap kerugian yang diderita oleh pengguna jasa bandar udara dan/atau pihak
ketiga (a) musnah, hilang, atau ruska peralatan yang dioperasikan; dan/atau, (b)
dampak lingkungan di sekitar bandar udara, yang diakibatkan oleh pengoperasian
bandar udara sebagaimana dimaksuda dalam Pasal 240 ayat (2) huruf b dan huruf
c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Di Indonesia, besaran ganti kerugian untuk setiap penumpang yang
meninggal dunia, cacat tetap, atau luka-luka akibat kejadian angkutan udara di
dalam pesawat udara dan/atau naik turun pesawat udara, bagasi tercatat yang
hilang, musnah atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama
kargo berada dalam pengawasan pengangkut, kerusakan atau kehilangan
sebagianatau seluruh bagasi tercatat atau kargo yang hilang, musnah, atau rusak
dievaluasi paling sedikit satu kali oleh Menteri Perhubungan.
48 Fokus Media, Undang-Undang Penerbangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009, (Bandung :
Fokus Media, 2009).

53

Penentuan besarnya ganti rugi oleh Menteri Perhubungan tersebut


dimaksudkan untuk mempermudah perubahan jumlah ganti rugi tanpa harus
mengubah norma Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2001
supaya lebih elastis sesuai dengan kondisi pada saat kecelakaan terjadi. Perubahan
ganti kerugian tersebut dilakukan dengan mengevaluasi berdasarkan kriteria pada
(a)tingkat hidup yang layak rakyat Indonesia, (b)kelangsungan hidup badan usaha
angkutan udara niaga, (c)tingkat inflasi kumulatif, (d)pendapatan per kapita,
(e)perkiraan usia harapan hidup, mengingat bahwa tingkat hidup, kelangsungan
hidup perusahaan, inflasi dan pendapatan per kapita serta umur rata-rata manusia,
selalu mengalami perubahan, maka terhadap besaran nilai ganti kerugian
hendaknya selalu di evaluasi sehingga dapat memenuhi keinginan, baik dari
pengguna jasa maupun pemberi jasa. Berdasarkan evaluasi tersebut dapat
dilakukan perubahan besaran ganti kerugian, setelah mempertimbangkan saran
dan masukan dari menteri yang membidangi urusan keuangan.Ketentuan lebih
lanjut mengenai batasan ganti kerugian ditetapkan dengan peraturan Menteri
Perhubungan.49
Pihak yang berhak menerima gamti kerugian diatur dalam Pasal 173
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 dimana menurut pasal
tersebut dalam hal seorang meninggal dunia yang diakibatkan kejadian angkutan
udara di dalam pesawat udara dan/atau turun pesawat udara yang berhak
menerima ganti kerugian adalah ahli waris penumpang tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal tidak ada ahli waris yang
49

H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1


Tahun 2009 Bagian Pertama, (Bandung : Mandar Maju, 2009), hal. 202.

54

berhak menerima ganti kerugian, badan usaha angkutan udara niaga menyerahkan
ganti kerugian kepada negara setelah dikurangi biaya pengurusan jenazah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Selain itu dalam hal gugatan diatur dalam Pasal 176 dan 177 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009. Menurut Pasal 176 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009, penumpang, pemilik bagasi
kabin, pemilik bagasi tercatat, pengirim kargo, dan/atau ahli waris penumpang,
yang menderita kerugian akibat kejadian angkutan udara di dalam pesawat udara
dan/atau naik turun pesawat udara, karena hilang atau rusaknya bagasi kabin yang
disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang dipekerjakan pengangkut,
karena bagasi tercatat hilang, musnah atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan
angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan pengangkut
karena kargo hilang, musnah atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan
udara selama kargo berada dalam pengawasan pengangkut, dan ahli waris
penumpang dapar mengajukan gugatan terhadap di pengadilan negeri di wilayah
Indonesia dengan menggunakan hukum Indonesia.
Gugatan dapat diajukan ke pengadilan negeri tempat pembelian tiket,
pengiriman barang, domisili kantor pengangkut, kantor cabang dan domisili
tergugat dan penggugat di seluruh wilayah Republik Indonesia. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memberi kemudahan kepada korban. Hak untuk menggugat
kerugian yang meliputi untuk penumpang adalah meninggal dunia, luka-luka
tubuh,keterlambatan dan tidak terangkut, dan untuk bagasi tercatat dan kargo
adalah hilang, musnah, rusak, terlambat dan tidak terangkut sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan yang diderita penumpang atau pengirim kepada pengangkut

55

dinyatakan kadaluarsa dalam janka waktu 2 tahun terhitung mulai tanggal


seharusnya kargo dan bagasi tersebut tiba di tempat tujuan.
Pernyataan kemungkinan meninggal dunia bagi penumpang pesawat udara
yang hilang diatur dalam Pasal 178 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2009. Menurut pasal tersebut penumpang yang berada dalam pesawat udara
yang hilang, dianggap telah meninggal dunia, apabila dalam jangka waktu 3 bulan
setelah tanggal pesawat udara seharusnya mendarat di tempat tujuan akhir tidak
diperoleh kabar mengenai hal ihwal penumpang tersebut, tanpa diperlukan
putusan pengadilan. Hak penerimaan ganti kerugian dapat diajukan setelah lewat
jangka waktu 3 bulan. Berdasarkan pernyataan tersebut warisan dapat dibagikan
kepada yang berhak, namun demikian bilamana ternyata orang yang bersangkutan
masih hidup, maka harta benda yang telah dibagikan dapat dikembalikan lagi.50
Sebagaimana diatur di dalam Konvensi Warsawa 1929, dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 juga bersifat memaksa, karena
itu dalam persyaratan khusus diatur dalam Pasal 186 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 diatur bahwa pengangkut dilarang membuat
perjanjian atau persyaratan khusus yang meniadakan tanggung jawab pengangkut
atau menentukan batas yang lebih rendah dari batas kerugian yang diatur dalam
undang-undang ini, namun demikian perusahaan penerbangan dengan penumpang
dan/atau pengirim barang boleh membuat perjanjian ganti rugi lebih dibandingkan
dengan diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009. Ketentuan lebih mengenai tanggung jawab pengangkut diatur dengan
Peraturan Menteri.51
50 H.K. Martono, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009 Bagian
Pertama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 316.
51Ibid, hal.316.

56

Berdasarkan uraian fakta, kronologi, pengaturan dalam hukum nasional


yang meliputi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1964,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992, Rancangan UndangUndang tentang Penerbangan, asuransi menurut hukum internasional sebagaimana
diatur dalam Konvensi Roma 1952 dan peran serta dalam industri penerbangan,
dapat disimpulkan bahwa asuransi penerbangan mempunyai arti yang sangat
strategis sebagai mitra usaha, karena itu di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 dicantumkan ketentuan-ketentuan asuransi
penerbangan secara lebih mantap, sehingga dapat disimpulkan betapa pentingnya
peran asuransi penerbangan, baik dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 1964, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
1992 beserta peraturan pelaksanaanya, Rancangan Undang-Undang Penerbangan
maupun dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009
semuanya mengatur asuransi penerbangan, namun demikian bilamana dicermati
dengan baik, usul asuransi di dalam Rancangan Undang-Undang Penerbangan
lebih

banyak

menyerahkan

peraturan

pelaksanaannya

kepada

peraturan

pemerintah, sementara itu di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1


Tahun 2009 lebih banyak menyerahkan pengaturan lebih lanjut pada Peraturan
Menteri Perhubungan sehingga lebih cepat dapat ditangani.
C. Peraturan Penerbangan Tentang Perlindungan Terhadap Penumpang
Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai pengalaman
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
mewujudkan Wawasan Nusantara serta memantapkan ketahanan nasional,
diperlukan sistem transportasi nasional yang memiliki posisi penting dan strategis

57

dalam pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan. Salah satu bentuk


dari tujuan tersebut dapat dilihat dari segi penerbangan.
Penerbangan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2009 yaitu :
Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan
wilayah udara, Bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan,
keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan
fasilitas umum lainnya.
Pengertian penerbangan adalah padanan dari akta aviation, bukan
padanan dari perkataan aerial navigation atau aeronautical atau flight atau air
navigation. Sebenarnya secara substantif Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tersebut merupakan penyempurnaan
dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992 dengan
menambah

perkataan

lingkungan

hidup.

Pengertian

Penerbangan

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tersebut merupakan refleksi dari muatan undangundang yang dijabarkan dalam pasal-pasalnya.52
Penerbangan yang mempunyai karakteristik dan keunggulan tersendiri,
perlu dikembangkan agar mampu meningkatkan pelayanan yang lebih luas, baik
domestik maupun internasional.Pengembangan penerbangan ditata dalam satu
kesatuan sistem dengan mengintegrasikan dan mendinamisasikan prasarana dan
sarana penerbangan, metoda, prosedur, dan peraturan sehingga berdaya guna serta
berhasil guna.

52 Fokus Media, Undang-Undang Penerbangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009,


(Bandung : Fokus Media, 2009).

