Anda di halaman 1dari 38

PAJAK ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Manajemen Perpajakan

Disusun oleh :

Kelompok 12

Ester Monica 1751121

Bella Novita

Lewi Nainggolan

AK-Q

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan
kasih karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Seminar Perpajakan. Makalah ini berjudul “ Pajak Atas Transaksi E-commerce”. Makalah ini
kami suusn agar dapat menanmbah wawasan dan pengetahuan kami yang berkaitan dengan
perpajakan khususnya terkait topik ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
pengerjaan makalah ini terumata dosen kami Yth Dr. Ita Salsalina Lingga, S.E., M.Si., Ak., CA.
selaku dosen Seminar Perpajakan yang membimbing serta mengarahkan kami dalam
pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan serta jauh dari
kata sempurna baik segi penyampaian, penyusunan, bahasa dan penulisan. Maka dari itu, kami
sangat mengharapkan kristik serta saran dari pembaca sehingga kedepannya kami dapat
membuat makalan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat untuk pembaca.

Bandung

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan era globalisasi sekarang ini ditandai oleh berbagai macam perubahan.
Sebagai contoh yang sangat terlihat adalah perkembangan di bidang teknologi. Teknologi
merupakan hal yang tidak terlepaskan dari kehidupan kita sehari-hari, baik dalam
pekerjaan, sekolah maupun sekedar hiburan. Internet sebagai salah satu implementasi dari
teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan teknologi utama yang sedang dan terus
dikembangkan. Banyak organisasi ataupun individu menyadari manfaat yang besar dari
penggunaan internet ini, setiap organisasi ataupun individu juga selalu mengalami suatu
perubahan.
Saat ini perubahan dalam penyampaian informasi, hubungan tanpa batas, perubahan
sosial, ekonomi dan budaya di dorong oleh teknologi informasi dan komunikasi yang terus
berkembang sangat berpengaruh bagi organisasi maupun individu. Sejak internet
dikembangkan untuk tujuan komersial, perusahaan mengadopsi dalam kegiatan operasional
bisnisnya. Salah satu penggunaan internet adalah untuk pemasaran. Internet dapat
digunakan untuk menjual berbagai produk yang siap dipasarkan. Hal ini dapat dicapai
melalui penggunaan internet untuk mengiklankan produk guna meningkatkan kesadaran
produk dan profil perusahaan di antara konsumen potensial dalam suatu pasar. Internet
dapat menampilkan profil perusahaan sebagai sarana promosi dalam dunia bisnis.
Dalam bidang perdagangan, adanya teknologi internet memungkinkan transaksi bisnis
tidak hanya dilakukan secara langsung, melainkan dapat menggunakan teknologi ini.
Media internet sendiri mulai banyak dimanfaatkan sebagai media aktivitas bisnis terutama
karena kontribusinya terhadap efisiensi. Efisiensi merupakan salah satu keuntungan dalam
transaksi melalui media internet karena penghematan waktu, baik karena tidak perlunya
penjual dan pembeli bertemu secara langsung.

Menurut catatan Bank Indonesia, nilai transaksi e-commerce di tahun 2018, menembus
angka Rp.144 Triliun. Jumlah ini naik dua kali lipat dari tahun 2016 yang hanya mencapai
Rp.69.8 Triliun, dan diperkirakan akan terus bertambah di tahun-tahun berikutnya.
Pertumbuhan pesat bisnis e-commerce inilah yang akhirnya mendorong Kementerian
Keuangan untuk menyusun Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara
Perpajakan Pelaku Usaha Perdagangan Berbasis Elektronik (RPMK Pajak E-commerce).

Perubahan bentuk perdagangan secara fisik 2 atau konvensional menjadi perdagangan


maya atau system online adalahb sebuah perkembangan yang harus diselaraskan dengan
keadaan suatu negara. Indonesia masih perlu beberapa peraturan untuk mendukung
terciptanya transaksi online secara aman dan nyaman. Kecenderugan masyarakat Indonesia
dari transaksi online semakin besar, potensi yang timbul dari adanya transaksi E-
Commerce ini cukup memberikan peluang baru bagi beberapa sector. Baik dari sisi bisnis,
peraturan, maupun perpajakan. Data dari transaksi E-Commerce juga dapat mempertegas
adanya potensi pajak baru yang dapat dioptimalkan. Khususnya pada sektor pajak.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 pasal 5 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik yang selanjutnya disebut Undang-Undang ITE dikemukakan
bahwa subyek pelaku untuk kegiatan E-Commerce adalah orang yang telah melakukan
perbuatan hukum secara nyata untuk kegiatan perdagangan, dalam hal ini adanya dokumen
elektronil dari E-Commerce kedudukannya adalah setara dengan dokumen yang dibuat
diatas kertas. Kelegalan dokumen yang dilakukan oleh para pengusaha online dibahas di
dalam surat DJP nomor S-702/PJ.332/2006 tentang legalitas dokumen dari transaksi E-
Commerce, isi dari surat tersebut menunjukkan bahwa legalitas dan keabsahan dokumen
dari transaksi E-Commerce seabagai bukti pendukung transaksi yang dilakukan oleh Wajib
Pajak, yang dilakukan berdasarkan (order) dari pembeli melalui internet.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian
ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Transaksi seperti apa yang masuk ke dalam transaksi e-Commerce?
2. Apa saja jenis- pajak masuk ke dalam pajak atas transaksi e-Commerce?
3. Peraturan dan kebijakan apa saja yang diterapkan atas pajak transaksi e-
Commerce?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka peneliti dapat
mengidentifikasi
tujuan dari penelitian yaitu :
1. Mengetahui penggolongan transaksi yang masuk dalam transaksi e-Commerce
2. Mengetahui jenis atau model transaksi pajak atas transaksi e-Commerce.
3. Mengetahui peraturan dan kebijakan apa yang diterapkan atas transaksi e-
Commerce.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat bagi :
1. Memberikan pemahaman mengenai jenis transaksi dalam pajak atas transaksi e-
Commerce
2. Memberikan pemahaman mengenai model transaksi dalam pajak atas transaksi
e-Commerce
3. Memberikan pemahaman mengenai kebijakan-kebijakan, aturan terkait pajak
atas transaksi e-Commerce.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pajak e-commerce

E-commerce (Elektronik Commerce) atau dalam bahasa indonesia Perdagangan Secara


Elektronik adalah aktivitas penyebaran, penjualan, pembelian, pemasaran produk (barang dan
jasa), dengan memanfaatkan jaringan telekomunikasi seperti internet, televisi, atau jaringan
komputer lainnya.. e-commerce atau electronic commerce adalah model bisnis yang
memungkinkan perusahaan dan individu membeli dan menjual barang melalui internet. E-
commerce juga dapat diartikan transaksi jual beli secara elektronik melalui internet. Dalam
sistem e-Commerce, pengusaha tidak berhadapan secara langsung dengan pembeli, karena
seluruh kegiatan bisnis dilakukan melalui sistem internet atau online. Pajak e-commerce
merupakan pemungutan pajak terkait transaksi sistem elektronik seperti pada platform market
place maupun e-commerce.

