Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN ANJAK PIUTANG (FACTORING)

A. Pengertian
Anjak piutang dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan
factoring. Dalam bahasa Indonesia, anjak piutang berasal dari
gabungan kata anjak yang berarti pindah atau alin dan kata
piutang

berarti

tagihan

sejumlah

uang

sehingga

secara

sederhana anjak piutang diartikan sebagai pengalihan piutang


dari pemiliknya kepada pihak lain. Menurut pasal 1 huruf e
Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tentang
Perusahaan

Pembiayaan,

Anjak

Piutang

(Factoring)

adalah

kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang


jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas
piutang tersebut.
Di Indonesia,

belum

ada

pengaturan

secara

khusus

mengenai anjak piutang seperti halnya perbankan, asuransi


maupun dana pensiun. Saat ini, pengaturan mengenai anjak
piutang

hanya

diatur

melalui

Surat

Keputusan

Presiden,

Keputusan Menteri, dan Surat Edaran Direktorat Jendral. Produk


hukum yang mengatur anjak piutang dimulai pada tahun 1988,
yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 61 tahun
1988 tentang Lembaga Pembiayaan atau lebih dikenal dengan
Paket Kebijaksanaan Desember 1988 dan Keputusan Menteri
Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua peraturan ini

yang menjadi ketentuan awal dari perkembangan pengaturan


anjak piutang.
Ada berbagai bentuk kegiatan yang dijalankan oleh
perusahaan anjak piutang. Bentuk-bentuk kegiatan tersebut
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Tempat Kedudukan Pihak-Pihak, terdapat dua
macam anjak piutang, yaitu:
1) Domestic factoring, yaitu anjak piutang dimana semua
pihak berdomisili dalam satu negara (didalam negeri).
2) Internasional factoring, atau export factoring yaitu anjak
piutang

dimana

client

berdomisili

didalam

negeri

(Indonesia) sedangkan nasabah berdomisili diluar negeri


(negeri lain).
b. Berdasarkan Jasa yang Diberikan, anjak piutang dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Full service factoring, yaitu anjak piutang dimana
perusahaan anjak piutang yang memberikan semua
jenis jasa anjak piutang baik jasa pembiayaan maupun
jasa non pembiayaan
2) Maturity factoring, yaitu

anjak

piutang

dimana

perusahaan anjak piutang hanya terbatas memberikan


jasa-jasa non pembiayaan, seperti jasa pembukuan,
proteksi dan pengontrolan kredit serta penagihannya.
3) Finance factoring, yaitu anjak piutang dimana
perusahaan anjak piutang hanya menyediakan jasa
pembiayaan,

tanpa

ikut

piutang yang tidak tertagih.

menanggung

resiko

atas

c. Berdasarkan Resiko Tanggung Jawab Client, dibedakan


menjadi dua, yaitu:
1) Recourse factoring, yaitu anjak piutang dimana client
akan

menanggung

resiko

apabila

nasabah

tidak

memenuhi kewajibannya.
2) Without recourse factoring, yaitu anjak piutang dimana
perusahaan anjak piutang yang akan menanggung
resiko apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya.
d. Berdasarkan Pemberitahuan, anjak piutang dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1) Disclosed factoring/notification factoring, yaitu anjak
piutang dimana pengalihan piutang kepada perusahaan
anjak piutang diberitahukan kepada nasabah.
2) Undisclosed factoring/ non notification factoring, yaitu
anjak

piutang

dimana

pengalihan

piutang

kepada

perusahaan anjak piutang tanpa pemberitahuan kepada


nasabah.
e. Berdasarkan Instrumen Pengalihan, anjak piutang terbagi
menjadi dua, yaitu:
1) Account receivable

factoring,

yaitu

anjak

piutang

dimana pengalihan piutang kepada perusahaan anjak


piutang dilakukan dengan dokumen bukti utang berupa
buku tagihan (account receivable).
2) Promissory notes factoring, yaitu anjak piutang dimana
nasabah

menerbitkan

(promissory
pengakuan

notes)
hutang

surat

kepada

pengakuan

client.

tersebut

Terhadap

kemudian

hutang
surat
client

mengendosir,

sehingga

piutang

beralih

kepada

perusahaan anjak piutang.