58

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan diatur


mengenai tanggung jawab pihak maskapai penerbangan. Pasal 1 angka 2 UURI
No.1 Tahun 2009 mengatur pengertian tanggung jawab pengangkut (air carriers
liability) yaitu :
Tanggung Jawab Pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan
udara untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau
pengirim barang serta pihak ketiga.
Di dalam konsep Rancangan Undang-Undang Penerbangan tidak terdapat
usulan mengenai pengertian tanggung jawab pengangkut (air carriers liability)
demikian pula di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
1992 juga tidak terdapat pengertian mengenai tanggung jawab pengangkut (air
carriers liability). Ketentuan tersebut merupakan ketentuan baru yang
sebelumnya tidak diusulkan dalam Rancangan Undang-Undang Penerbangan
maupun tidak terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 1992, namun demikian dipandang perlu ditambahkan dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009, mengingat di dalam pasalpasalnya juga mengatur mengenai tanggung jawab pengangkut baik terhadap
penumpang, pengirim barang maupun kepada pihak ketiga yang mengalami
kerugian akibat pengoperasian pesawat udara.
Pada era teknologi tinggi penerbangan dewasa ini, keselamatan
penerbangan meningkat dengan tajam.Hal ini dibuktikan dengan menurunnya
jumlah korban kecelakaan pesawat udara pada tataran internasional.Korban
kecelakaan pesawat udara pada tataran internasional cenderung menurun terus.
Jumlah korban kecelakaan pesawat udara menurun dari 0,05 setiap 100 juta
penumpang/km dalam tahun 1989 menurun menjadi 0,03 setiap 100 juta

59

penumpang/km dalam tahun 1990. Apabila dilihat kurun waktu 30 tahun terakhir
penurunan tersebut semakin jelas. Jumlah korban kecelakaan pesawat udara dari
0,69 setiap 100 juta penumpang/km dalam tahun 1961 menjadi 0,18 setiap 100
juta penumpang/km dalam tahun 1970 dan menurun lagi menjadi 0,08 setiap 100
juta penumpang/km dalam tahun 1980 dan terakhir menjadi 0,03 setiap 100 juta
penumpang/km dalam tahun 1990.
Bagaimanapun canggihnya teknologi penerbangan, kecelakaan pesawat
udara tidak dapat dicegah sama sekali. Usaha manusia adalah hanya mengurangi
atau memperkecil tingkat kecelakaan pesawat udara. Di Indonesia, khususnya
dalam waktu 10 tahun terakhir ini terdapat tidak kurang 329 kecelakaan
(accident)53 atau kejadian (incident).54
Dari jumlah kecelakaan dan kejadian tersebut telah merenggut 483 jiwa
meninggal dunia dan 85 orang luka berat maupun ringan di samping kerugian atas
pesawat udara. Kerugian pesawat udara maupun korban jiwa tersebut merupakan
risiko yang dihadapi oleh perusahaan penerbangan, karena itu perusahaan
penerbangan memerlukan peran asuransi penerbangan sebagai mitra usaha karena
lembaga asuransi penerbangan meruapakan lembaga yang dapat membagi beban
risiko yang dihadapi oleh perusahaan penerbangan. Perusahaan penerbangan
tumbuh dan berkembang bersama dengan asuransi penerbangan, semakin canggih

53Kecelakaan (accident) adalah suatu peristiwa yang terjadi di luar dugaan manusia yang
berhubungan dengan pengoperasian pesawat udara yang berlangsung sejak penumpang naik
pesawat udara (boarding) dengan maksud melakukan penerbangan sampai waktu semua
penumpang turun dari pesawat (debarkasi).Peristiwa tersebut mengakibatkan orang meninggal
dunia atau luka parah akibat benturan dengan pesawat udara atau kontak langsung dengan bagian
pesawat udara atau terkena hampasan langsung mesin jet.
54 Kejadian (incident) adalah peristiwa yang terjadi selama penerbangan berlangsung yang
berhubungan dengan operasi pesawat udara yang dapat membahayakan terhadap keselamatan
penerbangan.

60

teknologi

penerbangan

maka

semakin

memerlukan

kehadiran

asuransi

penerbangan.55
Perusahaan penerbangan dapat menghadapi berbagai risiko sperti
pembajakan udara, ledakan nuklir, peledakan bom plastik seperti dialami oleh Pan
Am 103 di Lokerbie tahun 1998, mesin pesawat udara mati (ingestion), mesin
pesawat udara kemasukan burung (bird hazard), serangan teroris, serangan
musuh, penembakan oleh militer seperti dialami oleh KAL 007 dan Iran Air Airus
A-300, penyitaan oleh pemerintah, nasionalisasi oleh pemerintah untuk perang,
pemakaian pesawat udara terlalu lama (aus), kerusakan struktural, kecelakaan
pesawat udara pada saat taxying, tinggal landas, senggolan dengan pesawat udara
lain, ditabrak oleh ground power, hubungan arus pendek (corsluiting) yang
menyambar bahan bakar yang mengakibatkan kebakaran pesawat udara.
Di samping risiko tersebut, perusahaaan penerbangan masih menghadapi
risiko awak pesawat udara. Awak pesawat udara merupakan asset perusahaan
penerbangan yang sangat mahal, karena awak pesawat udara memerlukan
pendidikan yang lama dan biaya yang tinggi. 56 Risiko kehilangan awak pesawat
udara akan sangat berpengaruh terhadap produksi perusahaan penerbangan dan
kadang-kadang dirasakan sangat berat dibandingkan dengan kehilangan pesawat
udara. Kehilangan pesawat udara dapat segera diganti dengan pesawat udara yang
baru,tetapi penggantian awak pesawat yang mempunyai keterampilan yang sama
dengan yang meninggal dunia sangat sulit dicarikan penggantinya. Risiko awak
55 Dennis L.Foster, First Class An Introduction to Travel and Tourism Second Edition, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2000), hal.123.
56 Sebagai ilustrasi betapa besarnya biaya untuk mendidik 220 jam terbang seorang pilot
tempur sebesar US$ 1,5 juta dan memerlukan pendidikan tambahan setiap 3 (tiga) bulan harus
terbang malam, terbang simulator minimal 15 (lima belas) jam. Biaya terbang berbeda-beda
tergantung jenis pesawat udara, sukhoi Rp 500.000.000 per jam terbang, F-16 sekitar Rp
75.000.000 per jam, Hercules C-130 Rp 20.000.000 per jam terbang dan Fokker Rp 10.000.000
per jam terbang, Kompas 10 Juni 2009.

61

pesawat tidak hanya dihadapi oleh perusahaan penerbangan, tetapi juga dihadapi
oleh awak pesawat itu sendiri beserta keluarganya. Risiko yang dihadapi awak
pesawat tersbut anatara lain kematian, luka, cacat tetap atau sementara, sehingga
mereka tidak dapat melakukan tugasnya sebagai awak pesawat udara. Khusus
untuk penerbang mereka menghadapi risiko kehilangan sertifikat kecakapan
(certificate of competency).
Perusahaan penerbangan juga menghadapi risiko tanggung jawab hukum
(legal liability risk) yang diajukan oleh penumpang dan atau pengirim barang
maupun oleh pihak ketiga di permukaan bumi.Pada hakikatnya transportasi udara
adalah perjanjian timbal balik secara lisan maupun tertulis antara perusahaanperusahaan penerbangan dengan penumpang dan atau pengirim barang.
Perusahaan penerbangan dapat meningkatkan diri untuk mengangkut penumpang
dan atau barang, sedangkan penumpang dan atau pengirim barang mengikatkan
diri untuk membayar ongkos transportasi sebagai imbal jasa. Perusahaan
penerbangan maupun penumpang dan atau pengirim barang masing-masing
mempunyai hak dan kewajiban.57
Penumpang dan atau pengirim wajib membayar transpotasi udara yang
merupakan hak bagi perusahaan penerbangan dan sebaliknya perusahaan
penerbangan mempunyai kewajiban mengangkut penumpang dan atau barang
sampai di tempat tujuan dengan selamat maka perusahaan penerbangan
bertanggung jawab memberi ganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan
atau pengirim barang. Perusahaan penerbangan dapat digugat perdata di depan
pengadilan oleh penumpang dan atau pengirim barang. Risiko tanggung jawab
57H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama, (Bandung : Mandar Maju, 2009), hal. 47.