2.2 Dasar Hukum Pajak e-commerce

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor


210/PMK.010/2018 tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan melalui Sistem
Elektronik dan tidak menetapkan jenis atau tarif pajak baru bagi pelaku e-commerce.
Pengaturan ini lebih menjelaskan tata cara dan prosedur pemajakan untuk memberikan
kemudahan administrasi dan mendorong kepatuhan perpajakan para pelaku e-commerce demi
menciptakan perlakuan yang setara dengan pelaku usaha konvensional.
Pokok-pokok pengaturan dalam Nomor 210/PMK.010/2018 ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pedagang dan penyedia jasa yang berjualan melalui platform marketplace:
a. Memberitahukan Nomor Pokok Wajib Pajak kepada pihak penyedia platform
marketplace;
b. Apabila belum memiliki NPWP, pengusaha dapat memilih untuk (1) mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP, atau (2) memberitahukan Nomor Induk Kependudukan
kepada penyedia platform marketplace;
c. Melaksanakan kewajiban terkait PPh sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti
membayar pajak final dengan tarif 0,5% dari omzet dalam hal omzet tidak melebihi
Rp4,8 miliar dalam setahun, serta
d. Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dalam hal omzet melebihi Rp4,8 miliar
dalam setahun, dan melaksanakan kewajiban terkait PPN sesuai ketentuan yang
berlaku.

2. Kewajiban penyedia platform marketplace:

a. Memiliki NPWP, dan dikukuhkan sebagai PKP;


b. Memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPh terkait penyediaan layanan
platform marketplace kepada pedagang dan penyedia jasa;
c. Memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPh terkait penjualan barang dagangan
milik penyedia platform marketplace sendiri, serta
d. Melaporkan rekapitulasi transaksi yang dilakukan oleh pedagang pengguna platform.
e. Penyedia platform marketplace adalah pihak yang menyediakan sarana yang berfungsi
sebagai pasar elektronik di mana pedagang dan penyedia jasa pengguna platform dapat
menawarkan barang dan jasa kepada calon pembeli.

3. Bagi e-commerce di luar platform marketplace:

a. Pelaku usaha yang melaksanakan kegiatan perdagangan barang dan jasa melalui online
retail, classified ads, daily deals, dan media sosial wajib mematuhi ketentuan terkait
PPN, PPnBM, dan PPh sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Sebelum Nomor 210/PMK.010/2018 ini mulai berlaku efektif pada 1 April 2019,
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan melaksanakan sosialisasi kepada para pelaku
ecommerce, termasuk penyedia platform marketplace dan para pedagang yang
menggunakan platform tersebut.

2.3 Model Transaksi e-commerce

Direktur Jenderal Pajak dalam Surat Edaran Nomor SE/62/PJ/2013 tentang Penegasan
Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi e-Commerce menegaskan tidak ada perbedaan perlakuan
perpajakan antara transaksi ecommerce dan transaksi perdagangan dan/atau jasa lainnya.
Terbitnya Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIV juga melengkapi ketentuan atas objek
pajak e-commerce. Berdasarkan proses bisnis dan revenue model, maka transaksi e-commerce
terbagi atasempat model bisnis e-commerce, yaitu online marketplace, classified ads, daily
deals dan online retail. Berikut ini adalah ketentuan untuk pajak e-commerce online
marketplace.

1. Online Marketplace
Online marketplace adalah kegiatan menyediakan tempat kegiatan usaha berupa
toko internet di mal internet sebagai tempat online marketplace merchant menjual
barang dan/atau jasa. Di bawah ini adalah pajak-pajak e-commerce yang terdapat dalam
model bisnis online marketplace berdasarkan proses bisnisnya.

Proses Bisnis Jasa Penyediaan Tempat dan/atau Waktu


Berdasarkan proses bisnis jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dari online
marketplace, maka pajak yang dikenakan adalah sebagai berikut:

Pajak Penghasilan (PPh) Bisnis e-Commerce Online Marketplace

● Objek pajak
Penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media
lain untuk penyampaian informasi merupakan objek Pajak Penghasilan (PPh)
yang wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 23, Pasal 21 atau Pasal 26.
Termasuk dalam pengertian media lain untuk penyampaian informasi adalah
situs internet yang digunakan untuk mengoperasikan toko, memajang content
(kalimat, grafik, video penjelasan, informasi dan lain-lain) barang dan/atau
jasa, dan/atau melakukan penjualan. Imbalan sehubungan jasa penyediaan
tempat dan/atau waktu dalam situs internet untuk penyampaian informasi
dalam contoh proses bisnis online marketplace ini dapat berupa monthly fixed
fee, rent fee, registration fee, fixed fee, atau subscription fee.
● Subjek pajak
Orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari jasa
penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk penyampaian
informasi.
● Dasar hukum untuk Pajak Penghasilan Bisnis e-Commerce Online Marketplace
adalah Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17, Pasal 21, Pasal 23, dan Pasal 26
Undang-undang PPh.
● Tarif
Untuk penyelenggara online marketplace sebagai penyedia jasa yang
penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat final, tarif PPh Pasal 17
diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak yang dihitung dari penghasilan bruto
dari penjualan yang dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan serta untuk wajib pajak orang pribadi
dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
● Pemotongan PPh
Apabila online marketplace merchant sebagai pengguna jasa adalah
wajib pajak orang pribadi atau badan yang ditunjuk sebagai pemotong PPh,
maka pengguna jasa tersebut wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 23,
Pasal 21, atau Pasal 26 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Tarif PPh Pasal
23 atas penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media
lain untuk penyampaian informasi adalah sebesar 2% (dua persen) dari jumlah
bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).Dalam hal penyedia jasa
dimaksud tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), besarnya tarif
pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen), yaitu menjadi sebesar
4% (empat persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN.Tarif PPh Pasal 26
atas penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain
untuk penyampaian informasi adalah sebesar 20% (dua puluh persen) dari
jumlah bruto tidak termasuk PPN, atau berdasarkan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) yang berlaku.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Bisnis e-Commerce Online Marketplace