B. Unsur-unsur Anjak Piutang (Factoring)
Kegiatan anjak piutang merupakan jasa pembiayaan dalam
jasa pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan
serta pengurusan piutang yang berasal transaksi perdagangan
dari klien kepada perusahaan anjak piutang. Dengan melihat
kegiatan usaha dari anjak piutang diatas maka dapat diketahui
bahwa dalam anjak piutang terdiri atas 5 unsur, antara lain:
1. Perusahaan anjak piutang
Perusahaan anjak piutang merupakan badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan
atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek dari suatu perusahaan. Berikut ini merupakan badanbadan usaha yang dapat menjadi perusahaan anjak piutang:
a. Perusahaan yang khusus bergerak dibidang anjak piutang;
b. Perusahaan multifinance, yaitu perusahaan pembiayaan
disamping bergerak dibidang anjak piutang juga bergerak
dibidang pembiayaan lainnya;
c. Bank juga dapat melakukan kegiatan yang bergerak
dibidang anjak piutang berdasarkan Pasal 6 ayat (1)
undang-undang No. 7 Tahun 1992 jo. Undang-undang No.
10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
2. Penjual piutang atau Klien
Penjual piutang (Clien) dalam hal ini adalah pihak yang
mempunyai piutang, piutang mana akan dialihkan kepada
perusahaan anjak piutang.

Pasal 1 huruf (m) Keputusan

Menteri

Keuangan

RI

No.

1251/KMK.031/1988

tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan


bahwa klien adalah suatu perusahaan yang menjual dan/atau
mengalihkan

piutang

atau

tagihannya

yang

timbul

transaksi perdagangan kepada perusahaan anjak

dari

piutang

(Factor). Dengan demikian klien diisyaratkan harus merupakan


perusahaan, yang berarti usaha dagang perorangan tidak
dimungkinkan untuk menjual piutang nya dengan cara anjak
piutang.
3. Nasabah
Nasabah merupakan pihak yang berhutang kepada klien,
sehingga piutang tersebut oleh klien akan dijual atau dialihkan
kepada perusahaan anjak piutang. Nasabah berposisi sebagai
debitur atau pihak yang berhutang.
4. Piutang atau tagihan
Salah satu objek dari anjak piutang adalah piutang atau
tagihan. Tidak semua piutang dapat dijadikan objek anjak
piutang, hanya piutang yang timbul dari transaksi perdagangan
saja yang dapat dijadikan sebagai objek anjak piutang seperti
piutang yang sebelum jatuh tempo, baik dengan menggunakan
invoice maupun promis. Yang dimaksud dengan transaksi
perdagangan

adalah

transaksi

jual

beli

atau

jasa

yang

pembayarannya dilakukan secara kredit.


5. Pengalihan piutang
Dalam kegiatan usaha anjak piutang terjadi proses
peralihan piutang dari klien kepada perusahaan anjak piutang.

Agar

memiliki

dasar

hukum

yang

sah,

maka

kegiatan

pengalihan piutang tersebut didasarkan pada Pasal 613 ayat (1)


dan (2) tentang cessie serta Pasal 1400 tentang subrogasi.
Cessie adalah penyerahan piutang atas nama dari kreditor lama
kepada kreditor baru. Subrogasi adalah perpindahan hak
kreditor kepada pihak ketiga sebagai akibat dibayarnya harga
piutang

oleh

pihak

ketiga

tersebut.

Jadi,

dalam

cessie

menekankan pada segi pengalihan piutang, adapun subrogasi


menekankan pada segi penggantian kreditor. Berdasarkan
ketentuan tersebut dalam transaksi anjak piutang, pengalihan
piutang dari client kepada perusahaan anjak piutang dilakukan
dengan akta cessie (Pasal 613 ayat (1).
Perusahaan akan membayar terlebih

dahulu

harga

pembelian piutang sebesar 80% dari harga jual piutang. Sisa


pembayaran tersebut akan dibayar setelah tagihan terhadap
nasabah dibayar lunas pada saat nasabah telah membayar
lunas setelah dipotong biaya-biaya untuk perusahaan anjak
piutang.
C. Syarat dan Mekanisme Anjak Piutang
Untuk
seorang

klien

dapat

mendapatkan

harus

memiliki

fasilitas
usaha

anjak

yang

piutang,

baik

dan

menguntungkan terlebih dahulu. Kemudian dalam pengajuan


fasilitas anjak piutang harus memenuhi beberapa syarat, antara
lain: Surat pengesahan pendirian perusahaan dari Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dan Berita Negara; Surat Izin
Usaha Perusahaan (SIUP); Tanda Daftar Perusahaan; Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP); Laporan keuangan 3 tahun terakhir;
Bank statement account untuk bulan terakhir; Perjanjian jual beli
dengan nasabah; Contoh invoice (faktur) dan credit note (nota
kredit) perusahaan; Professional background dari direksi dan/
atau komisaris; Struktur organisasi perusahaan client; Data-data
lain yang akan diminta kemudian bila diperlukan.
Selain syarat-syarat tersebut, biasanya perusahaan anjak
piutang meminta syarat lain, yaitu : Klien harus merupakan
badan hukum atau bentuk usaha tetap seperti PT, CV, firma, dan
lain-lain, dan bukan perorangan, demikian pula nasabahnya;
Volume penjualan calon client masuk dalam kategori yang telah
dipersyaratkan