62

hukum perusahaan penerbangan tidak terbatas pada gugatan yang diajukan oleh
pihak ketiga di permukaan bumi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.Risiko tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga tidak dapat
diremehkan oleh perusahaan penerbangan karena kemungkinan dapat digugat
tidak terbatas (unlimited liability).
Mengingat besarnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan penerbangan
sebagaimana diuraikan di atas, asuransi penerbangan mempunyai peran yang
sangat penting sebagai mitra usaha untuk meringankan beban risiko yang dihadapi
oleh perusahaan penerbangan. Asuransi penerbangan sebagai lembaga yang
membagi beban risiko dapat memperhitungkan risiko yang akan dihadapi oleh
perusahaan penerbangan dan membagi risiko tersebut dengan perusahaan asuransi
lainnya (re-insurance).
Secara historis, asuransi penerbangan diperkirakan mulai berkembang
pada saat berakhirnya perang dunia pertama. Dalam kenyataannya asuransi
penerbangan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan cabang asuransi
lainnya. Pada awalnya asuransi penerbangan ditawarkan oleh The White Cross
Insurance Agency (WCIA)dalam tahun 1910, tetapi pada saat itu belum ada bukti
adanya kontrak asuransi. Transaksi asuransi di Inggris berkisar pada tahun 19141918. Yang benar-benar sebagai perintis asuransi penerbangan adalah Capt.
Lamplough yang mulai menulis asuransi penebangan atas nama kelompok Union
of Canton di mana WCIA tergabung. Dalam tahun 1931 didirikan British Aviation
Insurance Company yang kemudian membuat cabang yang melayani berbagai
transaksi dalam perusahaan penerbangan dan cabang berikutnya didirikan dalam

63

tahun 1935 dengan nama Aviation andGeneral Insurance Companyyang menjadi


kelompok British Aviation Insurance Company.58
Di Indonesia belum ditemukan dengan pasti kapan asuransi penerbangan
berkembang, namun demikian diperkirakan berkembang seiring dengan
perkembangan penerbangan di Indonesia.PT.Garuda Indonesian Airways telah
melaksanakan asuransi penerbangan yang diikuti oleh perusahaan penerbangan
lainnya.Hampir semua perusahaan penerbangan di Indonesia juga telah menutup
asuransi pesawat udara maupun awak pesawat udara.Penutupan asuransi
dilakukan oleh perusahaan asuransi dalam negeri maupun asuransi asing, namun
demikian pada saat itu perusahaan penerbangan yang tidak bergerak di
penyediaan jasa transportasi udara tetapi mempunyai pesawat udara sendiri belum
seluruhnya mengasuransikan pesawat udara miliknya.
Secara yuridis asuransi penerbangan pertama kali diatur dalam UndangUndang Nomor 33 Tahun 196459, disusul dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 1992, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 60. Menurut Pasal 3 ayat
(1) hruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1964 setiap
penumpang yang sah dari pesawat udara perusahaan penerbangan nasional wajib
membayar iuran wajib melalui perusahaan penerbangan yang bersangkutan untuk
menutup kerugian akibat kecelakaan selama penerbangan berlangsung. Iuran
wajib tersebut akan digunakan untuk memberi santunan apabila terjadi kerugian
yang menyebabkan kematian atau cacat akibat kecelakaan pesawat udara.
58Ibid, hal.47.
59 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 1964
60 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang Pelaksaan Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1965, Tambahan
Lembaran Negara

64

Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1964


diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965. Di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 diatur jumlah iuran wajib, cara
pembayarannya, bukti pembayaran, larangan menjual tiket pesawat udara tanpa
disertai pembayaran iuran wajib dana kecelakaan, kewajiban menunjukkan kupon
bukti pembayaran iuran wajib, pemanfaatan dana sebelum digunakan untuk
membayar santunan, jenis kecelakaan yang harus memperoleh santunan, jenis
kecelakaan yang tidak memperoleh santunan atau biaya perawatan, jumlah
santunan yang berhak menerima santunan, larangan dan ketentuan sanksi pidana,
dan lain-lain.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tidak hanya berlaku terhadap
transportasi udara, tetapi juga berlaku terhadap kendaraan umum baik darat,
kereta api maupun kapal laut. Kendaraaan umum yang dimaksudkan adalah
perusahaan milik negara sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1964 yuncto Pasal 13 Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 1965, namun demikian dalam pelaksanannya sehari-hari
asuransi wajib dana kecelakaan penumpang juga berlaku terhadap kendaraan
umum yang dikuasai oleh pemerintah baik darat, kereta api, laut maupun udara
dan yang dikuasai oleh swasta.
Dalam perkembangannya, asuransi penerbangan juga diatur dalam
konvensi internasional maupun hukum nasional lainnya. Hukum nasional yang
mengatur asuransi penerbangan adalah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 199261,
disusul Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 199562, yang diperbaiki dengan
61 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, Lembaran Negara Nomor 53
Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481.
62 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara.

65

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001. Asuransi penerbangan diatur dalam


Pasal 30, 43, 44, 47 dan 48. Menurut Pasal 30 penyelenggara bandar udara
bertanggung jawab atas keamanan, keselamatan dan kelancaran pelayanan
penumpang dan tanggung jawab tersebut harus diasuransikan. Dalam Pasal 43
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992 dikatakan bahwa
perusahaan penerbangan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
penumpang dan atau pengirim barang sehingga tanggung jawab itu harus
diasuransikan.
Dalam Pasal 44 disebutkan bahwa setiap operator yang mengoperasikan
pesawat udara harus bertanggung jawab terhadap pihak ketiga yang tidak tahunmenahu penggunaan pesawat udara tetapi mengalami kerugian akibat penggunaan
pesawat udara. Pasal 47 mewajibkan setiap orang atau badan hukum yang
mengoperasikan pesawat udara, mengasuransikan tanggung jawab penumpang,
barang dan pihak ketiga, sedangkan Pasal 48 mengatur kewajiban operator untuk
mengasuransikan awak pesawat udara yang dipekerjakan.
Pihak penerbangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
penumpang.Hal ini dapat dilihat dari beberapa pasal lain yang terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009. Menurut Pasal 141 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009, pengangkut bertanggung jawab atas
kerugian penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap misalnya kehilangan atau
menyebabkan tidak berfungsinya salah satua anggota badan yang mempengaruhi
aktivitas secara normal seperti hilangnya tangan, kaki, atau mata. Termasuk dalam
pengertian cacat tetap adalah cacat mental sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan di bidang usaha perasuransian atau luka-luka yang

66

diakibatkan kejadian yang semata-mata ada hubungannya dengan angkutan udara


di dalam pesawat dan/atau naik turun pesawat udara. Apalagi kerugian tersebut
timbul karena tindakan sengaja atau kesalahan dari pengangkut atau orang yang
dipekerjakannya, pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dan
tidak dapat mempergunakan ketentuan dalam undang-undang ini untuk membatasi
tanggung jawabnya. Ahli waris atau korban sebagai akibat kejadian angkutan
udara dapat melakukan penuntutan ke pengadilan untuk mendapatkan ganti rugi
tambahan selain ganti rugi yang telah ditetapkan.
Menurut Pasal 142 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009, pengangkut tidak bertanggung jawab dan dapat menolak untuk menyangkut
calon penumpang yang sakit, kecuali orang sakit tersebut menyerahkan surat
keterangan dokter kepada pengangkut yang menyatakan bahwa orang tersebut
diizinkan atau dapat diangkut dengan pesawat udara, namun demikian penumpang
yang sakit tersebut tetap wajib didampingi oleh seorang dokter atau perawat
tersebut tetap wajib didampingi oleh seorang dokter atau perawat yang
bertanggungjawab dan dapat membantunya selama penerbangan berlangsung.
Dalam rancangan akademi undang-undang (academic draft) tentang
tanggung jawab hukum perusahaan penerbangan terhadap pihak ketiga, secara
tegas kewajiban mengasuransikan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga,
bahkan operator juga harus mengasuransikan pesawat udara, penumpang dan atau
barang-barang kiriman, kehilangan sertifikat kelaikan udara serta biaya investigasi
kecelakaan pesawat udara secara single combine insurance sebesar US$
500,000,000.00 (lima ratus juta dolar).63
63 Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta : Visi Media, 2008), hal. 82.

67

Sebagaimana disebutkan di muka bahwa di samping hukum nasional,


konvensi internasional juga mengatur asuransi tanggung jawab hukum terhadap
pihak ketiga sebagaimana diatur dalam Konvensi Roma 1952. 64 Dalam Konvensi
Roma 1952 dikatakan bahwa setiap negara anggota dapat mengharuskan pesawat
udara asing untuk mengasuransikan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga
di permukaan bumi.65 Bagi negara-negara yang tidak meratifikasi Konvensi Roma
1952 umumnya secara sepihak (unilateral action) menerapkan hukum nasional
masing-masing yang mengharuskan perusahaan penerbangan asing untuk
mengasuransikan tanggung jawabnya. Di Amerika Serikat, asuransi merupakan
salah satu syarat untuk dapat terbang dari atau ke Amerika Serikat.
Peran asuransi penerbangan semakin besar dirasakan oleh perusahaan
penerbangan

dengan

banyaknya

kecelakaan

pesawat

udara

di

Indonesia.Banyaknya kecelakaan pesawat udara tersebut jelas seperti diuraikan di


muka. Pada saat perusahaan penerbangan sedang mengalami kecelakaan, asuransi
penerbangan dengan cepat mengadakan evaluasi kerugian yang harus dibayar oleh
perusahaan asuransi. Dalam kasus kecelakaan Garuda 421 yang pernah terjadi di
Desa Serenan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten tanggal 16 Januari 2002,
asuransi telah menyediakan dana sebesar Rp 10 miliar sebagai biaya evakuasi
penumpang, barang, pesawat udara serta pencemaran lingkungan sebagai akibat
pendaratan darurat tersebut. Kerusakan mesin pesawat udara Airbus A-300-B4 di
landasan pacu yang pernah dialami oleh Garuda Indonesia menelan biaya sebesar
64Convention for Damage Caused by Foreign Aircraft to the Third Parties on the Surface,
signed at Rome on 7 October 1952.
65 Pasal 15 Ayat (1) Konvensi Roma 1952 berbunyi : Any Contracting State may require that
the operator of an aircraft registered in another Contracting State shall be insured in respect of
his liability for damage sustained in its territory for which a right to compensation exists in Article
1 by means on insurance up to the limits applicable according to the provision of Article 11.