● Objek Pajak
Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk
penyampaian informasi merupakan Jasa Kena Pajak (JKP). Termasuk dalam
pengertian media lain untuk penyampaian informasi adalah situs internet yang
digunakan untuk mengoperasikan toko, memajang content (kalimat, grafik,
video penjelasan, informasi dan lain-lain) barang dan/atau jasa, dan/atau
melakukan penjualan. Imbalan sehubungan jasa penyediaan tempat dan/atau
waktu dalam situs internet untuk penyampaian informasi dalam contoh
proses bisnis online marketplace ini dapat berupa monthly fixed fee, rent fee,
registration fee, fixed fee, atau subscription fee. Penyerahan JKP di dalam
daerah pabean atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean dikenai PPN.

● Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Bisnis E-Commerce Online Marketplace adalah


semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penyelenggara
online marketplace karena penyerahan JKP, tidak termasuk yang dipungut
dan potongan harga yang dicantum dalam faktur pajak.
● Dasar Hukum
1. Pasal 1, Pasal 4 ayat 1 huruf c dan huruf e, Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2),
dan Pasal 12 Undang-Undang PPN;
2. Pasal 6, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 17 ayat (1), ayat (5), ayat (6), dan ayat
(7) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012.
● Saat PPN Terutang
○ Untuk penyerahan JKP di dalam daerah pabean, yaitu pada:
a. Harga atas penyerahan JKP diakui sebagai piutang atau penghasilan,
atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP), sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
diterapkan secara konsisten; atau 2) Kontrak atau perjanjian
ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada angka 1)
tidak diketahui.
b. Saat pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum
penyerahan JKP di dalam daerah pabean.
○ Saat pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean, yaitu pada saat:
a. Harga perolehan JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak
yang memanfaatkannya;
b. Penggantian JKP tersebut ditagih oleh pihak menyerahkannya; atau
c. Harga perolehan JKP tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya,
yang terjadi lebih dahulu, atau pada tanggal ditandatanganinya kontrak
atau perjanjian, dalam hal saat terjadinya pemanfaatan JKP dari luar
daerah pabean sebagaimana tersebut di atas tidak diketahui.
● Faktur Pajak e-Commerce Online Marketplace
Untuk penyerahan JKP di dalam daerah pabean, faktur pajak dibuat oleh
penyelenggara online marketplace kepada online marketplace merchant.
Untuk pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean, Surat Setoran Pajak (SSP) atas penyetoran PPN, yang merupakan
dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur
Pajak, dibuat oleh online marketplace merchant.
Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau Jasa

Pajak Penghasilan (PPh) Bisnis e-Commerce Online Marketplace

● Objek Pajak
Penghasilan dari penjualan barang dan/atau penyediaan jasa
merupakan objek PPh. Apabila penghasilan dari penjualan barang dan/atau
penyediaan jasa merupakan objek pemotongan/pemungutan PPh, maka wajib
untuk dilakukan pemotongan/pemungutan PPh.
● Subjek Pajak
Orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari penjualan
barang dan/atau penyediaan jasa. Penjual barang atau penyedia jasa dalam
contoh proses bisnis online marketplace ini adalah online marketplace
merchant.
● Dasar Hukum
Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 15, Pasal 17, Pasal 21, Pasal 22,
Pasal
23, dan Pasal 26 Undang-Undang PPh.
● Tarif Pajak
Untuk pihak online marketplace merchant sebagai penjual barang atau
penyedia jasa dalam online marketplace yang penghasilanya tidak dikenai
pajak yang bersifat final, tarif PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan Kena
Pajak (PKP) yang dihitung dari penghasilan bruto dari penjualan yang
dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan serta untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
● Pemotongan/Pemungutan
Apabila pembeli barang atau pengguna jasa adalah Wajib Pajak Orang
Pribadi atau Badan yang ditunjuk sebagai pemotong/pemungut PPh, maka
pembeli barang atau pengguna jasa tersebut wajib melakukan
pemotongan/pemungutan PPh dengan tarif dan tata cara sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Bisnis e-Commerce Online Marketplace


● Objek Pajak
1. Penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean;
dan/atau
2. Ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud, dan/atau ekspor JKP
● Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Penyerahan yang dilakukan oleh online marketplace merchant kepada
Pembeli Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), yang
dapat berupa: harga jual, penggantian, dan/atau nilai ekspor, termasuk semua
biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh online marketplace merchant
karena penyerahan BKP dan/atau JKP (contohnya harga barang dan/atau jasa,
biaya pengiriman, asuransi, dan lain-lain).

● Dasar Hukum
1. Pasal 1, Pasal 4 ayat (1), Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 13
Undang-Undang PPN; dan
2. Pasal 6, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 17 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2012.
● PPN terutang
saat pembayaran diterima oleh penyelenggara online marketplace atas
pembelian BKP dan/atau JKP. Saat pembuatan sama dengan saat PPN
terutang dan faktur pajak dibuat oleh online marketplace merchant
kepada pembeli.

Proses Bisnis Penyetoran Hasil Penjualan Kepada Online Marketplace


Merchant oleh Penyelenggara Online Marketplace

Pajak Penghasilan (PPh) Bisnis e-Commerce Online Marketplace


● Objek Pajak
Penghasilan dari jasa perantara pembayaran merupakan objek PPh
yang wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 23, Pasal 21, atau Pasal 26.
Imbalan sehubungan jasa perantara pembayaran dalam contoh proses bisnis
online marketplace ini dapat berupa per sale fee dan/atau tagihan lainnya.