oleh

perusahaan

anjak

piutang,

misalnya

Rp.100.000.000,00 perbulan; Calon klien bersedia memberikan


jaminan tambahan atas fasilitas pembiayaan yang diterima;
Calon

klien

harus

bersedia

untuk

disurvei

oleh

tim

dari

perusahaan anjak piutang guna mendapatkan gambaran usaha


yang seutuhnya.
Mekanisme anjak piutang meliputi proses bagaimana cara
penawaran piutang, beralihnya piutang, hingga pelunasannya,
adapun mekanismenya adalah sebagai berikut:
a
KLIEN

NASABAH atau
COSTUMER

b
c

d
e
f

PERUSAHAAN ANJAK
PIUTANG

Keterangan:
a. Klien menjual barang kepada nasabah secara kredit
dengan jangka waktu pendek.
b. Untuk kepentingan dana segar (cash flow), klien meminta
persetujuan

kepada

nasabah

untuk

menjual

piutang

tersebut kepada perusahaan anjak piutang.


c. Nasabah sebagai pembeli barang dari klien menyetujui
pemindahan hak menagih dari klien kepada pembeli.
d. Data mengenai piutang yang berasal dari penjualan klien
diteruskan atau dipindahkan ke perusahaan anjak piutang.
e. Atas dasar itu, maka dibuatlah perjanjian anjak piutang
antara klien dan perusahaan anjak piutang.
f. Perusahaan anjak piutang membayar kepada klien dengan
harga diskonto tertentu.
g. Nasabah setelah jangka waktu jatuh temponya perjanjian
jual beli kredit membayar utang kepada perusahaan anjak
piutang.
Contoh pelaksanaan anjak piutang:

PT. Maju Mundur menjual barang kepada Toko Jaya dengan


cara kredit dengan cara menyerahkan faktur kepada Toko
Jaya. agar produksi perusahaan PT. Maju Mundur bisa terus
berjalan, maka PT. Maju Mundur memerlukan dana. oleh
karena itu PT. Maju Mundur membuat perjanjian anjak
piutang dengan perusahaan Factoring disertai dengan
penyerahan fotocopy faktur-faktur dan dokumen-dokumen
persyaratan anjak piutang kepada perusahaan factoring.
perusahaan anjak piutang kemudian membayar sejumlah
uang dengan harga diskonto tertentu. kemudian, setelah
jangka waktu jatuh temponya perjanjian jual beli kredit
membayar utangnya kepada perusahaan factoring.
Melihat pada contoh diatas maka dapat diketahui
bahwa kegiatan anjak piutang berupa pengalihan piutang
jangka pendek antara Perusahaan Factoring dan PT. Maju
Mundur terikat dengan

perjanjian. Jadi, kegiatan anjak

piutang adalah suatu perjanjian antara perusahaan anjak


piutang dan klien, dimana berdasarkan perjanjian tersebut
perusahaan anjak piutang menyediakan pembiayaan kepada
klien dalam bentuk perjanjian dalam bentuk pembelian dan/
atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek yang berasal dari transaksi perdagangan.

Perjanjian tersebut dibuat secara tertulis, namun tidak


ada ketetentuan yang mengatur apakah perjanjian yang tertulis
harus dibuat dalam bentuk akta autentik atau akta dibawah
tangan. Adapun isi perjanjian anjak piutang anjak piutang, baik
dalam

Keppres

No.

61

Tahun

1988

maupun

peraturan

pelaksanaannya belum mengatur mengenai hal-hal apa saja


yang harus dimuat didalam perjanjian anjak piutang. Dalam
perjanjian anjak piutang paling tidak memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Ketentuan umum
b. Keabsahan piutang (validity
of receivable)
c. Pengalihan resiko
d. Pengalihan piutang
(Cessie)

e. Pemberitahuan atau
notifikasi
f. Syarat pembayaran
g. Perubahan persyaratan
h. Tanggung jawab klien atas
nasabah
i. Jaminan klien

j.
k. Sumber Rujukan:
l. Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar
Grafika, 2008.
m. Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Anda mungkin juga menyukai