68

US$ 4,065,077.00 (empat juta enam puluh lima ribu tujuh puluh tujuh dollar),
sedangkan kerusakan landing gear Fokker-28-MK 4000 milik Garuda Indonesia
yang pernah terjadi di Pekan Baru menelan biaya sebesar US$ 5,850,000.00 (lima
juta delapan ratus lima puluh ribu dollar).
Risiko tidak hanya dialami oleh Garuda Indonesia, Merpati Nusantara
Airlines juga mengalami risiko kerusakan pesawat udara. Kerugian kecelakaan
pesawat udara Fokker 28 nomor penerbangan MZ724 yang pernah terjadi di
Sorong sebesar US$ 4,500,000.00 (empat setengah juta dollar) tanpa
memperhitungkan jumlah ganti rugi terhadap sebanyak 42 orang meninggal dunia,
sedangkan kecelakaan mesin pesawat Lufthansa yang pernah terjadi di Bali
sebesar DM 2,000,000.00 (dua juta uang Jerman). Risiko yang dihadapi oleh
perusahaan penerbangan sangar berat apabila tidak diasuransikan kepada
perusahaan asuransi. Sebagai mitra kerja perusahaan penerbangan, perusahaan
asuransi dapat menawarkan berbagai jenis asuransi penerbangan yang dapat
ditawarkan misalnya all risk hull insurance, war risk hull insurance, all risk
property insurance, hull insurance, spares and war risk insurance, loss of use
insurance, total loss insurance, actual total loss insurance, passengers liability
insurance, third party legal liability insurance, product legal liability insurance,
aircrew insurance, loss of license, personnel insurance, aiport operator liability
insurance, dan lain-lain.
D. Hak dan Kewajiban Pihak Travel Dalam Penjualan Tiket Penumpang
Undang-Undang Perlindungan Konsumen menentukan hak dan kewajiban
pelaku usaha, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 dan Pasal 7. 66 Secara
66 Citra Umbara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999, (Bandung : Citra
Umbara, 2007).

69

lengkap sebagai berikut:


Pasal 6 hak pelaku usaha adalah:
a) hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b) hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
c) hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen;
d) hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan / atau jasa yang
diperdagangkan;
e) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Pada Pasal 7 dinyatakan Kewajiban pelaku usaha adalah:
a) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
c) memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d) menjamin mutu

barang

dan/atau

jasa

yang

diproduksi

dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

70

yang berlaku;
e) memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
f)

barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;


memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;
g) memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Dari keterangan undang-undang tersebut, maka dapat diketahui bahwa
pelaku usaha mempunyai tanggung jawab yang cukup besar bagi konsumennya.
Begitu juga bagi pihak travel dalam penjualan tiket penumpang dimana pihak
travel mempunyai peran yang cukup besar demi memberikan pelayanan terbaik
bagi penumpang.

Hak dari pihak travel dalam penjualan tiket penumpang yaitu tidak
bertanggung jawab atas penundaan jam berangkat (delay), gangguan dan
kegagalan keberangkatan yang diberikan kepada pihak maskapai penerbangan
sehingga menyebabkan penumpang tidak berangkat atau tiba tepat waktu di
tempat tujuan pada hari dan waktu yang sudah ditentukan. Ini dapat terjadi
kemungkinan karena banyaknya jam penerbangan dengan maskapai lain sehingga
menyebabkan maskapai tersebut harus bersabar untuk terbang, adanya kerusakan
pada mesin pesawat mungkin disebabkan mesin yang sudah aus atau akibat dari
bencana alam, awak pesawat yang belum lengkap atau mengalami penyakit
71

mendadak yang menyebabkan pesawat tidak dioperasikan, dll. Ini menjadi hal
yang utama yang menyebabkan para penumpang emosi, mengeluh dan marah juga
menyalahkan pihak travel karena disebut-sebut memberikan tiket pesawat yang
jam terbangnya ditunda. Sebenarnya yang salah adalah pihak maskapai
penerbangan bukan pihak travel karena pihak travel hanya sebagai perantara
untuk menjualkan tiket tersebut, tetapi pihak maskapai penerbangan menundanya
dan terkadang tidak memberikan konsumsi kepada penumpang yang ditunda jam
keberangkatannya itu. Lantas karena merasa dirugikan, maka penumpang
mengamuk kepada pihak travel sementara travel tidak bisa sama sekali mengganti
jam penerbangan penumpang. Untuk itu, penumpang seharusnya harus lebih bijak
dalam berpikir siapa yang harusnya bertanggung jawab ketika jam penerbangan
ditunda. 67
Sebenarnya untuk keterlambatan berangkat seperti itu sudah menjadi
tanggung jawab pihak maskapai penerbangan seutuhnya. Jika pesawat terlambat
lebih dari 30 menit, pihak maskapai penerbangan wajib memberikan makan dan
minum, jika lebih dari 90 menit wajib memberikan makan dan minum beserta
pindah pesawat pada jam yang sama jika penumpang tidak merasa nyaman lagi.
Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi lagi apabila maskapai penerbangan
konsekuen dalam penerapan Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2008 (KM No.25 Tahun 2008) tentang Penyelenggaraan
Angkutan Udara, yang sudah berlaku pada bulan Juni tahun 2008 lalu. Dalam KM
tersebut, ada beberapa kewajiban maskapai penerbangan untuk memberikan
67 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 12
Februari 2014.

72

pelayanan kepada penumpang yang hubungannya dengan keterlambatan atau


pembatalan jadwal penerbangan karena masalah dalam maskapai penerbangan
sendiri. Kewajiban tersebut adalah:68

Untuk keterlambatan, maskapai penerbangan harus memberikan kompensasi


pada penumpang : 30-90 menit, penumpang mendapatkana makanan kecil
dan minuman. 91-180 menit, penumpang mendapatkan makanan ringan,
minuman serta makanan (besar) dan melakukan pemindahan ke penerbangan/
maskapai lain apabila penumpang menginginkan dan memungkinkan untuk
itu. Lebih dari waktu di atas, maskapai harus memberikan akomodasi dan
memprioritaskan

penumpang

bersangkutan

untuk

penerbangan

hari

berikutnya. Jika penumpang memutuskan tidak jadi berangkat karenaa


keterlambatan/ pembatalan tersebut, maskapai harus mengembalikan harga
tiket sesuai harga pembelian.

Untuk pembatalan penerbangan, penumpang sudah harus diberitahukan


setidaknya 45 menit sebelum jadwal, baik melalui SMS, telepon dan media
lainnya. Apabila penumpang tidak memperoleh layanan tersebut, maka dapat
menghubungi hotline pengaduan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
melalui emailhubud@dephub.go.id atau mengisi formulir online pada website
Ditjen Hubud di www.hubud.dephub.go.id atau penyedia jasa bandar udara.
Hak lainnya yaitu pihak travel tidak bertangggung jawab atas kecelakaan,

kehilangan koper dan keterlambatan tibanya koper oleh pihak maskapai


68 H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama. (Bandung : Mandar Maju, 2009), hal. 59.

73

penerbangan dan alat pengangkut lainnya. Apabila penumpang mengalami


kehilangan, maka yang menangani kehilangan tersebut adalah maskapai
penerbangan yang ia tumpangi. Penumpang tidak dapat menuntut apapun baik
kehilangan maupun ganti rugi kepada pihak travel sebab travel sudah memberikan
jalan kepada penumpang untuk mencapai ke maskapai penerbangan dan
kehilangan juga kerusakan bagasi penumpang adalah tanggung jawab maskapai
penerbangan agar dapat dicari keberadaannya.69
Kewajiban dari pihak travel dalam penjualan tiket penumpang yaitu
memberikan pelayanan jasa yang terbaik bagi penumpang. Ini dapat dilihat
apabila penumpang mengalami masalah dalam proses keberangkatannya. Untuk
itu pihak travel harus lebih memperhatikan bagaimana status penumpang yang
ditangani sebab ketidakberangkatan penumpang juga salah satu masalah bagi
pihak travel dan apabila ketidakberangkatan penumpang dikarenakan salah dari
pihak travel bukan dari pihak maskapai penerbangan, maka pihak travel harus
wajib menanggungjawabi apa yang sudah menjadi kewajibannya dalam mengurus
tiket penumpang tersebut.
E. Hubungan Antara Biro Perjalanan Selaku Pelaku Usaha dengan
Penumpang Pesawat Udara
Timbulnya kewajiban antara kedua belah pihak dalam hal ini pemakai jasa
angkutan dan pengusaha angkutan udara adalah, didahului dengan adanya
perjanjian yang dilakukan dan disetujui sebelumnya, walaupun perjanjian yang
69 H.K.Martono, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009
Bagian Pertama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 102.