● Subjek Pajak

Orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari jasa


perantara pembayaran. Penyedia jasa perantara pembayaran dalam contoh
proses bisnis online marketplace ini adalah penyelenggara online marketplace.
● Dasar Hukum
Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17, Pasal 21, Pasal 23, dan Pasal 26
Undang-Undang PPh.
● Tarif
Untuk pihak penyelenggara online marketplace sebagai penyedia jasa
yang penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat final, tarif PPh Pasal 17
diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang dihitung dari penghasilan
bruto dari penjualan yang dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan serta untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
● Pemotongan PPh
Apabila online marketplace merchant sebagai pengguna jasa adalah
Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang ditunjuk sebagai pemotong PPh,
maka pengguna jasa tersebut wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 23,
Pasal 21 atau Pasal 26 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tarif PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa perantara pembayaran


adalah sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Dalam
hal penyedia jasa dimaksud tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen), yaitu
menjadi sebesar 4% (empat persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN.
Tarif PPN Pasal 26 atas penghasilan dari jasa perantara pembayaran adalah
sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN, atau
berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Bisnis e-Commerce Online Marketplace

● Objek Pajak

Jasa perantara pembayaran, yang diserahkan oleh penyelenggara online


marketplace merchant, merupakan Jasa Kena Pajak (JKP). Penyerahan JKP di
dalam Daerah Pabean atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean dikenai PPN.

● Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Penggantian, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya


diminta oleh online marketplace merchant karena penyerahan JKP berupa jasa
perantara pembayaran (contohnya per sale fee, biaya service provider
settlement, fee penggunaan kartu kredit/kartu debit/internet banking, dan lain-
lain), tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.

● Faktur pajak dibuat oleh penyelenggara online marketplace kepada


online marketplace merchant.

Pajak e-Commerce Untuk Start-Up e-Commerce

Startup atau disebut bisnis rintisan membutuhkan perlakuan pajak


khusus agar dapat berkembang. Pengenaan pajak yang ideal baru dikenakan
setelah perusahaan startup berdiri 5 tahun atau setelah perusahaan
membukukan pendapatan. Situasi dan kondisi perusahaan juga menjadi
pertimbangan aturan pajak yang akan dikenakan. Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) memastikan aturan pengenaan pajak startup sudah sesuai dengan tujuan
pengenaan pajak yaitu untuk mendorong perusahaan semakin berkembang dan
maju di era digital saat ini. Otoritas pajak memberikan intensif bagi
perusahaan startup, dengan pengenaan tarif pajak yang lebih murah.

Perusahaan startup yang memiliki penghasilan di bawah Rp4,8 Miliar


per tahun tidak dikenakan pajak, atau dikategorikan sebagai Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini bertujuan untuk menjaga perusahaan
kecil agar terus berkembang.Startup memang dirintis dari kecil dengan tidak
dituntut harus berbadan hukum dan dikenai pajak. Namun jauh kedepannya,
para pelaku bisnis startup harus membuat Badan hukum seperti Perseroan
terbatas (PT) untuk dapat berinvestasi. Melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid
XIV yang diterbitkan pada 10 November 2016, pemerintah memberikan
insentif kepada pelaku start-up e-commerce berupa keringanan pajak, yaitu:
● Dasar Hukum
Pasal 1, Pasal 4 ayat (1) huruf c dan huruf e, Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), dan
Pasal 14 Undang-Undang PPN; dan
Pasal 6, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 17 ayat (1), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7)
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012.
● Saat PPN Terutang
1. Untuk penyerahan JKP di dalam daerah pabean, yaitu pada:
a. Saat:1) Harga atas penyerahan JKP diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP), sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
diterapkan secara konsisten; atau 2) Kontrak atau perjanjian ditandatangani,
dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada angka 1) tidak diketahui.
b. Saat pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan
JKP di dalam daerah pabean.
2. Saat pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean, yaitu pada saat:a. Harga
perolehan JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang
memanfaatkannya;b. Penggantian JKP tersebut ditagih oleh pihak
menyerahkannya; atau c. Harga perolehan JKP tersebut dibayar baik
sebagian atau seluruhnya, yang terjadi lebih dahulu, atau pada tanggal
ditandatanganinya kontrak atau perjanjian, dalam hal saat terjadinya
pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean sebagaimana tersebut di atas
tidak diketahui.
● Faktur Pajak
1. Pengurangan pajak bagi investor lokal yang berinvestasi pada
perusahaan
startup.
2. Penyederhanaan izin prosedur perpajakan bagi startup ecommerce yang
beromzet di bawah Rp 4.8 miliar per tahun melalui pelaksanaan PP No.
44 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha
yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu, sehingga start up e-commerce tersebut dikenakan pajak
final sebesar 1%.
3. Memberikan persamaan perlakuan perpajakan antara pengusaha
ecommerce asing dengan domestik. Pelaku usaha asing yang
menyediakan layanan dan/atau konten di Indonesia wajib untuk
memenuhi seluruh ketentuan perpajakan.

2. Classified Ads

Classified ads adalah kegiatan menyediakan tempat dan/atau waktu untuk memajang content
(teks, grafik, video penjelasan, informasi, dan lain-lain) barang dan/atau jasa bagi pengiklan
untuk memasang iklan yang ditunjukkan kepada pengguna iklan melalui situs yang
disediakan oleh penyelenggara classified ads.

Pajak Penghasilan (PPh)


● Subjek dan Objek Pajak
Penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain
untuk penyampaian informasi merupakan objek PPh yang wajib dilakukan
pemotongan PPh Pasal 23, Pasal 21 atau Pasal 26. Termasuk dalam pengertian media
lain untuk penyampaian informasi adalah situs internet yang digunakan untuk
mengoperasikan toko, memajang content (kalimat, grafik, video penjelasan,
informasi, dan lain-lain) barang dan/atau jasa, dan/atau melakukan penjualan. Imbalan
sehubungan jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam situs internet untuk
penyampaian informasi dalam contoh proses bisnis classified ads ini dapat berupa
transaction fee. Orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari jasa
penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk penyampaian informasi.
● Dasar Hukum
Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17, Pasal 21, Pasal 23, dan Pasal 26 Undang-
Undang PPh.