74

disepakati bersama ini bersifat standar dalam arti berasal dari pihak pengusaha
angkutan yang sudah dirumuskan sedemikian rupa sehingga para pemakai jasa
tinggal menyetujuinya baik secara diam-diam maupun secara terang-terangan.
Mengenai hak, dan kewajiban pihak pengangkut ketentuannya sudah diatur di
dalam Ordonansi Pengangkutan Udara (OPU), selain itu terdapat pula dalam
ketentuan khusus lainnya dan tidak menyimpang dari ketentuan undang-undang.
Seperti yang diketahui hubungan antara biro perjalanan (travel) dengan
penumpang pesawat udara sangat berkaitan erat. Sebab para penumpang pesawat
udara mendapatkan tiketnya dari travel. Travel dapat menjual tiket pesawat udara
karena program reservasinya sudah diinstal di pihak travel dari pihak maskapai
penerbangan.70
Biro perjalanan mempunyai banyak hal yang harus dilakukan demi
kenyamanan dan kepuasan penumpang pesawat udara. Keberangkatan penumpang
dengan baik dan selamat menjadi harapan biro perjalanan. Seperti yang diketahui,
sekarang sudah bisa membeli tiket dari website online maskapai penerbangan.
Tetapi melihat prosedurnya dan aturan pembayarannya yang cukup ribet, maka
penumpang lebih memilih membeli tiket di travel agent agar pemesanannya lebih
mudah, praktis dan aman sehingga apabila ketika jadwal keberangkatannya
berhalangan, maka penumpang dapat meminta bantuan dari pihak biro perjalanan
untuk menyelesaikan masalah penerbangannya.
Selain itu penumpang juga sudah bisa di check in kan oleh pihak
travel.Check in adalah istilah lain dari lapor berangkat, dimana penumpang
yang sudah memiliki tiket akan didata kembali dan ditimbang bagasinya. Siapkan
70 E.Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan. (Himpunan Makalah 1961-1995),
(Bandung : Mandar Maju, 2000), hal.99.

75

kartu identitas anda saat berada dalam antrian agar lebih mempercepat proses.
Check-in dapat diwakilkan oleh orang lain, dengan syarat nama calon penumpang
harus sesuai dengan nama yang tertera di kartu identitas. Layanan check-in mulai
dibuka sejak 2 jam sebelum waktu keberangkatan, dan ditutup 45 menit sebelum
pesawat tinggal landas. Seharusnya check in 2 jam sebelum keberangkatan tetapi
sekarang check in sudah bisa 24 jam sebelum keberangkatan dan di check in kan
oleh pihak travel. Hal ini memudahkan dan memberikan kenyamanan kepada
penumpang pesawat udara agar dapat memilih bangku yang diinginkan sesuai
dengan keinginannya. Itulah berbagai bentuk hubungan antara biro perjalanan
dengan penumpang pesawat udara.

BAB IV
TANGGUNG JAWAB PT. ERIC DIRGANTARA TOUR & TRAVEL
TERHADAP PENUMPANG PESAWAT UDARA

A.

Prosedur Pembelian Tiket Pesawat Udara Dimana Penumpang


Berada
Jika dulu naik pesawat merupakan hal yang sangat identik dengan kaum

borjuis, kini setiap orang bisa dengan bebas menjelajahi dunia menggunakan
pesawat terbang.Bahkan, semakin hari harga tiket yang ditawarkan pun semakin
murah.Hal ini terjadi karena banyaknya maskapai yang berlomba-lomba
memberikan pelayanan prima dengan pembukaan rute-rute baru yang semakin

76

marak. Selain karena persaingan jadwal dalam satu destinasi yang sama, tingkat
keterisian pesawat juga merupakan salah satu faktor penentunya, sehingga harga
yang ditawarkan menjadi sangat kompetitif dan menguntungkan para konsumen.
Namun, walau kita sudah sering naik pesawat, terkadang ada saja yang terlupa
soal detil-detil terkait menggunakan sarana transportasi ini, mulai dari saat
reservasi tiket, di bandara, ketika di penerbangan, dan lain sebagainya.
Kesan pertama dari penumpang tentang suatu perusahaan penerbangan,
bahkan mungkin mengenai seluruh sistem perhubungan nasional, diperolehnya
ketika ia membeli tiket. Seperti yang diketahui, penumpang merupakan sebagian
besar bahkan yang terutama diangkut oleh pesawat udara sedangkan
pengangkutan barang masih menempati tempat kedua. Ordonansi pengangkutan
udara tidak memberikan definisi tentang apa yang dimaksud dengan penumpang
tetapi pada penerbangan teratur yang dapat dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan penumpang oleh ordonansi tersebut adalah setiap orang yang diangkut
oleh pengangkut berdasarkan suatu perjanjian angkutan dengan adanya bayaran.
Pemesanan tiket adalah istilah lain dari mengamankan tempat, biasanya
jika seorang calon penumpang sudah sepakat dengan harga yang berlaku, ia akan
dianjurkan oleh petugas reservasi untuk melakukan booking terlebih dahulu.
Penumpang tidak perlu khawatirsebab pemesanan tiket adalah fasilitas bebas
biaya yang diberikan oleh maskapai dan dapat dilakukan oleh pihak travel. PT.
Eric Dirgantara Tour & Travelakan memasukkan data calon penumpang sesuai
kartu identitas seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi
(SIM), Kartu Pelajar/ Mahasiswa, Paspor dan Kartu Keluarga, lalu penumpang

77

menunggu proses pemesanan tiket (booking) selesai, selanjutnya penumpang akan


mendapatkan informasi berupa kode pemesanan(code booking) tiket beserta batas
waktu pembayaran(time limit) untuk reservasi penumpang. Biasanya bentuknya
berupa kombinasi angka dan huruf.71
Dulu jika ingin membeli tiket pesawat udara, penumpangnya harus berada
dari kota dimana ia sedang bermukim. Misalnya seseorang ingin berangkat dari
Medan ke Jakarta, maka penumpangnya harus berada di kota Medan untuk
membeli tiketnya dan tidak bisa diambil dari kota lain. Sebab tiket dahulu masih
dilakukan secara manual, dimana tiketnya masih berbentuk buku tipis berukuran
persegi panjang yang terdiri atas sekitar 4 lembar dan mempunyai bagian karbon
berwarna merah di dalamnya. agar salah satu lembaran tiket tersebut dikoyak dan
disimpan oleh travel atau maskapai penerbangan itu sendiri sebagai bukti
pertinggal bagi pihak mereka yang berisikan nama penumpang, rute penumpang,
jam penerbangan berangkat dan jam ketibaannya. Tetapi bentuk tiket yang seperti
ini mempunyai banyak kekurangan dan risiko yang ditimbulkan. Apabila tiket
tersebut hilang ataupun mengalami kerusakan dan kesalahan data penumpang
yang tertera di tiket, maka penumpang tidak dapat berangkat dan tiket dinyatakan
hangus. Jadi jika ingin berangkat sementara tiketnya hilang, maka tiket harus
dibeli lagi. Hal ini tentu merugikan penumpang karena kehilangan,kerusakan dan
kesalahan data yang tertera pada tiket bukanlah hal yang disengaja dan kelalaian
dari penumpang itu sendiri.Tidak hanya penumpang,tetapi juga bagi travel. Salah
satu risiko lain bagi pihak travel adalah ketika salah satu ticketing dari PT. Eric
Dirgantara Tour & Travel tidak sengaja menghilangkan tiket penumpang sehingga
71 http://ranselkecil.com/tips/prosedur-etika-naik-pesawat-terbang/
78

penumpang tidak dapat berangkat, karena penumpang marah maka kehilangan ini
berlanjut ke kantor polisi sehingga membuat staff ticketing tersebut mendapatkan
hukuman kurungan penjara 3 minggu.72
Hal ini dianggap masih ketinggalan karena banyaknya resiko yang cukup
besar ditanggung oleh penumpang pesawat udara sehingga menyebabkan
penumpang merasa kurang nyaman untuk menaiki pesawat udara sebagai alat
transportasi mereka.Untuk itu pihak penerbangan melakukan upaya yang lebih
baik dan modern agar penumpang sebagai konsumen dapat terlayani dengan
baik.Untuk itu muncullah electronic ticket (e-ticket) atau biasa disebut dengan
elektronik tiket. Electronic ticket adalah tiket yang hanya berupa kertas selembar
yang berisikan data penumpang, rute penumpang, jadwal keberangkatan dan
ketibaan penumpang dan ketentuan-ketentuan mengenai maskapai penerbangan.
Tiket yang satu ini dianggap sangat mudah dan praktis juga tidak ribet sebab
apabila penumpang kehilangan tiket atau kerusakan tiket, maka penumpang hanya
cukup memberikan kode pembukuan (code booking) tiket ataupun nama
penumpang tersebut sesuai dengan di tiket pada maskapai penerbangan. Dengan
adanya electronic ticket ini, maka penumpang merasa lebih tenang dan nyaman
sekalipun ia kehilangan tiket.73
Tentang prosedur pembelian tiket pada masa kini, tentu sudah jauh lebih
mudah dibandingkan masa dulu. Masa dahulu, tiket harus dicetak dengan manual
dan penumpang tersebut harus berada di kota yang akan menjadi tempat ia
72 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 14
Februari 2014.
73 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 14
Februari 2014.