● Tarif
Untuk pihak penyelenggara classified ads sebagai penyedia jasa yang
penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat final, tarif PPh Pasal 17 diterapkan
atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang dihitung dari penghasilan bruto dari
penjualan yang dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan serta untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

● Pemotongan PPh
Apabila pengiklan sebagai pengguna jasa adalah Wajib Pajak Orang Pribadi
atau Badan yang ditunjuk sebagai pemotong PPh, maka pengguna jasa tersebut wajib
melakukan pemotongan PPh Pasal 23, Pasal 21 atau Pasal 26 sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Tarif PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa penyediaan tempat
dan/atau waktu dalam media lain untuk penyampaian informasi adalah sebesar 2%
(dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Dalam hal penyedia jasa
dimaksud tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan
adalah lebih tinggi 100% (seratus persen), yaitu menjadi sebesar 4% (empat persen)
dari jumlah bruto tidak termasuk PPN.

Tarif PPh Pasal 26 atas penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau
waktu dalam media lain untuk penyampaian informasi adalah sebesar Rp 20% (dua
puluh persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN, atau berdasarkan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


● Subjek dan Objek Pajak
Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk
penyampaian informasi merupakan Jasa Kena Pajak (JKP). Termasuk dalam
pengertian media lain untuk penyampaian informasi adalah situs internet yang
digunakan untuk mengoperasikan toko, memajang content (kalimat, grafik,
video penjelasan, informasi, dan lain-lain) barang dan/atau jasa, dan/atau
melakukan penjualan.

Imbalan sehubungan jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam


situs internet untuk penyampaian informasi dalam contoh proses bisnis
classified ads ini dapat berupa transaction fee. Penyerahan JKP di dalam
daerah pabean atau pemanfaat JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean dikenai PPN.

● Dasar Pengenaan Pajak


1. Penggantian, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh Penyelenggara Classified Ads karena penyerahan JKP, tidak termasuk
PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur
Pajak.
2. Dalam hal pengiklan tidak perlu membayar (gratis) untuk pemasangan iklan
di tempat yang disediakan oleh Pengelola Classified Ads, maka Pengelola
Classified Ads melakukan pemberian cuma-cuma JKP adalah penggantian
setelah dikurangi laba kotor.

● Dasar Hukum
1. Pasal 1, Pasal 4 ayat (1) huruf c dan huruf e, Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2),
dan Pasal 13 Undang-Undang PPN;
2. Pasal 6, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 17 ayat (1), ayat (5), ayat (6), dan ayat
(7) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012.
3. Pasal 2 huruf b PMK Nomor 75/PMK.03/2010 sebagaimana telah diubah
dengan PMK Nomor 38/PMK.011/2013.

● Saat Terutang
1. Untuk penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean, yaitu pada:

a. Saat:

1) harga atas penyerahan JKP diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP),
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara
konsisten;

2) kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana


dimaksud pada angka 1) tidak diketahui;

3) mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata,


baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau
pemakaian sendiri JKP; atau

b. Saat pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan


JKP.

2. Saat pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, yaitu pada saat:

a) harga perolehan JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang
memanfaatkannya;
b) penggantian JKP tersebut ditagih oleh pohak yang menyerahkannya; atau
c) harga perolehan JKP tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya,
yang terjadi lebih dahulu, atau pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau
perjanjian, dalam hal saat terjadinya pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean sebagaimana tersebut di atas tidak diketahui.

● Saat Pembuatan
Sama dengan saat PPN terutang

● Faktur Pajak
1. Untuk penyerahan JKP di dalam daerah pabean, Faktur Pajak dibuat oleh
Penyelenggara Classified Ads kepada pengiklan.
2. Untuk pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean, Surat Setoran Pajak (SSP) atas penyetoran PPN, yang merupakan
dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur
Pajak, dibuat oleh pengiklan.

3. Daily Deals

Daily deals merupakan kegiatan menyediakan tempat kegiatan usaha berupa situs daily
deals sebagai tempat Daily Deals Merchant menjual barang dan/atau jasa kepada pembeli
dengan menggunakan voucher sebagai sarana pembayaran

Proses Bisnis Jasa Penyediaan Tempat dan/atau Waktu

Pajak Penghasilan (PPh)

● Objek Pajak
Penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media
lain untuk penyampaian informasi merupakan objek PPh yang wajib dilakukan
pemotongan PPh Pasal 23, PPh Pasal 21, atau PPh Pasal 26. Termasuk dalam
pengertian media lain untuk penyampaian informasi adalah situs internet yang
digunakan untuk mengoperasikan toko, memajang content (teks, grafik, video
penjelasan, informasi, dan lain-lain) barang dan/atau jasa, dan/atau melakukan
penjualan.

● Subjek Pajak
Orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari jasa penyediaan
tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk penyampaian informasi.

● Dasar Hukum
Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17, Pasal 21, Pasal 23, dan Pasal 26
Undang- Undang PPh.
● Tarif
Untuk penyelenggara Daily Deals sebagai penyedia jasa yang penghasilannya tidak
dikenai pajak yang bersifat final, tarif PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan Kena
Pajak (PKP) yang dihitung dari penghasilan bruto dari penjualan yang dikurangi
dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta
untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

● Pemotongan PPh
Apabila Merchant Daily Deals sebagai pengguna jasa adalah Wajib
Pajak Orang Pribadi atau Badan yang ditunjuk sebagai pemotong PPh, maka
pengguna jasa tersebut wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 23, Pasal 21,
atau Pasal 26 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tarif PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa penyediaan tempat


dan/atau waktu dalam media lain untuk penyampaian informasi adalah sebesar
2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Dalam hal penyedia
jasa dimaksud tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), besarnya
tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen), yaitu menjadi
sebesar 4% (empat persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN.

Tarif PPN Pasal 26 atas penghasilan dari jasa penyediaan tempat


dan/atau waktu dalam media lain untuk menyampaikan informasi adalah
sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN, atau
berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

● Objek Pajak

Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk penyampaian
informasi merupakan Jasa Kena Pajak (JKP). Termasuk dalam pengertian media lain
untuk penyampaian informasi adalah situs internet yang digunakan untuk
mengoperasikan toko, memajang content (teks, grafik, video penjelasan, informasi,
dan lain-lain) barang dan/atau jasa, dan/atau melakukan penjualan. Imbalan
sehubungan jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam situs internet untuk
penyampaian informasi dalam contoh proses bisnis Daily Deals ini dapat berupa
Monthly Fixed Fee. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean atau pemanfaatan JKP
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dikenai PPN.

● Dasar Pengenaan Pajak (DPP)


Penggantian, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh Penyelenggara Daily Deals karena penyerahan JKP, tidak
termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak.

● Dasar Hukum
1. Pasal 1, Pasal 4 ayat (1) huruf c dan huruf e, Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2),
dan Pasal 13 Undang-Undang PPN;
2. Pasal 6, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 17 ayat (1), ayat (5), ayat (6), dan ayat
(7) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012.
● Saat PPN Terutang
1. Untuk penyerahan JKP di dalam daerah pabean, yaitu pada:

a. Saat:

1) harga atas penyerahan JKP diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP),
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara
konsisten;

2) kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana


dimaksud pada angka 1) tidak diketahui; atau

b. Saat pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan


JKP.
2. Saat pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean, yaitu pada saat:

a. harga perolehan JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang
memanfaatkannya;

b. penggantian JKP tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau

c. harga perolehan JKP tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya, yang
terjadi lebih dahulu, atau pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau
perjanjian, dalam hal saat terjadinya pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean sebagaimana tersebut di atas tidak diketahui.

● Saat Pembuatan
Sama dengan saat PPN terutang.

● Faktur Pajak
1. Untuk penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean, Faktur Pajak dibuat oleh
Penyelenggara Daily Deals kepada Daily Deals Merchant.
2. Untuk pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean,
Surat Setoran Pajak (SSP) atas penyetoran PPN, yang merupakan dokumen
tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak, dibuat oleh
Daily Deals Merchant.

Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau Jasa

Pajak Penghasilan (PPh)

● Objek Pajak
Penghasilan dari penjualan barang dan/atau penyediaan jasa
merupakan objek PPh. Apabila penghasilan dari penjualan barang dan/atau
penyediaan jasa merupakan objek pemotongan/pemungutan PPh, maka wajib
untuk dilakukan pemotongan/pemungutan PPh.

● Subjek Pajak
Orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari penjualan
barang dan/atau penyediaan jasa. Penjual barang atau penyedia jasa dalam
contoh proses bisnis Daily Deals ini disebut dengan istilah Daily Deals
Merchant.

● Dasar hukum
Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 15, Pasal 17, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23,
dan Pasal 26 Undang-Undang PPh.

● Tarif

Untuk Merchant Daily Deals sebagai penjual barang atau penyedia jasa
yang penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat final, tarif PPh Pasal 17
diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang dihitung dari penghasilan
bruto dari penjualan yang dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan serta untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

● Pemotongan/ Pemungutan PPh


Apabila pembeli barang atau pengguna jasa adalah Wajib Pajak Orang
Pribadi atau Badan yang ditunjuk sebagai pemotong/pemungut PPh, maka
Pembeli barang atau pengguna jasa tersebut wajib melakukan
pemotongan/pemungutan PPh dengan tarif dan tata cara sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

● Objek Pajak
Jasa perantara pembayaran, yang diserahkan oleh Penyelenggara Daily
Deals kepada Daily Deals Merchant, merupakan Jasa Kena Pajak (JKP).
Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean atau pemanfaatan JKP dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dikenai PPN.

● DPP

Penggantian, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya


diminta oleh Penyelenggara Daily Deals karena penyerahan JKP berupa jasa
perantara pembayaran (contohnya per Sale Fee, biaya settlement service
provider, fee penggunaan kartu kredit/kartu debit/intemet banking, dan lain-
lain), tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.

● Dasar
1. Pasal 1, Pasal 4 ayat (1) huruf c dan huruf e, Pasal 11 ayat hukum (1) dan ayat
(2), dan Pasal 13 Undang-Undang PPN; dan
2. Pasal 6, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 17 ayat (1), ayat (5), ayat (6), dan ayat
(7) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012.
● Saat PPN terutang
1. Untuk penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean, yaitu pada:

a. Saat :

1) harga atas penyerahan JKP diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP),
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara
konsisten;

2) kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana


dimaksud huruf a pada angka 1) tidak diketahui; atau

b. Saat pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan


JKP.

2. Saat pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, yaitu pada saat:

1. harga perolehan JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang
memanfaatkannya;
2. penggantian JKP tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau
3. harga perolehan JKP tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya, yang
terjadi lebih dahulu, atau pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau
perjanjian, dalam hal saat terjadinya pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean sebagaimana tersebut di atas tidak diketahui.
● Saat Pembuatan
Sama dengan saat PPN terutang.

● Faktur Pajak
Dibuat oleh penyelenggara Daily Deals kepada Daily Deals Merchant.
4. Online Retail

Pajak Penghasilan (PPh)

● Subjek dan Objek Pajak

1. Subjek Pajak
Orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari penjualan
barang dan/atau penyediaan jasa. Penjual barang atau penyedia jasa dalam
contoh proses bisnis online retail adalah penyelenggara online retail.

2. Objek Pajak

Penghasilan dari penjualan barang dan/atau penyediaan jasa


merupakan objek PPh. Apabila penghasilan dari penjualan barang dan/atau
penyediaan jasa merupakan objek pemotongan/pemungutan PPh, maka wajib
untuk dilakukan pemotongan/pemungutan PPh.

● Dasar Hukum

Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 15, Pasal 17, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23,
dan Pasal 26 Undang-Undang PPh.

● Tarif

Untuk pihak Penyelenggara Online Retail (sekaligus Merchant) sebagai


penjual barang atau penyedia jasa yang penghasilannya tidak dikenai pajak
yang bersifat final, tarif PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak
(PKP) yang dihitung dari:
○ Penghasilan bruto dari penjualan yang dikurangi dengan biaya-biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
○ Penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 Undang-Undang PPh dan untuk Wajib Pajak orang
pribadi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
● Pemotongan/Pemungutan PPh
Apabila pembeli barang atau pengguna jasa adalah Wajib Pajak Orang Pribadi atau
Badan yang ditunjuk sebagai pemotong/pemungut PPh, maka pembeli barang atau
pengguna jasa tersebut wajib melakukan pemotongan/pemungutan PPh dengan tarif
dan tata cara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

● Objek Pajak

Penyerahan yang dilakukan oleh Penyelenggara Online Retail kepada


Pembeli BKP dan/atau JKP, yang dapat berupa:
○ Penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean; dan/atau
○ Ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud, dan/atau ekspor JKP.
● Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Harga jual, penggantian,dan/atau nilai ekspor, termasuk semua biaya


yang diminta atau seharusnya diminta oleh Penyelenggara Online Retail
karena penyerahan BKP dan/atau JKP (contohnya harga barang dan/atau jasa,
biaya pengiriman, asuransi, dan lain-lain), tidak termasuk PPN yang dipungut
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
● Dasar Hukum
○ Pasal 1, Pasal 4 ayat (1), Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 13
Undang-Undang PPN
○ Pasal 6, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 17 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2012.
● Saat PPN Terutang
○ Saat penyerahan BKP dan/atau JKP untuk transaksi cash on delivery.
○ Saat pembayaran diterima oleh Penyelenggara Online Retail atas
pembelian BKP dan/atau JKP untuk transaksi non-cash on delivery.
● Saat Pembuatan

Sama dengan saat PPN terutang

● Faktur Pajak

Faktur pajak dibuat oleh Penyelenggara Online Retail kepada pembeli.