79

berangkat sehingga orang lain tidak dapat mencetakkan tiketnya. Sekarang, sudah
lebih mudah. Apabila seseorang berada di Jakarta,Bandung atau kota apapun di
Indonesia bahkan di negara manapun, ia bisa membeli tiket dari kota manapun.
Misalnya seseorang yang tinggal di Jakarta ingin berangkat ke Kuala Lumpur,
tetapi ia membeli tiket pesawatnya dari kantor travel agent di Medan. Dulu
memang seperti ini tidak masuk akal untuk dilakukan dan bagaimana bisa
penumpang dari kota lain memesan tiket dari kota yang lain pula. Tetapi hal itu
sudah dapat dilaksanakan sekarang. Jadi orang tersebut memesan tiket dari travel
agent di Medan, lalu pihak travel mencetak tiket yang untuk tujuan Jakarta ke
Kuala Lumpur tersebut. Pembayaran yang dilakukan untuk keadaan seperti ini
adalah transfer rekening. Maka pihak travel memberikan nomor rekening
perusahaan kepada penumpang yang di Jakarta tersebut, lalu uang pembayarannya
pun ditransfer. Setelah di transfer, maka penumpang tersebut mengabarkan kepada
pihak travel bahwa ia sudah mengirimkan uang sejumlah harga tiket yang
disebutkan tadi. Lalu pihak travel memeriksa rekeningnya, dapat melalui dilihat
dari cetakan terbaru buku tabungan atau cara yang paling praktis saat ini adalah
pembayaran melalui internet dari bank tersebut atau biasa disebut dengan internet
banking. Dengan internet banking, maka proses pemeriksaan rekening dapat
dilakukan secara cepat dan bisa dimana saja. Setelah pihak travel mengatakan
bahwa pembayaran tiket tersebut sudah masuk melalui pengiriman transfer tadi,
maka pihak travel memberitahu ulang reservasinya yaitu tanggal keberangkatan,
rute penumpang, nama penumpang yang berangkat sesuai dengan kartu identitas,
nomor handphone yang bisa dihubungi dan kemudian pihak travel mencetak

80

tiketnya. Setelah tiket dicetak, penumpang diberikan code booking untuk di print
(dicetak) penumpang nanti di bandara ketika ia ingin check in di counter maskapai
penerbangannya pada tanggal keberangkatannya. Atau dapat juga tiket yang sudah
dicetak tersebut dikirim pihak travel kepada penumpang melalu surat elektronik
(email) dan penumpang tersebut membuka emailnya dan ia yang mencetak tiket
tersebut dengan print. Atau cara lain, dapat dikirim melalui faks pihak travel dan
nanti diterima oleh pihak penumpang di mesin faks yang ia punya. Dengan itu,
maka penumpang akhirnya dapat memperoleh tiketnya sekalipun tidak bertatap
muka langsung dengan ticketingnya dan tidak sedang berada di kota tempat ia
membeli tiket tersebut. Sehingga dengan mudahnya prosedur pembelian tiket
pesawat udara dewasa ini dimanapun penumpang berada, maka penumpang
merasa lebih gampang dan praktis dalam membeli tiket pesawat udara.
Tiket pesawat tersebut seharusnya dapat di check in kan 2 jam sebelum
keberangkatan. Tetapi sekarang pihak travel dapat melakukan check in tiket
penumpang 24 jam sebelum keberangkatan dan penumpang bisa memilih bangku
(seat) yang dikehendakinya. Mengenai pajak bandara (airport tax), pada umumnya
pajak bandara dibayarkan setelah anda melakukan proses lapor berangkat di meja
check-in. Besaran biaya di bandara-bandara Indonesia untuk penerbangan
domestik adalah Rp40.000, sedangkan untuk penerbangan internasional
dikenakan Rp150.000. Sebaiknya penumpang jangan membayar biaya lain selain
pajak bandara, juga menghindari loket dan petugas yang menawarkan layanan
asuransi dan mengatasnamakan pajak daerah. Asuransi penumpang sudah dijamin
maskapai sejak tiket anda dianggap sah di meja check-in. Daerah sudah mendapat

81

pemasukan semenjak penumpang membayarkan pajak bandara tadi.Sehingga


penumpang harus mengikuti prosedur penerbangan agar penerbangan dapat
berjalan dengan baik.74

B.

Faktor- Faktor Penyebab Pembatalan dan Ketidakberangkatan


Penumpang
Seperti yang diketahui dalam melakukan suatu usaha, pasti ada risiko yang

harus dihadapi. Dalam menghadapi risiko tersebut, tentu saja ada faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya permasalahan. Faktor-faktor penyebab itulah yang
bisa memicu ketidakpedulian penumpang dan ingin keinginannya dipenuhi
walaupun tidak sepenuhnya kesalahan terletak pada pihak travel agent tetapi bisa
saja kesalahan terletak pada pihak penumpang pesawat udara tersebut.
Yang sering menjadi permasalahan dalam urusan penerbangan antara
penumpang dengan pihak travel adalah pembatalan dan ketidakberangkatan
penumpang. Permasalahan terjadi inilah yang menjadi acuan bagi penumpang
terhadap travel sebatas mana kemampuan travel tersebut mampu menangani
permasalahan itu, sebatas mana kesabaran para staff travel (ticketing) menangani
penumpang yang sudah tidak sabar dan dapat menahan emosi lagi, dan sebatas
mana pelayanan yang mampu diberikan oleh travel kepada penumpang ibarat
garansi ketika membeli suatu barang, bagaiman tanggung jawab pihak pelaku
usaha terhadap keluhan yang diberikan oleh para konsumen.75
74 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 14
Februari 2014.
75 Ketidakberangkatan penumpang dipengaruhi oleh kesalahan bisa dari penumpang, pihak
travel, ataupun maskapai penerbangannya. Penumpang yang tiketnya sudah hangus tidak dapat
berangkat dan jika ingin berangkat maka harus membuka tiket baru lagi, boleh dengan maskapai

82

Pembatalan biasanya terjadi secara mendadak, bisa karena adanya


halangan ataupun karena masalah keluarga. Pembatalan ini butuh penanganan
khusus sebab di pembatalan ini terdapat pengembalian harga tiket yang tidak lagi
sama dengan harga tiket yang dibeli oleh penumpang tersebut.Pembatalan dapat
dilakukan kapanpun penumpang mau tetapi berbeda potongan harganya.
Pengembalian uang pada tiket biasanya dikenal dengan istilah refund. Apabila
penumpang

melakukan

pembatalan

tiket

seminggu

sebelum

tanggal

keberangkatan, maka tiket tersebut dapat diuangkan sekitar 50 persen. Jika


pembatalan dilakukan 48 jam sebelum tanggal keberangkatan, maka harga tiket
dipotong 80 persen dan uang dikembalikan hanya 20 persen. Apabila penumpang
tersebut melakukan pembatalan sehari sebelum berangkat, maka harga tiket
dipotong 90 persen dan tiket tersebut hanya dapat diuangkan 10 persen dari harga
tiket. Tetapi hal ini tidak berlaku pada semua maskapai penerbangan. Ada juga
maskapai penerbangan yang tidak memberikan refund kepada penumpang apabila
terjadi pembatalan tiket atau biasa disebut tiket hangus. Tiket hangus inilah
dimana tiket yang sudah dibeli sama sekali tidak ada pengembalian uang ketika
penumpang tersebut melakukan pembatalan. Maskapai yang membuat peraturan
tiket hangus yaitu Citilink dan Air Asia. Sementara maskapai penerbangan yang
membuat peraturan pengembalian uang (refund) seperti yang dikatakan di atas
adalah Lion Air. Berbeda juga peraturan yang terdapat di Garuda Indonesia.
Maskapai yang satu ini membuat peraturan tiket hangus terhadap kelas yang
penerbangan yang sama atau maskapai penerbangan yang lain. ; hasil wawancara dengan
Komisaris PT. Eric Diregantara Tour & Travel, Ibu Tetty Agustina Siregar, SH pada tanggal 19
Februari 2014.

83

harganya paling murah, yaitu Victor Class. Sementara untuk kelas ekonomi
yang tidak promo atau standard mendapatkan pengembalian uang sebesar 75
persen, yang dipotong sekitar 25 persen dimana dengan ketentuan pembatalan
keberangkatan belum memasuki 72 jam sebelum tanggal keberangkatan. Jika
pembatalan dilakukan sehari sebelum tanggal keberangkatan, maka dipotong 75
persen dari harga tiket. Dan yang paling istimewa adalah untuk business class
(kelas bisnis) apabila melakukan pembatalan tiket, maka uang dikembalikan
secara utuh dan penumpang harus membayar biaya administrasi sebesar Rp
100.000,- (seratus ribu rupiah) atau dapat digeser 6 bulan dari tanggal dicetaknya
tiket.76
Selain pembatalan tiket, ada juga hal yang menyebabkan penumpang tidak
berangkat. Ketidakberangkatan penumpang itu, dapat disebabkan dengan
beberapa hal, dapat terjadi akibat adanya kerusakan mesin pesawat, adanya
kekurangan awak pesawat, atau faktor cuaca yang kurang baik, ataupun adanya
terjadi bencana alam di kota tersebut ataupun di kota tujuan yang akan didatangi
oleh maskapai penerbangan tersebut. Sebab gangguan cuaca itu juga menjadi
faktor yang penting dalam proses penerbangan. Pihak maskapai penerbangan
harus lebih peka dan harus memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang
pesawat udara. Jika kondisi cuaca memang buruk dan tidak memungkinkan untuk
terbang, maka pihak maskapai penerbangan tidak boleh memaksakan pesawat
untuk terbang sebab jika dipaksakan terbang maka akan terjadi kerusakan pada
mesin pesawat dan dapat mengakibatkan kejadian yang fatal yaitu kecelakaan
76 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 14
Februari 2014.