● Tarif

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan tarif 10%


BAB 3
KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
E-commerce atau electronic commerce adalah model bisnis yang memungkinkan
perusahaan dan individu membeli dan menjual barang melalui internet. Dalam sistem e-
Commerce, pengusaha tidak berhadapan secara langsung dengan pembeli, karena seluruh
kegiatan bisnis dilakukan melalui sistem internet atau online. Pajak e-commerce merupakan
pemungutan pajak terkait transaksi sistem elektronik seperti pada platform market place maupun
e-commerce. Transaksi e-commerce terbagi atas empat model bisnis e-commerce, yaitu online
marketplace, classified ads, daily deals dan online retail.

Surat Edaran Nomor SE/62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas


Transaksi e-Commerce menegaskan tidak ada perbedaan perlakuan perpajakan antara transaksi
ecommerce dan transaksi perdagangan dan/atau jasa lainnya. Pengenaan pajak bagi e-commerce
sangat berdampak bagi kas negara. Dengan jumlah PPN yang harus dibayarkan pelanggan adalah
sepuluh persen.

4.2 Saran
Saran kami berdasarkan penelitian ini sebaiknya bagi pihak pemerintah lebih fokus lagi
untuk memberikan sanksi bagi pihak e-commerce yang tidak membayar pajak. Hal ini sangat
berdampak bagi kas negara. Dikarenakan banyaknya minat masyarakat untuk berjualan di
online. Hal ini sangat menguntungkan bagi negara apabila pemerintah lebih fokus atas
pengenaan pajak e-commerce.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-ketentuan-pajak-bagi-pelaku-e-commerce/

https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pajak-marketplace

https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/ketahui-kebijakan-pajak-e-commerce-2019/

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200831/259/1285151/penegakan-hukum-pajak-e-commerce-

menyoal-level-playing-field

https://nasional.kontan.co.id/news/inilah-ketentuan-e-commerce-luar-negeri-yang-wajib-pungut-

ppn

https://www.harmony.co.id/blog/seperti-apa-dan-seberapa-besar-pajak-atas-transaksi-e-

commerce

https://www.pajakku.com/read/5f6c7e3d271287758223905f/Pajak-Pada-E-Commerce
KELOMPOK 1 :
Bagaimana tanggapan kelompok, berita mengenai pengenaan pajak pada bahan baku apakah
dikenakan pajak?
Jawab: Menurut kelompok kami, sebaiknya pemerintah lebih memfokuskan pada aspek yang
lain. Karena menurut kelompok kami tentu ini akan memberatkan masyarakat. Pemerintah perlu
meninjau ulang kembali terkait hal ini. Terkait aspek lain seperti memfokuskan pada pengenaan
pajak dari social media dan sebagaimana ketimbang pengenaan pajak pada bahan baku.
KELOMPOK 2:
Apabila pengusaha online menjual produk dan produknya dibeli oleh customer dari luar
Indonesia, apakah produk tersebut kena pajak ekspor? Jika iya bagaimana perhitungan serta
presentasi akan pajak ekspor tersebut?
Jawab : Transaksi e-commerce sebagaimana Anda maksud tidak dikenakan PPN atas ekspor
barang sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (2) UU 42/2009. Pemerintah telah menegaskan
tidak ada perbedaan perlakuan perpajakan antara transaksi e-commerce dan transaksi
perdagangan dan/atau jasa lainnya.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai (“PPN”)
Pada dasarnya Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (“UU 42/2009”), menyatakan Tarif Pajak
Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
Terdapat  tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas

a. ekspor barang kena pajak (“BKP”) berwujud;


b. ekspor BKP tidak berwujud; dan
c. ekspor jasa kena pajak (“JKP”).

Sumber : hukum online .com


KELOMPOK 3:
Jelaskan bagaimana pengenaan pajak penghasilan bagi konten kreator yang mengiklankan suatu
produk di medsos? Apakah ada sosialisasi dari dirjen pajak untuk membuat konten kreator taat
dalam membayar pajak secara mandiri mengingat kegiatan pengiklanan tersebut sedang tren di
jaman sekarang?

Jawab : content creator merupakan seseorang yang bertanggung jawab untuk setiap informasi
yang ada di media khususnya media digital. Beberapa platform untuk produk digital dari hasil
content creator ini adalah platform media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook, blog dan
lainnya. Penghasilan sebagai Content Creator dapat diperoleh dari pemberi kerja sebagai Content
Creator pekerja atau karyawan tetap di perusahaan, ataupun penghasilan sebagai Content Creator
sebagai pekerja bebas. Menurut kami, dengan mengiklankan produk di "Pengguna Instagram
atau Facebook, kalau pengikutnya banyak kemudian ada yang meminta untuk memasang iklan
itu sudah termasuk pada penghasilan kena pajak," ujar Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan
Humas Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Hestu Yoga Saksama, Kamis (13/10).

Untuk melakukan pemungutan pajak terhadap selebriti media sosial ini, caranya dengan
melakukan pemantauan di media sosial kemudian dicocokkan dengan nomor pokok wajib pajak
(NPWP). Setelah dicocokkan maka pegawai pajak akan mengirimkan surat kepada yang
bersangkutan. Menurut kami sifatnya sama seperti endorsment.