84

pesawat. Walaupun para penumpang selalu mengeluh mengapa pihak maskapai


tetap

tidak

mau

memberangkatkan

mereka

dengan

kondisi

cuaca

tersebut.Terkadang penumpang memang egois dan hanya memikirkan haknya


sendiri tanpa memikirkan risiko yang cukup besar dan dapat merengut nyawa dia
dan seluruh penumpang dan awak pesawat juga.
Ketidakberangkatan penumpang pesawat udara inilah yang akan menjadi
masalah bagi pihak maskapai penerbangan karena dianggap memberikan
pelayanan yang kurang baik, tidak memberikan kenyamanan terhadap
penumpang, tidak adanya ketepatan waktu sebab setiap penumpang yang
berangkat mempunyai tujuan masing-masing di tempat tujuan dan biasanya yang
untuk urusan kerja dan bisnis inilah yang akan merasa sangat marah dan kesal
karena tidak bisa sampai ke tempat tujuan di luar jadwal yang ia tentukan dan
rencanakan sebelumnya.
Sebagian hal yang menyebabkan ditundanya jam keberangkatan (delay)
adalah sebagai berikut :77

1. Penumpang tidak tepat waktu


Pada tiket penerbangan sebenarnya sudah disebutkan untuk hadir lebih
awal.Umumnya penumpang diminta datang ke bandara minimal dua jam sebelum
keberangkatan.

Untuk

penerbangan

internasional,

hal

itu

sudah

wajib

dilaksanakan.Sebab bukan hanya kita yang naik ke dalam pesawat tersebut.


Sebelum boarding, penumpang harus melakukan check-in. Jumlah penumpang
yang harus check-in ini rata-rata diatas 100 orang. Jika semua orang berpikir
77 http://www.wego.co.id/berita/4-tipe-penumpang
85

untuk check-in dalam waktu yang sudah sangat terdesak, maka penumpang
dianggap tidak dapat berangkat. Jadi, usahakan datang awal. Lebih baik lagi
penumpang tersebut tiba tiga jam sebelum keberangkatan.
2. Kebanyakan bawaaan
Untuk menyelesaikan semua bagasi itu butuh serangkaian proses sehingga
memakan waktu. Mulai dari proses penimbangan, tagging, sampai masuk
bagasi.Setiap penumpang mempunyai hak membawa bagasi.Pada umumnya tiap
maskapai penerbangan memberikan bagasi beratnya hingga 15 kg per
penumpang.Jika berlebih maka penumpang dikenakan biaya tambahan untuk
bagasi.Untuk itu sebaiknya penumpang memastikan bagasi sesuai jatah, bila perlu
ditimbang dulu sebelum berangkat. Pesawat juga menyediakan kabin dengan
muatan 7 kg per penumpang untuk itu penumpang sebaiknya membawa yang
diperlukan saja agar jam berangkat pesawat tidak terhambat.
3. Penumpang tidak disiplin
Jika sudah di dalam pesawat, seharusnya penumpang duduk dengan teratur sesuai
kursinya dan meletakkan barang bawaan di tempatnya. Karena awak kabin akan
menghitung jumlah penumpang yang ada. Penumpang juga wajib mematikan
semua alat komunikasi tanpa harus diingatkan. Sebab semua alat komunikasi yang
menggunakan gelombang radio bisa mengganggu komunikasi pilot dengan
menara kontrol. Jika ada penumpang yang melawan peraturan tersebut,
menghambat komunikasi pilot dan pesawat akan terlambat untuk terbang.

86

4. Penumpang VIP
Jika penumpang lainnya terbang bersama penumpang VIP, maka akan ada proses
pengecekan keamanan pesawat. Ini biasanya makan waktu di luar kebiasaan.
Apalagi kalau penumpang pentingnya terlambat check-in. Untuk itu setiap
penumpang sebaiknya tidak boleh terlambat agar proses penerbangan dapat
berjalan dengan lancar.
C. Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Masalah
Tiket yang Penerbangannya Dibatalkan
Pengertian tanggung jawab sangat luas, namun demikian menurut Peter
Salim78 dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, masing-masing
tanggung jawab dalam arti accountability, responsibility, dan liability. Demikian
pula menurut Henry Campbell Black membagi tiga pengertian tanggung
jawab.Yang pertama adalah tanggung jawab dalam arti accountability yaitu
menyangkut masalah keuangan dan berkaitan dengan keuangan.Yang kedua
adalah tanggung jawab dalam arti responsibility yaitu memikul beban akibat suatu
perbuatan dan dapat juga berarti kewajiban memperbaiki kembali kesalahan yang
pernah terjadi, serta wajib menanggung segala sesuatunya.Yang ketiga adalah
tanggung jawab dalam arti liability yaitu kewajiban membayar ganti kerugian
yang diderita. Sementara tanggung jawab hukum dalam arti legal liability
dimaksudkan kewajiban membayar segala kerugian atau biaya yang timbul akibat
78 Peter Salim, Contempary English-Indonesian Dictionary. Edisi Pertama. (Jakarta :
Modern English Press, 1985).

87

kecelakaan pesawat udara yang dilakukan oleh kapten penerbang dan kewajiban
tersebut dapat diajukan gugatan di depan pengadilan perdata.
Untuk menghindari munculnya konflik maka harus ada tanggung jawab
dari pihak pemberi jasa kepada konsumen. Ketika penumpang yang tiket yang
penerbangannya dibatalkan, maka pihak PT. Eric Dirgantara Tour & Travel harus
membantu penumpang tersebut dan yang berlaku untuk dibantu adalah
penumpang yang membeli tiket dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel. Hal ini
dikarenakan setiap travel agent mempunyai kode pengguna sistem maskapai
penerbangan dan yang bisa dibuka hanyalah kode pengguna dimana tempat
penumpang tersebut membeli tiket, Maka seperti adanya bencana alam yang
membuat penumpang sama sekali tidak dapat berangkat, maka penerbangannya
dibatalkan. Apabila penumpang ingin membatalkan tiketnya karena tidak mau
terlantar akibat menunggu kabar akibat bencana alam, maka staff

PT. Eric

Dirgantara Tour & Travel akan mengatakan tidak bisa berangkat tapi apabila
tiketnya mau diuangkan (refund) maka pihak travel akan membantu dengan
mengonfirmasi ke maskapai penerbangan pusat agar dapat diurus proses
pengembalian uang. Pihak PT. Eric Dirgantara Tour & Travel akan mengurus tiket
tersebut dengan menelepon ke call centre pihak maskapai penerbangan lalu tiket
yang bermasalah tersebut dibawa dan diurus ke pihak penerbangan.79
Hal pembatalan lain adalah apabila penumpang mengalami halangan untuk
berangkat misalnya meninggalnya anggota keluarga yang membuat penumpang
tidak bisa berangkat. Maka pembatalan dapat dilakukan, tetapi tergantung
79 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 14
Februari 2014.

88

maskapai penerbangannya.Ada maskapai penerbangan yang tidak memberikan


pengembalian uang (refund) kepada penumpang dan menganggap tiketnya
hangus.Adapula maskapai penerbangan yang memberikan pengembalian uang
penumpang tergantung berapa hari sebelum keberangkatan penumpang tersebut
membatalkan tiketnya.Jika penumpang membatalkan tiketnya maka pihak PT.
Eric Dirgantara Tour & Travel harus memberikan pengembalian uang (refund)
sesuai dengan ketentuan maskapai penerbangan yang berlaku. Jika penumpang
membatalkan tiket jauh hari sebelum tanggal keberangkatan maka uang
dikembalikan 50 persen, jika tiket dibatalkan 48 jam sebelum keberangkatan maka
uang dikembalikan 20 persen, jika tiket dibatalkan sehari sebelum keberangkatan
maka uang dikembalikan 10 persen. Hal ini lah yang harus diberikan oleh PT. Eric
Dirgantara Tour & Travel dalam bentuk pengembalian uang.
Atau apabila penumpang ingin menggeser tanggal keberangkatan, maka
pihak travel harus membantu penumpang tersebut. Biasanya harga tiket dicek
kembali untuk tanggal yang akan ditentukan penumpang. Apabila harganya masih
sama, maka penumpang dikenakan biaya tambahan yang sedikit tetapi apabila
harganya lebih mahal daripada harga tiket yang penumpang beli sebelumnya,
maka biaya tambahannya agak lebih mahal dikarenakan untuk penyesuaian harga
pada tanggal keberangkatan yang ingin digeser oleh pihak penumpang. Pihak PT.
Eric Dirgantara Tour & Travel agent harus mengonfirmasi kepada maskapai
penerbangan bahwa mereka sudah menggeser jadwal keberangkatan penumpang
dan setelah sudah ada persetujuan dari maskapai penerbangan, maka tanggal
keberangkatan penumpang sudah tergeser. Jika penumpangnya meninggal dunia,

89

maka pihak keluarga dapat memberitahukan langsung ke maskapai penerbangan


dan biasanya harga tiket penumpang tersebut dikembalikan utuh dengan
membawa surat kematian.80
Itulah yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dari pihak travel
terhadap penumpang. Tetapi apabila maskapai penerbangan tersebut mengalami
keterlambatan berangkat (delay) maka penumpang tersebut tidak dapat menuntut
kepada pihak travel melainkan penumpang hanya dapat menuntut kepada pihak
maskapai penerbangan.81

80 Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 14
Februari 2014.
81Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada
14 Februari 2014.

90

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat diambi kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen pada PT. Eric
Dirgantara Tour & Travelyaitu adanya hal-hal perlindungan konsumen yang
diberikan PT. Eric Dirgantara Tour & Travel dimana penumpang pesawat
udara mendapatkan layanan jasa yang baik dan menangani masalah apabila
penumpang bermasalah dengan tiketnya baik tidak berangkat, pennggantian
jadwal keberangkatan, kesalahan huruf dari nama penumpang yang tercantum
di tiket dengan kartu identitas yang berbeda dan lain-lain. Selain itu PT. Eric
Dirgantara Tour & Travelmemberikan jasa lain berupa pengantaran
penumpang pesawat udara ke bandara, pengantaran tiket penumpang ke
rumahnya, dan adanya voucher hotel sebagai tempat penginapan penumpang
yang menambah kenyamanan penumpang untuk membeli tiket lagi di PT. Eric
Dirgantara Tour & Travel.

2. Problematika
Travelberkaitan
penumpang

yang

terjadi

dengan
yang

pada

PT. Eric

penumpang

ingin

maskapai

mengubah

91

Dirgantara

Tour

penerbangan

jadwal

&

yaitu

keberangkatan

(reschedule)dimana harga tiket disesuaikan dengan tanggal yang


diinginkan penumpang tetapi tambahan biaya yang cukup mahal membuat
penumpang mengeluh, mengubah rute keberangkatan(reroute)bisa karena
kesilapan penumpang yang salah menyebutkan rute tetapi pihak travel
yang

dikenakan,

kesalahan

reservasi

akibat

kelalaian

ticketing,ketidakberangkatan penumpang baik dari pihak penerbangan


yang membatalkan, memajukan atau memundurkan jadwal penerbangan,
pembatalan tiket penumpang, pengembalian uang tiket penumpang
pesawat udara akibat pembatalan (refund), kenaikan kelas tiket
penumpang (upgrade class) bisa karena ingin menambah kenyamanan si
penumpang

atau

karena

penumpang

yang

menggeser

tanggal

keberangkatan sehingga ada kenaikan kelas dan secara otomatis kenaikan


harga tiket,city check in yang dilakukan pihak travel terhadap tiket
penumpang pesawat udara yang seharusnya paling lama 2 jam sebelum
keberangkatan tetapi terkadang penumpang datang satu jam sebelum
keberangkatan dimana status tiketnya nyaris hangus bahkan karena
menganggap sudah city check in maka penumpang datang setengah jam
sebelum keberangkatan dan tiket sudah dinyatakan hangus lalu
penumpang marah kepada pihak travel, bentuk tiket yang dahulu masih
manual yang tidak sengaja hilang dan penumpang tidak dapat berangkat
yang mengakibatkan salah satu staff ticketing PT. Eric Dirgantara Tour &
Travel

mengalami kurungan penjara 3 minggu akibat ketidakpuasan

penumpang pada saat masa tiket masih manual belum selembar kertas

92

seperti sekarang, juga masalah pesawat yang terlambat berangkat (delay)


dari pihak maskapai penerbangannya tetapi penumpang pesawat udara
menuduh pihak PT. Eric Dirgantara Tour & Travelyang membuat jadwal
keberangkatan diundur tetapi hal itu sudah bukan tanggung jawab pihak
PT. Eric Dirgantara Tour & Travel melainkan pihak maskapai
penerbangan.

3. Tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah
penumpang dengan maskapai penerbangannya yaitu membantu dan
menangani penumpang yang mempunyai masalah keberangkatan dengan
berbagai cara seperti mengembalikan sejumlah uang harga tiket (refund)
sesuai

dengan

ketentuan

penerbangan

apabila

penumpang

tersebut

mengajukan pembatalan tiket, PT. Eric Dirgantara Tour & Travelketika ingin
melakukan booking ticket harus meminta nomor telepon atau handphone
penumpang yang bisa dihubungi sebab apabila ada kemajuan atau
kemunduran jadwal penerbangan dari penumpang tersebut, maka pihak PT.
Eric Dirgantara Tour & Travelwajib menghubungi penumpang agar
penumpang mendapatkan pemberitahuan, PT. Eric Dirgantara Tour &
Travelwajib bertanggung jawab apabila terjadi kesalahan dan kelalaian dalam
mencetak tiket apabila rute atau nama yang berangkat salah yang
menyebabkan penumpang tidak dapat berangkat, PT. Eric Dirgantara Tour &
Travelharus memberitahu batas waktu (time limit) dari booking ticket agar
penumpang mengetahui batas pembayaran, pihak PT. Eric Dirgantara Tour &

93

Travelwajib menghubungi kantor pusat maskapai penerbangan apabila


penumpang mengalami masalah terhadap tiketnya agar tidak terjadi
kesalahpahaman dan kejelasan status tiket penumpang tersebut.

B. Saran
Saran-saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. PT. Eric DirgantaraTour & Travelsebaiknya dapat lebih baik menangani
pembatalan dan ketidakberangkatan penumpang sebab dengan bertanggung
jawab dan menangani penumpang tersebut dengan baik, maka penumpang
akan mau datang kembali untuk membeli tiket di travel tersebut. PT.Eric
DirgantaraTour &Travelperlu menjaga dan mempertahankan produk-produk
pendukung yang dapat menambah keunggulannya seperti memberikan harga
yang relatif terjangkau pada saat peak seasondimana pada masa itu
merupakan masa puncak kenaikan harga tiket pesawat, memperbanyak
penyediaan jasa transportasi dari dan ke bandara serta pelabuhan, beroperasi
15 jam setiap harinya dan inovasi-invoasi lainnya yang dapat meningkatkan
kenyamanan bagi penumpang. Dengan adanya hal tersebut terutama harga
tiket yang relatif lebih murah atau terjangkau bagi para penumpang maka PT.
Eric DirgantaraTour & Travelmampu bersaingdengan biro perjalanan lainnya.

2. Maskapai

penerbangan

seharusnya

lebih

memerhatikan

bagaimana

kekurangan yang masih banyak diberikan kepada penumpang. Karena


kurangnya realisasi dari undang-undang yang berkaitan dengan penerbangan,

94

maka pihak maskapai penerbangan sering dianggap tidak bertanggung jawab


terhadap penumpang bahkan dianggap menerlantarkan penumpang akibat
ketidaksesuaian jadwal keberangkatan yang sudah ditentukan dengan

jam

keberangkatan yang dilaksanakan. Pihak maskapai penerbangan juga kurang


peka terhadap para penumpang yang terlantar dari menunggu jam
keberangkatan

pesawat

dimana

pelayanan

yang

diberikan

terhadap

penumpang selama menunggu baik makanan, minuman, tempat penginapan


dan pemberlakuan uang tike tkembali apabila penerbangan sudahmelewati
jam keberangkatan hingga berjam-jam kurang diberlakukan sehingga
menyebabkan kemarahan, kekesalan dan keamukan dari pihak penumpang
terhadap maskapai penerbangan agar penumpang dapat berpikir bijak bahwa
kesalahan bukan pada pihak travel.

DAFTAR PUSTAKA

95

A. Buku
Foster , Dennis L. 2000. First Class An Introduction to Travel and Tourism
Second Edition. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kantaatmadja, Mieke Komar. 1994.Hukum Angkasa dan Hukum Tata Ruang.
Bandung : Mandar Maju.
Kantaatmadja, Mieke Komar. 1990. Lembaga Jaminan Kebendaan Pesawat
Udara Indonesia. Bandung : Mandar Maju.
Kristiyanti ,Celina Tri Siwi. 2011. Hukum Perlindungan Konsumen.Jakarta :
Sinar Grafika.
Martono, H.K.2011.Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun
2009 Bagian Pertama. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Martono , H.K. 2009.Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama. Bandung :
Mandar Maju.
Martono, H.K. 1987. Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum
Angkasa.Bandung : Alumni.
Martono, H.K. 2007. Kamus Hukum dan Regulasi Penerbangan. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Media,Fokus.2009. Undang-Undang Penerbangan Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 2009.Bandung : Fokus Media.
Miru,Ahmadi. 2011. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di
Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.
Peter,Salim. 1985. Contempary English-Indonesian Dictionary Edisi
Pertama.Jakarta: Modern English Press.
S ,Wiradipradja. 1989. Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Angkutan
Udara Internasional dan Nasional. Yogyakarta : Liberty.
Shidarta. 2004. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia.Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia.

96

Suherman,E. 2000. Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan (Himpunan


Makalah 1961-1995).Bandung : Mandar Maju.
Susanto,Happy. 2008.Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan. Jakarta : Visi
Media.
Umbara,Citra, 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1999. Bandung : Citra Umbara.
Yoeti, Oka A. 2003. Tours and Travel Marketing. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

B. Peraturan Perundang-undangan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 96.PR.303/Phb-84 tentang
Penyesuaian Tarif Udara Dalam Negeri.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 157.PR.303/Phb-83 tentang Tarif
Angkutan Udara Dalam Negeri untuk Kelas Utama Pesawat Udara Air Bus.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 180/LU/3014/Phb-79 tentang Bea
Pelayanan Penerbangan Internasional (Route Air Navigation Facility
Charge).
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM Tahun 2002 tentang Tarif
Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas
Ekonomi.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang Pelaksaan Dana.
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 1965, Tambahan Lembaran Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.

97

Undang-Undang Penerbangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, Lembaran Negara
Nomor 53 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 1964.
C. Lain-lain
www.wordpress.com/2012/06/04/pengertian-biro-perjalanan/
http://ranselkecil.com/tips/prosedur-etika-naik-pesawat-terbang/
http://www.wego.co.id/berita/4-tipe-penumpang

98

Anda mungkin juga menyukai