KELOMPOK 4 (ESTER)
Tadi dikatakan bahwa e-commerce adalah transaksi jual beli elektronik melalui internet, jika
begitu bagaimana pengenaan pajak kepada penjual di instagram? karena kita tahu selain shopee,
bli bli atau tokopedia. Instagram juga tempat orang mau menjualnya dagangannya.
Jawab :

KELOMPOK 5:
Kita tahu bahwa marketplace tidak hanya shopee dll tetapi marketplace pun terdapat di facebook
mungkin pengenaan PPN di platform shopee dll sudah ditetapkan oleh platformnya. Bagaimana
tentang marketplace di fb/ig dalam pengenaan PPN nya? Karena banyak sekali penjual di
platform tersebut sesekali tidka ada PPN yang dibebankan pada saat COD pun harga tetap sama
sebagaimana diiklankan
KELOMPOK 6:
Jika menjual barang sesekali (bukan menjadi penghasilan utama) seperti menjual kendaraan
bermotor melalui marketplace dikenakan pajak e-commerce juga?
KELOMPOK 7: Pemerintah membuthkan waktu lama untuk merampungkan aturan mengenai
e-commerce. Apa saja yang menjadi tantangan dan kendala pemajakan transaksi e-commerce?
Jawab : Pemerintah membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk merampungkan aturan mengenai
ecommerce. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai tantangan dalam menentukan pajak atas
transaksi e-Commerce, karena model transaksi yang berbeda (dilakukan via online). Berikut ini
adalah beberapa tantangan dan kendala utama yaitu :
● Data transaksi sulit dideteksi
● Peraturan perpajakan yang masih berbasis konvensional
KELOMPOK 8:
Menurut kelompok ini, apakah ada hukum yang mengatur terkait endorsment,? Bagaimana
pengenaan pajak atas endorsment yang dilakukan oleh public figur tsb, dan apa perbedaan
anatara endorse dikenakan PPh pasal 23 dan endorse dikenakan PPh pasal 21. Berikan contoh
nyatanya
Endorsement berarti memberikan dukungan atau rekomendasi pada seseorang atau sesuatu, dan itu
dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengaruh pada publik. Misalnya,
artis, selebgram, vlogger, youtuber, dan sebagainya. Tergantung dari bidangnya, endorse memiliki
banyak arti. Namun yang sedang menjadi tren adalah pengertian endorse yang berhubungan dengan
pemasaran, khususnya pemasaran online. 
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE/62/PJ/2013, tentang Penegasan Ketentuan
Perpajakan Atas Transaksi e-Commerce, endorsement masuk ke dalam salah satu bentuk model
bisnis classified ads.
penghasilan atas endorsing itu menjadi objek pajak penghasilan pasal 23 atau pasal 21 sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

1. Endorse Dikenakan PPh Pasal 23

Jika seorang influencer bekerja di bawah naungan perusahaan, pembayaran


jasa endorse umumnya akan diterima dan dikelola oleh perusahaan itu baru diteruskan ke
masing-masing pribadi. Maka, pemotongan pajak yang berlaku adalah pajak penghasilan (PPh)
pasal 23. Tarif pajak PPh 23 ini terbagi ke dua besaran, yakni 15% dan 2%, tergantung dari objek
pajaknya. Selengkapnya mengenai PPh 23 dan tarifnya dapat dilihat di artikel berjudul “Pajak
Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)“

2. Endorse Dikenakan PPh Pasal 21

Jika seorang influencer bertindak sendiri alias tidak berada di bawah naungan sebuah badan,
agensi, dan sebagainya, ia akan dikenakan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 Wajib Pajak Orang
Pribadi. Mengacu pada Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008, besaran pajaknya
adalah:

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif PPh 21 Pasal 17

Sampai dengan (s/d) Rp 50 juta 5%

Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta 15%

Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta 25%


Di atas Rp 500 juta 30%

Sumber : klik pajak. Co .id


KELOMPOK 9:
Apakah pembelian barang digital melalui e-commerce kena pajak? Jika iya, bagaiman pengenaan
pajaknya? Kaya hp, tv, gadget
Jawab : Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mengumumkan sejumlah
marketplace akan memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen kepada
konsumen mulai 1 Desember 2020.

“Khusus untuk marketplace yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri yang ditunjuk sebagai
pemungut, maka pemungutan PPN hanya dilakukan atas penjualan barang dan jasa digital oleh
penjual luar negeri yang menjual melalui marketplace tersebut,” tulis Direktur Penyuluhan,
Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP Hestu Yoga Saksama dalam keterangan resmi, Selasa
(17/11/2020).

Jumlah PPN yang harus dibayar pelanggan harus dicantumkan pada kuitansi atau invoice yang
diterbitkan penjual sebagai bukti pungut PPN.
Berita liputan 6.com
KELOMPOK 10:
Seorang pengusaha membuka usaha online di e-commerce lebih dari 1. Bagaimana perhitungan
pajaknya dan pelaporan SPT tahunannya?
KELOMPOK 11:
Jika seorang penjual di e-commerce tidak memiliki NPWP, bagaimana pembayaran dan
pelaporan pajak e-commerce nya? Apakah ada sanksi bagi orang yang belum atau tidak
memenuhi kewajiban tersebut?
Pokok-pokok pengaturan dalam Nomor 210/PMK.010/2018 ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pedagang dan penyedia jasa yang berjualan melalui platform marketplace:
a. Memberitahukan Nomor Pokok Wajib Pajak kepada pihak penyedia platform
marketplace;
b. Apabila belum memiliki NPWP, pengusaha dapat memilih untuk (1) mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP, atau (2) memberitahukan Nomor Induk Kependudukan
kepada penyedia platform marketplace;
c. Melaksanakan kewajiban terkait PPh sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti
membayar pajak final dengan tarif 0,5% dari omzet dalam hal omzet tidak melebihi
Rp4,8 miliar dalam setahun, serta
d. Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dalam hal omzet melebihi Rp4,8 miliar
dalam setahun, dan melaksanakan kewajiban terkait PPN sesuai ketentuan yang
berlaku.
Bagi e-commerce di luar platform marketplace :
Pelaku usaha yang melaksanakan kegiatan perdagangan barang dan jasa melalui online
retail, classified ads, daily deals, dan media sosial wajib mematuhi ketentuan terkait
PPN, PPnBM, dan PPh sesuai ketentuan yang berlaku
Nammun, tetap untuk pengenaan pajak bagi yang tidak memiliki NPWP tetap dikenakan pajak
karena tidak ada perbedaan dengan perlakuan dengan transaksi konvensional.

Anda mungkin juga menyukai